Top Banner
HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh: ARI FITRIYANI F 100 150 178 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
18

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

Aug 18, 2019

Download

Documents

nguyendien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN

KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

PADA KARYAWAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:

ARI FITRIYANI

F 100 150 178

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

i

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

iii

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

1

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN

DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

keseimbangan kehidupan kerja dengan burnout dan apakah ada hubungan antara

dukungan sosial dengan burnout. Hipotesis yang diajukan yakni: 1) ada hubungan

negatif antara keseimbangan kehidupan kerja dengan burnout, 2) ada hubungan

negatif antara dukungan sosial dengan burnout. Populasi dalam penelitian ini

adalah karyawan di Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan subjek

penelitian yakni karyawan bagian sewing divisi garmen di PT. Dan Liris sebanyak

102 karyawan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non random

sampling dengan prosedur quota sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian

ini menggunakan skala keseimbangan kehidupan kerja, skala dukungan sosial,

dan skala burnout. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi non-

parametrik spearman’s rho untuk mengetahui hubungan antara masing-masing

variabel bebas, yakni keseimbangan kehidupan kerja dan dukungan sosial dengan

variabel tergantung, yakni burnout. Hasil analisis data yang diperoleh dari

penelitian ini yaitu: 1) ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara

keseimbangan kehidupan kerja dengan burnout dengan nilai rxy = -816 dengan

sig. = 0,000 (p ≤ 0,01), 2) ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara

dukungan sosial dengan burnout dengan nilai rxy = -632 dengan sig. = 0,000 (p ≤

0,01). Analisis koefisien determinasi (r²) menunjukkan bahwa keseimbangan

kehidupan kerja memiliki pengaruh sebesar 66,6% terhadap burnout. Analisis

koefisien determinasi (r²) menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki

pengaruh sebesar 39,9% terhadap burnout. Keseimbangan kehidupan kerja

karyawan divisi garmen secara keseluruhan tergolong tinggi. Dukungan sosial

karyawan divisi garmen secara keseluruhan tergolong tinggi. Burnout karyawan

divisi garmen secara keseluruhan tergolong rendah.

Kata kunci: burnout, keseimbangan kehidupan kerja, dukungan sosial

Abstract

The purpose of this study is to determine whether there is a relationship between

work life balance with burnout and whether there is a relationship between social

support with burnout. The hypothesis proposed are: 1) there is a negative

relationship between work life balance and burnout, 2) there is a negative

relationship between social support and burnout. The population in this study

were employees in Textile and Textile Products Industry (TTP) and the subjects in

this study were employees from sewing of garment division at PT. Dan Liris

which amounted to 102 employees. The sampling technique used was non random

sampling with a quota sampling procedure. The data collection tool in this study

uses a scale of work life balance, social support scale, and burnout scale. The data

analysis technique used is non-parametric correlation spearman's rho to determine

the relationship between each independent variable, work life balance and social

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

2

support, with dependent variables, burnout.. The results of data analysis obtained

from this study are: 1) there is a very significant negative relationship between

work life balance and burnout with the value rxy = -816 with sig. (1-tailed) =

0,000 (p ≤ 0,01), 2) there is a very significant negative relationship between social

support and burnout with the value rxy = -632 with sig. (1-tailed) = 0,000 (p ≤

0.01). The coefficient of determination analysis (r²) shows that work life balance

has an effect of 66.6% on burnout. The coefficient of determination analysis (r²)

shows that social support has an effect of 39.9% on burnout. Overall work life

balance of garment division employees is high. Overall social support of garment

division employees is high. Overall burnout of garment division employees is

low.

Keywords: burnout, work life balance, social support

1. PENDAHULUAN

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menjadi salah satu bidang yang paling

banyak menyerap tenaga kerja serta merupakan bagian divisi manufaktur terbesar

ketiga di Indonesia (Sutriyanto, 2018). Hal tersebut didukung oleh data

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang menunjukkan bahwa di Indonesia,

industri TPT telah menampung tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau sebesar

21,2% dari total tenaga kerja di divisi manufaktur (Barus, 2018). Badan Pusat

Statistik (BPS) juga menyebutkan bahwa salah satu dari tiga divisi manufaktur

yang dapat melebihi perkembangan ekonomi sebesar 5,15% di triwulan III tahun

2018, yakni mencapai 10,17% berada pada divisi industri tekstil dan pakaian.

Simbolon (dalam Hawa & Nurtjahjanti, 2018) menyatakan bahwa salah

satu penyebab pertumbuhan dan perkembangan industri yakni ada tujuan yang

ingin dicapai dan dalam pelaksanaannya tidak bisa lepas dari pengembangan serta

pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) di dalam industri tersebut. Adanya

tujuan yang ingin dicapai industri membuat terciptanya target-target kerja dengan

pelaksanaan dalam kurun waktu tertentu yang harus dipenuhi oleh individu-

individu dalam industri tersebut.

Berdasarkan observasi dan wawancara oleh peneliti pada tanggal 28

November 2018 dan 27 Maret 2019 dengan salah satu staf umum Human

Resources Development (HRD) dan kepala personalia divisi garmen PT. Dan

Liris, keduanya menyebutkan bahwa bagian garmen merupakan bidang pekerjaan

dengan tuntutan pekerjaan dan beban kerja yang tinggi. Menurut Munandar

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

3

(dalam Kusumaningrum, Sunardi, & Saleh, 2016), beban kerja merupakan suatu

keadaan dari pekerjaan dengan adanya detail tugas yang harus diselesaikan dalam

batas waktu tertentu. Adanya beban kerja yang tinggi membuat karyawan rentan

terhadap stres, sehingga tidak mengherankan jika tingkat turnover bagian garmen

termasuk dalam kategori tinggi. Peningkatan stres dapat membuat karyawan

mengalami burnout dan mengakibatkan perusahaan akan kehilangan karyawan

yang berkualitas serta produktivitas yang menurun.

Burnout yaitu kelelahan, baik fisik, mental, maupun emosional, yang dapat

menyebabkan timbulnya depersonalisasi dan low personal accomplishment pada

individu dan disebabkan karena pekerjaan (Hardiyanti, 2013). Nalini (jpnn.com,

2017) menyebutkan gejala-gejala seseorang yang mengalami kelelahan

berlebihan, antara lain frustrasi, tertekan, apatis, sering merasa bosan, menarik diri

dari lingkungan, cuek, dan ketus. Burnout juga dapat berdampak pada

memburuknya kondisi fisik, mental, dan emosional serta kinerja karyawan

(Lailani, 2012). Maslach, Schaufeli, & Leiter (2001) mengatakan bahwa burnout

tidak hanya dirasakan pada individu yang memiliki profesi sebagai pekerja di

bidang pelayanan saja, seperti dosen, guru, dokter, dan pekerja pemberi layanan

umum yang lainnya, tetapi kasus burnout juga ditemukan di berbagai bidang

pekerjaan lain dalam organisasi dan industri.

Penyebab burnout juga banyak ditemukan pada era globalisasi, seperti

mudahnya dalam berinteraksi melalui chatting atau e-mail. Hal tersebut dapat

mengakibatkan seseorang tetap menjalin komunikasi dengan rekan kerja dan

membahas mengenai pekerjaan meski sedang tidak berada di kantor (Darmawan,

Silviandari, & Susilawati, 2015). Dengan begitu, sedikit demi sedikit, pekerjaan

masuk ke waktu pribadi, jam tidur, bahkan pada hari libur. Apabila pekerjaan

sudah mencampuri atau memasuki kehidupan pribadi karyawan, maka

keseimbangan kehidupan kerja mereka dapat terganggu (Fisher, Bulger, & Smith,

2009).

Keseimbangan kehidupan kerja merupakan wujud keseimbangan di

kehidupan seseorang, yakni dengan melakukan semua tugas dan kewajibannya

dalam bekerja, serta tidak melupakan semua aspek di dalam kehidupan pribadinya

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

4

(Maslichah & Hidayat, 2017). Lebih lanjut, Netemeyer, Boles & McMurrian

(dalam Darmawan, Silviandari, & Susilawati, 2015) mengatakan bahwa tidak

adanya “balance” atau keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan seseorang

dapat mengakibatkan munculnya burnout. Hasil penelitian dari Khairani (2018)

didapatkan hasil bahwa keseimbangan kehidupan kerja berhubungan negatif

dengan burnout, yang berarti jika keseimbangan kehidupan kerja semakin tinggi,

maka burnout akan semakin rendah dan sebaliknya jika keseimbangan kehidupan

kerja seseorang semakin rendah, maka burnout akan semakin tinggi.

Sebuah studi mengatakan bahwa individu yang banyak melakukan aktivitas

sosial lebih sedikit terkena sindrom burnout (Maharani, 2014). Menghabiskan

waktu bersama keluarga atau teman di luar pekerjaan merupakan hal penting

untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja. Selain itu, seseorang dapat

memiliki sumber kebahagiaan seperti hobi dan komunitas untuk menghindarkan

kelelahan kerja (Republika.co.id, 2018). Dalam arti lain, dukungan sosial dari

orang-orang di sekitar individu dapat memengaruhi tingkat burnout seseorang.

Dukungan sosial yaitu suatu bentuk dukungan berupa bantuan, baik berupa

secara langsung atau tidak langsung dan diberikan pada individu, dimana individu

yang mendapatkannya merasa diperhatikan, dicintai dan dirasakan keberadaannya

serta dapat memperkuat perasaan seseorang (Adawiyah, 2013). Quick & Quick

(dalam Almasitoh, 2011) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan

hubungan sosial yang dimiliki oleh individu yang tidak hanya berkaitan dengan

lingkungan pekerjaan (seperti atasan, rekan kerja, bawahan, dll.), tetapi juga di

lingkungan keluarga (seperti pasangan, anak, saudara, dll.). Taylor (dalam

Adawiyah, 2013) mengatakan bahwa individu cenderung mengalami stres yang

rendah dan mampu mengatasi stres tersebut apabila ia mendapatkan dukungan

sosial yang tinggi. Hal ini selaras dengan pernyataan Brehm & Kassin (dalam

Lailani, 2012) bahwa dukungan sosial yaitu sumber potensial yang diperoleh dari

orang lain dalam proses coping terhadap stres. Kemudian, hasil penelitian oleh

Attiq dan Hamdani (2015) didapatkan hasil bahwa besarnya dukungan sosial

memengaruhi kecenderungan burnout seseorang. Hal tersebut dipertegas kembali

dari hasil penelitian yang dilakukan Lailani (2012) dan Adawiyah (2013) yang

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

5

menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan negatif dengan burnout, yang

berarti jika dukungan sosial yang diterima semakin tinggi, maka burnout akan

semakin rendah. Sebaliknya, jika dukungan sosial semakin rendah, maka burnout

akan semakin tinggi.

Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui hubungan keseimbangan

kehidupan kerja dengan burnout karyawan, 2) untuk mengetahui hubungan

dukungan sosial dengan burnout karyawan, 3) untuk melihat tingkat burnout

karyawan bagian sewing divisi garmen di PT. Dan Liris, 4) untuk melihat tingkat

keseimbangan kehidupan kerja karyawan bagian sewing divisi garmen di PT. Dan

Liris, dan 5) untuk melihat tingkat dukungan sosial karyawan bagian sewing divisi

garmen di PT. Dan Liris.

2. METODE

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel keseimbangan kehidupan kerja dan

dukungan sosial sebagai variabel bebas, serta variabel burnout sebagai variabel

tergantung. Populasi dalam penelitian ini yakni karyawan di Industri Tekstil dan

Produk Tekstil (TPT). Teknik sampling yang dipakai yaitu non random sampling

dengan prosedur quota sampling, sehingga memperoleh 102 karyawan sebagai

sampel pada penelitian ini yang diambil dari karyawan bagian sewing divisi

garmen di PT. Dan Liris.

Skala burnout menggunakan skala penelitian dari Widyanfri Wira Pratama

Saputri (2017) dengan judul “Gambaran Kejadian Burnout Berdasarkan Faktor

Determinannya pada Pekerja Gudang dan Lapangan PT. Multi Terminal Indonesia

Tahun 2017” dan telah dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek dari Maslach &

Leiter (2008) yaitu kelelahan (exhaustion), cynicism, dan professional eficacy.

Validitas dari skala tersebut menggunakan standar nilai validitas dari tabel

formula Aiken (1985) dan diperoleh standar nilai validitas sebesar 0,92. Standar

nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap aitem yang memiliki nilai kurang dari

0,92 akan gugur. Sedangkan koefisien reliabilitas diperoleh sebesar 0,629. Skala

burnout terdiri dari 9 aitem, terdiri dari 3 aitem favorable dan 6 aitem

unfavorable. Skala ini menggunakan penskalaan respon skala Likert dan terdiri

dari empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Sesuai (SS)”, “Sesuai (S)”, “Tidak

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

6

Sesuai (TS)” dan “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Untuk item mendukung

(favorable), SS memperoleh skor empat, S memperoleh skor tiga, TS memperoleh

skor dua, dan STS memperoleh skor satu. Untuk item yang tidak mendukung

(unfavorable), SS memperoleh skor satu, S memperoleh skor dua, TS

memperoleh skor tiga, dan STS memperoleh skor empat.

Skala keseimbangan kehidupan kerja menggunakan skala penelitian dari

Chofitnah Rohmatul Laela (2015) dengan judul “Pengaruh Relation-Oriented

Leadership Behavior Terhadap Work Life Balance pada Wanita Pekerja” dan telah

dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek dari Fisher, Bulger, & Smith (2009) yaitu

WIPL (Work Interference With Personal Life), PLIW (Personal Life Interference

With Work), PLEW (Personal Life Enhancement Of Work), dan WEPL (Work

Enhancement Of Personal Life). Validitas dari skala tersebut menggunakan

standar nilai validitas dari tabel formula Aiken (1985) dan diperoleh standar nilai

validitas sebesar 0,92. Standar nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap aitem

yang memiliki nilai kurang dari 0,92 akan gugur. Sedangkan koefisien reliabilitas

diperoleh sebesar 0,729. Skala burnout terdiri dari 30 aitem, terdiri dari 11 aitem

favorable dan 19 aitem unfavorable. Skala ini menggunakan penskalaan respon

skala Likert dan terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Sesuai (SS)”,

“Sesuai (S)”, “Tidak Sesuai (TS)” dan “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Untuk item

mendukung (favorable), SS memperoleh skor empat, S memperoleh skor tiga, TS

memperoleh skor dua, dan STS memperoleh skor satu. Untuk item yang tidak

mendukung (unfavorable), SS memperoleh skor satu, S memperoleh skor dua, TS

memperoleh skor tiga, dan STS memperoleh skor empat.

Skala dukungan sosial menggunakan skala penelitian dari Dima Wuenta

Caesaria (2010) dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres

Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Industri Karet Nusantara” dan telah

dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek dari Cohen & Syme (dalam Almasitoh,

2011) yaitu dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan instrumental,

dan penghargaan atau penilaian positif. Validitas dari skala tersebut menggunakan

standar nilai validitas dari tabel formula Aiken (1985) dan diperoleh standar nilai

validitas sebesar 0,92. Standar nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap aitem

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

7

yang memiliki nilai kurang dari 0,92 akan gugur. Sedangkan koefisien reliabilitas

diperoleh sebesar 0,744. Skala burnout terdiri dari 26 aitem, terdiri dari 13 aitem

favorable dan 13 aitem unfavorable. Skala ini menggunakan penskalaan respon

skala Likert dan terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Sesuai (SS)”,

“Sesuai (S)”, “Tidak Sesuai (TS)” dan “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Untuk item

mendukung (favorable), SS memperoleh skor empat, S memperoleh skor tiga, TS

memperoleh skor dua, dan STS memperoleh skor satu. Untuk item yang tidak

mendukung (unfavorable), SS memperoleh skor satu, S memperoleh skor dua, TS

memperoleh skor tiga, dan STS memperoleh skor empat.

Penelitian ini menggunakan analisis statistik teknik korelasi non-

parametrik spearman’s rho guna melihat bagaimana hubungan masing-masing

variabel bebas dengan variabel tergantung. Analisis data menggunakan SPSS

versi 15.0 for Windows.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data antara keseimbangan kehidupan kerja dan burnout

menggunakan teknik korelasi non-parametrik spearman’s rho diperoleh nilai

koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,816 dengan sig. (1-tailed) sebesar 0,000 (p ≤

0,01), artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara keseimbangan

kehidupan kerja dengan burnout karyawan, artinya semakin tinggi keseimbangan

kehidupan kerja maka semakin rendah burnout karyawan, begitupun sebaliknya

semakin rendah keseimbangan kehidupan kerja maka semakin tinggi burnout

yang dirasakan karyawan.

Maslach, Schaufeli & Leiter (2001) mengemukakan salah satu faktor

burnout yakni faktor situasional yang didalamnya terdapat job characteristic. Job

characteristic merupakan karakteristik dari pekerjaan dan termasuk didalamnya

terdapat konflik peran. Konflik peran terjadi jika keseimbangan kehidupan kerja

individu tidak tercapai. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi burnout adalah keseimbangan kehidupan

kerja. Sejalan dengan hasil penelitian Nazli Khairani (2018) bahwa keseimbangan

kehidupan kerja berhubungan negatif dengan burnout, yang berarti jika

keseimbangan kehidupan kerja semakin tinggi, maka burnout akan semakin

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

8

rendah dan sebaliknya jika keseimbangan kehidupan kerja semakin rendah, maka

burnout seseorang akan semakin tinggi.

Berdasarkan nilai rerata empirik (RE) yang diperoleh sebesar 88,75 dan 86

subjek menunjukkan bahwa karyawan bagian sewing divisi garmen PT. Dan Liris

memiliki tingkat keseimbangan kehidupan kerja yang tergolong tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa karyawan bagian sewing divisi garmen dapat

menyeimbangkan perannya untuk memenuhi tanggung jawab, baik dalam bekerja,

keluarga, kehidupan sosial, maupun kehidupan pribadinya. Artinya, perusahaan

mampu meminimalisir terjadinya resiko yang dapat mengganggu kondisi kerja

karyawan. Netemeyer, Boles & McMurrian (dalam Darmawan, Silviandari, &

Susilawati, 2015) mengatakan bahwa burnout dapat diakibatkan oleh tidak adanya

“balance” atau keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan seorang karyawan.

Karyawan yang dapat menangani stres dengan baik cenderung merasakan keadaan

“balance” di dalam kehidupannya, sehingga dapat menekan munculnya burnout.

Berdasarkan kategorisasi skala keseimbangan kehidupan kerja tidak ada

subjek yang berada di kategori sangat rendah yakni 0% karyawan, tidak ada

subjek yang berada di kategori rendah yakni 0% karyawan, sebanyak 14 karyawan

berada di kategori sedang yakni 13,7%, sebanyak 86 karyawan berada di kategori

tinggi yakni 84,3%, dan sebanyak 2 karyawan berada di kategori sangat tinggi

yakni 2%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa frekuensi keseimbangan kehidupan

kerja tertinggi terdapat pada kategori tinggi.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data antara dukungan sosial dan

burnout menggunakan teknik korelasi non-parametrik spearman’s rho diperoleh

nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,632 dengan sig. (1-tailed) sebesar 0,000 (p

≤ 0,01), artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan

sosial dengan burnout karyawan, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka

semakin rendah burnout karyawan, begitupun sebaliknya semakin rendah

dukungan sosial maka semakin tinggi burnout yang dirasakan karyawan.

Maslach, Schaufeli & Leiter (2001) mengatakan bahwa dukungan sosial

merupakan salah satu faktor burnout yang termasuk di dalam organizational

characteristic dalam faktor situasional. Dukungan sosial yang diperoleh dari

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

9

orang-orang di sekitar karyawan dapat membuat karyawan tersebut merasa

nyaman, baik secara fisik maupun psikologis, dalam melakukan pekerjaannya.

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi burnout. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lailani (2012) dan Adawiyah (2013) yang

menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan negatif dengan burnout, yang

berarti jika dukungan sosial yang diterima semakin tinggi, maka burnout akan

semakin rendah. Sebaliknya, jika dukungan sosial semakin rendah, maka burnout

akan semakin tinggi.

Berdasarkan nilai rerata empirik (RE) yang diperoleh sebesar 77,49 dan 88

subjek menunjukkan bahwa karyawan bagian sewing divisi garmen PT. Dan Liris

memiliki tingkat dukungan sosial yang tergolong tinggi. Hal tersebut memberikan

gambaran bahwa sebagian besar karyawan bagian sewing garmen PT. Dan Liris

mempunyai hubungan yang baik dengan rekan kerja, atasan, anggota keluarga,

dan orang lain di luar pekerjaan dan keluarga, sehingga karyawan dapat

memperoleh bantuan, baik langsung maupun tidak langsung dan menimbulkan

perasaan nyaman, baik fisik maupun psikologis, pada karyawan. Artinya, baik

perusahaan maupun karyawan mampu meminimalisir terjadinya resiko yang dapat

mengganggu kondisi kerja karyawan.

Berdasarkan kategorisasi skala dukungan sosial tidak ada subjek yang

berada di kategori sangat rendah yakni 0% karyawan, tidak ada subjek yang

berada di kategori rendah yakni 0% karyawan, sebanyak 10 karyawan berada di

kategori sedang yakni 9,8%, sebanyak 88 karyawan berada di kategori tinggi

yakni 86,3%, dan sebanyak 4 karyawan berada di kategori sangat tinggi yakni

3,9%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa frekuensi dukungan sosial tertinggi

terdapat pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara, karyawan divisi garmen di PT. Dan Liris

memiliki jam kerja shift pagi hari senin-kamis pukul 07.00-16.00 WIB dengan

waktu istirahat ±1 jam dan shift pagi hari jumat pukul 07.00-16.30 WIB dengan

waktu istirahat ±1,5 jam, kemudian shift malam hari senin-jumat pukul 21.00-

06.00 WIB. Fasilitas yang diberikan karyawan garmen, antara lain memberikan

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

10

cuti kepada wanita pada hari pertama dan kedua haid, menyediakan tempat khusus

bagi para ibu yang ingin memberikan ASIP, penyediaan klinik kesehatan bagi

karyawan, pemberian tunjangan lembur dan cuti, dan sebagainya.

Bagian sewing divisi garmen di PT. Dan Liris terbagi atas beberapa line

dan setiap line terdiri dari 20-30 karyawan. Line yang dimaksud adalah

sekelompok karyawan dengan tugas menjahit bagian pakaian yang berbeda-beda

untuk menyelesaikan sebuah pakaian, sehingga seorang karyawan tidak menjahit

sebuah pakaian secara individual, tetapi seorang karyawan hanya menjahit satu

bagian dari pakaian yang selanjutnya akan digabungkan dengan bagian pakaian

lainnya yang dikerjakan oleh rekan linenya. Hasil wawancara juga memperoleh

hasil bahwa atasan yang mengawasi setiap line selalu memberikan semangat dan

dukungan pada karyawan. Ketika ada beberapa anggota yang terlibat konflik atau

mengalami kesulitan, atasan dengan sukarela membantu menyelesaikan

permasalahan. Selain itu, anggota di line yang sama maupun anggota di line yang

berbeda juga saling memberikan dukungan dan semangat satu sama lain. Menurut

penuturan atasan, anggota baik dalam satu line maupun beberda line, sering

mengadakan liburan bersama. Adanya fasilitas yang diberikan dan dukungan dari

orang-orang disekitar karyawan dapat menimbulkan kepuasan bagi karyawan. Hal

tersebut yang menunjang tingginya keseimbangan kehidupan kerja dan dukungan

sosial karyawan bagian sewing divisi garmen PT. Dan Liris, serta semakin rendah

burnout yang dirasakan karyawan.

Berdasarkan kategorisasi skala burnout sebanyak 20 karyawan berada di

kategori sangat rendah yakni 19,6%, sebanyak 67 karyawan berada di kategori

rendah yakni 65,7%, sebanyak 15 karyawan berada di kategori sedang yakni

14,7%, tidak ada subjek yang berada di kategori tinggi yakni 0% karyawan, dan

tidak ada subjek yang berada di kategori sangat tinggi yakni 0% karyawan. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa frekuensi dukungan sosial tertinggi terdapat pada

kategori tinggi. Kemudian nilai rerata empirik (RE) tergolong rendah sebesar

18,33, menunjukkan bahwa karyawan bagian sewing divisi garmen PT. Dan Liris

mengalami burnout secara umum tergolong rendah.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

11

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat burnout karyawan bagian

sewing divisi garmen PT. Dan Liris mengalami burnout secara umum tergolong

rendah. Hal ini merefleksikan bahwa kemampuan karyawan dalam menangani

tekanan dan beban pekerjaan yang dapat memicu stres tergolong cenderung

tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa nilai koefisien

determinan (r²) pada variabel keseimbangan kehidupan kerja sebesar 66,6%.

Variabel keseimbangan kehidupan kerja memberikan sumbangan cenderung

tinggi dan masih sekitar 33,4% terdapat faktor-faktor lain yang menjadi prediktor

burnout karyawan. Variabel dukungan sosial memberikan sumbangan nilai

koefisien determinan (r²) sebesar 39,9%. Variabel keseimbangan kehidupan kerja

memberikan sumbangan cenderung rendah dan masih sekitar 60,1% terdapat

faktor-faktor lain yang menjadi prediktor burnout karyawan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya

dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) ada hubungan negatif yang sangat signifikan

antara keseimbangan kehidupan kerja dengan burnout, 2) ada hubungan negatif

yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan burnout, 3) tingkat burnout

pada bagian sewing divisi garmen PT. Dan Liris tergolong rendah, 4) tingkat

keseimbangan kehidupan kerja pada bagian sewing divisi garmen PT. Dan Liris

tergolong tinggi, dan 5) tingkat dukungan sosial pada bagian sewing divisi garmen

PT. Dan Liris tergolong tinggi.

Hasil dari perhitungan analisis data menunjukkan bahwa nilai koefisien

determinan (r²) pada variabel keseimbangan kehidupan kerja sebesar 66,6%.

Variabel keseimbangan kehidupan kerja memberikan sumbangan cenderung

tinggi dan masih sekitar 33,4% terdapat faktor-faktor lain yang menjadi prediktor

burnout karyawan. Variabel dukungan sosial memberikan sumbangan nilai

koefisien determinan (r²) sebesar 39,9%. Variabel keseimbangan kehidupan kerja

memberikan sumbangan cenderung rendah dan masih sekitar 60,1% terdapat

faktor-faktor lain yang menjadi prediktor burnout karyawan.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

12

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memberikan saran kepada

perusahaan untuk mempertahankan keseimbangan kehidupan kerja karyawan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan kehidupan

kerja karyawan yakni dengan tetap memberikan karyawan fasilitas-fasilitas,

seperti memberikan cuti kepada wanita pada hari pertama dan kedua haid,

menyediakan tempat khusus bagi para ibu yang ingin memberikan ASIP,

penyediaan klinik kesehatan bagi karyawan, pemberian tunjangan lembur dan

cuti, dan sebagainya. Kemudian bagi karyawan juga diharapkan dapat

mempertahankan keseimbangan kehidupan kerja. Hal-hal yang dapat dilakukan

untuk mempertahankan keseimbangan kehidupan kerja karyawan yakni dengan

memanfaatkan dengan sebaik-baiknya fasilitas-fasilitas yang diberikan

perusahaan, seperti wanita yang merasakan sakit haid dapat mengambil cuti pada

hari pertama dan kedua haid, memanfaatkan tempat khusus bagi para ibu yang

ingin memberikan ASIP untuk anaknya, melakukan cek kesehatan secara rutin ke

klinik kesehatan yang disediakan bagi karyawan, dan sebagainya. Selanjutnya

bagi peneliti selanjutnya dapat mengganti atau menambahkan variabel lain untuk

melihat faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap

burnout.

Penulis mengucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.

Yudhi Satria Restu, M.Si atas waktu, tenaga, pikiran, arahan, masukan, serta

kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Kakak-kakak

tersayang, sahabat, teman, dan asisten olah data yang senantiasa memberikan

semangat, dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA (2017, Oktober 11). Retrieved September 27, 2018, from jpnn.com:

https://www.jpnn.com

(2018, Maret 4). Retrieved September 24, 2018, from Republika.co.id:

https://www.republika.co.id

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

13

Adawiyah, R. A. (2013). Kecerdasan Emosional, Dukungan Sosial dan

Kecenderungan Burnout. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia , 2 (2), 99-

107.

Aiken, L. R. (1985). Three Coefficients for Analyzing the Reliability and Validity

of Ratings. Educational and Psychological Measurement , 45, 131-142.

Almasitoh, U. H. (2011). Stres Kerja Ditinjau dari Konflk Peran Ganda dan

Dukungan Sosial pada Perawat. Psikoislamika, Jurnal Psikologi Islam

(JPI) , 8 (1), 63-82.

Attiq, K., & Hamdani, M. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial, Efikasi Diri,

Konflik Peran, Kelebihan Beban Kerja dan Kecerdasan Emosional

Terhadap Kecenderungan Burnout (Studi pada Badan Pusat Statistik

Kota Semarang). Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI , 14 (1).

Barus, H. (2018, November 7). Retrieved Desember 11, 2018, from

Industry.co.id: http://www.industry.co.id/read/44717/pemerintah-

perhatikan-perembangan-sdm-industri-tekstil

Caesaria, D. W. (2010). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja

Karyawan Bagian Produksi PT. Industri Karet Nusantara. Skripsi,

Universitas Sanata Dharma, Fakultas Psikologi, Yogyakarta.

Darmawan, A. A., Silviandari, I. A., & Susilawati, I. R. (2015). Hubungan

Burnout dengan Work-Life Balance pada Dosen Wanita. Jurnal

Mediapsi , 1 (1), 28-39.

Fisher, G. G., Bulger, C. A., & Smith, C. S. (2009). Beyond Work and Family: A

Measure of Work/Nonwork Interference and Enhancement. Journal of

Occupational Health Psychology , 14 (4), 441-456.

Hardiyanti, R. (2013). Burnout Ditinjau dari Big Five Factors Personality pada

Karyawan Kantor Pos Pusat Malang. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan , 1

(2).

Hawa, M. A., & Nurtjahjanti, H. (2018). Hubungan antara Work-Life Balance

dengan Loyalitas Karyawan pada PT. Hanil Indonesia di Boyolali. Jurnal

Empati , 7 (1), 424-429.

Khairani, N. (2018). Hubungan antara Keseimbangan Kehidupan Kerja dengan

Kelelahan Kerja pada Perawat Wanita yang Telah Menikah. Skripsi,

Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya,

Yogyakarta.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN …eprints.ums.ac.id/73630/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT

14

Kusumaningrum, I. Y., Sunardi, & Saleh, C. (2016). Pengaruh Beban Kerja dan

Karakteristik Individu Terhadap Kinerja Perawat Melalui Burnout

Sebagai Variabel Intervening pada PT. Nusantara Medika Utama Rumah

Sakit Perkebunan (Jember Klinik). Jurnal Bisnis dan Manajemen , 10

(3), 329-342.

Laela, C. R. (2015). Pengaruh Relation-Oriented Leadership Behavior Terhadap

Work-Life Balance pada Wanita Pekerja. Skripsi, Universitas Negeri

Semarang, Fakultas Ilmu Pendidikan, Semarang.

Lailani, F. (2012). Burnout pada Perawat Ditinjau dari Efikasi Diri dan Dukungan

Sosial. Talenta Psikologi , 1 (1).

Maharani, D. (2014, September 22). Retrieved September 27, 2018, from

Kompas.com: https://lifestyle.kompas.com

Maslach, C., & Leiter, M. P. (2008). Early Predictors of Job Burnout and

Engagement. Journal of Applied Psychology , 93 (3), 498-512.

Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. (2001). Job Burnout. Annu. Rev.

Psychol. , 52, 397–422.

Maslichah, N. I., & Hidayat, K. (2017). Pengaruh Work-Life Balance dan

Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada

Perawat RS Lavalette Malang Tahun 2016). Jurnal Administrasi Bisnis

(JAB) , 49 (1).

Saputri, W. W. (2017). Gambaran Kejadian Burnout Berdasarkan Faktor

Determinannya pada Pekerja Gudang dan Lapangan PT. Multi Terminal

Indonesia Tahun 2017. Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta.

Sutriyanto, E. (Ed.). (2018, April 5). Tribunbisnis. Retrieved Desember 8, 2018,

from http://www.tribunnews.com