Top Banner
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : MICKE DWI CAHYANINGTYAS J 310 100 095 PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
19

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

Oct 15, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI

DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA

DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

MICKE DWI CAHYANINGTYAS

J 310 100 095

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI

DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

Micke Dwi Cahyaningtyas

J310 100 095

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Pembimbing

Elida Soviana, S.Gz., M.Gizi

NIP: 110. 1620/06-1607-9001

Page 3: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI

DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

Oleh :

Micke Dwi Cahyaningtyas

J310 100 095

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 8 Agustus 2018

dan dinyatakan memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Elida Soviana, S.Gz., M.Gizi (……….......……)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Farida Nur Isnaeni, S.Gz., MSc., Dietisien (……….......……)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dwi Sarbini,S.ST.,M.Kes (……….......……)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM., M.kes

NIK: 786/06-1711-7301

Page 4: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau deterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 8 Agustus 2018

Penulis

Micke Dwi Cahyaningtyas

J310 100 095

Page 5: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

1

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI DENGAN

STATUS GIZI PADA SISWA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

Abstrak

Masa remaja merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang penting dan

menentukan pada periode berikutnya. Pada masa remaja ini pula terjadi perubahan

sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Kebutuhan energi selain didapatkan dari

makanan juga dapat diperoleh dari minuman terutama minuman berkalori. Sejumlah

studi telah membuktikan bahwa minuman berkalori (mengandung gula) merupakan

sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan minuman lainnya dan menyumbang

asupan energi yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, hubungan

frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada siswa di SMA Negeri

5 Surakarta. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa di SMA Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 506 dengan

jumlah sampel sebanyak 64 responden. Sampel dalam penelitian diambil

menggunakan metode proportional random sampling. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan data bahwa status gizi pada siswa SMA Negeri 5 Surakarta dalam

kategori overweight sebesar 26,6%. Frekuensi konsumsi minuman berkalori pada

siswa SMA Negeri 5 Surakarta dalam kategori tinggi sebesar 70,3%. Terdapat

hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

siswa di SMA Negeri 5 Surakarta yang ditunjukkan dengan nilai sig (0,000)<0,05.

Kata kunci : status gizi, minuman berkalori, remaja

Abstract

Adolescence is one of the important growth periods and determine in the next period.

In this time also there is a change in attitude and behaviour in choosing food. Energy

requirements, other than those obtained from food, can also be obtained from calorie

drinks. A number of studies have shown that calorie drinks (containing sugar) are the

highest source of beverage calories compared to other drinks and contributes

significant energy intake. This study aims to determine the relationship between

frequency consumption of calories beverages with nutritional status in students at

SMAN 5 Surakarta.This type of study is observational with cross sectional approach.

This study was conducted in SMAN 5 Surakarta. The population in this study were

students of SMAN 5 Surakarta, which amounted to 506, with the number of samples

were 64 respondents. The sample in this study were taken using the method

proportional random sampling. Based on the result of this study showed that the

nutritional status of students in SMAN 5 Surakarta in the overweight category of

26,6%. Frequency of consuming calorie drinks in students of SMAN 5 Surakarta in

high category that is equal to 70,3%. There is a correlation between frequency of

consumption of calorie beverage with nutritional status in students of SMAN 5

Surakarta which is indicated by sig value (0,000) < 0,05.

Keywords : nutritional status, calorie drinks, asdolescent

Page 6: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

2

1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang penting dan

menentukan pada periode perkembangan berikutnya. Pada masa remaja ini pula

terjadi perubahan sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Perilaku makan

bagi sebagian besar remaja menjadi bagian gaya hidup sehingga kadang pada

remaja sering terjadi perilaku makan yang tidak seimbang (French dkk., 2001).

Pemilihan makanan pada remaja tidak didasari kandungan gizinya tetapi lebih

banyak sekedar untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya, atau kesenangan

dan kenikmatan (Khomsan, 2004). Perasaan ingin diterima oleh teman kelompok

membuat seorang remaja cenderung mengikuti apa yang sedang tren dikalangan

kelompok nya agar dapat diterima dan menjadi bagian dari kelompok (Brown,

2005). Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai macam efek terhadap

pertumbuhan, perkembangan, psikososial dan timbulnya penyakit (Soetjiningsih,

2004).

Kebutuhan energi selain didapatkan dari makanan juga dapat diperoleh dari

minuman terutama minuman berkalori. Dalam hal minuman, ketidaktahuan

mengenai pemilihan minuman dapat berdampak buruk pada kelebihan energi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bleich dkk, (2009), remaja merupakan

golongan umur yang mengkonsumsi minuman berkalori lebih tinggi

dibandingkan golongan umur lainnya. Di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

minuman berkalori (mengandung gula) merupakan sumber kalori minuman

tertinggi dibandingkan minuman lainnya dan menyumbang asupan energi yang

signifikan (Barqueraet dkk, 2008).

Gizi lebih merupakan suatu masalah yang merisaukan di kalangan remaja.

Gizi lebih merupakan refleksi ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan

pengeluaran energi. Faktor-faktor penyebab terjadinya gizi lebih belum diketahui

dengan jelas tetapi terdapat beberapa faktor yang mendorongnya seperti, genetik,

jenis kelamin, usia, lingkungan dan perilaku. Faktor-faktor di atas termasuk

riwayat keluarga, kebiasaan makan yang tidak sehat, meningkatnya konsumsi

makanan dan minuman tinggi kalori, rendahnya aktivitas fisik, gaya hidup pasif,

Page 7: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

3

tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga (Hamaideh dkk, 2010).

Remaja yang kurang melakukan aktifitas fisik sehari–hari, menyebabkan

tubuhnya kurang mengeluarkan energi. Asupan energi berlebih tanpa diimbangi

aktivitas fisik yang seimbang maka seseorang remaja mudah mengalami gizi lebih

(Rachmad, 2009).

Permasalahan yang ditimbulkan oleh gizi lebih tidak hanya berupa gangguan

secara fisik, tetapi juga gangguan secara psikososial yang signifikan. Remaja

kegemukan sering menjadi subjek diskriminasi dan bahan ejekan. Efek negatif

yang mungkin ditimbukan diantaranya depresi, perasaan penolakan dari sosial

hingga hilangnya kendali diri (Vivier dan Tompkins, 2008). Anak yang memiliki

gizi lebih juga akan mengalami kesulitan bergerak dan gangguan pertumbuhan

karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-organ tubuh (NHLBI, 2013).

Remaja yang memiliki gizi lebih juga memiliki nilai akademik yang lebih rendah

dibandingkan dengan remaja status gizi normal (Herlina dkk, 2013).

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, prevalensi gizi lebih pada

remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2007

sebesar 1,4% menjadi 7,3% pada tahun 2013 (Depkes, 2013). Berdasarkan data

Riskesdas 2010, kejadian Overweight di Jawa Tengah pada remaja usia 15 tahun

keatas mencapai 18,4% sedangkan kejadian Overweight di Kota Surakarta

sebanyak 10,7%. Dapat dilihat bahwa angka kegemukan pada remaja meningkat

5,9% dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Prevalensi siswa yang memiliki status

gizi lebih (overweight dan obeistas) di SMA Negeri 5 Surakarta cukup tinggi

yaitu 20,4% dan 100% dari 20 siswa pernah mengkonsumsi minuman berkalori

selama satu minggu terakhir.

2. METODE

Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan menggunakan pendekatan cross

sectional dimana variable independen dan dependen diukur dan diamati pada saat

bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta. Populasi

dalam penelitian ini berjumlah 506 dengan jumlah sampel 64 siswa. Pengambilan

Page 8: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

4

sampel menggunakan metode Proportional Random Sampling yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

Pengukuran status gizi diambil dengan melakukan penimbangan berat badan

serta pengukuran tinggi badan. Selanjutnya data tinggi badan dan berat badan

dihitung untuk menentukan status gizi dengan menggunakan indikator IMT/U,

kemudian dikategorikan menjadi sangat kurus, kurus, normal, overweight dan

obesitas. Data frekuensi minuman berkalori diambil dengan melakukan

wawancara menggunakan Form Food Frequency Semi-Quantitative Quesioner.

Selanjutnya data akan dikategorikan menjadi kategori rendah jika (≤1 kali per

minggu), sedang jika (2-4 kali per minggu) dan tinggi jika (5-6 per minggu atau

>1 kali per hari). Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan antara

masing - masing variabel berupa distribusi dan presentase setiap variabel yaitu

variabel bebes (frekuensi konsumsi minuman berkalori) dengan variabel terikat

(status gizi). Analisis bivariat menggunakan uji perbedaan uji Fisher Exact test.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 5 Surakarta adalah salah satu SMA Negeri di Kota Surakarta

yang terletak di Jalan Letjen Sutoyo No. 18, Nusukan, Banjarsari, Kota

Surakarta, Jawa Tengah. SMA Negeri 5 Surakarta mempunyai banyak

fasilitas diantaranya adalah kantin sekolah. Di sekolah terdapat 4 kantin

yang menyediakan berbagai makanan ringan (snack), makanan berat (nasi)

dan juga berbagai minuman ringan seperti es teh, es coffemix, indocafe,

nescafe, white coffe, susu frisianflag,teh botol dll. SMA Negeri 5 juga

terletak dekat dengan warung – warung dan berseberangan dengan

minimarket dan indomart, dimana minimarket dan indomart banyak menjual

berbagai minuman berkalori. Akses yang mudah menyebabkan siswa sering

mengkonsumsi minuman berkalori.

Kecenderungan kebiasaan makan yang kurang sehat seperti

mengkonsumsi minuman berkalori biasanya berkaitan dengan

Page 9: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

5

kecenderungan kejadian status gizi lebih. Kegiatan aktivitas fisik adalah

salah satu cara mencegah terjadinya gizi lebih. Kegiatan aktivitas fisik dapat

dilakukan salah satunya adalah dengan kegiatan olahraga. Pelajaran

olahraga di SMA Negeri 5 Surakarta dilalukan satu kali dalam seminggu

setiap kelasnya dengan durasi 90 menit dalam satu kali pertemuan. Aktifitas

fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan

energi. Aktifitas fisik selain didapatkan dari pelajaran olahraga dapat

didapatkan dari kegiatan ekstrakulikuler seperti futsal, bola basket, bola

voli, dance, pramuka dll. Di SMA Negeri 5 Surakarta juga terdapat kegiatan

ekstrakurikuler PMR yang meliputi pendidikan kesehatan yang dilakukan 3

kali dalam satu tahun (pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan)

tentang narkoba, donor darah, makanan sehat, pertolongan pertama pada

kecelakaan dan sebagainya.

3.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta, pada bulan April 2018.

Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu sebanyak 64 siswa. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh karakteristik subjek penelitian sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Jenis Kelamin

Laki – laki 23 35,9

Perempuan 41 64,1

Jumlah uang saku per hari

≤Rp. 10.000,00 12 18,8

>Rp. 10.000,00 52 81,3

Sebagian besar subjek dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu

sebanyak 41 siswi (64,1%), sedangkan laki – laki sebanyak 23 siswa

(35,9%). Jumlah uang saku subjek penelitian per hari dikategorikan menjadi

dua yaitu ≤10000 dan >10000. Rata – rata subjek penelitian memiliki uang

saku per hari lebih dari Rp.10.000,00 yaitu sebesar 81,3% sedangkan jumlah

Page 10: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

6

uang saku responden per hari kurang dari sama dengan Rp. 10.000,00

sebesar 18,8%.

3.3 Status Gizi Subjek Penelitian

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang

dapat dilihat dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dan penggunaan

zat-zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2009). Berdasarkan hasil

pengumpulan data, distribusi frekuensi subjek berdasarkan status gizi dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian

Berdasarkan Status Gizi

Status Gizi Frekuensi Persentase

(%)

Kurus 2 3,1

Normal 38 59,4

Overweight 17 26,6

Obesitas 7 10,9

Total 64 100

Pengukuran status gizi diukur dengan menggunakan antropometri (Z-

Score) dengan indikator IMT/U. Indikator IMT/U merupakan indikator yang

paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan

keadaan status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki

hubungan linear dengan tinggi badan (WHO, 2007).

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek

penelitian memiliki status gizi normal yaitu sebesar 59,4%, sedangkan

sepertiga lebih subjek penelitian memiliki status gizi lebih yang terdiri dari

status gizi overweight 26,6%, dan obesitas 10,9%. Presentase subjek

penelitian yang memiliki status gizi overweight masih tergolong besar jika

dibandingkan dengan data status gizi berdasarkan Riskesdas 2010, yaitu

kejadian overweight di Jawa Tengah pada remaja usia 15 tahun keatas

sebesar 18,4% sedangkan kejadian overweight di Kota Surakarta sebanyak

10,7%.

Page 11: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

7

Gizi lebih menjadi masalah kesehatan utama pada remaja dan dewasa

baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara maju. Alasan

terjadinya gizi lebih pada remaja belum ditemukan dengan jelas, tetapi

terdapat beberapa faktor yang berpengaruh didalamnya, seperti genetik,

jenis kelamin, usia, lingkungan dan perilaku. Faktor-faktor di atas termasuk

riwayat keluarga, kebiasaan makan yang tidak sehat, meningkatnya

konsumsi makanan dan minuman tinggi kalori, rendahnya aktivitas fisik,

gaya hidup pasif, tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga

(Hamaideh dkk, 2010).

3.4 Frekuensi Konsumsi Minuman Berkalori Subjek Penelitian

Minuman berkalori adalah minuman yang diberi tambahan gula sederhana

selama proses produksi yang dapat menambah kandungan energy, tetapi

memiliki sedikit kandungan zat gizi lain. Gula yang biasanya digunakan

adalah gula merah atau gula putih, gula jagung, sirup, madu dan molasses

(Preddy, 2012). Berdasarkan hasil pengumpulan data, distribusi frekuensi

subjek berdasarkan frekuensi minuman berkalori dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian

Berdasarkan Frekuensi Minuman Berkalori

Kategori Frekuensi Presentase

(%)

Sedang 19 29.7

Tinggi 45 70.3

Total 64 100

Berdasarkan Tabel 9 distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan

frekuensi minuman berkalori diperoleh bahwa hampir tiga perempat

(70,3%) subjek penelitian mengkonsumsi minuman berkalori dalam

kategori tinggi (5 – 6 kali per minggu atau > 1 kali per hari), sedangkan

seperempat subjek penelitian yaitu 29,7% mengkonsumsi minuman

berkalori dalam kategori sedang (2-4 kali per minggu). Salah satu faktor

pendukung yang mendorong siswa mengkonsumsi minuman berkalori

adalah akses yang mudah, praktis dan harga yang terjangkau. Minuman

Page 12: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

8

berkalori banyak tersedia di kantin sekolah dan warung – warung serta

minimarket yang letaknya tidak jauh dari sekolah.

Penelitian yang dilakukan Alamsyah (2010) menunjukkan bahwa

minuman ringan berkalori merupakan minuman yang paling digemari oleh

sebagian kelompok remaja dengan tingkat konsumsi mencapai dua kaleng

atau botol dalam kurun waktu satu minggu. Hal ini terjadi karena pada masa

remaja cenderung terjadi perubahan-perubahan yang cepat dalam aspek

kognitif dan emosi sehingga remaja cenderung selalu ingin mencoba trend

baru dan cenderung menjadikan konsumsi minuman ringan sebagai gaya

hidup.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

minuman berkalori pada remaja. Penelitian yang dilakukan Bere dkk (2007)

terhadap remaja di Norwegia Schools mengemukakan hasil bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan remaja mengkonsumsi

minuman ringan berkalori antara lain sikap terhadap minuman ringan, akses

terhadap minuman dan pengaruh teman sebaya. Disamping itu, terdapat

suatu studi yang mengemukakan kebiasaan orang tua mengkonsumsi

minuman ringan, ketersediannya dirumah dan sekolah, serta iklan ditelevisi

memiliki pengaruh terhadap konsumsi minuman ringan berkalori pada

remaja ( Gim dkk, 2004 dalam Bere dkk, 2007).

Pengetahuan mengenai minuman ringan berkalori dan jumlah uang

saku juga memiliki pengaruh terhadap tingkat konsumsi minuman ringan

berkalori. Orang dengan pengetahuan gizi yang baik maka akan tahu dan

berupaya untuk mengatur pola makannya sedemikian rupa sehingga

seimbang, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Masalah gizi yang timbul

sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang salah, karena tidak

adanya keseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi

(Minarno, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Nurfitriani (2011) dan

Skriptianan (2009) menunjukkan hasil bahwa semakin besar uang saku

Page 13: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

9

remaja, maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi minuman ringan

berkalori.

Tabel 4

Distribusi Minuman Berkalori Subjek Penelitian

yang Sering dikonsumsi

No Jenis

Minuman Frek

Jumlah

Subjek

Kalori

/kemasan

(Kkal)

KH/

kemasan

(Gram)

Gula/

kemasan

(Gram)

1 Es the manis 7x/mgg 44 103.5 26.5 26

2 Es jeruk 5x/mgg 18 119 30.9 30

3 Susu Frisian

flag kental

manis(sachet)

4x/mgg 14 130 23 20

4 Coffemix

(sachet)

4x/mgg 10 90 17 12

5 God day

coolin

(sachet)

3x/mgg 4 90 17 14

6 Nutrisari

florida orange

3x/mgg 7 60 14 12

7 Es lemon tea 3x/mgg 9 129.2 33.4 32

8 Teh botol 3x/mgg 7 66 16.5 16.5

9 Milo 3x/mgg 9 150 24 14

10 Teh gelas 2x/mgg 8 64 16.8 16

Berdasarkan Tabel 4 jenis minuman berkalori yang paling sering

dikonsumsi subjek penelitian adalah es teh manis. Lebih dari setengah

subjek peneliti yaitu 44 subjek mengaku pernah mengkonsumsi es teh

manis. Kandungan kalori dalam satu gelas teh manis (240 ml) adalah 103,5

Kkal, dengan karbohidrat 26,5 gram dan kandungan gula sebesar 26 gram.

Jumlah kandungan gula ini melebihi 2 kali rekomendasi komsumsi gula

yang aman yang berasal dari minuman yaitu 6-12 gram dalam 350 ml

(Harvard University, 2009). Berdasarkan 10 minuman yang paling sering

dikonsumsi oleh subjek, semua minuman memiliki kandungan gula ≥ 12

gram gula per sajian. Di Indonesia batas aman konsumsi gula untuk remaja

usia 13-18 tahun adalah 30-65 gram per hari, konsumsi ini termasuk dari

makanan padat dan minuman (Kemenkes, 2013).

Page 14: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

10

Akses yang mudah dan harga yang relatif terjangkau menjadi alasan

kenapa subjek banyak yang menyukai es teh. Rata–rata semua jenis

minuman yang sering dikonsumsi subjek penelitian banyak tersedia di

kantin sekolah, warung – warung dan minimarket serta indomart yang

terletak di sekitar sekolah SMA Negeri 5 Surakarta. Berdasarkan penelitian

Shi (2010), akses yang mudah berhubungan dengan konsumsi minuman

berkalori pada remaja. Ketersediaan minuman di lingkungan sekitar yang

mudah di akses akan mempengaruhi perilaku konsumsi remaja.

3.5 Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman Berkalori dengan Status

Gizi pada Siswa di SMA Negeri 5 Surakarta

Ketidaktahuan dalam pemilihan minuman ringan dapat berdampak buruk

pada status gizi (Saputri, 2013). Hasil analisis hubungan antara frekuensi

minuman berkalori dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 5 Surakarta

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5

Distribusi Status Gizi Berdasarkan Frekuensi Minuman Berkalori

pada Siswa di SMA Negeri 5 Surakarta

Frekuensi

Minuman

Berkalori

Status Gizi

ρ* Kurus Normal Overweight Obesitas Total

n % n % n % N % Σ %

Sedang 1 5.30 18 94.70 0 00.00 0 00.00 19 100.00 0.000

Tinggi 1 2.20 20 44.40 17 37.80 7 15.60 45 100.00

*Uji Fisher Exact

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa hampir sebagian subjek

penelitian yang memiliki status gizi lebih (overweight dan obesitas)

memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman berkalori dalam kategori

tinggi (5-6 kali per minggu atau > 1 kali per hari) yaitu overweight 37,8%

dan obesitas 15,6%. Hasil uji fisher exact diperoleh nila ρ = 0,000 hal ini

menunjukkan bahwa ρ < 0,05 yang berarti Ho ditolak, maka dapat diketahui

bahwa ada hubungan frekuensi minuman berkalori dengan status gizi pada

siswa SMA Negeri 5 Surakarta.

Page 15: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

11

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nastiti (2017)

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi soft

drinks dengan status gizi pada mahasiswa FIK dan FT Universitas

Muhammadyah Surakarta. Herlinawati dkk (2013), juga mengatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara asupan minuman berkalori dengan

asupan energi. Semakin tinggi frekuensi minuman berkalori maka akan

semakin banyak pula jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi

yang masuk dan tidak dipergunakan, akan ditimbun dalam tubuh sehingga

dapat meningkatkan berat badan. Hal ini didukung oleh pernyataan

Hamaideh dkk, (2010) bahwa alasan terjadinya kegemukan pada remaja

belum ditemukan dengan jelas, tetapi terdapat beberapa faktor yang

berpengaruh didalamnya, salah satunya adalah meningkatnya konsumsi

makanan dan minuman yang berkalori tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rosita dkk (2012)

yang menunjukkan bahwa berdasarkan kajian yang telah dilakukan bahwa

banyak energi yang mempengaruhi status gizi dan obesitas pada remaja,

diantaranya karena tingginya asupan softdrink yang mengandung kalori

tinggi apabila dikonsumsi berlebihan. Energi dari minuman berkalori kurang

dirasakan efek kenyangnya dibandingkan asupan energi dari makanan padat

karena berkurangnya penggelembungan lambung dan waktu transit yang

lebih cepat. Konsumsi minuman dengan kadar gula tinggi dalam jumlah

melebihi batas normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang

pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan (Gibney dkk,

2008).

Keputusan seseorang untuk mengkonsumsi suatu makanan biasanya

juga dipengaruhi oleh faktor kesukaan dan besarnya uang saku. Semakin

besar uang saku yang dimiliki anak, semakin besar peluang dalam

mengkonsumsi berbagai makanan dan minuman yang disukai. Uang saku

yang besar akan mendorong siswa untuk sering mengkonsumsi makanan

dan minuman modern dengan pertimbangan serta harapan akan diterima di

Page 16: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

12

kalangan teman sebayanya. Remaja dengan uang saku yang besar juga

memiliki kebebasan untuk memilih sendiri makananannya, membeli apapun

yang disukainya dengan tidak menghiraukan apakah makanan dan minuman

tersebut bergizi seimbang atau tidak (Gibney, 2009).

Gula merupakan salah satu kandungan dari minuman berkalori. Gula

digunakan untuk mendiskripsikan karbohidrat sederhana, yaitu sukrosa.

Hasil penelitian Wymelbeke dkk, (2004) membuktikan bahwa subjek

overweight yang mengkonsumsi sukrosa dalam jumlah besar dalam bentuk

cairan akan mengalami peningkatan asupan energi, berat badan, dan massa

lemak tubuh dibandingkan mengkonsumsi cairan dalam jumlah sama yang

mengandung pemanis buatan. Bahkan Lopez dkk, (2010) mendukung

pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa konsumsi minuman

berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi.

Penelitian Bleich dkk (2009) mengatakan bahwa dewasa muda (dini)

merupakan golongan prevalensi tetrtinggi (72%) yang mengkonsumsi

minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi 289 kalori tiap

harinya. Sedangkan penelitian yang dilakukan Barquera dkk (2009)

menyatakan bahwa asupan gula pada orang Amerika Serikat menyumbang

sekitar 20% rata - rata asupan kalori. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan Febriyani tahun 2008-2009 di kota – kota besar Indonesia

mengenai konsumsi energi minuman berkalori dan kontribusinya terhadap

total konsumsi energi pada 606 remaja dan 594 dewasa, disebutkan bahwa

asupan energi dari minuman berpemanis berkontribusi 420 kkal pada remaja

(Febriyani, 2011).

3.6 Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa keterbatasan

yaitu peneliti tidak memperhitungkan jumlah kalori dalam tiap kali

konsumsi dan subjek penelitian yang memiliki status gizi kurus dimasukkan

dalam penelitian ini.

Page 17: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

13

4. PENUTUP

Status gizi pada siswa di SMA Negeri 5 Surakarta dalam kategori overweight

sebesar 26,6%. Frekuensi minuman berkalori pada siswa di SMA Negeri 5

Surakarta dalam kategori tinggi (5 – 6 kali per minggu atau > 1 kali per hari)

yaitu sebesar 70,3%. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi

konsumsi minuman berkalori dengan status gizi renaja di SMA Negeri 5

Surakarta

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi Pertama, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Barquera S, Lucia H, Maria L, Juan E, Shu W, Juan A, & Barry M. 2008. Energy

intake from beverages is creasing among Mexican adolescents and adults. J

Clin Nutr 2008, 138, 2454–2461.

Bere E, Glomnes ES, Velde SJ, & Klepp K. 2007. Determinants of adolescents

soft drink consumption. J Public Health Nutrition, 11(1), 49-56

Bleich SN, Wang YC, Wang Y, and Gortmaker SL. 2009. Increasing

consumption of sugar-sweetened beverages among US adults: 1988-1994 to

1999-2004. J Clin Nutr, 89:372-81.

Brown, Judith E. 2005. Nutrition Through The Life Cycle 2 Nd Edition. United

States Of America: Thomson Wadsworth.

Chaput JP dan Tremblay A. The Glucostatic Theory of Appetite Control and the

Risk of Obesity and Diabetes. International Journal Obesity. 2009; 33(1);

46-53.

French, S.A., Story, M., Neumark-Stainer, D., Fulkerson, J.A., dan Hannan, P.

2001. Fast Food Restaurant Use Among Dolecnts: Assosiation with Nutrient

Intake, Food Choise and Behavorial and Psychososial Variables.

International Journal of Obesity,pp. 1823-1333.

Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. 2005. Gizi Kesehatan

Masyarakat. Andry Hartono, penerjemah. EGC. Terjemahan dari: Public

Heath Nutrition. Jakarta.

Page 18: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

14

Hamaideh SH, Al-Khateeb RY, dan Al-Rawashdeh AB. 2010. Overweight and

Obesity and their correlates among Jordanian adolescent. Journal of Nursing

Scholarship. 42:4. 387-394Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi

Untuk Kualitas Hidup. Gramedia Widiasarana. Jakarta.

Lopez GW, Kao J, RitchieL. 2010. To what extent have sweetened beverages

contributed to the obesity epidemic. Journal Of Public Health. Vol 10.1017.

Manuel, Pietro., Eric, N., Taylor., Giovanni, Cambaro dan Gary, C. 2013. Soda

and Other Beverages and Risk of Kidney Stone.

Minarno, Eko Budi dan Liliek Hariani. 2008. Gizi Dan Kesehatan Perspektif Al

Qur’an dan Sains. Malang: Uin-Malang Press

Nurfitriani, Gissela. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat

Konsumsi Minuman Berpemanis pada Mahasiswa S1 Reguler Universitas

Indonesia Angkatan 2009 Tahun 2011. [Skripsi]. Peminatan Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Pan A, Hu FB. Effects of Carbohydrates on Satiety: Differences between Liquid

and Solid Food. Curr Opin Clinical Nutrition Metabolism Care. 2011; 14:

385-90.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Robert SB dan Hoffiman DJ. Energy and Substrate Regulation in Obesity. Dalam

Duggan C, Walkins JB, Walker WA, Editor. Nutrition in Pediatrics: Basic

Science, Clinical App;ications, Hamilton: BC Decker; 2008. 435-438.

Rosita I, Marhaeni DDH, Mutyara K. 2012. Konseling Gizi Mengubah Perilaku

Makan dan Aktivitas Fisik pada Remaja Overweight dan Obesitas : Suatu

Kajian Literatur.

Skriptiana, N.R. 2009. Hubungan antara Pengetahuan Gizi, Teman Sebaya,

Media Massa dan Faktor Lain dengan Konsumsi Minuman Ringan

Berkabonasi pada Siswa-siswi SMPIT Nurul Fikri tahun 2009. Skripsi.

Universitas Indonesia.

Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang dan Permasalahannya. CV

Agung Seto. Jakarta.

Page 19: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERKALORI …eprints.ums.ac.id/66990/11/Naskah publikasi r.pdf · hubungan antara Frekuensi konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada

15

Suryanti, R., Japar, Nurhaedar., Syam, Aminudin. 2008. Gambaran Jeni dan

Jumlah Konsumsi Fast Food dan Soft Dronk pada Mahasiswa Obesitas di

Universitas Hasanudin. Jurnal Universitas Hasanudin. 1 (1): 1-8.

WHO. 2007. WHO Child Growth Standards: Methods and Development.

Wymelbeke VV, Beridot-The rondi ME, La Gue Ronnie VD, and Fantino M.

2004. Influence of repeated consumption of beverages containing sucrose or

intense sweeteners on food intake. Journal of Clinical Nutrition. European.

58. 154–161. 2004.