Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat system kesehatan primer, salah satunya dengan pelayanan Kedokteran Keluarga yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang holistik, dengan adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakng pasien yang menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat melakukan pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peran yang amat penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan perawatan pasien di rumah (home care) terhadap pasien yang membutuhkan (Murti,2010). Diterapkannya pelayanan Kedokteran Keluarga yang melaksanakan pelayanan kesehatan holistik pada akhirnya diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang menyebabkan Indonesia dianggap tertinggal dalam sektor kesehatan dibanding dengan negara-negara lain di Asia Tenggara adalah tingginya angka penyakit menular. Satu dari sekian banyak penyakit menular yang paling 1
32

Home Visit TB Paru

Dec 07, 2015

Download

Documents

Home Visit TB Paru
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Home Visit TB Paru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan

mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat

system kesehatan primer, salah satunya dengan pelayanan Kedokteran Keluarga

yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang holistik, dengan adanya prinsip

utama pelayanan dokter keluarga tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakng

pasien yang menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan

pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat

melakukan pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat

dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peran yang amat

penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan

perawatan pasien di rumah (home care) terhadap pasien yang membutuhkan

(Murti,2010).

Diterapkannya pelayanan Kedokteran Keluarga yang melaksanakan pelayanan

kesehatan holistik pada akhirnya diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah

kesehatan di Indonesia. Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang

menyebabkan Indonesia dianggap tertinggal dalam sektor kesehatan dibanding

dengan negara-negara lain di Asia Tenggara adalah tingginya angka penyakit

menular. Satu dari sekian banyak penyakit menular yang paling mematikan dan

endemik di Indonesia yaitu Tuberkulosis atau TB.

Indonesia merupakan penyumbang penderita TB terbesar ke-3 di dunia setelah

India dan China, serta diperkirakan setiap tahun terjadi 539.000 kasus baru TB

dengan kematian karenaTB sekitar 101.000 orang. Insiden kasus TB BTA positif

sekitar 110 per 100.000 penduduk (Widyaningsih, 2008).

Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa berakibat fatal,

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau

Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini bukan penyakit yang menakutkan

sampai penerita harus dikucilkan, tetapi penyakit kronik ini dapat menyebabkan cacat fisik

atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis terbuka

(Depkes RI, 2007). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kunjungan rumah

1

Page 2: Home Visit TB Paru

mempunyai peran yang cukup besar terhadap keberhasilan pengobatan klien dengan

Tuberkulosis Paru (Aminuddin,2005).

Mengingat pengetahuan mengenai latar belakang pasien merupakan kunci

pokok terwujudnya pelayanan kedokteran menyeluruh dan juga penentu

keberhasilan pelayanan dokter keluarga, maka perlu pemahaman sejak dini bagi

para dokter dan calon dokter untuk dapat memahami serta terampil melakukan

kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Umum :

Setelah mengikuti kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan

mahasiswa dapat memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

diporoleh di fakultas pada masyarakat, dan dapat bekerjasama dengan instansi

kesehatan maupun instansi pemerintahan yang terkait.

2. Khusus :

Setelah mengikuti kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan

mahasiswa dapat memiliki kemampuan:

1. Menjelaskan dasar-dasar kunjungan rumah (home visit) dalam kedokteran

keluarga.

2. Melakukan tahapan-tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah (home

visit) dalam pelayanan kedokteran keluarga.

3. Mencari kausa biopsikososial ekonomi penyakit dalam tahap keluarga.

4. Mempelajari dampak penyakit terhadap keluarga dan komunitas.

5. Memotret fungsi keluarga berjalan

6. Merekomendasikan untuk pasien, keluarga dan komunitas dan memberi

pelayanan kesehatan.

2

Page 3: Home Visit TB Paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kunjungan Rumah (Home Visit)

Secara sedehana, yang dimaksud dengan kunjungan rumah (home visit)

adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal

kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan pasien, sedangkan yang dimaksud dengan perawatan

pasien di rumah (home care) adalah apabila pertolongan kedokteran yang

dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan

rawat jalan (ambulatory services), melainkan dalam kelompok rawat inap

(hospitalization). Ruang lingkup kegiatan pada kunjungan rumah hanya untuk

lebih mengenal kehidupan pasien serta melakukan pertolongan kedokteran yang

bersifat rawat jalan saja, sedangkan pada perawatan pasien di rumah, ruang

lingkup kegiatan tersebut mencakup kegiatan pertolongan kedokteran jiwa

bersifat rawat inap (Murti,2010).

1. Alasan Dilakukan Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam Kedokteran

Keluarga

a. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien

Telah disebutkan bahwa pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan

kedokteran menyeluruh. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kedokteran menyeluruh ini, diperlukan antara lain tersedianya data yang

lengkap tentang keadaan pasien, sedemikian rupa sehingga dapat dikenal

kehidupan pasien secara lebih lengkap.

b. Untuk melakukan pertolongan kedokteran

Telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik pokok pelayanan

dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang berkesinambungan. Untuk

dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini, pelayanan dokter

keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam arti, jika memang diperlukan,

melakukan kunjungan dan atau merawat pasien di rumah pasien.

3

Page 4: Home Visit TB Paru

2. Manfaat Kunjungan dan Perawatan Pasien di Rumah

a. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien

Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti,

karena dengan dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah

tersebut, dokter akan memperoleh banyak keterangan tentang pasien yang

dimaksud.

b. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter -pasien

Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter - pasien

ini adalah juga sebagai hasil dari dilakukannya kunjungan dan atau perawatan

pasien di rumah.

c. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien

Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan pasien

dan dengan makin baiknya hubungan dokter - pasien, berarti sekaligus akan

meningkatkan pula pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan

kesehatan pasien.

d. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien

Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan

kesehatan pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan dokter - pasien yang

baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam meningkatkan kepuasan

pasien (patient satisfaction).

3. Masalah Kunjungan dan Perawatan di Rumah

a. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan

Untuk dapat memberikan pertolongan kedokteran yang lengkap,

diperlukan antara lain peralatan yang lengkap pula. Tentu mudah dipahami

karena peralatan kedokteran lengkap tidak mungkin dibawa pada waktu

kunjungan rumah, menyebabkan pertolongan kedokteran yang dapat

dilakukan akan sangat terbatas sekali.

b. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan

Terjadinya peristiwa yang seperti ini tentu saja tidak diinginkan. Jika

ditinjau dari sudut dokter hanya membuang waktu dan tenaga, yang apabila

4

Page 5: Home Visit TB Paru

berlanjut sampai timbul rasa kesal, dapat membuat hubungan dokter-pasien

menjadi buruk, yang tentu saja akan merugikan pasien sendiri.

c. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan

Maksud dilakukannya kunjungan rumah antara lain adalah untuk

memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Tentu

amat diharapkan dengan pertolongan kedokteran yang dilakukan tersebut

sekaligus dapat ditingkatkan pula kemandirian pasien memelihara

kesehatannya. Sayangnya untuk beberapa pasien atau keluarga tertentu,

kemandirian yang diharapkan ini tidak pernah muncul sehingga pasien atau

keluarga tersebut akhirnya sangat tergantung dengan dokter, yang tentu saja

apabila banyak ditemukan, akan memberatkan pekerjaan dokter..

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Perawatan Pasien di

Rumah

a. Makin mudahnya sistem komunikasi

Faktor pertama yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan

kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin

mudahnya sistem komunikasi, baik berupa mobil pribadi dan atau kendaraan

umum. Akibatnya, apabila kebetulan ada anggota keluarga yang jatuh sakit,

tidak perlu memanggil dokter ke rumah, tetapi dapat langsung membawa si

sakit ke tempat praktek dokter. Di dalam faktor kemudahan sistem

komunikasi ini, termasuk pula penggunaan pesawat telepon yang makin

sering dilakukan. Sehingga pasien untuk penyakit yang sederhana, tidak perlu

memanggil dokter ke rumah, tetapi cukup menghubungi dokter melalui

telepon.

b. Makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran

Akibat kemajuan dalam bidang pencegahan penyakit, jumlah pasien

yang menderita penyakit akut, terutama bayi dan anak, yang sering dipakai

sebagai alasan memanggil dokter ke rumah, mulai berkurang.

c. Penggunaan berbagai alat kedokteran canggih

Faktor ketiga yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan

kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin banyak

dipergunakannya alat kedokteran canggih yang sulit dibawa berpergian.

5

Page 6: Home Visit TB Paru

Sehingga pasien, untuk hasil pertolongan kedokteran yang optimal, lebih

memilih untuk datang langsung berobat ke tempat praktek dokter, bukan

memanggilnya datang ke rumah.

d. Sikap dan perilaku dokter

Faktor keempat yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan

kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena adanya sikap

dan perilaku dokter tertentu yang enggan atau menolak untuk melakukan

kunjungan dan merawat pasien di rumah.

Bersamaan dengan ditemukannya berbagai faktor yang berperan sebagai

penyebab makin berkurangnya pelayanan kunjungan dan pcrawatan pasien di

rumah sebagaimana dikemukakan di atas, ditemukan pula berbagai faktor lainnya

yang berperan sebagai pendorong makin perlu dilakukannya kunjungan dan

perawatan pasien di rumah tersebut. Faktor - faktor pendorong yang

dimaksudkan di sini secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni:

a. Makin meningkatnya usia hidup rata - rata anggota masyarakat

Faktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan yang amat

besar dalam mendorong makin pentingnya pelayanan kunjungan dalam

perawatan pasien di rumah adalah makin meningkatnya usia hidup rata - rata

dari anggota masyarakat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia akan

semakin banyak ditemukan. Keadaan yang seperti ini pasti akan besar

peranannya dalam mengubah sistem pelayanan kedokteran. Sebagai

akibat dari masalah kesehatan penduduk lanjut usia yang bersifat khas,

menyebabkan pelayanan kedokteran telah tidak dapat lagi jika hanya

mengandalkan diri pada pelayanan yang bersifat pasif saja. Untuk hasil

yang optimal dari pelayanan kedokteran orang usia lanjut tersebut

diperlukan pelayanan kedokteran yang lebih aktif, yang antara lain dapat

diwujudkan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.

b. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat map di rumah sakit

Pada saat ini, sebagai pengaruh dari berbagai faktor, termasuk

penggunaan berbagai alat kedokteran canggih, menyebabkan biaya pelayanan

kesehatan, terutama pelayanan rawat inap di rumah sakit, tampak semakin

meningkat.

6

Page 7: Home Visit TB Paru

Dalam keadaan yang seperti ini tidak mengherankan jika banyak

anggota masyarakat mencoba menghindar dari perawatan rumah sakit Atau

kalaupun sempat dirawat, berusaha untuk segera pulang, meskipun sebenaraya

keadaan kesehatan orang tersebut belum sepenuhnya pulih. Untuk dapat tetap

memperoleh pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan, banyak

anggota masyarakat akhimya memang lebih suka memilih perawatan di rumah

saja untuk hasil yang optimal, jelas sangat memerlukan pelayanan kunjungan

dan ataupun perawatan pasien di rumah.

c. Karena desakan program asuransi kesehatan

Pada akhir - akhir ini, sebagai akibat dari makin meningkatnya biaya

kesehatan, banyak pihak mulai mengembangkan program asuransi kesehatan.

Untuk memperkecil risiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan biasanya

tidak memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan (indemnity),

melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan sistem pembiayaan yang

seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi dokter kecuali aktif menyelenggarakan

pelayanan pencegahan penyakit, yang antara lain dapat dilakukan melalui

pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.

5. Tata Cara Kunjungan Pasien Di Rumah

a. Untuk Mengumpulkan Data Tentang Pasien

1) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi

2) Mengatur jadwal kunjungan

3) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan

4) Melakukan pengumpulan data

5) Melakukan pencatatan data

6) Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan

b. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter Keluarga

1) Mempersiapkan jadwal kunjungan

2) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada pasien

3) Mempersiapkan keperluan kunjungan

4) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran

5) Mengisi rekam medis keluarga

6) Menyusun rencana tidak lanjut

7

Page 8: Home Visit TB Paru

c. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatlf Pasien atau Pihak

Keluarga

1) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien

2) Mempersiapkan keperluan kunjungan

3) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran

4) Mengisi rekam medis keluarga

5) Menyusun rcncana tindak lanjut

B. Tuberkulosis

1. Definisi

Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa

berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,

Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini

bukan penyakit yang menakutkan sampai penerita harus dikucilkan, tetapi

penyakit kronik ini dapat menyebabkan cacat fisik atau kematian. Penularan TB

paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis terbuka (Depkes RI, 2007).

2. Penyebab

Mycobacterium tuberculosis.

3. Gambaran Klinis

a) Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk terus

menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

b) Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan

perkembangan penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna kemerahan

karena mengandung darah.

c) Masa inkubasi berkisar antara 4 – 12 minggu.

d) Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam

hari tanpa aktivitas.

e) Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada,

batuk darah, sesak nafas.

8

Page 9: Home Visit TB Paru

f) Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan

(efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan

dalam bentuk efusi pleura.

g) Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke

dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem

pertahanan tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan

berlanjut dan bakteri menjadi dorman.

h) Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung

bronkial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan

penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan

membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada

kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.

4. Diagnosis

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya

kuman TB (BTA) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis.

a) Yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto

rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya

tidak teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan

efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).

b) Minimal 2 kali sputum BTA (+) : didiagnosis sebagai TB paru BTA (+)

c) Bila BTA (+) 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau

pemeriksaan dahak SPS diulang.

d) Upaya pertama dalam Diagnosis TB paru pada anak adalah melakukan uji

Tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah

mendapatkan BCG, ditambah dengan gambaran radiologi dada yang

menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan

limfositisis relatif sudah dapat digunakan untuk membuat diagnosis kerja

TB paru.

5. Penatalaksanaan dan Pencegahan

Terdapat beberapa cara untuk mencegah tuberkulosis:

a) Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang

terdapat di dalam udara.

9

Page 10: Home Visit TB Paru

b) Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko

tinggi tuberkulosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberkulin

positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid

diminum setiap hari selama 6 – 9 bulan.

c) Di negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah

infeksi oleh M. tuberculosis.

6. Pengobatan (DOTS)

Pengobatan TB paru memerlukan panduan antituberkulosis untuk

memperoleh hasil terapi yang baik dan mencegah/memperkecil kemungkinan

timbulnya resistensi.

a) Antibiotik yang paling sering digunakan adalah : isoniazid, rifampisin,

pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid, rifampisin dan

pirazinamid dapat digabungkan dalam 1 kapsul, sehingga mengurangi

jumlah pil yang harus ditelan oleh penderita.

b) Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk

membantu mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan,

dosisnya dikurangi untuk menghindari efek samping yang berbahaya

terhadap mata.

c) Streptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan tuberkulosis,

tetapi harus diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis

tinggi atau pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin

bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan.

d) Panduan obat untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program P2M

adalah sebagai berikut :

1) Panduan obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan

pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan. Cara pemberian :

(a) Tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24

kali pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit.

B6 10 mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali

pengobatan).

(b) Tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama

48 minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH

700 mg, ditambah Vit. B6 10 mg.

10

Page 11: Home Visit TB Paru

2) Panduan obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan

Vit. B6 untuk jangka pengobatan 6 – 9 bulan. Cara pemberian :

(a) Tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24

kali pengobatan) berupa: rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH

400 mg ditambah Vit. B6 10 mg.

(b) Tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama

22 minggu (44 kali pengobatan) berupa: rifampisin 600 mg, INH

700 mg ditambah Vit. B6 10 mg.

(c) Wanita yang dalam pengobatan jangka pendek sebaiknya tidak

menggunakan pil atau suntikan KB karena keampuhan pil dan

suntikan KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan.

(d) Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin menyebabkan warna

merah pada air liur, air mata, dan air seni.

(e) Pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita

hamil dan wanita yang sedang menyusui.

e) Khusus pengobatan TB pada penderita anak diperlukan kerja sama yang

baik dengan orang tua pasien karena angka drop out cukup tinggi.

f) Selama terapi, kemajuan pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah

dan radiologi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati, mengingat

efek rifampisin dan INH terhadap hati.

g) Buku-buku acuan baku hanya menganjurkan pengobatan intensif selama 6

bulan dengan dosis yang lebih kecil. Pengobatan berselang dengan dosis

besar hanya dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada ketidakpatuhan

penderita, atau kesulitan dalam supervisi terapi. Akan tetapi, dengan cara itu

kemungkinan toksisitas lebih besar, terutama terhadap hati masih perlu

diteliti lebih lanjut.

h) Panduan terapi untuk dewasa:

1) Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan

etambutol 25 mg/kg BB, semua ini diberikan selama 2 bulan

2) 4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg.

i)Panduan untuk anak:

1) Rifampisin 10 mg/kgBB/hari, INH 10 mg/kgBB/hari, pirazinamid 15

mg/kgBB/ hari selama 2 bulan pertama

11

Page 12: Home Visit TB Paru

2) Dilanjutkan dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama

4 bulan berikutnya.

BAB III

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kelompok B9 melaksanakan kegiatan Field Lab dengan topik Ketrampilan

Kedokteran Keluarga Kunjungan Pasien di Rumah di wilayah kerja Puskesmas

Wonogiri I. Pelaksanaan Field Lab ini diadakan dalam tiga hari, yakni tanggal 7, 11

dan 18 Oktober 2010. Adapun kegiatan pokok yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

A. Persiapan dan Pembekalan di Fakultas

Sebelum kegiatan Field Lab di lapangan, pihak IKM ( Ilmu Kesehatan

Masyarakat) memberikan kuliah sebagai bekal awal, sehingga mahasiswa

memiliki pengetahuan serta gambaran yang cukup tentang apa yang akan

dilakukan pada pelaksanan Field Lab di lapangan nantinya. Sebelum pemberian

kuliah, terlebih dahulu dilakukan pretest dengan maksud memacu mahasiswa

untuk belajar topik yang bersangkutan, selain itu mahasiswa juga dituntut untuk

membuat buku rencana kerja yang nantinya akan dikumpulkan dan ditanda

tangani oleh pihak Puskesmas, tujuan dari pembuatan buku rencana kerja ini juga

sama, yakni memacu mahasiswa untuk membaca dan mempelajari buku panduan

yang telah dibagikan oleh pihak fakultas.

B. Field Lab Hari Pertama

Kegiatan Field Lab kali ini, kelompok XIX mendapat kesempatan untuk

melaksanakan Field Lab topik Ketrampilan Kedokteran Keluarga Kunjungan

Pasien di Rumah di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri I.

Kunjungan pertama, tanggal 7 Oktober kami berkesempatan untuk

beramah tamah dan memperkenalkan diri dengan pihak Puskesmas, setelah itu

dr. Hananto Sulistyo selaku Kepala Puskesmas mempersilahkan kami untuk

menemui dr. Indri, serta Ibu Idayu selaku Promkes Penyuluhan Kesehatan.

Hari pertama Field Lab ini kami gunakan untuk berdiskusi dan

merencanakan kegiatan berupa kunjungan pasien di rumah (home visit) yang

akan kami lakukan pada pertemuan selanjutnya, serta pengarahan dari pihak

12

Page 13: Home Visit TB Paru

Puskesmas. Kegiatan berupa diskusi, pengarahan, serta perencanaan tersebut

kami lakukan di Aula Puskesmas yang berlokasi di lantai dua Puskesmas

Wonogiri I, pada diskusi dan pengarahan tersebut kami diminta untuk membagi

kelompok kami menjadi 3 subkelompok, subkelompok pertama bertugas untuk

melakukan home visit di wilayah Buluhsulur dengan kasus hipertensi,

subkelompok kedua bertugas untuk melakukan home visit di wilayah Wonoboyo

dengan kasus stroke, sedangkan subkelompok ketiga bertugas melakukan home

visit di wilayah Pokoh Kidul dengan kasus TBC. Selaku instruktur, dr. Indri

berpesan kepada kami agar dalam penyuluhan nanti kita dapat mengedepankan

aspek kesopanan dalam mewawancarai atau menggali informasi dari pasien,

sedangkan Ibu Idayu berpesan agar nantinya dalam penulisan laporan, kami

memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang benar. Saya mendapat tugas untuk

melakukan kegiatan home visit di wilayah Pokoh Kidul dengan kasus TBC.

Setelah melakukan diskusi akhirnya kami dan pihak Puskesmas sepakat

melakukan survey lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi daerah

tempat kami akan melakukan kunjungan rumah sekaligus berkenalan dengan

binwil yang membawahi daerah tersebut.

C. Field Lab Hari Kedua

Kunjungan kedua, yakni pada tanggal 11 Oktober 2010, kelompok kami

diberi kesempatan untuk melakukan kunjungan rumah di wilayah Pokoh Kidul,

Wonogiri. Setelah persiapan dan pengarahan di Puskesmas selesai, kami

didampingi petugas dari Puskesmas serta binwil wilayah pokoh kidul yakni ibu

Imelda melakukan kunjungan rumah pada pasien penderita TB. Sebelum

melakukan wawancara, petugas dari Puskesmas bersama Ibu Imelda

memperkenalkan kami terlebih dahulu kepada penghuni rumah serta menjelaskan

maksud dan tujuan dari pelaksanan kunjungan rumah tersebut.

Wawancara dilakukan dengan bantuan formulir yang sudah dipersiapkan

pihak fakultas, sehingga diharapkan kami memperoleh semua informasi yang

penting dan tidak ada satupun informasi yang terlewatkan, selain formulir dari

pihak fakultas, kami juga dibantu oleh petugas pendamping dari Puskesmas

dalam menggali informasi yang mengarah pada diagnosis pasien.

13

Page 14: Home Visit TB Paru

Setelah wawancara selesai, kami memohon ijin untuk menggambar denah

rumah serta mendokumentasikan keadaan lingkungan rumah tersebut. Setelah

semua kegiatan selesai, kami mengucapkan terima kasih kepada para penghuni

rumah serta memberikan bingkisan sebagai bentuk tanda terima kasih, kemudian

kami kembali ke Puskesmas untuk mengucapkan terima kasih dan berpamitan

dengan pihak Puskesmas.

D. Field Lab Hari Ketiga

Kunjungan ketiga Field Lab, yakni tanggal 18 Oktober 2010, kelompok

kami diberi kesempatan untuk melakukan evaluasi dan presentasi mengenai apa

saja yang telah kami kerjakan selama Field Lab kali. Presentasi dilakukan di

Aula Puskesmas Wonogiri I dan dihadiri oleh tujuh Ketua Pokja serta petugas

kesehatan Puskesmas Wonogiri I.

14

Page 15: Home Visit TB Paru

BAB IV

PEMBAHASAN

Kegiatan Field Lab dengan topik Ketrampilan Kedokteran Keluarga Kunjungan

Pasien di Rumah di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri I berjalan lancar. Sambutan

penghuni rumah pada waktu dilakukan kunjungan rumah tersebut sangat baik, sehingga

mahasiswa mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara secara menyeluruh

dalam rangka mengggali informasi penting serta melihat kondisi lingkungan rumah pada

waktu kunjungan rumah tersebut. Mahasiswa juga dapat berlatih mengisi formulir

wawancara dari pihak fakultas serta menerapkan teori yang sudah didapatkan di kampus.

Pada waktu melakukan kunjungan rumah, penulis melakukan anamnesis dalam

rangka mendapatkan data atau informasi mengenai pasien. Data tersebut antara lain

sebagai berikut :

a) Nama pasien : Marsudiyanto

b) Nama Kepala Keluarga : Kamino

c) Umur : 31 tahun

d) Pendidikan : Tamat SD

e) Pekerjaan : sopir angkot/ truk

f) Penghasilan perbulan : Rp 840.000,-

g) Jenis Kelamin : Laki-laki

h) Alamat : Naraga, Pokoh Kidul RT01 RW07, Wonogiri

i) Riwayat penyakit sekarang : TB (dalam masa pengobatan tahap lanjutan)

j) Riwayat penyakit terdahulu : Tifus

k) Hubungan dengan keluarga : Baik

l) Hubungan dengan masyarakat : Baik

m)Informasi lain : Perokok aktif(6 batang perhari) /putih dan kretek

n) Kondisi rumah : a) Dinding : kayu

b) Lantai : semen

c) Pencahayaan : kurang

d) Ventilasi : kurang

15

Page 16: Home Visit TB Paru

o) Sumber air : Sumur

p) Pembuangan sampah : Dibakar

q) Asuransi : Jamkesmas

Berdasarkan informasi yang didapat dari pasien serta kartu pencatatan untuk

pasien TB, diperoleh data bahwa saat ini pasien sedang menjalankan tahap pengobatan

lanjutan TB karena pada pemeriksaan dahak terakhir didapatkan BTA (-) atau telah

mengalami konversi. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk

membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Sumber penularan bakteri Mikobakterium tuberkulosa diperkirakan berhubungan

dengan lingkungan kerja, lingkungan kerja sebagai seorang sopir truk atau angkot

memungkinkan pasien kontak dengan banyak orang yang status kesehatannya belum

jelas, kemungkinan sumber penularan lain yakni dari keluarga maupun lingkungan dapat

dieliminasi karena baik keluarga maupun tetangga terdekat tidak ada yang menderita

TB. Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, dan pada

anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini bila

sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak

(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar

melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat

menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran

pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh

yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan

segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui

serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini akan berusaha dihambat melalui

pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme

pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan

bakteri TB akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang

sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

16

Page 17: Home Visit TB Paru

Gambar 1. Penyebaran Bakteri TBC

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap

dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan

tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel

bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-

paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang

yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan

tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TB.

Saran yang dapat kita berikan kepada pasien kunjungan rumah adalah agar

meneruskan pengobatan yang telah dijalani dengan tuntas serta selalu menjaga pola

hidup bersih dan sehat, karena berdasarkan data wawancara serta pengamatan langsung

di lapangan, lingkungan tempat tinggal maupun pola hidup pasien tersebut mendukung

untuk terjadinya penyebaran penyakit, hal ini dibuktikan dengan riwayat pasien yang

juga pernah menderita penyakit tifus. Demam Tifoid atau tifus abdominalis adalah suatu

infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang ditularkan melalui makanan

yang tercemar oleh tinja dan urine penderita.

17

Page 18: Home Visit TB Paru

Secara umum pelaksanaan Field Lab di Puskesmas Wonogiri I sudah berjalan

lancar. Sambutan dan bantuan dari pihak puskesmas sangat baik. Semoga ilmu yang

telah didapat dapat berguna dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Umum:

a. Program Kunjungan Pasien di Rumah ( Home Visit) serta Perawatan pasien

di Rumah (Home Care) adalah program pelayanan kedokteran keluarga yang

termasuk dalam sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care)

berbasis pada keluarga atau Family Oriented Medical Education (FOME)

dan merupakan kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan mencapai

Millenium Development Goals (MDGs) 2015.

b. Program Kunjungan Pasien di Rumah ( Home Visit) serta Perawatan pasien

di Rumah (Home Care) di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi

pelaksanaannya.

2. Khusus :

Pelaksanaan kegiatan Field Lab dengan topik Ketrampilan Kedokteran

Keluarga Kunjungan Pasien di Rumah yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa

berjalan dengan lancar berkat bantuan dari berbagai pihak, meliputi pihak

Puskesmas Wonogiri I, pihak binwil Pokoh Kidul, dan Tim Field Lab Fakultas

Kedokteran UNS.

B. Saran

1. Kendala dalam Pelayanan Program Kunjungan Pasien di Rumah (Home Visit)

serta Perawatan Pasien di Rumah (Home Care) dapat diminimalisir dengan cara:

a. Dokter dapat mengumpulkan data selengkapnya tentang keadaan pasien

sebelum melakukan kunjungan rumah. Dengan lengkapnya keterangan

tersebut, di satu pihak dokter dapat mempersiapkan diri sebelum

berkunjung ke rumah, serta di pihak lain, dapat secara bijaksana menolak

melakukan kunjungan, jika memang keadaan penyakit pasien tidak

memerlukannya.

18

Page 19: Home Visit TB Paru

b. Melakukan pendidikan kesehatan tentang hak dan kewajiban pasien

terhadap diri dan atau penyakitnya sendiri, pada setiap kali berkomunikasi

dengan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2005. Hubungan Home Visit Perawat Terhadap Keteraturan Minum Obat

Klien TB Peru di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi‐Kassi. Skripsi. FK UNHAS.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI, pp:

234-237.

Murti M., Hanim D., Lestari A., Poncorini E. 2010. Ketrampilan Kedokteran Keluarga

Kunjungan Pasien di Rumah (MTBS). Surakarta : Sebelas Maret University

Press.

Widyaningsih V. 2008. Ketrampilan Pengendalian Penyakit Menular Tubercolusis.

Surakarta : Sebelas Maret University Press.

19

Page 20: Home Visit TB Paru

LAMPIRAN

Gambar 2. Denah Rumah Saudara Marsudiyanto

20

Page 21: Home Visit TB Paru

Gambar 3. Genogram Keluarga Saudara Marsudiyanto

Ket: 1. Ibu Wagiyem (80 th)2. Bapak Kamino (*) (65 th) , pendidikan SR , pekerjaan bertani3. Ibu Tunem (*) (65 th) , pendidikan SR4. Bapak Yadi (*) (37 th) , pekerjaan bertani5. Ibu Mariyam (*) (35 th) , pendidikan SD6. Mas Marsudiyanto (*) (31 th) , pendidikan SD, pekerjaan angkot/ truk7. Bapak Wardi (30 th) , pendidikan SD, merantau8. Ibu Krismi (29 th) 9. Ibu Lasmini (25 th) , pendidikan SMP, merantau10. Bapak Gito (27th)11.Seri (*) (4th)12.Trisna (1 th)13. Sadan (10 th)

(*) : tinggal satu rumah

21