HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN DAN MUTU GIZI PANGAN (MGP4) KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA PALUH SIBAJI KECAMATAN PANTAI LABU SKRIPSI AULIA TARA ULFA P01031214003 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN 2018
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN DAN MUTU GIZI PANGAN (MGP4)
KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA PALUH SIBAJI
KECAMATAN PANTAI LABU
SKRIPSI
AULIA TARA ULFA
P01031214003
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2018
HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN DAN MUTU GIZI PANGAN (MGP4)
KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA PALUH SIBAJI
KECAMATAN PANTAI LABU
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Studi Sarjana Terapan di Politeknik Kesehatan Medan
AULIA TARA ULFA
P01031214003
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2018
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul :Hubungan Ketahanan Pangan Dan Mutu Gizi
Pangan (MGP4) Keluarga Dengan Status Gizi Balita
Di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu
Nama Mahasiswa : Aulia Tara Ulfa
Nomor Induk Mahasiswa : P01031214003
Program Studi : Sarjana Terapan Gizi
Menyetujui :
Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes NIP. 196611141992031003
Pembimbing Utama
Efendi S Nainggolan, SKM, M.Kes Berlin Sitanggang, SST, M,Kes
NIP. 196109091985011001 NIP. 196206211984031001
Penguji I Penguji II
Mengetahui :
Ketua Jurusan,
Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes
NIP. 196403121987031003 Tanggal Lulus : 21 Agustus 2018
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi
yang berjudul”Hubungan Ketahanan Pangan Dan Mutu Gizi Pangan (MGP4)
Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai
Labu“ .
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan.
2. Bapak Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, saran dan motivasi.
3. Bapak Efendi Nainggolan, SKM, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan usulan penelitian ini.
4. Bapak Berlin Sitanggang, SST, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan usulan penelitian ini.
5. Bapak Abdul Hafiz selaku Kepala Desa Paluh Sibaji yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di Desa Paluh Sibaji.
6. Ibu Duma selaku bidan Desa Paluh Sibaji yang membantu untuk melakukan penelitian di Desa Paluh Sibaji.
7. Responden di Desa Paluh Sibaji yang berpartisipasi memberikan informasi dalam penyusun skripsi.
8. Kedua orangtua dan keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
9. Seluruh dosen dan pegawai yang bekerja di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan.
10. Ganang Rosadi, Risky Salsabilla, Nurhasanah Umma yang senantiasa turut membantu dalam penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman mahasiswa Prodi D-IV angkatan 2014 Jurusan Gizi yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,untuk itu
penulis mengharapkan sumbang saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga apa yang telah ditulis bisa menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
v
RINGKASAN
AULIA TARA ULFA “ Hubungan Ketahanan dan Mutu Gizi Pangan (MGP4)
Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai
Labu”(DI BAWAH BIMBINGAN URBANUS SIHOTANG).
Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan anggota keluarga rumah tangga dari segi jumlah, mutu dan
ragamnya sesuai dengan budaya setempat, sedangkan ketahanan pangan
keluarga tercermin dari ketersediaan, kemampuan daya beli dan keterjangkuan
keluarga dalam memilih pangan.Status gizi balita dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang dibedakan menjadi factor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung
meliputi tingkat konsumsi gizi, penyakit infeksi, dan adanya riwayat Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).Sedangkan factor tidak langsung meliputi ketahanan pangan
keluarga, pola asuh, kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan dan kondisi
ekonomi.
Tujuan:Untuk mengetahui hubungan ketahanan pangan dan mutu gizi pangan
keluarga dengan status gizi balita.
Penelitian dilakukan di Desa Paluh Sibaji periode September – Juli 2018. Jenis
penelitian adalah survey dengan rancangan cross sectional study. Populasi adalah
keluarga yang mempunyai anak balita sebesar 600. Sampel adalah anak balita
sebanyak 78 dengan teknik pengambilan sampel acak systematik random
sampling. Data yang dikumpulkan ketahanan pangan, mutu gizi pangan dan status
gizi balita.Ketahanan pangan diperoleh dari % pengeluaran total, mgp diperoleh
dengan metode food recall, status gizi digunakan indeks BB/TB. Analisa data
dengan uji chi – square.
Hasil penelitian diperoleh 52,6% keluarga rawan pangan, 31,0% keluarga dengan
mutu gizi pangan (MGP4) tidak baik, Status gizi balita 6,4 % sangat kurus, 21,8 %
kurus, 12,8 % gemuk.Tidak ada hubungan antara ketahanan pangan keluarga
dengan status gizi balita. Ada hubungan antara mutu gizi pangan keluarga dengan
status gizi balita
Kata kunci :Ketahanan Pangan, Mutu Gizi Pangan (MGP4), Status Gizi
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
RINGKASAN ............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1. Tujuan umum .................................................................. 4
2. Tujuan khusus ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 6
A. Balita .................................................................................. 6
pangan merupakan upaya seseorang untuk mencukupi asupan gizinya
baik berupa energi, protein, vitamin, mineral dan lain – lain. Pada
dasarnya semakin beragam konsumsi pangan seseorang semakin besar
peluang mencukupi kebutuhan gizinya.
15
3. Sistem Pangan Dan Gizi
Sistem pangan dan gizi mempunyai tujuan meningkatkan dan
mempertahankan status gizi masyarakat dalam keadaan optimal. Sistem
pangan dan gizi mempunyai empat komponen yaitu :
1) Penyediaan Pangan
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai
dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup
diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri dalam melalui upaya
pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur –
mayur, dan buah – buahan.
2) Konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung
pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam
keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung
pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan masyarakat
(Almatsier 2009).
4. Indikator pengukuran ketahanan pangan
Tabel2.Pengukuran Ketahanan Pangan : Pangsa Pengeluaran Pangan dan
Konsumsi Energi
Tingkat
Konsumsi
Energi
Pangsa Pengeluaran Pangan
Rendah (<60%
pengeluaran total)
Tinggi(≥60% pengeluaran total)
Cukup (>80%
kecukupan
energi)
1. Tahan Pangan
2. Rentan Pangan
Kurang (≤80%
kecukupan
energi)
3. KurangPangan
4. Rawan Pangan
Sumber:Jonsson dan Toole, 1991 dalamMaxwelS, etal(2000) dalam Rahmi (2013)
16
E. Mutu Gizi Pangan
1. Pengertian Mutu Gizi Pangan
Mutu adalah kumpulan sifat atau ciri yang membedakan suatu produk
dengan produk lain. Menurut PP Nomor 28 tahun 2004 mutu pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan
minuman. Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam
pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan
manusia (Amrin dkk, 2013).
Evaluasi mutu gizi pangan dilakukan terhadap :
1. Kadar zat gizi pangan
Kadar zat gizi diukur jenis dan kepadatannya menggunakan analisis
kimia seperti analisia protein, analisis lemak, analisis karbohidrat, analisis
mineral dan analisis vitamin. Hasil analisis digunakan untuk membantu
dalam penentuan nilai gizi pangan.
2. Nilai gizi pangan
Nilai gizi pangan ditentukan berdasarkan ketersediaan zat – zat gizi
baik secara teoritis. Penentuan nilai gizi pangan dilakukan dengan cara
penentuan nilai gizi protein, nilai gizi lemak, nilai gizi karbohidrat, nilai gizi
mineral dan nilai gizi vitamin.
Peningkatan Mutu dan Kadar Gizi Pangan dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaannya sebagai sumber zat gizi. Peningkatan kadar gizi pangan
dilakukan terhadap baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Beberapa
teknik peningkatan kadar zat gizi antara lain :
1) Fortifikasi pangan adalah penambahan satau atau lebih zat gizi (
nutrien) pada taraf yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada
pangan awal.
2) Restoration mengacu kepada penggatian zat gizi yang hilang selama
proses pengolahan.
17
3) Suplementasi pangan ditujukan untuk menambah konsumsi pangan
sehari – hari yang kurang yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
kurangnya pengertian, lemahnya ekonomi, dan sebagainya.
4) Tingkat kesehatan masyarakat diharapkan meningkatkan karena pada
prinsipnya makin banyak jenis bahan pangan yang dikonsumsi, makin
lengkap perolehan zat gizinya ( Artikel Persagi Gorontalo, 2014)
Nilai mutu gizi pangan (MGP) dari seluruh zat gizi yang dikonsumsi oleh
subjek.Penilaian mutu gizi pangan dilakukan dengan meng-analisis
kandungan gizi makanan yang dikonsumsi dibandingkan dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen.Mutu gizi
pangan dihitung berdasarkan tingkat pemenuhan kebutuhan gizi rata –
rata dari 4 zat gizi (MGP4) yaitu Energi, protein, lemak dan
karbohidrat.(Prasetyo dkk, 2013).
2. Mutu Gizi Konsumsi Pangan
Mutu gizi konsumsi pangan didasarkan tingkat pemenuhan
kebutuhan gizi anak balita rata-rata dari 4 zat gizi (MGP4) yakni :
a. Energi
Kebutuhan energi sehari pada tahun pertama 100-200 kkal/kgBB.
Untuk tiap tiga tahun pertambahan umur,kebutuhan energi turun 10
kkal/kgBB. Penggunaan energi dalam tubuh adalah 50% atau 55
kkal/kgBB/hari untuk metabolisme basal, 5-10% untuk specific Dynamic
Action, 12%untuk pertumbuhan, 25% atau 15-25 kkal/kgBB/hari untuk
aktivitas fisik dan 10% terbuang melalui feses.
Zat-zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan
karbohidrat.Dianjurkan agar jumlah energi yang diperlukan didapat dari
50-60%karbohidrat, 25-35% lemak, sedangkan selebihnya (10-15%)
berasal dari protein.
b. Protein
Protein merupakan sumber Asam amino esensial yang diperlukan
sebagai zat pembangun, yaitu pertumbuhan dan pembentukan protein
dalam serum, hemoglobin, enzim, hormon serta antibodi; mengganti sel-
18
sel tubuh yang rusak; memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh
dan sumber energi.
Disarankan untuk memberikan 2,5-3 g/kgBB bagi bayi dan 1.5-2
g/kgBB bagi anak sekolah sampai adolesensia. Jumlah protein yang
diberikan dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino
esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh, maka protein yang diberikan harus sebagaian berupa protein yang
berkualitas tinggi seperti protein hewani.
c. Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak, dianjurkan
15-20% energitotal berasal dari lemak. Di indonesia energi yang berasal
dari lemak pada umumnya sekitar 10-20%. Proporsi kandungan lemak
yang rendah ini diduga lebih baik untuk kesehatan, karena risiko untuk
mendapat penyakit arterosklerosis lebih renda.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa lemak harus ada dalam makanan dan jumlah lemak
yang ada dalam hidangan di Indonesia pada umumnya memadai.
Masukan lemak setelah umur 6 bulan sebanyak 30-35% dari jumlah
energi seluruhnya masih dianggap normal, akan tetapi seharusnya tidak
lebih rendah. Diet sangat rendah lemak dapat menimbulkan rasacapai dan
menghilangkan rasa kenyang.Senbaiknya pemberian lemak berlebihan
dapat menyebabkan obesitas.
d. Karbohidrat
Dianjurkan 60-70% energi total basal berasal dari hidrat arang, pada
ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalori
berasal dari hidrat arang terutama laktosa.
Karbohidrat diperlukan anak-anak yang sedang tubuh sebagai sumber
energi, dan tidak ada ketentuan tentang kebutuhan minimal karbohidrat,
karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari protein dan
gliserol.Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari
jumlah energi.Sebaiknya karbohidrat yang dimakan terdiri dari
polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum, kentang, dan
sayuran. Gula yang terdapat dalam minuman manis,selai, kue, gula-gula
19
dan cokelat harus dibatasi dan tidak melebihi10% dari jumlah energi.
Monosakarida dan disakarida lainnya terdapat dalam buah-buahan dan
susu serta produk susu. Buah, susu dan produk susu merupakan sumber
vitamin dan trace element untuk anak yang sedang tumbuh. Makanan
yang terlalu manis dapat mangakibatkan kerusakan gigi anak-anak.
F. Survei Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan ( food consumption Survey), ditujukan untuk
mengetahui kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan
makanan, dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan
perorangan, serta faktor – faktor yang mempengharuinya. Metode atau
pendekatan yang umum digunakan dalam pengukuran survei konsumsi
makanan dikenal dengan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan gabungan.
Namun harus diakui bahwa masing – masing pendekatan tersebut
mempunyai kelemahan dan keunggulan. Oleh sebab itu, petugas
pelaksana harus mampu menggunakan pendekatan terpilih yang
mempunyai bias sekecil mungkin agar hasil yang didapatkan mendekati
hasil ukur sebenarnyan ( Supariasa dan Hardianyah, 2017).
Metode Pengukuran yang dilakukan adalah metode recall 24 jam salah
satu metode yang banyak digunakan dalam survei konsumsi makanan di
berbagai belahan dunia walaupun pada dasarnya metode ini lebih
cenderung termasuk kategori kualitatif. Metode ini lebih mengedepankan
kekuatan daya ingat individu yang diwawancarai dalam mengonsumsi
makanan selama 24 jam yang lalu.
Metode recall 24 jam dengan kelebihan sebagai berikut:
1) Mudah melaksanakannya serta tidak perlu membebani responden.
2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan perlatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.
3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar – benar
dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
20
Kekurangan metode recall 24 jam :
1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari –hari bila,
hanya dilakukan recall satu hari
2) Ketepatannya sangan tergantung pada daya ingat responden. Oleh
karena itu responden harus mengingat daya ingat yang baik,
sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah
7 tahun dan orang yang hilang ingatan
3) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terampil dan terlatih
dalam menggunakan alat – alat bantu URT dan ketepatan alat
bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
4) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan
dari penelitian (supariasa dkk, 2008).
21
G. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Management of Severe Malnutition (WHO, 2000) dalam
Hardinsyah dan Supariasa (2017).
Status Gizi
Faktor
Langsung
Faktor Tidak
Langsung
Perilaku
asuhan Ibu
dan Anak
KetersediaanPa
ngan tingkat
Rumah Tangga
Pelayanan
Kesehatan &
Sanitasi
Kemiskinan,
Pendidikan Rendah,
Ketersediaan Pangan,
Kesempatan Kerja
Krisis Ekonomi,
Politik, dan
Sosial
Mutu Gizi
22
H. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Status gizi balita disebabkan karena ketahanan pangan dan mutu gizi
pangan. Jika tingkat ketahanan pangan dan mutu gizi pangan keluarga
baik maka status gizinya juga akan baik.
Status Gizi Balita
Ketahanan Pangan
Mutu Gizi Pangan
23
I. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara
Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Ketahana
n Pangan
Ketahanan pangan merupakan Terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang di ukur dari 2 komponen yaitu presentase pengeluaran pangan dengan non pangan dan kecukupan konsumsi energi. Dikategorikan menjadi : a. Tahan pangan b. Rentan pangan c. Kurang pangan d. Rawan pangan ( Rahmi, 2013)
Wawancara
Indikator pengukuran ketahan pangan :
a. Tahan pangan Jika pengeluaran pangan rendah <60% dan tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
b. Rentan pangan Jika pengeluaran pangan tinggi ≥60% dan tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
c. Kurang pangan jika pengeluaran pangan rendah <60% dan tingkat konsumsi energi kurang (≤80%)
Rawan pangan jika pengeluaran pangan tinggi ≥60% dan tingkat konsumsi energi kurang( ≤80%)
Ordinal
2 Mutu Gizi Penilaian Mutu Gizi Pangan dilakukan dengan meng-analisis kandungan gizi makanan yang dikonsumsi ( energi, protein, lemak dan
Wawancara Food recall 24 jam
Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Baik :TKG≥100 % AKG
b. Sedang :
Ordinal
24
karbohidrat ) dibandingkan dengankecukupan gizi yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen lalu dikategorikan.
TKG 80-99 % AKG
c. Kurang :TKG 70-79% AKG
d. Defisit :TKG < 70% AKG
(Supariasa dkk, 2008 )
3 Status
Gizi
Balita
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat - zat gizi yang di ukur dengan indeks BB/TB, Berat badan di timbang dengan timbangan digital, tinggi badan di ukur dengan microtoise. Di olah dengan WHO Antrhro 2005 (Almatsier, 2009).
Pengukuran BB dan TB
Indikator pengukuran BB/TB dengan kategori :
a. Sangat kurus <-3 SD
b. Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
c. Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gemuk > 2 SD
(Kemenkes, 2010)
Ordinal
25
J. Hipotesis
Ho1 : Tidak Ada hubungan ketahanan pangan dengan status gizi balita
di DesaPaluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
Ha2 : Ada hubungan mutu gizi pangan keluarga dengan status gizi
balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data ini telah dilakukan pada keluarga
yang ada di desa Paluh Sibaji, kecamatan Pantai Labu. Pengumpulan
data dilakukan pada tanggal 24 – 28 Juni 2018.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasional dengan rancangan penelitian adalah cross sectional study.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua keluarga yang
mempunyai anak balita sebanyak 600 kepala keluarga.
2. Sampel
Sampel sebagian dari populasi. Sampel yang memenuhi kriteria
inklusiadalah :
a. Keluarga yang mempunyai anak balita umur 1 – 5 tahun.
b. Rumah tangga lengkap yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
c. Semua makanan anggota keluarga di sediakan di rumah.
d. Bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian ini dengan
mengisi surat persetujuan menjadi responden.
27
Jumlah sampel dihitung dengan rumus (Notoatmodjo, 2012) :
=
=
=77,47 dibulatkan menjadi 78 Kepala Keluarga
Keterangan :
n = jumlah sampel
= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)
p = proporsi pada kelompok kasus (36,4%)
q = 1 –p ( proporsi bukan pada kasus 63,6%)
d = limit dari error atau presisi absolut ( 0,1)
N = banyak populasi ( 600)
Teknik pengambilan sampel adalah systematik random sampling. Dengan
langkah – langkah sebagai berikut :
1) Hitung interval dengan rumus jumlah populasi dibagi dengan jumlah
sampel.
Ket :
Interval
N = Populasi
n = Sampel
2) Penentuan sampel pertama di random ( no 1 – 8 di acak dari masing –
masing rumah dan nomor yang keluar merupakan sampel pertama)
28
3) Sampel selanjutnya diambil dengan interval 8 sampai mencapai
jumlah 78 anggota sampel ( Notoatmodjo, 2010).
3. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu atau bapak yang tinggal di
Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu yang menjadi sampel
penelitian.
D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
a. Data primer
Jenis data primer dalam penelitian ini meliputi :
a. Data identitas sampel meliputi : nama, tanggal lahir, BB, TB,
umur, jenis kelamin
b. Data identitas keluarga
Data identitas keluarga meliputi: nama,usia, besar keluarga,
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
c. Data ketahanan pangan
Data ketahanan pangan diperoleh dengan mengukur jumlah
pengeluaran pangan dan non pangan keluarga yang
dikumpulkan dengan wawancara dengan alat bantu kuesioner.
d. Mutu gizi pangan
Data mutu gizi pangan diperoleh dengan survei konsumsi
makanan keluarga dengan metode Food Recall 24 jam
keluarga.
Adapun langkah – langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah :
1. Enumerator melakukan probing dengan menanyakan menu
apa yang di masak 1 hari kemarin.
2. Enumerator menanyakan kembali dan mencatat semua
makanan dan makanan yang dikonsumsi keluarga dalam
29
ukuran rumah tangga (URT) selama kurang waktu 24 jam
yang lalu. Dalam membantu pengguna mengingat apa yang
dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti
waktu setelah bangun pagi, pulang kerja dan sebagainya.
Enumerator juga menggunakan buku food model untuk
membantu sampel memperkirakan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsinya.
3. Memasukkan nama bahan makanan ke program
nutrisurvey untuk mengetahui nilai gizi.
e. Status gizi
Data status gizi dikumpulkan dengan menimbang berat badan
(BB) menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg
dan mengukur tinggi badan (TB) menggunakan microtoise
dengan ketelitian 0,1 cm. status gizi diolah menggunakan
program WHO Anthro 2005.
b. Data sekunder
Meliputi gambaran umum Desa Paluh Sibaji yang di perolehdengan
mencatat data – data yang ada di kantor kepala desa.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1.pengolahan Data
a. Presentase Pengeluaran Pangan
i. Menjumlahkan pengeluaran pangan
a. Menjumlahkan pengeluaran non pangan
b. Menghitung persen antara pengeluaran pangan dannon
pangan
c. Mengkategorikan (Rahmi, 2013):
1)Pengeluaran pangan rendah :Jika<60%
2)Pengeluaran pangan tinggi:Jika ≥60%
30
ii. Asupan Konsumsi Energi
a. Hasil food recall di olah dengan program nutrisurvey
b. Membandingkan asupan energi dengan AKG 2013
c. Mengkategorikan :
1) Tingkat konsumsi energi cukup : Jika >80% AKG
2) Tingkat konsumsi energi kurang : Jika ≤80% AKG
d. Mengkategorikan ketahanan pangan (Rahmi, 2013):
1) Tahan pangan Jika pengeluaran pangan rendah (<60%) dan
tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
2) Rentan pangan Jika pengeluaran pangan tinggi (≥60%)
dan tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
3) Kurang pangan jika pengeluaran pangan rendah (<60%) dan
tingkat konsumsi energi kurang (≤80%)
4) Rawan pangan jika pengeluaran pangan tinggi (≥60%) dan
tingkat konsumsi energi kurang ( ≤80%)
Dalam analisis mencari hubungan antara dua variabel
ketahanan pangan dikategorikan menjadi dua kategori
karena banyak sel yang 0 dan expedtednya <5 lebih dari 25
%, kategorinya menjadi :
Cukup pangan : Tahan pangan + Rentan pangan
Kurang Pangan : Kurang pangan + Rawan pangan
b. Mutu Gizi Pangan
1) Hasil food recall diolah dengan program nutrisurvey
2) Menghitung rata – rata asupan energi, protein, lemak, karbohidrat
3) Membandingkan dengan AKG 2013
4) Menghitung rata MGP4 dengan :
Tingkat asupan energi+ protein+ lemak+ karbohidrat
4
5) Mengkategorikan (Supariasa dkk, 2008) :
a. Baik :TKG≥100 % AKG
b. Sedang :TKG 80-99 %AKG
31
c. Kurang :TKG 70-79% AKG
d. Defisit :TKG < 70% AKG
Dalam analisis untuk mencari hubungan antara 2 variabel kategori mutu
gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu, :
Tidak baik : <80 % AKG
Baik : >=80% AKG
c. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/TB
1) Mengolah data dengan program WHO Antro 2005
2) Mengkategorikan berdasarkan SK Menkes 2010 yaitu :
a. Sangat kurus <-3 SD
b. Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
c. Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gemuk > 2 SD
Dalam analisis mencari hubungan antara dua variabel, kategori
status gizi dijadikan menjadi 3 kategori karena ada sel yang expectednya
< 5 lebih besar 25 % yaitu :
Sangat kurus + Kurus < - 2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Melihat gambaran masing – masing variabel normal dengan
menyajikan data dengan tabel dan hasilnya dibaca berdasarkan
presentasi.
b. Analisis Bivariat
Digunakan untuk menguji hipotesis untuk melihat apakah ada
hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.
Dilakukan uji statistik chi square di dasarkan pada probability.
Pengambilan keputusan jika p = < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada
hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent
tersebut ( Notoadmojo, 2010).
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Wilayah Desa Paluh Sibaji merupakan wilayah pesisir pantai,
dimana terdapat kawasan mulai dari Bedagai, Bandar Kalipah, Pantai
Cermin, Bagan Sedang, Aras Kabu.
Batas – batas wilayah Desa Paluh Sibaji Kelurahan Pantai Labu
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Pantai Labu Pekan/ Selat Melaka
b. Sebelah Selatan : Desa Pantai Labu Pekan
c. Sebelah Barat : Desa Pantai Labu Pekan
d. Sebelah Timur : Desa Denai Sarang Burung / Desa
Denai Kuala
Jumlah penduduk di Desa Paluh Sibaji memiliki 965 keluarga,
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 1.918 orang dan perempuan
1.790 orang, rata-rata sturktur mata pencarian adalah nelayan sebanyak
600 orang.
b. Visi dan Misi Desa Paluh Sibaji
Visi: ”Perekonomian dan taraf hidup masyarakat dengan
meningkatkan pertanian mandiri”
Misi Desa Paluh Sibaji :
1) Menyelenggarakan Pemerintahan Desa yang berpartisipatif
akuntabel transparan dan kriatif.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas keagamaan.
3) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui
pembangunan sector pertanian pendidikan kesehatan
kebudayaan kependudukan dan ketenagakerjaan.
33
4) Meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan masyarakat
melalui pengelolaan pertanian intensifikasi yang maju unggul
dan ramah lingkungan menuju Desa Agrobisnis.
5) Meningkatkan Inplastruktur melalui peningkatan prasarana
jalan, energi listrik, pengelola sumber daya air pengelola
lingkungan penataan ruangan dan perumahan.
6) Menangulangi kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi
kerakyatan dan perekonomian perdesaan.
7) Menyusun regulasi Desa dan menata dokumen – dokumen
yang menjadi kewajiban Desa sebagai paying hukum
pembangunan Desa.
2. Karakteristik Balita
a. Umur Balita
Kategori usia yang digunakan pada penelitian ini adalah balita yang
berusia 12-59 bulan. Distribusi jumlah sampel menurut usia disajikan
pada tabel 4 :
Tabel4.Distribusi sampel berdasarkan usia anak balita
Usia(bln) n %
12-23 21 26.9
24-35 22 28.2
36-47 16 20.5
48-59 19 24.4
Total 78 100.0
Pada tabel 4 menunjukan bahwa rata-rata anak usia balita hampir
sama proporsinya berdasarkan kategori umur tetapi usia yang
tebanyak adalah 24 – 35 bulan sebesar 28,2 %.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan.Jenis
kelamin sampel secara keseluruhan pada penelitian ini memiliki
34
perbedaan jumlah yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Distribusi jumlah sampel menurut jenis kelamin disajikan pada tabel 5 :
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita
Jenis kelamin n %
Laki-laki 33 42.3
Perempuan 45 57.7
Total 78 100.0
Pada tabel 5 menjelaskan bahwa jumlah sampel balita terbanyak
adalah perempuan sebesar 57,7 % .
3. Ketahanan Pangan Keluarga
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Rahmawati,
2012). Ketahanan pangan diukur dari proporsi pengeluaran pangan dan
tingkat konsumsi energi.
Ketahanan pangan keluarga di Desa Paluh Sibaji Kecamatan
Pantai Labu dengan rata-rata keluarga mengalami rawan pangan, kurang
pangan, rentan pangan dan tahan pangan. Hal ini didistribusikan dalam
tabel 6 :
Tabel 6.Distribusi Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Paluh Sibaji
Kecamatan Pantai Labu
Ketahanan Pangan Keluarga n %
Rawan Pangan 41 52.6
Kurang Pangan 10 12.8
Rentan Pangan 17 21.8
Tahan Pangan 10 12.8
Total 78 100.0
35
Dari tabel 6, menunjukkan bahwa ketahanan pangan keluarga lebih
50% termasuk keluarga yang rawan pangan yaitu 52,6 % atau 41
keluarga sedangkan keluarga yang tahan pangan hanya 12,8 %. Hal ini
disebabkan karena ketersediaan pangan yang kurang pada daerah
tersebut serta pengeluaran keluarga untuk pangan tidak maksimal.
4. Mutu Gizi Pangan Keluarga
Distribusi mutu gizi pangan keluarga dinilai berdasarkan dengan
kategori Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang mana dibandingkan dengan
tingkat asupan keluarga, hal tersebut menjadi Tingkat Kecukupan Gizi
keluarga (TKG) yang akan menentukan mutu pangan gizi keluarga. Hasil
tersebut didistribusikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 7.Distribusi Mutu Gizi Pangan Keluarga di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Mutu Gizi Pangan n %
Defisit 24 30.8
Kurang
Sedang
Baik
7
31
16
9.0
39.7
20.5
Total 78 100.0
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa mutu pangan gizi keluarga di
Desa Paluh Sibaji, 30.8 % tingkat mutu gizi pangannya termasuk kategori
defisit dibandingkan mutu gizi keluarga kategori baik sebesar 20.5%.Hal
ini disebabkan karena asupan keluarga yang rendah dan banyak keluarga
dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah.
5. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan gambaran melalui indikator
pengukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan yang
ditujukan pada balita.Status gizi balita dikategorikan menjadi sangat kurus,
kurus, normal dan gemuk. Hal ini digambarkan melalui tabel 8 :.
36
Tabel 8.Distribusi Status Gizi Balita di Desa Paluh Sebaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Status Gizi Balita n %
Sangat kurus
Kurus
5
17
6.4
21.8
Normal 46 59.0
Gemuk 10 12.8
Total 78 100.0
Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa status gizi balita Desa Paluh
Sibaji Kecamatan Pantai Labu ada sebanyak 22 balita (28,2%) dengan
status gizi sangat kurus + kurus. Demikian di Desa Paluh Sibaji sudah ada
anak balita yang gemuk sebesar 12.8 %.
6. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi
merupakan salah satu faktor mempengaruhi status gizi secara tidak
langsung.
Tabel 9. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Ketahanan
Pangan
Statu Gizi Total p
Value Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Cukup
Pangan
Kurang
Pangan
7
15
25.9
29.4
18
28
66.7
54.9
2
8
15.7
7.4
27
51
100.0
100.0
0.488
Tabel 9. menjelaskan bahwa persentase status gizi anak kurang pada
keluarga yang ketahanan pangan kurang pangan(29.4%) lebih besar
dibandingkan presentase status gizi anak kurus pada keluarga yang
cukup pangan (25.9%) dan hanpif 8 kali lipat. Demikian juga presentase
status gizi anak normal pada keluarga cukup pangan (66.7%), lebih besar
37
presentasenya dibandingkan keluarga yang kurang pangan hanya
(54.9%) status gizi anaknya normal. Hal ini menjelaskan bahwa ada
kecenderungan ketahanan pangan keluarga berhubungan dengan status
gizi anaknya. Hasil ini diperkuat dengan uji statistik diperoleh p ( < 0,488)
< 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara ketahanan
pangan keluarga dengan status gizi anaknya.
7. Hubungan Mutu Gizi Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Kualitas makanan yang dikonsumsi sehari – hari akan menentukan
zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Zat gizi dibutuhkan
tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh dan mengatur proses tubuh (Almatsier,2003).
Tabel 10. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Mutu
Gizi
Pangan
Status Gizi Total
p
Kurus Normal Gemuk Value
n % n % n % n %
Tidak
Baik 7 22.6 17 54.8 7 22.6 31 100.0
0.002
Baik 15 31.9 29 61.7 3 6.4 47 100.0
Tabel 10.menjelaskan hasil analisis antara hubungan mutu gizi
pangan keluarga dengan status gizi diperoleh bahwa ada sebanyak 22,6%
proporsi keluarga yang status gizi anaknya juga kurus dan keluarga yang
mutu gizi pangan nya baik sebanyak 31,9%. Demikian juga jika mutu gizi
pangan keluarga baik, lebih besar anaknya dengan status gizi normal
(59,6%) dibandingkan dengan keluarga yang mutu gizi pangan
keluarganya tidak baik. Hal ini menjelaskan bahwa ada kecenderungan
mutu gizi pangan keluarga berhubungan dengan status gizi anaknya.
Hasil ini diperkuat dengan uji statistik diperoleh p ( < 0,002) < 0,05 artinya
38
ada hubungan yang signifikan antara mutu gizi pangan keluarga dengan
status gizi anaknya.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Balita
Anak usia 1 – 3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi
demikian, anak balitadiperkenalkan dengan berbagai bahan makanan.
Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang lebih besar(Proverawati &
wati, 2011 dalam Marelda, 2014). Pertumbuhan anak dipengharui oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari genetik,
sedangkan faktor eksternal yaitu status gizi pada balita ( Hastuti, 2013).
2. Ketahanan Pangan Keluarga
Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan pangan anggota rumah tangga dari segi jumlah,
mutu dan ragamnya sesuai dengan budaya setempat, sedangkan
ketahanan pangan keluarga tercermin dari ketersediaan, kemampuan
daya beli, dan keterjangkauan keluarga dalam memenuhi pangan (Natalia
dkk, 2012).
Dari tabel tersebut menjelaskan bahwa sebanyak 41 keluarga
mengalami keadaan rawan pangan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran
keluarga yang tidak merata. dikarenakan beberapa keluarga memiliki
jumlah anggota keluarga yang banyak dengan pendapatan yang kurang.
Sejalan dengan penelitian Hasyim ( 2003) yaitu jumlah tanggungan
keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya
jumlah tanggungan keluarga akan mendorong kepala keluarga untuk
melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah
pendapatan keluarga.
39
Selain hal tersebut, rumah tangga dan proporsi pengeluaran yang
lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga
yang berpenghasilan rendah. Semakin tinggi tingkat penghasilan rumah
tangga, makin kecil proporsi pengeluaran pangan terhadap seluruh
pengeluaran rumah tangga. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
rumah tangga akan semakin sejatera bila persentase pengeluaran untuk
makanan jauh lebih kecil dibanding persentase pengeluaran untuk non
makanan (BPS, 2011).
Akibatnya hal ini akan berdampak bagi kesejahteraan keluarga dan
status gizi balita, yang mana ketahanan pangan merupakan faktor yang
mempengaruhi status gizi secara tidak langsung.
Maka upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan gerakan
asadar pangan dengan memberi informasi mengenai berbagai macam
bahan pangan lokal yang mudah didapatkan tanpa harus mengeluarkan
dana yang begitu besar dalam konsumsi pangan keluarga.
3. Mutu Gizi Pangan Keluarga
Mutu gizi pangan keluarga merupakan tingkat kecukupan keluarga
dalam asupan rata-rata keluarga. Mutu gizi pangan keluarga merupakan
salah satu faktor penentu tingkat kesehatan, kecerdasan serta
produktifitas keluarga.
Dari tabel menunjukkan bahwa rata-rata mutu pangan gizi keluarga
di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu adalah 53 keluarga dengan
mutu gizi pangan <=80% yang mana dikategorikan dengan mutu gizi
pangan yang kurang.
Dari sisi norma gizi, setiap keluarga memiliki standar minimum
jumlah asupan yang dibutuhkan agar keluarga sehat dan aktif beraktivitas.
Kekurangan mutu gizi pangan keluarga dari standar minimum umunya
akan berdampak pada kesehatan keluarga dan produktivitas saat bekerja.
Hal ini pula yang akan mempengaruhi sttaus gizi secara langsung yaitu
asupan gizi (Rahman dan Supriyati, 2004)
40
Hasil recall makanan pada penelitian ini diketahui bahwa seluruh
responden penelitian mengatakan bahwa makanan pokok keluarga adalah
beras ( nasi) . sumber energi protein di peroleh dari ikan, telur, tahu dan
tempe. Sedangkan sumber energi dari lemak diperoleh dari minyak
goreng yang digunakan untuk memasak. Kebanyakan dari para nelayan
mereka mengkonsumsi ikan dari hasil tangkapan mereka sendiri.
Upaya yang dilakukan dalam menanggulangi mutu pangan gizi
keluarga adalah melakukan pola makan gizi seimbang dengan
memanfaatkan kekayaan bahan pangan lokal yabng tersedia pada daerah
tersebut. Sehingga asupan keluarga tetap berada pada kategori baik
tanpa harus mengeluarkan konsumsi yang begitu besar utnuk pangan.
4. Status Gizi Balita
Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan zat gizi
yang didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh.Status
gizi dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, pengukuran antopometri,
analisis biokimia, dan riwayat gizi.(Persagi, dkk, 2014).
Status gizi merupakan suatu keadaan fisik seseorang atau
kelompok orang ditentukan dengan salah satu kombinasi dari ukuran gizi
tertentu (Adnani, 2011).Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB).(Kemenkes, 2010).
Hasil Penelitian menunjukan anak dengan status gizi sangat kurus
ada 6,4 % dan kurus ada 21,8% dan gemuk ada 12,8%. Dibandingkan
dengan PSG 2016 hasil status gizi menggunakan indeks BB/TB atau
BB/PB prevalensi anak yang sangat kurus dan kurus dari hasil PSG Deli
Serdang 2016 yaitu gizi sangat kurus hanya 6.4% dan kurus sebesar
7.7%. hal ini diasumsikan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada
status gizi balita menggunakan indeks BB/TB atau BB/PB di Desa Paluh
Sibaji Kecamatan Pantai Labu. Hal ini akan berdampak pada status
kesehatan dasar wilayah tersebut dan mengahambar pertumbuhan dan
perkembangan anak pada wilayah tersebut.
41
Upaya yang dilakukan adalah dengan melacak setiap kejadian
wasting dan dilaporkan pada Puskesmas terdekat untuk menadapatkan
penanggulangan sejak dini dan juga menjaring kejadian KEK pada ibu
hamil untuk mencegah kejadian wasting pada anak.
5. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Dari hasil uji statistik didapatkan bahwatidak adahubungan
ketahanan pangan dengan status gizi (p<0,488). Menurut WHO bahwa
kejadian status gizi kurang secara tidak langsung salah satunya
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan pada keluarga. Ketahanan pangan
keluarga dipengaruhi dengan pengeluaran dan penghasilan pada
keluarga. Menurut hukum Engel semakin meningkat pendapatan jumlah
pengeluaran untuk makan akan semakin besar namun dilihat proporsinya
semakin kecil (Chakrabarty, M, dkk, 2011).
Pendapatan mempengaruhi jenis pangan yang akan dibeli baik
kualitas dan kuantitas makanan. Semakin rendah pendapatan, keluarga
akan membelanjakan sebagian besar untuk makanan pokok (serealia),
namun sebaliknya semakin tinggi pendapatan keluarga akan
membelanjakan kebutuhan secara bervariasi (Ihsan M, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa pengeluaran terhadap
mempengaruhi ketahanan pangan keluarga, hal ini mempengaruhi status
gizi pada balita di daerah tersebut. Ketahanan pangan yang baik akan
menghasilkan status gizi yang baik. Ketahanan gizi merupakan intake gizi
dan status gizi merupakan prasyarat terbentuknya individu yang sehat.
Timbulnya masalah gizi kurang adalah indikasi kurangnya ketahanan gizi.
Penelitian lain menyatakan tidak adanya hubungan antara
ketahanan pangan tingkat keluarga dengan status gizi balita yang
dibuktikan dengan hasil uji statistik ( Natalia dkk, 2013). Oleh karena itu
kondisi ketahanan pangan keluarga yang tercermin dari ketersediaan
pangan yang dapat mencukupi kebutuhan anggota keluarganya
berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi dan secara tidak langsung
juga akan berpengaruh terhadap status gizi.
42
6. Hubungan Mutu Gizi Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Dari hasil uji statistik menjelaskan hasil analisis antara hubungan
mutu gizi pangan keluarga dengan status gizi diperoleh bahwa ada
sebanyak 22,6% proporsi keluarga yang status gizi anaknya juga kurus,
jika dibandingkan dengan keluarga yang mutu gizi pangan nya baik .
Demikian juga jika mutu gizi pangan keluarga baik, lebih besar anaknya
dengan status gizi normal (59,6%) dibandingkan dengan keluarga yang
mutu gizi pangan keluarganya tidak baik. Hal ini menjelaskan bahwa ada
kecenderungan mutu gizi pangan keluarga berhubungan dengan status
gizi anaknya.
Tingkat kecukupan konsumsi gizi menurut nilai mutu gizi konsumsi
pangan yang tinggi belum dapat menjamin bahwa keragaman konsumsi
pangan sudah baik. Selain itu, pengaruh pola konsumsi pangan yang tidak
beragam menjadikan mutu gizi pangan keluarga yang rendah dan menjadi
masalah kronis yang dapat mempengaruhi status gizi balita, karena
keberagaman zat gizi yang dibutuhkan tubuh sangat sulit dapat dipenuhi
jika jenis pangan yang dikonsumsi dan ketersediaan pangan pada
keluarga tidak beragam.
Hal ini sejalan dengan penelitian di Kenya yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan yang nyata antara mutu gizi pangan keluarga
dengan status gizi balita khususnya gizi kurang dan masalah pendek serta
berat badan kurang dan ada konsistensi hubungan positif antara konsumsi
pangan dengan pertumbuhan anak.
Penelitian lain menyatakan bahwa mutu gizi pangan berhubungan
nyata dengan status gizi anak yang meliputi wasting, stunting, dan
underweight (Nti CA, 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya
peningkatan keragaman konsumsi pangan dan mutu gizi pangan keluarga
untuk menunjang pemenuhan gizi seimbang dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai standar.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Presentase ketahanan pangan yang rawan pangan sebesar
52,6% di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
2. Presentase Mutu Gizi Pangan Keluarga yang defisit sebesar
30,8% di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
3. Presentase Status gizi balita yang sangat kurus sebesar 6,4%,
kurus sebesar 21,8% dan gemuk sebesar 12,8% di Desa
Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
4. Presentase hubungan ketahanan pangan keluarga dengan
status gizi balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu
yang proporsi status gizi anaknya kurus adalah sebesar
29,4% yang kurang pangan.
5. Presentase hubungan mutu gizi pangan keluarga dengan
status gizi balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu
yang proporsi keluarga yang status gizi anaknya kurus
sebanyak 22,6% dibandingakan dengan keluarga yang mutu
gizi pangan nya baik.
B. Saran
1. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Desa
Paluh Sibaji yaitu usaha untuk meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga, mutu gizi pangan dan status gizi.
2. Bagi Kepala Desa Paluh Sibaji, dalam usaha untuk
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan status
gizi balita pada lokasi penelitian diharapkan dapat
memberikan program pemberian makanan sehat bagi balita
yang kurang gizi serta penyuluhan kesehatan secara
berkesinambungan kepada orang tua akan pentingnya
makanan yang baik dan bergizi. Adapun tempat penyuluhan
dapat dilakukan di Posyandu dan Puskesmas.
.
44
DAFTAR PUSTAKA
Aidina, Chintya Nurul. Zulhaida Lubis. Fitri Ardiani.2015. Pola Makan Kecukupan Gizi Dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin Di Perumnas Mandala Kelurahan Kenanga Baru.JurnalDepartemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Sumatera Utara.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Almatsier, Sunita. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia. Jakarta. Anwar, Khoirul dan Hardiansyah. 2014. Konsumsi Pangan Dan Gizi Serta Skor
Pola Pangan Harapan Dewasa Usia 19 – 49 Tahun Di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor
Amrin, Atika Primadala. Hardiansyah. Cesilia Meti Dwiriani. 2013. Alternatif Indeks Gizi Seimbang Untuk Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Pria Dewasa Indonesia.Jurnal Gizi Pangan. Bogor.
Rumah Tangga Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan Dan Konsumsi Energi. Jurnal Agrisep. Aceh.
Badan Pusat Statistik. 2016. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi. CV Dharmaputra. Jakarta.
Desfaryani R. 2012. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di
Kabupaten Lampung Tengah.Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Eliana, Desi dan Solikha.2012.Pengetahuan Buku Saku Gizi Terhadap
TingkatPengetahuan Gizi Pada Anak Kelas Muhammadiyah Dadapan Desa Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Mayarakat. Yogyakarta.
Hamzah, Diza Fathamira.2016.Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Keluarga Buruk Kayu Di Kampung Kotalintang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh. Jurnal JUMANTIK. Aceh.
Hastuti, Indria Kesuma. 2013. Pengaruh Faktor – Faktor Fungsional, Psikologi
Dan Konten Terhadap Keputusan Pembelian Produk E- Commerce Website Groupon. Jurnal MIX. Semarang.
Ihsan, Muhammad. Hiswani.Jemadi. 2012.Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita Didesa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil.FKM USU. Sumatera Utara.
Kemenkes.2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Ketahanan Pangan.2016. Laporan Ketahanan Pangan. Kabupaten Deli Serdang. Sumatera Utara.
Khomsan, Ali. Hadi Riyadi. Sri Anna Marliyati. 2013. Ketahanan Pangan Dan Gizi Mekanisme Bertahan Pada Mayarakat Tradisional Suku Ciptagelar di Jawa Barat.Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Jawa Barat.
Magdalena, dalam Supariasa I Dewa Nyoman Dan Hardinsyah.2017.Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Marelda, Andi Risma. 2014. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga, Pendidikan Dan Pengetahuan Dengan Status Gizi Pada Balita Di Desa Parit Baru Kabupaten Kubu Raya. Naskah Publikasi. Kalimantan.
Natalia,Lucia Destri. Dina Rahayuning. Siti Fatimah.2013. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga Dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Balita Di Desa Gondangwinangun. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Semarang.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Nurhemi, dkk.2014.Pemetaan Ketahanan Pangan Di Indonesia: Pendekatan TFP
Dan Indeks Ketahanan Pangan. Working Paper.Bank Indonesia.
Okti, Woro Dan Kasmini. 2012. Kontribusi Sistem Budaya Dalam Pola Asuh Gizi Balita Pada Lingkungan Rentan Gizi. Jurnal Ekologi Kesehatan. Jawa Tengah.
Prasetyo, Teguh Jati. Hardiansyah. Tiurma Sinaga. 2013. Konsumsi Pangan Dan Gizi Serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor.
Rahmawati, Emy. 2012. Aspek Distribusi Pada Ketahanan Pangan Masyarakat Di Kabupaten Tapin.Jurnal. Agribisnis Perdesaan. Banjarbaru.
Rahmadi. Toto Sudargo. Agus Wijanarka. 2013. Perilaku Sadar Gizi dan Ketahanan Pangan Keluarga Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Balita Di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia. Kalimantan Selatan.
Rahmi, Radita Dwi. Ken Suratiyah. Jangkung Handoyo Mulyo. 2013. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Di Kecamatan Ponjong Kabupaten GunungKidul. Jurnal Agro Ekonomi. Yogyakarta
Riset Kesehatan Dasar 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2013.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Rohaedi, Slamet. Madarina Julia. I Made Alit Gunawan. 2014. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dengan Status Gizi Balita di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Indramayu. Jurnal Gizi Dan Dietetik.Indramayu.
Salim, Dewi Fajria dan Darmawaty.2016.Kajian Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Buruh di Desa Bajo Sangkuang Kabupaten Halmahera Selatan.Universitas Ternate Indonesia.
Studi Diet Total 2014.Gambaran Konsumsi Pangan, Permasalahan Gizi Dan Penyakit Tidak Menular Di Sumatera Utara. Jakarta.
Sutikno E. 2011. Hubungan Antara Fungsi Keluarga Dan Kualitas Hidup Lansia. Med J Indones; 2011 : 2 : 73 -9.
Supriasa, I Dewa Nyoman. Bachyar Bakri. Ibnu Fajar. 2008. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Turnip, Frisda. 2008. Pengaruh “Positive Deviance” Pada Ibu Dari Keluarga Miskin Terhadap Status Anak Usia 12-24 Bulan Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007.Tesis. Program studi Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan. Universitas Sumatera Utara. Medan .
Wedastra, I Made. 2015. Hubungan Fungsi Keluarga Dan Strategi Koping Dengan Agresivitas Pada Gay Di Denpasar. Tesis.Denpasar.
Yuliana, Pramita. Wan Abbas Zakaria. Rabiatul Adawiyah.2013. Ketahanan Rumah Tangga Nelayan Di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Jurnal. JIIA. Lampung.
47
Lampiran 1
Master Tabel
48
49
50
51
Lampiran 2. Karakteristik Anggota Kepala Keluarga
No. Responden :
Nama Kepala Keluarga :
Alamat :
No
Nama
Hubungan
Jenis
Kelamin
Tanggal Lahir
Umur
BB
(Kg)
TB
(Cm)
Pendidikan
Agama
Suku
52
Lampiran 3. Konsumsi Makanan Keluarga Recall 1 x 24 Jam
1. Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Ketahanan Pangan Keluarga
No Pengeluaran Pangan Hari (Rp)
Minggu (Rp)
Bulan (Rp)
Jumlah
1 Padi-padian b. Beras c. Jagung d. Lainya ( sebutkan…)
2 Umbi-umbian
3 Air minum galon
4 Sayur Mayur
5 Seafood a. Ikan
56
b. Udang c. Kerrang d. Cumi – cumi
6 Daging
7 Buah – buahan
8 Telur
9 Susu
10 Gula
11 Kopi
12 Teh
13 Minyak goreng
14 Mie
15 Bumbu Dapur
16 Jajanan
17 Kacang-kacangan
18 Makanan dan minuman jadi
19 Rokok
Sub Total I
No Pengeluaran Non Pangan
Hari (Rp)
Minggu (Rp)
Bulan (Rp)
Jumlah
1 Biaya Listrik
2 Biaya pendidikan
3 Biaya Sandang / Pakaian, Sepatu
4 Biaya Transportasi / Ongkos
5 Biaya Telepon/Pulsa
6 Minyak Tanah/ Gas Elpiji
7 Kayu Bakar
8 Biaya Perlengkapan Mandi & Kosmetik
9 Biaya Sosial ( Kemalangan, Pesta, Kenduri)
10 Biaya Sewa Rumah
11 Biaya Bensin / Solar
12 Biaya Kesehatan
13 Alat – alat Elektronik
Sub Total II
Sub Total I = Rp Sub Total II = Rp Total = Rp
57
2. Penghasilan/ Bulan keluarga :
a. Penghasilan Suami / KK = Rp……………………..
b. Penghasilan Istri = Rp……………………..
c. Penghasilan Anak = Rp…………………......
d. Penghasilan anggota keluarga yang ada dirumah = Rp……………………..
TOTAL: Rp.
3. Tingkat pengeluaran pangan keluarga/bulan
x 100%
= ……….%
58
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Setelah Pengesahan (PSP)
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBYEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Dengan Hormat
Saya Aulia Tara Ulfa Mahasiswa semester VII, Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Medan akan mengadakan penelitian tentang “Hubungan Ketahanan Pangan Dan Mutu Gizi Pangan (MGP4) Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu”. Tujuan penelitian ini untuk memberikan informasi kepada keluarga mengenai pentingnya ketahanan pangan dan mutu gizi pangan keluarga dengan status gizi balita.
Saya berharap kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.Akan dilakukan pengisian kuisioner.Saya mohon kesediaan responden menjawab pertanyaan yang diajukan, untuk dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi peneliti. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi responden dalam penelitian ini sangat kami hargai dan atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :……………………………………………
Umur :……………………………………………
Alamat :……………………………………………
Nomor HP :……………………………………………
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.Atas perhatian dan kesedian menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui Lubuk Pakam, .............2017
Responden Peneliti
(…………………………..) (Aulia Tara Ulfa)
59
Lampiran 6 . Frekuensi Variabel
1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 Tahun 21 26.9 26.9 26.9
2 Tahun 21 26.9 26.9 53.8
3 tahun 2 2.6 2.6 56.4
3 Tahun 14 17.9 17.9 74.4
4 Tahun 1 1.3 1.3 75.6
4 Tahun 18 23.1 23.1 98.7
8 Bulan 1 1.3 1.3 100.0
Total 78 100.0 100.0
3. Distribusi Data Jumlah Status Gizi Anak
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 33 42.3 42.3 42.3
perempuan 45 57.7 57.7 100.0
Total 78 100.0 100.0
Kat_BB_TB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Kurus 5 6.4 6.4 6.4
Kurus 17 21.8 21.8 28.2
Normal 46 59.0 57.7 87.2
Gemuk 10 12.8 14.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
60
4. Data Mutu Gizi Pangan
5. Data Ketahanan Pangan
ketahanan pangan 2 kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup Pangan 51 65.4 65.4 65.4
Kurang Pangan 27 34.6 34.6 100.0
Total 78 100.0 100.0
Mutu gizi pangan 4 kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid defisit 24 30.8 30.8 30.8
kurang 7 9.0 9.0 39.7
sedang 31 39.7 39.7 79.5
Baik 16 20.5 20.5 100.0
Total 78 100.0 100.0
Mutu gizi pangan 2 kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 47 60.3 60.3 60.3
Tidak Baik 31 39.7 39.7 100.0
Total 78 100.0 100.0
ketahanan pangan 4 kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rawan Pangan 41 52.6 52.6 52.6
Kurang Pangan 10 12.8 12.8 65.4
Rentan Pangan 17 21.8 21.8 87.2
Tahan Pangan 10 12.8 12.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
61
Lampiran 7 . Hasil Uji Statistik
1. Hubungan Ketahanan Pangan dengan Status Gizi Balita