Page 1
1
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang
banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular,
namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan
arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang
mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler
yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit
menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau
Hipertesi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi
pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih
jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan
ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati
penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-
faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi
(pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga
perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia
sangat tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan
972 juta jiwa atau setara dengan 26,4 persen populasi orang dewasa.
Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (riset
kesehatan dasar) 2007 mencapai 30 persen dari populasi. Dari jumlah itu,
60 persen penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya
pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat,
hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu di
galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan
Hipertensi. Data survey dari Tim Kesehatan Pada tanggal 24 Januari 2005
jumlah pasien 5 rumah sakit di Kota Banda Aceh Menunjukkan Tingkat
Penderita Hipertensi Mencapai 3%. Sisanya ISPA 30%, Gatal-gatal 25%,
Nyeri lambung 12%, Kejiwaan 10%, Luka-luka 9%, Malaria 5%, Diare
3%, Radang paru-paru 1%, Sakit kepala 1%, Penyakit lain 1 %.
Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga
resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam keluarga.
2
Page 3
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada klien (lansia)
dengan penyakit hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi proses terjadinya hipetensi pada lanjut usia
b. Mengetahui definisi, tanda dan gejala, komplikasi pada hipertensi,
penatalaksanaan, dan evaluasi dalam asuhan keperawatan pada
klien (lansia) dengan hipertensi
3
Page 4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten diatas 140/90 mmHg.1 Menurut WHO, penyakit
hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95
mmHg.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara
95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105
dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg
atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom,
1995 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari
140 mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic
ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2
waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan
vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144)
4
Page 5
Tabel 2.1Kategori Hipertensi pada Dewasa
Kategori Tekanan sistolik
(mmHg)
Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal
Prahipertensi
Hipertensi :
Derajat 1
Derajat 2
< 120
120 – 139
140 – 159
>160
< 80
80 – 89
90 – 99
> 100
Sumber : Gunawan, Lany. 2001
B. ETIOLOGI
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Faktor resiko hipertensi esensial yaitu :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin
(laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
5
Page 6
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, dan epineprin).
d. Usia
Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena
adanya ateroslerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah,
menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
Tabel 2.2Penyebab Hipertensi Sekunder
Area yang terganggu Mekanisme
Ginjal
a. Penyakit parenkim
ginjal
(glomerulonefritis,
gagal ginjal)
b. Penyakit
renovaskular
Kelenjar adrenal
a. Sindrom cushing
b. Aldosteronisme
primer
c. Fenokromositoma
Koarktasi Aorta
a. Sering kali menyebabkan hipertensi
dependen renin atau natrium.
Perubahan fisiologis dipengaruhi
insufisiensi ginjal
b. Berkurangnya perfusi ginjal karena
aterosklerosis atau fibrosis yang
membuat arteri renalis menyempit;
menyebabkan tahanan vaskular
perifer meningkat.
a. Meningkatnya volume darah
b. Aldosteron menyebabkan retensi
natrium dan air, yang membuat
volume darah meningkat
c. Sekresi yang berlebihan dari
katekolamin (norepinefrin membuat
tahanan vaskular perifer meningkat)
6
Page 7
Trauma kepala atau tumor
kranial
Hipertensi akibat
kehamilan
Menyebabkan tekanan darah meningkat
pada ekstermitas atas dan berkurangnya
perfusi pada ekstermitas bawah.
Meningkatnya takanan intrakranial akan
mengakibatkan perfusi serebral
berkurang; iskemia yang timbul akan
merangsang pusat vasomotor medula
untuk meningkatkan tekanan darah
Penyebab umum belum diketahui. Ada
teori bahwa vasospasme umum bisa
menjadi faktor penyebab.
Sumber: Kodim, Nasrin. 2003.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
7
Page 8
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
8
Page 9
PATHWAY
Umur Jenis kelamin Gaya hidup
Obesitas
Stimulasi baroreceptor dari sinus korotis & arkus aorta
Saraf simpatis ( pelepasan kolekolamin)
Aktivitas epineprin dan norepineprin
Vasokonstriksi
Peningkatan tekanan darah
Gangguan sirkulasi
Otak Retina
Sistemik
Resistensi Suply O2 Spasme artriole
Vasokontriksi
Pembuluh
Darah otak Sinkop Diplopia
after load
Nyeri kepala Gangguan Resti injury/ciedra
COP Perfusi
jaringan
9
Page 10
D. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)
1. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanandarah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berartihipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
2. Manifestasi klinis
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.6
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan
sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah
dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai
10
Page 11
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman
penglihatan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine.
7. Foto dada dan CT scan
F. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Adakah sumbatan atau penumpukan sekret
2. Breathing
a. Sesak napas pada saat aktifitas
b. Tachipnea, orthopnea, PND
c. Batuk dengan atau tanpa sputum
d. Riwayat merokok
a. Distress pernapasan atau penggunaan otot bantu pernapasan
b. Bunyi napas tambahan
c. Sianosis
3. Circulation
a. Peningkatan Tekanan darah
b. Postural hipotensi
c. Nadi : kuat pada karotis, jugural dan radial.
d. Tachicardi
e. Bunyi jantung III atau IV.
f. JVP meningkat
11
Page 12
g. Ekstermitas : dingin, capillary refill meningkat, pucat,
sianosis, diaporesis.
4. Disability
Kecemasan, depresi, euphoria, mudah marah. (+ kesadaran,
kemampuan beraktifitas).
5. Exposure
Adanya jejas atau luka pada seluruh permukaan kulit.
6. Aktifitas
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
7. Sirkulasi
Gejala: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode
palpitasi.
Tanda: Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/
bertunda.
8. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda: Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
9. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
10. Makanan/cairan
12
Page 13
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan
BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan
diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.
11. Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman
tangan.
12. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakitkepala.
13. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
14. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
G. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Kepala
13
Page 14
Wajah pucat
2. Mata
a. Konjungtiva anemis
b. Reflek pupil ada atau tidak ada
c. Reflek kornea postif atau negative
d. Adakah edema papil
e. Pupil isokor atau anisokor
3. Telinga
Terdapat serumen atau sekret atau tidak
4. Mulut
a. Terdapat perdarahan di mulut atau tidak
b. Bibir sianosis atau tidak
c. Membran mukosa bibir kering atau lembab
d. Gigi lengkap atau tanggal
e. Lidah jatuh kebelakang atau tidak
5. Leher
a. Terdapat fraktur leher atau tidak
b. Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau limfe atau tidak
c. Adakah deviasi trakea atau tidak
6. Dada
a. Jantung : bunyi tambahan
b. Paru : bunyi tambahan
c. Penggunaan otot bantu dada
d. Sesak nafas ( diipnea )
7. Ekstremitas
a. Akral dingin
b. Capiraly refil > 2 detik
c. Kelemahan
d. Pucat
8. Genitaurinarius
Riwayat obstruksi atau penyakit ginjal.
14
Page 15
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload vasokontriksi.
c. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.
d. Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan otak berhubungan dengan
sirkulasi darah yang kurang ke otak
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional15
Page 16
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
kepala berhubungan
dengan peningkatan
tekanan pembuluh
darah otak.
Rasa nyeri
berkurang setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
2 X 24 jam dengan
KH :
- Pasien
mengatakan nyeri
berkurang.
- Ekspresi wajah
klien rileks.
a. Teliti keluhan nyeri,
catat intensitasnya,
lokasinya dan
lamanya.
b. Pertahankan tirah
baring selama fase
akut.
c. Minimalkan
aktivitas
vasokontriksi yang
dapat meningkatkan
sakit kepala.
d. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
a. Mengidentifikasi
karakteristik nyeri
merupakan faktor yang
penting untuk menentukan
terapi yang cocok serta
mengevaluasi kefektifan
dari terapi.
b. Meminimalkan stimulasi/
meningkatkan relaksasi.
c. Aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
d. Menurunkan/ mengontrol
nyeri.
16
Page 17
Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan peningkatan
afterload
vasokontriksi.
TD dalam rentang
normal setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
2 X 24 jam.
a. Pantau tekanan darah.
b. Amati warna kulit,
kelembaban dan
suhu.
c. Berikan lingkungan
tenang dan nyaman.
d. Pertahankan
pembatasan aktivitas.
e. Anjurkan teknik
relaksasi.
f. Kolaborasi
pemberian obat
antihipertensi.
a. Untuk mengetahui derajat
hipertensi.
b. Adanya pucat, dingin, kulit
lembab mungkin berkaitan
dengan vasokontriksi/
mencerminkan penurunan
COP.
c. Membantu menurunkan
rangsang simpatis,
meningkatkan relaksasi.
d. Menurunkan stress dan
ketegangan yang
mempengaruhi tekanan
darah.
e. Mengontrol tekanan darah.
f. Menurunkan resiko injuri.
17
Page 18
Resiko injuri
berhubungan
dengan kesadaran
menurun.
Resiko injuri
berkurang setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
2 X 24 jam dengan
KH:
Pasien merasa
tenang dan tidak
takut jatuh.
a. Atur posisi pasien
agar aman.
b. Batasi aktivitas.
c. Bantu dalam
ambulasi.
a. Mengetahui respon
fisiologi terhadap stress
aktivitas.
b. Mengurangi penggunaan
energi juga membantu
keseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
c. Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung
tiba-tiba.
Resiko
ketidakefektifan
perpusi jaringan
otak berhubungan
dengan sirkulasi
darah yang kurang
ke otak
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 jam resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
dengan kriteria
hasil :
a. kesadaran baik
b. tanda vital
stabil
c. Nyeri kepala
berkurang/hilag
d. Tidak ada tanda
PTIK
a. Bedrest dengan posisi
kepala terlentang atau
posisi elevasi 15-45 °
sesuai indikasi
b. Monitor tanda-tanda
vital tiap 2 jam
c. Monitor adanya
diplopia, pandangan
kabur, nyeri kepala
d. Monitor level
kebingungan dan
a. Mengurangi tekanan arteri
dengan meningkatkan
draimage vena dan
memperbaiki sirkulasi
serebral
b. Mengetahui setiap
perubahan yang terjadi
pada klien secara dini dan
untuk penetapan tindakan
yang tepat
18
Page 19
orientasi
e. Monitor tonus otot
pergerakan
f. Monitor tekanan
intrkranial dan respon
neurologis
g. Catat perubahan
pasien dalam
merespon stimulus
h. Monitor status cairan
f. untuk mengetahui perubahan
nilai GCS, mengkaji adanya
kecenderungan pada tingkat
kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentekan
lokasi.
h. pembatasan cairan dapat
menurunkan edema serebral.
LAMPIRAN GAMBAR
19
Page 22
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 29 Desember 2013 Pukul 17.30 WIB
Tanggal pengkajian : 30 Desember 2013 pukul 09.25 WIB
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. M
2. Usia : 50 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Ledok, Salatiga
5. Agama : Islam
6. Diagnose medis : Hipertensi dan Vomitus
7. No. register : 12-13-228893
8. Bahasa : Bahasa Jawa
9. Pendidikan : SD
10. Suku : Jawa
11. Status marital : Menikah
Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Ny. F
2. Usia : 30 Tahun
3. Hub dgn pasien : Anak pasien
4. Alamat : Ledok, Salatiga
5. No. Yag bisa dihub : -
Pengkajian Primer
1. Airway
Jalan nafas Ny. M tampak patensi jalan nafas baik, tidak terdapat
penumpukan sekret dan benda asing yang menyumbat jalan nafas.
2. Breathing
22
Page 23
Ny. M tidak mengalami sesak nafas, bernafas seperti biasa dan spontan,
tidak menggunakan alat bantu pernafasan, RR = 18 kali/menit dengan
kekuatan normalmnya 16- 24 kali / menit.
3. Circulation
Nadi = 105x/menit kekuatan takikardi. Normal nadi 60-100x / menit
Suhu = 37,5
Tekanan Darah
Jam Tekanan Darah
08.34 216/100 mmHg
09.20 190/60 mmHg
09.27 184/80 mmHg
10.16 191/62 mmHg
11.22 166/75 mmHg
11.50 150/80 mmHg
Tidak terdapat edema, capilarry refill <2 detik, konjunctiva anemis dan
kulit pucat
4. Disability
Nilai GCS pada Ny. T adalah 15, dengan E=4, M=6, V=5 (14-15 =
compos mentis).
5. Exposure
Tidak terdapat jejas pada kulit dan tidak terdapat trauma benturan
dislokasi pada klien.
Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
Ny. M mengeluh sakit pada daerah kepala hingga leher dengan
skala nyeri 8.
P = pasien mengatakan nyeri saat berdiri23
Page 24
Q = nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R = pasien mengatakan nyeri terasa dari kepala bagian atas hingga leher
S = skala nyeri 8
T = nyeri tekan dan nyeri gerak dirasakan ± 2 jam secara terus - menerus.
Nyeri akan semakin hebat jika bergerak.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. M datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada kepala
bagian atas dari kepala hingga leher, tampak pucat dan lemas karena Ny.
M sudah 2 hari tidak makan, kepala pusing sudah dari tanggal 27
Desember 2013, Sebelumnya Pasien sudah memeriksakan diri di
puskesmas terdekat. Kemudian oleh puskesmas dirujuk ke RSUD Kota
Salatiga.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. M mengatakan sebelumnya tidak pernah DM dan jantung. Ny.
M hanya menderita tekanan darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu, Ny M
jarang minum obat hanya mengkonsumsi minuman seperti rebusan daun
alpokat sehari 3 x.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak terdapat penyakit
yang cukup serius, seperti hipertensi, jantung atau diabetes melitus.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut panjang dan lurus, warna rambut hitam
bercampur putih dan berbau, penyebaran rambut merata, kulit kepala
kurang bersih, tidak ada lesi.
b. Mata
Mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
c. Telinga
24
Page 25
Simetris, tidak ada serumen yang keluar, tidak ada benjolan maupun
lesi, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
d. Mulut dan gigi
Mulut bersih, gigi berwarna agak kekuningan, tidak ada lesi dan
sariawan, terdapat karies, jumlah gigi 4.
e. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran
vena jugularis.
f. Jantung
I = Tidak tampak sianosis, IC tidak tampak,
Pa = IC teraba di intercosta ke 5
Pe = konfigurasi jantung dalam batas normal
Au = tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
g. Dada dan paru
I = simetris kanan dan kiri
Pa = pengembangan paru simetris kanan dan kiri,
Pe = suara redup 1/3 basal paru kanan dan kiri. Normal sonor
vasikuler
Au = vesikuler
h. Abdomen
I = Tidak terdapat lesi, warna kulit merata, tidak terdapat
jaringan parut,
perut rata (datar)
Au = bising usus 10 x/menit,
Pa = tidak terdapat nyeri tekan
Pe = tympani
i. Genetalia
Tidak terpasang DC cateter
j. Ekstremitas atas
25
Page 26
Look = tidak terdapat lesi, tidak ada edema, warna kulit kecoklatan,
capillary reffil < 2 detik.
Feel = tidak terasa nyeri tekan, tidak terasa baal.
Move = tidak terasa nyeri gerak, kekuatan otot tangan kanan/kiri =
5/5.
k. Ektremitas bawah
Look = tidak terdapat lesi, tidak ada edema, warna kulit kecoklatan,
capillary reffil <2 detik
Feel = tidak terasa nyeri tekan, tidak terasa baal.
Move = tidak terasa nyeri gerak, kekuatan otot kaki kanan/kiri = 5/5
6. Nutrisi dan Cairan
Ny. M mengatakan sudah 2 hari tidak nafsu makan dikarenakan
mual dan ketika habis makan pasien muntah, pasien hanya makan 2
sendok bubur, minum air mineral 3 gelas per hari. Pasien diberikan
terapi intra vena dengan cairan ringer laktat 20 tpm. Turgor kulit normal,
abdomen normal dan bibir tidak kering.
7. Eliminasi
Ny. M mengatakan biasanya BAB 2 hari sekali dengan konsistensi
lunak, tidak keras dan tidak ada darah, warna feses kuning kecoklatan.
Sebelum sakit pasien BAK secara spontan ke kamar mandi 4 x sehari
dengan warna urin jernih, tidak terdapat darah dan tidak terasa nyeri saat
BAK.
8. Aktivitas dan Latihan
Ny. M mengatakan pusing setiap bangun tidur
Bathing Dressing Toileting Transfering Continance feeding
Mandiri Madiri Mandiri Mandiri Mandiri mandiri
Keterangan
INDEKS KATZ: angka ketergantungan A
9. Stres dan koping
26
Page 27
Klien mengatakan merasa cemas dengan kesehatannya (ringan,
sedang, berat=tidak bisa tidur, takut mati?), klien mengaku belum pernah
masuk rumah sakit selama menderita hipertensi.
10. Hiegine dan integritas kulit
Klien mandi 1xsehari, sebelum masuk rumah sakit klien dibantu
keluarga, klien mengganti pakaian dan menggosok setelah mandi.
11. Konsep diri
a. Body image
Klien mengatakan tidak menyukai badannya yang lemah.
b. Identitas diri
Klien mengatakan dia adalah seorang wanita berusia 67 tahun.
c. Peran
Klien mengatakan dia adalah seorang ibu rumah tangga dan istri.
d. Ideal diri
Klien berharap segera sembuh dan bisa beraktivitas kembali.
e. Harga diri
Klien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaannya.
12. Pemeriksaan penunjang:
EKG Tanggal 30 DESEMBER 2013 jam 11.00 wib
Hasilnya : sinus takikardia
27
Page 28
13. Terapi medis Tanggal 30 Desember 2013
Nama
obat
Dosis Cara
pemberian
Indikasi Kontraindiksai Efeksamping
Isosorbide
dinitrate
5 mg
3X1
hari
Sublingua
lis
Obat ini mengendurkan
pembuluh darah,
meningkatkan persediaan
darah dan oksigen ke
jantung, Untuk mencegah
sakit di dada yang
disebabkan oleh angina.
Pasien yang
hipersensitif
terhadap
Isosorbide
dinitrate
Pemberian IV (khususnya jika diberikan dengan
terlalu cepat); Bisa menyebabkan efek CV
(hipotensi akut, kegelisahan retosternal,
bergejolak, tachycardia); Efek GI (mual dan
muntah-muntah, sakit pada bagian perut);
EfekCNS (sakit kepala, kepeningan, ketakutan,
kegelisahan, kejang otot, syncope); Efek lainnya
(diaphoresis); pemberian yang diperpanjang
telah dihubungkan dengan methemoglobinemia
Bisoprol
ol
fumaret
0,5
mg
1X1
hari
Oral Bisoprolol diindikasikan
untuk pengobatan
hipertensi, bisa juga
digunakan
sebagai monoterapi atau
a. Pasien yang
hipersensitif
terhadap
bisoprolol.
b. Bisoprolol
a. Pada sistem saraf pusat: sakit kepala, vertigo,
ansietas, konsentrasi berkurang.
b. Pada kardiovaskular: bradikardia, palpitasi,
28
Page 29
kombinasi dengan
antihipertensi golongan lain
dikontraindikas
ikan pada
penderita cardi
ogenic shock,
kelainan
jantung,
bradikardia
sinus
sakit dada, cold extremities, hipotensi dan
gagal jantung.
c. Pada gastrointestinal: nyeri perut, gastritis,
mual, muntah, diare, konstipasi.
d. Pada kulit: kulit kemerahan,iritasi kulit,
jerawat, gatal-gatal, dermatitis eksfoliatif
e. Pada pernafasan: asma, bronkospasme, batuk,
sinusitis
Alprazol
am
0,5
mg.
1X1
mala
m
Oral a. Antiansietas termasuk
neurosis ansietas, gejala-
gejala ansietas
b.Antidepresi termasuk
ansietas
yang berkaitan dengan
depresi
c. Antipanik termasuk
penyakit-penyakit atau
gangguan panik dengan
a. Penderita yang
hipersensitif
terhadap
benzodiazepin,
b. Penderita
glaukoma
sudut sempit
akut, penderita
insufisiensi
a. drowsiness, kekeringan, sakit kepala ringan
yang jarang terjadi
b. Perubahan berat badan, nervousness,
gangguan memori/amnesia, gangguan
koordinasi, gangguan gastrointestinal dan
manifestasi autonomik, pandangan kabur,
sakit kepala, depresi, insomnia tremor
c. Seperti benzodiazepin yang lain, dapat terjadi:
stimulasi, agitasi, kesulitan berkonsentrasi,
konfusi, halusinasi, peningkatan tekanan
29
Page 30
atau tanpa agoraphobia pulmonari akut intraokular
d. Pernah dilaporkan pada penggunaan
benzodiazepin ansiolotik, seperti :distonia,
iritabilitas, anoreksia, fatique, gangguan bicara
lemah otot, gangguan libido, irregularitas
menstruasi, inkontinensia, retensi urin dan
abnormal fungsi hati.
captopril 25
mg
3X1
bila
perlu
Oral a. Untuk hipertensi berat,
hingga sedang,
kombinasi dengan tiazida
memberikan efek aditif,
sedangkan kombinasi
dengan beta bloker
memberikn efek kurang
aditif.
b. Untuk gagal jantung,
yang tidak cukup
responsive atau tidak
dapat dikontrol dengan
Penderita yang
hipersensitif
terhadap
captropil atau
panghambat ACE
lainnya. Misalnya
pasien
mengalami
angioedema
selama
pengobatan
dengan
a. Proteinuria
b. Neutropenia/ agranulositosis
c. Hipotensi
d. Ruam dan pruritus
e. Perubahan rasa (taste alteration)
f. Retensi kalium ringan
30
Page 31
diuretic dan digitalis,
dalam hal ini pemberian
captropil diberikan
bersama diuretic dan
digitalis.
penghambat ACE
lainnya.
31
Page 32
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
N
O
DATA
FOKUS
MASALAH ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1 DS:
a. Ny. M
mengatak
an kepala
terasa
nyeri
b. Nyeri
pada
skala 8
dari 1-10
c. Ny. M
mengatak
an pusing
d. Nyeri dan
pusing
dirasakan
pada saat
baru
beranjak
dari
tempat
tidur
DO :
a. Ny. M
Terlihat
meringis
kesakitan
b. Ny. M
Nyeri (sakit
kepala)
peningkatan
tekanan
vaskuler
serebral
Nyeri (sakit kepala)
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
vaskuler serebral
32
Page 33
terlihat
memegan
g
kepalanya
2 DS :
Pasien
mengatakan
merasakan
pusing.
DO :
a. Nadi =
105x/men
it
b. TD =
216/100
mmHg
c. Capilarry
refill <2
detik
Resiko tinggi
terhadap
penurunan curah
jantung
Perubahan
afterload
Resiko tinggi
terhadap penurunan
curah jantung
berhubungan dengan
perubahan afterload
3 DS :
A. Ny. M
mengatak
an merasa
pusing
B. Ny. M
mengatak
an mual
DO :
a. TD :
216/100
mmhg
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
sirkulasi
darah yang
kurang ke
otak
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
berhubungan dengan
sirkulasi darah yang
kurang ke otak
33
Page 34
b. RR :
18x/menit
(Herdman, T. Heather. 2010)
C. INTERVENSI
34
Page 35
Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Kode
NIC
Intervensi
Nyeri (sakit
kepala)
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
vaskuler
serebral
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Tekanan vaskuler
serebral tidak
meningkat dengan
kriteria hasil :
a. Pasien
mengungkapkan
sakit kepala
berkurang dari
skala 8 menjadi
1
b. Pasien tampak
nyaman.
c. TTV pasien
dalam keadaan
normal
6482
5900
Enviromental
management comfort
a. Pertahankan tirah
baring
b. Sediakan
lingkungan yang
tenang
c. Berikan sedikit
penerangan
d. Minimalkan
gangguan
lingkungan dan
rangsangan.
e. Batasi aktivitas.
a. Distraction
a. Berikan posisi
nyaman,
b. Berikan teknik
relaksasi nafas
dalam
c. Ajarkan keluarga
dan klien
melakukan teknik
relaksasi nafas
dalam
d. Lakukan
pemeriksaan TTV
Resiko tinggi Setelah dilakukan 5980 a. Pantau TTV 1 jam
35
Page 36
terhadap
penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan
perubahan
afterload
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Resiko tinggi
terhadap resiko
penurunan curah
jantung dapat diatasi
dengan kriteria hasil :
a. Tekanan darah
menurun atau
normal (normal :
b. Tidak terjadi
vasokonstriksi,
c. Tidak terjadi
iskemia miokard
d. memenuhi
kebutuhan
perawatan diri
sekali
b. Catat edema
umum
c. Pertahankan
pembatasan
aktivitas seperti
istirahat di tempat
tidur/kursi
d. Anjurkan tehnik
relaksasi
e. Kolaborasi
Pemberian obat
Isosorbide dinitrate 5
mg (sesuai program)
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
berhubungan
dengan
sirkulasi darah
yang kurang ke
otak
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 jam resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
dengan kriteria hasil :
e. kesadaran baik
f. tanda vital stabil
g. Nyeri kepala
berkurang/hilang
h. tidak ada tanda
PTIK
5820 i. Bedrest dengan
posisi kepala
terlentang atau
posisi elevasi 15-
45° sesuai indikasi
j. Monitor tanda-
tanda vital tiap 2
jam
k. Monitor adanya
diplopia,
pandangan kabur,
nyeri kepala
l. Monitor level
kebingungan dan
36
Page 37
orientasi
m. Monitor tonus otot
pergerakan
n. Monitor tekanan
intrakranial dan
respon nerologis
o. Catat perubahan
pasien dalam
merespon stimulus
p. Monitor status
cairan
D. IMPLEMENTASI
37
Page 38
Waktu No
Dx
Implementasi Evaluasi TTD
30-12-
2013
09.00
09. 15
09.30
09.15
09.20
1 Enviromental
management comfort
a. Menyeediakan
lingkungan yang
tenang
b. Mempertahankan
tirah baring
c. Memberikan sedikit
penerangan
d. Meminimalkan
gangguan lingkungan
dan rangsangan.
S :Pasien
mengatakan sedikit
nyaman dengan
ruangan yang
disediakan.
O : pasien tampak
nyaman.
S : pasien
mengatakan merasa
tenang dan nyaman.
O : pasien tampak
nyaman dan tidak
cemas.
S : pasien
mengatakan sudah
cukup dengan
penerangan
diruangan.
O : pasien tampak
merasa nyaman dan
tidak cemas.
S : Pasien
mengatakan sedikit
ke ganggu karena
suara suara yang
sedikit ramai
O :Pasien tampak
38
Page 39
09.25
e. Membatasi aktivitas.
b. Distraction
a. Memberikan posisi
nyaman
b. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
c. Mengobservasi TTV
sedikit merasa
cemas.
S : Pasien merasa
sedikit cemas
O : Pasien tampak
gelisah
S : pasien
mengatakan sudah
nyaman dengan
posisi tidurnya
O : pasien tampak
nyaman dan enakan.
S : pasien
mengatakan
bersedia untuk
diajarkan nafas
dalam
O : pasen nampak
mengikuti
S : Klien bersedia
di TTV
O : TD = 166/75
mmHg, N = 82
x/menit, S = 37o C,
RR = 20 x/menit
30-12-
2013
10.00
2
a. Mencatat edema
umum
b. Mempertahankan
pembatasan aktivitas
S : Klien bersedia
dikaji
O : Tidak ada edema
S : Klien bersedia
membatasi aktivitas
39
Page 40
10.10
10.20
seperti istirahat
ditempat tidur/kursi
Kolaborasi
a. Memberikan obat
Isosorbide dinitrate 5 mg
(sesuai program)
b. Memberikan obat
Bisoprolol fumaret 0,5
mg (sesuai program)
O : Klien mengikuti
instruksi
S : Klien bersedia
menerima obat
O : Obat diberikan,
klien kooperatif
S :Klien bersedia
diberikan obat
O : Obat diberikan,
klien kooperatif
26-12-
2013
10.30
10. 35
10. 40
10.45
10.50
3 a. Membantu klien
bedrest dengan posisi
kepala terlentang atau
posisi elevasi 15-45 °
sesuai indikasi
b. Memonitor adanya
diplopia, pandangan
kabur, nyeri kepala
c. Memonitor level
kebingungan dan
orientasi
S : Klien bersedia
dibantu
O : Klien istirahat
dengan posisi kepala
terlentang, posisi
elevasi 15-45o
S : Klien mengatakan
pandangan sedikit
kabur dan merasa
nyeri pada kepala
pada skala 6
O : Klien meringis
menahan nyeri
S : Klien mengatakan
masih mengingat
hari, tanggal, dan
tempat dirinya
berada sekarang
40
Page 41
10.55
11.00
d. Memonitor tonus otot
pergerakan
e. Memonitor tekanan
intrkranial dan respon
nerologis
f. Mencatat perubahan
pasien dalam merespon
stimulus
g. Memonitor status
cairan
O : Klien terlihat
tidak bingung
S : Klien bersedia
dimonitor
O : Klien dapat
bergerak bebas tanpa
rasa sakit
S : Klien bersedia
dimonitor
O : Klien merespon
rangsang stimulus
nyeri dengan baik
S : Klien bersedia
dikaji
O : Tidak ada
perubahan pada klien
dalam merespon
stimulus
S : Klien bersedia
dimonitor
O : Klien diberikan
infuse RL 20 tetes
per menit
Waktu No
Dx
Implementasi Evaluasi
31-12-
2013
06.00
1 Enviromental
management comfort
f. mempertahankan
tirah baring
S : pasien
mengatakan merasa
41
Page 42
06.15
06.30
06.45
07.00
07.10
g. menyediakan
lingkungan yang
tenang
h. memberikan sedikit
penerangan
i. Minimalkan
gangguan lingkungan
dan rangsangan.
j. Batasi aktivitas.
tenang dan nyaman.
O: pasien tampak
nyaman dan tidak
cemas.
S:Pasien
mengatakan sedikit
nyaman dengan
ruangan yang
disediakan.
O: pasien tampak
nyaman.
S: pasien
mengatakan sudah
cukup dengan
penerangan
diruangan.
O: pasien tampak
merasa nyaman dan
tidak cemas.
S: Pasien
mengatakan sedikit
ke ganggu karena
suara suara yang
sedikit ramai
O:Pasien tampak
sedikit merasa
cemas.
S: Pasien merasa
sedikit cemas
O: Pasien tampak
gelisah
42
Page 43
c. Distraction
d. Berikan posisi
nyaman
e. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
f. Berikan keluarga dan
klien melakukan
teknik nafas dalam
S: pasien
mengatakan sudah
nyaman dengan
posisi tidurnya
O: pasien tampak
nyaman dan enakan.
S: pasien
mengatakan
bersedia diajari
O: pasien tampak
mengikuti
S: pasien
mengatakan
bersedia untuk
diajarkan terapi
nafas dalam
O: pasen dan keluar
sangat antusias.
31-12-
2012
10.00
10.10
2 c. Pantau TTV
d. Catat edema umum
e. Pertahankan
pembatasan aktivitas
seperti istirahat
S : Klien bersedia di
TTV
O : TD = 166/75
mmHg, N = 82
x/menit, S = 37o C,
RR = 20 x/menit
S : Klien bersedia
dicatat
O : Tidak ada edema
S : Klien bersedia
membatasi aktifitas
O : Klien mengikuti
43
Page 44
10.20
ditempat tidur/kursi
Kolaborasi
a. berian obat Isosorbide
dinitrate 5 mg (sesuai
program)
b. berian obat Bisoprolol
fumaret 0,5 mg (sesuai
program)
instruksi
S : Klien bersedia
diberikan obat
O : Obat diberikan,
klien kooperatif
S :Klien bersedia
diberikan obat
O : Obat diberikan,
klien kooperatif
01-01-
2014
14.30
14.45
14.50
15.00
15.10
15.15
3 a. Bedrest dengan posisi
kepala terlentang atau
posisi elevasi 15-45 °
sesuai indikasi
b. Monitor adanya
diplopia, pandangan
kabur, nyeri kepala
c. Monitor level
kebingungan dan
orientasi
d. Monitor tonus otot
S : Klien bersedia
bedrest
O : Klien istirahat
dengan posisi kepala
terlentang, posisi
elevasi 15-45o
S : Klien mengatakan
pandangan sedikit
kabur dan merasa
nyeri pada kepala
pada skala 6
O : Klien meringis
menahan nyeri
S : Klien mengatakan
masih mengingat
hari, tanggal, dan
tempat dirinya
berada sekarang
O : Klien terlihat
tidak bingung
S : Klien mengatakan
44
Page 45
15.20
pergerakan
e. Monitor tekanan
intrkranial dan respon
nerologis
f. Catat perubahan pasien
dalam merespon
stimulus
g. Monitor status cairan
bersedia dimonitor
O : Klien dapat
bergerak bebas tanpa
rasa sakit
S : Klien bersedia
dimonitor
O : Klien merespon
rangsang stimulus
nyeri dengan baik
S : Klien bersedia
dikaji
O : Tidak ada
perubahan pada klien
dalam merespon
stimulus
S : Klien bersedia
dimonitor
O : Klien diberikan
infuse RL 20 tetes
per menit
E. EVALUASI
45
Page 46
Diagnosa Evaluasi TTD
Nyeri (sakit kepala)
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
vaskuler serebral
S :
Klien mengatakan nyeri berkurang
O :
Klien terlihat lebih tenang
S: 3
A :
Masalah teratasi sebagia
P :
Lanjutkan intervensi , pemberian
teknik relaksasi nafas dalam
Eka
Patah
LiLik
Imam
Resiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung
berhubungan dengan
perubahan afterload
S :
Klien mengatakan perasaannya
lebih baik
O :
TD = 166/75 mmHg,
N = 82 x/menit,
S = 37o C,
RR = 20 x/menit
Klien mengikuti semua instruksi
Klien terlihat lebih tenang
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi Kolaborasi
Pemberian obat Isosorbide dinitrate
5 mg (sesuai dengan program)
Eka
Patah
Lilik
Imam
Resiko ketidakefektifan
perpusi jaringan otak
berhubungan dengan
S :
Klien mengatakan nyeri kepala
berkurang
Eka
Patah
46
Page 47
sirkulasi darah yang
kurang ke otak
O :
TD = 166/75 mmHg,
N = 82 x/menit,
S = 37o C,
RR = 20 x/menit
Kesadaran composmentis
S= 3
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Monitor keadaan klien
Lilik
Imam
DAFTAR PUSTAKA
47
Page 48
1. Baradero Marry, Marry Wilfrid Dayrit, dan Yakobus Siswadi. 2008.
Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
2. Kodim Nasrin. 2003. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @
tempointeraktif.com
3. Jackson M. dan Lee Jackson. 2009. Seri Panduan Praktis:
Keperawatan Klinis. Jakarta: Erlangga
4. Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi ,
Yogyakarta: Kanisius
5. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal
Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
6. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan
gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
7. Herdman, T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan NANDA :
definisi dan klasifikasi 2009-2011, alih bahasa : Made Sumarwati
(et. al). Jakarta: EGC.
8. Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta:
EGC
9. Moorhead, Sue dkk. 2008.Nursing Outcomes Classification
(NOC),Fourth Edition.UnitedState:Mosby
10. Bulecheck,Gloria dkk. 2008.Nursing Interventions Classification
(NIC),Fifth Edition.UnitedState : Mosby
48