Top Banner
1 HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ASUPAN MAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 3 – 5 TAHUN DI KECAMATAN ENREKANG KABUPATEN ENREKANG RELATIONSHIP OF EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) AND FOOD INTAKE AND NUTRITION STATUS OF 3 5 YEARS OLD CHILDREN AT ENREKANG DISTRICT ENREKANG REGENCY ASRIANTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
152

HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

Nov 29, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

1

HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGANASUPAN MAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 3 – 5

TAHUN DI KECAMATAN ENREKANG KABUPATENENREKANG

RELATIONSHIP OF EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) ANDFOOD INTAKE AND NUTRITION STATUS OF 3 – 5 YEARS

OLD CHILDREN AT ENREKANG DISTRICTENREKANG REGENCY

ASRIANTI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2013

Page 2: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

2

HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGANASUPAN MAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 3 – 5

TAHUN DI KECAMATAN ENREKANG KABUPATENENREKANG

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

ASRIANTI

kepada

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2013

Page 3: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

3

PENGESAHAN TESIS

HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ASUPANMAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KECAMATAN

ENREKANG KABUPATEN ENREKANG

DIsusun Dan Diajukan Oleh:

ASRIANTINomor Pokok: P1803211001

Menyetujui

Komisi penasihat

Dr.dr. Burhanuddin Bahar,MS Dr.drg. A.Zulkifli Abdullah, M.KesKetua Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi ketua Konsentrasi

Dr.dr. Noer Bachry Noor,M.Sc Dr.dr. Burhanuddin Bahar,MS

Page 4: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

4

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: : Asrianti

Nomor Mahasiswa : P1803211001

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Juli 2013

Yang menyatakan,

Asrianti

Page 5: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

5

KATA PENGANTAR

BismillahirrahmanirrahimAssalamu alaikum Wr.wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena

atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Early Childhood Caries

dengan Asupan Makanan dan Status Gizi Anak Usia 3-5 tahun di Kabupaten

Enrekang”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. dr. Burhanuddin Bahar, MS sebagai Ketua Konsentrasi Gizi dan

sekaligus sebagai Ketua Komisi Penasihat, yang telah meluangkan waktu,

pikiran dan tenaga walau dalam kondisi kurang sehat memberikan

arahan, masukan serta dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan

hasil penelitian ini.

2. Dr. drg. A.Zulkifli Abdullah, M.Kes sebagai anggota komisi penasihat yang

telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan arahan,

masukan serta dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan hasil

penelitian ini.

3. Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc sebagai penilai yang telah

bersedia memberikan saran dan koreksi terhadap hasil penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

6

4. Dr. Dra. Nurhaedar jafar, Apt., M.Kes sebagai penilai yang telah bersedia

memberikan saran dan koreksi terhadap hasil penelitian ini.

5. Dr. Saifuddin Sirajuddin, MS sebagai penilai yang telah bersedia

memberikan saran dan koreksi terhadap hasil penelitian ini.

6. Direktur Pascasarjana UNHAS Makassar beserta staf, yang telah banyak

membantu penulis dalam proses belajar selama menuntut ilmu di institusi

UNHAS-Makassar.

7. Ketua program studi S-2 Kesmas dan seluruh dosen program studi

Kesmas khususnya konsentrasi gizi, yang telah banyak membantu

penulis selama proses belajar.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang dan seluruh staf, terima

kasih atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

9. Pimpinan Puskesmas Kota Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

dan seluruh staf, terima kasih atas bantuan selama penulis melakukan

penelitian.

10.Para Kader di Posyandu tempat penulis melakukan penelitian, terima

kasih atas bantuan selama penulis melakukan penelitian.

11.Saharuddin, SKM, Petugas gizi puskesmas Kota, Bu’ Hudiana, Bu’ Ani,

Pa’ Syamsul terima kasih atas bantuan selama penulis melakukan

penelitian.

Page 7: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

7

12.Teman- temanku angkatan 2011 (Bu Daniyah, Yessy, Tetra, Acel, Upi,

Eti, Ani, Ida, Zein dan Ikbal) dan sdr. Anshar Mursaha, SKM., M.Kes

terima kasih atas masukan dan dukungannya selama ini.

13.Terkhusus kepada:

a. Suami tercinta, dr. H.Hasriyanto, Sp.THT-KL., M.Kes, terima kasih

atas segala doa, dukungan dan kesabaran selama penulis menuntut

ilmu.

b. Ayah dan Ibu tercinta, H.Abdul Fattah D dan Hj.Eliati terima kasih atas

segala doa dan dukungan kepada ananda selama ini.

c. Ayah dan Ibu Mertua tercinta, H.Abdul Gaffar K. Mappatoba dan

Hj.Hasmawati terima kasih atas segala doa dan dukungan kepada

ananda selama ini.

d. Anak-anakku tercinta Rifar dan Rezky, terima kasih nak’ atas doa,

dukungan dan kesabarannya, semoga kalian semua bisa mengikuti

jejak ayah dan ibu.

Akhirnya dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya serta penghargaan kepada

semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu dan semoga

tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…

Makassar, Juli 2013

Penulis

Page 8: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

8

ABSTRAK

ASRIANTI. Hubungan Early Childhood Caries (ECC) dengan AsupanMakanan dan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Enrekang,Kabupaten Enrekang (Dibimbing oleh Burhanuddin Bahar dan A. ZulkifliAbdullah).

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan ECCdengan asupan makanan dan status gizi anak usia 3-5 tahun.

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengandesain cross sectional. Sampel yang diambil adalah anak yang berusia 3-5tahun sebanyak 191 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilansampel dilakukan secara cluster random. Pengumpulan data dilakukanmelalui pemeriksaan gigi, pengukuran berat badan dan tinggi badan anakdan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner danFFQ semi kuantitatif. Data dianalisis dengan analisis statistik melalui tabulasisilang dilanjutkan dengan uji chi square dan uji t- independent.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antarakaries dengan asupan energi (p=0,112, p>0,05), ada hubungan signifikanantara karies dengan asupan protein (p=0,042, p<0,05), ada hubungansignifikan antara karies dengan status gizi (p=0,000, p<0,05), dan adahubungan signifikan antara asupan energi dan protein dengan status gizi(p=0,000, p=0,000, p<0,05).

Page 9: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

9

ABSTRACT

ASRIANTI. Relationship of Early Childhood Caries (ECC) and Food Intakeand Nutrition Status of 3 – 5 Years Old Children at Enrekang District,Enrekang Regency (Supervised by Burhanuddin Bahar and A. ZulkifliAbdullah).

The research aimed at proving the existence of the relationship of ECCand the food intake and nutrition status of 3 – 5 years old children.

The research was conducted on 191 samples of 3 – 5 years oldchildren who fulfilled the inclusive criterion. The research used an analyticobservational method with the cross sectional design. The samples weretaken by the cluster random sampling technique. Data collection was carriedout by the children’s teeth examination, body weight and heightmeasurement, and direct interview with the respondents using aquestionnaire and semi-quantitative FFQ. The data were analysed using astatistic analysis through a crosstabulation, it was then continued with theChi-quare test and t-independent test.

The research result indicate that there is no significant relationshipbetween the caries and energy intake (p=0.112, p>0.05), there is thesignificant relationship between the caries and the protein intake (p=0.042,p<0.05), there is the significant relationship between the caries and thenutrition status (p=0.000, p<0.05), and there is the significant relationshipbetween the energy intake, protein and the nutrition status (p=0.000,p=0.000, p<0,05).

Page 10: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

10

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………… iv

ABSTRAK ………………………………………………………………… v

ABSTRACT ………………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… ix

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xi

DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………… xii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………… 6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………… 6

D. Manfaat Penelitian ………………………………………… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 9

A. Tinjauan Umum Tentang Karies ………………………… 9

B. Tinjauan Umum tentang Asupan Makanan dan Status Gizi ... 32

C. Hubungan Antara Karies Gigi dan Status Gizi ………… 47

D. Kerangka teori ………………………………………………… 50

E. Kerangka Konsep ………………………………………… 53

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………… 54

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………… 54

B. Lokasi dan waktu Penelitian ………………………………… 55

Page 11: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

11

C. Populasi dan Sampel ………………………………………… 55

D. Perkiraan Besar Sampel ………………………………… 56

E. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) .......................... 57

F. Responden …………………………………………………. 58

G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi …………………………………. 58

H. Izin Penelitian dan Ethical Clearance …………………………. 59

I. Identifikasi Variabel …………………………………………. 59

J. Definisi operasional Variabel dan Kriteria Obyektif ………… 59

K. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………………………… 62

L. Alat dan Bahan …………………………………………………. 63

M. Pengolahan dan Analisis Data…………………………………. 64

N. Kontrol Kualitas …………………………………………………. 65

O. Alur Penelitian …………………………………………………. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 68

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………… 68

B. Hasil Penelitian ………………………………………………… 69

C. Pembahasan ………………………………………………… 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 97

A. Kesimpulan ………………………………………………… 97

B. Saran ………………………………………………………… 98

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 100

LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

12

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14

2 Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) rata-rata yang

dianjurkan pada kelompok umur (1-6 tahun) 40

3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks 47

4 Distribusi karakteristik lokasi penelitian 69

5 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan umur, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan orang tua 69

6 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan riwayat kunjungan ke

dokter gigi, frekuensi menyikat gigi, dan riwayat pemberian ASI 70

7 Prevalensi karies gigi 71

8 Jenis dan frekuensi konsumsi makanan kariogenik 72

9 Distribusi tingkat keparahan karies berdasarkan umur, jenis

Kelamin dan tingkat pendidikan orang tua 73

10 Distribusi tingkat keparahan karies berdasarkan riwayat kunjungan

ke dokter gigi dan frekuensi menyikat gigi 74

11 Distribusi tingkat keparahan karies berdasarkan riwayat ASI 75

12 Distribusi asupan energi berdasarkan kelompok umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan orang tua 76

Page 13: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

13

Nomor Halaman

13 Distribusi asupan protein berdasarkan kelompok umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan orang tua 77

14 Distribusi status gizi berdasarkan kelompok umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan orang tua 78

15 Hubungan karies dengan asupan energi 79

16 Hubungan karies dengan asupan protein 80

17 Hubungan karies dengan status gizi 80

18 Hubungan asupan energi dengan status gizi 81

19 Hubungan asupan protein dengan status gizi 81

20 Perbedaan rerata jumlah asupan energi dan protein berdasarkan

tingkat keparahan karies 82

21 Perbedaan rerata IMT berdasarkan tingkat Keparahan karies 82

Page 14: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

14

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Tahap awal ECC 11

2 Tahap lanjut ECC 12

3 ECC tipe III 13

4 Model karies modern 18

5 Kerangka teori 52

6 kerangka konsep 53

7 Desain penelitian 54

8 Kerangka pengambilan sampel 57

9 Alur penelitian 67

Page 15: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

15

DAFTAR SINGKATAN

AAPD = American Academy of Pediatric Dentistry

ADA = American Dental Association

AKG = Angka Kecukupan Gizi

ASI = Air Susu Ibu

BB/PB = Berat badan menurut panjang badan

BB/U = Berat badan menurut umur

DMF-T = Decay Missing Filling Teeth

def-t = decay extoliasi filing teeth

Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DKBM = Daftar Komposisi Bahan Makanan

DKMM = Daftar Konversi Mentah-Masak

ECC = Early Childhood Caries

FFQ = Food Frequency Questionnaire

GTF = Glukosiltransferase

IMT/U = Indeks Massa Tubuh menurut Umur

KK = Kepala Keluarga

LK/U = Lingkar kepala menurut umur

LILA = Lingkar lengan atas

P = Probability

PKK = Pendidikan kesejahteraan Keluarga

Posyandu = Pos pelayanan terpadu

PT = Perguruan Tinggi

Page 16: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

16

Riskesdas = Riset kesehatan dasar

SD = Sekolah Dasar

SD = Standar Deviasi

SMP = Sekolah Menengah Pertama

SMU = Sekolah Menengah Umum

SPSS = Statistical Product and Service Solutions

TB/U = Tinggi badan menurut umur

TK = Taman Kanak-kanak

TLBK = Tebal Lipatan Bawah kulit

UKGS = Upaya Kesehatan Gigi Sekolah

URT = Ukuran Rumah Tangga

WHO = World Health Organization

WNPG = Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi

Page 17: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Formulir hasil pemeriksaan gigi dan pengukuran antropometri

3. Formulir Food Frequency Quetionaire (FFQ) Semi Kuantitatif

4. Pernyataan kesediaan menjadi responden

5. Rekomendasi Persetujuan etik

6. Surat izin/rekomendasi penelitian

7. Surat keterangan penelitian

8. Master tabel

9. Hasil analisis data

Page 18: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah

membangun sumber daya manusia yang berkualitas, yang sehat, cerdas,

dan produktif. Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait

baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi

oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas

maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh

jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang

memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga (Azwar A., 2004).

Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi balita kurang gizi (balita

yang mempunyai berat badan kurang) secara nasional adalah sebesar 17,9%

diantaranya 4,9% yang gizi buruk dan 40,6% penduduk mengonsumsi

makanan dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari Angka

Kecukupan Gizi/AKG) yang dianjurkan tahun 2004. Berdasarkan kelompok

umur dijumpai 24,4% Balita, 41,2% anak usia sekolah, 54,5% remaja, 40.2%

dewasa, serta 44,2% ibu hamil mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan

minimal (Depkes RI, 2010).

Page 19: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

19

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi Balita Tahun 2009 di

Kabupaten Enrekang, diperoleh informasi bahwa jumlah kasus gizi buruk

sebanyak 106 kasus atau 0,9%. Pada tahun 2010 jumlah kasus gizi buruk

sebanyak 10 kasus atau 0,05% dan kasus gizi kurang sebanyak 0,58%. Pada

tahun 2011 jumlah kasus gizi buruk sebanyak 6 kasus atau 0,03% dan kasus

gizi kurang sebesar 1,06% (Dinkes Kab. Enrekang, 2011).

Kesehatan mulut sangat penting bagi kesehatan umum dan kualitas

hidup (US Department of Health and Human Services, 2010; WHO, 2003).

Kesehatan mulut adalah bagian integral dari kesehatan anak secara

keseluruhan (Hale, 2008). Karies gigi merupakan penyakit yang lazim pada

masa kanak-kanak dan penyakit tidak menular yang paling sering ditemukan

di seluruh dunia (Tanaka et al., 2012; Benzian et al., 2011; Arora et al.,

2011).

Karies pada gigi sulung atau Early childhood caries (ECC) adalah

suatu penyakit kronis pada anak yang paling umum, menggambarkan

masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi bayi dan anak-anak

prasekolah di seluruh dunia terutama masyarakat yang kurang beruntung

baik di negara berkembang dan negara industri ( Al-Haddad et al., 2006;

Feldens, 2010; Ruhaya et al., 2012; Mohammadi et al., 2012).

Sebanyak 28% anak-anak usia 2-6 tahun di Amerika Serikat

mengalami karies dan prevalensinya meningkat 15% selama dekade terakhir

(Hong et al., 2008). Prevalensi karies gigi terus-menerus meningkat dengan

Page 20: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

20

perubahan kebiasaan diet masyarakat dan meningkatnya konsumsi gula

(Khan et al., 2008; Saini et al., 2003). Insiden karies gigi meningkat

meskipun telah dilakukan upaya terbaik oleh para profesional kesehatan gigi

untuk mengurangi kejadian karies gigi (Gokhale et al.,2010).

Menurut data Riskesdas 2007, Prevalensi nasional karies aktif

sebesar 43,4%. Indeks DMF-T secara nasional sebesar 4,85, ini berarti rata-

rata kerusakan gigi pada penduduk Indonesia 5 buah gigi per orang. (Depkes

RI, 2008). Hasil penelitian Thioritz (2010), Prevalensi karies gigi pada murid

TK di Kecamatan Rappocini Kota Makassar sebesar 100%. Besarnya dan

keparahan karies gigi pada gigi sulung dan permanen menjadi masalah

utama dan harus mendapat perhatian khusus (Bagramian et al., 2009).

Karies gigi masih merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut

di dunia. Karies gigi dapat mengenai siapa saja tanpa memandang usia dan

jika dibiarkan berlanjut akan merupakan sumber fokal infeksi di dalam mulut

sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini tentu saja akan

mempengaruhi asupan gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan yang pada gilirannya akan mempengaruhi status gizi anak yang

berimplikasi pada kualitas sumber daya (Siagian, 2008).

Adanya gigi-geligi yang tidak baik dapat menyebabkan terganggunya

pencernaan yang merupakan faktor sekunder terjadinya gangguan gizi

(Almatsier, 2001). Meskipun tidak mengancam kehidupan, karies dapat

menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan dan mengurangi asupan

Page 21: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

21

makanan, sehingga mempengaruhi kualitas hidup anak-anak (Sheiham,

2006; Zero, 2006; Tanaka et al., 2012). Sebagian besar karies gigi yang tidak

dirawat berdampak signifikan pada kesehatan umum, kualitas hidup,

produktivitas, prestasi pendidikan dan pembangunan (Sheller et al., 2009;

Benzian et al., 2011). Terganggunya proses pengunyahan akibat kehilangan

gigi dapat mempengaruhi pemilihan makanan sehingga terjadi perubahan

terhadap pola asupan zat gizi sehingga dapat berpengaruh terhadap status

gizi (Benzian, 2011).

ECC bukan hanya mempengaruhi gigi, tetapi konsekuensi penyakit ini

juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih luas. Bayi yang

mengalami ECC pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan bayi

yang bebas karies. Anak-anak dengan ECC dapat menjadi sangat kurus

karena terkait dengan rasa nyeri dan keterbatasan untuk makan (Kawashita,

2011).

Anak-anak yang menderita ECC akan mengalami rasa sakit, kesulitan

mengunyah, masalah berbicara, gangguan kesehatan umum dan masalah

psikologis. Bahkan jika tidak dirawat, ECC berdampak pada kualitas hidup

seperti penyakit sistemik yang lain dan menyebabkan nyeri gigi, menghindari

jenis makanan tertentu sehingga menyebabkan malnutrisi. Selain itu,

pengobatan ECC mahal karena memerlukan anestesi umum untuk beberapa

ekstraksi dan cenderung terjadi karies baru (Berkowitz, 2003; Mohammadi et

al., 2008; Ruhaya et al., 2012; Masumo et al.,2012).

Page 22: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

22

Terdapat hubungan langsung antara kesehatan mulut dan asupan gizi

(Hale, 2008). Pola makan merupakan faktor penting risiko karies gigi.

Masalah pada gigi juga sangat mempengaruhi kebiasaan makan, dan

selanjutnya mempengaruhi status gizi (Palmer, 2009).

Jadi Diet, nutrisi dan ECC terkait erat namun literatur laporan yang

ada terbatas (Clarke et al., 2006). Penelitian pada hewan telah

menunjukkan bahwa malnutrisi dini mempengaruhi struktur gigi dan

keterlambatan erupsi gigi, hal ini menyebabkan peningkatan kerentanan

terhadap karies gigi di kemudian hari. Pada manusia, bagaimanapun,

terdapat banyak kontroversi mengenai hubungan negatif antara status gizi

dan karies gigi (Al-Haddad et al., 2006). Penelitian sebelumnya telah

menunjukkan perbedaan hubungan antara status karies dan overweight pada

anak-anak dengan kelompok usia yang berbeda. Satu penelitian menemukan

anak-anak overweight lebih berisiko karies pada gigi sulung dibanding anak-

anak dengan berat badan normal (Marshall et al., 2007). Sebaliknya,

penelitian oleh NHANES III pada anak-anak muda menunjukkan status

overweight terkait dengan penurunan laju karies pada anak usia 12-18 tahun

(Kopyka-Kedzierawski et al, 2007; Narksawat et al.,2009).

Studi populasi yang meneliti hubungan karies gigi dengan asupan

makanan dan status gizi belum pernah dilakukan di Kabupaten Enrekang.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti hubungan early childhood

Page 23: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

23

caries (ECC) dengan asupan makanan dan status gizi pada anak usia 3-5

tahun di Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka yang menjadi

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara early childhood caries (ECC) dengan

status gizi anak usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang?

2. Apakah terdapat hubungan antara early childhood caries (ECC) dengan

asupan energi dan protein anak usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang?

3. Apakah terdapat hubungan antara asupan energi dan protein dengan

status gizi anak usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk membuktikan adanya hubungan early childhood caries

(ECC) dengan asupan makanan dan status gizi anak usia 3-5 tahun

di Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang.

Page 24: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

24

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui jenis dan frekuensi makanan kariogenik yang

sering dikonsumsi anak penderita karies usia 3-5 tahun di

Kabupaten Enrekang.

b. Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein yang

dikonsumsi anak penderita karies usia 3-5 tahun di Kabupaten

Enrekang.

c. Untuk mengetahui hubungan antara ECC dengan status gizi anak

usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang.

d. Untuk megetahui hubungan antara ECC dengan asupan gizi

(energi dan protein) anak usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang.

e. Untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi dengan status gizi

anak usia 3-5 tahun yang mengalami ECC di Kabupaten

Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat sains

a. Sebagai masukan dan informasi di bidang kedokteran gigi

pencegahan, dalam rangka pencegahan karies gigi.

b. Sebagai masukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya baik

di bidang ilmu gizi maupun di bidang kedokteran gigi pencegahan.

Page 25: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

25

2. Manfaat praktis

a. Sebagai masukan dan informasi bagi Pemerintah Kabupaten

Enrekang dalam upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, khususnya program peningkatan gizi dan pencegahan

karies pada anak.

b. Sebagai masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten

Enrekang dalam program peningkatan upaya kesehatan gigi dan

mulut dan program upaya perbaikan gizi anak balita.

c. Sebagai masukan dan informasi kepada pihak Puskesmas

setempat dalam peningkatan UKGS.

Page 26: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Karies

1. Definisi

Kata “caries” berasal dari bahasa latin yang berarti “busuk” (rotten)

atau “pembusukan” (rottenness). Dengan demikian kata “karies dentis”

dapat diartikan sebagai suatu keadaan terjadinya pembusukan (dalam hal

ini yang dimaksud adalah “kerusakan” pada struktur jaringan gigi (Hurlbutt

et al.,2011).

Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin

dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu

jenis karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya

demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan

bahan organiknya (Tarigan, 1995; Kidd & Bechal, 1992; Al-Haddad et al.,

2006).

Early Childhood Caries (ECC) merupakan istilah yang dianjurkan

oleh pusat kontrol dan pencegahan penyakit untuk menjelaskan suatu

pola lesi karies yang unik pada bayi, balita dan anak prasekolah. Istilah ini

menggantikan istilah karies botol atau nursing caries yang digunakan

Page 27: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

27

sebelumnya untuk menjelaskan suatu bentuk karies rampan pada gigi

sulung yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya

termasuk karbohidrat dalam jangka waktu yang panjang (Mazhari et al.,

2007).

American Dental Association (ADA) mendefinisikan ECC bila

terdapat satu atau lebih gigi yang rusak dapat berupa lesi kavitas atau

non kavitas, gigi yang dicabut karena karies, permukaan gigi sulung yang

ditambal pada anak usia prasekolah yaitu sejak lahir sampai 71 bulan.

(Chu, 2006; Law et al., 2007; American Academy of Pediatric Dentistry).

Istilah "early childhood caries (ECC)" direkomendasikan digunakan

saat menggambarkan segala bentuk karies pada bayi dan anak

prasekolah (Narvey et al., 2007; Harris et al., 2004; Kawashita et al.,

2011). Oleh karena berbagai klinis, etiologi, lokalisasi, dan tentu saja fitur,

patologi ini ditemukan dengan nama-nama yang berbeda seperti labial

caries (LC), caries of incisors, nursing bottle mouth, rampant caries (RC),

nursing bottle caries (NBC), nursing caries, baby bottle tooth decay

(BBTD), early childhood caries (ECC), rampant infant and early childhood

dental decay, dan severe early childhood caries (SECC) (Begzati et al.,

2010).

Page 28: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

28

2. Gambaran Klinis ECCSecara klinis, gambaran ECC sebagai berikut: (Zafar, 2009)

a. ECC tipe I (ringan sampai sedang).

Adanya satu atau beberapa lesi karies terisolasi yang

melibatkan geraham dan/atau gigi seri. Penyebabnya biasanya

merupakan kombinasi dari makanan kariogenik semi-padat atau

padat dan kurangnya kebersihan mulut. Jumlah gigi yang terkena

biasanya meningkat sebagai tantangan lanjut kariogenik. Jenis

ECC ini biasanya ditemukan pada anak-anak usia 2 sampai 5

tahun.

Gambar 1. Tahap awal ECC- lesi dapat dihentikan dengan aplikasi fluoridedan peningkatan kebersihan mulut. (Zafar, 2009)

b. ECC Tipe II (sedang sampai berat).

Lesi karies pada permukaan Labiolingual gigi seri

rahang atas, dengan atau tanpa karies molar tergantung pada

usia anak dan tahap penyakit, dan gigi seri mandibula tidak

Page 29: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

29

terkena. Penyebabnya terkait dengan penggunaan botol susu

yang tidak tepat, pada pemberian ASI atau kombinasi

keduanya, dengan atau tanpa kebersihan mulut yang buruk.

jenis ECC ini dapat ditemukan segera setelah gigi pertama

erupsi. Jika tidak terkontrol, dapat berlanjut menjadi ECC tipe

III.

Gambar 2. Tahap Lanjut ECC – memerlukan perawatan restorasi atauekstaksi gigi. (Zafar, 2009)

c. ECC Tipe III (berat).

Lesi karies melibatkan hampir semua gigi termasuk

gigi seri bawah. Kondisi ini ditemukan antara usia 3 sampai

5 tahun. Kondisi ini rampan dan umumnya melibatkan

permukaan gigi yang tidak terpengaruh oleh karies misalnya

gigi seri pada rahang bawah.

Page 30: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

30

Gambar 3. ECC tipe III yang melibatkan hampir semua gigi (Americanacademy of Pediatric Dentistry, 2003)

3. Pengukuran Indeks Karies Gigi

Derajat keparahan karies gigi mulai dari yang ringan sampai berat

dapat ditentukan melalui pengukuran dengan menggunakan indeks

karies gigi. Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi

karies anak atau sekelompok anak. Indeks def-t adalah indeks yang

digunakan untuk menentukan pengalaman karies gigi yang terlihat pada

gigi susu dalam rongga mulut dengan menghitung jumlah gigi karies yang

masih dapat ditambal (d), ditambah jumlah gigi karies yang tidak dapat

ditambal atau harus dicabut (e) dan jumlah gigi karies yang telah ditambal

(f). (Suwelo, 1992; Pintauli dan Hamada, 2008; Herijulianti, 2002).

WHO memberikan kategori dalam perhitungan def-t berupa derajat

interval yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Page 31: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

31

Tabel 1

4. Epidemiologi

Karies gigi merupakan penyebab utama kehilangan gigi di

Amerika Serikat. Hampir 42% anak-anak dan remaja (usia 6 sampai 19

tahun) dan sekitar 90% orang dewasa telah mengalami karies gigi

(Decker, 2007; Harris et al., 2004). Menurut United States Surgeon

General’s report, karies gigi dinyatakan sebagai penyakit kronis yang

paling umum pada anak-anak usia 5 sampai 17 tahun dan lima kali lebih

tinggi dari asma dan tujuh kali lebih tinggi dari demam. (Bagramian et al.,

2009).

Page 32: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

32

Menurut Laporan tahun 2007 oleh Centers for Disease Control dan

Prevention, kavitas telah meningkat pada balita dan anak prasekolah.

Kavitas pada anak usia 2 sampai 5 tahun meningkat dari 24 persen

menjadi 28 persen antara tahun 1988-1994 dan 1999-2004 (Dye et al.,

2007). Untuk anak-anak usia 2 sampai 5 tahun, 70% karies ditemukan

pada 8% dari populasi (Macek et al., 2004). Prevalensi ECC bervariasi di

berbagai negara, yang mungkin tergantung pada kriteria diagnostik.

sementara di beberapa negara maju yang memiliki program-program

lanjut untuk perlindungan kesehatan mulut, prevalensi ECC adalah sekitar

5%. Di beberapa negara Eropa tenggara (tetangga Kosovo), prevalensi ini

mencapai 20% (Bosnia) dan 14% (Macedonia) Prevalensi ECC yang

lebih tinggi telah dilaporkan untuk daerah seperti Quchan, Iran (59%)

dan Alaska (66,8%). Pada anak-anak Indian Amerika prevalensinya

41,8%. Demikian pula, dalam populasi Amerika Utara, prevalensi pada

anak berisiko tinggi berkisar antara 11% hingga 72% (Mazhari et al.,

2007; Berkowitz, 2003; Begzati et al., 2010).

Data nasional karies gigi tahun 2002-2003 di Brazil menunjukkan

prevalensi 60% di antara anak-anak usia 5 tahun (Feldens, 2010).

Meskipun prevalensi dan keparahan karies telah menurun, belum ada

penurunan laju early childhood caries yang diamati pada bayi dan anak-

anak prasekolah (Beltrán-Aguilar et.al., 2005). Prevalensi karies gigi di

India mencapai 60% - 65%. (Khan et al, 2008). Lebih dari 40% anak-anak

Page 33: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

33

India menderita karies gigi, penyakit ini umum di antara anak-anak,

sebagian besar dari mereka berada di daerah pedesaan dan

membutuhkan perawatan gigi (Patil et al., 2009).

Menurut hasil Riskesdas 2007, prevalensi nasional Karies Aktif

adalah 43,4%. Sebanyak 14 provinsi memiliki prevalensi Karies Aktif

diatas prevalensi nasional, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka

Belitung, Di Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Indeks DMF-T secara nasional

sebesar 4,85. Ini berarti rata-rata kerusakan gigi pada penduduk

Indonesia 5 buah gigi per orang. Komponen yang terbesar adalah gigi

dicabut/M-T sebesar 3,86, dapat dikatakan rata-rata penduduk Indonesia

mempunyai 4 gigi yang sudah dicabut atau indikasi pencabutan. (Depkes

RI, 2008).

5. Etiologi

Salah satu teori terjadinya karies yang hampir diterima secara

universal, adalah ' teori kemo-parasit . " Teori ini diusulkan oleh WD

Miller pada tahun 1881 yang menjelaskan upaya gabungan dari asam

(kemo) dan mikroorganisme oral (parasit) dalam proses dekalsifikasi gigi.

Kebetulan, teori ini telah berkembang bersama dengan ahli mikrobiologi

revolusioner seperti Louis Pasteur dan Robert Koch. Menurut teori ini,

Page 34: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

34

mikroorganisme dalam rongga mulut memetabolisme pati makanan dan

menghasilkan asam organik yang melarutkan mineral gigi (Usha and

Sathyanarayanan, 2009).

Teori Miller, pada kenyataannya, memiliki kekurangan dalam

penjelasan penyebab karies gigi, tetapi menjadi tulang punggung untuk

studi di masa depan dalam disiplin Cariology. Diantaranya adalah sebagai

berikut: 'Semua dan setiap mikroorganisme saliva' yang acidogenic

(memproduksi asam) bertanggung jawab atas dekalsifikasi dari struktur

gigi. Sebaliknya, karya elegan GV Black dan JL Williamin 1898,

menjelaskan entitas “'plak gigi", sebuah kolonisasi mikroorganisme

endogen pada permukaan gigi yang menyebabkan kerusakan gigi. Dari

tahun 1950 hingga 60-an, studi landmark dari Orland dkk. dan 'revolusi

Keyes dan Fitzgerald' membuktikan hubungan sebab akibat yang kuat

dari mikroorganisme tertentu yang khusus seperti Streptococcus,

Lactobacillus, Actinomyces yang ada dalam plak gigi dengan kejadian

karies. Studi ini juga mendalilkan bahwa karies gigi adalah penyakit

microbial yang menular (Usha and Sathyanarayanan, 2009).

Gigi, plak dan substrat (diet) adalah tiga prasyarat untuk

berkembangnya lesi karies sebagaimana didalilkan oleh Keyes. (lihat tiga

bagian lingkaran dalam Gambar 4) (Loveren et al., 2012).

Page 35: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

35

Gambar 4. model karies modern. Pada tahun 1960, Keyes mendesain pusat triad dalamgambar ini. Plak, gigi dan diet adalah tiga prasyarat untuk berkembang lesi karies . Penelitiselanjutnya memperluas model untuk menyertakan faktor-faktor yang mempengaruhiinteraksi di antara tiga prasyarat. Pada lingkaran pertama,menunjukkan modifikasi faktoryang berperan dalam rongga mulut. Lingkaran kedua menunjukkan aspek perilaku yangterkait dengan risiko karies (dimodifikasi dari Gierat-Kucharzewska B, Karasin´ski A , 2006)).

Teori Multifaktorial Keyes menyatakan penyebab karies gigi

mempunyai banyak faktor seperti: host atau tuan rumah yang rentan,

agen atau mikroorganisme yang kariogenik, substrat atau diet yang

cocok, dan waktu yang cukup lama. Faktor-faktor tersebut digambarkan

sebagai tiga lingkaran yang bertumpang tindih (Gambar 4). Untuk

terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling

Page 36: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

36

mendukung (Tarigan, 1995; Slavkin, 1999; Pintauli dan Hamada, 2008;

Loveren et al., 2012).

a. Faktor host atau tuan rumah.

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai

tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan

bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan

fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa

makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur

yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat

menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan

karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia

kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,

fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami

mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,

fosfat, sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat

menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung

mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin

resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap.

Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak

bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit dari

pada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu

Page 37: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

37

tidak sepadat gigi tetap dan email orang muda lebih lunak

dibandingkan orang tua. Mungkin alasan ini menjadi salah satu

penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak. (Tarigan, 1995;

Pintauli dan Hamada, 2008).

b. Faktor agen atau mikroorganisme.

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan

terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu

matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang

tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak yang berbeda-beda. Pada awal

pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling

banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,

Streptokokus mitis, dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain

lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya

laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah

laktobasilus pada plak gigi berkisar 104-105 sel/mg plak. Walaupun

demikian, Streptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama

karies. (Pintauli dan Hamada, 2008; Cury and Tenuta, 2009; Loveren

et al., 2012).

Page 38: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

38

c. Faktor substrat atau diet.

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan

plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi

mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat

mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan

bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan

lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat

terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi,

sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak

dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies

gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang

peranan penting dalam terjadinya karies (Pintauli dan Hamada, 2008;

Loveren et al., 2012).

d. Faktor waktu.

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada

manusia yang berkembang dalam beberapa bulan atau tahun.

Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi

suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Pintauli dan

Hamada, 2008).

Page 39: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

39

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies

a. Umur.

Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies

pun akan bertambah. Hal ini jelas, karena faktor risiko terjadinya karies

akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. (Suwelo, 1992).

b. Jenis kelamin.

Prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan

dengan pria. Demikian pula pada anak-anak, prevalensi karies gigi

susu anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak

laki-laki, karena gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut.

Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan

faktor resiko terjadinya karies (Suwelo, 1992).

c. Ras.

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit

ditentukan. Tetapi keadaan tulang rahang suatu ras mungkin

berhubungan dengan prosentase karies yang semakin meningkat atau

menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit,

sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur. Keadaan

gigi yang tidak teratur akan mempersulit pembersihan gigi dan akan

mempertinggi prosentase karies pada ras tertentu (Kidd & Bechal,

1992).

Page 40: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

40

d. Keturunan.

Dari suatu penelitian terdapat 12 pasang orang tua dengan

keadaan gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang

orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik dan dari 46 pasang

orang tua dengan gigi yang tidak baik, hanya 1 pasang yang memiliki

anak dengan gigi yang baik, 5 pasang dengan prosentase karies

sedang dan 40 pasang dengan prosentase karies yang tinggi. Tapi

dengan tehnik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-

akhir ini, sebetulnya faktor keturunan dalam prosentase terjadinya

karies tersebut telah dapat dikurangi (Kidd & Bechal, 1992).

e. Kultur sosial penduduk

Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan

jumlah karies. Di Selandia baru, prevalensi karies anak dengan sosial

ekonomi rendah di daerah yang air minumnya difluoridasi lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah yang air minumnya tidak difluoridasi.

Selain itu, perbedaan suku, budaya, lingkungan dan agama akan

menyebabkan keadaan karies yang berbeda pula (Suwelo, 1992).

f. Tingkat sosial ekonomi

Terdapat bukti kuat hubungan antara pengalaman sosial

ekonomi individu untuk anak-anak yang kurang beruntung dan

kejadian yang merugikan kesehatan ( Fisher et al., 2007). Anak-anak

yang lahir dalam keluarga berpenghasilan rendah lebih mungkin untuk

Page 41: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

41

memiliki berat lahir rendah yang berdampak pada kesehatan mulut

(Zafar, 2009).

Latar belakang sosial ekonomi yaitu masalah budaya dan

pendapatan yang rendah dapat memungkinkan tingginya angka

kejadian karies gigi pada kelompok masyarakat tertentu. Selain itu,

masyarakat tersebut tidak dapat melakukan pemeriksaan ke dokter

gigi karena memiliki pendapatan yang rendah (Suwelo, 1992).

g. Kunjungan ke dokter gigi

Setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan

berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka

sehat. Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka

harus dilakukan perawatan secara berkala pembersihan karang gigi

dan perawatan gigi berlubang oleh dokter gigi serta pencabutan gigi

yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi.

Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada

keluhan maupun tidak ada keluhan (Malik, 2008).

Demikian juga AAPD (2009), menganjurkan pemeriksaan

setiap enam bulan untuk mencegah gigi berlubang dan masalah gigi

lainnya. Namun, dokter gigi anak dapat memberitahu kapan dan

seberapa sering anak harus mengunjungi berdasarkan kesehatan

mulut pribadi mereka.

Page 42: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

42

Peterson (1995) dalam Soelarso (2005), menunjukkan bahwa

hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja industri pertanian di

Northwest, Inggris tentang hubungan antara pola kunjungan mereka

ke dokter gigi dengan status kesehatan gigi, disimpulkan bahwa

meningkatnya frekuensi kunjungan ke dokter gigi untuk mendapatkan

pelayanan medik gigi memang benar dapat menghilangkan risiko

kehilangan gigi, tetapi tidak dapat mencegah timbulnya masalah

kesehatan gigi baru, seperti karies sekunder dan karies gigi yang lain.

h. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status kesehatan

seseorang, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran untuk

menjaga kesehatan (Suwelo, 1992). Tingkat pendidikan orang tua

telah menunjukkan berkorelasi dengan kejadian dan keparahan ECC

pada anak-anaknya ((Zafar, 2009).

i. Kesadaran sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi

Fase perkembangan anak umur di bawah 5 tahun masih sangat

tergantung pada pemeliharaan, bantuan dan pengaruh dari ibu.

Peranan ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak. Dalam bidang kesehatan, peranan seorang ibu

sangat menentukan. Jadi kesadaran, sikap, dan perilaku serta

Page 43: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

43

pendidikan ibu sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak

(Suwelo, 1992).

j. Susu botol

Susu botol, terutama malam hari atau, terutama ketika anak-

anak dibiarkan tidur dengan botol di mereka mulut, telah dianggap

kariogenik. Du dkk., menemukan bahwa anak-anak yang minum susu

mempunyai risiko lima kali lebih besar memiliki ECC dibandingkan

dengan anak yang disusui. Susu formula untuk makanan bayi,

bahkan yang tanpa sukrosa, juga terbukti kariogenik dalam beberapa

penelitian (Zafar et al., 2009).

k. ASI

Menyusui memiliki banyak keuntungan, di antaranya

memberikan gizi yang optimal bagi bayi, perlindungan imunologi dan

meminimalkan dampak ekonomi untuk keluarga. Meskipun praktek

yang baik, ada bukti yang bertentangan mengenai menyusui dalam hal

kesehatan gigi. Rupanya menyusui berkepanjangan membawa risiko

perkembangan karies gigi atau Nursing caries.(Bowen dan Lawrence,

2005). Beberapa penelitian epidemiologis manfaat menyusui bagi

kesehatan, menyusui terkait dengan tingkat karies gigi yang lebih

rendah. Oleh karena itu Organisasi kesehatan Dunia (WHO)

menganjurkan bahwa anak-anak disusui sampai usia 24 bulan (Zafar

et al., 2009).

Page 44: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

44

l. Kebersihan mulut

Pada umumnya diterima bahwa adanya plak gigi adalah faktor

risiko tinggi untuk perkembangan karies pada anak-anak. Beberapa

penelitian telah melaporkan bahwa kebiasaan menyikat gigi anak,

frekuensi menyikat, dan/atau penggunaan pasta gigi fluoride

berhubungan dengan kejadian dan perkembangan karies gigi (Zafar

et al., 2009).

m. Fluorida

Memelihara fluorida konstan dalam rongga mulut penting bagi

resistensi enamel, mengurangi jumlah mineral yang hilang selama

deminerali sasi dan mempercepat remineralisasi. Beberapa penelitian

telah menunjukkan bahwa anak-anak berusia lima tahun yang tinggal

di daerah berfluoride memiliki sekitar 50% kurang karies dibanding

yang tinggal di daerah nonfluorida. Menyikat gigi rutin dengan pasta

gigi berfluorida dan menyikat sebelum tidur penting untuk kontrol

karies, karena mempertahankan konsentrasi fluoride dalam air liur

untuk jangka panjang (Zafar, 2009).

7. Proses Terjadinya Karies

Awal mula terjadinya karies adalah terbentuknya plak gigi, yaitu

lapisan tipis transparan yang menempel pada permukaan email gigi. Plak

gigi merupakan produk dari bakteri Streptococcus mutans dan sisa-sisa

Page 45: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

45

makanan yang mengandung karbohidrat yang mudah terfermentasi.

Dalam keadaan normal, bakteri dalam rongga mulut ada pada semua

orang dan bila berinteraksi dengan karbohidrat terfermentasi, maka akan

dihasilkan asam. Gigi yang berada dalam kondisi asam terus menerus

akan menyebabkan terjadinya proses demineralisasi pada permukaan

email gigi. (Cury and Tenuta, 2009). Dalam prosesnya, S.mutans akan

memproduksi enzim glukosiltransferase (GTF) sebagai katalisator

metabolisme, menghasilkan glukan yang berperan pada perlekatan

S.mutans ke permukaan gigi (Slot et al., 1992).

Secara biologis, ECC adalah proses infeksi yang dipercepat oleh

seringnya dan terpapar gula berkepanjangan, seperti yang terdapat

dalam susu formula, dan jus buah pada permukaan gigi. Pada awalnya,

praktek berlanjut membiarkan anak tidur menggunakan botol pada tidur

siang atau malam menyebabkan cairan manis dapat tergenang di sekitar

gigi bayi dan anak selama berjam-jam. Semakin lama cairan manis

bersentuhan dengan enamel gigi, semakin besar kemungkinan gula

untuk bergabung dengan bakteri mulut seperti Streptococcus mutans

yang ada setelah gigi pertama muncul di dalam mulut. Dengan demikian,

gula berperan pada permulaan dan perkembangan penyakit ini. Anak-

anak dengan ECC biasanya memiliki jumlah Streptococcus mutans yang

sangat tinggi, bakteri yang berasal dari ibu (Tinanoff & O'Sullivan, 1997).

Demineralisasi enamel dan dentin gigi disebabkan oleh asam yang

Page 46: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

46

dihasilkan oleh bakteri Streptococcus mutans dan lactobacilli. Secara

khusus, bakteri, asam, sisa-sisa makanan, dan air liur bergabung

membentuk suatu zat lengket yang disebut plak yang melekat pada gigi.

Bakteri dan pakan plak dari gula, menghasilkan produk limbah seperti

asam laktat yang menyebabkan demineralisasi atau kerusakan gigi. Jika

plak tidak dihilangkan secara menyeluruh dan teratur, gigi yang rusak

akan terus bertambah (Chu, 2006).

Karies dapat meluas sangat cepat hanya dalam beberapa minggu

setelah terbentuk white spots kemudian terjadi kavitas pada gigi. Hal ini

terutama membedakan ECC dengan karies yang dimulai dari pit dan fisur

oklusal gigi. Proses dan lokasi terjadinya ECC selalu dimulai dari insisivus

maksila, menyebar dengan cepat ke gigi lain pada maksila terutama molar

dan kemudian pada gigi insisivus mandibula, jarang pada kaninus.

(cvetkovic et al., 2006)

8. Konsekuensi ECC

ECC tidak berhenti sendiri. Jika perawatan ECC terlambat,

kondisi anak memburuk dan menjadi lebih sulit untuk diobati,

meningkatkan biaya pengobatan. Konsekuensi langsung paling umum jika

karies gigi tidak diobati adalah sakit gigi, yang mempengaruhi aktivitas

rutin anak-anak, seperti makan, berbicara, tidur dan bermain. Anak-anak

Page 47: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

47

yang telah karies gigi sulung di awal kehidupan beresiko lebih besar

perkembangan lesi karies pada gigi sulung dan gigi permanen (Zafar,

2009).

ECC parah dapat menyebabkan hilangnya gigi depan anak pada

usia dini. Lebih lanjut, anak mungkin mengalami kemunduran

perkembangan yang melibatkan artikulasi bicara seperti tahun-tahun

yang sangat penting untuk perkembangan bicara. Anak-anak dengan

ECC juga dapat mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik,

terutama dalam tinggi dan berat badan. Rasa sakit yang disebabkan oleh

ECC dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan, akhirnya

mengakibatkan kekurangan gizi. Pada kenyataannya, pencabutan dini

atau hilangnya gigi sering menyebabkan anak-anak menderita trauma

psikologis dari prosedur gigi yang diperlukan untuk mengembalikan gigi

mereka. Diejek oleh saudara, teman-teman dan bahkan anggota

keluarga dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri (Zafar, 2009).

Karies yang terjadi pada gigi sulung memang tidak berbahaya,

namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak memasuki usia

remaja. Gigi yang berlubang akan menyerang gigi permanen sebelum gigi

tersebut berhasil menembus gusi (Arisman, 2009).

Page 48: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

48

9. penanganan ECC

Tindakan pencegahan dan perawatan ECC harus dilakukan

sesegera mungkin karena semakin parah karies akan semakin kompleks

perawatan yang harus dilakukan sehingga memerlukan biaya yang lebih

besar untuk dikeluarkan.

a. Pencegahan

1) American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD)

merekomendasikan anak untuk melakukan kontrol berkala ke

dokter gigi minimal dua kali dalam setahun.

2) Instruksi kebersihan mulut,

3) Mengurangi makanan dan minuman yang mengandung gula

4) Bayi tidak boleh dibiarkan tidur dengan botol kecuali berisi air putih

5) Penggunaan fluor (Chu, 2005; Hale et al., 2008; Kawashita et al.,

2011).

b. Perawatan

Perawatan ECC tergantung pada tingkat keparahan karies.

Untuk lesi yang sangat kecil (white spot), topikal aplikasi fluor kadang

dapat digunakan untuk mendorong terjadinya remineralisasi walaupun

kerusakan struktur gigi tidak dapat dikembalikan seperti semula.

Namun remineralisasi dapat terjadi jika tingkat kebersihan gigi dan

Page 49: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

49

mulut juga dijaga seoptimal mungkin. Sedangkan untuk lesi yang lebih

besar dilakukan perawatan restorasi yang dapat menghentikan laju

karies dan mengurangi jumlah mikroorganisme (Kawashita et al.,

2011; Hale et al., , 2008).

B. Tinjauan Umum Tentang Asupan Makanan dan Status Gizi

1. Asupan makanan

Karies gigi sering terjadi pada anak karena anak terlalu sering

makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Sifat lengket

itu menentukan waktu pajan terhadap karbohidrat dengan bakteri plak.

Faktor yang mempengaruhi potensi kariogenik suatu makanan adalah

frekuensi asupan, bentuk dan konsistensi, waktu retensi dan posisi

makanan dalam santapan. Frekuensi santap dan camilan menentukan

besaran kemungkinan bakteri menyantap karbohidrat. Produksi asam

ialah akibat keterpajanan terhadap karbohidrat dan tidak begitu

bergantung pada jumlah gula atau tepung yang dikonsumsi. Berarti

bahwa betapa pun besar jumlah karbohidrat yang disantap, tidak begitu

bersifat kariogenik jika dibandingkan dengan konsumsi zat serupa dengan

frekuensi yang tinggi sepanjang hari (Arisman, 2009).

Salah satu penyebab keadaan kurang gizi adalah kurangnya

asupan energi dan protein dalam jangka waktu tertentu. Keadaan ini akan

Page 50: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

50

lebih cepat terjadi bila anak mengalami diare atau penyakit infeksi lainnya.

Kesulitan makan pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di

antaranya faktor nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit antara

lain adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi,

stomatitis dan gingivitis Kehilangan tiap gigi akan mengurangi jumlah luas

dataran oklusi dan memutuskan kontak antargigi yang mengakibatkan: 1)

penghancuran makanan yang tidak sempurna, 2) menurunnya produksi

saliva sehingga makanan tidak larut dengan baik, serta 3) atrofi otot-otot

pengunyahan. Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak baik akan

memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya sehingga pada

akhirnya dapat mengakibatkan malnutrisi (Schlenker and Long, 2007;

Palmer, 2009).

a. Konsumsi Energi

Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan

hidupnya. Makanan merupakan sumber energi untuk menunjang

semua kegiatan atau aktifitas manusia. Energi dalam tubuh manusia

dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan

lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya

diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup ke dalam

tubuhnya (Suhardjo, 2005).

Page 51: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

51

Kekurangan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui

makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami

keseimbangan energi negatif, akibatnya berat badan kurang dari berat

badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada balita akan menghambat

pertumbuhan. Menurut penelitian oleh Lutviana (2010) bahwa Ada

hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi energi dengan

status gizi balita dengan p value = 0,001.

b. Konsumsi protein

Menurut Syukriawati (2011), konsumsi protein berpengaruh

terhadap status gizi balita, balita membutuhkan protein dalam jumlah

yang cukup tinggi untuk menunjang proses pertumbuhannya karena

balita dalam masa tumbuh kembang sehingga dapat terjadi gangguan

pertumbuhan apabila konsumsi proteinnya tidak tercukupi.

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting

bagi tubuh, karena zat ini di samping berfungsi sebagai zat pengatur

dan zat pembangun, protein adalah sumber asam-asam amino yang

mengandung unsur C,H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau

karbohidrat. Seperlima bagian tubuh adalah protein, sepenuhnya ada

di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan,

sepersepuluh di dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan

cairan tubuh (Sedioetama, 2006).

Page 52: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

52

Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan

kwashiorkor pada balita. Kekurangan protein sering ditemukan secara

bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi

yang dinamakan marasmus. Kekurangan protein yang kronis pada

anak-anak menyebabkan pertumbuhan anak-anak itu terhambat dan

tampak tidak sebanding dengan umurnya. Pada keadaan yang lebih

buruk, dapat mengakibatkan berhentinya proses pertumbuhan dan

pada anak-anak tampak gejala-gejala khusus seperti kulit bersisik,

pucat, bengkak dan perubahan warna rambut (Suhardjo, 2005).

2. Metode Pengukuran Konsumsi makanan

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui

kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna

untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat

menyebabkan malnutrisi (Supariasa, 2002).

Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan sebagai

salah satu metode penentuan status gizi, sebenarnya survey konsumsi

tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara

langsung. Hasil survey hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan

kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang (Supariasa,

2002).

Page 53: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

53

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran

konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat

kualitatif dan kuantitatif (Supariasa, 2002).

a. Metode Kualitatif

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi

makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan

menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-

cara memperoleh makanan tersebut. Metode pengukuran konsumsi

makanan bersifat kualitatif antara lain: Metode frekuensi makanan

(food frequency), metode dietary history, metode telepon, dan metode

pendaftaran makanan (food list).

b. Metode kuantitatif

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah

makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi

dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga

(URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM).

Metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:

Metode recall 24 jam, perkiraan makanan, penimbangan makanan,

metode food account, metode inventaris, dan pencatatan.

Page 54: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

54

c. Metode kualitatif dan kuantitatif

Beberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang

bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut adalah metode

recall 24 jam dan metode riwayat makan.

3. Metode FFQ (Food Frequency Questionnaire) Semi-Kuantitatif

Metode frekuensi makanan adalah metode untuk memperoleh

data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau

makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau

tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh

gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena

periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu

berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling

sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi (Supariasa, 2002).

Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan

makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut

pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner

tersebut adalah yang di konsumsi dalam frekuensi yang cukup sering

oleh responden (Supariasa, 2002).

Langkah-langkah metode frekuensi makanan, Supariasa (2002):

Page 55: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

55

a. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia

pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran

porsinya.

b. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan

makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber

zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

Kelebihan metode food frequency, antara lain : relatif murah,

sederhana, dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak memerlukan

latihan khusus, dan dapat membantu menjelaskan hubungan antara

penyakit dan kebiasaan makan. Kekurangan metode food frequency,

antara lain : tidak dapat menghitung intake zat gizi, sulit mengembangkan

kuesioner pengumpulan data, membuat pewawancara bosan, perlu

membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan

makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner dan responden harus

jujur serta memiliki motivasi tinggi (Supariasa, 2002).

Metode food frekuensi yang telah dimodifikasi dengan

memperkirakan atau estimasi URT dalam gram dapat dikatakan sebagai

metode yang kuantitatif (FFQ semi kuantitatif). Pada FFQ semi

kuantitatif, skor zat gizi yang terdapat disetiap subyek dihitung dengan

cara mengalikan frekuensi setiap jenis makanan yang dikonsumsi yang

diperoleh dari data komposisi makanan yang tepat. Metode FFQ semi

kuantitatif adalah suatu metode atau cara yang dapat memberikan

Page 56: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

56

informasi mengenai data asupan gizi secara umum dengan cara

memodifikasi berdasarkan metode FFQ (Food Frequency Questionnaire)

(Roselly, 2008).

Pada metode food frekuensi tidak dilakukan standar ukuran porsi

yang digunakan hanya frekuensi berapa sering responden memakan

makanan tersebut dan tidak dilakukan penimbangan ukuran porsinya

sedangkan metode semikuantitatif menerangkan hubungan antara

nutrisi dan asupan makan. Semikuantitatif memberikan gambaran ukuran

porsi yang dimakan seseorang dan frekuensi makan dalam waktu tahun,

bulan, minggu dan hari dari makanan yang dimakan oleh responden

serta memberikan gambaran ukuran yang dimakan oleh responden

dalam bentuk besar, sedang dan kecil yang nantinya jenis dan berat dari

makanan itu datanya akan dimasukan ke dalam komputer dengan

mengalikan nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut

(Syukriawati, 2011).

Menurut Willet (1998), Kuesioner frekuensi makanan (FFQ)

adalah alat praktis untuk pengukuran asupan makanan biasa dalam

survei besar karena memberikan gambaran yang cepat untuk asupan

makanan “sebenarnya”. Keuntungan utama dari FFQ adalah

representatif karena mencakup periode asupan yang lebih lama,

disamping biaya yang lebih rendah selama penanganan dan proses

analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FFQ semi kuantitatif

Page 57: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

57

memberikan hasil yang hampir sama dengan recall diet 24 jam selama

tiga hari (Shahril et al., 2008).

4. Angka kecukupan gizi

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah taraf

konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah

dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat.

AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk

masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik (Almatsier,

2009).

Acuan kecukupan yang digunakan dalam analisis konsumsi energi

dan protein adalah “Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 Bagi Orang

Indonesia” dalam Widya Karya Pangan dan Gizi (WNPG) VIII Tahun

2004 (Riskesdas, 2010).

Angka Kecukupan Gizi (energi dan protein) rata-rata yang

diajurkan untuk anak pada kelompok umur 1-6 tahun tampak pada tabel

berikut:

Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi (energi dan protein) rata-rata yangdianjurkan pada kelompok umur (1-6 tahun)

Kelompokumur

Berat Badan(kg)

Tinggi Badan(cm)

Energi(Kkal)

Protein (g)

1-3 tahun 12.0 90 1000 254-6 tahun 18.0 110 1550 39

Sumber: Almatsier 2009, Prinsip dasar ilmu GiziApabila ingin melakukan perbandingan antara konsumsi zat gizi

dengan keadaan gizi seseorang, biasanya dilakukan perbandingan

Page 58: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

58

pencapaian konsumsi zat gizi individu tersebut terhadap AKG. Berhubung

AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi untuk

golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar. Menurut

Darwin Karyadi dan Muhilal (1996), untuk menentukan AKG individu dapat

dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap BB (berat badan) nyata

individu/perorangan tersebut dengan BB standar yang ada pada tabel AKG

(Supariasa, 2002).

Untuk klasifikasi dari tingkat konsumsi kelompok/rumah tangga

atau perorangan belum ada standar yang pasti. Berdasarkan Buku

Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes RI (1990), klasifikasi tingkat

konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of points masing-masing

sebagai berikut: (Supariasa, 2002)

Baik : ≥100 % AKG

Sedang : 80-99 % AKG

Kurang : 70-79 % AKG

Defisit : <70 % AKG

5. Pengertian status gizi

Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Page 59: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

59

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau

keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh

(Supariasa, 2002).

Status gizi (Nutrition Status) adalah Ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari

nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002).

Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu

(level yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung

adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status

gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan

anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap

pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).

Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari

ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional

imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di

samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap

(Arisman, 2009).

Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999,

penyebab langsung gizi kurang adalah asupan makanan dan penyakit

infeksi, penyebab tidak langsung adalah persediaan makanan di rumah,

perawatan anak dan ibu hamil, dan pelayanan kesehatan, sedangkan

Page 60: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

60

pokok masalah adalah Kemiskinan, kurangnya pendidikan dan

keterampilan, dan akar masalah adalah krisis ekonomi langsung.

6. Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat diketahui melalui penilaian konsumsi makanan

berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain yang sering

digunakan untuk mengetahui status gizi yaitu dengan cara biokimia,

antropometri ataupun secara klinis (Baliwati dkk, 2004).

Penilaian status gizi dalam Supariasa (2002) dibagi menjadi dua

yaitu:

a. Secara langsung, terdiri dari empat penilaian yaitu: Antropometri,

Klinis, Biokimia dan Biofisik.

b. Secara tidak langsung terdiri dari tiga penilaian yaitu : Survei konsumsi

makanan, Statistik vital dan Faktor ekologi.

Gibson (2005) dalam bukunya mengemukakan tentang penilaian

status gizi yang dibagi atas lima metode, dimulai dengan penilaian pola

makan (dietary methods), pemeriksaan laboratorium (laboratory

methods), pemeriksaan antropometri (anthropometric methods),

pemeriksaan klinis (clinical methods) dan penilaian faktor-faktor ekologi

(ecological factors).

Page 61: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

61

7. Antropometri gizi

Antropometri gizi adalah cara pengukuran status gizi yang paling

sering digunakan di masyarakat. Dewasa ini dalam program gizi

masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode

antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu dalam

kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode

tersebut (Supariasa, 2002).

Pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan

dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara berkembang.

Pengukuran ini merupakan cara pengukuran yang sederhana, sehingga

pelaksanaannya tidak hanya di rumah sakit atau puskesmas, tetapi dapat

dilakukan di posyandu, PKK, atau rumah penduduk (Widardo, 1997).

Status gizi pada balita dan anak dapat diukur dengan

menggunakan indeks antropometri. Antropometri adalah pengukuran dari

dimensi fisik tubuh manusia. Antropometri adalah teknik yang sangat

berguna untuk mengestimasi komposisi tubuh sehingga membutuhkan

ketelitian dalam pengukuran serta keahlian dan alat-alat yang sudah

distandarisasi (Mitchell, 2003).

Adapun indeks antropometri tersebut antara lain (Baliwati dkk,

2004) :

a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

Page 62: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

62

b. Indeks berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau

BB/TB)

c. Indeks panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)

d. Indeks gabungan (BB/U ; BB/TB ; TB/U)

e. Indeks lingkar lengan atas (LILA)

f. Indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U)

g. Tebal lipatan lemak di bawah kulit (TLBK)

Keunggulan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi

(Supariasa, 2002) yaitu :

a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah

sampel yang besar

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga

yang sudah dilatih dalam waktu singkat

c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di

daerah setempat

d. Metode tepat dan akurat, karena dapat dibakukan

e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi

buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas

g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada

periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya

Page 63: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

63

h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap

gizi.

Kelemahan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi

yaitu (Supariasa, 2002) :

a. Tidak sensitif, sebab metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi

dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan

kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.

b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan

energi) dapat menurunkan spesifisitas dan sensitivitas pengukuran

antropometri

c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi

presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

Sesuai dengan Keputusan Menkes RI No.

1995/Menkes/SK/XII/2010, bahwa untuk menilai status gizi anak

diperlukan standar antropometri yang mengacu pada standar world Health

Organization (WHO 2005).

8. Klasifikasi Status Gizi

Dalam Keputusan Menkes RI No. 1995/Menkes/SK/XII/2010

ditetapkan kategori dan ambang batas status gizi anak bawah lima tahun

(Balita) yang mengacu pada WHO 2005 (tabel 3).

Page 64: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

64

Tabel 3

Sumber: Kemenkes RI, 2011

C. Hubungan antara Karies Gigi dan Status Gizi

Defisit gizi yang menyebabkan kekurangan gizi kronis tidak hanya

dapat mempengaruhi erupsi gigi tetapi juga dapat membuat gigi lebih rentan

terhadap serangan karies di kemudian hari (Alvarez et.al., 1995). Praktik

pemberian makan yang tidak sehat oleh ibu di rumah dapat menyebabkan

Page 65: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

65

karies dini pada anak (Feldens et.al.,2010; Arora et.al., 2011). Anak-anak

sekolah yang normal dan kurus memiliki risiko lebih tinggi terkena karies gigi

dibanding anak-anak overweight dan obesitas yang berusia 12-14 tahun di

Thailand. Demikian juga pada anak-anak stunted menunjukkan terlambatnya

erupsi gigi (Narksawat et.al., 2009). Prevalensi karies lebih tinggi ditemukan

pada anak-anak stunted dibandingkan dengan anak bergizi baik. Anak

stunted usia 7-9 tahun, menunjukkan persentase karies gigi yang signifikan

lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak gizi baik pada usia yang sama

(masing-masing 40% dan 29%, p<0,005) (Prashant et.al., 2011).

Penelitian baru-baru ini menunjukkan tingginya prevalensi karies gigi

pada anak- anak underweight, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ayhan (1996). Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi akut atau kronis

di sebabkan karena rendahnya status sosial ekonomi dan rendahnya tingkat

pendidikan tentang kesehatan mulut dan kesehatan umum. Berbeda

dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Mostafa et al,

Amitha.M. Hedge (2009), Larsson (1995) dan Kantovitz et al, menunjukkan

prevalensi karies gigi yang tinggi pada anak-anak overweight plus obes

(Prashant et.al., 2011).

Meskipun karakter pandemi karies gigi, terutama pada anak-anak,

Hanya ada beberapa penelitian yang telah meneliti hubungan antara

keparahan karies gigi dan berat badan anak. Studi sebelumnya menunjukkan

bahwa anak-anak dengan ECC yang memerlukan perawatan untuk

Page 66: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

66

pencabutan gigi memiliki berat badan rata-rata yang lebih rendah

dibandingkan anak yang tidak memerlukan perawatan. Survei yang lebih luas

pada anak usia 1-6 tahun pengunjung rawat jalan, hubungan antara karies

dan underweight masih belum meyakinkan. Studi kohort prospektif

berdasarkan populasi yang luas di antara anak usia 5 tahun baru-baru ini di

Amerika Serikat, melaporkan bahwa anak-anak dengan karies gigi

mempunyai sedikit lebih kecil peningkatan berat dan tinggi badan pada

tahun-tahun sebelumnya dibanding anak-anak tanpa karies gigi. Sebenarnya

belum diketahui mengenai hubungan ini pada kelompok usia lebih tua

(Benzian et al., 2011).

Karies gigi merupakan sumber fokal infeksi di dalam mulut sehingga

menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi

asupan gizi sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang pada

gilirannya akan mempengaruhi status gizi anak yang berimplikasi pada

kualitas sumber daya (Benzian, 2011).

Jika karies gigi tidak diobati, dapat merusak gigi anak, dan memiliki

pengaruh yang kuat pada kesehatan umum anak secara keseluruhan (Levin

et.al., 2010). Terganggunya proses pengunyahan akibat kehilangan gigi

dapat mempengaruhi pemilihan makanan sehingga terjadi perubahan

terhadap pola asupan zat gizi sehingga dapat berpengaruh terhadap status

gizi (Bof et.al., 2009; Benzian et.al., 2011).

Page 67: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

67

Menurut Sasiwi (2004) di dalam hasil penelitiannya juga dikatakan

bahwa akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan

(mastikasi) sehingga dapat berpengaruh pada asupan makan. Dengan

demikian diduga adanya gangguan pengunyahan tersebut dapat

berpengaruh terhadap status gizi.

D. Kerangka Teori

Teori Multifaktorial Keyes menyatakan penyebab karies: host atau tuan

rumah yang rentan, agen atau mikroorganisme yang kariogenik, substrat atau

diet yang cocok, dan waktu yang cukup lama (Loveren, 2012). Menurut Zafar

(2009) dan Suwelo (1992), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya karies gigi yaitu: Umur, jenis kelamin, ras, keturunan, tingkat sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, susu botol, ASI, Kebersihan mulut dan fluoride.

Secara biologis, ECC adalah suatu penyakit infeksi (Chu, 2006).

Menurut Benzian (2011), Karies gigi merupakan sumber fokal infeksi di

dalam mulut sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini tentu saja

akan mempengaruhi asupan gizi sehingga mengakibatkan gangguan

pertumbuhan yang pada gilirannya akan mempengaruhi status gizi anak yang

berimplikasi pada kualitas sumber daya. Menurut Bof (2009), Terganggunya

proses pengunyahan akibat kehilangan gigi dapat mempengaruhi pemilihan

makanan sehingga terjadi perubahan terhadap pola asupan zat gizi sehingga

dapat berpengaruh terhadap status gizi.

Page 68: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

68

Terdapat hubungan langsung antara kesehatan mulut dan asupan gizi

(Hale, 2008). Pola makan merupakan faktor penting risiko karies gigi.

Masalah pada gigi juga sangat mempengaruhi kebiasaan makan, dan

selanjutnya mempengaruhi status gizi (Palmer, 2009).

Menurut Persagi (1999), Penyebab langsung gizi kurang adalah

asupan makanan dan penyakit infeksi, penyebab tidak langsung adalah

persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan

pelayanan kesehatan, sedangkan pokok masalah adalah kemiskinan,

kurangnya pendidikan dan keterampilan, dan akar masalah adalah krisis

ekonomi langsung.

Page 69: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

69

Gambar 5. Kerangka teori.Sumber: Dimodifikasi dari berbagai sumber.

Umur

Jenis Kelamin

Ras

Keturunan

Pendidikan Orang tua

Sosial ekonomi

Susu botol

ASI

Menyikat gigi

Fluorida

Early Childhood Caries (ECC)

Sakit gigi Kehilangan gigi

Gangguan pengunyahan,Keterbatasan memilihmakanan

Asupan makanan

Status Gizi

Penyakit infeksimakanan

PersediaanMakanan di

rumah

Perawatan anakdan ibu hamil

Pelayanankesehatan

Kemiskinan, kurang pendidikandan keterampilan

Krisis ekonomi langsung

Penyebab langsung

Penyebab tidaklangsung

Pokok masalah

Akar masalah

Kunjungan ke dokter gigi

Page 70: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

70

E. Kerangka Konsep

Variabel kontrol

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Antara

: Variabel yang dideskripsikan

Gambar 6. Kerangka konsep

Umur

Jenis Kelamin

Tingkat pendidikanOrang tua

Kunjungan ke dokter gigi

Kebiasaan menyikat gigi

Riwayat ASI

Riwayat Susu botol

Status GiziAsupanMakanan

ECC

Page 71: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

71

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik,

dengan desain penelitian “Cross Sectional Study”. Yaitu suatu

rancangan/design yang mengkaji dinamika korelasi/assosiasi antara variabel

independen (ECC) dengan variabel dependen (status gizi) pada saat yang

bersamaan (Point time approach).

Desain penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Desain penelitian

Normal

Populasi

Penderita ECC

Sangatkurus

Kurus Gemuk

Sampel

Page 72: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

72

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Enrekang, Kabupaten

Enrekang. Pemilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan kecamatan

Enrekang merupakan salah satu wilayah pedesaan dimana prevalensi ECC

diperkirakan cukup tinggi dan akses peneliti ke daerah tersebut lebih mudah.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Februari - 20 Mei 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 3- 5 tahun

yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang.

Dari hasil studi pendahuluan, populasi anak usia 3-5 tahun di

ketahui sebesar 850 orang yang tersebar di 30 posyandu aktif.

Page 73: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

73

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi.

D. Perkiraan Besar Sampel

Besar populasi diketahui maka besar sampel dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

N x Z2 p x qn =

d2(N-1)+Z2 x p x q (Lemeshow dkk, 1997)

Keterangan :

n : Perkiraan besar sampel

N: Perkiraan besar populasi subyek (850)

Z : Nilai standar distribusi normal (1,96)

P : Proporsi subyek dalam populasi (20%)

q : 1-p

d : Tingkat ketelitian yang digunakan (0,05).

850 x (1,96)2 x 0,2 x 0,8n =

(0,05)2 x (850 – 1) + (1,96)2 x 0,2 x 0,8

n = 190, 817

Dari hasil perhitungan, diperoleh besar sampel minimal adalah 191

anak.

Page 74: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

74

E. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini secara cluster random

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila populasi

tersebar dalam beberapa daerah yang kemudian daerah-daerah tersebut

dipilih secara acak (random), sampel kemudian diambil dari daerah yang

terpilih sesuai kriteria inklusi.

Kerangka pengambilan sampel sebagai berikut:

Gambar 8. Kerangka pengambilan sampel

Prosedur pengambilan sampel dimulai dengan menentukan jumlah

rata-rata populasi di setiap posyandu yaitu sebesar 28 anak, kemudian

menentukan jumlah posyandu yang akan dipilih sesuai dengan jumlah

sampel yang diperlukan yaitu sebanyak delapan posyandu, selanjutnya

memilih posyandu secara random. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi

kemudian diambil dari posyandu yang terpilih.

Kecamatan Enrekang Puskesmas Kota Enrekang

Posyandu terpilih

Sampel

Page 75: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

75

F. Responden

Responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat

menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap (Riduwan, 2010).

Responden dalam penelitian ini adalah ibu atau pengasuh dari

anak yang menjadi sampel.

G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi:

1. Anak berumur 3-5 tahun

2. Ibu memberi izin anaknya untuk diperiksa

3. Ibu bersedia diwawancarai dan mengisi kuisioner.

4. Anak tidak menderita sakit seperti demam atau diare dalam tiga

bulan terakhir (kecuali sakit gigi).

Kriteria Eksklusi:

1. Terdapat gigi yang hilang karena tidak tumbuh (anodontia

partialis).

2. Terdapat gigi yang hilang karena trauma kecelakaan atau terjatuh.

3. Terdapat gigi yang mengalami kesalahan letak (crowded).

Page 76: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

76

H. Izin Penelitian dan Ethical Clearance

Izin penelitian diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Biomedis pada

Manusia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (lampiran).

Responden diberi penjelasan tentang penelitian ini dan diminta

persetujuannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini (informed consent).

I. Identifikasi Variabel

1. Variabel independent: Early childhood caries (ECC)

2. Variabel antara : Asupan makanan yaitu tingkat konsumsi energi dan

protein.

3. Variabel dependent: Status gizi

4. Variabel confounding: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua,

riwayat ASI, kunjungan ke dokter gigi, dan kebiasaan menyikat gigi.

J. Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Obyektif

1. Umur adalah usia sampel pada saat dilakukan penelitian yang diukur

dalam satuan bulan, diperoleh melalui wawancara dengan kuisioner.

Umur yang digunakan adalah bulan usia penuh yaitu 36-60 bulan.

2. Jenis Kelamin adalah yang membedakan jenis kelamin laki-laki dan jenis

kelamin perempuan dengan kriteria Laki-laki atau perempuan.

Page 77: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

77

3. Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang

pernah dicapai oleh ayah dan ibu, dengan kriteria yaitu pendidikan dasar,

menengah atau perguruan tinggi.

4. Kunjungan ke dokter gigi adalah frekuensi kunjungan ke dokter gigi

dengan kriteria yaitu ≤ 6 bulan yang lalu atau ˃ 6 bulan yang lalu.

5. Kebiasaan menyikat gigi adalah frekuensi menyikat gigi dalam sehari

dengan kriteria yaitu ≥ 2 kali dalam sehari atau < 2 kali sehari.

6. Riwayat ASI adalah riwayat pemberian ASI Eksklusif pada anak dengan

kriteria yaitu ASI eksklusif selama 6 bulan atau tidak dan lamanya

pemberian ASI dengan kriteria yaitu < 6 bulan, 6 bulan-1 tahun, >1tahun-2

tahun, atau >2 tahun.

7. ECC adalah terdapatnya satu atau lebih gigi yang rusak dapat berupa lesi

kavitas atau non kavitas, gigi yang dicabut karena karies dan gigi sulung

yang ditambal pada subyek.

Kriteria tingkat keparahan berdasarkan indeks def-t menurut WHO:

Sangat rendah : 0,0-1,1

Rendah : 1,2-2,6

Sedang : 2,7-4,4

Tinggi : 4,5-6,5

Sangat tinggi : > 6,5

8. Asupan makanan adalah jumlah asupan energi dan protein dari makanan

yang dikonsumsi oleh subyek diperoleh melalui wawancara dengan

Page 78: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

78

metode FFQ semi-kuantitatif lalu data diproses menggunakan program

nutrisurvey.

9. Tingkat Konsumsi energi adalah perbandingan rerata asupan energi dari

makanan yang dikonsumsi dalam sehari dengan angka kecukupan

energi rata-rata yang dianjurkan masing-masing subyek yang

dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat konsumsi protein adalah

perbandingan rerata asupan protein dalam sehari dengan angka

kecukupan protein rata-rata yang dianjurkan masing-masing subyek yang

dinyatakan dalam satuan persen.

Kriteria:

Baik : ≥100 % AKG

Sedang : 80-99 % AKG

Kurang : 70-79 % AKG

Defisit : <70 % AKG

10. Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi yang dapat memberikan petunjuk tentang keadaan

gizi anak yang diukur secara antropometri dengan indeks IMT/U.

Kriteria:

Sangat Kurus : < -3 SD

Kurus : -3 - <-2 SD

Normal : -2 – 2 SD

Gemuk : > 2 SD

Page 79: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

79

K. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, riwayat kunjungan

ke dokter gigi, kebiasaan menyikat gigi, dan riwayat pemberian ASI

diperoleh melalui wawancara dengan responden, dimana sebelumnya

telah diberi penjelasan dan diminta persetujuannya dengan

menandatangani informed consent.

b. ECC ditetapkan dengan cara anak didudukkan di kursi biasa,

selanjutnya dilakukan pemeriksaan karies gigi oleh dokter gigi

menggunakan kaca mulut datar dan bantuan senter. Tingkat

keparahan karies dinilai dengan skor indeks def-t menurut WHO.

c. Asupan makanan diperoleh dengan metode food frequency

Quetionaire (FFQ) semi kuantitatif yang dilakukan dengan wawancara

pada responden oleh petugas gizi puskesmas menggunakan

kuesioner yang berisi daftar makanan yang telah diujicobakan

sebelumnya dan alat bantu berupa foto gambar makanan beserta

ukuran porsi yang telah distandarisasi, kemudian menganalisis data

bahan makanan ke dalam jumlah asupan energi dan protein

menggunakan program nutrisurvey selanjutnya dibandingkan dengan

angka kecukupan energi dan protein rata-rata yang dianjurkan untuk

masing-masing subyek.

Page 80: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

80

d. Penentuan status gizi dilakukan oleh petugas puskesmas terlatih

dengan pengukuran antropometri yang meliputi tinggi badan dan berat

badan anak. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan

injak dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan microtoise

dengan ketelitian 0,1 cm. Hasil pengukuran tersebut nantinya akan

dikonversikan terhadap standar WHO 2005.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data gambaran umum Kecamatan

Enrekang Kabupaten Enrekang termasuk data jumlah balita yang berusia

3-5 tahun yang ada di kecamatan tersebut.

L. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan :

a. Senter

b. Kaca mulut

c. Nier beken untuk tempat alat

d. Timbangan badan dengan tingkat ketelitian 0,1 kg

e. Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm

f. Kuesioner penelitian

g. Foto/gambar contoh makanan

Page 81: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

81

h. Formulir hasil pemeriksaan gigi dan pengukuran antropometri

i. Formulir food frequency Quetionaire (FFQ) semi-kuantitatif

j. Daftar AKG rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari)

k. Standar antropometri penilaian status gizi anak (WHO 2005)

2. Bahan yang digunakan

a. Alkohol untuk desinfeksi alat

b. Kapas

c. Air dan sabun

d. Handuk kecil

e. Baterai cadangan.

M. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan editing, koding, dan entry

data, kemudian dipilih jenis uji statistik yang sesuai. Data yang diperoleh

kemudian diolah dengan menggunakan program analisis data yang sesuai,

selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik melalui

tabulasi silang dilanjutkan dengan uji chi-square dan uji t-independent. Nilai p

dianggap bermakna apabila p < 0,05 dengan interval kepercayaan 95%.

Page 82: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

82

N. Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas adalah melakukan pengawasan terhadap semua

tahapan pengukuran sehingga benar-benar mendekati keadaan yang

sebenarnya dan memperoleh hasil yang baik sebagai dasar kajian ilmiah.

1. Standarisasi petugas

Petugas yang melakukan pemeriksaan gigi adalah seorang dokter

gigi, petugas yang melakukan wawancara dan menilai asupan makanan

dengan metode food frequency quetionaire (FFQ) semi kuantitatif adalah

petugas puskesmas yang mempunyai latar belakang pendidikan minimal

D3 gizi dan S1 Kesehatan Masyarakat, sedangkan petugas yang

melakukan pengukuran antropometri adalah petugas gizi puskesmas

dengan latar belakang pendidikan D3 gizi.

2. Standarisasi Instrumen

Standarisasi alat ukur dilaksanakan dengan mengacu pada posisi

normal sebelum digunakan. Untuk kuesioner diujicobakan pada

responden yang mempunyai karakteristik yang sama dengan calon

sampel dengan lokasi yang sama sebelum dilakukan penelitian. Setelah

itu dilakukan evaluasi dan perbaikan bila diperlukan sehingga kuesioner

lebih jelas, ringkas, sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.

Page 83: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

83

Untuk formulir FFQ semikuantitatif, setelah diujicobakan

selanjutnya disusun kembali daftar makanan yang akan dimasukkan

dalam daftar kuesioner.

Page 84: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

84

O. Alur Penelitian

Gambar 9. Alur penelitian

Ibu dan anak ke Posyandu

Diberi Penjelasan

Pemeriksaan gigi

Terdapat ECC Bebas karies

Stop

Wawancara danmengisi kuisioner Hitung deft Wawancara FFQ

semi-kuantitatifUkur TB dan BB

Kunjungan rumahTingkat keparahan

karies (WHO)Status gizi

Konsumsi energi danprotein

Entry dan analisis data

Interpretasi hasil

Tanda tangan Informed Consent

Page 85: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

85

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di delapan Posyandu terpilih yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Kota Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal 25 Februari 2013 – 20 Mei 2013 dengan menggunakan desain

penelitian Cross Sectional Study. Dari total 235 anak yang berpartisipasi

dalam penelitian, diperoleh sampel sebanyak 191 anak usia 3-5 tahun yang

mengalami karies gigi dan memenuhi kriteria inklusi. Data selanjutnya diolah

dan dianalisis sesuai tujuan penelitian.

Kecamatan Enrekang merupakan salah satu dari 10 kecamatan di

Kabupaten Enrekang dengan luas wilayah 286,97 km2, terdiri dari enam

kelurahan dan dua belas desa. Sebagian besar wilayah adalah daerah

pegunungan, merupakan tanah pertanian dan perkebunan. Jumlah penduduk

39.979 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 7.102 KK yang sebahagian

besar adalah pegawai dan pedagang. Lokasi penelitian pada umumnya

dapat dijangkau dengan alat transportasi umum, terutama kendaraan roda

dua dan roda empat. Karakteristik daerah penelitian dapat dilihat pada tabel

4.

Page 86: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

86

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Lokasi Penelitian

Karakteristik Lokasi PenelitianJumlah penduduk 39.979 jiwaJumlah desa/Kelurahan 6 kelurahan dan 12 desaJumlah Posyandu Aktif 30 PosyanduJumlah Kader Aktif 150 orangLuas Wilayah 286,97 km2

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kota, 2012

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Umum Sampel

Tabel 5. Distribusi karakteristik sampel berdasarkan umur, jeniskelamin dan tingkat pendidikan orang tua

Variabel n %Umur36-47 bln48-60 bln

74117

38,761,3

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

87104

45,554,5

Pendidikan AyahSDSMP/SMUPerguruan Tinggi

26110

55

13,657,628,8

Pendidikan IbuSDSMP/SMUPerguruan Tinggi

28107

56

14,756,029,3

Total 191 100,0Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 5 memperlihatkan bahwa usia sampel balita lebih banyak

pada usia 48-60 bulan (61,3%) dibanding balita usia 36-47 bulan

Page 87: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

87

(38,7%), menurut Jenis kelamin sampel lebih banyak perempuan

(54,5%) dibandingkan laki-laki (45,5%). Tingkat pendidikan ayah

terbanyak pada tingkat SMP/SMU (57,6%) dan terendah pada tingkat

SD (13,6%), demikian juga tingkat pendidikan ibu terbanyak pada

tingkat SMP/SMU (56,0%) dan terendah pada tingkat SD (14,7%).

Tabel 6. Distribusi karakteristik sampel berdasarkan riwayatKunjungan ke dokter gigi, frekuensi menyikat gigi, danriwayat pemberian ASI.

Variabel n %Riwayat Kunjungan ke drg≤ 6 bulan yang lalu˃ 6bulan yang lalu

10181

5,294,8

Frekuensi Menyikat gigi≥ 2 kali sehari< 2 kali sehari

1829

95,34,7

Riwayat ASI EksklusiveYaTidak

10487

54,545,5

Lamanya pemberian ASI< 6 bulan6 bulan – 1 Tahun˃ 1 Tahun – 2 Tahun˃ 2 Tahun

61635611

31,933,029,35,8

Total 191 100,0Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan riwayat kunjungan ke

dokter gigi, sebagian besar balita yang dibawa memeriksakan giginya

ke dokter gigi lebih dari enam bulan yang lalu (94,8%) sedangkan

yang mengunjungi dokter gigi kurang dari enam bulan yang lalu hanya

5,2%. Berdasarkan riwayat frekuensi menyikat gigi, sebagian besar

Page 88: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

88

balita menyikat giginya sama atau lebih dari dua kali dalam sehari

(95,3%) dan hanya sebahagian kecil yang menyikat gigi kurang dari

dua kali dalam sehari (4,7%). Berdasarkan Riwayat ASI, lebih banyak

balita yang mendapat ASI eksklusive (54,5%) dibanding yang tidak

mendapat ASI eksklusive (45,5%) dan lamanya pemberian ASI

terbanyak pada enam bulan sampai satu tahun (33,0%) dan terendah

pada lebih dari dua tahun (5.8%).

2. Variabel Utama penelitian

Tabel 7. Prevalensi Karies gigi

Hasil Pemeriksaan gigi n %KariesTidak ada karies

22213

94,465,53

Total 235 100,0Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa setelah dilakukan skrining pada

calon sampel berupa pemeriksaan gigi, diketahui prevalensi karies

pada anak usia 3-5 tahun yang ada di Kecamatan Enrekang adalah

sebesar 94,46% dari total 235 anak usia 3-5 tahun yang telah

menjalani pemeriksaan gigi.

Page 89: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

89

Tabel 8. Jenis dan frekuensi konsumsi makanan/minumankariogenik

NO

Jenismakanan/minumankariogenik

Jmlh

Frekuensi konsumsi

TotalSkorrata-rata

˃1x/hari(50)

1x/hari(25)

3-6x/mgu(15)

1-2x/mgu(10

Jarang(1)

TdkPernah

(0)1 Permen n 49 119 0 0 0 13 191 28,4skor 2450 2975 0 0 0 0 54252 Susu bubuk n 78 20 0 0 0 93 191 23,04skor 3900 500 0 0 0 0 44003 Susu kental

manisn 48 15 0 0 0 128 191 14,52skor 2400 375 0 0 0 0 2775

4 Biskuit n 5 86 0 0 0 100 191 12,56skor 250 2150 0 0 0 0 24005 Wafer n 0 10 0 0 5 181 191 1,33skor 0 250 0 0 5 0 2556 Coklat beng-

bengn 5 18 0 0 0 168 191 3,66skor 250 450 0 0 0 0 700

7 Roti manis n 0 40 0 0 7 144 191 5,27skor 0 1000 0 0 7 0 10078 Es krim n 0 8 0 0 10 183 191 1,09skor 0 200 0 0 10 0 2109 Donat n 0 11 0 0 0 180 191 1,43skor 0 275 0 0 0 0 275

10 Bolu n 0 17 0 0 0 174 191 2,22skor 0 425 0 0 0 0 425Sumber: Data primer terolah 2013

Pada tabel 8 terlihat jenis dan frekuensi makanan/minuman

kariogenik yang dikonsumsi oleh anak penderita karies usia 3-5 tahun

di Kabupaten Enrekang. Pola konsumsi makanan/minuman kariogenik

yang ”sering” adalah permen (skor 28,4) dan susu bubuk (skor 23,04)

dengan frekuensi satu kali sehari, yang “biasa” dikonsumsi adalah

susu kental manis (skor 14,52) dan biskuit (skor 12,56) dengan

frekuensi 3-6 kali seminggu, yang “kadang-kadang” dikonsumsi adalah

roti manis (skor 5,27) dengan frekuensi 1-2 kali seminggu dan yang

Page 90: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

90

“jarang” dikonsumsi adalah es krim (skor 1,09), donat (skor 1,43),

wafer (skor 1,33), bolu (skor 2,22) dan coklat (skor 2,22).

Tabel 9. Distribusi tingkat keparahan karies berdasarkan umur,jenis kelamin dan tingkat pendidikan orang tua

Tingkatkeparahan

karies

Sangatrendah Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggin % n % n % n % n %

Umur36-47 bln48-60 bln

66

8,15,1

1424

18,920,5

1526

20,322,2

2019

27,016,2

1942

25,735,9

JeniskelaminLaki-lakiPerempuan

39

3,48,7

1820

20,719,2

1625

18,424,0

1326

14,925,0

3724

42,523,1

PendidikanAyahSDSMP/SMUPT

264

7,75,57,3

41915

15,417,327,3

42413

15,421,823,6

72111

26,919,120,0

94012

34,636,421,8

PendidikanIbuSDSMP/SMUPT

246

7,13,710,7

51716

17,915,928,6

32216

10,720,628,6

525

9

17,923,416,1

1339

9

46,436,416,1

Total 12 6,3 38 19,9 41 21,5 39 20,4 61 31,9Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat keparahan karies

terbanyak pada kategori sangat tinggi (31,9%), sedangkan yang paling

sedikit pada kategori sangat rendah (6,3%). Berdasarkan umur, tingkat

keparahan karies kategori sangat tinggi lebih banyak pada kelompok

usia 48-60 bulan (35,6%) dibanding kelompok usia 36-47 bulan

(25,7%). Menurut jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak mengalami

tingkat keparahan karies sangat tinggi (42,5%) dibanding anak

Page 91: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

91

perempuan (23,1%). Berdasarkan tingkat pendidikan ayah, tingkat

keparahan karies kategori sangat tinggi lebih banyak pada tingkat

SMP/SMU (36,4%) dibanding tingkat SD dan PT (masing-masing

34,6% dan 21,8%). Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, tingkat

keparahan karies kategori sangat tinggi lebih banyak pada tingkat SD

(46,4%) dibanding tingkat SMP/SMU dan PT (masing-masing 36,4%

dan 16,1%).

Tabel 10. Distribusi tingkat keparahan karies berdasarkan riwayatkunjungan ke dokter gigi dan frekuensi menyikat gigi

Tingkatkeparahan

karies

Sangatrendah Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggin % n % n % n % n %

Kunjunganke drg≤ 6 bulanyang lalu˃ 6 bulanyang lalu

0

12

0,0

6,6

0

38

0,0

21,0

0

41

0,0

22,7

1

38

10,0

21,0

9

52

90,0

28,7

Frekuensisikat gigi≥ 2 kalisehari< 2 kalisehari

12

0

6,6

0,0

37

1

20,3

11,1

38

3

20,9

33,3

37

2

20,3

22,2

58

3

31,9

33,3

Total 12 6,3 38 19,9 41 21,5 39 20,4 61 31,9Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 10 menunjukkan bahwa berdasarkan riwayat kunjungan

ke dokter gigi, tingkat keparahan karies sangat tinggi lebih banyak

pada anak yang dibawa memeriksakan giginya kurang atau sama

dengan enam bulan yang lalu (90,0%) dibanding anak yang dibawa

Page 92: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

92

mengunjungi dokter gigi lebih dari enam bulan yang lalu (28,7%).

Menurut frekuensi menyikat gigi, tingkat keparahan karies sangat

tinggi hampir sama banyaknya di antara anak yang menyikat giginya

sama atau lebih dari dua kali dalam sehari dan yang menyikat gigi

kurang dari dua kali sehari (masing-masing 31,9% dan 33,3%).

Tabel 11. Distribusi tingkat keparahan karies berdasarkan riwayat ASI

Tingkatkeparahan

karies

Sangatrendah

Rendah Sedang Tinggi Sangattinggi

n % n % n % n % n %ASIEksklusiveYaTidak

102

9,62,3

2117

20,219,5

2516

24,018,4

1722

16,325,3

3130

29,834,5

Lamanya ASI< 6 bulan6 bln – 1Thn˃ 1 Th –2Thn˃ 2 Tahun

1650

1,69,58,90,0

141482

23,022,214,318,2

1412132

23,019,023,218,2

121014

3

19,715,925,027,3

2021164

32,833,328,636,4

Total 12 6,3 38 19,9 41 21,5 39 20,4 61 31,9Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 11 menunjukkan bahwa berdasarkan riwayat pemberian

ASI, tingkat keparahan karies kategori sangat tinggi lebih banyak pada

anak yang tidak mendapat ASI eksklusive (34,5%) dibanding yang

mendapat ASI eksklusive (29,8%) Sedangkan menurut lamanya

pemberian ASI, tingkat keparahan karies sangat tinggi paling banyak

pada lama pemberian ASI lebih dari dua tahun (36,4%).

Page 93: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

93

Tabel 12. Distribusi asupan energi berdasarkan kelompok umur,jenis kelamin dan tingkat pendidikan orang tua

Kategori AsupanEnergi

Defisit Kurang Sedang Baikn % n % n % n %

Umur36-47 bulan48-60 bulan

135

17,64,3

1121

14,917,9

2156

28,447,9

2935

39,229,9

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

810

9,29,6

1517

17,216,3

3938

44,836,5

2539

28,737,5

Pendidikan AyahSDSMP/SMUPT

310

5

11,59,19,1

51710

19,215,518,2

75020

26,945,536,4

113320

42,320,036,4

Pendidikan IbuSDSMP/SMUPT

512

1

17,911,21,8

31811

10,716,819,6

124124

42,938,342,9

83620

28,633,635,7

Total 18 9,4 32 16,8 77 40,3 64 33,5Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 12 memperlihatkan bahwa dari 191 sampel, tingkat

kecukupan energi paling banyak pada kategori sedang (40,3%).

Berdasarkan umur, asupan energi kategori defisit lebih banyak pada

kelompok usia 36-47 bulan (17,6%) dibanding pada kelompok usia 48-

60 bulan (4,3%). Menurut jenis kelamin, asupan energi kategori defisit

pada anak laki-laki dan anak perempuan tidak jauh berbeda. (masing-

masing 9,2%, 9,6%). Berdasarkan tingkat pendidikan ayah, asupan

energi kategori defisit lebih banyak pada tingkat SD (11,5%) dibanding

SMP/SMU dan Perguruan Tinggi (masing-masing 9,1% dan 9,1%)

demikian juga berdasarkan tingkat pendidikan ibu, kategori defisit lebih

Page 94: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

94

banyak pada tingkat SD (17,9%) dibanding SMP/SMU dan Perguruan

Tinggi (masing-masing 11,2% dan 1,8%).

Tabel 13. Distribusi asupan protein berdasarkan kelompok umur, jeniskelamin dan tingkat pendidikan orang tua

Kategori AsupanProtein

Defisit Kurang Sedang Baikn % n % n % n %

Umur36-47 bulan48-60 bulan

81

10,80,9

58

6,86,8

2041

27,035,0

4167

55,457,3

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

45

4,64,8

58

5,77,7

3031

34,529,8

4860

55,257,7

Pendidikan AyahSDSMP/SMUPT

441

15,43,61,8

391

11,58,21,8

74014

26,936,425,5

125739

46,251,870,9

Pendidikan IbuSDSMP/SMUPT

450

14,34,70,0

211

0

7,110,3

0,0

113713

39,334,623,2

115443

39,350,576,8

Total 9 4,7 13 6,8 61 31,9 108 56,5Sumber: Data Primer Tahun 2013

Pada tabel 13 juga terlihat bahwa dari 191 sampel, tingkat

kecukupan protein paling banyak pada kategori baik (56,5%).

Berdasarkan umur, asupan protein kategori defisit lebih banyak pada

kelompok anak usia 36-47 bulan (10,8%) dibanding kelompok anak

usia 48-60 bulan (0,9%). Demikian juga asupan protein kategori defisit

tidak jauh berbeda di antara anak laki-laki dan perempuan (masing-

masing 4,6% dan 4,8%). Berdasarkan tingkat pendidikan ayah,

asupan protein kategori defisit lebih banyak pada tingkat SD (15,4%)

dibanding SMP/SMU dan Perguruan tinggi (Masing-masing 3,6% dan

Page 95: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

95

1,8%), demikian juga berdasarkan tingkat pendidikan ibu, asupan

protein kategori defisit lebih banyak pada tingkat SD (14,3%)

dibanding SMP/SMU dan Perguruan tinggi (masing-masing 4,7 dan

0,0%).

Tabel 14. Distribusi status gizi berdasarkan kelompok umur,jenis kelamin dan tingkat pendidikan orang tua

Status gizi Kurus Normal Gemukn % n % n %

Umur36-47 bulan48-60 bulan

1419

18,916,2

5897

78,482,9

21

2,70,9

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

1815

20,714,4

6887

78,283,7

12

1,11,9

Pendidikan AyahSDSMP/SMUPT

61710

23,115,518,2

209243

76,983,678,2

012

0,00,93,6

Pendidikan IbuSDSMP/SMUPT

819

6

28,617,810,7

208649

71,480,487,5

021

0,01,91,8

Total 33 17,3 155 81,2 3 1,6Sumber: Data Primer Tahun 2013

Berdasarkan tabel 14, diketahui bahwa sebagian besar status

gizi anak berada pada kategori normal (81,2%), anak yang kurus

17,3% dan anak gemuk hanya 1,6%.

Tabel 14 juga menunjukkan bahwa anak yang kurus lebih

banyak pada kelompok usia 36-47 bulan (18,9%) dibandingkan pada

kelompok anak usia 48-60 bulan (16,2%). Menurut jenis kelamin, anak

Page 96: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

96

yang kurus lebih banyak pada anak laki-laki (20,7%) dibanding anak

perempuan (14,7%). Menurut tingkat pendidikan ayah, lebih banyak

anak yang kurus pada tingkat SD (23,1%) dibanding SMP/SMU

(15,5%) dan Perguruan Tinggi (18,2%), demikian juga menurut tingkat

pendidikan ibu, lebih banyak anak yang kurus pada tingkat SD (28,6%)

dibanding SMP/SMU (17,8%) dan Perguruan tinggi (10,7%).

3. Hubungan Antar Variabel

Untuk kepentingan uji statistik hubungan antar variabel maka

kategori tingkat keparahan karies dibagi atas dua kategori yaitu rendah

(deft = 0,0-4,4) dan tinggi (deft = >4,5). Untuk asupan energi dan

protein dibagi atas dua ketegori yaitu kurang apabila <80% AKG dan

cukup apabila ≥80% AKG. Demikian juga untuk status gizi dibagi atas

dua kategori yaitu kurus dan normal, karena hanya ada 3 sampel anak

gemuk maka dimasukkan dalam kategori normal. Hasil uji statistik

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi berikut.

Tabel 15. Hubungan karies dengan asupan energi

Tingkat keparahanKaries

Kategori AsupanEnergi Total P

Kurang Cukupn % n % n %

0,112Tinggi 31 31,0 69 69,0 100 100,0Rendah 19 20,9 72 79,1 91 100,0Total 50 26,2 141 73,8 191 100,0

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Page 97: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

97

Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih banyak anak dengan

asupan energi kurang pada tingkat keparahan karies tinggi (31,0%)

dibanding pada tingkat keparahan karies rendah (20,9%). Hasil uji chi-

square menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05).

Tabel 16. Hubungan karies dengan asupan protein

Tingkat keparahanKaries

Kategori AsupanProtein Total P

Kurang Cukupn % n % n %

0,042Tinggi 16 16,0 84 84,0 100 100,0Rendah 6 6,6 85 93,4 91 100,0Total 22 11,5 169 88,5 191 100,0

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 16 menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan karies

tinggi, lebih banyak anak yang memiliki asupan protein kurang (16,6%)

dibanding pada tingkat keparahan karies rendah (6,6%). Hasil uji chi-

square menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05).

Tabel 17. Hubungan karies dengan status gizi

Tingkatkeparahan Karies

Kategori Status Gizi Total PKurus Normaln % N % n %

0,000Tinggi 30 30,0 70 70,0 100 100,0Rendah 3 3,3 88 96,7 91 100,0Total 33 17,3 158 82,7 191 100,0

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 17 menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan karies

tinggi, lebih banyak anak yang kurus (30,0%) dibanding pada tingkat

Page 98: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

98

keparahan karies rendah (3,3%). Hasil uji chi-square menunjukkan

hubungan signifikan (p<0,05).

Tabel 18. Hubungan asupan energi dengan status gizi

KategoriAsupan Energi

Kategori Status Gizi Total PKurus Normaln % N % n %

0,000Kurang 24 48,0 26 52,0 50 100,0Cukup 9 6,4 132 93,6 141 100,0Total 33 17,3 158 82,7 191 100,0

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 18 menunjukkan bahwa pada kategori asupan energi

kurang, lebih banyak anak yang kurus (48,0%) dibanding pada

kategori cukup (6,4%). Hasil uji chi-square menunjukkan hubungan

signifikan (p<0,05).

Tabel 19. Hubungan asupan protein dengan status gizi

Kategori AsupanProtein

Kategori Status Gizi Total PKurus Normaln % N % n %

0,000Kurang 12 54,5 10 45,5 22 100,0Cukup 21 6,4 148 87,6 141 100,0Total 33 17,3 158 82,7 191 100,0Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 19 menunjukkan bahwa pada kategori asupan protein

kurang, lebih banyak anak yang kurus (54,5%) dibanding pada

kategori cukup (6,4%). Hasil uji chi-square menunjukkan hubungan

yang signifikan (p<0,05).

Page 99: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

99

Tabel 20. Perbedaan rerata jumlah asupan energi dan proteinBerdasarkan tingkat keparahan karies

TingkatKeparahan

Kariesn Mean SD P

Jumlah asupanenergi

RendahTinggi

91100

1291,9352 kkal1262,5390 kkal

220,9507284,8090

0,430

Jumlah asupanprotein

RendahTinggi

91100

39,6121 g36,6421 g

8,844810,7998

0,040

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 20 menunjukkan bahwa rerata jumlah asupan energi lebih

tinggi pada tingkat keparahan karies rendah dibanding pada tingkat

keparahan karies tinggi (masing-masing 1291,9352 kkal dan 1262,5390

kkal), hasil uji t independen menunjukkan hubungan tidak signifikan

(p>0,05). Demikian juga rerata jumlah asupan protein lebih tinggi pada

tingkat keparahan karies rendah dibanding pada tingkat keparahan

karies tinggi (masing-masing 39,6121 g dan 36,6421 g), hasil uji t

independent menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05).

Tabel 21. Perbedaan rerata IMT berdasarkan tingkat keparahan karies

Tingkat KeparahanKaries N Mean SD P

IMT RendahTinggi

91100

15,2498 kg/m2

14,4191 kg/m21,46071,5632 0,000

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 21 menunjukkan bahwa rerata IMT pada tingkat keparahan

karies rendah lebih tinggi dibanding rerata IMT pada tingkat keparahan

karies tinggi (masing-masing 15,2498 kg/m2 dan 14,4191 kg/m2), hasil

uji t independent menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05).

Page 100: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

100

C. Pembahasan

1. ECC (Early Childhood Caries)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan,

angka kejadian karies pada anak 60-90%. Menurut penelitian ini, ECC

masih merupakan masalah kesehatan pada anak balita yang perlu

mendapat perhatian. Pada tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar

anak usia 3-5 tahun yang ada di Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang mengalami karies dengan prevalensi 94,46% dengan tingkat

keparahan karies paling banyak pada kategori sangat tinggi yaitu 31,9%.

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Thioritz

(2010), prevalensi karies gigi pada murid TK di Kecamatan Rappocini

Kota Makassar sebesar 100%. Hasil ini jauh lebih besar dibanding hasil

penelitian yang dilakukan oleh Prakash et al.(2012), prevalensi ECC pada

anak prasekolah di Bangalore India adalah 27,5%.

Pada penelitian ini, karies lebih banyak pada kelompok anak usia

48-60 bulan dibanding kelompok 36-47 bulan. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Suwelo (1992) bahwa sejalan dengan

pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun akan bertambah. Hal ini

jelas, karena faktor risiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh

terhadap gigi. (Suwelo, 1992).

Page 101: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

101

Berdasarkan penelitian di negara-negara berkembang seperti Asia

termasuk di Indonesia, anak-anak umur 5 tahun keatas 80-90%

mengalami kerusakan gigi seperti yang di kemukakan Zaura rini (2007).

Menurut peneliti, pada usia 5 tahun keatas anak mulai memakan

makanan yang dilarang dan pada masa tersebut anak paling banyak

menderita karies gigi kemungkinan karena pola makan yang kurang

teratur dan ketidaktahuan menjaga kesehatan gigi sehingga dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi (Ghofar, 2012).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa karies lebih banyak

pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suwelo (1992) bahwa prevalensi karies gigi susu anak

perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki, karena

gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak

perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya

karies.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status kesehatan

seseorang, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga

kesehatan (Suwelo, 1992). Tingkat pendidikan orang tua telah

menunjukkan berkorelasi dengan kejadian dan keparahan ECC pada

anak-anaknya (Zafar, 2009). Hal tersebut jelas terlihat dalam penelitian ini

Page 102: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

102

dimana tingkat keparahan karies kategori sangat tinggi paling banyak

pada anak dengan ibu yang berpendidikan sampai sekolah dasar.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesadaran

masyarakat untuk memeriksakan gigi anaknya ke dokter gigi minimal

enam bulan sekali masih kurang namun sebagian besar anak telah

memiliki frekuensi menyikat gigi sama atau lebih dari dua kali sehari. Hal

ini sangat penting untuk mencegah terjadinya karies gigi.

Memberikan ASI pada bayi memiliki banyak keuntungan,

diantaranya memberikan gizi yang optimal bagi bayi, perlindungan

imunologi dan meminimalkan dampak ekonomi untuk keluarga. Meskipun

praktek yang baik, ada bukti yang bertentangan mengenai menyusui

dalam hal kesehatan gigi. Rupanya menyusui berkepanjangan membawa

risiko perkembangan karies gigi atau Nursing caries (Bowen etal., 2005).

Dalam penelitian ini, tingkat keparahan karies kategori sangat tinggi paling

banyak pada lama pemberian ASI lebih dari dua tahun. Hal ini bukan

disebabkan oleh karena lamanya pemberian ASI, karies adalah penyakit

yang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kebiasaan makan

makanan kariogenik dan kebersihan mulut yang rendah.

Page 103: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

103

2. Asupan Makanan

Pada penelitian ini, asupan energi dan protein diperoleh dari hasil

wawancara dengan kuesioner menggunakan metode FFQ semi-

kuantitatif. Asupan zat gizi tergantung dari ketersediaan makanan di

rumah tangga, pengetahuan dan perilaku ibu dalam praktek pemberian

makan pada anak.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa pola konsumsi

makanan/minuman kariogenik yang “sering” dikonsumsi oleh anak usia 3-

5 tahun adalah permen (skor 28,4) dan susu bubuk (skor 23,04) dengan

frekuensi satu kali sehari. Permen dikonsumsi oleh anak-anak dengan

frekuensi “sering”, hal itu karena disukai oleh anak-anak. Demikian juga

susu bubuk dikonsumsi oleh anak-anak dengan frekuensi “sering”, selain

karena rasanya disukai oleh anak-anak juga dikarenakan para orang tua

menyediakan dan menganjurkan anak-anaknya untuk meminum susu.

Anak-anak senang mengonsumsi jajanan yang mengandung gula,

seperti biskuit, permen, es krim, dll. Makanan ini bersifat kariogenik yang

merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi. Anak yang

mengonsumsi jajanan kariogenik, seperti biskuit, permen, permen coklat,

es krim, memiliki skor karies yang lebih tinggi dibandingkan anak yang

mengonsumsi jajanan nonkariogenik, seperti sayur dan buah-buahan

(Pintauli, 2008).

Page 104: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

104

Frekuensi konsumsi tampaknya merupakan kontributor signifikan

terhadap kariogenisitas makanan (Decker, 2003). Mengonsumsi

karbohidrat dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya karies dibanding dengan mengonsumsi dalam

jumlah banyak tapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2002).

ECC adalah karies khusus yang terjadi pada gigi sulung bayi dan

anak, etiologinya sama dengan jenis karies lain tetapi dapat berbeda pada

beberapa aspek penting. Etiologi ECC sangat kompleks dan dipengaruhi

oleh mineralisasi gigi sulung, diet, ASI atau susu botol, makanan atau

minuman yang mengandung gula, seringnya mengkonsumsi makanan

dan minuman kariogenik diantara jam makan, kebiasaan buruk dan oral

higiene yang jelek memicu terjadinya kolonisasi awal mikroorganisme

asidogenik dan perkembangan plak (Cvetkovic, 2006).

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pada anak yang

minum susu atau cairan manis lainnya melalui botol pada waktu tidur

maka cairan dari botol atau susu yang diminum anak akan tergenang di

dalam mulut dalam waktu yang lama. Kecepatan kerusakan gigi akan

jelas terlihat dengan timbulnya karies menyeluruh dalam waktu singkat

(terjadi rampan karies). Selain itu keadaan lain yang dapat menyebabkan

rampan karies adalah substrat lama berada dalam mulut, kebiasaan anak

menahan makanan di dalam mulut dimana makanan tersebut tidak cepat

ditelan. Dapat disimpulkan bahwa anak minum susu formula melalui botol

Page 105: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

105

dengan frekuensi sering dan berlangsung lama maka anak menderita

rampan karies (Suwelo, 1992).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa asupan energi pada

sebagian besar sampel berada dalam kategori sedang (80-99% AKG)

dan asupan protein sebagian besar berada dalam kategori baik (≥100%

AKG).

Asupan makanan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.

Pada tabel 11 terlihat bahwa dari 18 sampel anak dengan asupan energi

kategori defisit, sebagian besar mempunyai orang tua dengan tingkat

pendidikan SMP/SMU. Demikian juga dengan asupan protein, dari 9

sampel anak dengan asupan protein kategori defisit, sebagian besar

mempunyai orang tua dengan tingkat pendidikan SMP/SMU.

3. Status Gizi

Pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan

dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara berkembang.

Pengukuran ini merupakan cara pengukuran yang sederhana, sehingga

pelaksanaannya tidak hanya di rumah sakit atau puskesmas, tetapi dapat

dilakukan di posyandu, PKK, atau rumah penduduk (Widardo, 1997).

Penentuan status gizi dalam penelitian ini menggunakan indeks

Antropometri yaitu indeks massa tubuh menurut umur sesuai dengan

Keputusan Menkes RI No. 1995/Menkes/SK/XII/2010, bahwa untuk

Page 106: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

106

menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang mengacu

pada standar World Health Organization (WHO 2005).

Indeks massa tubuh digunakan dalam penelitian ini karena indeks

massa tubuh digunakan sebagai indikator pertumbuhan dan telah

digunakan secara luas pada penelitian dalam bidang kedokteran gigi,

terutama penelitian tentang obesitas dan karies gigi (Mohammadi et al.,

2012).

Pada penelitian ini, status gizi sebagian besar sampel berada

dalam kategori normal (78,4%), sebagian kecil dalam kategori kurus

(18,9%) dan sisanya berada dalam kategori gemuk (2,7%). Hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua

berpengaruh terhadap status gizi anak. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Kusumaningrum (2003) dalam Astuti (2013) yang menemukan adanya

hubungan tingkat pendidikan dengan status gizi balita di Kecamatan Simo

Boyolali.

Asupan makanan dan penyakit infeksi merupakan faktor yang

berpengaruh langsung terhadap status gizi. Anak yang mengalami

penyakit infeksi yang disertai konsumsi zat gizi yang rendah akan lebih

mudah mengalami gizi kurang.

Masalah status gizi anak secara garis besar merupakan dampak

dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional

imbalance) yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya,

Page 107: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

107

disamping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap.

Dampak yang ditimbulkan diatas disebabkan oleh penyakit kronis, berat

badan lebih dan kurang, bisa karies dentis, serta alergi dan lain-lain

(Arisman, 2008).

4. ECC, Asupan Makanan Dan Status Gizi

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara karies

dengan asupan energi dan protein. Anak dengan tingkat keparahan karies

tinggi cenderung memiliki asupan energi kurang dibanding pada anak

dengan tingkat keparahan karies rendah, namun hasil uji chi-square tidak

signifikan (p=0,112, p>0,05). Demikian juga anak dengan tingkat

keparahan karies tinggi cenderung memiliki asupan protein kurang

dibanding anak dengan tingkat keparahan karies rendah, hasil uji chi

square menunjukkan hubungan signifikan (p=0,042, p>0,05).

Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh junaidi (2007)

yang menemukan bahwa anak dengan karies berat mempunyai tingkat

konsumsi energi dan protein yang lebih rendah dibanding anak tanpa

karies. Anak yang menderita karies gigi berisiko lebih tinggi untuk

mempunyai asupan energi dan protein kurang dari 100% angka

kecukupan gizi yang dianjurkan.

Kurangnya konsumsi energi dan protein pada anak dengan tingkat

keparahan karies tinggi sangat mungkin berkaitan dengan penurunan

Page 108: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

108

kemampuan daya kunyah anak yang mengalami karies karena bagian gigi

yang berfungsi untuk memotong dan menggiling makanan telah

berkurang, sehingga menurunkan kemampuan oklusi (Junaidi, 2007).

Seperti yang diungkapkan oleh Schroder dalam Setiawan (2003) proses

penghancuran makanan membutuhkan kekuatan atau daya kunyah

tertentu sesuai dengan bentuk dan jenis makanan.

Menurut Ganong dalam Setiawan (2003), seseorang dengan alat

pengunyahan yang tidak baik akan memilih makanan sesuai dengan

kekuatan kunyahnya, maka anak yang mengalami karies gigi tidak dapat

mengkonsumsi beraneka ragam makanan.

Selain itu, menurut Bastian (1975) dalam Junaidi (2007)

menyatakan bahwa makanan yang keras membutuhkan pengunyahan

lebih lama dan tekanan yang kuat, sebaliknya makanan yang lunak

sangat mudah untuk dikunyah.

Penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan antara asupan

energi dan protein dengan status gizi. Anak dengan asupan energi kurang

cenderung memiliki status gizi kategori kurus dibanding anak dengan

asupan energi cukup, hasil uji chi-square menunjukkan hubungan

signifikan (p=0,000, p<0,05). Demikian juga anak dengan asupan protein

kurang cenderung memiliki status gizi kategori kurus dibanding anak

dengan asupan protein cukup, hasil uji chi-square menunjukkan

hubungan signifikan (p=0,000, p<0,05).

Page 109: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

109

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

chuluq dkk., bahwa anak yang mendapat asupan energi baik, mayoritas

memiliki status gizi normal dibanding anak dengan asupan energi kurang.

Demikian juga anak yang mendapat asupan protein baik, mayoritas

memiliki status gizi normal dibanding anak dengan asupan protein kurang,

namun hasil uji chi square tidak signifikan. Hasil penelitian tersebut sesuai

dengan pendapat Solihin (2003) yang menyatakan bahwa salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi status gizi adalah KEP dan para orang

tua yang tidak menyiapkan makanan untuk anak, sehingga anak mudah

mengalami jatuh sakit. Hal ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa asupan zat gizi merupakan penyebab langsung yang

mempengaruhi status gizi anak balita.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan

antara ECC dengan status gizi. Anak dengan tingkat keparahan karies

tinggi cenderung memiliki status gizi kategori kurus dibanding anak

dengan tingkat keparahan karies rendah (hasil uji chi-square p=0,000,

p>0,05) dan dari hasil uji t independent menunjukkan rerata IMT anak

dengan tingkat keparahan karies rendah lebih tinggi dibanding anak

dengan tingkat keparahan karies tinggi (p=0,000, p<0,05).

Hubungan ini tampaknya terkait dengan hubungan antara ECC

dengan asupan makan. Anak yang menderita karies gigi berisiko lebih

tinggi untuk mempunyai asupan energi dan protein kurang dari 80%

Page 110: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

110

angka kecukupan gizi yang dianjurkan dan hal ini mempengaruhi status

gizi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Benzian (2011), hasil survey menunjukkan hubungan signifikan antara

karies dan IMT khususnya hubungan antara infeksi gigi dan IMT di bawah

normal. Jika karies tidak dirawat, akan berlanjut ke dalam pulpa gigi dan

ada tiga kemungkinan jalur utama untuk hubungan ini: 1) rasa nyeri dan

ketidaknyamanan menyebabkan berkurangnya asupan makanan; 2)

menurunnya kualitas hidup mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak-anak melalui terbatasnya aktifitas, kurang tidur,

menurunnya konsentrasi dan lain-lain; dan 3) Infeksi gigi akan

menyebabkan pelepasan cytokine yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan (Benzian et al., 2011).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Acs et al.(1992),

bayi dengan ECC memiliki tahap pertumbuhan yang lebih rendah

dibanding bayi bebas karies. Anak-anak dengan ECC dapat menjadi

sangat underweight karena kaitannya dengan rasa nyeri dan kesulitan

makan. Sedangkan menurut Clarke et al. (2006), ECC juga terkait dengan

defisiensi zat besi.

Hal yang sama juga menurut hasil penelitian oleh Ruhaya et al.

(2012) di Kelantan Malaysia, Penelitian tentang hubungan antara status

gizi dan ECC pada anak prasekolah menemukan bahwa indeks massa

Page 111: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

111

tubuh yang rendah terkait dengan karies. Kanchanamakol et al. (1996)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara malnutrisi (PEM),

hipoplasia email dengan karies gigi sulung. Studi cross-sectional lainnya

menunjukkan peningkatan level karies gigi sulung pada anak-anak

stunting (Cleaton-Jones et al.,2000).

Karies gigi dapat menimbulkan kesulitan makan pada anak karena

karies gigi menyebabkan penurunan fungsi gigi sebagai alat cerna.

Seperti yang diungkapkan oleh Widyaningsih (2000) dalam Junaidi

(2007), kesulitan makan pada anak dapat disebabkan oleh berbagai

faktor, yaitu : faktor nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit antara

lain adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi,

stomatitis dan gingivitis.

Berbeda dengan hasil penelitian ini, Costa et al. (2013) yang

meneliti ECC dan indeks massa tubuh pada anak-anak di Brazil

menemukan tidak ada hubungan antara IMT dengan karies gigi,

penghasilan keluarga yang lebih tinggi terkait dengan rendahnya

pengalaman karies pada anak-anak.

Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Chen et al. (1998) dalam

Ruhaya et al. (2012) tidak ada hubungan yang signifikan dalam skor dmf

anak usia tiga tahun dengan BMI mereka. Kemungkinan bahwa anak-

anak usia tiga tahun belum memiliki cukup waktu untuk perkembangan

karies secara penuh sebagaimana dibandingkan dengan anak-anak usia

Page 112: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

112

enam tahun. Harus dicatat bahwa karies adalah penyakit yang

berkembang secara lambat dan membutuhkan waktu bertahun-tahun

untuk berkembang dari white spot awal menjadi lubang pada gigi yang

mempengaruhi dentin.

Demikian pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Gokhale (2010) di Nellore India, yang meneliti hubungan antara IMT dan

ECC pada 100 sampel anak-anak menemukan bahwa IMT tidak

berkorelasi dengan dmft, bahkan setelah disesuaikan dengan faktor

confounding. Banyak faktor lain yang berperan dalam proses karies dan

dibutuhkan studi longitudinal dengan sampel yang lebih besar untuk

mengkonfirmasi hubungan ini.

Beberapa hasil penelitian yang lain melaporkan suatu hubungan

positif antara karies gigi dan obesitas (kelebihan lemak) tapi tidak dengan

overweight, hanya satu penelitian dengan bukti kuat yang menemukan

hubungan langsung antara obesitas dan karies gigi (Kantovitz et al.,2006).

Obesitas dan karies gigi pada masa kanak-kanak terjadi secara bersama-

sama, kemungkinan akibat dari faktor-faktor risiko umum seperti

seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman kariogenik dan

rendahnya kebersihan mulut (Hilgers et al.,2006). Marshal et al. (2007)

melaporkan bahwa karies dan obesitas co-exist pada anak-anak dengan

status sosial ekonomi rendah.

Page 113: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

113

Bagaimanapun, belum ada bukti yang jelas hubungan antara

overweight dan karies gigi. Macek et al. (2006), melaporkan bahwa secara

statistik tidak ada hubungan signifikan IMT/U dengan tingkat keparahan

karies pada gigi sulung. Hubungan antara overweight dan adanya karies

pada anak-anak jauh lebih kompleks dibanding yang dapat dijelaskan

melalui konsumsi karbohidrat sendiri. Karies gigi dan obesitas dipengaruhi

oleh kebiasaan makan. Namun, keduanya adalah kondisi multifaktor dan

berisiko sama dengan penyakit kronik yang lain (Oliveira et al., 2008).

Dalam suatu penelitian oleh Willerhausen et al. (2007),

menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara berat badan lebih

dan frekuensi karies pada gigi sulung dan gigi permanen. Sedangkan

Gerdin EW et al. (2008), dalam penelitiannya pada 2303 anak-anak

swedia menemukan bahwa hubungan antara overweight dan karies gigi

adalah lemah.

Page 114: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian tentang hubungan antara ECC dengan asupan

makanan dan status gizi di Kabupaten Enrekang, dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi karies gigi pada anak usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang

adalah 94,46%.

2. Tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 3-5 tahun di Kabupaten

Enrekang sebagian besar berada pada kategori sangat tinggi (deft>6,6).

3. Pola konsumsi makanan/minuman kariogenik oleh anak yang mengalami

karies usia 3-5 tahun yang “sering” dikonsumsi adalah permen dan susu

bubuk, dengan frekuensi satu kali sehari, yang “biasa” dikonsumsi adalah

susu kental manis dan biskuit dengan frekuensi 3-6 kali seminggu, yang

“kadang-kadang” dikonsumsi adalah roti manis dengan frekuensi 1-2 kali

seminggu dan yang “jarang” dikonsumsi adalah es krim, donat, wafer,

bolu dan coklat dengan frekuensi kurang dari sekali seminggu.

Page 115: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

115

4. Tingkat kecukupan energi anak yang mengalami karies usia 3-5 tahun

sebagian besar berada pada kategori sedang (80-99%AKG) sedangkan

tingkat kecukupan protein sebagian besar berada pada kategori baik

(≥100%AKG).

5. Status gizi anak penderita karies usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang

sebagian besar berada pada kategori normal.

6. Terdapat hubungan signifikan antara ECC dengan status gizi anak usia 3-

5 tahun di Kabupaten Enrekang.

7. Tidak terdapat hubungan signifikan antara ECC dengan asupan energi

namun terdapat hubungan signifikan antara ECC dengan asupan protein

pada anak penderita karies usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang.

8. Terdapat hubungan signifikan antara asupan energi dan protein dengan

status gizi pada anak penderita karies usia 3-5 tahun di Kabupaten

Enrekang.

B. Saran

1. Mengingat penelitian ini dilaksanakan secara cross-sectional, tidak begitu

dapat dilihat dengan jelas apakah karies mempengaruhi status gizi atau

sebaliknya, status gizi mempengaruhi risiko terjadinya karies. Dengan

demikian kami menyarankan untuk melakukan penelitian pada masalah

Page 116: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

116

yang sama dengan rancangan case control atau dengan rancangan

kohort prospektif.

2. Melihat hasil temuan bahwa makanan/minuman kariogenik yang “sering”

dikonsumsi oleh anak adalah permen dan susu bubuk, kami menyarankan

kepada orang tua untuk membatasi anaknya mengonsumsi permen,

selain itu pemberian susu bubuk sebaiknya tidak diberikan dalam botol

susu terutama pada saat tidur malam tetapi diberikan dalam gelas untuk

mencegah terjadinya karies dini pada anak disamping peningkatan

kebersihan mulut dengan menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur

untuk mengurangi risiko terjadinya karies gigi.

3. Mengingat prevalensi karies yang cukup tinggi, perlu upaya kesehatan

gigi di Posyandu minimal sekali dalam enam bulan dalam rangka

mencegah terjadinya karies dan mengobati anak yang sudah terlanjur

menderita karies.

4. Perlu program edukasi gizi di Posyandu, baik pada orang tua maupun

pada anak untuk meningkatkan status gizi anak usia 3-5 tahun di

kabupaten Enrekang.

Page 117: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

117

DAFTAR PUSTAKA

Acs G., Lodolini S., Kaminsky, and G. J. Cisneros.1992. “Effect of nursingcaries on body weight in a pediatric population,” Pediatric dentistry.14(5): 302–305.

Adiwiryono R.M. Pesan Kesehatan: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Anak Usia Dini Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.http://www.uhamka.ac.id. Diakses pada 22 Mei 2013.

Al-Haddad, AM., Bin Gouth, AS., Hassan,HS. 2006. Distribution of DentalCaries among Primary School Children in Al-Mukalla Area, Yemen.Journal of Dentistry, Tehran University of Medical Sciences. 3(4):195-8.

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT GramediaPustaka Utama hal 3-13.

Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Angka Kecukupan Gizi yangDianjurkan dan Masalah Gizi di Indonesia. Jakarta: Penerbit PTGramedia Pustaka Utama, hal 301.

Alvarez J.O. (1995). Nutrition, Tooth Development, and Dental Caries. Am JClin Nutr, 61(suppl):410-6.

American Academy of Pediatric Dentistry, American Board of PediatricDentistry, College of Diplomates of the American Board of PediatricDentistry. 2003. Policy on early childhood caries (ECC): Uniquechallenges and treatment options. Pediatric Dentistry 24(7):27–28.

American Academy of Pediatric Dentistry. 2009. Guideline on Periodicity ofExamination, Preventive Dental Services, AnticipatoryGuidance/Counseling, and Oral Treatment for Infants, Children, andAdolescents. Clinical Guidelines. 34(6): 110-116.

Anita A. 2004. Dental caries and caries related factors in children andteenagers. Swed Dent J. 28:61-66.

Arisman, MB. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta.

Page 118: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

118

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan Anak. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta.

Arora, A. et al. 2011. Early childhood feeding practices and dental caries inpreschool children: a multi-centre birth cohort study. BMC PublicHealth. 11 : 28.

Astuti DW. dan Sulistyowati TF. 2013 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu DanTingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Anak PrasekolahDan Sekolah Dasar di Kecamatan Godean KES MAS 7 (1).

Azwar A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di MasaDepan. http://gizi.depkes.go.id. Diakses Pada 30 Januari 2013.

Baliwati E. Y, Khomsan A, Dwiriani M. C. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi.Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Edisi 1, hal 78-80.

Bagramian RA., Franklin GG. and Volpe AR. 2009. The Global Increase inDental caries. A pending Public Health Crisis. American Journal OfDentistry. 21(1):3-8 .

Begzati, A., Berisha, M., Meqa, K. 2010. Early Childhood Caries in PreschoolChildren of Kosovo – A Serious Public Health Problem. BMC PublicHealth. 10:788.

Beltrán-Aguilar BD, Barker LK, Canto MT, Dye BA, Gooch BF, Griffin SO,Hyman J, Jaramillo F, Kingman A, Nowjack-Raymer R, Selwitz RH,Wu T; Centers for Disease Control and Prevention. Surveillance fordental caries, dental sealants, tooth retention, edentulism, andenamel fluorosis— United States, 1988-1994 and 1999-2002.MMWR Surveill Summ. 2005;54:1-43.

Benzian, H., Monse,B., Heinrich-Weltzien, R., Hobdell, M., Mulder, J. et al.2011. Untreated Severe Dental Decay: A Neglected Determinant ofLow Body Mass Index in 12 year- Old Filipino Children BMC PublicHealth. 11 : 558.

Berkowitz RJ. 2003. Causes, Treatment and Prevention of Early ChildhoodCaries: A Microbiologic Perspective. Journal of the Canadian DentalAssociation. 69(5):304-307.

Bof F. et al. 2009. Relationship Between Oral Health, Nutrien Intake AndNutritional Status In A Sample Of Brazilian Elderly People Journal

Page 119: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

119

compilation _ The Gerodontology Association and BlackwellMunksgaard Ltd, Gerodontology, 26: 40–45.

Bowen W H. and Lawrence RA. 2005. Comparison of the Cariogenicity ofCola, Honey, Cow Milk, Human Milk, and Sucrose. Pediatrics. 116:921-926.

Chuluq Ar. AC., Fadhillah E. dan Bahabol M. 2013. Hubungan Asupan Makandan Status Gizi Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus Siswa SD Kelas VKecamatan Dekai Suku Momuna Kabupaten Yakuhimo) PropinsiPapua. Universitas Brawijaya. http://fk.ub.ac.id. Diakses pada 20Mei 2013.

Chu S. 2006 Review - Early childhood caries: risk and prevention inunderserved populations. Jyi. 18: 1-8.

Clarke M, Locker D, Berall G, Pencharz P, Kenny DJ, and . Judd P. 2006.“Malnourishment in a population of young children with severe earlychildhood caries,” Pediatric Dentistry. 28 (3): 254–259.

Cleaton-Jones P, Richardson BD, Granath L, Fatti LP, Sinwell R, Walker AR,Mogotsi M. 2000. Nutritional status and dental caries in large sample4- and 5-year-old South African children. S Afr Med J, 90(6): 631-635.

Costa LR., Daher A and Queiroz MG. 2013. Early Childhood Caries andBody Mass Index in Young Children from Low Income Families. Int.J. Environ. Res. Public Health 10: 867-878.

Cury JA and Tenuta LMA. 2009. Enamel remineralization: controlling thecaries disease or treating early caries lesions? Braz. oral res.23: 1.available at: http://www.scielo.br. Diakses Tanggal 24 Juni

2012.

Cvetkovic A, Ivanovic M. 2006. The Role of streptococcus mutan group andsalivary immunoglobulin in etiology of early childhood caries. SerbianDental J. 53: 1-6.

Decker TR. And Loveren CV. 2003. Sugars and Dental Caries. Am J ClinNutr.. 78(suppl): 881S–92S.

Page 120: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

120

Decker TR., Mobley CC. 2007. Position of the American Dietetic Association:Oral Health and Nutrition. J Am Diet Assoc. 107:1418-1428.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008 Laporan Riset KesehatanDasar Tahun 2007. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010 Laporan Riset KesehatanDasar Tahun 2010. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.Pendahuluan. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan, hal 1.

Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang. 2012. Profil kesehatan KabupatenEnrekang Tahun 2011. Enrekang.

Dye BA, Tan S, Smith V, Lewis BG, Barker LK, Thorton-Evans G, et al. 2007.Trends in oral health status: United States, 1988-1994 and 1999-2004. National Center for Health Statistics. Vital Health Stat 11(248).

Feldens C.A. et al. 2010. Long-term Effectiveness of A Nutritional Program inReducing Early Chilhood Caries: A Randomized Trial. CommunityDentistry and Oral Epidemiology, 38(4):324-332.

Gerdin EW, Angbratt M, Aronsson K, Eriksson E, and Johansson I. 2008.Dental caries and Body Mass Index by Socioeconomic status inSwedish Children. Community Dent Oral Epidemiol. 36(5): 459-465.

Ghofar A. dan Firmansyah A. 2012 Hubungan Gigi Karies Terhadap StatusGizi Anak Tk Muslimat 7 Peterongan Jombang. Jurnal Edu Health.September 2(2): 1-7.

Gibson, R.S. 1993. Nutritional Assesment A Laboratory Manual. New YorkOxford, Oxford University press.

Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional Assessment, Second Edition.Introduction, Nutritional Assesment System. New York : OxfordUniversity Press. P 2 – 7.

Gierat-Kucharzewska B, Karasin´ski A. 2006 Influence of chosen elements onthe dynamics of the cariogenic process. Biol Trace Elem Res111:53–62.

Page 121: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

121

Gokhale N, Sivakumar N, Nirmala SVSG, Abinash M. 2010. Dental Cariesand Body Mass Index in Children of Nellore. J Orofac Sci. 2:2.

Hale, KJ., Weiss PA., Czerepak CS., Thomas HF., Keels, M ann, et al. 2008.Policy Statement. Preventive Oral Health Intervention ForPediatricians. American Academy Of Pediatrics. Section On PediatricDentistry And Oral Health. 122 (6): 1397.

Harris R, Nicoll AD, Adair PM, Pine CM. 2004. Risk factors for dental caries inyoung children: A systematic review of the literature. CommunityDent Health. 21(suppl 1):71-85.

Herijulianti,E. Indriani,TS. Dan Artini, S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta:EGC, 2002: 98-100.

Hilgers KK, Kinane DF, Scheetz JP. 2006. Association between childhoodobesity and smooth-surface caries in posterior teeth:a preliminarystudy. Pediatr Dent. 28: 23–28.

Hong L, Ahmed A, McCunniff M, Overman P, Mathew M. 2008. Obesity andDental Caries in Children aged 2- 6 Years in the United States-National Health and Nutrition Examination Survey 1999-2002. JPublic Health Dent. 4:227-33.

Hurlbutt M, Novy B, and Young D. 2012 Dental Caries: A pH-mediatedDiseases. CDHA Journal-winter, 9-15. Cited 2012 Jun 25. Availableat: www.cdha.org.

Junaidi, Julia M. dan Hendratini J. (2007). Hubungan Keparahan Karies Gigidengan Konsumsi Zat Gizi dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar diKecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Gizi KlinikIndonesia. 4(2): 92-96.

Kanchanakamol U, Tuongratanaphan S, Tuongratanaphan S,Lertpoonvilaikul W, Chittaisong C, Pattanaporn K, Navia JM, DaviesGN (1996). Prevalence of developmental enamel defects and dentalcaries in rural pre-school Thai children. Community Dent Health,13(4): 204-207.

Kantovitz KR, Pascon FM, Rontani RM, Gavia˜o MB.2006. Obesity and dentalcaries – a systematic review. Oral Health Prev Dent 4: 137–144.

Page 122: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

122

Kawashita, Y.,Kitamura, M., and Saito, T. 2011. Early Childhood Caries.International Journal of Dentistry. 2011: 7

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri penilaianstatus gizi anak. Direktorat Bina Gizi. Jakarta.

Khan AA, Jain SK, Shrivastay A. Prevalence Of Dental Caries Among ThePopulation Of Gwalior (India) In Relation Of Different AssociatedFactors. European Journal of Dentistry. 2008; 2: 81-5.

Kidd E A M, Bechal S J. 1992. Dasar – Dasar Karies Penyakit danPenanggulangannya (Alih bahasa : Narlan Sumawinata dan SaffidaFaruk). EGC, Jakarta.

Kopycka-Kedzierawski DT, Auinger P, Billings RJ, Weitzman M. Caries statusand overweight in 2- to 18- year-old US children: findings fromnational surveys. Community Dent Oral Epidemiol 2007. 36: 157-67.

Law, V., Seow, W.K., Townsend, G. 2007. Factors influencing oralcolonization of mutans streptococci in young children. AustralianDental Journal. 52:(2):93-100.

Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam PenelitianKesehatan (terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta.

Levin K.A. et al. (2010). Urban-Rural Differences In Dental Caries of 5-YearsOld Children In Scotland. Soc Sci Med, 71 (11): 2020-7.

Lutviana, Evi. 2010. Prevalensi dan determinan kejadian gizi kurang Padabalita (studi kasus pada keluarga nelayan di Desa bajomulyokecamatan juwana kabupaten pati). Jurnal Kesmas. 5(2) Januari-Juni.

Macek MD, Heller KE, Selwitz RH, Manz MC. 2004. Is 75 percent of dentalcaries really found in 25 percent of the population? Journal of PublicHealth Dentistry. 64(1):20-25.

Malik I. 2008. Kesehatan Gigi dan Mulut. Universitas Padjajaran. Bandung.http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses pada 25 Mei 2013.

Page 123: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

123

Marshall TA, Eichenberger-Gilmore JM, Broffitt BA, Warren JJ, Levy SM.2007. Dental caries and childhood obesity: roles of diet andsocioeconomic status. Community Dent Oral Epidemiol.

Marshall, TA., Broffitt, B., Eichenberger-Gillmore J, Warren JJ, CunninghamMA, Levy SM. 2005. The roles of meal, snack, and daily total foodand beverage exposure on caries experience in young children. JPublic Health Dent. 65: 166-73.

Masumo, R., Bardsen, A., Mashoto, K., Astrom, AN. 2012. Prevalence andsocio-behavioral influence of early childhood caries, ECC, andfeeding habits among 6 – 36 months old children in Uganda andTanzania. BMC Oral Health. 12:24.

Mazhari F, Talebi M, Zoghi M. Prevalence of early childhood caries and itsrisk factors in 6-60 months old children in Quchan. J Dent Res 2007;4(2):96-10.

Mohammadi TM., Hossienian, Z., Bakhteyar, M. 2012. The Association ofBody Mass Index With Dental Caries In An Iranian Sample ofChildren. J Oral Health Oral Epidemiol. 1(1): 29-35.

Mohammadi, TM, Kay, EJ, Hajizamani,A. 2008. Relation between Past andPresent Dietary Sugar Intake and Dental Caries in A High CariesPopulation. Journal of Dentistry.vol:5,No.2.

Narksawat K, Tonmukayakul U, Boonthum A. 2009. Association BetweenNutritional Status And Dental Caries In Permanent Dentition AmongPrimary Schoolchildren Aged 12-14 Years, Thailand. SoutheastAsian J Trop Med Public Health, 40(2):338-44.

Narvey, A., . Shwart, L. 2007. “Early childhood dental disease—what’s in aname?” Journal of the Canadian Dental Association, vol. 73, no. 10,pp. 929–930.

Paes Leme, H. Koo, C.M. Bellato,G. Bedi, and J.A. Cury. 2006. The Role ofSucrose in Cariogenic Dental Biofilm Formation- New Insight. J DentRes. 85(10):878-887.

Palmer, CA. 2009. Have you missed something? 11 important relationshipbetween diet, nutrition and oral health. J Minim Interv Dent. 2 (4):261-6.

Page 124: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

124

Patil, SN., Wasnik, VR. 2009. Nutritional and Health Status of Rural SchoolChildren in Ratnagiri District of Maharashtra. Journal of Clinical andDiagnostic Research. 3: 1611-1614.

Persagi. 1999. Visi dan Misi Dalam Mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010.Jakarta.

Pine, C.M.1997. Community Oral Health. Great Britain. Wright.

Pintauli, S.Hamada,T. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. USU Press.Medan.

Prashant S.T. et.al. 2011. Comparison of Association of dental Caries inRelation With Body Mass Index (BMI) in Government and PrivateSchool Children. Journal of Dental Science and Research, 2(2):1-5.

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan kedelapan.Alfabeta, Bandung.

Roselly NAAP. 2008 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan ObesitasBerdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Pria (40-55 Tahun)Anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal Zeni TNI-AD Tahun2008. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Ruhaya, H., Jaafar, N., Jamaluddin, M., Ismail, AR., Ismail, NM., et.al. 2012.Nutritional status and early childhood caries among preschoolchildren in Pasir Mas, Kelantan, Malaysia. Arch Orofac Sci . 7(2): 7pages.

Saini S, Aparna, Gupta N, Mahajan A, Arora DR. 2003. Microbial flora inorodental infections. Indian J Med Microbiol. 21:111-114.

Sanjur, D. dan Radriguez, M. 1997. Assessing Food Consumption- SelectedIssues in Data Collection and Analysis. Cornell University.

Sasiwi N.R. 2004. Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan StatusGizi Anak (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.

Schlenker E.D.dan Long S. 2007. William’s Essentials Of Nutrition And DietTherapy. Canada: Mosby Elsevier.

Setiawan B. 2003. Pengaruh sudut tonjol gigi artifisial posterior terhadapperubahan partikel makanan [Tesis]. Yogyakarta: UGM.

Page 125: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

125

Shahril RM., Sulaiman S., Shaharuddin SH., Isa NMD dan Hussain SNAS.2008. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia. 6(2):75-91.

Sheiham A: Dental caries affects body weight, growth and quality of life inpre-school children. Br Dent J 2006, 201:625–626.

Sheller B, Churchill SS, Williams BJ, Davidson B. 2009 Body mass index ofchildren with severe early childhood caries. Pediatr Dent. 31:216-221.

Siagian A. 2008. Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan KesehatanGigi dengan Karies Gigi Pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu Air IISimpang Gudang Kota Medan. Info Kesehatan Masyarakat. XII (2):106-185.

Slavkin HC. Streptococcus mutans, early childhood caries and newopportunities. Jounal of American Dental Association 1999; 130:1787-92.

Slot J, Taubman MA. 1992. Contemporary Oral Microbiology andImmunology. St.Louis, Baltimore, Boston, Chicago, London,Philadelphia, Sydney, Toronto. Mosby Year Book, p: 366-7.

Soelarso H., Soebekti RH. Dan Mufid A. 2005. Peran KomunikasiInterpersonal dalam Pelayanan Kesehatan Gigi (The role ofinterpersonal communication integrated with medical dental care)Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.) 38(3): 124–129.

Suhardjo, 2005. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Penerbit BumiAksara.

Supariasa I, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Antropometri Gizi.Jakarta : Buku Kedokteran. Edisi I.

Suwelo IS. Karies gigi pada anak dengan pelbagai faktor etiologi, JakartaEGC. 1992 p. 6 – 28.

Syukriawati R. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status GiziKurang Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan Pamulang BaratKotaTangerang Selatan Tahun 2011.Skripsi. Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 126: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

126

Tanaka K., Miyake Y., Sasaki S., Hirota Y. 2012. Dairy products and calciumintake during pregnancy and dental caries in children. NutritionJournal, 11:33.

Tarigan,R. 1995. Karies Gigi. Penerbit Hipokrates, Jakarta.

Thioritz, E. 2010. Pengaruh Faktor Sosial-Ekonomi Terhadap Status KariesPada Murid Taman Kanak-kanak Kecamatan Rappocini. MediaKesehatan Gigi. Edisi 1.

US Department of Health and Human Services, Office of Disease Preventionand Health Promotion. Healthy People 2020. ODPHP Publication No.B0132. November 2010. www.healthypeople.gov. Accessed May 22,2011.

Usha C, Sathyanarayanan R. 2009. Dental caries - A complete changeover(Part I). J Conserv Dent. 12:46-54.

Widardo, 1997. Ilmu Gizi II : Anthropometri Gizi. Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret, Surakarta. BPK,pp:12-33.

Willerhausen B, Blettner M, Kasaj A, and Hohenfellner K. 2007. Associationbetween Body mass Index and dental health in 1,290 children ofelementary school in German city. Clin Oral Invest. 11:195–200.

Willet, W.C. 1998. Nutritional epidemiology. New York: Oxford UniversityPress.

World Health Organization (WHO). Global strategy for infant and young childfeeding. Geneva: WHO 2003.

World Health Organization. Diet, Nutrition and the Prevention of ChronicDiseases. Report of the Joint WHO/FAO Expert Consultation. WHOTechnical Report Series 916. Geneva, World Health Organization,2003, pp. 105-128.

Zafar, S., Harnekar, Sy., Siddiqi, A., 2009. Early Childhood Caries: Etiology,Clinical Considerations, Consequences And Management.International Dentistry Sa. 11(4): 24-36.

Zero, DT, 2006, ‘Dentifrices, Mouthwashes and Remineralization/ CariesArresment Strategies’, BMC Oral Health. 6 (9): 1-13.

Page 127: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

127

Lampiran 1 Kode responden

Kuesioner PenelitianHubungan Early Childhood Caries (ECC) Dengan Asupan Makanan Dan

Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun Di Kecamatan Enrekang

A. Identitas1. Nama Anak2. Tanggal Lahir3. Umur ……. .. Bulan4. Jenis kelamin 1.Laki-laki

2.Perempuan5. Nama Orang tua

AyahIbu

6. Tingkat pendidikan Orang tuaAyahIbu

1.SD2.SMP/SMU3.Perguruan Tinggi

B. Pertanyaan1. Apakah anak pernah

menderita sakit demam ataudiare dalam 3 bulan terakhir?

1.Ya2.Tidak

2. Apakah anak pernah dirawatdi puskesmas/Rumah sakitdalam 3 bulan terakhir?

1.Ya2.Tidak

3. Apakah anak pernahmengeluh sakit gigi?

1.Ya2.Tidak

Enumerator : Tanda Tangan:

Tanggal pengumpulan data :

Alamat Responden :

Nama Posyandu :

Page 128: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

128

4. Apakah gigi anak ada yanghilang karena traumakecelakaan, terbentur atauterjatuh?

1.Ya2.Tidak

5. Apakah gigi anak ada yangpatah karena traumakecelakaan, terbentur atauterjatuh?

1.Ya2.Tidak

6. Apakah anak pernah dibawake dokter gigi untukdiperiksakan giginya?

1.Ya2.Tidak

7. Kapan terakhir anak dibawauntuk diperiksakan giginya?

1.≤ 6 bulan yang lalu2.> 6 bulan yang lalu

8. Apakah anak sudah bisamenyikat giginya sendiri?

1.Ya2.Tidak

9. Berapa kali anak menyikatgiginya dalam sehari?

1.≥ dua kali2.< dua kali

10.Apakah anak pernah di beriASI?

1.Ya2.Tidak

11.Apakah sejak lahir sampaiusia 6 bulan, anak hanyadiberi ASI saja?

1.Ya2.Tidak

12.Berapa lama anak diberi ASI? 1.< 6 bulan2.6 bulan-1tahun3. >1tahun-2 tahun4. > 2 tahun

Page 129: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

129

Lampiran 2 Kode Responden

Formulir Hasil Pemeriksaan gigi dan Pengukuran Antropometri

Nama Anak :Nama Orang tua :Alamat :Posyandu :Tanggal :

A. Pemeriksaan Gigi d =

e =

f =

Skor deft =

Tingkat Keparahan Karies =

B. Pengukuran Antropometri Berat Badan =

Tinggi Badan =

IMT/U =

Status Gizi =

Page 130: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

130

Lampiran 3 Kode respondenFORMULIR FOOD FREQUENCY QUETIONAIRE (FFQ) SEMI KUANTITATIF

Nama Anak :Nama Orangtua :Enumerator :Hari/Tanggal :

Nama Makanan

Bera

t (g)

Pors

i S

Frekuensi Porsi

Rata

-rat

a

Bera

t

x/H

x/M

x/B K S B

x/H

g/H

Makanan pokok

Nasiputih 200 1 prgsdg

Nasigoreng 200 1 prgsdg

Mi goreng 420 1 piring

Mi instan 80 1 bksLauk hewani

Ayam dengan kulit 45 1 ptgsdg

Ayam tanpa kulit 40 1 ptgsdg

Telurayam kampung 40 1 btrTelur ayam ras 55 1btr

Telurbebek 60 1 btr

Ikan banjar 45 1/3 ekor

Ikan layang 45 1/3 ekor

Ikan cakalang 45 1/3 ekor

Ikan bandeng 45 1/3 ekor

Cumi-cumi 45 1/2 ekor

Udang segar 35 4 ekor sdg

Ikan teri basah 45 11 ekor

Ikan kering 20 1 /2 ekor

Ikanterikering 15 2sdm

Tahu 110 1 ptgbsr

Tempe 50 2 ptgsdg

Sayur dan buah

Bayam 50 1 prgDaunKelor 50 1prg

Page 131: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

131

Nama Makanan

Bera

t (g)

Pors

i S

Frekuensi Porsi

Rata

-rat

a

Bera

t

x/H

x/M

x/B K S B

x/H

g/H

Kacanghijau 10 1sdmKacangtanah 10 1sdm

Papaya 110 1 ptgsdg

Rambutan 75 5bh

Pisangmas 40 2bh

Pisangsusu 50 1 bh

Salak 80 1 bhLangsat 75 5 bh

Jeruk bali 105 1 ptgsdgMinyak kelapa 10 1sdm

Margarine 10 1sdm

Kecap 8 1 sdmSusu formula bubuk 10 1sdm

Susu kental manis 10 1 sdm

Es cream 15 1 cup

Susu UHT 200 1 glsBiscuit coklat 50 5 bhBolu kukus 50 1 bhDonat 65 1 bhPisang goreng 60 1 bhBolu 60 1 ptgsdg

Jalangkote 65 1 bjRoti manisCoklat beng-bengWafer coklatkerupukpermengula

Page 132: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

132

Lampiran 4

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Penelitian mengenai Hubungan Early Childhood Caries Dengan Asupanmakanan dan status gizi anak usia 3-5 tahun di Kabupaten Enrekang

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………….. ( L/P )

Umur : …………………….. tahun

Tanggal Lahir : ……./ ……../ 19…

Alamat : Desa / Dusun………..........................

RT................ RW ..............................

Orang Tua Anak : ............................................................. .

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan

dilakukan oleh Asrianti dari Program Magister Gizi Masyarakat,

Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Demikian pernyataan ini kami buat untuk dapat digunakan seperlunya

dan apabila dalam penelitian ini ada perubahan/keberatan menjadi

responden dapat mengajukan pengunduran diri.

Enrekang, ............................

2013

Mengetahui/menyetujui,

Orang tua/ Wali Anak

(...................................... )

Page 133: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

133

Hasil Analisis Data

Frequencies

Frequency Table

kategori umur balita

74 38.7 38.7 38.7117 61.3 61.3 100.0191 100.0 100.0

36-47 bln48-60 blnTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Jenis kelamin

87 45.5 45.5 45.5104 54.5 54.5 100.0191 100.0 100.0

laki-lakiPerempuanTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

pendidikan ayah

26 13.6 13.6 13.6110 57.6 57.6 71.255 28.8 28.8 100.0

191 100.0 100.0

SDSMP/SMUPerguruan tinggiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

pendidikan ibu

28 14.7 14.7 14.7107 56.0 56.0 70.756 29.3 29.3 100.0

191 100.0 100.0

SDSMP/SMUPerguruan tinggiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 134: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

134

Riwayat kunjungan ke dokter gigi

10 5.2 5.2 5.2

181 94.8 94.8 100.0

191 100.0 100.0

kurang atau samadengan enambulan yang laluLebih dari enambulan yang laluTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Frekuensi menyikat gigi anak

182 95.3 95.3 95.3

9 4.7 4.7 100.0

191 100.0 100.0

sama atau lebihdari dua kali seharikurang dari duakali sehariTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pemberian ASI eksklusive

104 54.5 54.5 54.587 45.5 45.5 100.0

191 100.0 100.0

yatidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Lamanya pemberian ASI

61 31.9 31.9 31.963 33.0 33.0 64.9

56 29.3 29.3 94.2

11 5.8 5.8 100.0191 100.0 100.0

< 6 bulan6 bulan sampai 1 tahun> 1 tahun sampai 2tahun> 2 tahunTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 135: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

135

tingkat keparahan karies

12 6.3 6.3 6.338 19.9 19.9 26.241 21.5 21.5 47.639 20.4 20.4 68.161 31.9 31.9 100.0

191 100.0 100.0

sangat rendahrendahsedangtinggisangat tinggiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

status gizi anak

33 17.3 17.3 17.3155 81.2 81.2 98.4

3 1.6 1.6 100.0191 100.0 100.0

kurusnormalgemukTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Kategori Asupan Energi

18 9.4 9.4 9.432 16.8 16.8 26.277 40.3 40.3 66.564 33.5 33.5 100.0

191 100.0 100.0

DefisitKurangSedangBaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Kategori Asupan Protein

9 4.7 4.7 4.713 6.8 6.8 11.561 31.9 31.9 43.5

108 56.5 56.5 100.0191 100.0 100.0

DefisitKurangSedangBaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 136: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

136

Crosstabs

kategori umur balita * tingkat keparahan karies Crosstabulation

6 14 15 20 19 74

8.1% 18.9% 20.3% 27.0% 25.7% 100.0%

50.0% 36.8% 36.6% 51.3% 31.1% 38.7%

6 24 26 19 42 117

5.1% 20.5% 22.2% 16.2% 35.9% 100.0%

50.0% 63.2% 63.4% 48.7% 68.9% 61.3%

12 38 41 39 61 191

6.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within kategoriumur balita% within tingkatkeparahan kariesCount% within kategoriumur balita% within tingkatkeparahan kariesCount% within kategoriumur balita% within tingkatkeparahan karies

36-47 bln

48-60 bln

kategori umurbalita

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

Jenis kelamin * tingkat keparahan karies Crosstabulation

3 18 16 13 37 873.4% 20.7% 18.4% 14.9% 42.5% 100.0%

25.0% 47.4% 39.0% 33.3% 60.7% 45.5%

9 20 25 26 24 1048.7% 19.2% 24.0% 25.0% 23.1% 100.0%

75.0% 52.6% 61.0% 66.7% 39.3% 54.5%

12 38 41 39 61 1916.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within Jenis kelamin% within tingkatkeparahan kariesCount% within Jenis kelamin% within tingkatkeparahan kariesCount% within Jenis kelamin% within tingkatkeparahan karies

laki-laki

Perempuan

Jenis kelamin

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

Page 137: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

137

pendidikan ayah * tingkat keparahan karies Crosstabulation

2 4 4 7 9 267.7% 15.4% 15.4% 26.9% 34.6% 100.0%

16.7% 10.5% 9.8% 17.9% 14.8% 13.6%

6 19 24 21 40 1105.5% 17.3% 21.8% 19.1% 36.4% 100.0%

50.0% 50.0% 58.5% 53.8% 65.6% 57.6%

4 15 13 11 12 557.3% 27.3% 23.6% 20.0% 21.8% 100.0%

33.3% 39.5% 31.7% 28.2% 19.7% 28.8%

12 38 41 39 61 1916.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ayah% within tingkatkeparahan kariesCount% within pendidikan ayah% within tingkatkeparahan kariesCount% within pendidikan ayah% within tingkatkeparahan kariesCount% within pendidikan ayah% within tingkatkeparahan karies

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanayah

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

pendidikan ibu * tingkat keparahan karies Crosstabulation

2 5 3 5 13 287.1% 17.9% 10.7% 17.9% 46.4% 100.0%

16.7% 13.2% 7.3% 12.8% 21.3% 14.7%

4 17 22 25 39 1073.7% 15.9% 20.6% 23.4% 36.4% 100.0%

33.3% 44.7% 53.7% 64.1% 63.9% 56.0%

6 16 16 9 9 5610.7% 28.6% 28.6% 16.1% 16.1% 100.0%

50.0% 42.1% 39.0% 23.1% 14.8% 29.3%

12 38 41 39 61 1916.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ibu% within tingkatkeparahan kariesCount% within pendidikan ibu% within tingkatkeparahan kariesCount% within pendidikan ibu% within tingkatkeparahan kariesCount% within pendidikan ibu% within tingkatkeparahan karies

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanibu

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

Page 138: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

138

Riwayat kunjungan ke dokter gigi * tingkat keparahan karies Crosstabulation

0 0 0 1 9 10

.0% .0% .0% 10.0% 90.0% 100.0%

.0% .0% .0% 2.6% 14.8% 5.2%

12 38 41 38 52 181

6.6% 21.0% 22.7% 21.0% 28.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 97.4% 85.2% 94.8%

12 38 41 39 61 191

6.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within Riwayatkunjungan ke dokter gigi% within tingkatkeparahan kariesCount% within Riwayatkunjungan ke dokter gigi% within tingkatkeparahan kariesCount% within Riwayatkunjungan ke dokter gigi% within tingkatkeparahan karies

kurang atau samadengan enambulan yang lalu

Lebih dari enambulan yang lalu

Riwayatkunjunganke doktergigi

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

Frekuensi menyikat gigi anak * tingkat keparahan karies Crosstabulation

12 37 38 37 58 182

6.6% 20.3% 20.9% 20.3% 31.9% 100.0%

100.0% 97.4% 92.7% 94.9% 95.1% 95.3%

0 1 3 2 3 9

.0% 11.1% 33.3% 22.2% 33.3% 100.0%

.0% 2.6% 7.3% 5.1% 4.9% 4.7%

12 38 41 39 61 191

6.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within Frekuensimenyikat gigi anak% within tingkatkeparahan kariesCount% within Frekuensimenyikat gigi anak% within tingkatkeparahan kariesCount% within Frekuensimenyikat gigi anak% within tingkatkeparahan karies

sama atau lebihdari dua kali sehari

kurang dari duakali sehari

Frekuensimenyikatgigi anak

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

Page 139: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

139

Crosstabs

Pemberian ASI eksklusive * tingkat keparahan karies Crosstabulation

10 21 25 17 31 104

9.6% 20.2% 24.0% 16.3% 29.8% 100.0%

83.3% 55.3% 61.0% 43.6% 50.8% 54.5%

2 17 16 22 30 87

2.3% 19.5% 18.4% 25.3% 34.5% 100.0%

16.7% 44.7% 39.0% 56.4% 49.2% 45.5%

12 38 41 39 61 191

6.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within PemberianASI eksklusive% within tingkatkeparahan kariesCount% within PemberianASI eksklusive% within tingkatkeparahan kariesCount% within PemberianASI eksklusive% within tingkatkeparahan karies

ya

tidak

Pemberian ASIeksklusive

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

Lamanya pemberian ASI * tingkat keparahan karies Crosstabulation

1 14 14 12 20 61

1.6% 23.0% 23.0% 19.7% 32.8% 100.0%

8.3% 36.8% 34.1% 30.8% 32.8% 31.9%

6 14 12 10 21 63

9.5% 22.2% 19.0% 15.9% 33.3% 100.0%

50.0% 36.8% 29.3% 25.6% 34.4% 33.0%

5 8 13 14 16 56

8.9% 14.3% 23.2% 25.0% 28.6% 100.0%

41.7% 21.1% 31.7% 35.9% 26.2% 29.3%

0 2 2 3 4 11

.0% 18.2% 18.2% 27.3% 36.4% 100.0%

.0% 5.3% 4.9% 7.7% 6.6% 5.8%

12 38 41 39 61 191

6.3% 19.9% 21.5% 20.4% 31.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within Lamanyapemberian ASI% within tingkatkeparahan kariesCount% within Lamanyapemberian ASI% within tingkatkeparahan kariesCount% within Lamanyapemberian ASI% within tingkatkeparahan kariesCount% within Lamanyapemberian ASI% within tingkatkeparahan kariesCount% within Lamanyapemberian ASI% within tingkatkeparahan karies

< 6 bulan

6 bulan sampai 1 tahun

> 1 tahun sampai 2tahun

> 2 tahun

LamanyapemberianASI

Total

sangatrendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

tingkat keparahan karies

Total

Page 140: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

140

kategori umur balita * status gizi anak Crosstabulation

14 58 2 74

18.9% 78.4% 2.7% 100.0%

42.4% 37.4% 66.7% 38.7%19 97 1 117

16.2% 82.9% .9% 100.0%

57.6% 62.6% 33.3% 61.3%33 155 3 191

17.3% 81.2% 1.6% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within kategori umurbalita% within status gizi anakCount% within kategori umurbalita% within status gizi anakCount% within kategori umurbalita% within status gizi anak

36-47 bln

48-60 bln

kategori umurbalita

Total

kurus normal gemukstatus gizi anak

Total

Jenis kelamin * status gizi anak Crosstabulation

18 68 1 8720.7% 78.2% 1.1% 100.0%54.5% 43.9% 33.3% 45.5%

15 87 2 10414.4% 83.7% 1.9% 100.0%45.5% 56.1% 66.7% 54.5%

33 155 3 19117.3% 81.2% 1.6% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within Jenis kelamin% within status gizi anakCount% within Jenis kelamin% within status gizi anakCount% within Jenis kelamin% within status gizi anak

laki-laki

Perempuan

Jenis kelamin

Total

kurus normal gemukstatus gizi anak

Total

Page 141: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

141

pendidikan ayah * status gizi anak Crosstabulation

6 20 0 2623.1% 76.9% .0% 100.0%18.2% 12.9% .0% 13.6%

17 92 1 11015.5% 83.6% .9% 100.0%51.5% 59.4% 33.3% 57.6%

10 43 2 5518.2% 78.2% 3.6% 100.0%30.3% 27.7% 66.7% 28.8%

33 155 3 19117.3% 81.2% 1.6% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ayah% within status gizi anakCount% within pendidikan ayah% within status gizi anakCount% within pendidikan ayah% within status gizi anakCount% within pendidikan ayah% within status gizi anak

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanayah

Total

kurus normal gemukstatus gizi anak

Total

pendidikan ibu * status gizi anak Crosstabulation

8 20 0 2828.6% 71.4% .0% 100.0%24.2% 12.9% .0% 14.7%

19 86 2 10717.8% 80.4% 1.9% 100.0%57.6% 55.5% 66.7% 56.0%

6 49 1 5610.7% 87.5% 1.8% 100.0%18.2% 31.6% 33.3% 29.3%

33 155 3 19117.3% 81.2% 1.6% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ibu% within status gizi anakCount% within pendidikan ibu% within status gizi anakCount% within pendidikan ibu% within status gizi anakCount% within pendidikan ibu% within status gizi anak

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanibu

Total

kurus normal gemukstatus gizi anak

Total

Page 142: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

142

kategori umur balita * Kategori Asupan Energi Crosstabulation

13 11 21 29 74

17.6% 14.9% 28.4% 39.2% 100.0%

72.2% 34.4% 27.3% 45.3% 38.7%

5 21 56 35 117

4.3% 17.9% 47.9% 29.9% 100.0%

27.8% 65.6% 72.7% 54.7% 61.3%

18 32 77 64 191

9.4% 16.8% 40.3% 33.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within kategoriumur balita% within KategoriAsupan EnergiCount% within kategoriumur balita% within KategoriAsupan EnergiCount% within kategoriumur balita% within KategoriAsupan Energi

36-47 bln

48-60 bln

kategori umurbalita

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Energi

Total

kategori umur balita * Kategori Asupan Protein Crosstabulation

8 5 20 41 74

10.8% 6.8% 27.0% 55.4% 100.0%

88.9% 38.5% 32.8% 38.0% 38.7%

1 8 41 67 117

.9% 6.8% 35.0% 57.3% 100.0%

11.1% 61.5% 67.2% 62.0% 61.3%

9 13 61 108 191

4.7% 6.8% 31.9% 56.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within kategoriumur balita% within KategoriAsupan ProteinCount% within kategoriumur balita% within KategoriAsupan ProteinCount% within kategoriumur balita% within KategoriAsupan Protein

36-47 bln

48-60 bln

kategori umurbalita

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Protein

Total

Page 143: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

143

Jenis kelamin * Kategori Asupan Energi Crosstabulation

8 15 39 25 879.2% 17.2% 44.8% 28.7% 100.0%

44.4% 46.9% 50.6% 39.1% 45.5%

10 17 38 39 1049.6% 16.3% 36.5% 37.5% 100.0%

55.6% 53.1% 49.4% 60.9% 54.5%

18 32 77 64 1919.4% 16.8% 40.3% 33.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within Jenis kelamin% within KategoriAsupan EnergiCount% within Jenis kelamin% within KategoriAsupan EnergiCount% within Jenis kelamin% within KategoriAsupan Energi

laki-laki

Perempuan

Jenis kelamin

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Energi

Total

Jenis kelamin * Kategori Asupan Protein Crosstabulation

4 5 30 48 874.6% 5.7% 34.5% 55.2% 100.0%

44.4% 38.5% 49.2% 44.4% 45.5%

5 8 31 60 1044.8% 7.7% 29.8% 57.7% 100.0%

55.6% 61.5% 50.8% 55.6% 54.5%

9 13 61 108 1914.7% 6.8% 31.9% 56.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within Jenis kelamin% within KategoriAsupan ProteinCount% within Jenis kelamin% within KategoriAsupan ProteinCount% within Jenis kelamin% within KategoriAsupan Protein

laki-laki

Perempuan

Jenis kelamin

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Protein

Total

Page 144: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

144

pendidikan ayah * Kategori Asupan Energi Crosstabulation

3 5 7 11 2611.5% 19.2% 26.9% 42.3% 100.0%

16.7% 15.6% 9.1% 17.2% 13.6%

10 17 50 33 1109.1% 15.5% 45.5% 30.0% 100.0%

55.6% 53.1% 64.9% 51.6% 57.6%

5 10 20 20 559.1% 18.2% 36.4% 36.4% 100.0%

27.8% 31.3% 26.0% 31.3% 28.8%

18 32 77 64 1919.4% 16.8% 40.3% 33.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanEnergiCount% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanEnergiCount% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanEnergiCount% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanEnergi

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanayah

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Energi

Total

pendidikan ayah * Kategori Asupan Protein Crosstabulation

4 3 7 12 2615.4% 11.5% 26.9% 46.2% 100.0%

44.4% 23.1% 11.5% 11.1% 13.6%

4 9 40 57 1103.6% 8.2% 36.4% 51.8% 100.0%

44.4% 69.2% 65.6% 52.8% 57.6%

1 1 14 39 551.8% 1.8% 25.5% 70.9% 100.0%

11.1% 7.7% 23.0% 36.1% 28.8%

9 13 61 108 1914.7% 6.8% 31.9% 56.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanProteinCount% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanProteinCount% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanProteinCount% within pendidikan ayah% within Kategori AsupanProtein

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanayah

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Protein

Total

Page 145: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

145

pendidikan ibu * Kategori Asupan Energi Crosstabulation

5 3 12 8 2817.9% 10.7% 42.9% 28.6% 100.0%

27.8% 9.4% 15.6% 12.5% 14.7%

12 18 41 36 10711.2% 16.8% 38.3% 33.6% 100.0%

66.7% 56.3% 53.2% 56.3% 56.0%

1 11 24 20 561.8% 19.6% 42.9% 35.7% 100.0%

5.6% 34.4% 31.2% 31.3% 29.3%

18 32 77 64 1919.4% 16.8% 40.3% 33.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan EnergiCount% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan EnergiCount% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan EnergiCount% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan Energi

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanibu

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Energi

Total

pendidikan ibu * Kategori Asupan Protein Crosstabulation

4 2 11 11 2814.3% 7.1% 39.3% 39.3% 100.0%

44.4% 15.4% 18.0% 10.2% 14.7%

5 11 37 54 1074.7% 10.3% 34.6% 50.5% 100.0%

55.6% 84.6% 60.7% 50.0% 56.0%

0 0 13 43 56.0% .0% 23.2% 76.8% 100.0%

.0% .0% 21.3% 39.8% 29.3%

9 13 61 108 1914.7% 6.8% 31.9% 56.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Count% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan ProteinCount% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan ProteinCount% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan ProteinCount% within pendidikan ibu% within KategoriAsupan Protein

SD

SMP/SMU

Perguruan tinggi

pendidikanibu

Total

Defisit Kurang Sedang BaikKategori Asupan Protein

Total

Page 146: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

146

tingkat keparahan karies 3 * Kategori Asupan Energi 2

Crosstab

19 72 91

20.9% 79.1% 100.0%

38.0% 51.1% 47.6%

31 69 100

31.0% 69.0% 100.0%

62.0% 48.9% 52.4%

50 141 191

26.2% 73.8% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count% within tingkatkeparahan karies 3% within KategoriAsupan Energi 2Count% within tingkatkeparahan karies 3% within KategoriAsupan Energi 2Count% within tingkatkeparahan karies 3% within KategoriAsupan Energi 2

rendah

tinggi

tingkat keparahankaries 3

Total

Kurang Cukup

Kategori AsupanEnergi 2

Total

Chi-Square Tests

2.525b 1 .1122.029 1 .1542.548 1 .110

.138 .077

2.512 1 .113

191

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.82.

b.

Page 147: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

147

tingkat keparahan karies 3 * Kategori Asupan Protein 2

Crosstab

6 85 91

6.6% 93.4% 100.0%

27.3% 50.3% 47.6%

16 84 100

16.0% 84.0% 100.0%

72.7% 49.7% 52.4%

22 169 191

11.5% 88.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count% within tingkatkeparahan karies 3% within KategoriAsupan Protein 2Count% within tingkatkeparahan karies 3% within KategoriAsupan Protein 2Count% within tingkatkeparahan karies 3% within KategoriAsupan Protein 2

rendah

tinggi

tingkat keparahankaries 3

Total

Kurang Cukup

Kategori AsupanProtein 2

Total

Chi-Square Tests

4.136b 1 .0423.265 1 .0714.298 1 .038

.068 .034

4.115 1 .043

191

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.48.

b.

Page 148: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

148

Kategori Asupan Energi 2 * status gizi anak 2 kategori

Case Processing Summary

191 100.0% 0 .0% 191 100.0%

191 100.0% 0 .0% 191 100.0%

191 100.0% 0 .0% 191 100.0%

Kategori AsupanEnergi 2 * statusgizi anak 2 kategoriKategori AsupanProtein 2 * statusgizi anak 2 kategoritingkat keparahankaries 3 * statusgizi anak 2 kategori

N Percent N Percent N PercentValid Missing Total

Cases

Crosstab

24 26 50

48.0% 52.0% 100.0%

72.7% 16.5% 26.2%

9 132 141

6.4% 93.6% 100.0%

27.3% 83.5% 73.8%

33 158 191

17.3% 82.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count% within KategoriAsupan Energi 2% within status gizianak 2 kategoriCount% within KategoriAsupan Energi 2% within status gizianak 2 kategoriCount% within KategoriAsupan Energi 2% within status gizianak 2 kategori

Kurang

Cukup

Kategori AsupanEnergi 2

Total

kurus normal

status gizi anak 2kategori

Total

Page 149: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

149

Kategori Asupan Protein 2 * status gizi anak 2 kategori

Chi-Square Tests

44.729b 1 .00041.865 1 .00039.644 1 .000

.000 .000

44.495 1 .000

191

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.64.

b.

Crosstab

12 10 22

54.5% 45.5% 100.0%

36.4% 6.3% 11.5%

21 148 169

12.4% 87.6% 100.0%

63.6% 93.7% 88.5%

33 158 191

17.3% 82.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count% within KategoriAsupan Protein 2% within status gizianak 2 kategoriCount% within KategoriAsupan Protein 2% within status gizianak 2 kategoriCount% within KategoriAsupan Protein 2% within status gizianak 2 kategori

Kurang

Cukup

Kategori AsupanProtein 2

Total

kurus normal

status gizi anak 2kategori

Total

Page 150: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

150

tingkat keparahan karies 3 * status gizi anak 2 kategori

Chi-Square Tests

24.162b 1 .00021.305 1 .00018.642 1 .000

.000 .000

24.036 1 .000

191

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.80.

b.

Crosstab

3 88 91

3.3% 96.7% 100.0%

9.1% 55.7% 47.6%

30 70 100

30.0% 70.0% 100.0%

90.9% 44.3% 52.4%

33 158 191

17.3% 82.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count% within tingkatkeparahan karies 3% within status gizianak 2 kategoriCount% within tingkatkeparahan karies 3% within status gizianak 2 kategoriCount% within tingkatkeparahan karies 3% within status gizianak 2 kategori

rendah

tinggi

tingkat keparahankaries 3

Total

kurus normal

status gizi anak 2kategori

Total

Page 151: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

151

T-Test

Chi-Square Tests

23.770b 1 .00021.939 1 .00027.273 1 .000

.000 .000

23.646 1 .000

191

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(2-sided)Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.72.

b.

Group Statistics

91 1291.9352 220.95069 23.16193100 1262.5390 284.80903 28.4809091 39.6121 8.84476 .92718

100 36.6420 10.79976 1.0799891 93.4246 15.61199 1.63658

100 90.4016 19.51003 1.9510091 114.9596 31.57643 3.31011

100 105.2755 37.22742 3.7227491 15.2498 1.46072 .15312

100 14.4191 1.56315 .15632

tingkat keparahankaries 3rendahtinggirendahtinggirendahtinggirendahtinggirendahtinggi

jumlah asupan energi

jumlah asupan protein

% asupan energi

% asupan protein

indeks massa tubuhanak

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

Page 152: HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO 14 2 Angka Kecukupan Gizi (E

152

Independent Samples Test

7.116 .008 .791 189 .430 29.39616 37.14496 -43.87579 102.66812

.801 184.488 .424 29.39616 36.71017 -43.02955 101.82188

.694 .406 2.067 189 .040 2.97009 1.43673 .13600 5.80418

2.087 186.983 .038 2.97009 1.42338 .16214 5.77804

3.205 .075 1.175 189 .242 3.02302 2.57312 -2.05270 8.09873

1.187 186.025 .237 3.02302 2.54653 -2.00077 8.04680

.201 .654 1.929 189 .055 9.68406 5.02018 -.21872 19.58684

1.944 188.094 .053 9.68406 4.98153 -.14279 19.51091

1.469 .227 3.784 189 .000 .83068 .21952 .39765 1.26371

3.796 188.862 .000 .83068 .21882 .39904 1.26232

Equal variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumed

jumlah asupan energi

jumlah asupan protein

% asupan energi

% asupan protein

indeks massa tubuhanak

F Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means