Top Banner
ABSTRACT Dataran tinggi Gayo memiliki karakteristik alam yang sangat cocok untuk tanaman kopi Arabika. Ketinggiannya lebih dari 900 m dpl dan kebanyakan perkebunan kopi Arabika Gayo berada di ketinggian antara 900 dan 1.700 m dpl, yang merupakan ketinggian yang dianggap ideal untuk pohon-pohon kopi Arabika oleh para ahli kopi. Di dataran tinggi Gayo terdapat curah hujan 1.834 mm per tahun dengan 149 hari hujan. Kopi Gayo, telah dikenal di pasar dunia dengan citarasa dan ciri khas aroma, perisa (flavor) kompleks dan kekentalannya (body) yang kuat. Dari praktek perdagangan Internasional beberapa penyangrai tingkat internasional memakai kata Gayo dalam merk dagang, sebagai contoh adalah Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di Eropa yang berdampak pada adanya pelarangan penggunaan kata Gayo pada perdagangan kopi di Eropa, yang sangat merugikan Indonesia. Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bermaksud mewujudkan usaha perlindungan Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo, untuk : (1) mendapatkan perlindungan hukum atas nama produknya, (2) pengakuan atas mutu dan kekhasan produk ini, dan (3) melestarikan tradisi tata cara produksi kopi (adat istiadat) yang telah ada di Dataran Tinggi Gayo. Untuk itu MPKG mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo. Pemberian perlindungan Indikasi Goegrafis kepada Kopi Arabika Gayo bisa dipertimbangkan dengan alasan-alasan sebagai berikut : (1) kopi Arabika Gayo berasal dari kawasan spesifik dengan kisaran ketinggian tempat berkisar antara 900 – 1.700 m dpl (sebagian besar kopi Arabika ditanam pada ketinggian 1.000 – 1.400 m dpl). Ekosistem pertanian di Dataran Tinggi ini sangat cocok untuk kopi Arabika dan sistem pertaniannya homogen yang tersebar di tiga kabupaten.
78

HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Nov 26, 2015

Download

Documents

Andre Kirana

SDFSAF
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

ABSTRACT

Dataran tinggi Gayo memiliki karakteristik alam yang sangat cocok untuk tanaman kopi Arabika. Ketinggiannya lebih dari 900 m dpl dan kebanyakan perkebunan kopi Arabika Gayo berada di ketinggian antara 900 dan 1.700 m dpl, yang merupakan ketinggian yang dianggap ideal untuk pohon-pohon kopi Arabika oleh para ahli kopi. Di dataran tinggi Gayo terdapat curah hujan 1.834 mm per tahun dengan 149 hari hujan.

Kopi Gayo, telah dikenal di pasar dunia dengan citarasa dan ciri khas aroma, perisa (flavor) kompleks dan kekentalannya (body) yang kuat. Dari praktek perdagangan Internasional beberapa penyangrai tingkat internasional memakai kata Gayo dalam merk dagang, sebagai contoh adalah Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di Eropa yang berdampak pada adanya pelarangan penggunaan kata Gayo pada perdagangan kopi di Eropa, yang sangat merugikan Indonesia.

Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bermaksud mewujudkan usaha perlindungan Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo, untuk : (1) mendapatkan perlindungan hukum atas nama produknya, (2) pengakuan atas mutu dan kekhasan produk ini, dan (3) melestarikan tradisi tata cara produksi kopi (adat istiadat) yang telah ada di Dataran Tinggi Gayo. Untuk itu MPKG mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo.

Pemberian perlindungan Indikasi Goegrafis kepada Kopi Arabika Gayo bisa dipertimbangkan dengan alasan-alasan sebagai berikut : (1) kopi Arabika Gayo berasal dari kawasan spesifik dengan kisaran ketinggian tempat berkisar antara 900 – 1.700 m dpl (sebagian besar kopi Arabika ditanam pada ketinggian 1.000 – 1.400 m dpl). Ekosistem pertanian di Dataran Tinggi ini sangat cocok untuk kopi Arabika dan sistem pertaniannya homogen yang tersebar di tiga kabupaten.

Page 2: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kepada ALLAH SWT karena dengan rahmat dan hidayahNYA maka penyusunan Buku Persyaratan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo dapat diselesaikan. Penyusunan buku ini didorong oleh keinginan luhur masyarakat perkopian dataran Tinggi Gayo, agar masyarakat perkopian mendapat cara yang tepat, praktis, mudah dan benar dalam melaksanakan kegiatannya sehari – hari. Buku persyaratan Indikasi Geografis ini adalah sebagai salah satu syarat utama permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis.

Selanjutnya kami menyampaikan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Gubernur Propinsi Aceh, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Aceh, Bupati Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues, dan terima kasih sedalam – dalamnya kepada UNDP, BAPPEDA Aceh, APED atas dukungannya sampai tersusunnya buku ini.

Tak lupa dihaturkan banyak terimakasih kepada :1. Ir. Indra Perwiryanto/ staf APED yang meluangkan banyak pikiran dan tenaga

mulai sejak perintisan hingga pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo2. Aditiawarman H OLII, SP. M.Sc./ Penyusun Buku Persyaratan IG kopi Gayo3. M.Madya Akbar/ APED Project manager dan T. Fadhla (APED) dan seluruh staf

APED Project.4. Simon Field, Hugh Evan dan T. Budi Hermawan (UNDP).5. DR. Abubakar Karim untuk data - data tanah dan DR Yusya Abubakar Dewan

Pakar.6. Dr. Ir. Surip Mawardi dan Tim Ahli IG Nasional7. Saky Septiono, SH., MH selaku kasie IG Dirjen HKI 8. Ir. Juandi untuk informasi pengolahan 9. Abdul Kholiq, SST dalam pembuatan peta10.Ir. Sadarsyah untuk infomasi mengenai keterunutan11.Isnawi Gayo, S.S, Hadi Hidayat, SE, Munawarah staf Forum Kopi Aceh dan

MPKG12.Ir. Khalid dan Ir.Amir Hamzah, Kebun Percobaan Gayo ( KPG ) untuk informasi

budidaya tanaman13.Rizwan Husin, SE dan Ir.Rusman14.Bang Saiful untuk disain sampul buku

Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah memberi support, saran dan masukan kepada kami sehingga buku ini tampil sempurna. Mudah – mudahan amal sholeh saudara – saudara mendapat balasan dan ridho dari Allah SWT Amin.

Semoga buku ini dapat menjadi pedoman yang bermanfaat bagi para pemangku kepentingan/ masyarakat perkopian di Dataran Tinggi Gayo maupun para pembeli dalam negeri dan luar negeri. Penyusun menyadari bahwa buku persyaratan Indikasi Geografis adalah dinamis sehingga masih dapat diperbaiki sesuai perkembangan Industri Perkopian di Dataran Tinggi Gayo.

Takengon, 15 Desember 2009

Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG)

Page 3: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

ABSTRACT

Dataran tinggi Gayo memiliki karakteristik alam yang sangat cocok untuk tanaman kopi Arabika. Ketinggiannya lebih dari 900 m dpl dan kebanyakan perkebunan kopi Arabika Gayo berada di ketinggian antara 900 dan 1.700 m dpl, yang merupakan ketinggian yang dianggap ideal untuk pohon-pohon kopi Arabika oleh para ahli kopi. Di dataran tinggi Gayo terdapat curah hujan 1.834 mm per tahun dengan 149 hari hujan.

Kopi Gayo, telah dikenal di pasar dunia dengan citarasa dan ciri khas aroma, perisa (flavor) kompleks dan kekentalannya (body) yang kuat. Dari praktek perdagangan Internasional beberapa penyangrai tingkat internasional memakai kata Gayo dalam merk dagang, sebagai contoh adalah Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di Eropa yang berdampak pada adanya pelarangan penggunaan kata Gayo pada perdagangan kopi di Eropa, yang sangat merugikan Indonesia.

Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bermaksud mewujudkan usaha perlindungan Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo, untuk : (1) mendapatkan perlindungan hukum atas nama produknya, (2) pengakuan atas mutu dan kekhasan produk ini, dan (3) melestarikan tradisi tata cara produksi kopi (adat istiadat) yang telah ada di Dataran Tinggi Gayo. Untuk itu MPKG mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo.

Pemberian perlindungan Indikasi Goegrafis kepada Kopi Arabika Gayo bisa dipertimbangkan dengan alasan-alasan sebagai berikut : (1) kopi Arabika Gayo berasal dari kawasan spesifik dengan kisaran ketinggian tempat berkisar antara 900 – 1.700 m dpl (sebagian besar kopi Arabika ditanam pada ketinggian 1.000 – 1.400 m dpl). Ekosistem pertanian di Dataran Tinggi ini sangat cocok untuk kopi Arabika dan sistem pertaniannya homogen yang tersebar di tiga kabupaten.

Page 4: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar IAbstrack IIDaftar Isi IIIDaftar Tabel dan Gambar IVI. PENDAHULUAN 1II. PEMOHON 5III. BUKU PERSYARATAN 7

3.1. Nama Indikasi geografis yang dimohonkan 73.2. Nama barang yang dilindungi oleh Indikasi geografis 73.3. Uraian mengenai karakteristik dan kualitas 7

3.3.1. Sifat fisik biji 83.3.2 Kualitas kopi Gayo 83.3.3 Profil cita rasa 8

3.4. Uraian mengenai Lingkungan Geografis 93.4.1. FaktorAlam 9

1. Topografi 112. Curah Hujan 113. Suhu dan Kelembaban 124. Tanah 125. Ringkasan 16

3.4.2. Faktor Manusia 173.5. Batasan Kawasan 18

3.5.1. Kawasan produksi gelondong merah dan kopi gabah basah 183.5.2. Kawasan penjemuran kopi berkulit tanduk/ gabah basah, produksi biji kopi/ kopi beras, penyangraian dan produksi kopi bubuk 20

3.6. Sejarah Adat Istiadat 203.6.1. Sejarah 203.6.2. Adat-Istiadat 24

1. Produksi oleh organisasi/ lembaga tradisional 242. Produksi dan kaitannya dengan budaya setempat 24

3.7. Uraian tentang metode produksi dan pengolahan 253.7.1. Metode Produksi 25

1. Lahan dan Persiapan Lahan 252. Bahan tanam dan Pembibitan 26

3.7.2. Metode Pengolahan 281. Panen 282. Pengolahan kopi menjadi kopi gabah dan kopi beras 293. Persiapan lot sebelum ekspor 33

3.7.3. Metode Penyangraian dan penjualan eceran 34

Page 5: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

3.8. Uraian metode pengujian kualitas barang dan pengawasan serta Keterunutan 343.8.1. Pengawasan Pertanaman (Budidaya) 343.8.2. Pengawasan Pengolahan 353.8.3. Keterunutan 36

1. Pendaftaran Anggota 362. Panen dan pengolahan 383. Merunut urutan lot kopi 394. Penjualan dan pembelian kopi IG 39

3.8.4. Pengawasan Mutu dan Kekhasan Kopi Gayo dan Pemberian sertifikat kepada unit pengolahan 39

1. Pembentukan lot 392. Pengawasan keterunutan 403. Uji cita rasa 404. Hasil Pelatihan 40

3.9. Pelabelan (Labeling) 413.9.1. Bungkus dan paket kopi 413.9.2. Pemakaian nama Kopi Gayo 42

IV. PENUTUP 44V. DAFTAR PUSTAKA 45VI. LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Beberapa Kelompok Petani (Penghasil Gelondong Merah/ Gabah ) 48

LAMPIRAN 2 Daftar beberapa Kolektor (Penghasil Gelondong merah dan Gabah) 55

LAMPIRAN 3 Beberapa Pengolah Kopi Beras 62LAMPIRAN 4 Hasil analisis ukuran biji kopi 68LAMPIRAN 5 Diagram cita rasa profil varietas yang direkomendasikan 69LAMPIRAN 6 Curah hujan 70LAMPIRAN 7 Sifat-sifat kation tanah dan rata-rata kandungan beberapa

unsur mikro di dalam tanah di Dataran Tinggi Gayo (Karim, 2004) 74

LAMPIRAN 8 Skema Industri Kopi Gayo 80

Page 6: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Unsur Lingkungan Fisik Dataran Tinggi Gayo …………………… 10Tabel 2. Rata-rata Bulan Basah, Lembab dan Kering di Kawasan Dataran Tinggi Gayo ……………………………………………………………

12

Tabel 3. Rata-rata hasil analisis tekstur, pH, dan beberapa unsur makro tanah di kawasan Dataran Tinggi Gayo …………………………… 13Tabel 4 Etape produksi dan proses kopi ……………………………………. 18Tabel 5 Persentase ukuran biji kopi Arabika Gayo mengacu klasifikasi PPKK ………………………………………………………………. 68Tabel 6 Sifat-sifat kation tanah ……………………………………………... 74Tabel 7 Rata-rata kandungan beberapa unsur mikro di dalam tanah di Dataran Tinggi Gayo ………………………………………………. 77

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Propinsi Aceh ……………………………………………… 1Gambar 2. Susunan Pengurus Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) ………………………………………………………… 6Gambar 3 Hutan Pinus …………………………………………………….. 7Gambar 4 Curah hujan di Dataran Tinggi Gayo pada tahun 2008 (3 kabupaten) …………………………………………………… 11Gambar 5: Peta kawasan produksi kopi IG dataran tinggi Gayo …………... 19Gambar 6. Foto paket kopi Arabika Gayo …………………………………. 23Gambar 7. Panen …………………………………………………………… 29Gambar 8. Cara pengolahan gerbus kering di Dataran Tinggi Gayo ……… 31Gambar 9. Cara pengolahan kopi gerbus basah di Dataran Tinggi Gayo …. 32Gambar 10. Sistem Keterunutan Gelondong Merah kopi Arabika IG ……… 37Gambar 11. Logo Kopi Gayo ……………………………………………….. 42Gambar 12. Diagram cita rasa profil varietas yang direkomendasikan ……... 69Gambar 13. Curah hujan dan hari hujan selama periode 1993-2007 di Aceh Tengah ………………………………………………… 70Gambar 14. Curah hujan di Aceh Tengah pada tahun 2008 ……………….. 71Gambar 15. Curah hujan di Bener Meriah pada tahun 2008 ………………. 72Gambar 16. Curah hujan di Gayo Lues pada tahun 2008 ………………….. 73Gambar 17. Skema Industri kopi Gayo …………………………………… 80

Page 7: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

I. PENDAHULUAN

Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang berada di salah satu bagian punggung pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera. Letak Dataran tinggi Gayo adalah di ujung utara pulau Sumatera dan di bagian tengah Provinsi Aceh. Secara administratif Dataran Tinggi Gayo meliputi wilayah Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues. Tiga kota utamanya sebagari ibukota ketiga kabupaten tersebut adalah Takengon, Simpang Tige Redelong, dan Blangkejeren. Gambar 1 menunjukkan peta daerah administrasi dan wilayah geografis Provinsi Aceh.

Kopi Arabika Gayo (Arabika Gayo Coffee) adalah salah satu komoditi ekspor yang juga diunggulkan oleh Indonesia. Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1926 ini tumbuh subur hingga saat ini Dataran tinggi Gayo ini memiliki kebun kopi rakyat terluas di Indonesia, yaitu sekitar 90.000 hektar lebih.

Kopi Gayo telah dikenal pasar domestik maupun Internasional. Reputasi sebagai kopi specialty dengan citarasa dan ciri khas aroma dan perisa (flavor) kompleks, light acidity dan kekentalannya (heavy body) yang kuat yakni sensasi rasa kental saat kopi diteguk dan aroma yang menggugah semangat. Namun reputasi sebagai kopi spesial tidak dapat dipasarkan dengan nama asalnya, tetapi dipasarkan dengan nama-nama lain misalnya Sumatra mandailing, sumatra lintong, dan sebagainya.

Praktek perdagangan Internasional beberapa pedagang dan penyangrai tingkat internasional yang memakai kata Gayo dalam merk dagang nya, sebagai contoh adalah Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di Eropa yang berdampak pada adanya pelarangan penggunaan kata Gayo pada perdagangan kopi di Eropa yang sangat merugikan Indonesia. Dalam hal ini

Tampak pada gambar berikut ini, letak Dataran tinggi Gayo, yaitu sebagian dari daerah dengan warna oranye (lebih tinggi dari sekitarnya). Dataran tinggi Gayo berada di ketinggian 100 m hingga 3.200 m dpl. Kopi Arabika ditanam hanya pada ketinggian 900 hingga 1.700 m dpl. Mata pencarian masyarakat Gayo masih pada umumnya adalah bertani yang antara lain adalah kopi, padi, sayur-sayuran, dan tembakau. Kopi Arabika adalah sumber mata pencarian utamanya.

Gambar 1. Peta Propinsi Aceh

Page 8: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

hanyalah perusahaan yang memiliki nama dagang Gayo, yang berhak melakukan perdagangan dengan merek dagang Gayo.

Oleh sebab itu pada era pasar global sekarang ini peran perlindungan Indikasi Geografis (IG) dirasa begitu penting, dimana masyarakat produser lokal membutuhkan perlindungan hukum terhadap nama asal produk agar tidak dipergunakan oleh pihak lain untuk melakukan persaingan curang, selain itu Indikasi Geografis memegang peranan penting dalam memberikan daya tarik kepada para konsumen nasional maupun Internasional. Terbukti akhir-akhir ini tuntutan pilihan para konsumen terhadap produk kopi yang akan mereka beli juga makin berkembang. Para konsumen tidak hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan akan produk kopi yang citarasa baik saja, akan tetapi juga mengharapkan adanya jaminan bahwa kopi tersebut diproduksi melalui proses dan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan serta sistem keterunutan yang dapat dilacak.

Pada era pasar global yang semakin ketat persaingannya pada beberapa dekade belakangan ini, maka peran Indikasi Geografis (IG) diperkirakan dapat melindungi suatu ciri khas produk. Khusus Kopi Arabika Gayo (IG Kopi Arabika Gayo), memegang peranan penting dalam memberikan daya tarik kepada para konsumen lokal, nasional maupun Internasional. Terbukti akhir-akhir ini tuntutan pilihan para konsumen terhadap produk kopi yang akan mereka beli juga makin berkembang. Para konsumen tidak hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan akan produk kopi yang citarasa baik saja, akan tetapi juga mengharapkan adanya jaminan bahwa kopi tersebut diproduksi melalui proses yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

Menilik dari pertimbangan-pertimbangan tersebut, Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bermaksud mewujudkan usaha perlindungan Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo, untuk : (1) mendapatkan perlindungan hukum atas nama produknya, (2) pengakuan atas mutu dan kekhasan produk ini, dan (3) melestarikan tradisi tata cara produksi kopi (adat istiadat) yang telah ada di Dataran Tinggi Gayo. Untuk itu MPKG mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo.

Pemberian perlindungan Indikasi Goegrafis kepada Kopi Arabika Gayo bisa dipertimbangkan dengan alasan-alasan sebagai berikut : (1) kopi Arabika Gayo berasal dari kawasan spesifik dengan kisaran ketinggian tempat berkisar antara 900 – 1.700 m dpl (sebagian besar kopi Arabika ditanam pada ketinggian 1.000 – 1.400 m dpl). Ekosistem pertanian di Dataran Tinggi ini sangat cocok untuk kopi Arabika dan sistem pertaniannya homogen yang tersebar di tiga kabupaten.

Kawasan ini memiliki udara yang dingin dan kering, rata-rata curah hujan berkisar sekitar 1834 mm per tahun, selama 149 hari dengan rata-rata bulanan 60 - 347 mm. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei dan tertinggi pada bulan Desember. Bila dihitung nilai Q (tipe iklim) maka daerah ini mempunyai tipe iklim B. Suhu udara berkisar antara 16 °C sampai 24 °C sepanjang tahun, dan kelembaban nisbi melebihi 80%. Ada perbedaan suhu yang tinggi sekitar 5 °C antara siang dan malam. Selain sebagai areal budidaya kopi Arabika, Dataran Tinggi Gayo juga berfungsi sebagai zona penyangga Ekosistem Leuser. Selain itu hutan pinus yang tumbuh di dataran ini turut menjaga ekosistem dataran tinggi ini. Dengan adanya

Page 9: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

tanah vulkanik (Andisol) yang dianggap sangat membantu banyak jenis budidaya tanaman. Daerah ini pada dasarnya merupakan kawasan pertanian dengan budidaya pertanian yang intensif dan ramah lingkungan dengan pola tanam diversifikasi.

Di samping faktor-faktor alam di atas, kopi Arabika Gayo memiliki keunggulan faktor manusia. Kopi Arabika Gayo adalah produk yang memiliki mutu dan reputasi tinggi karena ditanam oleh masyarakat yang memiliki kepedulian atas mutu. Masyarakat ini tergabung dalam kelembagaan petani tradisional dan profesional (kelembagaan petani di bawah pengolah swasta) yang seluruhnya di naungi oleh lembaga Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG).

Kopi Arabika Gayo telah meliliki sejarah yang panjang. Sejak dari zaman Belanda dari sebuah Kebun Percobaan di Berendal, nama sebuah desa di Kabupaten Aceh Tengah, yang berkembang hingga ke seluruh pelosok dataran Tinggi Gayo. Dan oleh karena tradisi budidaya lokal tersebut menghasilkan mutu yang tinggi, maka kopi Arabika Gayo mendapatkan reputasi yang tinggi, dan dikenal sebagai salah satu dari origin coffee (kopi asli asal) dan speciality coffee (kopi spesial) di Indonesia.

Petani kopi Gayo secara kontinyu mendapatkan transfer ilmu pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan yang bersifat membangun, baik melalui Dinas-dinas terkait maupun dari berbagai lembaga lainnya. Topik-topik yang disuluhkan kepada petani adalah teknik budidaya kopi (pengelolaan secara organik), pengolahan hasil, dan pemasaran, sehingga petani dapat membudidayakan kopi secara mandiri. Sejak tahun 1989, sebuah stasiun penelitian kopi ketika itu dikelola oleh LTA-77, lalu beralih di bawah pengelolaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, dan terakhir berada di bawah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, telah banyak melakukan aktifitas transfer ilmu pengetahuan kepada petani. Saat ini stasiun penelitian tersebut menjadi sebuah Kebun Percobaan (KP) Gayo di bawah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh. Para penyuluh dan berbagai institusi yang menyampaikan topik-topik tersebut disampaikan dengan berbagai cara, termasuk juga melalui kesenian daerah. Sehingga sangat wajar, kehidupan masyarakat petani kopi Gayo sangat bergantung dari hasil produksi kopi, yaitu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, melanjutkan pendidikan (menyekolahkan anggota keluarga), penyelenggaraan berabagai urusan seperti pernikahan anggota keluarga, pagelaran seni (didong) pasca panen kopi, perayaan hari-hari besar islam dan nasional, dan berbagai aspek kehidupan ekonomi lainnya.

Sangat disayangkan bahwa kopi Arabika dataran tinggi Gayo tidak dapat dijual di Belanda dengan menggunakan merk dagang Gayo, karena Perusahaan Holland Coffee telah mendaftarkan nama Gayo Mountain Coffee sebagai merk dagang mereka di kantor hak kekayaan intelektual Belanda. Oleh karena itu, hanya Holland Coffee yang dapat menggunakan label nama Gayo di pasaran Eropa.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka masyarakat petani kopi Arabika Gayo memandang perlu bahwa kopi Arabika Gayo mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis. Dalam upaya mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis, masyarakat petani kopi Gayo telah bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG). Kelompok ini mengajukan permohonan perlindungan Indikasi Geografis kepada pemerintah Republik Indonesia.

Page 10: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

II. PEMOHON

Pada tahun 2005 dibentuk Forum Kopi Aceh sebagai suatu wadah masyarakat perkopian di Aceh. Sejak tahun 2006, UNDP dan BAPPEDA Propinsi Aceh melalui Aceh Partnership for Economic Development(APED) memfasilitasi berbagai kegiatan Forum Kopi Aceh dalam mensosialisaskan Perlindungan Indikasi Geografis kepada masyarakat perkopian Dataran Tinggi Gayo. Pada tahun 2009, mulai terbentuknya Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG), MPKG sebagai suatu lembaga untuk mendukung terciptanya perlindungan hukum terhadap Kopi Gayo dan menjaga kualitas mutu serta citarasa Kopi Gayo. Pembentukan MPKG didukung sepenuhnya oleh berbagai pihak, terutama Pemerintah Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.

MPKG adalah masyarakat perkopian yang tergabung dalam suatu organisasi dengan visi dan misi yang sama, untuk mengusulkan perlindungan indikasi geografis kopi Arabika Gayo dan mendapatkan manfaat dari perlindungan indikasi gografis sebesar-besarnya untuk masyarakat dataran tinggi Gayo, khususnya yang bergerak di bidang perkopian, misalnya dalam menjaga mutu dan kekhasan kopi Arabika dataran tinggi Gayo. Adapun susunan pengurus MPKG disajikan pada Gambar 2.

Keanggotaan MPKG terdiri dari individu, kelompok tani, koperasi, dan perusahaan swasta. Petani yang tidak masuk sebagai anggota kelompok tani bisa masuk kedalam keanggotaan MPKG. MPKG tetap bersifat inklusif, di mana siapapun bisa bergabung dengan organisasi ini selama telah memenuhi semua aturan-aturan Buku Persyaratan.

Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo disusun sebagai berikut :

1. Komponen dari produsen gelondong merah, yang beranggotakan petani dan kelompok- kelompok tani.

2. Komponen dari pengolah kopi, yang beranggotakan koperasi, pengolah dan penyangrai.

3. Komponen dewan penasehat yang beranggotakan perwakilan pemerintah daerah, organisasi pendukung dan para pembeli kopi Gayo.

Beberapa koperasi merupakan gabungan kelompok-kelompok tani produsen gelondong merah yang telah merubah status badan hukumnya menjadi koperasi. Beberapa koperasi telah memiliki fasilitas pengolahan gelondong merah. Koperasi-koperasi yang merupakan pengolah kopi bisa duduk sebagai anggota sebagai bagian (“produsen gelondong merah” dan “pengolah kopi”) Hak pilih terbagi secara rata (50% : 50%) antara dua bagian di atas (badan penasehat tidak memiliki hak pilih). Di dalam bagian “produsen gelondong merah” dan “pengolah kopi”, pemangku kepentingan yang lebih besar memiliki dua suara, sedangkan yang lebih kecil hanya memiliki satu suara.

Keanggotaan MPKG saat ini sebagai berikut :- 9.590 keluarga petani yang mengelola sekitar 11.083 hektar (data pada

lampiran 1)

Page 11: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Gambar 2. Susunan Pengurus Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo ( MPKG )

- 4 Koperasi yaitu Tunas Indah (4895 petani), Arinagata (1470 petani), Baburrayan (6182 petani), dan HPKI (1434 petani)

- Pengolah swasta yaitu PT. Indocafco (1077 petani), CV. Arvis Sanada, CV. Tri Maju, dan PT. Genap Mupakat Gayo Specialty Coffee

- 4 Penyangrai kopi yaitu Kopi Lepo Gayo (domisili di Aceh Tengah), Kopi Bergendal (domisili di Bener Meriah), Kopi Arigayo dan Kopi Rizki.

Keanggotaan MPKG akan terus meningkat seiring dengan perkembangannya atau dinamika organisasi. Saat ini keanggotaan MPKG terdiri atas 9.590 keluarga petani, 4 koperasi, 151 kelompok tani, dan 4 penyangrai, yang bisa dikatakan sebagai para pemegang kepentingan rantai pasokan kopi Arabika Gayo. Total anggota MPKG saat ini adalah 9.749 anggota.

SUSUNAN PENGURUSMASYARAKAT PERLIDUNGAN KOPI GAYO (MPKG)

PERIODE 2009 - 2012

PEMBINA : Gubernur Aceh

PENASEHAT : Bupati Aceh Tengah: Bupati Bener Meriah: Bupati Gayo Lues

DEWAN PAKAR : Dr. Ir. Abubakar Karim, MS.: Dr. Ir. Yusya Abubakar, M.Sc.

KETUA UMUM : Drs. H. Mustafa AliWAKIL KETUA I : Ir. NugersyahWAKIL KETUA II : Ir. DarussalamWAKIL KETUA III : Ir. Amarullah Leman M.SiSEKRETARIS : Ir. RusmanWAKIL SEKRETARIS : Hadi Hidayat, SEBENDAHARA : MunawarahWAKIL BENDAHARA : Heri Gunawan

Gambar 2. Susunan Pengurus Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG)

BENER MERIAH

KETUA : Ir. DarussalamWAKIL KETUA : Sudarman. SPSEKRETARIS : Said Yahya. SPWAKIL SEKRETARIS: Tridawati. SP

SEKSI - SEKSIHUKUM : 1. Alwin Putra. SH

2. Edy W. Putra, SH

PENGOLAH MUTU : 1. Juandi 2. Edy Suharman

PROMOSI, PEMASARAN :1. Sadarsah

DAN KOMUNIKAS 2. M. Amin

KETERUNUTAN DAN : 1. Ir. KhalidADMINISTRASI 2. Sahirman, SP

BUDIDAYA : 1. Ir. Amir Hamzah 2. H. M. Saleh. R

ADAT DAN SOSIAL : 1. JafaruddinBUDAYA 2. M. Hatta

ACEH TENGAH

KETUA : Ir. NugersyahWAKIL KETUA : Banta Mude, SPSEKRETARIS : Ruhdi.SPWAKIL SEKRETARIS: Hadi Hidayat, SE

SEKSI - SEKSIHUKUM : 1. Duski, SH 2. Indra Kurniawan, SH

PENGOLAH MUTU : 1. Armiyadi, S.Hut2. Julfahri, S.Hut

PROMOSI, PEMASARAN 1. Rizwan Husin

DAN KOMUNIKASI 2. Drs. Rasyid

KETERUNUTAN DAN : 1. Hermanto, SPADMINISTRASI 2. Ruhdi, SP

BUDI DAYA : 1. Zaini2. M. Karim A. Mar

ADAT DAN SOSIAL : 1. Mustafa AKBUDAYA 2. Basaruddin

GAYO LUES

KETUA : Ir. Amarullah Leman, M.Si.WAKIL KETUA : Gaga SaputraSEKRETARIS : Drs. AbunipahWAKIL SEKRETARIS: Ir. Ibrahim

SEKSI - SEKSIHUKUM : 1. Samsuddin, SH 2. Ir. Irwansyah. S.Sos

PENGOLAH MUTU : 1. Edwar Canto, M.P2. Epan Ependi

PROMOSI, PEMASARAN : 1. Adam, SE, MAP.DAN KOMUNIKASI 2. Azhari Lubis

KETERUNUTAN DAN : 1. Yudarman. S.SosADMINISTRASI 2. Aprilia Miza Putri, S.P

BUDIDAYA : 1. Abdussalam2. Abu Seman, SP

ADAT DAN SOSIAL : 1. H. Rajab AbdullahBUDAYA 2. Drs. H. Salim Wahab

Page 12: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

III. BUKU PERSYARATAN

3.1. Nama Indikasi geografis yang dimohonkan

Nama indikasi geografis yang dimohonkan adalah : Gayo

3.2. Nama barang yang dilindungi oleh Indikasi geografis

Nama barang yang dilindungi oleh indikasi geografis adalah Kopi Arabika.Kopi Arabika adalah kopi dari jenis Arabika yang pengolahannya secara gerbus basah (local wash processing) dan gerbus kering (fully wash processing). Perlindungan Indikasi Geografis merujuk pada biji kopi (green coffee). Kopi hasil penyangraian atau kopi bubuk yang dihasilkan dari buah kopi Arabika dengan pengolahan tersebut.

3.3. Uraian mengenai karakteristik dan kualitas

Kopi Gayo dihasilkan dari tanaman kopi Arabika yang ditanam di dataran tinggi Gayo dengan ketinggian antara 900 – 1.700 m dpl. Kawasan dataran tinggi Gayo berada di lereng gunung berapi Burne Telong dan Gunung Bendahara di kawasan sistem Leuser. Jenis tanah umumnya adalah Andisol, Inseptisol, Ultisol, dan Oxisol. Tetapi di Aceh Tenga dan Bener Meriah, kawasan yang ditanami kopi Arabika didominasi tanah orde Andisol, yaitu Typic Hapudand dan Typic Durudand (Karim, et al, 1998). Kawasan ini memiliki udara yang dingin dan kering. Karakteristik kawasan Gayo yang dijelaskan lebih rinci dibagian D (deskripsi lingkungan geografis) sangat mendukung budidaya tanaman kopi Arabika.

Gambar 3. Hutan Pinus

Tanaman-tanaman kopi Arabika di dataran tinggi Gayo ada yang berasal dari varietas-varietas yang memang sudah terjadi mutasi silang dengan varietas lain yang juga terdapat di dataran tinggi Gayo. Pohon kopi ditanam di bawah pohon penaung, dan dikombinasikan dengan tanaman lain, dan dikelola bahkan ada yang sudah bersertifikat organik. Hutan Primer dan suaka marga satwa hampir mencakup seluruh kawasan, saat ini diperkirakan sekitar 62% dari total kawasan. Sekitar 25% area dikembangkan sebagai perkebunan campuran dan 13% sebagai penggunaan lainnya. Sebagian besar perkebunan campuran

Kawasan yang ditanami dengan tanaman kopi, tembakau dengan barisan pohon pinus menutupi bukit dan lereng. Dengan kekhasan agroklimat dan cara pengolahan buah kopi, menghasilkan citarasa kopi Gayo secara keseluruhan tidak sama dengan kopi Arabika yang diproduksi di kawasan lain di berbagai belahan bumi penghasil kopi Arabika.

Page 13: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

ditanami oleh jenis tanaman kopi dan jenis tanaman lain, seperti Kakao dan tanaman hortikultura lainnya, terutama di Kabupaten Gayo Lues. Hutan sekunder mencakup 6% dari total kawasan, 6% semak belukar yang muncul adalah akibat perkebunan dari lahan tanaman kopi yang ditinggalkan pada saat konflik

3.3.1. Sifat Fisik Biji

Biji Kopi Gayo yang diperdagangkan di tingkat pasar internasional adalah mutu I dengan nilai cacat fisik kurang dari 8 per 100 g. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar Specialty Coffee Association of America (SCAA), dengan kadar air biji maksimum 12%, serta warnanya hijau keabu-abuan. Sortasi akhir setelah penggerbusan menghasilkan biji kopi dengan diameter lebih besar atau sama dengan ukuran 6,5 mm atau 16 menurut standar dari SCAA. Hasil dari analisis pengukuran ini tersedia di Lampiran 3.

3.3.2 Kualitas kopi Gayo

Kualitas kopi Gayo dapat digolongkan dalam beberapa golongan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: - Faktor lingkungan dimana kopi tersebut ditanam dengan suhu udara yang

berbeda dan jenis tanah yang berbeda pula- Faktor genetic yaitu varietas yang ditanam oleh masing – masing petani- Faktor pengolahan yaitu tingkat kedisiplinan menjaga mutu di dalam

melakukan pengolahan ditambah faktor cuaca dimana musim panen disertai hujan

Dengan demikian kualitas kopi Gayo dapat digolongkan dalam 2 kategori yaitu:1. Gayo Special.

Kopi Gayo spesial adalah kopi yang ditangani secara khusus antara lain:a. Kopi yang bersertifikat b. Kopi dari daerah khususc. Kopi dari varietas yang khusus d. Kopi pengolahan secara khusus e. Kopi permintaan khusus dari pembeli

2. Gayo Konvensional Gayo Konvensional adalah kopi yang umum dan tidak diperlukan secara khusus

3.3.3. Profil Citarasa

Pengujian citarasa dengan tujuan untuk mengkaji citarasa beberapa varietas kopi Arabika yang ditanam petani dalam rangka mendukung industri kopi spesialti dari dataran tinggi Gayo. Cara pengolan gerbus basah, budidaya pada dataran tinggi Gayo dengan zona agroklimat tertentu, serta tanah didominasi abu vulkanik, menghasilkan mutu citarasa prima yang khas dan unik secara konsisten dan berkelanjutan. Uji cita rasa ini telah dilakukan pada tahun 2008 lalu, dan telah menghasilkan 3 varietas kopi Arabika sebagai pemenang dalam hal cita rasa (taste) (Mawardi, et al., 2008), dapat dilihat pada Lampiran 4.

Page 14: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Hasil analisis sensorial menunjukkan bahwa citarasa kopi Gayo memiliki tingkat intensitas aroma dan kekentalan yang kuat. Ini berarti kopi Arabika Gayo memiliki potensi citarasa yang tinggi. Kopi Arabika Gayo biasanya dirasakan tidak terlalu pahit (bitter) dan tidak sepat (astringent). Ini bisa disebabkan oleh karena para petani Gayo memiliki kepedulian yang tinggi tentang tata cara petik pilih (gelondong merah saja) selama panen yang sudah sangat baik.

Pada umumnya, tidak terdapat cacat rasa yang signifikan pada kopi Arabika Gayo. Salah satu alasannya adalah bahwa para petani kopi Gayo telah mempraktekkan prinsip-prinsip Praktek Pengolahan yang Baik (Good Manufacturing Practices, GMP), dengan menindak-lanjuti nasehat-nasehat para ahli teknis perkopian, terutama dari pusat penelitian maupun dari pemerintah, termasuk universitas.

Pada akhirnya, profil citarasa kopi Gayo adalah :- bebas dari cacat citarasa utama,- rasa asam bersih dari tingkat sedang sampai tinggi,- rasa pahit yang kurang atau sama sekali tidak terdeteksi- mutu dan intensitas aroma yang kuat

Profil cita rasa kopi Gayo juga sangat berbeda dengan kopi Mandailing (Sumatra), dimana kopi Mandailing memiliki aroma yang lebih kompleks, kekentalan tinggi, dan rasa asam sangat rendah sampai rendah. Gerbus basah (wet hulling) dan gerbus kering (dry hulling) pada pengolahan basah kopi Arabica Gayo menunjukkan profil citarasa yang serupa pada sebagian besar varietas yang diuji dari ketinggian tempat yang berbeda. Gerbus basah menghasilkan warna yang biji yang lebih gelap dan kekentalan yang lebih tinggi. Berdasarkan profil cita rasa verietas-varietas harapan untuk dataran tinggi Gayo adalah P 88, Borbor and Timtim.

3.4. Uraian mengenai Lingkungan Geografis

3.4.1. Faktor Alam

Kawasan dataran tinggi Gayo terletak di Timur Laut Provinsi Aceh, di daerah tropis, di garis lintang antara 96 0BT and 98 0BT, garis busur antara 4 0LU and 5 0LU. Kawasan ini memiliki alam pegunungan Vulkanik yang sejuk; lereng datar, berbukit, bergelombang, curam dan sangat curam. Vegetasinya termasuk tanaman pinus dan hortikultura. Dataran Tinggi Gayo terbentuk dari hamparan sisi pengunungan yaitu G. Geureudong (2.855 m dpl), G. Tangga (2.500 m dpl), G. Geumpang (1.002 m m dpl), Bukit Singah Mata, G. Mueajan (3.079 m), Leuser (3.140 m), G. Kapal (2.763 m), G. Pepanji (2.275 m dpl), G. Krueng Pase (1.462 m dpl), G. Batok (1.500 m dpl), dan Gunung Burni Telong (2.812 m). Empat di antaranya adalah gunung berapi. Aktivitas Gunung berapi Burni Telong yang terakhir terjadi saat bencana alam Tsunami tanggal 26 Desember 2004.

Page 15: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Di tengah dataran tinggi ini juga terdapat danau tektonik Lut Tawar yang tepatnya terletak pada 96° 55’ 25” BT dan 4° 36’ 43” LU, dekat dengan kota Takengon Ibukota Kabupaten Aceh Tengah. Dataran ini adalah zona penyangga ekosistem Leuser yang telah memiliki status dilindungi oleh pemerintah. Dengan adanya tanah berbahan vulkanik (Andisol) yang dianggap sangat membantu banyak tanaman. Daerah ini pada dasarnya merupakan kawasan pertanian dengan budidaya pertanian yang intensif dan ramah lingkungan dengan pola tanam diversifikasi yang baik. Unsur lingkungan geografis dataran tinggi Gayo disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Unsur Lingkungan Fisik Dataran Tinggi Gayo

Relief Ketinggian 900 -1.700 m di atas permukaan laut

Lereng 0 - 40%

Cuaca Curah Hujan 1834 mm per tahun

Temperatur 16 – 24o C

Kelembaban relative 80 %

Tanah Bentukan Geologis Andesit dan pyroclastik

Jenis tanah Typic Hapludand, Typic Durudand, Typic Dystropept, dan Typic Hapludult.

Tekstur Lempung berdebu, lempung berpasir, lempung, lempung berliat

Solum 75 - > 100 cm

C-organik Sedang hingga tinggi

Kapasitas pertukaran kation

Rendah hingga sedang

Masa tanah kekurangan air

Februari – Mei

Sumber : Karim (1993, 1999)

1. Topografi

Kawasan budidaya kopi Arabika di Gayo merupakan daerah ketinggian dengan kondisi topografi yang bervariasi mulai datar, berombak hingga bergunung-gunung. Variasi ketinggian antar lokasi/desa sangat beragam, bahkan di dalam lokasi-lokasi/ desa-desa tertentu perbedaan ketinggian

Page 16: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

tahun) dan bulan kering (kurang dari 60 mm per tahun). Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) daerah penelitian mempunyai tipe hujan tergolong B karena mempunyai bulan basah (> 100 mm per bulan) selama 10 bulan dan bulan kering (< 60 mm per bulan) selama 2 bulan. Tipe hujan B menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong cukup basah.

antar kebun petani cukup mencolok. Ketinggian desa-desa di mana produksi kopi Gayo bisa dilakukan terdapat di Lampiran 1. Kebun kopi Arabika petani sebagian besar terletak pada kisaran antara 900 - 1.700 m dpl.

2. Curah Hujan

Diantara unsur-unsur iklim, curah hujan merupakan unsur iklim paling dominan. Curah hujan digunakan sebagai kriteria untuk menetapkan keadaan iklim suatu daerah dalam hubungannya dengan kesesuaian dan persyaratan tumbuh tanaman.

Gambar 4 : Curah hujan di Dataran Tinggi Gayo pada tahun 2008 (3 kabupaten)

Selama 15 tahun terakhir ini, terjadi penambahan curah hujan di kawasan dataran tinggi Gayo. Namun, rata-rata berkisar sekitar 1.834 mm hujan per tahun, selama 149 hari dengan rata-rata bulanan 60 - 347 mm . Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei dan tertinggi pada bulan September. Gambar evolusi curah hujan dan jumlah hari hujan selama periode 2000-2008 terdapat di Lampiran 5. Bila dihitung nilai Q (tipe iklim) maka daerah studi mempunyai tipe curah hujan B dan C. Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata selama 8 tahun (2000 - 2008) pembagian bulan-bulan hujan (curah hujan sampai 100 mm per tahun), bulan-bulan lembab (antara 60 dan 100 mm per

JumlahBulan basah 10Bulan lembab 0

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

mm

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Ha

ri h

uja

n

Curah Hujan

Hari Hujan

Tabel 2. Rata-rata Bulan Basah, Lembab dan Kering di Kawasan Dataran Tinggi Gayo

Page 17: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Bulan kering 2

Karakteristik iklim daerah dataran tinggi Gayo menunjukkan, terdapat 1 – 2 bulan kering (Gambar 1). Periode ini biasanya berlangsung dari bulan Februari dan Mei. Defisit air untuk keperluan tanaman kopi mungkin terjadi pada akhir bulan Mei. Lengas tanah yang ada selama bulan kering tidak cukup untuk mendukung kebutuhan air bagi kopi, namun karena tidak dalam bulan berturut-turut sehingga kebutuhan air terpenuhi kembali pada awal bulan berikutnya. Di lain pihak, para petani Gayo telah mempelajari cara-cara untuk mengatasi fenomena ini. Praktek pengelolaan tanah oleh petani dengan menambahkan bahan organik merupakan salah satu metode yang efektif untuk menyimpan lengas tanah. Di samping itu naungan dari jenis pohon-pohon Lamtorogung, Alpukat, dan Jeruk Keprok Gayo cukup efektif mengendalikan suhu udara dan air di sekitar tajuk tanaman kopi selama musim kemarau sehingga proses pengurasan lengas tanah dapat dikurangi.

Bagaimanapun juga, masa kering ini juga mempunyai dampak positif bagi produksi kopi dataran tinggi Gayo, karena bisa mendorong gelondong kopi yang bagus untuk cepat matang, dan setelah pengolahan, penjemuran di bawah matahari yang cepat.

3. Suhu dan Kelembaban

Berdasarkan pengamatan di Bandara Redelong, Kabupaten Bener Meriah saat ini, kelembaban udara relatif tinggi (> 80%), suhu udara harian berkisar dari 16 °C selama malam hari menjadi 18 °C pada pukul 10 WIB, 21 - 24°C pada tengah hari.

4. Tanah

Formasi geologi wilayah Gayo sebagian besar termasuk dalam formasi Andesit dan pyroclastik dengan jenis tanah yang terdapat di kawasan ini adalah Typic Hapludand, Typic Durudand, Typic Dystropept, dan Typic Hapludult. Kesuburan fisika tanah-tanah ini umumnya cukup baik. Di daerah penelitian, Hapludands berkembang dari berbagai bahan induk, antara lain tufa volkan, basaltik dasit, lahar piroklastik dan batuan basaltik. Dengan bervariasinya bahan pembentuk tanah, maka tanah yang dihasilkan juga mempunyai sifat yang bervariasi pula. Secara umum tekstur tanah sedang dan drainase baik, tingkat kesuburan tanah tergolong rendah hingga sedang, ditunjukkan oleh reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 5,0 - 6,3), C organik sedang hingga tinggi dan N total rendah. Cadangan hara (P dan K potensial) tinggi sampai sangat tinggi, dan ketersediaan K sedang, tetapi ketersedian P sangat rendah, sehingga kesuburan tanah secara umum rendah (Yusuf, et al, 1998; Karim, et al., 1996; Karim, et al., 1999). Kemampuan tanah mempertukarkan kation dan kejenuhan basa tinggi sampai sangat tinggi. Pada tingkat subgrup tanah dangkal (< 50 cm) diklasifikasikan sebagai Lithic Hapludands dan

Page 18: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

tanah agak dalam sampai dalam (>75 cm) diklasifikasikan sebagai Typic Hapludands, Eutric Hapludands dan Alfic Hapludands (Karim, et al., 1998). Tanah ini potensial untuk pertanian, terutama tanaman tahunan seperti kopi.

Bagaimanapun juga, kesuburan ini harus didorong dengan menggunakan pupuk organik yang tercukupi. Tanpa penambahan pupuk ini, kadar C-organik dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) akan tetap rendah (Mawardi, Wibawa, dan Sulistyowati, 2004).

a. Tataguna Tanah

Berdasarkan dokumen Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) masing-masing kabupaten, penggunaan lahan di Dataran Tinggi Gayo dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai areal penggunaan lain (jalan, pemukiman, pertanian dan lain-lain), hutan produksi, dan suaka marga satwa. Areal pertanian digunakan untuk lahan kering dan sawah. Lahan kering berupa tegalan didominasi oleh budidaya kopi Arabika, adapun sawah terdapat di lembah-lembah sepanjang sungai yang airnya cukup tersedia. Berdasarkan pengamatan lapangan atas kepemilikan tanah di dataran tinggi Gayo, menunjukkan bahwa rata-rata luas tanah yang dikelola oleh setiap petani adalah 2 ha, hanya sekitar kurang dari 5% petani memiliki kebun kopi lebih luas dari 2 ha.

b. Sifat-sifat Tanah

Analisis tanah dari sampel-sampel yang diambil di beberapa lokasi/desa yang terwakili di daerah Dataran Tinggi Gayo telah dilakukan oleh peneliti KPKG sejak tahun 1990, dan Karim sejak tahun 1992. Hasil analisis tanah yang mencirikan kesuburan tanah disajikan pada Tabel 3, sedang hasil analisis tanah lengkap untuk beberapa titik/lokasi pengamatan disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 3. Rata-rata hasil analisis tekstur, pH, dan beberapa unsur makro tanah di kawasan Dataran Tinggi Gayo

No Desa Lapisan(cm)

TeksturTanah

pH(H2O)

C-org.(gram)

N-total(gram)

C/NRasio

P2O5

(ppm)Aceh Tengah

1 Jaluk I 0-22 Lp 6,2 3,92 0,35 10,89 2,9222-40 Pl 5,8 0,71 0,09 7,89 1,84

2 Kuyun 0-20 lip 5,8 4,55 0,40 11,38 18,7520-42 li 6,1 1,15 0,08 14,38 12,98

3 Bumi Bius 0-24 pl 6,7 3,90 0,34 11,47 16,0024-45 pl 8,3 0,20 0,02 10,00 14,00

4 Tebes Lues 0-21 l 5,6 9,16 0,81 11,31 0,9021-38 l 6,0 4,98 0,46 10,83 5,86

5 Pucuk Deku 0-18 ld 5,6 6,50 0,45 14,44 9,8018-45 lli 6,1 2,10 0,18 11,67 4,50

6 Bies Penantanan 0-20 ld 5,8 5,80 0,45 12,89 8,8020-42 lp 6,0 1,45 0,09 16,11 5,75

7 Uning 0-20 lp 6,0 3,00 0,28 10,71 6,10

Page 19: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

20-45 lid 6,5 1,80 0,17 10,59 5,898 Blang Gele 0-20 ld 6,2 9,60 0,78 12,31 7,80

20-40 lp 6,3 7,90 0,60 13,17 7,109 Tansaran 0-20 ld 5,8 7,80 0,58 13,45 14,60

20-40 lli 6,0 4,10 0,32 12,81 8,9010 Simp. Keleping 0-10 lp 5,4 9,20 0,56 16,43 6,60

10-40 pl 6,4 5,80 0,32 18,13 5,8511 Kute Panang 0-18 lp 5,4 4,92 0,52 9,46 4,57

18-40 lp 5,9 1,72 0,19 8,95 1,8912 Lukup Sabun 0-10 l 5,4 4,60 0,35 13,14 10,55

10-45 lp 6,2 2,00 0,18 11,11 6,4513 Ratawali 0-15 ld 5,4 10,30 0,86 11,98 10,22

15-30 ld 5,5 6,70 0,54 12,41 8,5614 Raya Tupi 0-20 ld 6,4 8,20 0,68 12,06 12,50

20-45 lli 6,6 4,20 0,29 14,48 8,9015 Dedemar 0-20 lip 5,4 2,10 0,18 11,67 25,60

20-35 li 5,6 0,75 0,05 15,00 18,2016 Wih Llang 0-21 ld 5,4 5,70 0,52 10,96 11,20

21-44 lli 5,8 3,20 0,30 10,67 6,7017 Tanoh Abu 0-20 ld 6,8 8,25 0,68 12,13 8,22

20-42 lli 7,0 6,50 O,55 11,81 6,5018 Atu Lintang 0-18 lid 4,6 9,30 0,89 10,45 6,55

18-43 lid 4,8 6,69 0,63 10,62 5,9619 Gegarang 0-22 l 5,7 7,40 0,58 12,76 2,43

22-41 l 5,9 5,79 0,43 13,47 2,9220 Jagong Jeget 0-23 lli 6,6 2,66 0,29 9,17 4,46

23-46 lli 6,6 1,62 0,19 8,53 12,6221 Arul Item 0-20 ld 5,0 7,80 6,50 1,20 12,50

20-40 lli 5,0 4,50 2,30 1,96 9,80BENER MERIAH

22 Uwer Lah 0-20 lli 6,0 8,75 0,65 13,46 18,2020-40 lp 6,2 1,80 0,15 12,00 12,76

23 Alur Gading 0-17 lp 7,4 4,20 0,42 10,00 23,0017-31 pl 7,5 3,90 0,37 10,54 27,00

24 Rimba Raya 0-20 lp 6,0 5,20 0,44 11,82 15,2220-38 lp 6,6 0,56 0,04 14,00 9,80

25 Lampahan 0-20 ld 6,4 4,20 0,36 11,67 12,5620-44 lp 6,6 1,80 0,13 13,85 6,12

26 Simp. Baliq 0-25 ld 5,0 7,50 0,65 11,54 12,0625-45 ld 5,6 5,20 0,36 14,44 4,88

27 Jamur Ujung 0-18 pl 5,0 2,88 0,25 11,52 9,2418-38 lp 5,6 0,96 0,07 13,71 4,58

28 Blang Panas 0-20 lp 5,7 2,50 0,32 7,81 5,3920-39 l 5,7 0,50 0,06 8,33 8,99

29 Delung Tea 0-20 l 6,0 3,75 0,28 13,39 8,5020-50 ld 6,2 2,98 0,24 12,42 7,60

30 Hakim Wih Ilang 0-27 l 5,6 2,17 0,53 4,09 7,2227-45 l 5,7 1,78 0,22 8,09 2,41

31 Petukel 0-10 lli 4,2 7,40 0,60 12,33 8,8610-28 lli 4,4 3,70 0,28 13,21 7,92

32 Pondok Gajah 0-20 ld 5,7 3,00 0,24 12,50 17,2020-45 lp 6,1 1,18 0,08 14,75 14,80

33 Batin Batu 0-22 l 5,7 3,38 0,39 8,67 5,8322-41 l 5,9 6,16 0,22 28,00 2,87

34 Lot Kucak 0-15 ld 4.6 7,20 0,52 13,85 12,2015-35 l 4.0 3,80 0,28 13,57 6,80

35 Pondok Baru-1 0-20 l 5,0 5,10 0,40 12,75 8,7020-30 l 5,6 1,40 0,09 15,56 2,60

36 Keramat Jaya 0-20 ld 5,6 3,19 0,30 10,63 8,90

Page 20: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

20-42 llid 6,0 1,65 0,14 11,79 7,9537 Pondok Baru-2 0-19 lp 6,3 4,80 0,47 10,21 9,00

19-33 pl 6,3 4,20 0,45 9,33 17,0038 Bintang Permata 0-28 l 6,5 7,47 0,55 13,58 4,03

28-47 l 6,0 1,80 0,19 9,47 1,3939 Wih Tenang Uken 0-20 ld 5,4 6,20 0,48 12,92 8,60

20-45 ld 5,4 4.20 0,24 17,50 4,5040 Jamur Atu 0-20 lp 5,1 6,40 0,43 14,88 18,00

20-44 lid 5,9 1,20 0,11 10,91 18,00GAYO LUES

41 Aih Selah 0-20 llid 5,8 6,30 0,41 15,37 0,9720-45 llip 6,1 1,23 0,06 20,50 0,61

42 Cane Baru-1 0-20 llid 6,7 3.15 0,18 17,50 0,5520-40 llid 6,8 1,28 0,07 18,29 0,16

43 Cane Baru-2 0-21 llid 5,9 3.55 0,26 13,65 1,7421-45 llip 5,9 2,11 0,12 17,58 0,56

44 Suri Musara 0-22 llip 6,2 4,24 0,31 13,68 1,5122-45 llip 6,3 1,18 0,08 14,75 0,86

45 Kenyaran 0-20 llid 6,7 5,14 0,26 19,77 0,5420-38 lli 6,8 2,31 0,11 21,00 0,24

46 Kala Kenyaan 0-12 llid 5,9 5,24 0,28 18,71 0,9012-34 lli 5,8 2.30 0,12 19,17 0,51

47 Pantan Cuaca-1 0-18 llid 6,3 5,76 0,30 19,20 0,8618-41 lip 6,4 2,48 0,13 19,08 0,46

48 Pantan Cuaca-2 0-21 llip 6,2 5,44 0,31 17,55 0,9821-28 lli 6,4 2,31 0,12 19,25 0,47

49 Reko 0-20 llip 5,8 3,65 0,28 13,04 0,9820-42 lli 5,8 1,28 0,08 16,00 0,34

50 Pisang Abu/Sangir 0-20 llid 5.7 4,40 0,30 14,67 0,7820-45 lli 5,9 1,22 0,08 15,25 0,22

Tekstur tanah di kawasan Dataran Tinggi Gayo sebagian besar berupa lempung berdebu, lempung berpasir, lempung, dan lempung berliat. Namun demikian, bisa terlihat beberapa perbedaan. Desa-desa penghasil kopi utama umumnya memiliki tekstur pasir bergeluh, kawasan ini membentang dari tengah ke arah timur dan tenggara. Desa-desa di kawasan selatan umumnya memiliki tekstur geluh berpasir sampai dengan pasiran. Desa-desa di kawasan utara tengah ke arah barat memiliki tekstur geluh berpasir sampai dengan geluh. Tanah-tanah di desa-desa kawasan Dataran Tinggi Gayo pada umumnya memiliki keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman kopi.

Kandungan unsur C organik di kebun-kebun petani pada tingkat sedang sampai tinggi. Hal ini sesuai dengan kebiasaan para petani memupuk kopi

Keterangan :● 1 - 21 : Kabupaten Aceh Tengah 22 - 40 : Kabupaten Bener Meriah 41 - 50 : Kabupaten Gayo Lues

● Loamy sand (pasir bergeluh), Sandy loam (geluh berpasir), Sand (pasiran), Loam (geluh),● Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R).

● Tekstur : li = liat, lip = liat berpasir, lid = liat berdebu, lli = lempung berliat, l = lempung, ld = lempung berdebu, lp = lempung berpasir, pl = pasir berlempung, llid = lempung liat berdebu, llip = lempung liat berpasir

● Untuk Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah :▪ Ada unsur mikro data tahun 1998▪ Tidak ada unsur mikro data tahun 1992▪ Kabupaten Gayo Lues data tahun 2004

Page 21: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

hanya dengan pupuk organik, khususnya pupuk dari bahan baku kulit kopi yang dicampur dengan berbagai bahan bakui sumber lokal seperti pangkasan lamtorogung dan pupuk kandang (Karim, at al., 2000). Kebanyakan petani perlu memberi pupuk organik yang lebih banyak, karena banyak lahan kopi yang memiliki status hara P-tersedia sangat rendah. Masih sedikit petani yang telah menggunakan pupuk kandang dengan tingkat pengomposan yang baik, dan nisbah C/N umumnya rendah di kawasan Dataran Tinggi Gayo. Kandungan P total di desa-desa di kawasan Dataran Tinggi Gayo pada umumnya tinggi (kecuali di satu desa di ketinggian yang berdekatan dengan hutan).

Karakteristik-karakteristik kation tanah di kawasan dataran tinggi Gayo dijelaskan di Lampiran 6. Hasil-hasil utamanya adalah sebagai berikut :- Tanah di desa-desa kawasan di dataran tinggi Gayo pada umumnya

memiliki kandungan K, Mg, Ca rendah, dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah berada dalam harkat rendah.

- Kejenuhan basa (KB) tanah umumnya tinggi.- Rata-rata kandungan beberapa unsur mikro tanah, seperti harkat hara

mikro Cu sebagian besar rendah, dan hanya beberapa desa yang menunjukkan kadar sedang, tetapi hara Fe dan Zn berada pada harkat sedang.

Faktor-faktor tanah yang lain yang berpengaruh terhadap kualitas aroma dan keasaman adalah jumlah total kation dan kejenuhan basa (Mawardi, Wibawa & Sulistyowati, 2004). Analisis menunjukkan nilai-nilai yang menarik untuk faktor-faktor ini, dan tanah Dataran Tinggi Gayo tampaknya cocok bagi budidaya kopi Arabika. Karakteristik alami ini bisa menjelaskan kekhasan cita rasa kopi Dataran Tinggi Gayo.

5. Ringkasan

Dataran tinggi Gayo memiliki karakteristik alam yang sangat cocok untuk tanaman kopi Arabika. Ketinggiannya lebih dari 900 m dpl dan kebanyakan perkebunan kopi Arabika Gayo berada di ketinggian antara 900 dan 1.700 m dpl, yang merupakan ketinggian yang dianggap ideal untuk pohon-pohon kopi Arabika oleh para ahli kopi. Di dataran tinggi Gayo terdapat curah hujan 1.834 mm per tahun dengan 149 hari hujan.

Kondisi iklim relatif homogen dan sesuai untuk tanaman kopi Arabika, karena terdapat selama 10 bulan musim hujan dengan 2 bulan musim kemarau. Para petani Gayo telah beradaptasi dengan iklim udara yang khas ini. Suhu pada umumnya sejuk antara 16 °C dan 24 °C. Perbedaan suhu udara antara siang dan malam biasanya 5 °C. Suhu udara berkisar antara 16 °C dan 24 °C sepanjang tahun, dan kelembaban nisbi melebihi 80%.

3.4.2. Faktor Manusia

Page 22: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Masyarakat di dataran tinggi Gayo terdiri dari berbagai suku. Suku dengan jumlah penduduk terbesar adalah suku Gayo, dan sisanya adalah suku Jawa, Aceh, Minang Kabau, Tapanuli, Sunda, Batak, Cina dan lain-lain. Oleh karena itu, Gayo disebut sebagai suku pribumi/suku asli di dataran tinggi gayo. Masyarakat di dataran tinggi Gayo, umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Gayo sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Sebagaimana masyarakat Aceh Pesisir, di dataran tinggi Gayo juga berlaku otonomi khusus dari pemerintah Indonesia dengan menerapkan hukum syariah Islam/hukum islam sejak tahun 2003.

Dataran tinggi Gayo merupakan hulu beberapa daerah aliran sungai (DAS) di pesisir Timur dan pesisir Barat Provinsi Aceh. DAS Tripe dan DAS Tamiang, yang hulunya di Kabupaten Gayo Lues, bermuara ke Kabupaten Aceh Barat Daya di pantai Barat dan Kabupaten Aceh Tamiang di pantai Timur Provinsi Aceh. Sedangkan DAS Jambo Aye dan DAS Peusangan, yang hulunya di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, bermuara ke Bireuen dan Aceh Utara di pantai Utara dan Timur Provinsi Aceh. Oleh karena itu, dataran tinggi Gayo merupakan daerah tangkapan air bagi kabupaten yang terdapat disekelilingnya. Danau Laut Tawar berada di Kabupaten Aceh Tengah, tepatnya di Kota Takengon, merupakan hulu sungai Krueng Peusangan. Danau ini merupakan sumber pengairan sawah untuk daerah sekitarnya. Dataran tinggi Gayo, juga terdiri dari pemukiman penduduk, hutan lindung, kebun tanaman campuran, sawah, hutan produksi, pinus, Taman Buru, dan Taman Nasional Gunung Leuser. Terbukanya hutan produksi oleh proyek-proyek Pemerintah membawa adanya perpindahan/transmigrasi secara spontan. Sayangnya kesuburan tanah, indahnya pemandangan dan kekayaan alam di dataran tinggi Gayo tidak membuat mayoritas penduduk menjadi makmur.

Konflik politik berkepanjangan terjadi di Provinsi Aceh sejak pada 1976, juga berakibat buruk pada pengembangan daerah dataran tinggi Gayo. Selain penanam modal dalam negeri dan asing tak berani berinvestasi di dataran tinggi Gayo, banyak juga lahan yang subur menjadi lahan terlantar dan semak belukar karena diterlantarkan oleh petani, akibatnya banyak penduduk yang hidup dalam kemiskinan. Dengan adanya perjanjian damai antara GAM dan RI di Helsinki pada tahun 2005, areal penanaman kopi Arabika pada saat ini kembali berproduksi jauh lebih baik.

Semua bahan baku gelondong merah kopi Arabika dataran tinggi Gayo dihasilkan oleh petani. Petani-petani tersebut secara umum telah terhimpun dalam suatu kelompok tani. Kelompok yang esensinya merupakan organisasi petani yang mempunyai orientasi pertanian yang sama. Berdasarkan pengembangan kelompok, maka para petani mampu melakukan penjualan gelondong merah untuk mengembangkan kopi olah basah. Produksi gelondong merah yang berkualitas tinggi dapat meningkatkan pendapatan secara signifikan.

Untuk menjalankan kelompok tani tersebut, para anggotanya secara demokratis memilih para pengurus yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Kelompok tani membahas waktu yang paling tepat serta cara-cara terbaik untuk menanam, memangkas, memupuk, mengendalikan hama

Page 23: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

dan penyakit, dan panen. Di samping itu, juga mengontrol anggotanya agar tidak menggunaan pestisida kimiawi (anorganik), dan sekaligus sangsi yang akan diterapkan apabila anggota kelompok melanggar dari hasil musyawarah atau keputusan bersama. Kelompok juga berperan sangat penting di daerah Gayo dalam mengelola produksi gelondong merah, serta kehidupan sosial dan religius.

Tanah yang miring (berlereng) diharuskan dibuat teras-teras untuk menahan air agar tidak terjadi erosi, terutama pada kopi masih muda. Teras menyebabkan tertahannya laju aliran permukaan, akibatnya akan m,emperlambat laju degradasi tanah, sehingga sangat baik untuk kopi Arabika. Petani-petani Gayo juga selalu menggunakan pohon penaung, misalnya lamtorogung, jeruk keprok Gayo, dan Alpukat.

3.5. Batasan Kawasan

Batasan kawasan produksi gelondong merah, pengolahan gabah basah, penjemuran, penggerbusan, hingga penyangraian diuraikan pada bagian ini.

Tabel 4. Etape produksi dan proses kopi

Etape produksi dan proses kopi Tempat Produksi gelondong merah Kawasan dibatas

Pengolahan sampai kopi gabah basah Kawasan dibatas Penjemuran Kawasan dibatas

Penyimpanan (2 bulan) Kawasan dibatas (tempat pengolahan) Penggerbusan Propinsi Aceh dan Sumatra Utara

Sortasi Pengemasan biji kopi

Penyangraian / Pembubukan Di mana saja

3.5.1. Kawasan Produksi Gelondong Merah dan Kopi Pengolahan Basah

Kopi Gayo hanya bisa diperoleh dari gelondong merah Arabika yang diproduksi di kawasan sesuai peta IG (Gambar 5). Batas daerah ini telah diatur sedemikian rupa untuk menjangkau daerah produksi kopi Arabika Gayo yang terletak di antara gunung Burni Telong. Namun demikian, tidak termasuk gelondong merah Robusta yang terletak di batas-batas daerah ini. Di daerah batasan ini, hanya terdapat kurang dari 10 % produksi gelondong merah Robusta. Batas ketinggian (900 m dpl) telah digunakan dengan batas-batas alami (seperti lembah atau jalan) untuk bagian Barat dan Timur. Areal lahan kebun kopi yang termasuk kawasan IG adalah yang terletak di antara 900 m sampai dengan 1.700 m dpl.

Page 24: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Kriteria lain yang digunakan sebagai persyaratan adalah tanah dan karakteristik iklim, sistem produksi kopi Arabika, tata guna lahan, dan manajemen kolektif atas produksi kopi di dalam kelompok tani. Semua faktor-faktor ini sifatnya homogen di dalam kawasan terbatas. Dampaknya terhadap mutu kopi telah dijabarkan di atas. Sensor analisis telah dilakukan di kawasan ini dan analisis ini telah membuktikan adanya kopi bermutu tinggi di seluruh kawasan.

Gambar 5: Peta kawasan produksi kopi IG dataran tinggi Gayo

Secara administratif, kawasan ini mencakup tiga kabupaten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Daftar dari desa-desa yang termasuk dalam daerah IG terdapat di Lampiran 2. Produksi kopi Arabika mencakup lebih dari 90 % dari total produksi kopi di Dataran Tinggi Gayo. Proses produksi di kawasan ini relatif homogen, yang disebabkan adanya model produksi yang sama (perkebunan kecil dikelola melalui kelompok, koperasi dan perusahaan-perusahaan eskportir kopi di seluruh kawasan ini) dan faktor-faktor alam yang sama. Hasil-hasil dari analisis sensorial yang ditunjukkan di bagian C. Bagian ini menggaris bawahi kekhasan citarasa dari kopi Arabika Gayo yang dihasilkan di dataran tinggi Gayo. Kawasan penjemuran kopi gabah, produksi biji kopi, penyangraian dan produksi kopi bubuk.

3.5.2. Kawasan Penjemuran Kopi Berkulit Tanduk/ Gabah, Produksi Biji Kopi/ Kopi Beras, Penyangraian dan Produksi Kopi Bubuk

Ada keharusan bahwa gelondong merah datang dari kawasan seperti yang dijabarkan di atas, dan gelondong-gelondong ini diolah di kawasan yang sama menjadi kopi berkulit tanduk basah. Penjemuran kopi berkulit tanduk

Page 25: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

mesti dilakukan di seluruh areal dataran tinggi Gayo (walaupun ada beberapa pengolah yang lebih suka membawa kopi berkulit tanduk basah untuk dijemur di tempat-tempat yang memiliki kelembaban lebih rendah). Penyimpanan kopi berkulit tanduk kering/ gabah juga mesti dikawasan IG kopi Arabika Gayo.Penggerebusan dan sortasi terakhir (tujuan untuk mendapatkan biji kopi dengan nilai cacat fisik kurang dari 5 per 300 gr, dan dengan ukuran lebih besar atau sama dengan nilai 16). Pelabelan karung biji kopi/ kopi beras (lihat bagian I : rincian) bisa dilakukan di seluruh dataran tinggi Gayo. Untuk melakukan pengontrolan tempat penggerebusan dan persiapan lot untuk ekspor (sortasi dan pelabelan tas/goni) harus dikomunikasikan dengan MPKG. Penyangraian dan pembubukan biji kopi bisa dilakukan dimana saja di dunia, selama persyaratan yang tertuang di buku persyaratan ditaati.

3.6. Sejarah dan Adat Istiadat

3.6.1. Sejarah

1. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI

Daerah pusat asal tanaman kopi Arabika adalah Benua Afrika, yaitu bentang daratan dari sekitar Danau Tana di barat laut Etiopia sampai Sudan bagian Utara. Di daerah pusat asal ini, kopi Arabika banyak ditemui tumbuh liar di rimba belantara, yaitu di bawah pohon-pohon besar. Jenis kopi yang pertama sekali dimasukkan ke Indonesia adalah jenis Arabika (Coffea arabika, L), pada tahun 1696. Karena tanaman ini mati semua akibat banjir, maka pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat dan akhirnya menyebar ke berbagai pulau di Indonesia. Kopi Arabika mempunyai banyak varietas, varietas tersebut dibedakan berdasarkan bentuk luar tanaman (morfologis).

Sejak tahun, 1696 banyak cerita rakyat yang mengatakan bahwa VOC (rombongan tentara perdagangan Belanda) memperkenalkan kopi di Pulau Jawa sebagai tujuan bisnis mereka. Pada saat itu minuman kopi sudah menjadi hidangan yang sangat popular di dunia. Sampai pada tahun 1885, Indonesia telah menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Kopi Jawa telah memperoleh reputasi baik dimata dunia. Pada tahun 1878, penyakit karat daun pada kopi menyerang tanaman kopi yang menyebabkan sebagian besar kopi Arabika yang berada di ketinggian medium atau lebih rendah, harus digantikan dengan kopi Robusta yang kebal terhadap penyakit karat daun tersebut (Renes, 1989)

Jalan Bireun – Takengon pertama kembali dibangun pada tahun 1913. Jalannya yang berliku mengelilingi pinggiran kebun-kebun yang terdapat di dataran tinggi Gayo. Hal ini mengakibatkan pembukaan lahan pertanian baru pada kawasan hutan mulai dari Paya Tumpi, Bergendal, Belang Gele. Pembukaan lahan ini dilakukan oleh tentara kolonialis Belanda untuk memenuhi permintaan pasar di Eropa. Pada tahun 1930, petani-petani kecil telah menanam kopi sebagai mata pencaharian utamanya.

Page 26: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

2. Setelah Kemerdekaan hingga Tahun 2004

Berawal dari kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah Kerajaan Belanda melalui Proyek IDAP pada tahun 1980, maka pengembangan kopi Arabika Gayo dimulai dengan lebih intensif. Masyarakat dataran tinggi Gayo sangat tergantung hidupnya pada hasil tanaman kopi, akan tetapi sistem pengelolaannya masih sangat sederhana dengan produktivitas ketika itu hanya sekitar 500 kg per ha per tahun. Di samping hasil rendah, mutunya juga sangat rendah karena petani belum mengenal inovasi teknologi, baik teknologi budidaya maupun teknologi pengolahan hasil panen. Oleh sebab itu, pada tahun 1984 Proyek membangun satu unit pabrik prosessing dengan proses basah (wet prosessing) dengan kapasitas 15 ton kopi gelondong merah per hari. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu kopi sekaligus untuk meningkat-kan pendapatan petani.

Pada tahun 1979, Departemen Pertanian melalui Proyek PRPTE, yaitu program pengembangan tanaman perkebunan di berbagai wilayah di seluruh Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh. Di dataran tinggi Gayo, sesuai zona agroekologinya, melalui Proyek PRPTE dikembangkan komoditas kopi Arabika. Pada tahun 1979 ini juga, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) didirikan secara Nasional. AEKI bertujuan untuk mempromosikan kopi Arabika Indonesia ke pasar Internasional.

Sejak tahun 1984, berbagai aktifitas pembinaan petani kopi di datarn tinggi Gayo dilakukan oleh manajemen IDAP Proyek. Pembinaan dilakukan sejak mulai dari onfarm hingga offarm. Akhirnya Proyek IDAP pada tahun 1986 dilanjutkan dengan Proyek LTA-77 (Land Technical Agriculture). Dan akhirnya Proyek LTA-77 mendirikan Pusat Penelitian Kopi Gayo (BPKG) pada tahun 1989. BPKG ini ketika itu ditempatkan di Kecamatan Bandar, tepatnya di Pondok Gajah, sekarang Kabupaten Bener Meriah. Dalam perjalanannya, BPKG ini berganti-ganti nama dan pengelola, hingga akhirnya sekarang hanya berupa Kebun Perobaan (KP) Gayo, di bawah pengelolaan Badan Pengakjian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh.

Proyek LTA-77, di samping melakukan pembinaan pengolahan hasil kopi, juga membentuk unit penyuluhan dan unit Agronomi untuk mengembangkan misi sosial dalam pengembangan kopi rakyat di dataran tinggi Gayo. Pada tahun 1987, pabrik prosessing kopi Gayo memisahkan diri dari Proyek LTA-77, dan berubah nama menjadi PD. Genap Mupakat. Selanjutnya pada tahun yang sama PPW-LTA-77, juga unit Agronomi dan Penyuluhan juga berubah nama menjadi Agro Research yang misinya melakukan penelitian dan pengembangan kopi Arabika di Kabupaten Aceh Tengah. Agro Research ini kemudian berubah menjadi BPKG pada tahun 1989.

Proyek P2WK, secara Nasional dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertentu. Proyek P2WK dilaksanakan di areal kritis (lahan kritis) dan areal yang tidak/kurang produktif. Di dataran tinggi Gayo, melalui Proyek P2WK, Pemerintah menyediakan bibit kopi Arabika untuk dibagikan kepada kepada petani. Pada tahun 1986, unit perencanaan dan perlindungan kopi Arabika didirikan di Aceh Tengah

Page 27: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

dengan tujuan untuk perencanaan pengembangan dan penanganan hama kutu loncat (Homoptera parasit) yang menyerang tanaman lamtorogung (tanaman pelindung) tanaman kopi.

Pada tahun 1989, dimulai pembangunan gedung perkantoran, laboratarium, perumahan, dan fasilitas lainnya, maka nama Agro Research berubah lagi menjadi Balai Penelitian Kopi Gayo (BPKG) yang pada saat itu diresmikan

oleh Menteri Pertanian Prof. Dr. Syarifuddin Baharsyah (13 Maret 1992).

Pada saat yang sama BPKG menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama di Bidang Penelitian dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember (PUSLITBUN) Jember. Kerjasama ini berakhir pada tahun 1996. Pada tahun 1990, Perusahaan Daerah/ PD. Genap Mupakat mulai mengembangkan kebun kopi yang tersertifikasi organik. Ini merupakan awal pengembangan biji kopi bersertifikat organik di dataran tinggi Gayo.

4. Setelah Perjanjian Damai GAM dan RI

Gempa dan Gelombang Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 di Aceh, mempengaruhi tingkat perekonomian di dataran tinggi Gayo. Sebagian penduduk Gayo juga kehilangan sanak saudara mereka yang tinggal di Banda Aceh dan sekitarnya. Pada 15 Agustus 2005, perjanjian damai antara GAM dan perwakilan RI di Helsinski telah ditandatangani. Hal ini telah membawa pengaruh besar terhadap peningkatan dan aktifitas kegiatan mata pencaharian masyarakat dataran tinggi Gayo.

Pada tahun 2006, Para pembeli kopi Gayo, seperti Indocafco dan Koperasi Baburayan, telah mendirikan pabrik untuk mengolah kopi gabah menjadi kopi beras langsung di dataran tinggi Gayo. Pada Agustus 2006 para eksportir sudah dapat membuat surat izin ekspor di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Aceh Tengah. Hingga saat ini banyak sekali perusahaan penanaman modal asing dan domestik berminat bahkan sudah mambangun gudang atau pabrik di Dataran tinggi Gayo.

5. Kesimpulan

Penjabaran tentang sejarah kopi Arabika Gayo di atas menunjukkan bahwa lebih dari satu abad, kopi telah menjadi budaya masyarakat Gayo yang primordial. Bahkan bila ada fluktuasi besar lahan yang ditanami, kopi ini tetap menjadi salah satu tanaman yang paling penting dan menjadi pendorong bagi pembangunan daerah. Sejak pemerintahan Belanda mulai mengembangkan tanaman kopi Arabika di kawasan Gayo, kopi mulai mendapatkan reputasi yang tinggi diantara orang Gayo maupun orang Indonesia lainnya dan para pecinta kopi dari manca negara.

Saat ini, sejalan pengembangan pariwisata di Gayo, semakin banyak orang dari luar Gayo dan dari manca negara datang ke dataran tinggi Gayo. Hal ini semakin meningkatkan reputasi kawasan ini maupun produk-produknya, khususnya kopi. Para wisatawan datang ke dataran tinggi Gayo, biasanya

Page 28: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

membeli kopi Gayo langsung di kawasan ini atau di kota-kota lain yang berdekatan dengan kawasan ini, karena beberapa penyangrai memasok kopi ini ke toko-toko dan supermarket (Gambar 6).

Selain dari wisatawan domestik dan wisatawan manca negara, konsumen kopi Gayo sekarang ini juga mencakup para pecinta kopi yang menganggap kopi jenis ini sebagai origin coffee, yang bersedia membayar kopi ini dengan harga tinggi. Para konsumen ini bisa ditemukan di dataran tinggi Gayo atau di seluruh Indonesia, bahkan di negara-negara tetangga, Jepang, Australia dan beberapa negara Eropa, di mana kopi ini telah diekspor selama lebih dari dua puluh tahun sampai sekarang. Kopi Gayo ini tentunya dengan darurat sangat membutuhkan perlindungan Indikasi Geografis (IG). Perlindungan IG ini akan memberikan jaminan kepada semua konsumen bahwa kopi yang mereka beli adalah produk asli dan berkualitas.

3.6.2. Adat Istiadat

1. Produksi oleh Organisasi/ Lembaga Tradisional Berdasarkan Sosial Keagamaan

Seperti yang dibahas sebelumnya, masyarakat Gayo beranggapan bahwa budidaya dan memproduksi kopi perlu dilakukan melalui upacara-upacara keagamaan. Biasanya, kegiatan memproduksi kopi Arabika diselenggarakan sebelum dan pada akhir panen, dan bila tanaman terserang hama dan penyakit. Hal ini semakin memperkuat kaitan antara produksi dengan adat-istiadat, serta kepercayaan setempat. Dalam hal pengembangan kebun kopi di Gayo, upacara secara adat biasa dilakukan mulai dari membuka lahan, penanaman, perawatan, panen, dan pasca panen.

Gambar 6. Foto paket kopi Arabika Gayo

Gambar berikut ini adalah contoh paket kopi Arabika Gayo yang beredar di pasaran sebagai ilustrasi bahwa Arabika coffee adalah nama barang yang dilindungi oleh indikasi geografis yang dimiliki oleh Masyarakat Gayo dan Gayo adalah nama Indikasi Geografis sedangkan Khatulistiwa Coffee adalah nama dagang yang dimiliki oleh individu dalam hal ini adalah suatu perusahaan penyangrai. Logo Indikasi Geografis kopi Arabika Gayo dapat melekat pada etiket kemasan tersebut selama rantai pasokan dari penyangrai dengan merek dagang tersebut mematuhi kaedah-kaedah dalam buku persyaratan. Logo Indikasi Geografis kopi Arabika Gayo menjamin keaslian untuk konsumen dan perlindungan hukum atas hak kekayaan intelektual untuk pemilik IG kopi Arabika Gayo dalam hal ini adalah masyarakat Gayo.

Page 29: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

2. Produksi dan Kaitannya dengan Budaya Setempat

Kopi Gayo di produksi oleh organisasi/lembaga sosial keagamaan lokal, dapat ditegaskan bahwa ada kaitan antara kopi dan budaya lokal Gayo, dan kopi Gayo merupakan salah satu produk tradisional. Kopi digunakan sebagai pemberian atau sumbangan dalam acara-acara tertentu. Di beberapa upacara, seperti pernikahan dan ketika seseorang meninggal dunia, maka tetangga, sanak saudara diharapkan memberi sembangan, misalnya kopi yang akan dikonsumsi selama upacara tersebut.

Kopi juga digunakan sebagai obat penyembuh, misalnya, kalau seseorang menderita pening dia bisa minum kopi, kalau ada luka kecil berdarah maka kopi juga bisa digunakan sebagai penutup luka. Untuk orang perempuan yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, biasanya anggota keluarganya memberi dia minuman kopi manis untuk membantu proses kelahiran bayi. Kopi menjadi minuman tradisional yang dikonsumsi sebagai suguhan pada acara-acara tertentu di kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo, dan di acara-acara lainnya, misalnya ketika seorang tamu berkunjung, rapat anggota kelompok tani, sarak opat mengadakan pertemuan dan ketika keluarga mengadakan pertemuan.

Dengan demikian, kopi menjadi bagian yang sangat penting dari budaya lokal, kemungkinan besar melebihi peranan teh. Teh merupakan bagian dari budaya negara Asia lainnya, namun produk ini tidak digunakan dengan cara sama umumnya di Indonesia, dan khususnya di Gayo. Setelah berkembang lebih dari satu abad, dan dikenal baik di dataran tinggi Gayo, maupun di luar Gayo dan terpadu dalam adat-istiadat setempat sebagai bagian dari budaya, produksi kopi Gayo lokal di Gayo menunjukkan kaitan yang kuat dan berkesinambungan dengan kawasannya.

3.7. Uraian tentang metode produksi dan pengolahan

3.7.1. Metode Produksi

1. Lahan dan Persiapan Lahan

a. Ada dua tipe lahan yang dapat diusahakan sebagai areal budidaya kopi di dataran tinggi Gayo. Pertama lahan yang sebelumnya telah diusahakan tanaman kopi atau tanaman lainnya atau bahkan semak belukar. Kedua lahan yang dibuka baru, dari vegatasi hutan. Bila dimulai dari membuka hutan, maka peranan adat istiadat sangat kental, mulai dari rencana penebangan. Dalam proses pembukaan lahan, kebiasaan yang khas sejak 20 - 25 tahun belakangan di dataran tinggi Gayo, terutama di Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah masyarakat tidak melakukan pembakaran. Setelah hutan ditebas dan tebang, lahan tersebut dibiarkan hingga satu tahun, sehingga hasil tebasan dan sebagian hasil tebangan telah mulai busuk. Lalu dilakukan tebas kembali dan langsung dibuat lubang tanam untuk

Page 30: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

tanaman kopi. Setelah lubang tanam berumur 3 - 6 bulan, baru dilakukan penanaman.

b. Lahan di dataran tinggi Gayo hampir seluruhnya potensial ditanami kopi Arabika. Untuk daerah-daerah yang miring sebagai fungsi konservasi bisa dibuatkan terasering. Pada umumnya untuk kemiringan yang di bawah 30% dapat dibuatkan teras dalam bentuk sabuk gunung, sedangkan pada kemiringan di atas 30%° dapat dibuatkan teras individu, di mana pada masing-masing teras ini ditanam satu macam tanaman saja.

c. Jarak tanam yang dilakukan petani sangat bervariasi tergantung kepada kondisi morfologi tanah, kesuburan tanah, dan varietas kopi Arabika. Jarak tanam yang umum dilakukan petani di dataran tinggi Gayo adalah 2 m x 2 m (2.500 batang per hektar), 2,50 m x 2,50 m (1.600 batang per hektar); 2 m x 2,50 m (2.000 batang per hektar), 3 m x 3 m (1.100 batang per hektar), dll. Pada hampir semua jarak tanam ini, petani di dataran tinggi Gayo, terbiasa melakukan penanaman matalima, dimana setiap 4 lubang tanam kopi dalam persegi empat, dilakukan penanaman di tengahnya. Model ini sejauh yang diketahui, hanya ada dilakukan dalam budaya masyarakat di dataran tinggi Gayo.

d. Pohon kopi ini harus ditanam di lubang-lubang yang harus dibuat setiap 2 atau 2,5 m dengan kedalaman 40 cm. Dan pada waktu penanaman dan penutupan lubang itu, tanah dicampur dengan pupuk organik berupa kulit kopi atau pupuk kandang. Di lubang-lubang tanam ini, tanah alami dicampur dengan pupuk organik ketika waktu tiba menanam bibit kopi muda.

e. Di dalam kebun kopi rakyat, di dataran tinggi Gayo, petani biasa menanam tanaman pelindung tanaman kopi. Tanaman pelindung (penaung), umumnya tanaman lamtorogung, walaupun juga tidak sedikit naungan ini diusahakan dari jenis tanaman jeruk Keprok Gayo dan Alpukat. Tanaman pelindung ditanam diantara barisan tanaman kopi dengan jarak tanam 6 m x 6 m atau 8 m x 8 m, sesuai jenis tanaman pelindung yang diusahakan. Oleh karena itu, kerapatan tanaman pelindung tanaman kopi ini adalah sekitar 25% dari total populasi kopi.

2. Bahan Tanam dan Pembibitan

a. Varietas kopi Arabika saat ini umum dibudidayakan oleh petani Gayo di kawasan IG Kopi Gayo antara lain adalah Timtim, Catimor, S795, Borbor, Ateng Super, Bergendal, Jember, dan vareitas lainnya. Namun varietas yang direkomendasikan berdasarkan hasil uji citarasa pada tahun 2008 adalah Timtim, Borbor dan P-88. Varietas lain yang telah ditanam di kebun petani, tetap dapat dipelihara, dan pada masanya nanti akan berkurang karena sudah tidak dianjurkan untuk dibudidaya-kan oleh petani.

b. Tanaman Kopi Jenis Barui. Pembibitan bisa dilaksanakan langsung oleh Kelompok Tani

ataupun dibeli dari pengelola bibit yang bersertifikat atau diterima dari Pemerintah, dalam hal ini Dinas Perkebunan setempat;

Page 31: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

ii. Daftar dari varietas-varietas yang mendapatkan otorisasi dikeluarkan oleh Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) Indikasi Geografis, dibantu oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI), Dinas Perkebunan, akademisi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, dan lain-lain dan dapat diperbaharui bila diperlukan.

3. Pemeliharaan Tanaman

a. Pemupukan tanaman dilaksanakan dua kali setahun dengan menggunakan pupuk organik, terutama kulit kopi dan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi yang diternakkan oleh petani sendiri atau dibeli. Dengan demikian kesuburan tanah tetap stabil karena adanya penambahan pupuk organik secara reguler setiap tahunnya sesuai jadwal. Diperkenankan penggunaan sisa-sisa tanaman lainnya seperti kompos tanaman sayur-ayuran, tetapi pupuk kimia sama sekali dilarang digunakan untuk IG Kopi Gayo.

b. Pemangkasan kopi dilakukan melalui pangkasan bentuk berbatang tunggal dengan ketinggian sekitar 180 cm. Di samping pangkasan bentuk, secara rutin juga diadakan pangkas lepas panen, wiwilan kasar dan wiwilan halus.

c. Pengendalian hama penyakit penting. Hama penyakit penting yang terdapat pada kopi Gayo adalah nematoda, penggerek buah kopi dan penggerek cabang. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan melalui sistem pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) dengan memanfaatkan musuh-musuh alami dan agensia hayati. Sedangkan penggunaan pestisida dan herbisida dilarang.

d. Pengaturan penaung. Di dataran tinggi Gayo, umumnya kopi ditanam di bawah pohon penaung/pelindung. Penaung yang paling banyak digunakan adalah lamtorogung, jeruk, dan Alpukat, karena lamtorogung ditanam melalui stek, dapat mudah dipangkas dan hasil pengkasannya sebagai sumber bahan baku lokal pupuk organik. Adanya naungan yang kondisinya baik ini, maka kopi Arabika Gayo tahan terhadap sinar matahari karena evapotranspirasi yang tidak terlalu tinggi, akibatnya jarang ada ditemui terjadi rontok daun pada kopi Gayo di dataran tinggi Gayo.

e. Diversifikasi tanaman. Kepemilikan lahan yang tidak begitu luas, hanya sekitar 2 ha, maka petani perkebunan kopi di kawasan Gayo terbiasa melakukan usaha diversifikasi horizontal, baik dengan tanaman lain seperti tanaman buah-buahan maupun ternak. Karena adanya dampak positif dari jenis diversifikasi seperti ini terhadap kualitas kopi, maka diversifikasi ini perlu direkomendasikan. Upaya diversifikasi seperti ini di samping mampu meningkatkan pendapatan petani persatuan luas juga dapat menyediakan pupuk organik dari kulit kopi, pangkasan lamtorogung, kotoran ternak dan sampah hasil siangan kebun yang lainnya untuk tanaman kopi, yang bisa mendorong pengelolaan secara organik terhadap tanaman kopi di Gayo. Diversifikasi yang umum dilakukan dengan tanaman sayur-sayuran pada tahun 1 - 3 penanaman kopi, selanjutnya diversifikasi dilakukan dengan tanaman Jeruk dan Alpukat yang ditanam

Page 32: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

bersamaan dengan penanaman tanaman kopi. Kedua tanaman terakhir ini selanjutnya berfungsi sebagai naungan

f. Di pagar tanaman kopi dan atau di sepanjang jalan menuju ke kebun, biasa ditanami rumput oleh petani. Rumput ini berfungsi sebagai sumber pakan ternak yang dipelihara oleh petani. Di samping daun-daunan dari pohon penaung seperti lamtorogung atau sisa-sisa tanaman lainnya, termasuk sisa-sisa gulma yang dibersihkan secara reguler merupakan bahan baku sumber lokal untuk pupuk organik.

Pemeliharaan tanaman kopi Gayo di kawasan IG Gayo adalah alami dan organik, tanpa penggunaan bahan-bahan kimia sintetik, baik dalam bentuk pupuk buatan maupun pestisida dan herbisida. Butir-butir di bawah ini perlu dipertimbangkan untuk kopi Gayo dengan pengendalian secara berhati-hati (lihat Metode Keterunutan dan Kontrol) :

a. Varietas yang digunakan dalam tanaman baru yang dianjurkan; Tim-Tim, Borbor, dan P-88.

b. Jarak tanam kopi, sesuaikan varietas, secara umum dapat dilakukan 2,5 m x 2,5 m.

c. Pemeliharaan tanaman kopi. Pemupukan dengan pupuk organik yang diperkaya dengan bahan yang dapat dibenarkan di dalam sistem budidaya kopi organik. Pada kopi-kopi yang sudah berumur di atas 10 tahun, petani umum membuat lubang angin di dua atau tiga sisi batang kopi. Lubang angin ini berfungsi untuk menanam pupuk organik secara vertikal, sehingga pertumbuhan dan produktifitas kopi menjadi lebih baik.

d. Pemangkasan cabang kopi, baik pemangkasan bentuk maupun pemangkasan pemeliharaan.

e. Penggunaan pohon penaung/pelindung dari jenis tanaman yang menghasilkan, termasuk dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pupuk organik.

f. Pemupukan dengan pupuk organik berarti bahwa hanya digunakan dengan jumlah yang secukupnya untuk memastikan adanya konservasi kesuburuan dan konservasi tanah.

g. Tanpa pestisida dan herbisida di dalam pengelolaan tanaman pohon kopi Arabika.

3.7.2. Metode Pengolahan

Pengolahan kopi di dunia, baik negara produsen kopi maupun negara pembeli, dengan tujuan dan berbagai cara, agar produk mereka dapat diminati oleh konsumen sebagai peminum kopi. Mereka secara terus menerus melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu agar produk mereka mendapat penilaian khusus dari para pembelinya.

Dalam pengolahan kopi yang penting adalah bagaimana cara mendapatkan hasil akhir yang diakui konsumen dengan mutu yang baik dan citarasa yang tinggi. Secara umum pengolahan kopi terbagi dua, yaitu pengolahan basah (wet processing) dan pengolahan kering (dry processing).

Page 33: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Pengolahan secara basah harus dimulai dengan pemetikan yang benar. Pengolahan kering yaitu meniru proses secara alami bahwa buah kopi kering dipohon atau dikeringkan bersama kulitnya. Proses kering ini tidak efektif karena dalam kopi dilapisi oleh kulit merah dan kulit tanduk sehingga menghambat proses pengeringan.

Pengolahan basah tentu banyak menggunakan air dalam pengolahannya terutama dalam proses pengupasan kulit merah dan proses pencucian untuk membersihkan lendir yang menempel dipermukaan kopi gabah. Kopi Gayo (Arabika) adalah kopi yang diolah dengan pengolahan basah, ada 2 perbedaan pada pengolahan basah yaitu dengan cara gerbus basah (wet hulling) dan gerbus kering (dry hulling). Secara umum perbedaan keduanya hanya pada tahap pengupasan kopi berkulit tanduk/ kopi gabah.

1. Panen

Buah yang hijau diproses secara terpisah. Buah kopi yang tidak berisi penuh karena terserang hama, dipisahkan di dalam bak yang berisikan air. Di dalam bak ini kopi diaduk sehingga buah yang berisi penuh akan kebawah dan yang ringan akan terapung di permukaan air. Buah kopi yang terapung dipisahkan dan diproses secara terpisah. Di dataran tinggi Gayo pemetikan ini pada umumnya dilakukan oleh petani kopi.

Sistem pemanenan yang umum dilakukan oleh petani di dataran tinggi Gayo adalah sistem petik dan sortasi buah hijau. Buah merah dpetik secara pilih dipohon. Buah hijau yang terpetik dipisahkan secara manual dari buah yang merah. Pemanenan biasa dilakukan oleh petani atau buruh tani dimana kopi tersebut akan di proses.

Gambar 7. Panen

2. Pengolahan gelondong merah menjadi kopi gabah dan biji kopi/ kopi beras

i. Untuk memastikan adanya kualitas yang terbaik dan menghindarkan kerusakan pada gelondong merah, hasil pemetikan ini harus dikupas kulit merahnya pada hari pemetikan dan diproses sampai selesai.

ii. Gelondong-gelondong merah disortasi secara manual dengan perambangan. Gelondong-gelondong yang mengapung dipisah-kan atau diolah di luar, tidak dicampur dengan yang akan menjadi kopi Gayo IG.

a. Pengupasan Kulit Merah (pulping)

Panen harus dilakukan dengan cara sangat berhati-hati dan secara manual yaitu pemetikan dengan tangan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan minimal 85% gelondong merah, maksimal 15% gelondong kuning, dengan tanpa ada gelondong hijau atau hitam. Persentase ini bisa diperiksa di pintu masuk unit pengolah (jika dipandang perlu sortasi bisa dilakukan setelah panen). Hanya gelondong yang disortasi secara benar bisa diolah untuk mendapatkan kopi IG.

Page 34: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Pengupasan kulit merah sering disebut pulping. Mesin pulper dapat memisahkan kulit merah dengan biji kopi yang disebut kopi gabah. Di dalam proses pengupasan ini perlu diperhatikan agar biji kopi tidak banyak yang rusak atau banyaknya kulit yang terikut ke dalam hasil pengupasan yaitu gabah atau sebaliknya hasil peng-gilingan/gabah banyak terbuang ke dalam kulit.

Di tingkat petani biasanya menggunakan mesin pulper satu selinder. Petani menggunakan mesin dianggap lebih murah dan lebih praktis dan mudah dipindah-pidahkan. Sedangkan di tingkat perusahaan banyak menggunakan mesin yang tiga selinder karena tidak perlu dipindah-pindahkan. Selinder yang pertama ukurannya lebih besar untuk mengupas gelondong yang berukuran besar, selinder yang kedua berukuran lebih sedang untuk mengupas gelondong, dan yang ketiga selinder berukuran kecil untuk mengupas gelondong yang berukuran kecil. Di dataran tinggi Gayo pada umumnya proses pengupasan ini dilakukan oleh petani sendiri. Hal ini mereka lakukan di samping menambah pendapatan dari harga jual dan kulit dari gelondong dapat dikembalikan ke dalam kebun kopi sebagai pupuk organik.

Pengelupasan ini dilakukan menggunakan mesin pengelupas mekanik (atau kadang-kadang secara manual) menggunakan air bersih. Setelah dilakukan pengelupasan kulit merah, biji kopi terus dirambang dan biji yang mengapung dipisahkan. Kemudian, proses fermentasi bisa dilakukan, selama 12 jam atau 36 jam. Fermentasi dilakukan alamiah dan sempurna tanpa adanya kulit buah dan kopi gelondong di dalam bak fermentasi. Setelah itu, biji-biji kopi ini dicuci dengan air bersih. Akhir dari pencucian adalah penjemuran dengan sinar matahari di lapisan-lapisan yang tipis di atas para-para atau di atas tikar penjemuran.

b. Pelepasan Lendir (mucilage removing)Lendir yang menempel di permukaan kopi gabah dapat menghambat pengeringan, untuk itu lender yang menempel di permukaan kopi gabah perlu dihilangkan terlebih dahulu. Menghilangkan lendir dapat dipisahkan dari permukaan kopi gabah dengan cara memeram kopi gabah, baik di dalam karung plastik maupun di dalam bak pemeraman yang sering disebut proses fermentasi. Di dalam pemeraman ini kopi menjadi panas sehingga lendir yang menempel di permukaan akan terlepas dengan sendirinya. Pemeraman ini dilakukan sampai kopi gabah terasa kesat jika diremas. Fermentasi yang baik dan tepat dapat menambah citarasa dan aroma kopi tersebut menjadi lebih baik. Dan jika pemeraman terlalu lama citarasa dan aroma kopi lebih jelek yang sering disebut over fermented.

Kopi gabah basah yang diperam jika diremas telah terasa kesat, maka kopi segera dicuci untuk membersihkan lendir dari permukaan kopi gabah. Pencucian ini dapat dilakukan di dalam saluran yang dibuat khusus atau di dalam keranjang rotan. Di dalam proses pencucian ini juga dapat dipisahkan kulit yang masih terikut dan kopi gabah yang yang tidak bagus atau kosong. Dengan kemajuan teknologi, lendir yang menempel pada permukaan kopi gabah dapat dibersihkan langsung tanpa melalui proses pemeraman. Mesin ini sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan kopi

Page 35: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

yang berteknologi tinggi. Dengan mesin ini lendir dapat dibersihkan dengan segera dan tidak memakan waktu terlalu lama tergantung kepada kapasitas mesin tersebut. Di dataran tinggi Gayo, proses pemeraman ini pada umumnya dilakukan oleh petani sendiri dan pedagang pengumpul. Unit-unit pengolah (mesin, tanki untuk fermentasi, kanal dan tanah) harus dibersihkan setiap hari, tepat setelah pengolahan.

c. Pengeringan (drying)Kopi gabah basah masih mengandung kadar air yang tinggi, sehingga peka terhadap pelapukan. Untuk ini, kadar air di dalam kopi gabah ini perlu dikurangi dengan cara melakukan pengeringan, baik dengan penjemuran di matahari maupun dengan menggunakan teknologi mesin. Pengeringan dengan sinar matahari jauh lebih baik dibanding dengan pengeringan teknologi mesin. Sinar matahari mengandung unsur ultraviolet yang dapat membentuk aroma kopi lebih baik dan lebih tahan lama dalam penyimpanan. Jika matahari tidak mendukung penjemuran kopi gabah, sebaiknya dikeringkan dengan mengunakan teknologi mesin dan suhunya disesuaikan dengan sinar matahari, sehingga hasilnya tidak terlalu berbeda dengan pengeringan dengan sinar matahari.

d. Pengupasan Kulit Tanduk (hulling)Pengupasan kulit tanduk sering disebut hulling. Di dalam pengupasan ini perlu diperhatikan agar hasil pengupasan tidak terlalu banyak yang rusak dan pecah atau kopi biji/ kopi labu hasil dari pengupasan terbuang ke dalam kulit pembuangan. RPM dan pisau sangat penting diperhatikan dalam pengupasan kulit tanduk. Untuk kopi kadar air tinggi, RPM pada mesin lebih tinggi dibanding kopi gabah yang berkadar air rendah. Dengan kemajuan teknologi, mesin pengupasan kulit tanduk sudah dilengkapi dengan mesin pembersih kulit ari yang lazim disebut Polishing. Dengan mesin ini kulit ari yang menempel pada biji kopi dapat dibersihkan sehingga biji kopi lebih kelihatan bersih. Di dataran tinggi Gayo proses ini dilakukan oleh pengusaha yang disebut pengusaha kilang kopi yang berada di wilayah sekitar petani kopi.

Pada Pengolahan Gerbus Kering (Dry hulling)

BUAH GELONDONG MERAHSORTASI BUAH

(Untuk memisahkan buah hijau, kuning, kering,lewat masak sehingga yang tersisa 85% merah, kuning segar 5%)

PERAMBANGAN BUAH(buah mengapung dipisahkan)

PENGELUPASAN KULIT MERAH(menggunakan mesin pulper)

PERAMBANGAN BIJI BERKULIT TANDUK BASAH(menghilangkan kulit kopi, buah kopi biji hampa dan kotoran lain)

Page 36: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

FERMENTASI(selama 12 jam atau 36 jam)

PENCUCIAN(dengan air bersih dan mengalir)

PENJEMURAN(sampai kadar air relatif sebesar 12 %)

PENYIMPANAN BIJI BERKULIT TANDUKKERING DI TEMPAT PENGOLAHAN (min 2 bulan)

PENGGEREBUSAN(menggunakan mesin huller)

SIAP DIEKSPOR/DIJUALKE EKSPORTIR ATAU PENYANGRAI

Gambar 8. Cara pengolahan gerbus kering di Dataran Tinggi Gayo

Pengeringan harus dilakukan sampai kadar air mencapai 12% (Gambar 8). Selama penjemuran, biji kopi diaduk untuk menghindarkan dari penyerapan kadar air kembali yang biasanya berlangsung selama sekitar 14 hari. Penjemuran dapat dilakukan di seluruh tempat di pulau Sumatra, bukan hanya di daerah dataran tinggi Gayo (karena beberapa unit pengolahan memilih melakukannya di tempat-tempat yang lebih kering).

Kopi berkulit tanduk/ Gabah kering yang dihasilkan harus disimpan di karung yang baru selama minimal 2 (dua) bulan di tempat pengolahan (dimana gelondong merah diolah), oleh kelompok atau unit pengolahan swasta. Penyimpanan ini harus dilakukan di dalam ruang kering dan bersih (tidak ada kontak langsung dengan tanah), dan di dalam ruang simpan yang bebas dari bahan kimia (penyebab terjadinya kontaminasi bau asing). Setelah penyimpanan ini, kopi gabah bisa dijual langsung atau dilakukan penggerebusan. Penggerebusan (menggunakan mesin huller) dapat dilakukan oleh unit pengolahan atau pembeli kopi gabah, di seluruh daerah dataran tinggi Gayo.

Pada Pengolahan Gerbus Basah (wet hulling)

Pengolahan cara gerbus basah umumnya dilakukan di dataran tinggi Gayo. Pengeringan gabah sampai kadar air antara 40 - 45% (Gambar 5), lalu dilakukan pengupasan kulit tanduk. Hasil pengupasan disebut kopi labu (wet bean). Kopi labu ini masih mengandung kadar air tinggi dan masih

Page 37: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

perlu pengeringan lebih lanjut sampai kadar air antara 12 - 13% dan disimpan sebelum dilakukan proses selanjutnya. Di dataran tinggi Gayo, proses ini umumnya dilakukan oleh petani sendiri. Gabah dikeringkan sampai kadar air 40 - 45% lalu dijual kepada pedagang pengumpul.

Gambar 9. Cara pengolahan kopi gerbus basah di Dataran Tinggi Gayo.

e. Pemisahan Biji (grading)Pemisahan biji (sortasi) menurut ukuran dapat menggunakan mesin ayakan yang disebut grading. Untuk biji ringan dapat menggunakan mesin pengipas yang disebut blowing, dan biji cacat seperti hitam, coklat, pecah atau biji yang terserang hama dapat dipisahkan secara manual, yaitu menggunakan tenaga manusia. Dari biji kopi yang bagus yang sering disebut hand sorting. Selain memisahkan dengan cara manual juga dapat menggunakan mesin yang disebut sorting machine, dengan alat ini biji kopi yang jelek dapat dipisahkan lebih cepat dan murah dibandingkan dengan cara manual. Di dataran tinggi Gayo proses ini dilakukan oleh para pedagang dan eksportir.

f. Penyimpanan (storage)Tempat penyimpanan biji kopi harus bersih dan rapi dengan mengatur sirkulasi udara dalam gudang penyimpanan. Sirkulasi udara ini sangat penting diperhatikan. Pengaturan suhu udara harus diperhatikan untuk menjaga kadar air kopi agar tetap stabil. Kopi harus disimpan secara terpisah tidak boleh digabung dengan bahan lain yang sifatnya dapat mengeluarkan bau seperti cengkeh, bawang putih, karet, kulit manis dan lain-lain, karena kopi dapat menyerap bau asing yang ada disekitarnya. Hal ini sangat mempengaruhi citarasa kopi pada saat disedu. Karung tempat penyimpanan harus bersih dan terhindar dari bau asing dan jangan membiasakan menyimpan kopi dalam karung bekas yang sudah pernah dipakai untuk barang lain. Hal ini dapat terkontaminasi ke dalam biji kopi. Kopi dari dataran tinggi Gayo pada umumnya disimpan oleh padagang dan eksportir sebelum di ekspor.

PENGUPASAN KULIT TANDUK(Hulling)

PENGERINGAN KOPI GABAH(drying of parchement); Kadar Air 40%

PEMISAHAN BIJI DAN SORTASI(grading and sorting)

PENGERINGAN KOPI LABU(drying of wet bean); Kadar Air 12%

EKSPOR BIJI KOPI GONGSENG(roasting); kopi bubuk

Page 38: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Pengepakan (packaging) harus mampu menjamin kesegaran dan mutu. Untuk kopi bubuk Gayo IG sebaiknya digunakan satu kemasan dengan tiga lapis penutup, dan katup satu arah. Kemasan ini untuk mempertahankan aroma dari kopi tidak akan hilang selama beberapa bulan. Untuk menjamin bahwa kopi akan dikonsumsi pada waktu yang ditentukan, maka dalam kemasan produk harus dicantumkan secara jelas waktu berlaku/kedaluarsa produk.

3. Persiapan Lot Sebelum Ekspor

Setelah penggerebusan, kopi harus disortasi untuk memenuhi persyaratan-persyaratan pasar kopi spesial (specialty coffee). Nilai cacat fisik kurang dari 5 per 350 g. Menurut standar Specialty Coffee Association of America (SCAA), ukuran biji kopi lebih besar atau sama dengan ukuran 16. Setelah persiapan ini, kopi IG Gayo dimasukkan ke dalam kantung-kantung (goni-goni) pembungkus dengan menulis beberapa informasi, termasuk nama dan logo IG (lihat bagian I). Persiapan lot ekspor harus dilakukan di dataran tinggi Gayo, dan tempat ini harus dilaporkan kepada MPKG, untuk mempermudah kontrol.

3.7.3. Metode Penyangraian dan Penjualan Eceran

Penggongsengan (penyangraian) umumnya dikenal dengan tiga tipe, yaitu hitam (dark roast), sedang (medium roast), dan terang (light roast). Tipe penggongsengan ini sangat erat hubungannya dengan selera para konsumen selaku peminum kopi. Di samping tipe gongsengan, banyak konsumen menyukai kopi dengan rasa-rasa yang khusus seperti kopi rasa es crem, kopi rasa moka, kopi rasa stroberry, dan kopi rasa lainnya.

Setelah kopi digongseng, lalu digiling (grinding), dan dikemas (packaging), dan terakhir siap dipasarkan. Untuk bahan makanan dan minuman, bayak pengusaha menggunakan kemasan dari aluminium foil. Kemasan ini di samping praktis dan aman dari segi kesehatan dibanding dengan menggunakan kemasan dari kaleng. Kopi dari dataran tinggi Gayo pada umumnya di jual dalam bentuk biji mentah dan sebagian kecil dijadikan bubuk kopi.

Proses penyangraian/bubuk harus dilakukan dalam kondisi yang bagus dan harus dapat mempertahankan mutu baik biji kopi. Tipe penyangraian ini kembali pada keinginan para penyangrai (dapat berupa light roast atau ringan, medium roast, dan atau dark roast), sesuai permintaan pasar atau permintaan konsumen. Namun, rekomendasi umum untuk Kopi Gayo IG adalah penyangraian menengah.

3.8. Uraian metode pengujian kualitas barang dan pengawasan serta Keterunutan

Page 39: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Untuk menjamin adanya kredibilitas kopi IG dataran tinggi Gayo, telah dibentuk sebuah rencana pengendalian dan keterunutan. Rencana ini bertujuan untuk :◘ pemenuhan aturan-aturan Buku Persyaratan◘ asal produk (keterunutan)◘ produk :

● mutu produk (tidak adanya kecacatan)● kekhasan produk

3.8.1. Pengawasan Pertanaman (Budidaya)

Pengawasan atas pemenuhan aturan-aturan dalam buku persyaratan harus dipenuhi, baik pengawasan budidaya maupun pengawasan pengolahan. Pengawasan dilakukan mulai dari budidaya sampai dengan pengolahan hasil, yang terdiri dari pengawasan mandiri (autokontrol), pengawasan yang dilakukan oleh unit pengolahan, dan pengawasan oleh Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG).

1. Pengawasan Mandiri

Masing-masing produsen harus mengecek bahwa suatu kebun memenuhi aturan-aturan sesaui buku persyaratan, diantaranya pohon penaung, varietas (hanya untuk penanaman baru), kerapatan/jarak tanam, pemeliharaan (khususnya untuk pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit), dll. Dengan demikian, masing-masing produsen harus diberitahu tentang peraturan-peraturan yang harus ditaati di kebun-kebun oleh Kelompok Tani atau MPKG. Pengawasan oleh kelompok setiap tahun, Ketua Kelompok (atau pengurus kelompok tani) harus meyakinkan bahwa buku persyaratan dipunyai dan diikuti oleh kebun-kebun anggotanya, dan harus melapor kepada Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo.

2. Pengawasan oleh Kelompok Tani

Setiap kelompok bisa memilih cara-cara untuk mencapai pengawasan ini. Pengurus kelompok tani bisa melakukannya sendiri atau menunjuk seseorang yang bisa ditugaskan dalam melakukan pengawasan. Dalam kasus-kasus demikian, sebuah pertemuan anggota biasa bisa diadakan atau mungkin perlu dilakukan pemeriksaan kebun secara khusus secara reguler.

3. Pengawasan oleh MPKG

Setiap tahun, pada bulan April, MPKG memilih secara acak 5 kelompok tani, dan mengecek pemenuhan buku persyaratan di kebun-kebun anggota kelompok tani, selama 2 hari per kelompok tani (sehingga dibutuhkan 10 hari untuk kontrol ini). Pada tahun berikutnya dapat dilakukan untuk kelompok tani lainnya secara bergilir dan reguler.

3.8.2. Pengawasan Pengolahan

1. Pengawasan oleh Kelompok atau Unit Pengolahan (Kontrol Mandiri)

Page 40: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Di dalam setiap unit pengolahan (kelompok tani, koperasi atau unit pengolah swasta), ada satu orang yang ditugaskan mengawasi proses (mengecek bahwa proses sesuai dengan buku persyaratan).Petugas tersebut harus mengecek proses setiap hari, di antaranya :

● Gelondong merah yang akan diolah berasal dari produsen terdaftar,● Persentasi gelondong merah cukup (≥ 85%),● Pengupasan kulit dilakukan pada hari yang sama saat petik sampai

dengan pukul 24.00 malam.

Fermentasi dilakukan selama 12 jam atau 36 jam. Pengeringan dilakukan di atas para-para, terpal, lantai semen dan tidak boleh menyentuh tanah langsung. Kadar air hasil pengeringan harus tepat antara 12 - 14%, yang diperiksa menggunakan alat pengendali kadar air yang disetel dengan baik. Selain itu, ebersihan unit pengolah (termasuk mesin, tanki fermentasi, dll) harus menjadi perhatian kelompok atau unit pengolah. Setelah pengolahan, petugas yang ditugaskan untuk mengontrol di unit pengolahan mengecek juga kondisi-kondisi dan lama penyimpanan kopi gabah minimal 2 bulan untuk gerbus kering sehingga biji kopi gabah mencapai kadar air 13 % sebelum dikupas kulit tanduknya dan biji kopi mesti disimpan hingga berkadar air minimal 12 % untuk gerbus basah sebelum diekspor atau dipindahkan dari Dataran tinggi Gayo.

2. Pengawasan oleh MPKG

Setiap tahun, selama panen dan pengolahan, MPKG memilih secara acak 5 kelompok tani atau unit pengolahan swasta/ koperasi, dan mengecek prosesnya dengan pemenuhan buku persyaratan, selama 1 hari unit pengolah (sehingga dibutuhkan 5 hari untuk pengawasan ini).

MPKG juga memeriksa penggerubusan, persiapan untuk mengekspor lot-lot dan pelabelan bungkus biji kopi. Untuk memastikan kemudahan pengawasan, tempat-tempat di mana pengoperasian proses ini dilakukan harus dikomunikasikan oleh mereka yang akan melakukan aktivitas-aktivitas di atas (unit pengolahan atau para pembeli) kepada MPKG.

Bila didapati bahwa buku persyaratan tidak sepenuhnya ditaati, maka MPKG memutuskan tindakan-tindakan yang layak yang akan dijatuhkan, yang bisa berupa pemberian sebuah rekomendasi sampai penon-aktifan sementara. Di semua kasus-kasus tersebut, kemudian tindakan ini diperiksa setelah kelompok atau unit-unit pengolah telah melakukan evaluasi-evaluasi yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan buku persyaratan.

3.8.3. Keterunutan

1. Pendaftaran AnggotaKelompok tani anggota MPKG telah diminta untuk membuat daftar anggota produsen kopinya. Daftar ini telah dimasukkan dalam komputer.

Page 41: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Berkat daftar ini, para produsen mendapatkan kartu IG dengan nomor keanggotaan dari MPKG.

Pembaharuan daftar produsen akan dikeluarkan setiap tahun. MPKG akan mengirim daftar produsen ke masing-masing Kelompok tani, dan akan bertanya pada mereka apakah mereka mempunyai perubahan-perubahan dalam keanggotaannya. Misalnya, mungkin ada produsen baru (yang akan menerima kartu baru) atau yang berhenti

Gambar 10. Sistem Keterunutan Gelondong Merah kopi Arabika IG

Keterangan : KT = Kelompok TaniKomentar : ♦ Masing–masing Kelompok Tani harus mendaftar nama-nama produsen serta data-data tentang

perkebunan mereka. Data-data ini kemudian dikirim ke MPKG. ♦ Masing-masing produsen mandiri harus diregistrasi langsung oleh MPKG. ♦ Masing-masing unit pengolahan (swasta maupun Kelompok Tani) harus diregistrasi oleh MPKG. ♦ MPKG menyampaikan kartu IG kepada masing-masing produsen dan mengirim daftar produsen-

produsen IG ke masing-masing Unit Pengolahan. ♦ Selama musim panen, unit-unit pengolahan harus mengirim data-data tentang gelondong yang

diterima dan kopi-kopi yang diproduksi, kepada MPKG. ♦ Pada akhir musim, unit-unit pengolahan harus menyampaikan jumlah total kopi yang dijual.

memproduksi kopi. Kalau ada produsen yang melakukan perubahan pada tanaman mereka dan tidak lagi memenuhi aturan-aturan dalam Buku Persyaratan, keanggotaan mereka bisa dibatalkan dan mereka juga diminta untuk mengemGayokan kartu mereka.

Page 42: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Masing-masing unit pengolahan harus didaftar sebagai Pengolah IG. Untuk memudahkan pengawasan pada setiap tahap pengolahan kopi IG, setiap Unit Pengolahan harus mencantumkan tempat-tempat di mana mereka melakukan pengolahan kopi (juga di mana kopi akan disimpan).Setiap Kelompok tani yang ada di wilayah IG Kopi Gayo meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues wajib mendaftar ke MPKG sehingga akan muncul nomor keanggotaan di MPKG maka secara otomatis wilayah masing-masing akan terdaftar dalam IG Kopi Gayo.

Proses pendaftaran dilakukan per tiga bulan, per enam bulan dan per tahun, setelah melalui beberapa proses administrasi dan inspeksi wilayah masing-masing maka resmilah menjadi anggota MPKG dan terdaftar dalam IG Kopi Gayo. Masing-masing anggota dari kelompok tani tersebut akan di daftarkan ke MPKG untuk memudahkan sistem pengawasan agar kopi dari masing-masing kelompok resmi sebagai kopi Gayo Indikasi Geografis.

Pengawasan dan keterunutan kopi Gayo dalam hal pembelian oleh kelompok tani masing-masing seperti form petani MPKG, rekapitulasi Kelompok Tani/ Koperasi MPKG, dan surat pengantar Kopi Gayo MPKG terdapat pada lampiran.

Kopi Gayo yang dijual ke dan oleh eksportir harus dilengkapi dengan data-data diatas. Eksportir wajib mematuhi bahwa mereka tidak akan mencampur Kopi Gayo dengan kopi yang lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Eksportir Kopi Gayo wajib meminta dokumen dari masing-masing kelompok tani/ koperasi untuk memastikan bahwa kopi yang mereka beli adalah Kopi Gayo. Setiap Eksportir yang akan menjual Kopi Gayo kepada Importir/ Buyer harus melampirkan data-data dari pembelian.

2. Panen dan Pengolahan

Panen dan pengolahan yang dikontrol adalah kopi asal gelondong. Setiap kali produsen menjual kopi gelondong merah kepada Unit Pengolahan (kelompok tani , unit pengolahan swasta dan koperasi (UP), maka UP harus mengecek kartu dan mencatat nama produsen, nomor produsen, jumlah kopi yang dibeli dan tanggal transaksi. Apabila ada masalah, UP bisa memeriksa registrasi dari produsen tersebut. MPKG mengirim daftar semua petani yang telah terdaftar kepada semua UP setiap tahun sebelum masa panen

Petani individu (yang bukan anggota kelompok tani tetapi tanaman mereka terletak di daerah yang ditandai untuk IG dan memenuhi persyaratan-persyaratan) juga memiliki keleluasaan untuk menjual gelondong merah kepada kelompok tani/ UP setelah mereka diregistrasi oleh MPKG sebagai produsen IG.

Page 43: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

UP (Kelompok tani, unit pengolah swasta atau koperasi) harus mengirim daftar pemasok gelondong merah kepada MPKG dua kali setahun yaitu : September awal panen dan Mei atau Juni akhir panen.

MPKG mengecek apakah jumlah gelondong merah yang dijual oleh satu produsen sesuai dengan luas dan jumlah pohon yang dimiliki.

3. Merunut Urutan Lot Kopi

Tepat setelah pengolahan, UP harus mengidentifikasi setiap karung dengan kode lot. Kode ini mencakup; kode Unit Pengolahan (XX), tahun produksi (YYYY) dan nomor lot (XX). Kode ini terdiri dari 8 nomor : XX-YYYY-ZZ. Masing-masing unit pengolahan harus membentuk 10 sampai 15 lot dari produksi tahunan mereka (lot-lot ini dapat dibentuk tergantung dari minggu-minggu produksi atau dengan cara membentuk sub-kelompok produsen di dalam kelompok, lihat informasi di bawah tentang pembentukkan lot). Kode lot-lot ini disimpan sampai pada tahap penjualan kopi IG (bila sertifikat telah didapat, lihat di bawah), dan memungkinkan diadakannya keterunutan yang menyeluruh.

4. Penjualan dan Pembelian Kopi IG

Setelah pengolahan dan penyimpanan, dan mendapatkan sertifikat IG (lihat informasi di bawah), UP bisa menjual kopi IG mereka. Setiap transaksi harus dicatat. Sekali setahun (bulan Juni), data-data itu harus dikirim ke MPKG. Lalu MPKG mengecek transaksi-transaksi dan kecocokan jumlah biji kopi yang dijual dengan jumlah gelondong merah yang dibeli dari produsen IG.

Para penyangrai kopi Gayo Arabika, yang terdaftar sebagai anggota IG, juga harus mengirimkan data yang sama (pembelian biji kopi) kepada MPKG setahun sekali (bulan Juli). Dengan demikian, MPKG juga bisa mengecek jumlah kopi yang dijual dengan sertifikat IG.

3.8.4. Pengawasan Mutu dan Kekhasan Kopi Gayo dan Pemberian Sertifikat Kepada Unit Pengolahan

Pembentukan lot harus dilakukan yang berarti produksi harus dibagi dalam bagian-bagian yang terpisah, dan setiap lot akan dicek oleh MPKG berkenaan dengan pemenuhannya dengan buku persyaratan, keterunutan, mutu dan kekhasan kopi tersebut

1. Pembentukan Lot

Setelah pengolahan, biji kopi sudah layak mendapatkan sertifikat IG. Setiap Unit Pengolahan harus mengelompokkan kopi menjadi 10 sampai 15 lot. Ada dua jenis Unit Pengolah, beberapa di antaranya bekerja secara kolektif; gelondong merah dibeli dari anggota dan diproses bersama setiap hari, sampai menjadi kopi gabah atau biji kopi. Unit pengolah lainnya

Page 44: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

bekerja secara semi kolektif; gelondong merah dikupas dan diperam di fasilitas bersama dan kemudian masing-masing produsen mengambil kopi gabah mereka dan melakukan penjemuran di depan rumah mereka. Setelah penjemuran dan penyimpanan kopi ini dikumpulkan bersama, sebelum dijual.

Di dua jenis kelompok tani di atas, pembentukan lot dilakukan dalam cara yang berbeda:● Untuk kelompok tani yang bekerja secara kolektif, satu lot dibentuk

dalam satu minggu produksi. Karena ada 3 bulan masa panen, maka terdapat 10 - 15 lot.

● Untuk kelompok tani yang bekerja secara semi kolektif, pemisahan minggu produksi nampaknya amat sulit dilakukan. Akibatnya, pemecahannya adalah dengan cara membentuk 10 - 15 kelompok produsen, lalu mengumpulkan produksi dari beberapa produsen, yang menghasilkan 10 - 15 lot. Namun, di beberapa kelompok tani seperti ini, produksi masing-masing bulan sudah dipisahkan, dan pembentukkan lot-lot agak berbeda (produksi dari masing-masing 3 bulan hanya harus dipisahkan ke dalam 5 kelompok, untuk menghasilkan jumlah total 15 lot).

Unit-unit pengolahan swasta bisa menentukan satu lot per minggu proses (sebagaimana seperti kelompok jenis pertama). Sertifikasi diminta untuk masing-masing dari 10 atau 15 lot yang dibentuk oleh Unit Pengolahan. MPKG akan mengecek apabila persyaratan citarasa dan keterunutan dipenuhi.

2. Pengawasan keterunutan

Untuk masing-masing lot, MPKG akan mengecek keterunutan, meliputi unit pengolah harus menspesifikasi daftar penjual gelondong merah untuk masing-masing lot.

3. Uji Citarasa

Kegiatan cupping harus terjadwal atau sering diadakan, yang terakhir di Kantor KBQ Baburrayyan tanggal 31 Oktober 2009, oleh Forum Kopi Aceh dan KBQ Baburrayyan.

Pesertanya sebagai berikut :1 orang dari PT. Indo Cafco : Edi NST1 orang dari CV. Putra Darma : Drs. H Rasyid 2 orang dari Koperasi Rahmat Kinara : Birman dan Marjuna Pinarik 2 orang dari Koperasi Permata Gayo : Iswandi dan Jumadi1 orang dari Petani : Zaini 1 orang dari Himpunan Petani Kopi Indonesia : Abdurrahman 2 orang dari KSU Arinagata : Juandika .S dan Aryadi1 orang dari Balai Penelitian Kopi Gayo : Amir Hamzah2 orang dari PT. Gayo Nusantara : Subali2 orang dari KBQ Baburrayyan : Burhan dan Zulkarnain

Page 45: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

4. Hasil Pelatihan

Pada session pertama, sebelum dijelaskan oleh tutor mana sample yang baik, hanya sekitar 20% peserta yang memberikan jawaban benar, setelah mencoba dan membandingkan ke-6 sampel yang disediakan. Pada session kedua, peserta mendapatkan 80% sampel baik, karena pada session ini panitia sudah merubah tempat/posisi sampel dari session pertama. Pada session ketiga peserta 80% dapat membedakan satu cangkir dengan cangkir lainnya mana sampel yang baik dan yang tidak baik. Selanjutnya dilakukan diskusi tentang apa saja penyebab adanya citarasa yang menyimpang/tidak disukai oleh buyer diberi kesempatan tanya jawab.

Dalam uji citarasa ini, mutu dari masing-masing lot juga akan diuji oleh MPKG. Untuk melakukan pengujian ini, sejak tahun 2009, sebanyak 20 orang panelis telah mendapatkan pelatihan di bidang ini, yang dipilih dari 50 petani dan pengolah lokal, telah mendapatkan manfaat dan pengalaman dari para peneliti dari PPKKI yang merupakan ahli di bidang uji cita rasa. Dalam tim yang beranggotakan 5 orang panelis, mereka bertanggung jawab atas kualitas dan pengendalian kekhasan dari semua lot (saat ini di dataran tinggi Gayo terdapat 25 unit pengolahan, jumlah ini mewakili sekitar 300 sampel yang akan dites).

Para panelis akan memeriksa kelayakan kopi yang dikirim oleh unit-unit pengolah untuk IG, yang berarti bahwa mereka menguji citarasa kopi dan memutuskan apakah mereka merasakan kekhasan dari kopi Gayo (dijelaskan di bagian C, kekhasan ini pada dasarnya mencakup kebebasan dari cacat citarasa utama, keasaman regular, kadang dengan aroma buah, kualitas dan intensitas aroma yang kuat, rasa pahit tidak terlalu tinggi). Bubuk yang khas telah dikembangkan dengan unsur-unsur berikut ini: kualitas aroma, kekentalan, keasaman, rasa pahit, rasa sepat, aroma buah dan rasa getah. Setelah membuat catatan nilai atas unsur-unsur di atas, maka keseluruhan kualitas dievaluasi, dan setelah itu diambil keputusan untuk menerima atau menolak kopi tersebut.

Kualitas uji Organoleptik (Cup Test) digolongkan dalam beberapa tingkatan antara lain:1. Excellent 2. Very Good3. Good4. Ordinary

Bila diterima, maka kopi ini bisa mendapatkan sertifikat IG. Kalau ditolak, unit pengolah memiliki ksempatan untuk menyajikan kopi mereka ke dua kalinya untuk mendaptkan pengetesan oleh tim panelis lainnya. Bila tim berikut ini menolak kopi ini, maka kopi tersebut tidak bisa mendapatkan sertifikat IG, dan dengan demikian kopi tersebut tidak boleh dijual dengan menggunakan nama IG.

3.9. Pelabelan (Labelling)

3.9.1. Bungkus dan Paket Kopi

Page 46: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Semua bungkus kopi dan paket kopi terjual dengan sertifikat IG harus mencakup :● nama Indikasi Geografis Kopi Gayo● logo IG kopi Gayo (Gambar 7)● kode lot (lihat di bagian 3.8.3. Keterunutan)

◘ Warna biru melambangkan warna langit (biru) melambangkan dataran tinggi;◘ Tiga gunung yang hijau bermakna tiga kabupaten, yaitu Aceh Tengah, Bener

Meriah dan Gayo Lues;◘ Sketsa garis arsiran yang berwarna hijau melambangkan hutan lindung, garis

arsiran berwarna kuning melambangkan hamparan kebun kopi, garis arsiran berwarna biru melambangkan danau Lut Tawar;

◘ Warna hitam adalah lambang kesuburan tanah, asal manusia dari tanah dan akan kembali ke tanah;

◘ Gambar biji kopi melambangkan kualitas dan citarasa yang unik (unic taste); ◘ Tulisan Kopi Arabika Gayo bermakna kopi Arabika Gayo adalah milik

masyarakat Gayo, maka harus dilindungi secara geografis; dan ◘ Motif kerawang yang terletak dibawah tulisan Kopi Arabika Gayo adalah

Emun Berangkat dan Emun Beriring atau awan yang berjalan dan awan yang beriring- iring, melambangkan rasa kesetian dan kesatuan yang kokoh dalam masyarakat Gayo yang tidak pernah lepas dari agama, adat istiadat dan budaya.

3.9.2. Pemakaian nama Kopi Gayo

Nama Kopi Arabika Gayo hanya bisa digunakan untuk kopi murni yang berarti bahwa kopi yang dijual dengan nama ini harus memiliki komposisi 100% kopi Arabika Gayo. Kopi Campuran tidak bisa menggunakan kata Gayo. Dalam hal kopi gayo dipergunakan sebagai campuran maka presentase komposisi kopi gayo harus dicantumkan dalam informasi komposisi bahan atau kandungan misal :Kopi-kopi selain dari grade 1 tidak bisa di katakan sebagai kopi gayo, kalau pun itu dipergunakan sebagai campuran, maka persentase komposisi kopi

Gambar 11. Logo Kopi Gayo

Di dalam Logo terdapat :● Warna Biru ● Gambar gunung● Garis Arsir (hijau, kuning, biru)● Gambar Biji Kopi● Warna Hitam● Tulisan Kopi Arabika Gayo● Gambar Motif Kerawang Gayo

Arti/Makna Logo :◘ Bingkai Logo berbentuk PERISAI/TAMENG

berwarna kuning keemasan yang bermakna PERLINDUNGAN;

Page 47: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Gayo yang digunakan harus secara jelas dicantumkan dan nama kopi Gayo dapat muncul di daftar komposisi campuran.Aturan-aturan penggunaan nama kopi Arabika Gayo antara lain:

1. Pemakaian kata Gayo sebagai merek dagang oleh pihak ketiga tidak diperkenankan

2. Pemakaian kata Gayo secara tanpa hak oleh pihak ketiga melingkupi kata ala, serupa, sekualitas, tiruan rasa, dibuat dengan cara-cara atau translasinya dalam bahasa lain termasuk juga penggunaan kata-kata yang dapat menyesatkan konsumen mengenai asal barang

3. Setiap anggota yang telah memiliki merek dagang terdaftar yang menggunakan kata Gayo sebagai unsur dalam merek dagangnya wajib memberitahukan kepada MPKG

4. Setiap penggunaan kata Gayo oleh pihak ketiga, harus mendapatkan rekomendasi dari MPKG dengan menaati ketentuan dalam buku persyaratan serta harus didaftarkan ke Ditjen HKI sesuai ketentuan Pasal 15 PP No. 51

Page 48: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

IV. PENUTUP

Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Gayo, yang dibentuk pada April tahun 2009. Lembaga ini merupakan organisasi petani dan pengolah kopi swasta lokal. Melalui lembaga ini diajukan permohonan Indikasi Geografis untuk kopi lokal dataran tinggi Gayo. Permohonan ini dapat diajukan, karena kopi Gayo ini memiliki kekhasan atau karakteristik spesifik, baik karakteristik fisik maupun citarasa. Kekhasan kopi Arabika Gayo muncul karena dibudidayakan dan diproduksi di dataran tinggi, tanah berbahan abu vulkanik, teknik budidaya yang berbasis adat istiadat, dan diolah secara bassh - kering (full wash) dan basah - basah (semi wash).

Analisis sensorial, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI), Jember menghasilkan pemaparan rasa khas (spesifik) dan unik (unic) dari kopi Gayo. Oleh karena keunikannya, citarasa kopi ini nampaknya sulit untuk digambarkan. Faktor-faktor mana penentu citarasa yang unik tersebut, apakah disebabkan oleh salah satu faktor atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut :■ Varitas yang dipilih untuk ditanam oleh para petani,■ Tumbuh di bawah tegakan penanungan/pelindung lamtorogung, Jeruk, Alpukat,■ Teknik budidaya yang sesuai adat-istiadat,■ Cara pemetikan/panen buah yang selektif dan tepat, hanya buah benar-benar

masak dengan warna kulit merah tertentu,■ Perawatan tanaman dan pemberian pupuk organik dari sumber bahan baku lokal, ■ Apakah karena sifat-sifat alami tanah tempat pembudidayaan,■ Apakah iklim pegunungan dataran tinggi Gayo yang khas; bulan basah 10 bulan,

bulan kering hanya 2 bulan, dan tanpa bulan lembab, sehingga tidak pernah kekurangan air; variasi temperatur yang cocok, sehingga dapat mendorong perkembangan tanaman kopi secara baik,

■ Apakah karena pengetahuan budidaya petani lokal yang diperoleh secara turun temurun sejak berabad-abad silam, dan kemudian mendapat masukan dari berbagai pihak secara rutin melalui penyuluh-penyuluh, lalu dipraktekkan oleh petani dataran tinggi Gayo secara baik dan teratur,

■ Teknik budidaya yang dipraktekkan petani mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk mendapatkan mutu produk terbaik dan untuk mencapai keseimbangan kehidupan yang harmonis antara alam/lingkungan dan manusia di dataran tinggi Gayo, sehingga kebun kopi di dataran tinggi Gayo adalah kebun kopi rakyat ramah lingkungan, atau

■ Teknik pengolahan buah kopi basah-basah atau basah-kering, yang diikuti dengan sortasi yang teliti dari biji-biji kopi yang akan dipasarkan.

Dipahami, mutu produk yang spesifik dan khas dari Kopi Gayo ini, berasal dari kombinasi semua faktor-faktor di atas. Organisasi-organisasi petani lokal yang unik

Page 49: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

dengan sebutan Kelompok Gayo, telah mengetahui bagaimana memanfaatkan kondisi alami kawasan mereka dan bagaimana menciptakan produk lokal yang khas dan spesifik tersebut.

V. DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Aceh Tengah. 2006. Profil Komoditi Kopi. Kabupaten Aceh Tengah.

Fournier, S. 2007. Compte-rendu des ateliers de travail organisé pour la construction du cahier des charges de l. IG.

Fournier, S. 2008. Mise en place d une Indication Géographique pour le café de Kintamani à Bali (Indonésie). Rapport d.activité 2007. CIRAD.

Geografiana. 2004. Peraturan Pemerintah tentang Produk Indikasi Geografis, Membendung "Caplok" Negara Lain.

Herman. 2003. Membangkitkan Kembali Peran Komoditas Kopi Bagi Perekonomian Indonesia.

PPKKI. 2008. Panduan Budidaya dan Pengelolah Kopi Arabika Gayo. APED-UNDP, BPTP Aceh.

Holland Coffee. 2003. http://www.hollandcoffee.com/sumatra.htm.International Coffee Organization. 2008. Coffee Market Report, August. 2008.

INAO. 2001. Guide du Demandeur D.Indication Géographique Protegée.

Karim, A., U.S. Wiradisastra, Sudarsono, dan S. Yahya. 1996. Evaluasi karakteristik lahan kopi Arabika Catimor di Aceh Tengah. J. Penel. Pert. UISU. Vol 15 (1) :

Karim, A., Sugianto, dan S. Handayani. 1998. Karakterisasi dan klasifikasi tanah Andisol Aceh Tengah. J. Agrista Vo. 2 (1) :

Karim, A., U. S. Wiradisastra, dan I. Anas. 1999. Neraca unsur hara kebun kopi arabika organik di Aceh Tengah. J. Agrista. Vol 3(3) :

Karim, A., A. Yusuf, dan Yardha. 2000. Pengembangan kopi Arabika di Aceh Tengah : Ketersediaan dan kesesuaian lahan. Monograf Series No. 1, LPTP Aceh.

Karim, A., Darusman, dan Yardha. 2000. Pengembangan kopi arabika di Aceh Tengah : Ketersediaan pupuk organik dari bahan baku lokal. Monograf Series No. 1, LPTP Aceh.

Page 50: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)

Keller, V. 2007. Mission on Kintamani Bali Coffee GI Project. Report for INAO. France.

Lelong, C. 2005. Very High Resolution Satellite-Imagery-Based Agro systems Mapping to help defining Geographic Indications for the Arabica Coffee in the Kintamani County of Bali.

Mawardi, S.; J. Avelino; B. Salle; J. Perriot; D. Sautier; C. Lelong; M. Jacquet; F. MPIG. 2007. Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Kintamani Bali.

Mawardi, S., Yusianto, R. Hulupi, Khalid, dan A. Marsh. 2008. Evaluasi Citarasa Beberapa Varietas Kopi Arabika pada Ketinggian Tempat dan Cara Pengolahan yang Berbeda di Dataran Tinggi Gayo (NAD). Hasil Penelitian Disajikan pada Acara Workshop Forum Kopi Aceh, Pondok Gajah, 25 Oktober 2008.

MPIG. 2007. Buku Persyaratan Indikasi Geografis Kopi Kintamani versi rinci.

Ribbeyre, V. K. 2006. Developing Geographical Indication Protection Indonesia : Bali Kintamani Coffee as a Preliminary Case.

Napitupulu, L. 2006. An Assessment of Opportunities for Intervention in Mandailing Natal and the Gayo Highland of Northern Sumatra. Conservation International Indonesia.

Ottaway, Anne. 2007. A Rapid Assessment of the Specialty Coffee Value Chain in Indonesia. Report for USAID.

Olii, A. H. 2008. Toward Implementation of the Geographical Indication in Indonesia. Copenhagen University and SupAgro Montpellier. Tesis kandidat master Sustainable Development in Agriculture.

Renes, H. 1989. Arabica Coffee in Aceh Tengah. Consultant report on Applied Arabica Coffee Research. Pondok Gajah. Indonesia.

Rangnekar, D. 2004. The Socio Economic of Geographical Indications. UNCTADICTSD.

Yusuf, A., Hifnalisa, dan Yardha. 1998. Status kesuburan alami tanah Andisol kebun kopi Arabika rakyat di Aceh Tengah. J. Agrista. Vol. 2 (3) :

Yusuf, I. 2007. Aceh Reborn, A vision for Economic and Social Progress in the wake of the tsunami and the Helsinki Peace accord. The speech at World Affair Council. SanFransisco.

Page 51: HKI - (Buku Persyaratan Kopi Gayo)