Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah atau kesehatan tersebut. Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Blum (1974) yaitu faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan (Anonim, 2005). Lingkungan merupakan salah satu peran penting dan berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat. Lingkungan juga merupakan determinan dalam menularkan dan munculnya suatu penyakit, baik menular maupun tidak menular. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini 1
50

Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Jul 09, 2016

Download

Documents

Fadhil Nugraha

tfctchygv
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

BAB 1PENDAHULUAN

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks,

yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi

kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya

terhadap masalah atau kesehatan tersebut. Status kesehatan dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Blum (1974) yaitu faktor

keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap

status kesehatan (Anonim, 2005).

Lingkungan merupakan salah satu peran penting dan berpengaruh positif

terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat. Lingkungan juga merupakan

determinan dalam menularkan dan munculnya suatu penyakit, baik menular

maupun tidak menular. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi

lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu kemasyarakat lain,

bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang sederhana sampai kepada yang

modern. Lingkungan tempat tinggal merupakan tempat yang potensial

mempengaruhi kesehatan anggota keluarga. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kesehatan anggota keluarga antara lain faktor fisik, faktor kimia,

dan faktor biologis yang mencakup lingkungan, cuaca, iklim serta faktor

individunya sendiri (Anonim, 2005).

1

Page 2: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Menurut Achmadi (2011), kejadian penyakit merupakan hasil hubungan

interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang

memiliki bibit penyakit atau agent penyakit yang berpotensi menimbulkan

penyakit. Perilaku hidup tidak sehat dapat disebut sebagai faktor risiko kesehatan

dan komponen lingkungan yang tidak baik merupakan faktor risiko terjadinya

penyakit. Lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit apabila dalam

komponen lingkungan tersebut mengandung satu atau lebih agent penyakit seperti

mikroorganisme, senyawa kimia maupun energi yang diradiasikan (Slamet, 2002).

Infeksi cacing dan penyakit yang disebabkan helminthiasis amat besar

angkanya yaitu kira-kira 2 milyar orang terkena di seluruh dunia. Helminthiasis

(cacingan) ini menjadi penyakit umum terutamanya di negara-negara miskin dan

juga negara-negara yang sedang membangun. Dimana terdapat masalah

kemiskinan, kurang nutrisi, kurang sanitasi serta kurang pemahaman tentang

kesehatan.

Penyakit cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena masuknya

parasit (berupa cacing) ke dalam tubuh manusia. Soil Transmitted Helminths

(STH) adalah cacing yang menginfeksi usus manusia dimana penularannya

melalui tanah. STH berupa cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk

(Trichiuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus). Populasi pada sebagian besar belahan dunia yang terinfeksi STH

kira-kira 807-1.121 juta oleh cacing gelang, kira-kira 604-795 juta oleh cacing

cambuk, kira-kira 576-740 juta oleh cacing tambang (Pangestika, 2007).

2

Page 3: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Hubungan kesehatan anak dengan infeksi cacing dalam beberapa

penelitian bahwa anak usia sekolah dasar merupakan golongan tertinggi terutama

infeksi cacing yang penularannya dengan tanah (Soil Transmitted Helminths)

(Depkes RI, 2004). WHO, (2004) juga menyatakan pada anak-anak umur 5-15

tahun yang paling tinggi terinfeksi cacing. Infeksi oleh Soil Transmitted

Helminths sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar karena anak pada usia ini

paling sering kontak dengan tanah (Chin, 2006).

Enterobiasis atau penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia

yang disebabkan oleh cacing E. Vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi

cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya.

Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan

manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara

kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada

orang-orang dengan tingkat sosial tinggi (Chin, 2006).

Cacingan merupakan penyakit yang cukup akrab dikalangan anak-anak

Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing perut sampai yang kecil

seperti cacing kremi (pinworm). Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau

Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia dan

penyakitnya disebut Oxyuriasis atau Enterobiasis (Chin, 2006).

Enterobiasis merupakan penyakit keluarga yang disebabkan oleh

mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga

lainnya. Anak berumur 5-15 tahun lebih sering mengalami infeksi cacing E.

3

Page 4: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa menjaga

kebersihan dibandingkan anak-anak (Chin, 2006).

Pertumbuhan telur cacing tergantung pada tingkat pertumbuhan,

temperatur dan kelembaban udara. Telur cacing rusak pada temperatur 450C

dalam waktu 6 jam. Udara yang dingin dan ventilasi yang jelek merupakan

kondisi yang baik untuk pertumbuhan telur cacing (Chin, 2006).

Penduduk Indonesia yang rata-rata pendidikannya masih rendah yaitu

penduduk desa. Mereka kurang memperhatikan kebersihan diri sendiri apalagi

lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Mereka hanya memikirkan bagaimana bisa

mencukupi kebutuhan untuk hidup. Sebagian besar penduduk desa mencukupi

kebutuhan hidup dengan memanfaatkan alam, misalnya menjadi petani atau

peternak.

Penyakit yang berbasis lingkungan paling sering ditemukan adalah ISPA.

Secara umum ada 3 (tiga) faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan,

faktor individu anak, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi

pencemaran udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan kepadatan hunian

rumah. Faktor individu anak meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi,

vitamin A, dan status imunisasi. Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan

pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini

adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu

ataupun anggota keluarga lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001).

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999, rumah merupakan salah

4

Page 5: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

satu kebutuhan pokok manusia yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari

gangguan iklim dan makhluk lainnya, serta tempat

perkembangan kehidupan keluarga. Kondisi fisik rumah dan

lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan merupakan

faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit (Anonim, 2005).

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang

dan pangan, sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara

produktif. Konstruksi rumah dan lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit,

khususnya penyakit yang berbasis lingkungan. Berdasarkan Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan tahun 1995 penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua

erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat (Anonim,

2005).

1.1 Tujuan

Kegiatan keluarga binaan bertujuan untuk :

a. Mencari faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit enterobiasis

pada anggota keluarga.

b. Menilai secara keseluruhan kondisi tempat tinggal dan lingkungan untuk

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi maslaah kesehatan dalam

keluarga.

5

Page 6: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

c. Melakukan diagnosis dan penatalaksanaan secara paripurna baik

farmakologi dan nonfarmakologi atas masalah kesehatan yang terjadi

dalam keluarga.

d. Menciptakan kebiasaan untuk berprilaku hidup bersih dan sehat bagi

semua anggota keluarga.

1.2 Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan keluarga binaan ini adalah :

a. Memperoleh gambaran mengenai faktor risiko yang mempengaruhi

masalah kesehatan khususnya penyakit enterobiasis pada keluarga.

b. Memperoleh deskripsi mengenai tempat tinggal dan lingkungan guna

perbaikan untuk meningkatkan taraf kesehatan keluarga.

c. Memperoleh diagnosis tepat dan penatalaksanaan dapat dilakukan secara

menyeluruh melibatkan seluruh anggota keluarga.

d. Menambah pengetahuan anggota keluarga untuk menerapkan prilaku

hidup bersih dan sehat untuk meningkatkan kesehatan diri.

6

Page 7: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

BAB 2LAPORAN KEGIATAN HOMEVISIT PASIEN

2.1 Masalah Kesehatan Utama

Hal yang menjadi masalah utama dalam keluarga binaan ini adalah

penyakit Enterobiasis Vermicularis.

2.1.1 Identitas Pasien

Nama : S.A

Umur : 4 tahun 10 bulan

Tanggal lahir : 1 Mei 2010

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pekerjaan : -

Alamat : Desa Ujong, kec.Samudra

Tanggal Pemeriksaan : 5 Maret 2015

TB : 98 cm

BB : 12 kg

Status Gizi :

BB/U : -3 SD s/d < -2 SD (Gizi Kurang)

TB/U : < -3 SD s/d 2 SD (Pendek)

2.1.2 Anamnesis (Alloanamnesis)

a. Keluhan Utama : sakit perut

b. Keluhan Tambahan : gatal-gatal pada anus

7

Page 8: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dibawa oleh ibunya ke Puskesmas Samudera dengan keluhan sakit

perut yang dirasakan sejak ± 1 minggu yang lalu, sakit perut dirasakan hilang

timbul biasanya disertai dengan mual. Ibu pasien juga mengatakan pasien sering

mengeluhkan gatal pada anus yang dirasakan sejak ± 2,5 tahun yang lalu, gatal

memberat pada malam hari disertai dengan keluarnya cacing halus berwarna

putih, sehingga pasien tidak bisa tidur karena gatal. Orang tua pasien mengatakan

pasien senang bermain tanah dan tidak memakai sendal ketika bermain. Orang tua

pasien juga mengatakan nafsu makan pasien menurun dan pasien semakin rewel

dari biasanya.

Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk berdahak sejak

3 hari yang lalu. Riwayat demam 1 hari sebelum ke puskesmas.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya anaknya juga mengalami batuk

berdahak dan sering keluar cacing putih kecil pada lubang anus.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan

pasien.

Family Genogram

8

Page 9: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien (SA)

f. Riwayat Penggunaan Obat

Os belum pernah diberikan obat cacing.

g. Riwayat Kebiasaan Sosial

Pasien sering bermain tanah dan pasir namun tidak memakai sandal.

Pasien jarang mencuci tangan sebelum makan dan setelah bermain kecuali

diperintahkan orang tua.

Lingkungan sekitar rumah pasien sering membakar sampah didepan

rumah masing-masing yang menyebabkan polusi udara sekitar.

h. Riwayat ImunisasiDasar Ulangan Anjuran

1. BCG + - - - 6. HIB -

2. DPT + + + - - - 7. MMR -

3. POLIO + + + - - - 8. Hep A -

4. Hep B + + + - - - 9. Cacar air -

5. Campak + - - -

Kesimpulan : Imunisasi dasar lengkap

i. Riwayat Tumbuh Kembang Anak

Berdasarkan anamnesa dari ibunya pasien SA bisa berbalik badan pada usia 3

bulan, mulai bisa duduk dan merangkak pada usia 8 bulan. Pada usia 9 bulan, SA

9

Page 10: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

sudah mampu untuk berdiri dan mulai bisa berjalan pada usia 12 bulan. Pasien

bisa berbicara pada usia 11 bulan.

Keluarga SA

Tabel 2.1 Data Dasar Keluarga SANama Status

KeluargaJenis

KelaminUsia(thn)

Pendi-dikan

Pekerjaan Penghasilan

Tn.S Kepala Rumah Tangga

Laki-Laki 40th SD Pengrajin Kayu

Rp.70.000,-/hari

Ny.B Istri Perempuan 34th SD IRT -BA Anak ke-1 Perempuan 12 SD Siswa -KK Anak ke-2 Perempuan 10 SD Siswa -

SA Anak ke-3 Perempuan 4 - - -MF Anak ke-4 Laki-laki 11bln - - -

Keluarga SA tinggal di desa Ujong, Kecamatan Samudra Kabupaten Aceh

utara. SA merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara, SA tinggal bersama kedua

orang tuanya beserta 3 orang saudaranya. Ayah SA adalah seorang pengrajin kayu

yang memiliki penghasilan tidak tetap. Rata-rata penghasilan ayah SA adalah

sebesar Rp 70.000,00 per harinya. Ibu SA adalah seorang ibu rumah tangga yang

sehari-hari mengurusi keluarganya.

Keluarga mereka hanya berharap pada pendapatan ayahnya untuk

melangsungkan hidup. Berdasarkan status ekonomi menurut Friedman (2004),

keluarga SA termasuk ekonomi tipe kelas bawah dengan penghasilan < 500.000

dan berdasarkan tingkat ekonomi keluarga menurut Geimar dan Lasorte (1964),

keluarga SA termasuk kriteria sangat miskin oleh karena manajemen keuangan

sangat jelek, termasuk pengeluaran saja dan kurang tersedianya kebutuhan dasar.

SA mengalami keluhan gatal-gatal anus yang dideritanya setelah ia main

tanah. Rumah mereka merupakan rumah bantuan tsunami berdinding bata dan

10

Page 11: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

semen, beratapkan seng, dipagari oleh pagar kayu. Keadaan rumah keluarga SA

terkesan dapat melindungi anggota keluarga dengan maksimal dari perubahan

cuaca atau iklim sehingga tidak rentan terhadap penyakit. Selain itu kamar tidur

keluarga SA juga tergolong dalam kriteria sehat, terdapat ventilasi dan jendela.

Mereka tidur bersama dan memakai kelambu. Selain itu, ayah SA memiliki

kebiasaan merokok di dalam rumah yang dapat menambah resiko buruknya

kesehatan anggota keluarga.

2.1.3 Pemeriksaan Fisik

a. Status Present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Frekuensi Jantung : 92 x/menit, reguler

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Temperatur : 36.3 0C (aksila)

b. Status General

Kulit

Warna : sawo matang

Turgor : cepat kembali

Ikterus : (-)

Anemia : (-)

Sianosis : (-)

Kepala

Bentuk : Kesan Normocephali

11

Page 12: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Rambut : Tersebar rata, Sukar dicabut, Berwarna hitam.

Mata : Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),

konj.palpebra inf pucat (-/-)

Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)

Mulut

Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)

Gigi Geligi : Karies (+), gigi tanggal (-)

Lidah : Beslag (-), Tremor (-)

Mukosa : Basah (+)

Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal

Faring : Hiperemis (-)

Leher

Bentuk : Kesan simetris

Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)

Peningkatan TVJ : R - 2 cmH2O

Axilla

Pembesaran KGB (-)

Thorax

Thorax depan

1. Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris, (+)

Tipe Pernafasan : Abdominal Thoracal

12

Page 13: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Retraksi : (-)

2. PalpasiStem Fremitus Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Normal Normal

Lap. Paru tengah Normal Normal

Lap. Paru bawah Normal Normal

3. PerkusiParu kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Sonor Sonor

Lap. Paru tengah Sonor Sonor

Lap. Paru bawah Sonor Sonor

4. AuskultasiSuara Pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler

Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh (+) Wh (-) Rh (+) Wh (-)

Lap. Paru tengah Rh (-) Wh (-) Rh (-) Wh (-)

Lap. Paru bawah Rh (-) Wh (-) Rh (-) Wh (-)

Thorax belakang

1. Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris, (+)

Tipe Pernafasan : Abdominal Thoracal

Retraksi : (-)

13

Page 14: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

2. PalpasiStem Fremitus Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Normal Normal

Lap. Paru tengah Normal Normal

Lap. Paru bawah Normal Normal

3. PerkusiParu kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Sonor Sonor

Lap. Paru tengah Sonor Sonor

Lap. Paru bawah Sonor Sonor

4. Auskultasi

Suara Pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler

Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh (+) Wh (-) Rh (+) Wh (-)

Lap. Paru tengah Rh (-) Wh (-) Rh (-) Wh (-)

Lap. Paru bawah Rh (-) Wh (-) Rh (-) Wh (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V 2 jari lateral Linea Axilaris Anterior Sinistra

Perkusi: Batas jantung atas : di ICS III linea parasternal sinistra

Batas jantung kanan: di Linea Parasternalis Dekstra

14

Page 15: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Batas jantung kiri : di ICS V linea axilaris anterior sinistra.

Auskultasi : BJ I > BJ II di katup mitral, regular, bising (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani (+), Shifting dullness (-) undulasi (-)

Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal

Genetalia dan Anus : Pada anus tampak hiperemis karena di garuk, cacing (-)

Ekstremitas

Ekstremitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianotik - - - -

Edema - - - -

Ikterik - - - -

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus

Sensibilitas N N N N

Atrofi otot - - - -

Akral Dingin - - - -

2.1.4 Anjuran Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan laboratorium : darah rutin dan feses rutin

2.1.5 Diagnosis

- Suspek Enterobiasis Vermicularis

- ISPA

- Gizi Kurang

15

Page 16: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

2.1.6 Penatalaksanaan

a. Anjuran Farmakoterapi

Pirantel Pamoat 1x125 mg tablet

Cetirizine 1x5mg pulv

Glyceryl Guaiacolat 3x1 tab

b. Non Farmakoterapi

Hindari bermain tanah tanpa memakai alas kaki

Usahakan selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah bermain,

setelah BAB dan sebelum makan.

Jangan menggaruk daerah yang sakit

Jangan BAB sembarangan

Menjaga kebersihan kuku tangan dan kaki

Makan makanan yang bergizi

2.1.7 Pencegahan

a. Enterobiasis Vermicularis

Jaga kebersihan kaki

Hindari bermain tanah tanpa memakai alas kaki

Usahakan selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah bermain,

setelah BAB dan sebelum makan.

Jangan menggaruk daerah yang sakit

Jangan BAB sembarangan

Menjaga kebersihan kuku tangan dan kaki

16

Page 17: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Makan makanan yang bergizi

b. ISPA

Bagi keluarga yang merokok untuk tidak merokok didalam rumah

Jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari

Ibu jangan membakar sampah didepan rumah ketika anak-anak sedang

bermain didepan rumah.

2.2 Penilaian Rumah Keluarga Binaan

Tabel 2.2 Kriteria Rumah Pasien

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah depan ± 6 x 6 m2

Luas rumah belakang ± 6 x 2 m2

2. Ruangan dalam rumah Keluarga SA tinggal disebuah bangunan rumah

diatas tanah seluas ± 100 m2. Rumah terdiri dari

enam ruang yaitu sebuah ruang tamu yang

berukuran 1,5x 3 m, tiga kamar tidur , dua kamar

berukuran 2 x 2 m, da 1 kamar berukuran 3x2 m

dan juga satu dapur berukuran 4 x 2 m, disertai

satu ruangan tempat memasak berukuran 1 x 1 m

,dinding dapur terbuat dari kayu dan atap rumah

terbuat dari seng, Dinding rumah terbuat dari

bata dan semen.

3. Ventilasi Terdapat ventilasi.

4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada setiap ruangan rumah

yang tertutup rapat.

b. Hanya terdapat dua buah lampu di dalam

rumah, satu buah di ruang keluarga dan satu

buah di dapur rumah sehinga penerangan

17

Page 18: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

kurang baik.

5. MCK Kamar mandi disertai jamban permanen pribadi

terbuat dari semen beralaskan keramik, terletak

didekat dapur dan berdinding semen.

6. Sumber Air Air sumur digunakan untuk kebutuhan rumah

tangga seperti mencuci, mandi. Sedangkan air

minum juga menggunakan air sumur.

7. Saluran pembuangan

limbah

Limbah rumah tangga cair di buang ke selokan

yang berada di belakang kamar mandi yang

berjarak 1 meter dari rumah.

8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah dibuang di depan rumah, sampah ini

ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian dibakar

oleh anggota keluarga

9. Lingkungan sekitar

rumah

Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah

tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga

SA masih terdapat sampah kering rumah tangga

dan barang bekas yang ditumpuk di dalam

karung. Setiap pagi tetangga membakar sampah

didepan rumah sehingga menimbulkan polusi

udara.

10 Bahan bakar masak Ibu SA menggunakan kompor gas untuk proses

memasak.

1

1.

Septic Tank Terdapat septic tank di rumah keluarga SA.

1

2.

Polusi Udara Polusi udara di rumah keluarga SA berasal dari

tetangga sekitar yang membakar sampah didepan

rumah mereka termasuk keluarga SA sendiri

yang selalu membakar sampah didepan rumah

setiap pagi. Selain itu, ayah SA masih memiliki

kebiasaan merokok di dalam rumah.

18

Page 19: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Dalam hal rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan keturunan

diabaikan, sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentukan sebagai

berikut:

1. Bobot komponen rumah : 31

2. Bobot sarana sanitasi : 25

3. Bobot perilaku : 44

Hasil penilaian: nilai x bobot

Kriteria :

1. Rumah sehat : 1068 – 1200

2. Rumah tidak sehat : < 1068

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang

merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Memenuhi syarat : 80 – 100% dari total skor

2. Tidak memenuhi syarat : < 80 % dari total skor

Berdasarkan perhitungan dengan checklist penilaian rumah tersebut

didapatkan skor 1205 sehingga berdasarkan skor tersebut dapat di simpulkan

bahwa rumah keluarga SA tersebut memenuhi kriteria rumah sehat.

19

Page 20: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

2.3 Masalah Kesehatan Tambahan

2.3.1 Faktor Internal Dalam Keluarga

Tabel 2.3 Faktor Internal dalam Keluarga

No Faktor Risiko Internal Intervensi

1. Riwayat makanan sewaktu kecil ( ibu

SA hanya memberikan ASI selama

sembilan bulan,sejak usia dua bulan

diberikan nasi pisang, usia delapan

bulan makan nasi bubur dan sejak usia

setahun mulai makan makanan

keluarga)

Apabila ibu SA merencanakan

memiliki anak lagi, pola

makan anak harus diubah. ASI

eksklusif diberikan selama

enam bulan dilanjutkan dengan

MP-ASI sampai usia dua

tahun.

2. Status gizi kurang ( berat badan 12 kg,

tinggi badan 98 cm, IMT 12,5)

Menjelaskan kepada orangtua

SA bahwa berat badan dan

tinggi badan tidak sesuai

dengan umur sehingga

orangtua harus memberikan

asupan gizi yang sehat untuk

mengubah status gizi menjadi

gizi baik. ( target berat badan

seharusnya 18 kg dan tinggi

badan 109 cm untuk usia 5

tahun).

5. Higiene (kuku kaki dan tangan SA

panjang dan hitam, suka main dirawa

dan ditanah depan rumah)

Menjelaskan kepada orangtua

SA tentang pentingnya

kebersihan diri dan

membiasakan anggota

keluarga dengan perilaku yang

sehat, misalnya rutin

memotong kuku, mandi dua

kali sehari.

20

Page 21: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

4. Perilaku keluarga (jarang memakai

alas kaki)

Menjelaskan kepada keluarga

SA tentang pentingnya

penerapan PHBS dalam

keluarga. Mengingatkan

anggota keluarga untuk selalu

memakai alas kaki.

2.3.2 Faktor Eksternal Dalam Keluarga

Tabel 2.4 Faktor Eksternal dalam Keluarga

No Faktor Risiko Eksternal Intervensi

1. Akses pelayanan kesehatan ( jarak antara

rumah dan tempat pelayanan kesehatan yang

jauh, kendaraan keluarga tidak memadai)

Menjelaskan kepada

keluarga SA tentang

pentingnya memerik-

sakan diri di puskesmas

dan memberikan alter-

natif lain kepada keluarga

SA untuk mencari pe-

ngobatan terdekat seperti

bidan desa.

2. Ekonomi keluarga ( penghasilan keluarga

yang dibawah rata-rata sehingga kebutuhan

pokok sering tidak terpenuhi)

Memberikan alternatif

kepada keluarga SA

untuk dapat

memanfaatkan lahan di

sekitar untuk mencukupi

kebutuhan dasar.

Misalnya: untuk pangan,

mereka dapat

memanfaatkan lahan

sekitar rumah untuk

menanami sayuran dan

21

Page 22: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

TOGA sehingga kecu-

kupan kebutuhan pangan

serta obat-obatan dapat

terbantu. Dan pendapatan

keluarga dapat digunakan

untuk kebutuhan lainnya.

3. Lingkungan sekitar ( tetangga SA sering

membakar sampah pada pagi hari didepan

rumah pada saat anak-anak sedang bermain

diluar rumah.

Memberikan edukasi

pada tetangga SA agar

melakukan pengelolaan

sampah yang benar

seperti menyediakan

tempat

pembuangan/pembakaran

sampah yang jauh dari

jangkauan anak-anak.

22

Page 23: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

23

Tabel 2.5

No Kriteria Permasalahan Intervensi

1 Pola Makan K1 :- Menu makanan di

rumah SA belum memenuhi gizi seimbang

- Mengkonsumsi sayuran (-),

- Mengkonsumsi ikan (-), sambal pelengkap lauk pauk

- Mengkonsumsi Buah – buahan (-)

- konsumsi air putih 750 ml

K2:- Menu makanan sudah

mulai berubah- Mengkonsumsi

sayuran (-)- Sudah Ada lauk pauk:

seperti telur (+)- Mengkonsumsi Buah

– buahan (-)- konsumsi air putih 750

ml,K3:

- Menu makanan mulai bervariasi

- Mengkonsumsi sayuran (+)

- Mengkonsumsi ikan (+),

- Mengkonsumsi Buah-buahan (-)

- konsumsi air putih 750 ml

K4:- Menu makanan mulai

bervariasi- Mengkonsumsi

sayuran (+) - Mengkonsumsi ikan

(+), telur (+)- Mengkonsumsi Buah-

buahan (+) - konsumsi air putih 750

mlK5:

- Menu makanan mulai bervariasi

- Mengkonsumsi sayuran (+)

Memberikan edukasi tentang gizi seimbang setiap kunjungan sehingga menu makanan keluarga SA setiap harinya meningkat dan dapat mencukupi gizi keluarga.

Page 24: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

2.4 Fishbone

Gambar 2.1 Diagram Fishbone

24

Page 26: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

BAB 3KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan SA

diantaranya perilaku keluarga, ekonomi keluarga, pendidikan serta pengetahuan

tentang pentingnya menjaga kesehatan, akses pelayanan kesehatan dan lingkungan

sekitar yang berpengaruh terhadap kejadian Enterobiasis, ISPA dan gizi kurang

pada SA.

Perilaku SA yang sering bermain tanah tanpa menggunakan alas kaki dan

tidak mencuci tangan setelah bermain atau sebelum makan merupakan salah satu

pencetus penularan Enterobiasis. Begitu juga dengan kebiasaan ibu SA yang tetap

memberikan makanan kepada SA dan saudaranya tanpa mencuci tangan terlebih

dahulu merupakan sumber penularan enterobiasis.

Ibu SA selalu membakar sampah didepan rumahnya yang pada saat itu SA

sedang bermain. Hal ini merupakan salah satu penyebab SA menderita ISPA.

Selain itu ibu SA juga mengalami tinea corporis yang sering hilang timbul.

Setelah beberapa kali kunjungan diketahui bahwa ibu SA sering menggunakan

pakaian yang sama dalam beberapa hari.

Dokter muda telah memberikan edukasi dan informasi untuk

meningkatkan taraf kesehatan bagi keluarga SA dan lingkungan di sekitarnya.

Edukasi yang diberikan diantaranya tentang perilaku hidup bersih dan sehat,

makanan yang bergizi dan edukasi tentang penularan penyakit yang diderita

keluarga SA.

26

Page 27: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

Setelah kegiatan keluarga binaan ini berlangsung dan keluarga SA telah

mendapatkan edukasi dari dokter muda, hal-hal yang telah dapat dirubah oleh

keluarga SA ataupun SA sendiri adalah prilaku. Setelah beberapa hari kunjungan

tampak perubahan prilaku SA yang sudah memakai sendal ketika bermain diluar

rumah, mencuci tangan setelah bermain dan sebelum makan. Selain itu, setelah

diberikan terapi farmakologi, keluhan yang dialami SA sudah mulai berkurang.

Hal-hal yang belum dapat dirubah selama kegiatan keluarga binaan ini

adalah kebiasaan masyarakat sekitar termasuk keluarga SA yang masih membakar

sampah di depan rumah masing-masing yang merupakan faktor risiko terjadinya

penyakit ISPA

3.2 Saran

3.2.1 Saran untuk keluarga binaan :

- Diharapkan untuk informasi dan penyuluhan yang telah dilakukan di

keluarga binaan dapat dilanjutkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

- Diharapkan rumah keluarga binaan ini dapat menjadi contoh dalam

penerapan kesehatan dalam keluarga.

- Diharapkan kepada Kepala Desa setempat untuk menggalakkan gotong

royong bersama di Desanya minimal seminggu sekali.

- Diharapkan setelah adanya keluarga binaan ini, minat keluarga dan warga

setempat untuk mencari pelayanan kesehatan didaerah tersebut meningkat.

27

Page 28: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

3.2.2 Saran terhadap Puskesmas

- Harapan kami kunjungan dan intervensi terhadap keluarga binaan terhadap

Desa Ujong dapat menjadi perhatian dan pemantauaan bagi Puskesmas

setempat terutama program Kesling dan Promkes.

- Kerjasama lintas sektoral sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan

terutama masalah promotif dan preventif.

28

Page 29: Homevisitcacing Fixx (Autosaved) Revisi

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, Semarang: Dinkes Prov Jateng.

2. Slamet,J.S. 2002, Epidemiologi Lingkungan, Yogjakarta: Gajah Mada University Press.

3. Sulistyorini, Lilis. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Balita, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Volume 2, No. 1, Tahun 2005 Hal. 43-52.

4. Pangestika,Y.R. 2007, Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah terhadap Kejadian ISPA pada Balita di Keluarga Pembuat Gula Aren Desa Pandanarum dan Desa Beji Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara Tahun 2007, Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang.

5. Chin, james,.2006. manual pemberantasan penyakit menular. Jakarta,.InfoMedika. GandaHusada. Jakarta.

6. Srisasi dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI,. Jakarta.

29