Top Banner
HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PEMOTONGAN BESI DI SENTRA INDUSTRI PANDE BESI PADAS KLATEN PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: JOKO SUWANTO J 410 130 018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
14

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

Jan 14, 2017

Download

Documents

duongthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKOKELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN

PEMOTONGAN BESI DI SENTRA INDUSTRI PANDE BESIPADAS KLATEN

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program StudiStrata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Kesehatan

Oleh:

JOKO SUWANTOJ 410 130 018

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2016

Page 2: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

i

Page 3: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

iii

Page 5: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

1

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKOKELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIANPEMOTONGAN BESI DI SENTRA INDUSTRI PANDE BESI

PADAS KLATEN

Abstrak

Keluhan Musculoskeletal merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang timbul di tempat kerja.Keluhan Musculoskeletal terjadi salah satunya dikarenakan postur kerja yang tidak baik. Posturkerja merupakan posisi segmen tubuh pada saat melakukan pekerjaan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui hubungan antara risiko postur kerja dengan risiko keluhan Musculoskeletal padapekerja bagian pemotongan besi di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten. Metode penelitianini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitiansebanyak 35 pekerja dengan menggunakan total sampling. Penilaian postur menggunakan REBAdan penilaian Musculoskeletal menggunakan NBM. Uji statistik menggunakan Spearman Rank(Rho) dengan tingkat signifikan (α≤0,05). Hasil uji statistik antara risiko postur kerja denganrisiko keluhan Musculoskeletal didapatkan nilai signifikan (p=0,001) dengan tingkat keeratanhubungan sedang (r=0,551). Simpulan dari penelitian ini ada hubungan yang signifikan antararisiko postur kerja dengan risiko keluhan Musculoskeletal. Dapat direkomendasikan agar pekerjamelakukan perbaikan posisi pada saat bekerja, melakukan stretching dan pihak pengusahamelakukan perbaikan tempat kerja dan melakukan rekayasa teknik terhadap alat kerja.

Kata kunci : Postur kerja, Muskuloskeletal, pemotongan besi

Abstrack

Musculoskeletal complaints is one of the occupational diseases that arise in the workplace. Musculoskeletalcomplaints occur one of them due to work postures that are not good. Posture is the position of the body segmentsworking at the time of doing the job. This study aims to determine the relationship between the risk of workingwith risk posture Musculoskeletal complaints on the part of workers in the metal cutting industry Sentra PandeBesi Padas Klaten. This research method using observational design with cross sectional approach. Subject of thestudy a total of 35 workers by using total sampling. REBA posture assessment and assessment usingMusculoskeletal using NBM. Statistical test using the Spearman Rank (Rho) with a significant level (α≤0,05).Statistical test results between the risk posture of the work with risk Musculoskeletal complaints obtainedsignificant values (p = 0.001) with a moderate level of closeness relationship (r = 0.551). The conclusions of thisstudy there was a significant association between the risk of working with risk posture Musculoskeletalcomplaints. It can be recommended that workers doing repairs position at work, doing stretching and employers dorepair work and carry out engineering work on the tool.

Key word : work posture, musculoskeletal, iron worker

1. PENDAHULUANKebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalamjangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM. Menurut UURI No. 9 Tahun 1995 menyatakan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaandan pengembangan dalam sumber daya manusia guna untuk proses pembangunan nasional.

Postur kerja erat hubungannya dengan berbagai macam keluhan-keluhan rasa sakit padatubuh, efek buruk yang ditimbulkan diantaranya kerusakan pada sendi, legamen dan tendon padapekerja yang berakibat pada penurunan produktifitas kerja dan berpotensi terjadinya kecelakaankerja. Adapun postur kerja yang dapat memicu terjadinya keluhan tersebut diantaranya adalahseperti, membungkuk, memuntir, menekuk, menjangkau, menekan, menarik serta menahan beban

Page 6: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

2

yang terlalu lama, postur kerja yang dilakukan sering kali menimbulkan masalah tersendiri bagipekerja sebagai contoh adanya keluhan pada otot (Musculoskeletal) yang dirasakan oleh pekerjaketika melakukan postur kerja yang tidak ergonomis (Tarwaka, 2010)

International Labour Organization (ILO) (2013) dalam program the prevention of occupationaldiseases menyebutkan Musculoskeletal disorders termasuk carpal tunnel syndrome, mewakili 59% darikeseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa. Laporan KomisiPengawas Eropa menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja lebih dari tigahari dan 60% kasus ketidakmampuan permanen dalam bekerja. Sedangkan di Korea, MSDsmengalami peningkatan yang sangat tinggi dari 1.634 pada tahun 2001 menjadi 5.502 pada tahun2010. Di Argentina, pada tahun 2010 dilaporkan 22.013 kasus penyakit akibat kerja, dengan MSDsdiantaranya merupakan kejadian yang paling sering terjadi. Menurut Depkes RI tahun 2005,sebanyak 40,5 % pekerja di Indonesia mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang berhubungandengan pekerjaannya dan diantaranya gangguan otot rangka sebanyak 16%.

Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten merupakan home industry yang terletak di DesaPadas Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Industri ini bergerak pada proses pengolahanbesi, pembuatan berbagai jenis alat pertanian seperti, cangkul, parang, dan tralis pada pagar rumah.Industri ini berdiri sejak tahun 1989 dan telah memiliki badan hukum. Jumlah pekerja dalamindustri ini sebanyak 105 pekerja yang tersebar di beberapa bagian pekerjaan, salah satunya yaknibagian pemotongan besi. Pada pekerjaan bagian ini para pekerja bekerja dengan beberapa postur,diantaranya postur kerja berdiri pada pekerja bagian pemotongan besi, membungkuk pada pekerjapengelasan dan penggerindaan dan menekuk pada pekerja bagian pembuat plat besi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara risikopostur kerja dengan risiko keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemotongan besi di SentraIndustri Pande Besi Padas Klaten.

2. METODEJenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik observasional dengan menggunakanpendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian adalah seluruh pekerja pada bagian pemotonganbesi yang berjumlah 35 pekerja. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakantotal sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

Variabel-variabel yang dianalisis adalah variabel bebas yaitu postur kerja dan Variabelterikat yaitu keluhan Muskuloskeletal. sedangkan variabel pengganggu yang terukur meliputi umur,kebiasaan merokok dan indek masa tubuh (IMT).

Pengambilan data untuk postur kerja menggunakan kamera digital dan analisismenggunakan REBA. Pengukuran keluhan Muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map(NBM). Pelaksanaan penelitian dilakukan selama jam kerja. Analisis data menggunakan programstatistik SPSS yang meliputi:a. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan secara deskriptif dilakukan terhadap setiap variabel bebas danvariabel terikat yang menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel.

b. Analisis BivariatAnalisis data dilakukan menggunakan uji statistik, Spearman Rank (Rho) untuk mengujihubungan dua variabel terhadap grup yang sama.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 HASIL3.1.1 Analisis Univariat

Tabel 1. Analsis Univariat Postur Kerja

Risiko Frekuensi(n)

Persentase(%)

Rata-rata StandarDeviasi

Sedang 7 209,11 1,57Tinggi 20 57,1

Sangat Tinggi 8 22,9Total 35 100

Hasil pengukuran postur kerja menggunakan REBA terhadap 35 responden, 57,1%termasuk risiko tinggi dengan jumlah 20 responden.

Tabel 2. Analisis Univariat Keluhan MuskuloskeletalRisiko

MuskuloskeletalFrekuensi

(n)Persentase

(%)Rata-rata Standar

DeviasiRendah 4 11,4

26,40 9,15Sedang 27 77,1Tinggi 4 11,4Total 35 100

Tabel 3. Analisis Univariat Karakteristik Individu

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Mean SDUmurRemaja Akhir 6 17,1

38,80 11,67Dewasa Awal 7 20Dewasa Akhir 9 25,7Lansia Awal 13 37,1Total 35 100

IMT

22,57 3,37

Kurang 2 5,7Normal 21 60Overweight 1 4 11,4Overweight 2 7 20Obesitas 1 2,9Total 35 100

Kebiasaan MerokokTidak Merokok 17 48,6Merokok 18 51,4Total 35 100

Hasil analisis lingkungan kerja, terdapat kondisi fisik yang dapat mengganggupekerjaan seperti lantai tempat bekerja tidak rata yang sebagian masih berupa tanah, dan tempatkerja yang tidak rapi karena penempatan sisa hasil pekerjaan seperti potongan-potongan besiyang terkadang dapat menjadi sebab terjadinya kecelakaan ditempat kerja. Selain itu, minimnyaAPD seperti penggunaan sarung tangan oleh pekerja juga menjadi penyebab terganggunyaproses pekerjaan yang sedang berlangsung. Alat yang digunakan untuk memotong besi jugamemiliki kontribusi dalam menunjang terganggunya proses pekerjaan tersebut, dikarenakantidak semua alat pemotong besi memiliki tingkat jangkauan yang sama, sehinggamengakibatkan pekerja harus melakukan pekerjaan sampai dengan posisi membungkuk danmenekuk.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

4

3.1.2 Analisis BivariatTabel 4. Analisis Uji Statistik Spearman Rank Postur Kerja dengan Muskuloskeletal

RisikoPostur Kerja

(%)

Muskuloskeletal (%)Total r p- value

Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi

Sangat Rendah 0 0 0 0 0

0,551 0,001

Rendah 0 0 0 0 0

Sedang 5,7 14,3 0 0 20

Tinggi 5,7 51,4 0.0 0 57,1

Sangat Tinggi 0 11,4 11,4 0 22,9

.

Total 11,4 77,1 11,4 0 100

Hasil uji statistik diperoleh p-value (0,001≤0,050) sehingga Ha diterima dan nilai koefisienkorelasi (r) 0,551 dengan tingkat keeratan hubungan yang sedang dimana nilai (r) berada antararange 0,40-0,599 (sedang).

3.2 Pembahasan3.2.1 Faktor Lingkungan Kerja, Alat Kerja dan Cara KerjaLingkungan kerja, alat kerja dan cara kerja menentukan terjadinya keluhan muskuloskeletal.Faktor lingkungan kerja di bagian pemotongan besi di Sentra Industri Pande Besi Padas Klatenmenjadi faktor terjadinya keluhan muskuloskeletal, seperti lantai tempat kerja yang tidak rata dansebagian besar masih berupa tanah. Hal ini mengakibatkan para pekerja pada saat bekerja tidakdapat berdiri secara tegak dan perlu usaha untuk menyeimbangkan badan selama bekerja.Ketidaksamaan jangkauan antar alat kerja juga memiliki pengaruh terhadap terjadinya keluhanmuskuloskeletal, contohnya seperti ada alat yang harus ditarik dan ditekan hingga membentuksudut 90º untuk melakukan pemotongan besi, akan tetapi ada pula alat kerja yang hanya ditarikdan ditekan hingga membentuk sudut 45º sudah dapat memotong besi. Hal demikian tentu akanmembedakan usaha pekerja dalam mengerahkan otot-otot dan tenaga dalam melakukanpemotongan besi. Perbedaan antara dimensi alat kerja, stasiun kerja dan ukuran tubuh dapatmenyebabkan sikap kerja menjadi tidak alamiah, kondisi inilah yang dapat mengakibatkantimbulnya risiko keluhan musculoskeletal (Tarwaka, 2014).

Faktor lain yang dapat menunjang terjadinya keluhan musculoskeletal, adalah faktor carakerja. Cara kerja yang tidak baik akan sangat mempengaruhi terjadinya keluhan musculoskeletal.Contoh dari cara kerja yang tidak baik di bagian pemotongan besi di Sentra Industri Pande BesiPadas Klaten yakni cara kerja yang tidak alamiah, seperti, pekerjaan yang dilakukan secara berdiri

Page 9: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

5

dalam waktu yang lama, membungkuk, memuntirkan badan kesamping, kepala menunduk,kepala memuntir kesamping, lutut tertekuk, bagian tangan menekuk, dan kedua lengan sertatangan menjauhi badan. Hal-hal seperti ini tentu tidak baik dilakukan pada saat bekerja karenaketika bekerja tubuh diharapkan bekerja pada posisi yang netral, rileks dan tidak mendapattekanan yang berat sehingga tubuh dapat bekerja secara optimal. Semakin jauh posisi bagiantubuh dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal.Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja, danstasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Granjean, 1993;Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000) dalam Tarwaka(2014).3.2.2 Keterkaitan Antara Karakteristik Responden dengan Keluhan Muskuloskeletal3.2.2.1 UmurBerdasarkan hasil analisis univariat, didapatkan hasil bahwa sebanyak (37,1%) pekerja termasukdalam kategori lansia awal, sebanyak (25,7%) dalam kategori dewasa akhir, sebanyak (20,0%)dalam kategori dewasa awal, dan sebanyak (17,1%) termasuk dalam kategori remaja akhir.Dengan demikian, umur yang paling tinggi dalam mengalami keluhan muskuloskeltal adalahkategori umur lansia awal. Umur seseorang akan berpengaruh dengan kekuatan tubuh karenadengan meningkatnya usia seseorang maka kekuatan tubuh seseorang akan menurun, akan tetapidengan bertambahnya usia maka akan meningkatkan pula risiko untuk mengalami gangguankesehatan.

Menurut Chaffin (1979) dan Guo et al. (1995) dalam Tarwaka (2014) menyatakan bahwapada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun dan 24-65 tahun oleh Oborne (1995). Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dantingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karenapada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinyagangguan otot meningkat. Sedangkan menurut Bridger (2003) sejalan dengan meningkatnya usiaakan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30tahun, degenerasi yang terjadi berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringanparut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan ototmenjadi berkurang.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erdiansyah (2014) yang menyatakanbahwa ada hubungan antara umur dengan risiko keluhan muskuloskeletal dimana setiap kenaikanumur maka dapat menaikkan keluhan sistem muskuloskeletal pada pekerja manual handling diPabrik Es Batu PT. Sumber Tirta Surakarta. Selain itu menurut Bukhori (2010) juga menyatakanbahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan MSDs pada tukang angkutbeban penambang emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Tahun 2010.3.2.2.2 Indek Masa Tubuhndeks Massa Tubuh (IMT) responden berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan hasil bahwasebanyak (60%) pekerja dalam kategori normal, sebanyak (20%) dalam kategori overweight 2,sebanyak (11,4%) dalam kategori overweight 1, sebanyak (5,7%) dalam kategori berat badan kurangdan sebanyak (2,9%) dalam kategori obesitas. Dengan demikian IMT yang paling banyakmengalami keluhan muskuloskeletal adalah kategori IMT normal dengan tingkat kategori keluhanmuskuloskeletal sedang. Rata-rata IMT para pekerja adalah 22.57 + 3,37 termasuk kategorinormal.

Menurut Supariasa (2002), Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnyayang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Kaitan IMT dengan MSDs adalahsemakin gemuk seseorang maka bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal inidikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga beratbadan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Bila hal ini berlanjut terus

Page 10: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

6

menerus, akan meyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkanhernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE, 1998, dalam Zulfiqor, 2010).

Keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisikeseimbangan struktur rangka didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun bebantambahan lainnya. Sebagai contoh, tubuh yang tinggi pada umumnya mempunyai bentuk tulangyang langsing sehingga secara biomekanik rentan terhadap beban tekanan dan rentan terhadaptekukan, oleh karena itu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan ototskeletal (Tarwaka, 2010). Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan pengukuran tinggi badandan berat badan dengan menggunakan alat, akan tetapi peneliti melakukan wawancara terhadappekerja terkait berat badan dan tinggi badan pekerja, sehingga dengan demikian dimungkinkanuntuk terjadinya ketidaksesuaian indek masa tubuh (IMT) pekerja jika dilakukan pengukuransecara langsung menggunakan alat dibanding dengan menggunakan wawancara.3.2.2.3 Kebiasaan MerokokSebagian besar responden memiliki riwayat merokok yaitu sebanyak 18 responden (51,4%)dengan tingkat kategori keluhan muskuloskeletal rendah (5,7%), sedang (42,9%), dan tinggi(2,9%). Responden yang tidak merokok sebanyak 17 responden (48,6%) dengan tingkat kategorikeluhan muskuloskeletal rendah (5,7%), sedang (34,3%), dan tinggi (8,6%), hal ini menunjukkanbahwa responden yang merokok lebih banyak mengalami keluhan muskuloskeletal kategorisedang dibandingkan responden yang tidak merokok.

Kebiasaaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas fungsi paru-paru, sehinggakemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegarantubuh menurun (Tarwaka, 2014). Budaya merokok pada masyarakat Indonesia, khususnya laki-laki, merupakan hal yang umum dan biasa terjadi, sehingga secara umur sebagian besar laki-lakimerokok. Kebiasaan merokok yang dapat menyebabkan risiko keluhan musculoskeletal selaindipengaruhi oleh jumlah/frekuensi rokok yang dihabiskan dalam satu hari, juga dipengaruhi olehlamanya pekerja mempunyai kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensimerokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan (Tarwaka et al, 2004 dalamNurhikmah 2011). Teori ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Zulfiqor (2010) yangmenyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhanmuculoskeletal pada pekerja welder dibagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia.3.2.3 Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan MuskuloskeletalPostur kerja yang baik adalah salah satu yang dapat dipertahankan dengan meminimumkan usahaotot yang statis dan di mana dimungkinkan untuk melakukan tugas yang menggunakan tanganlebih efektif dengan peregangan otot yang minimum. Postur kerja merupakan posisi segmentubuh dan sendi ketika menjalankan tugas kerja (ISO, 2000). Sedangkan keluhan musculoskeletaladalah keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangatringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dandalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,ligament atau tendon Grandjean (1993) dan Lemasters (1996) dalam Tarwaka (2014).

Hasil uji korelasi Spearman Rank (Rho) postur kerja dengan risiko keluhan musculoskeletalpada pekerja bagian pemotongan besi di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten diperoleh p-value =0,001 (p-value <0,050) sehingga Ha diterima dan nilai koefisien korelasi (r) 0,551 dengantingkat keeratan hubungan yang sedang dimana nilai (r) berada antara 0,40-0,599 (sedang). Hal inidapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara risiko postur kerja pekerja denganrisiko keluhan musculoskeletal dan hasil uji korelasi nilai (r) menunjukkan hubungan korelasi kearah positif yaitu semakin tinggi risiko postur kerja pekerja maka semakin besar risiko keluhanmusculoskeletal yang dialami para pekerja. Responden yang mengalami risiko keluhan musculoskeletalpaling banyak pada risiko postur kerja yang tinggi (REBA 8-10) dengan kategori risiko sedang(NBM 21-41).

Page 11: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

7

Hasil penelitian tersebut tentunya tidak terlepas dari teori yang menyebutkan bahwasalah satu faktor penyebab timbulnya keluhan musculoskeletal adalah adanya postur kerja yangtidak baik/tidak alamiah. Dimana semakin tinggi risiko postur kerja maka akan semakin tinggipula risiko untuk terkena gangguan otot skeletal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianAfsiasari (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerjadengan keluhan musculoskeletal (nilai p=0,019). Sedangkan menurut Erdiansyah (2014), adahubungan yang signifikan antara risiko postur kerja dan keluhan sistem musculoskeletal (nilai r0,803 dan p = 0,001), Nurhayati (2013) juga menyatakan dalam penelitiannnya bahwa adahubungan yang signifikan antara postur kerja dengan keluhan musculoskletal pada pekerja pressdryver (nilai p=0,000). Selain itu Jalajuwita (2015) menyatakan bahwa dalam penelitiannya jugaterdapat hubungan yang signifikan antara posisi kerja dengan keluhan musculoskeletal (nilaip=0,005), Firmansyah (2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara posturkerja dengan keluhan sistem musculokeletal pada pekerja manual handling di PT Iskandar IndahPrinting Textile Surakarta (r = 0,642 da p = 0,002 ), dan Ellyana (2014) juga menyatakan bahwadalam penelitiannya juga terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja dengan keluhanmusculoskeletal pada kuli panggul di Pasar Bunder Sragen (r = 0.312 dan p = 0,040). Keluhanmusculoskeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberianbeban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan panjang. Sebaliknya, keluhan ototkemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatanotot maksimum. Apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurangmenurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan suplai oksigenke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadipenimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada otot (Suma’mur, (1982) :Grandjean, (1993) dalam Tarwaka, 2014).Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration (OSHA), tindakanergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasateknik, (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen, (kriteria dan organisasi kerja)(Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996; Manuaba, 2000; PeterVi, 2000) dalam Tarwaka (2014). Langkah preventif ini dimaksudkan untuk mengeleminasi danmencegah adanya sikap kerja tidak alamiah. Fokus yang paling utama untuk pengendalian risikosebaiknya diarahkan pada faktor risiko utama yang teridentifikasi, sesuai dengan prinsipmanajemen risiko dan tujuan ergonomi yaitu seni penerapan teknologi untuk menyerasikan danmenyeimbangkan sarana yang digunakan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baikfisik maupun mental (Tarwaka, 2014).

4. Simpulan dan Saran4.1 SimpulanPekerja dalam penelitian ini semua berjenis kelamin laki-laki, dengan sebagian besar (37,1%)umur responden dalam kategori lansia awal (45-65 tahun), indeks masa tubuh (IMT) respondensebagian besar (60%) dalam kategori normal (IMT 18,5–22,9), riwayat merokok sebagian besar(51,4%) responden memiliki riwayat merokok sebanyak 18 responden.

Risiko postur kerja pada pekerja bagian pemotongan besi di Sentra Industri Pande BesiPadas Klaten sebagian besar pekerja dengan postur kerja dalam kategori risiko tinggi yaitusebanyak 20 responden (57,1%).

Tingkat risiko keluhan muskuluskeletal pada pekerja bagian pemotongan besi di SentraIndustri Pande Besi Padas Klaten sebagian besar pekerja dengan keluhan mukoluskeletal dalamkategori risiko sedang yaitu sebanyak 27 responden (77,1%).

Terdapat hubungan yang signifikan antara Risiko Postur Kerja dengan Risiko KeluhanMuskuloskeletal (p=0,001; r= 0,551) dengan tingkat keeratan hubungan yang sedang, dimana

Page 12: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

8

semakin tinggi risiko postur kerja pekerja maka semakin besar risiko keluhan muskuloskeletalyang dialami para pekerja.4.2 Saran4.2.1 Bagi PerusahaanDiharapkan memperbaiki lingkungan tempat kerja, terutama pada lantai agar meratakan lantaidan dilakukan penyemenan serta membuat tempat untuk penempatan sisa-sisa pemotongan besiagar tidak melukai para pekerja.

Melakukan perbaikan alat kerja, khususnya alat pemotong besi agar supaya alat tersebutmenjadi lebih ringan dalam penggunaannya dan juga dirakit supaya tidak terlalu membuat pekerjasampai membungkuk ketika bekerja.4.2.2 Bagi PekerjaPara pekerja diharapkan mampu memperbaiki posisi kerja dengan cara menyesuaikan posisitubuh dengan alat yang telah dilakukan perbaikan.

Pekerja diharapkan untuk menjaga kondisi kesehatan dengan cara rutin berolahraga danmelakukan peregangan otot sebelum bekerja untuk mengurangi risiko cedera pada otot.4.2.3 Bagi Peneliti lainDapat dijadikan motivasi untuk mengembangkan penelitian terkait faktor lain yang menyebabkantimbulnya gangguan sistem Musculoskeletal diwaktu mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Afsiasari, A.D. 2014. Hubungan Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal dan Produktivitas Kerjapada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Industry Tembako. [Skripsi Ilmiah].Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS

Bridger, RS. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill Book Co.

Budiarto. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Bukhori, Endang. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan dengan Terjadinya Keluhan MusculoskeletalDisorders (Msds) Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas Di Kecamatan CilogranKabupaten Lebak Tahun 2010 [Skripsi Ilmiah]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Direktoran Jenderal Bina KesehatanMasyarakat. Strategi Nasional Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Depkes RI.

Ellyana, R.N. 2014. Analisis Risiko Postur Kerja Pada Pekerjaan Angkatangkut Dengan Metode OvakoWorking Analysis System (OWAS) Terhadap Risiko Keluhan Muskuloskeletal Kuli Panggul DiPasar Bunder Sragen [Skripsi Ilmiah]. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS

Erdiansyah, M. 2014. Hubungan Tingkat Risiko Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA DenganTingkat Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Manual Handling Di Pabrik Es BatuPT. Sumber Tirta Surakarta [Skripsi Ilmiah]. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS

Firmansyah. 2014. Evaluasi Postur Kerja Dengan Metode Owas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal PadaPekerja Manual Handling Di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta [Skripsi Ilmiah].Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS

Himawan, dkk, 2009. Hubungan Sikap Dan Posisi Kerja Dengan Low Back Pain Pada Perawat DiRSUD Purbalingga.Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal ofNursing), Volume 4, No.3. diakses pada 17 November 2015

Page 13: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

9

Humantech. 2003. Applied Ergonomics Training Manual. HumantechInc : Berkeley Australia.

ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases. (online available atwww.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf diakses pada 25 Oktober2015).

ISO 11226. 2000. Ergonomics Evaluation of Static Working Posture.The International OrganizationStandardization. Diakses : 23 Oktober 2015 www.iso.org

ISO 11228. 2003. Ergonomics Manual Handling Lifting and Carrying.The International OrganizationStandardization. Diakses : 23 Oktober 2015 www.iso.org

Jalajuwita, N.R. 2015. Hubungan Posisi Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Pada Unit Pengelasan PT.X Bekasi. The Indonesian Journal Of Occupational Health, vol. 4, No. 1 Jan.Jun 2015:33-42. Diakses pada 1 mei 2016.

Januar, dkk, (2012). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Musculoskeletal Disorders PadaAktivitas Manual Handling Oleh Karyawan Mail Processing Center Makassar. JurnalUNHAS,Makasar.Diaksesdarihttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwish8K8_OnLAhXQwI4KHckfDe4QFggaMAA&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F4458%2FJANUAR%2520ARIYANTO_K11108922.pdf%3Fsequence%3D1&usg=AFQjCNGc3X_R3YXcczJUL1uGXmVwepxJLA&sig2=yrqbD-Hp5V3_iF8RPABEmQ. tanggal 28 Maret 2016.

Kusrini, Ina, (2005) Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal Petugas CleaningService Rumah Sakit X Kota Semarang. [Skripsi Ilmiah]. Tidak diterbitkan, diakses darihttps://core.ac.uk/download/files/379/11707993.pdf, tanggal 28 Maret 2016.

Kusumawati Y. 2014. Modul Praktek Manajemen Data .Surakarta: UMS.

National Institude for Occupational Safety and Healht (NIOSH). 1997. Musculoskeletal Disorders(MSDs) and Workplace Factor – A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-RelatedMusculoskeletal Disorders of the Neck, Upper Extremity and Low Back. National Institudesor Occupational Safety and Health (NIOSH).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhayati, Heni. 2013. Hubungan Antara Postur Kerja Dengan Dengan Keluhan Muskuloskleetal PadaPekerja Press Dryer UD. Abioso, Boyolali [Skripsi Ilmiah]. Surakarta : UNS

Nurhikmah. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) padaPekerja Bagian Furnitur di Kecamatan Benda Kota Tangerang Tahun 2011 [Skripsi Ilmiah].Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Institut Teknologi SepuluhNovember.

Oborne, David J. 1995. Ergonomic at Work, Human Factor in Design and Development. 3rd edition.John Wiley and Sons ltd : Chicester

Pheasant, S. 2003. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work. New York &frangroup

Page 14: HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO ...

10

Riwidikdo H. 2010. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam Penelitian Kesehatan(Plus.Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Sang, A. 2013. Hubungan Risiko Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada PemanenKelapa Sawit Di PT. Sinergi Perkebunan Nusantara. [Skripsi Ilmiah]. Makasar :FakultasKesehatan Masyarakat UNHAS

Sugiyono. 2013. Statistikauntuk Penelitian. Bandung :Alfabeta

Sugondo S. 2006. Obesitas.In :Sudoyo A.W, dkk (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid lllEdisilV. Jakarta: FKUI, hal : 1919-1925.

Suma’mur , P.K. 1982. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : Yayasan Swabhawa Karya

Suma’mur, P.K. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta :Sagung Seto.

Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi .Jakarta :Buku Kedokteran ECG

Susihono, Wahyu. 2012. Perbaikan Postur Kerja untuk Mengurangi Keluhan Musculoskeletal denganPendekatan Metode OWAS (Studi Kasus Di UD. Rizki Ragil Jaya - Kota Cilegon). SpektrumIndustri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang.

Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri Revisi Edisi II. Solo : Harapan Press Solo.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

Zulfiqor.M.T. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorders padaWelder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 [Skripsi Ilmiah]. Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.