I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. AUsia: 50 thJenis Kelamin:
Laki-LakiAlamat: CisompetPekerjaan: BuruhAgama : IslamMRS: 29
Desember 2014No RM: 692118
II. ANAMNESADiambil dari: Autoanamnesis, Tanggal 29 Desember
2014Keluhan Utama:Ada benjolan di kedua lipat paha A. Riwayat
Penyakit Sekarang:Pasien, pria, 50 tahun, datang ke poli bedah RSU
Dr. Slamet Garut dengan keluhan ada benjolan di lipat paha kiri
yang semakin mengganggu sejak 2 minggu SMRS karena benjolan sudah
tidak dapat masuk kembali. Pasien mengaku Benjolan sudah dirasakan
kurang lebih 7 tahun SMRS. Selain itu pasien juga mengeluh terdapat
benjolan yang dapat keluar masuk pada lipat paha kanan yang sudah
dirasakan sekitar 2 tahun SMRS. Pasien tidak mengeluh ada nyeri
pada benjolan. Pasien menyangkal adanya demam, riwayat muntah dan
perut begah disangkal. Pasien tidak ada riwayat benturan pada lipat
paha dan kemaluan.Pasien dulu bekerja sebagai buruh yang sering
mengangkat barang barang berat. Riwayat batuk lama disangkal.B.
Riwayat Penyakit DahuluRiwayat penyakit hipertensi, diabetes
melitus, alergi, asma, penyakit jantung dan penyakit paru
disangkal.C. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga pasien
yang mengalami gejala yang sama seperti pasien. Riwayat hipertensi
dan diabetes melitus disangkal.D. Riwayat KebiasaanPasien seorang
perokok. Pasien bekerja sebagai buruh kurang lebih selama 5 tahunE.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan GiziCukupF. Riwayat PengobatanPasien
mengatakan belum perna berobat dimanapun.
III. Pemeriksaan UmumA. Status GeneralisBB: 50 kgTB: 155
cmTekanan darah: 140/80 mmHgNadi: 84 / menitSuhu: 36,2CPernapasan
(frekuensi dan tipe): 20 / menit, Abdominotorakal.Kesan gizi:
CukupKesadaran: Compos mentisSianosis: Tidak adaUdema umum: Tidak
adaKepala: NormocephaleMata: Ca : -/- Si : -/-Hidung : PCH
(-)Telinga: TAKMulut: SPO (-)Leher: KGB : TAKThorax:Cor: I : Iktus
kordis terlihat di midclavicula sinistra ICS V P: Iktus kordis
teraba di midclavicula sinistra ICS V P: Batas jantung atas di
linea sternalis sinistra ICS III Batas jantung kanan di linea
sternalis dextra ICS V Batas jantung kiri di linea midclavicula
sinistra ICS V A: BJ I,II Murni reguler. Murmur (-) Gallop (-)
Pulmo: I : Transversal, Antero Posterior 2:1, sikatrik (-),
pelebaran sela iga (-), simetris saat statis dan dinamis P :
Fremitus taktil dan vokal simetris, NT (-), NL (-) , krepitasi (-)
P : Sonor pada seluruh lapang paru, peranjakan paru hati (+) A :
VBS kiri=kanan, Rh(-) Wh (-)
Abdomen: I : Datar lembut, Sikatrik (-), pulsasi a.abdominalis
(+) A : Bising usus (+) normal P : Timpani seluruh 4 kuadran
abdomen, Nyeri ketok (-), Shifting dullness (-) P : Pembesaran
organ (-), NT (-), NL (-)Ekstremitas: Akral hangat. Edema -/-B.
Status LokalisRegio abdomen : Inspeksi: Kulit sawo matang, distensi
di seluruh bagian perut, spider nevi (-), smiling umbilicus (-)
Auskultasi: Bising usus (+) meningkat (5x/menit) Palpasi: Supel,
defence muscular (-), NT (+) di perut kanan atas, NL (-), hepar
& lien: tidak teraba ada pembesaran, Murphy Sign (-). Pada
regio paraumbilicus teraba massa berbentuk lonjong berukuran 10 cm
x 6cm x 2cm. Massa teraba keras, nyeri pada penekanan, tidak ada
perubahan warna kulit di daerah massa. Perkusi: Timpani pada 4
kuadran abdomen
IV. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan dilakukan pada tanggal 29
November 2013PemeriksaanHasilNilai Rujukan
HematologiDarah Rutin :
Leukosit (WBC)7,8 ribu/ul 3.6 11
Hemoglobin (HGB)11,2 g/dl *11.7 - 15.5
Eritrosit (RBC)3,80 juta/uL *4,4 5,9
Hematokrit34 % *40 52
Trombosit (PLT)424ribu/ul 150 440
V. ResumeSeorang laki-laki, 50 tahun, datang dengan keluhan ada
benjolan di lipat paha sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Massa teraba lonjong, konsistensi keras, dan tidak nyeri pada
penekanan. Pasien juga mengeluh nyeri perut hilang timbul dan rasa
tidak nyaman seperti kembung di bagian perut 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. BAB nya biasa, BAK lancar, mual (-), muntah (-).
Pasien juga mengaku cepat berasa capai sejak satu tahun sebelum
masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan pada
inspeksi terdapat distensi, pada perkusi timpani dan pada palpasi
terdapat massa di abdomen bawah. VI. Diagnosis dan Dasar diagnosis
Tumor intraabdominal
Dasar Massa yang mengganjal di abdomen bagian bawah, nyeri
hilang timbul dan perut kembung. Riwayat cepat capai dan penurunan
berat badan yang signifikan dalam waktu singkat, penurunan nafsu
makan.
VII. PenatalaksanaanFollow up30 November 2013S Benjolan di perut
sejak 1 minggu SMRS, Perut kembung dan kadang-kadang terasa nyeri.
Badan lemas-lemas.
OKU : TSR; Kesadaran : compos mentisTD: 120/80 mmHg, N: 80x/m,
S: 36,7 C, RR: 20x/mKepala: normosefali, mata: CA -/-, SI -/-Leher:
KGB tidak teraba membesarThoraks: pulmo dan thorax dalam batas
normal Ekstremitas atas dan bawah: akral hangat +/+, edema
-/-Status lokalis: teraba massa keras di perut bagian bawah di
regio paraumbilikal dengan ukuran 6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada
penekanan. Bising usus meningkat.
A Tumor intraabdominal
P USG Abdomen Inf Rl 20 tpm Ketorolac inj 2 x 1 Ranitidin inj 2
x 1
BAB ITINJAUAN PUSTAKA
1.1 DefinisiHernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Gambar 1. Anatomi anterior
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia
didefenisikan adalah suatu pnonjolan abnormal organ atau jaringan
melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.
Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal.
1.2 Klasifikasi 1. Berdasarkan terjadinya:a. Hernia kongenital:
Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu. Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal
(kelainan belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-tempat
tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan
terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh
kenaikan tekanan intra abdominal.b. Hernia akuisita2. Berdasarkan
klinis:a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa operasi.b. Hernia
irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke
cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan
rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami
perlekatan organ disebut hernia akreta. c. Hernia strangulata:
hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera yang
terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan
sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan
dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan
sampai nekrosis. d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap,
terjepit oleh cincin hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut, dan sudah disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit
sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).3. Berdasarkan arah
hernia:a. Hernia eksterna:Hernia yang penonjolannya dapat dilihat
dari luar karena menonjolnya ke arah luar, misalnya: Hernia
inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%) Hernia femoralis
Hernia umbilicalis Hernia epigastrika Hernia lumbalis Hernia
obturatoria Hernia semilunaris Hernia parietalis Hernia
ischiadica
Gambar 3. Hernia eksterna
Gambar 4.b. Hernia interna:Jika isi hernia masuk ke dalam rongga
lain, misalnya ke cavum thorax, bursa omentalis, atau masuk ke
dalam recessus dalam cavum abdomen.Pada cavum abdominalis: Hernia
epiploica Winslowi Hernia bursa omentalis Hernia mesenterika Hernia
retro peritonealisPada cavum thorax: Hernia diafragmatika
traumatika Hernia diafragmatika non-traumatika: Kongenital:
misalnya hernia Bochdalek dan hernia Morgagni Akuisita: misalnya
hernia hiatus esophagus
Hernia Regio Inguinalis1.1 Definisi. Hernia inguinalis adalah
hernia yang paling sering kita temui. Menurut patogenesisnya hernia
ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan
hernia inguinalis medialis (HIM). Ada juga yang membagi menjadi
hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis indirek. Meskipun
terapi terbaik pada hernia ini adalah sama yaitu herniotomi dan
herniorafi, tapi penting untuk mengetahui perbedaannya karena akan
mempengaruhi pada teknik operasinya nanti.Hernia inguinalis
lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga
organ-organ dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam
kanalis inguinalis dan menimbulkan benjolan di lipat paha sampai
skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis timbul karena adanya
kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu. Biasanya
terjadi pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra operatif
antara HIL dan HIM dipisahkan oleh vassa epigastrika inferior. HIL
terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM terletak di
bawahnya
a. Kanalis inguinalisKanalis inguinalis dibatasi di kraniomedial
oleh annulus internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia
transversalis dan apponeurosis m. transverses abdominis. Di medial
bawah, di atas tuberkulum pubikum kanal ini dibatasi dibatasi oleh
annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari appoeurosisi m.
obliges eksternus. Atapnya adalah apponeurosis m. obliges eksternus
, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali
sperma pada laki laki dan ligamentum rotundum pada perempuan
1.3 Etiologi Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan
kanal atau saluran yang normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari
kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang
sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan
masuk kedalam skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
dikenal sebagai processus vaginalis peritonei. Pada umumnya, ketika
bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di
annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya berupa
tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya
ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut. Setelah dewasa kanal
tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah titik
lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang lebih
produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia
pada orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa
oleh karena kegemukan, atau karena pola makan yang tinggi lemak dan
rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB. Hernia pada
orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin
lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia
medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga
disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau
hipertrofi prostat.
.1.4 KlasifikasiHernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu hernia
inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis. disini
akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hernia inguinalis lareralis.
Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah hernia oblique
yang artinya kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial
bawah. Hernia inguinalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu
keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica
inferior.TipeDeskripsi Hubungan dengan vasa epigastrica
inferiorDibungkus oleh fascia spermatica internaOnset biasanya pada
waktu
Hernia inguinalis lateralisPenonjolan melewati cincin inguinal
dan biasanya merupakan kegagalan penutupan cincin inguinalis
interna pada waktu embrio setelah penurunan testisLateral
YaCongenital dan bisa pada waktu dewasa
Hernia inguinalis medialisKeluarnya langsung menembus facia
dinding abdomenMedial TidakDewasa
1.5 Diagnosis 1. AnamnesisKeluhan biasanya berupa benjolan di
lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama pada waktu melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu
berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat
faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi
gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata.
Nyeri pada keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter
atau ke rumah sakit dengan keadaan ini.
2. Pemeriksaan FisikDitemukan benjolan lunak di lipat paha di
bawah ligamentum inguinale di medial vena femoralis dan lateral
tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas,
bising usus (+), transluminasi (-).Gejala/tandaObstruksi usus pada
hernia inkarserataNekrosis/gangren pada hernia strangulata
NyeriKolikMenetap
Suhu badanNormalNormal/meninggi
Denyut nadiNormal/meninggiMeninggi/tinggi sekali
LeukositNormalLeukositosis
Rangsang peritoneumTidak adaJelas
SakitSedang/beratBerat sekali/toksik
Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia
strangulata yang menyebabkan nekrosis atau ganggrenTeknik
pemeriksaan Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis
(lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di
canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan
(externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris
Resistentie Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga
teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :Pemeriksaan Finger
Test :1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.2. Dimasukkan lewat
skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.3. Penderita
disuruh batuk: Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis
Medialis.Gambar 6
Pemeriksaan Ziemen Test :1. Posisi berbaring, bila ada benjolan
masukkan dulu (biasanya oleh penderita).2. Hernia kanan diperiksa
dengan tangan kanan.3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada
: jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis. jari ke 3 : hernia
Ingunalis Medialis. jari ke 4 : Hernia Femoralis.Gambar 7
Pemeriksaan Thumb Test : Anulus internus ditekan dengan ibu jari
dan penderita disuruh mengejan Bila keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.
1.6 Diagnosis Banding 1. Limfadenitis yang disertai tanda radang
lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus,
atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus.2. Lipoma kadang
tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal
pada hernia femoralis.3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis
torakolumbalis dapat menonjol di fosa ovalis.Untuk membedakannya
perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya dengan
aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai
dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain
seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas
demikian
1.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan 1. KonservatifPengobatan
konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.a.ReposisiReposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin
hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah
dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan
vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang
dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis
dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas
hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil
dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan
reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti
pada gambar :
Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburgb. Bantalan
penyangga ( sabuk Truss)Pemakaian bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai
sekarang.Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan
pada funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari
testis2. OperatifPengobatan operatif merupakan satu-satunya
pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah
ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti.a. HerniotomiPada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.Indikasi :1.
Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)2. Hernia Irreponabilis (
urgen, 2 x 24 jam)3. Hernia Reponabilisdilakukan atas indikasi
sosial : pekerjaan (elektif)4. Hernia Reponabilis yang mengalami
incarserasi (HIL,Femoralis)Prinsip semua hernia harus dioperasi,
karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi. Herniotomy pada
dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu,
misal BPH harus dioperasi sebelumnya.Tehnik Operasi Incisi inguinal
2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke tuberculum
pubicum Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE :
tampak crus medial dan lateralis yang merupakan anulus eksternus
Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset
anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus
internus dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinalis eksternus.
Hati2 dengan N.Ilioinguinalis dan N.Iliohypogastrik. M.cremaster
disiangi sampai nampak funiculus spermaticus Funiculus dibersihkan
dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga nampak kantong
peritoneum Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka
selanjutnya usus didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan
ke proksimal sampai leher hernia, kantong sebelah distal dibiarkan
Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah
conjoint tendo dan digantungkan Selanjutnya dilakukan hernioplasty
secara :FergusonFuniculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE
dan MOI abdominis. MOI & transversus dijahitkan pada ligamentum
inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya. kemudian
aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi canalis
inguinalis.
BassiniMOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum
inguinal, Funiculus diletakkan disebelah ventral, aponeurosis MOE
tidak dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap ada.Kedua musculus
berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR
hilangGambar 13:Teknik bassiniHalstedDilakukan penjahitan MOE, MOI
dan m.transversus abdominis, untuk memperkuat / menghilangkan LMR.
Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis.Cara Ferguson dan
Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan pada
orang tua, supaya dinding perut lebih kuat Kemudian luka ditutup
lapis demi lapis1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic
catgut2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut3. Kulit dijahit
dengan zyde secara simpul
Tehnik operasi Herniotomi Herniorafi LichtensteinHernia
inguinalis lateralis dan medialis:1. Penderita dalam posisi supine
dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau anestesi lokal2.
Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum
pubikum3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus
Obligus Abdominis Eksternus)4. Aponeurosis MOE dibuka secara
tajam5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya
dan dikait pita dan kantong hernia diidentifikasi6. Isi hernia
dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan
tumpul sampai anulus internus 7. Kantong hernia diligasi setinggi
lemak preperitonium , dilanjutkan dengan herniotomi8. Perdarahan
dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh 9. Luka
operasi ditutup lapis demi lapisKomplikasi Durante Operasi Lesi
funiculus spermaticus Lesi usus, vu, vasa epigastrica inferior,
vasa iliaca ekterna Putusnya arteri FemoralisPost Operasi Hematom,
Infeksi, Wound dehisiensi Atropi testes Hydrocele Rekurensb.
HernioplastiPada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai
metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus
dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa,
dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.
oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon
ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek.
Shouldice Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik
Shouldice adalah Bassini multi layer, di klinik khusus hernia
Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk menjahit defek
dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang
monofilamen sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai diluar
Toronto. Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice: Langkah
pertama: Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan
preparasi saraf ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan
funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin interna,
membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin. Dilanjutkan dengan
memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre
peritoneal.
Gambar 14 :
Gambar 15 :
Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang
inguinal dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah
fasia ke bagian belakang flap superior, usahakan titik jahitan
tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap superior yang
berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur
membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnyagambar
16
dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk
lapisan ke tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis
obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C).Bagian flap
superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian
seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal
membentuk lapisan ke tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan
aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar
C).Lichtenstein Tension free Tehnik pemasangan mesh pada
Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) : Dilakukan terlebih
dahulu herniotomi2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan
di atas defek, disebelah bawah spermatik kord. 3. Dilakukan
penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah : - Medial :
perios tuberkulum pubikum. - Lateral : melingkari spermatik kord. -
Superior : pada konjoin tendon. - Inferior : pada ligamentum
inguinal.
Gambar 17 : setelah pemasangan mesh
Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur
tidak terputus pada titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan
tarikan yang terjadi menyebar dan terdistribusi dibanyak titik
sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat. Hal inilah
yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih
ringan dibanding tehnik konvensional lainnya (Abrahamson, 1997).
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal
dinding belakang kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu,
prostesis yang dipakai harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak
bersikap alergen, mempunyai potensi untuk menimbulkan respon
inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar
integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori
sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene
mesh dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat
permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ
visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau
pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai
prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio plasty (Wexler, 1997).
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya
peregangan sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal
sehingga perasaan nyeri pasca operasi dapat berkurang dengan nyata.
Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih
dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan
kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh
rasa sakit (Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan
polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih dari 90%
pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari. Ismail (2000)
melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam 10
hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari. Untuk mencegah rekurensi
jangka panjang penggunaan material harus cukup lebar untuk menutup
seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi
lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah
kanalis inguinal interna
1.8 Komplikasi Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang
dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong
hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia
terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal,
atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik kecuali
berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin
hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan
obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur
di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal,
fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,
muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia
strangulata. Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan
segera.
1.9 Prognosis Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi
dengan baik. Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari
3%.
BAB IILAPORAN KASUS
II.1Identitas PasienNama: Tn.POUsia: 58 tahunJenis Kelamin:
Laki-LakiAlamat : Sambengsari 03/03, Pringapus, SemarangAgama:
IslamPekerjaan: SwastaStatus Pernikahan: Sudah MenikahTanggal
Masuk: 15 Maret 2014Tanggal Pulang: 19 Maret 2014Tempat
Pemeriksaan: Ruang MelatiNomor RM: 024378-2012II.2AnamnesaKeluhan
utama Nyeri di selangkanganKeluhan TambahanTerdapat benjolan pada
inguinal dextra
Riwayat Penyakit Sekarang Nyeri di selangkangan sejak tanggal 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan terdapat
benjolan pada daerah inguinal dextra. Benjolan masih bisa
dimasukkan kembali dengan tangan dan biasanya benjolan keluar saat
pasien batuk / mengejan. Benjolan menimbulkan rasa sakit bila
sedang timbul, dan pasien mengaku jika benjolan tersebut sedang
keluar pasien bisa sampai kehilangan kesadaran beberapa menit.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hernia inguinalis dextra (+) +/-
sejak 1 tahun yang lalu dan sudah dioperasi. Selama 1 tahun ini
pasien mengaku tidak memiliki keluhan. Riwayat hipertensi (+),
riwayat penyakit jantung, asam urat, dan diabetes mellitus
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang memiliki
keluhan sama.
Riwayat PengobatanPasien berobat ke IGD RSUD Ambarawa pada
tanggal 15 Januari 2014. Pasien diberi obat untuk menghilangkan
rasa sakitnya dan kemudian pasien melakukan rawat jalan.
II.3 Pemeriksaan FisikStatus generalisKeadaan umum :
BaikKesadaran : Compos Mentis (GCS : E4V5M6)Tanda Vital: - Tekanan
Darah 168/93 mmHg Nadi 78e x/menit RR 20 x/menit, regular Suhu
36,8oC (axilla)Kepala: mesocephal, rambut merata, tidak mudah
dicabutMata: konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (3mm/3mm)Telinga: sekret (-/-), darah (-/-),
nyeri tekan mastoid (-/-)Hidung : simetris, deviasi septum (-),
sekret (-/-), keluar darah (-/-),napas cuping hidung (-),Mulut:
sianosis (-), mukosa normal, gusi berdarah (-), tonsil (T1/T1),
faring hiperemis (-)Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-),
nyeri tekan (-), JVP tidak meningkatThorax: simetris saat statis
dan dinamis, retraksi (-)Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak
tampakPalpasi: ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-)Perkusi :
batas jantung kesan tidak melebarAuskultasi : BJ I-II normal,
regular, bising (-) PulmoInspeksi: ekspansi dinding dada
simetrisPalpasi: fremitus taktil simetris, nyeri tekan (-)Perkusi :
sonorAuskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)Abdomen Inspeksi : distensi (-), massa (-), luka bekas operasi
(-)Auskultasi : bising usus (+) normalPerkusi : timpani seluruh
lapang abdomenPalpasi : supel, nyeri tekan (-), defense muskular
(-)Ekstremitas atas: akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-),
sianosis (-)Ekstremitas bawah : akral hangat, CRT < 2 detik,
edema (-), sianosis (-)
II.4Diagnosa Banding1. Limfadenopati2. Varikokel3. Lipoma
II.5Pemeriksaan PenunjangHasil Laboratorium :Tanggal : 15 Maret
2014
PemeriksaanHasilNilai Rujukan
Hematologi darah rutin :
Hemoglobin9,014,0 18,0 g/dl
Leukosit15,24,0 10 ribu
Eritrosit1,534,0 6,2 juta
Hematokrit13,940 58 %
Trombosit 179200 400 ribu
MCV90,880 90 mikro m3
MCH45,127 34 pg
MCHC49,632 36 g/dl
RDW15,910 16 %
MPV5,77 11 mikro m3
Limfosit1,51,7 3,5 103/mikroL
Monosit0,60,2 0,6 103/mikroL
Granulosit13,12,5 7 103/mikroL
Limfosit %9,725 35 %
Monosit %3,84 6 %
Granulosit %86,550 80 %
PCT0,1020,2 0,5 %
PDW14,010 18 %
Golongan DarahO
Clotting Time4 : 003-5 (menit:detik)
Bleeding Time2: 001-3 (menit:detik)
Kimia KlinikGDS7560 100 mg/dl
Ureum22,610 50 mg/dl
Creatinin 0,830,62 1,1 mg/dl
SGOT120 50 U/L
SGPT150 50 IU/L
SerologiHbsAgNon ReaktifNon Reaktif
II.6Diagnosa KerjaHernia inguinalis lateralis dextra
II.7Terapi Infus RL 20 tpm Inj. Cefotaxim 3x1 gram Inj.
Ranitidine 2x1 amp Inj. Ketorolac 3x1 amp Konsul ke Sp.B untuk
dilakukan tindakan pembedahan Hernioraphy
II.8. PrognosisDubia ad bonam
II.9. ResumePasien laki-laki berusia 58 tahun, datang ke
poliklinik dengan keluhan merasa ada benjolan yang hilang timbul di
lipat paha kanannya. Pasien mengaku 1 tahun yang lalu merasakan ada
benjolan di lipat paha kanan yang timbul saat beraktivitas seperti
berlari dan hilang saat istirahat. Benjolan pada awalnya tidak
menimbulkan rasa nyeri tetapi membuat pasien merasa aneh akan hal
tersebut. Beberapa hari yang lalu pasien datang kembali ke
poliklinik untuk diperiksa kerana merasakan nyeri pada bagian
selangkangannya. Saat ini pasien merasakan gejala yang timbul
semakin berat. Benjolan dirasakan makin membesar,masih bisa keluar
masuk spontan saat berlari, batuk dan mengedan dan kadang-kadang
disertai rasa nyeri di lipat paha kanan yang membuat pasien
kehilangan kesadaran karena tidak mampu menahan rasa sakitnya.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat asma, allergi ,kencing manis
maupun hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dan status generalis dalam batas normal. Pada status lokalis di
regio inguinalis dekstra terelihat adanya benjolan. Dan setelah di
palpasi didapatkan adanya nyeri tekan di daerah inguinal dekstra
dan teraba benjolan/massa yang kenyal timbul apabila pasien disuruh
mengedan.
BAB IIIANALISA KASUS
III.1S (Subjective)Pasien mengeluh sakit kepala berdenyut sejak
tanggal 14 Maret 2014. Pasien juga mengeluhkan terdapat benjolan
pada daerah inguinal dextra. Benjolan masih bisa dimasukkan kembali
dengan tangan dan biasanya benjolan keluar saat pasien batuk /
mengejan. Benjolan menimbulkan rasa sakit bila sedang timbul, dan
pasien mengaku jika benjolan tersebut sedang keluar pasien bisa
sampai kehilangan kesadaran beberapa menit. Ini menandakan bahwa
hernia pasien bersifat reponible di mana dapat dimasukkan kembali
ke rongga peritoneum. Sedangkan batuk atau mengejan akan
meningkatkan tekanan intra abdomen dan hal tersebut menjadi salah
satu faktor predisposisi terjadinya hernia. Riwayat hernia
inguinalis dextra (+) +/- sejak 8 tahun yang lalu dan sudah
dioperasi. Selama 8 tahun ini pasien mengaku tidak memiliki
keluhan. Riwayat hipertensi (+), riwayat penyakit jantung, asam
urat, dan diabetes mellitus disangkal.
III.2 O (Objective)Hasil pemeriksaan fisik dan status generalis
pada pasien ini dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan status
lokalis didapatkan benjolan dari inguinal kanan ke scrotum,
berbentuk lonjong di mana ini menandakan hernia inguinalis
lateralis. Benjolan juga kenyal, mobile dan finger test teraba
benjolan di ujung jari pemeriksa. Warna kulit sama dengan warna
kulit di sekitarnya ( menyingkirkan adanya radang).
III.3A (Assesment)Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan diagnosis Hernia
inguinalis lateralis dekstra reponible. Hernia inguinalis timbul
paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi kanan
dibandingkan sisi kiri. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat
berbagai sebab, yang mencakup pengejanan mendadak, gerak badan yang
terlalu aktif, obesitas, batuk menahun, ascites. Mengejan pada
waktu buang air besar, keharnilan dan adanya masa abdomen yang
besar merupakan predisposisi ke perkembangan hernia inguinalis
III.4P (Planning) Infus RL 20 tpmUntuk mengatasi fungsi
sirkulasi yang terganggu akibat perdarahan yang terus menerus.
Komposisi dari RL (Ringer Laktat) ini sama dengan cairan sel tubuh,
karena itu disebut juga larutan isotonik.
Inj Cefotaxime 2x500 mgCefotaxime adalah antibiotik spektrum
luas golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai efek
bakterisidal dengan cara menghambat sintesis mukopeptida dinding
sel bakteri. Cefotaxime merupakan pilihan lini pertama terhadap
bakteri yang resisten terhadap penisilin karena cefotaxime stabil
terhadap hidrolisis beta-laktamase
Inj. Ranitidine 2x1 ampPemberian ranitidin adalah untuk
penyeimbang efek samping dari pemberian ciprofloxacin, karena
ciprofloxacin dapat mengakibatkan gangguan GIT serta menyebabkan
mual. Ranitidin adalah obat golongan antasida yang diindikasikan
untuk status hipersekresi setelah OP, hipersekresi patologis, dan
tukak peptik. Dosisnya adalah 50 mg tiap 6-8 jam dengan pemberian
secara iv.
Inj Ketorolac 3x10 mgKetorolac adalah salah satu dari obat anti
inflamasi non steroid (NSAID), yang biasa digunakan untuk
analgesik, antipiretik dan anti inflamasi. Indikasi penggunaan
ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan
maksimal selama 5 hari. Obat ini menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG2 terganggu. Ketorolak
merupakan penghambat siklooksigenase yang non selektif. Selain
menghambat sintese prostaglandin, juga menghambat tromboksan
A2.
Konsul ke Sp.B untuk dilakukan tindakan pembedahanJenis
pembedahan yang dapat dilakukan ada banyak, bisa dengan herniotomi,
hernioplasty, dan hernioraphy.
DAFTAR PUSTAKA
Arlina, P dan Evaria. 2013. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi
Edisi 12. PT. Medidata Indonesia; JakartaBasuki B. Purnomo. 2011.
Dasar dasar Urologi. CV. Sagung Seto : JakartaGuess.1995.
Epidemiology and Natural History of Benign Prostatic Hiperplasia.
Urological clinic of north America, volume 22, no 2. Mei.
1995.Junqueira, L.C and Carneiro, J. 2007. Basic Histology Text and
Atlas 11th Edition. McGraw-Hills Access Medicine.Kapoor, A. 2012.
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Management in the Primary Care
Settings. Can J Urol 2012;19(Suppl 1) 10-17National Kidney and
Urologic Diseases Informatioan Clearinghouse(NKUDIC). 2006. Prostat
Enlargement : Benign Prostatic Hiperplasia. NIH 2006. Publication
no.06-3012. URL : http://www.kidney.niddk.nih.sor. Diakses 6
Januari 2014Rahardjo D. 1999. Prostat: kelainan-kelainan jinak,
diagnosis dan penanganan. 1st ed. Jakarta: Asian
Medical;1999.Rizki, A. 2008. Faktor-faktor Risiko Terjadinya
Pembesaran Prostat Jinak. Studi kasus di RS dr. Kariadi, RS Roemani
dan RSI Sultan Agung Semarang. [Tesis]Roehborn, Calus G, McConnell,
John D. 2002. Etiology, Pathophysiology, and Natural History of
Benign prostatic hyperplasia. In : Campbells Urology. 8th ed. W.B.
Saunders ; p. 1297-1330Sherwood, L. 2010. Human Physiology : From
Cells to Systems, Seventh Edition. Brooks/Cole:USA
1
2