Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan kurang gizi pada bayi dan balita disebabkan karena kebiasaan pola pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat, ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan pada bayi serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009) Prevalensi sangat kurus pada anak balita secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5.3%, meskipun terdapat penurunandibandingkan tahun 2010 (6,0%) dan tahun 2007 (6,2%). Prevalensi kurus sebesar 6.8%juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3% (tahun 2010) dan 7,4%(tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus menurun tetapi masih ditemukan prevalensi balita kurus dan sangat kurus sebesar 12,1 % pada tahun 2013(Depkes, 2013). Berdasarkan hasil pemantauan status gizi balita tahun 2012 di Jawa Tengah, Balita Gizi Buruk tahun 2012 berjumlah 1.131 (0.06%) menurun apabila dibandingkan tahun 2011
40

Home Visit

Jul 13, 2016

Download

Documents

IPutu Yogi S

jjj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Home Visit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan kurang gizi pada bayi dan balita disebabkan karena

kebiasaan pola pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat,

ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan pada bayi serta adanya

kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung

menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,

khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

Prevalensi sangat kurus pada anak balita secara nasional tahun 2013

masih cukup tinggi yaitu 5.3%, meskipun terdapat

penurunandibandingkan tahun 2010 (6,0%) dan tahun 2007 (6,2%).

Prevalensi kurus sebesar 6.8%juga menunjukkan adanya penurunan dari

7,3% (tahun 2010) dan 7,4%(tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi

anak balita kurus dan sangat kurus menurun tetapi masih ditemukan

prevalensi balita kurus dan sangat kurus sebesar 12,1 % pada tahun

2013(Depkes, 2013). Berdasarkan hasil pemantauan status gizi balita

tahun 2012 di Jawa Tengah, Balita Gizi Buruk tahun 2012 berjumlah

1.131 (0.06%) menurun apabila dibandingkan tahun 2011 sejumlah 3.187

(0,10%) (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012).

UNICEF(United Nation Childen’s Fund) dan WHO (World Health

Organization) membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif

selama 6 bulan kepada bayi, sesudah usia6 bulan bayi baru dapat

diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap

memberikan ASI sampai 2anak berumur minimal 2 tahun. Pemerintah

Indonesiamelalui kementerian kesehatan juga merekomendasikan para

ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayi (Depkes,

2013).Program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan

mutu MP-ASI. Selama ini sudah dilakukan pemberian MP -ASI kepada

bayi dan anak dari keluarga miskin, secara umum terdapat dua jenis MP-

Page 2: Home Visit

ASI yaitu hasil pengolahan pabrik dan yang diolah di rumah tangga

(Depkes, 2013).

Berdasarkan Survai Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)2012

yang mengumpulkan data tentang pemberian makanan pada bayi untuk

semua anak terakhir yang dilahirkan ibu dalamkurun waktu dua tahun

sebelum survey bahwa hanya 27 %bayi umur 4-5 bulan mendapat ASI

ekslusif (tanpa tambahan makanan atau minuman lain selain ASi)8

%bayi pada umur yang sama diberi susu lain dan 8 %diberi air putih.

Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4-5 bulan dalam SDKI

2012 lebih tinggi dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 (masing-masing

27 %dan 17 %).

Status gizi adalah salah satu indikator kesehatan yang penting dalam

penilaian statuskesehatan masyarakat untuk mencapai status gizi yang

baik tidak mudah, ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi status

gizi sepertiekonomi, pengetahuan orang tuadan sosial budaya (Almatsier,

2001).

Makanan pendamping ASI disesuaikan dengan perkembangan dan

pertumbuhan bayi menurut umur bayi apabila pemberian makanan

tambahan diberikan kurang dari 6 bulan mengakibatkan dampak negatif

terhadap kesehatan bayi seperti penurunan berat badan balita, bayi

menjadi mudah terkena penyakit pada saluran pencernaan seperti bayi

mudah diare bahkan dapat meningkatkan angka kematian bayi (Istiany,

2013). Tingkat pendidikan ibu menjadi salah satu indikator untuk

mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu, semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu maka semakin mudah bagi ibu untuk memahami

informasi giziyang didapatkan dibandingkan dengan ibu yang

berpendidikan rendah (Notoadmojo, 2007).

Pengetahuan akan menentukan prilaku seseorang, secara rasional

seorang ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentu akan berfikir lebih

dalam bertindak, dia akan memperhatikan akibat yang akan diterima bila

dia bertindak sembarangan, dalam menjaga kesehatan bayinya terutama

dalam pemberian makanan pendamping ASI yang tepat seorang ibu

Page 3: Home Visit

dituntut memiliki pengetahuan yang tinggi sehingga pemberian makanan

pendamping ASI terlalu dini dapat dicegah(Notoadmojo, 2007).

Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor

yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan terdapat

hubungan yang erat antara pendapatan yang meningkat untukperbaikan

kesehatan dan masalahkeluarga yang berkaitan dengan keadaan gizi

(Suharjo, 2003).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatasmaka rumusan masalahnya sebagai

berikut: yaitu, apakah terdapat hubungan antara kondisi pasien yang

menderita Gizi kurang dengan pengaruh pengetahuan, lingkungan sosial

ekonomi ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kondisi pasien yang menderita

gizi kurang dengan pengaruh dari lingkungan sosial dan ekonomi,

pelayanan kesehatan yang tersedia, dan lingkungan

2. Tujuan Khusus

Untuk mengdentifikasi pasien sesuai yang ditetapkan pada

Puskesmas.

Untuk mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui

APGAR.

Untuk mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui

SCREEM.

Untuk mengidentifikasi faktor keturuna pasien melalui Genogram

Untuk mengindentifikasi faktor pelayanan kesehatan yang tersedia

Untuk mengidentifikasi perilaku pasien sebagai penderita gizi

kurang.

Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial-ekonomi,

dsb.)

D. Manfaat

Page 4: Home Visit

1. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya

Dapat meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dan

keluarganya

Dapat meningkatkan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pada

pasien.

Dapat meningkatkan kepuasan pasien untuk mendapat pelayanan

semaksimal mungkin.

2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan

Memudahkan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan program

pelayanan dalam fokus layanan primer

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan

pendekatan secara komunitas.

3. Manfaat bagi Puskesmas

Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas khususnya dalam fokus

terpadu pada pasien

Membantu Kinerja puskesmas dalam capaian program upaya

program pemberantasan penyakit menular khususnya Pada

penyakit gizi kurang.

Page 5: Home Visit

BAB II

HASIL KUNJUNGAN

A. Identifikasi pasien

1. Identitas Pasien

Nama :An. M.D

Umur :2 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Pekerjaan :Belum bekerja

Pendidikan :Belum Sekolah

Agama :Islam

Alamat :Prasung Tambak RT.10 RW.04

Suku :Jawa

Tanggal periksa :31 Maret 2016

2. Anamnesa

a. Keluhan Utama : Kurus

b. Riwayat Penyakit Sekarang : ibu pasien mengeluh pasien berat

badan naik sejak setelah pasien opname di RS H karena demam

tinggi dan diare saat itu pasien berumur 3 bulan, sampai sekarang

pasien rutin timbang berat badan di posyandu setiap 1 bulan sekali,

dan tiap 10 hari pasien kontrol ke puskesmas untuk di pantau

kenaikan berat badannya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pernah MRS di RS H saat umur 3 bulan dikarenakan panas

tinggi disertai batuk

Riwayat Imunisasi : lengkap

Page 6: Home Visit

Riwayat alergi : sering gatal-gatal di sekitar tubuh

pasien

d. Riwayat Obat

Pasien minum obat dari puskesmas jika terserang penyakit

seperti gatal, diare, dan pasien mendapat susu dan vitamin dari

puskesmas tiap 10 hari sekali

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga dengan penyakit serupa : Disangkal

Riwayat hipertensi : Disangkal

Riwayat sakit gula : Disangkal

f. Riwayat kehamilan ibu :

Ibu pasien hamil saat usia 42 tahun, melahirkan di RS dengan cara

SC akibat persalinan lama, BBL : 2500 gram

g. Riwayat Kebiasaan

Riwayat olah raga : pasien termasuk anak yang

aktif

h. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah anak ke pertama dari Tn H, dimana anak hasil

dari pernikahan kedua Ny S ibu pasien, ayah An D adalah seorang

kuli batu, setiap harinya digaji 80.000 jadi sebulan gaji ayah pasien

± 240.000,00. Gaji yang diperoleh digunakan untuk biaya sekolah

anak dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari,

sehingga ayah pasien dan keluarga harus sering mengirit.

Kondisi tempat tinggal pasien termasuk tidak sehat. Pasien

tinggal sekamar dengan ibu, ayah dan kakaknya, dengan

menggunakan tempat tidur berukuran 120 cm. Ventilasi di kamar

pasien tergolong kurang. Hanya ada satu jendela dibagian samping

Page 7: Home Visit

dengan ukuran 1 meter x 0,5 meter. Terdapat 1 kamar mandi di

belakang ruang tamu, kondisi kamar mandi pasien kurang rapi.

Terdapat satu kamar lagi yang digunakan dapur oleh ibu pasien.

i. Riwayat Gizi.

Pasien sehari-hari rutin makan 3 kali sehari. Pasien biasanya

mengonsumsi makanan dengan porsi cukup dengan nasi, lauk pauk

seperti tahu, tempe, kerupuk dan sayuran seperti sayur bayam, sup

dan sayur lodeh. Lauk yang dimakan biasanya dengan cara

digoreng. Pasien jarang mengkonsumsi buah.

Gizi pasien termasuk sangat kurus, pasien teratur timbang ke

posyandu setiap 1 bulan sekali dan setiap 10 hari sekali pasien ke

puskesmas untuk kontrol dan mendapat susu dan vitamin

tambahan.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6),

status gizi sangat kurus.

b. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda VitalNadi : 84 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu : 36,5 oC

Tensi : 100/80 mmHg

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 8,3 kg

TB : 73 cm

IMT = BB = 8,3 = 19,53

(TB)2 (0,73) 2

BMI 18,5 – 23,9 = Normal

Page 8: Home Visit

BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)

BMI ≥27 = Obesitas

Status gizi gizi kurang

c. Kulit

Warna : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk simetris, tidak ada luka, rambut tidak mudah

dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula

(-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

d. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),

reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

e. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung

(-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

f. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-),

tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

g. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),

cuping telinga dalam batas normal

h. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

i. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid

(-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

j. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

Page 9: Home Visit

-Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas :SIC II LPSD

batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)

-Pulmo : (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

whezing (-/-)

k. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada

P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

A : peristaltik (+) normal

l. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

Page 10: Home Visit

m. Ektremitas: palmar eritema(-/-) hiperemi pada jari (-)

akral hangat (+/+)

n. Sistem genetalia: dalam batas normal

o. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

p. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk :realistik

isi :waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus :koheren

Insight : baik

4. Diagnosis

Anak dengan gizi kurang

B. APGAR SCORE

1. ADAPTATION

Pasien belum dapat dilibatkan dalam memecahkan masalah dalam

keluarga berhubung usia pasien masih terlalu kecil untuk tahu masalah

di dalam keluarganya.

Page 11: Home Visit

Orang tua pasien selalu memberikan motivasi dan dukungan pada

pasien terutama ketika pasien sakit dan harus mendapat pengobatan

teratur seperti setiap 10 hari harus pergi ke puskesmas untuk

memantau berat badan pasien. Akan tetapi sejauh ini penyakit pasien

tidak terlalu mengganggu orang tua pasien.

2. PARTNERSHIP

An. D adalah anak kedua dari Tn H, sehingga kesembuhan An. D

sangatlah penting untuk keluarga. Setiap masalah yang dihadapi oleh

keluarga pasien tidak selalu di diskusikan oleh orang tua pasien untuk

mencari penyelesaian dari masalah tersebut.

3. GROWTH

Walaupun An D sedang sakit tapi orang tua pasien mengaku tidak

terlalu mengganggu keaktifan pasien, pasien masih bisa aktif bermain

dengan sekelilingnya, pasien masih belajar untuk berbicara hanya beberapa

kata yang baru di katakan pasien seperti bapak.

4. AFFECTION

Hubungan kasih sayang antara pasien dan keluarganya terbilang cukup

baik, walau pun dalam keadaan sakit pasien tetap mendapat perhatian penuh

oleh keluarganya.

5. RESOLVE

An. D masih dapat sering menghabiskan waktu bersama keluarganya

terutama ibu pasien yang selalu mearawat pasien di rumah dan ke

puskesmas.

APGAR Tn. MT Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Page 12: Home Visit

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

APGAR Ny. S Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin 10 keluarga dalam keadaaan baik

Page 13: Home Visit

A i

Total poin APGAR keseluruhan dari keluarga Tn.A adalah 19, sehingga

rata-rata APGAR dari keluarga adalah 9,5 yang menunjukkan hubungan

keluarga pasien dalam keadaan baik.

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

SosialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga, walaupun pasien masih balita belum mengerti baik dan buruk, dan belum lancar dalam berbicara.

-

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan.Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan santun

-

Religius Pasien menganut Agama Islam, pasien dan keluarganya mengaku taat dalam menjalankan Sholat .

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah kebawah, tapi semua kebutuhan primer keluarga masih dapat dipenuhi dengan mengirit sehingga kebutuhan nutrisi pasien kadang belum terpenuhi

-

Edukasi Tingkat pendidikan keluarga kurang, -

Medical Jika salah satu dari anggota keluarga sakit biasanya mereka pergi kepuskesmas. Keluarga jarang pergi ke praktek umum, akan tetapi sejauh ini hanya pasien saja yang pernah berobat ke puskesmas, anggota keluarga lain belum pernah sakit sampai harus ke puskesmas.

-

D. Genogram

Alamat lengakap : Desa Prasung Tambak RT 10/RW 04

Bentuk keluarga : Nuclear family

Diagram 1. Genogram Keluarga An. M.D

Page 14: Home Visit

Keterangan :

A : Ayah pasien

I : Ibu pasien

I : anak pertama beda ayah ikut dengan pamannya

Ii : anak kedua beda ayah

III : pasien

E. Faktor Pelayanan Kesehatan

Menurut ibu pasien, rumah pasien pernah mendapat penyuluhan

tentang gizi seimbang berupa makanan tambahan untuk balita, dan cara

konsumsi makanan yang baik

F. Perilaku pasien

1. Faktor Perilaku Keluarga

Yang dimaksud dengan sehat oleh keluarga ini adalah terhindar

dari penyakit. Keluarga ini sangat mengetahui bahwa kesehatan sangat

lah penting, dengan tubuh yang sehat mereka dapat melakukan

aktifitas dan pekerjaan secara optimal. Cara menjaga kesehatan

menurut keluarga ini adalah dengan makan-makanan yang sehat dan

bersih, istirahat yang cukup. Walau pun makanan keluarga ini

terbilang sederhana tapi keluarga ini berusaha memasak sendiri agar

tidak membeli makanan sembarangan. Tapi sayangnya keluarga ini

tinggal di daerah padat rumah, sehingga udara yang masuk kurang dan

atap rumah pasien yang terbuat dari asbes jika siang rumah menjadi

Page 15: Home Visit

sangat panas dan gerah, terkadang ibu pasien membawa pasien ke

rumah tetangganya karena di rumah sangat panas.

Di rumah yang mereka tempati terdapat ruang tamu, satu kamar

tidur, satu ruangan untuk dapur, dan satu kamar mandi. Bila mereka

ingin mandi atau pun BAB mereka harus menggunakan air tandon

yang diambil dari sumur, jika musim panas mereka harus ikut mandi

di rumah tetangga karena air sumur surut.

2. Faktor Non Perilaku

Dilihat dari segi ekonomi keluarga ini termasuk menengah

kebawah, terlebih kondisi rumah yang kurang sehat. Dimana kamar

tidur yang sempit untuk ditempati empat orang, ventilasi yang kurang,

dan kamar mandi yang kurang bersih. Walau pun keluarga ini sangat

tau arti nya kesehatan tapi jika tidak didukung dengan fasilitas yang

memadai maka kesehatan itu sendiri mungkin tidak dapat tercapai

dengan sempurna.

G. Faktor Lingkungan Pasien

1. Gambaran Lingkungan

Pasien dan keluarga tinggal di sebuiah rumah yang memiliki ukuran

8 meter x 8 meter. Rumah ini memiliki ruang tamu, satu kamar tidur,

sebuah kamar mandi dan ruangan untuk dapur. Ventilasi disetiap kamar

sangat minim, hanya ada satu jendela yang berukuran 1 meter x 0,5

meter. Lantai tersusun dari lantai keramik dan atap rumah tersusun dari

asbes sehingga pada siang hari tersa sangat panas di dalam rumah.

Depan, belakang, samping kanan kiri rumah pasien adalah rumah

tetangga pasien, jika ingin ke rumah pasien kendaraan di taruh di depan

gang rumah pasien jaraknya kira-kira 1 meter. Jika ingin mandi pasien

bisanya menggunakan air tandon yang diambil dari sumur. Kebersihan

rumah pasien sangat kurang bersih.

2. Denah Rumah

Page 16: Home Visit

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

An. D GIZI KURANG

Faktor Pelayanan Kesehatan:

Edukasi kurang mengenai gizi seimbang

Faktor Lingkungan:

Sosial Ekonomi bawah.

Lingkungan rumah yang padat dan kurang bersih

Faktor Genetik : (-)

Faktor Perilaku: Ibu belum

menerapkan penuh tentang MP-ASI dan gizi seimbang

Page 17: Home Visit

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Permasalahan yang ditemukan

1. Masalah aktif :

a. Gizi kuang

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat

yang tidak dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta

menghasilkan energi. (Proverawati, 2009)

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan

atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang

berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif

bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi

pada anak usia kurang dari 5 tahun. (Afriyanto, 2010)

Gangguan kesehatan yang disebabkan kekurangan dan

ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan dan

protein. (Rahardjo, 2012)

Penyelesaian :

Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara

terpadu antar departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-

upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi

dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi,

pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi

hasil pertanian dan teknologi hasil pangan. Semua upaya ini

bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan

masyarakat yang beraneka ragam dan seimbang dalam mutu gizi.

(Almatsier, 2009)

Upaya penanggulangan masalah gizi kurang antara lain :

a)    Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional

Page 18: Home Visit

b)    Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga

c)    Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan

d)    Peningkatan upaya keamanan panganan dan gizi

e)    Peningkatan komuikasi, informasi dan edukasi dibidang

pangan dan gizi masyarakat

f)     Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan

berbagai produk pangan yang bermutu

g)    Pemberian makanan tambahan (PMT)

h)   Peningkatan kesehatan lingkungan

2. Faktor resiko :

a. Edukasi kurang mengenai gizi seimbang

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang

mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip

keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,

kebersihan, dan berat badan (BB) ideal (Koalisi Fortifikasi

Indonesia, 2011).

Bahan makanan yang dikonsumsi anak sejak usia dini

merupakan fondasipenting bagi kesehatan dan kesejahteraannya

di masa depan. Dengan kata lain,kualitas sumber daya manusia

(SDM) hanya akan optimal, jika gizi dan kesehatanpada

beberapa tahun kehidupannya di masa balita baik dan seimbang.

SDMberkualitas inilah yang akan mendukung keberhasilan

pembangunan nasional disuatu negeri.

Penyelesaian :

Menurut Koalisi Fortifikasi Indonesia dalam Wahyuningsih

2011, PGS memperhatikan 4 prinsip, yaitu:

a) Variasi makanan;

b) Pedoman pola hidup sehat;

c) Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga;

d) Memantau berat badan ideal.

Page 19: Home Visit

Prinsip Gizi Seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi

disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan,

serta aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu diperhatikan variasi

jenis makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi seimbang

ternbagi atas tiga kelompok, yaitu:

a) Sumber energi/tenaga: Padi-padian, umbi-umbian, tepung-

tepungan, sagu, jagung, dan lain-lain.

b) Sumber zat Pengatur: Sayur dan buah-buahan

c) Sumber zat pembangun: Ikan, ayam, telur, daging, susu,

kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu,

oncom,susu kedelai (Candra, 2013)

b. Ibu belum menerapkan penuh tentang MP-ASI dan gizi

seimbang

Penyelesaian :

c. Sosial Ekonomi bawah.

Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk di

sejumlah wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang

tua akan pentingnya gizi seimbang bagi anak balita yang pada

umumnya disebabkan pendidikan orang tua yang rendah serta

faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh

terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya

tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial

ekonomi yaitu kemiskinan. Faktor karakteristik keluarga yang

menjadi pertimbangan dan dapat mempengaruhi hasil adalah

pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan ibu. (Rahardjo,

2012)

Penyelesaian :

Memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mendapatkan gizi

seimbang walaupun dengan pendapatan yang minim.

Page 20: Home Visit

d. Lingkungan rumah yang padat dan kurang bersih

Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh

ketidak seimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi

oleh penyakit infeksi. Masalah kesehatan lingkungan merupakan

determinan penting dalam bidang kesehatan. Kesehatan

lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku

hidup bersih dan sehat akan mengurangi resiko kejadian

penyakit infeksi. Sebaliknya,lingkungan yang buruk seperti air

minum tidak bersih, tidak ada saluran penampungan air limbah,

tidak menggunakan kloset yang baik dapat menyebabkan

penyebaran penyakit. Infeksi dapat20 menyebabkan kurangnya

nafsu makan sehingga menyebabkan asupan makanan menjadi

rendah dan akhirnya menyebabkan kurang gizi

Penyelesaian :

Memberikan edukasi mengenai kebersihan lingkungan yang

berpengaruh terhadap sumber penyakit, selalu membersihkan

lingkungan rumah setiap hari, menjaga kebersihan makanan,

penyimpanan samapi penyajian makanan.

B. Intervensi dalam bentuk Giant Charrt

Tabel Prioritas Jalan Keluar

No Masalah Efektivitas Efesiensi HasilM I V C P = MxIxV

C1 Edukasi kurang

mengenai gizi

seimbang

5 4 4 3 26,7

2 Ibu belum

menerapkan penuh

tentang MP-ASI

5 4 3 3 20

Page 21: Home Visit

dan gizi seimbang

3 Sosial ekonomi

rendah

3 3 4 5 7,2

4 Lingkungan rumah

yang padat dan

kurang bersih

5 3 4 3 20

Keterangan :

P : Prioritas jalan keluar

M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)

I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah

V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, biaya yanga diperlukan

Page 22: Home Visit

Rencana Kegiatan Pembuatan Edukasi kurang mengenai gizi seimbang

No. Kegiatan Sasaran Target Volume Kegiatan

Rincian Kegiatan Lokasi Pelaksanaan

Tenaga Pelaksanaan

Jadwal Kebutuhan Pelaksanaan.

1 Pembentukan Tim

Kader puskesmas

Terbentuk kader

2 kali seminggu 1. Memilih kader

puskesmas Tenaga puskesmas khusunya program gizi

Selasa dan jumat

1. Konsumsi2. Alat tulis3. laptop

2 Penyusunan Kader dan tenaga puskesmas

Terbentuk rencana program edukasi

2 kali seminggu

1. melatih kader tentang edukasi gizi seimbang

2. memberikan materi mengenai gizi seimbang

puskesmas Kader yang terpilih

Selasa dan jumat

1. laptop2. lcd3. konsumsi4. alat tulis

3 Pelaksanaan kader Terlaksana program edukasi gizi seimbang kepada ibu dengan anak balita

Sebulan 2 kali

1. melakukan kunjungan ke rumah-rumah

2. mempromosikan lewat posyandu dll

3. melakukan penimbangan BB, TB pada

Posyandu, puskesmas, rumah warga, balai desa

kader Minggu pertama dan ketiga

1. timbangan, pengukur tinggi badan

2. konsumsi3. alat tulis4. lcd5. laptop

Page 23: Home Visit

balita4. mengajarkan

cara mengelola makanan yang memenuhi gizi seimbang dengan keuangan yang minim

5. mengajarkan cara menyimpan makanan yang baik

6. mix

4 Evaluasi Kader 1. Penurunan angka balita gizi kurang

2. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang

3. Ibu-ibu dapat

Sebulan sekali

1. Pengumpulan laporan balita dengan gizi baik, kurang, dan rendah

2. Mencari kendala dalam melaksanakan program edukasi

Puskesmas Kader dan tenaga puskesmas

Hari jumat mnggu ke empat

1. Konsumsi2. Lcd3. Laptop4. Alat tulis

Page 24: Home Visit

menerapkan dlm kehidupan sehari-hari

Page 25: Home Visit

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Segi Biologis :

An. D (8 tahun) menderita gizi kurang

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. D tidak sehat.

2. Segi Psikologis :

Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab

Pengetahuan akan Gizi sudah cukup baik

Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi susu dan vitamin yang

baik, mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut

Makanan yang kurang seimbang di karenakan keuangan yang

minim

3. Segi Sosial :

Tidak ada masalah dari segi sosial

4. Segi fisik :

Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.

B. Saran

1. Untuk masalah medis (Gizi kurang) dilakukan langkah-langkah :

Preventif : makan makanan bergizi seimbang sehari-hari, susu,

dan vitamin tambahan.

Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai gizi dan

makanan penambah oleh petugas kesehatan atau dokter yang

menangani.

Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan rawat jalan

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri keluarga pasien

sehingga pasien bisa sembuh.

Page 26: Home Visit

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak

sehat dilakukan langkah-langkah :

3. Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka

jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan

rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya dibersihkan.

Page 27: Home Visit

DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, Soekidjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Diakses pada tanggal 14 Januari 2011. http: //etd.eprints.ums.ac.id

departemen Kesehatan RI, 2013. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta. Diakses pada tanggal 14 Januari 2011. http: //www.depkes.com

1. A.Aziz Alimul, Hidayat,. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

2. A.Aziz Alimul, Hidayat,. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

3. Afriyanto, (2010) Keperawatan Keluarga dengan Kurang Gizi4. Ali Zaidin,. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.5. Arisman, MB,. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta. EGC6. Atikah Proverawati,. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.

Yogyakarta : Nuha Medika.7. Atikah Proverawati,. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi

Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.8. Ayu Bulan Febry,. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan.,

Yogyakarta : Graha Ilmu.9. B. Sutomo,. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta :

Demedia.10. Bambang Swasto Sunuharjo,. 2009. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.

Jakarta : Yayasan Ilmu Sosial.11. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, (2009) Faktor – faktor

yang Mempengaruhi Status Gizi Balita http://.rajawana.com/artikel/kesehatan/334-2-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-status-gizi-balita. (Online) Diakses tgl 22 - 03 – 2013.

12. Depkes R.I (2007) Faktor - faktor yang Mempengarui Status Gizi, Jakarta : Departemen Kesehatan.

13. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2012), Upah Minimum Regional. Jombang. Disnakertrans.

14. Hanum Marimbi,. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita., Yogyakarta : Nuha Medika. http://www.dokteranak.net/arsip/keperawatan-keluarga-dengan-kurang-gizi . (Online) Diakses tgl 13-05-2013.

15. Indah Nugraheni,. 2007. Siklus Akuntasi. Yogyakarta : Kanisius, edisi 6.

Page 28: Home Visit

16. Kukuh Rahardjo,. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

17. Mitayani,. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : Tim.18. Nursalam,. 2011. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.19. Profil Data Kesehatan RI,.2011. Prevalensi Status Gizi Balita

Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

20. Profil Dinas Kesehatan Jombang,. 2012. Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin. Dinas Kesehatan Jombang.

21. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,. 2011. Status Gizi Masyarakat. Dinas Kesehatan Jawa Timur.

22. Rahayu Widodo,. 2010. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat Pada Anak. Jakarta : EGC.

23. Soediyono Reksoprayitno,. 2009. Ekonomi Makro. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE) : UGM.

24. Soekidjo Notoatmodjo,. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

25. Sunita Almatsier,. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.26. Supariasa,. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.27. Syafrudin,. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.28. T. Gilarso,. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta :

Kanisius, edisi 5.29. Waryana,. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.