Hendra Susanto Blog iniDi-link Dari SiniWeb
Blog ini
Top of FormBottom of FormDi-link Dari Sini
Web
Sabtu, 12 Maret 2011Modul Praktikum Fisiologi Hewan Jurusan
Biologi FMIPA UM
KEGIATAN ISISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK
REFLEKS
A. Dasar TeoriGerak refleks merupakan respon yang cepat dan
tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun
eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak
(disebut refleks kranial) atau medula spinalis (disebut refleks
spinal) lewat saraf motorik kranial dan spinal. Saraf kranial dan
saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks
otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot
polos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi
tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali ikut memberikan
pertimbangan dalam refleks spinal.Refleks terjadi lewat suatu
lintasan tertentu, disebut lengkung refleks, dengan komponen:
reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (di dalam otak dan
medula spinalis), neuron motorik dan efektor. Sebagian besar
refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan lebih dari satu
neuron penghubung.
Kegiatan ini berdasarkan pada beberapa prinsip:1.Pada umumnya
kerusakan pada sistem saraf pusat menyebabkan kelumpuhan sementara
semua refleks yang dikendalikan oleh otak dan medula spinalis.
Kondisi akibat kerusakan otak disebut neural shock, sedangkan
kondisi kerusakan medula spinalis ini disebut spinal shock yang
lamanya tergantung pada kerumitan sistem saraf suatu organisme.
2.Kerusakan salah satu komponen lengkung refleks dapat
menyebabkan hilangnya refleks tertentu.
B. TujuanTujuan praktikum ini adalah untuk
mengetahui:1.Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh otak
2.Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medula spinalis
C. Alat dan BahanPapan dan alat seksi, aquarium, lampu spiritus,
thermometer, gelas piala 600 cc, alat penghitung, kapas, air
hangat, dan katak.
D. Cara Kerja1. Katak Normala. Letakkan katak dengan posisi
normal pada papan, amati posisi kepala, mata dan anggota geraknya.
Sentuh kornea matanya dengan kapas, apa yang terjadi?
b.Hitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung
gerakan kulit pada rahang.
c.Amati keseimbangan dengan cara:
-Letakkan katak dalam posisi terlentang pada papan.putarlah
papan secara horizontal, amati posisi dan gerakan kepala, mata, dan
anggota geraknya.
-Miringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit
terangkat. Apa yang terjadi?
d.Masukkan katak ke dalam aquarium berisi air, amati cara
berenangnya.
e.Keluarkan katak dari aquarium, letakkan pada papan pada posisi
normal.
f.Cubit jari kaki dengan pinset, apa yang terjadi?
g.Masukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu
kamar) kemudian panaskan. Pada suhu berapa katak bereaksi?
h.Masukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas 800 C. Apa
yang terjadi?
2. Katak spinal (katak yang sudah mengalami pengrusakan
otak)a.Rusak otak katak dengan single pithing, istirahatkan katak
selama 5-6 menit untuk menghilangkan neural shock
b.Berikan perlakuan seperti katak normal. Amati refleks yang
terjadi!
3. Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak dan medula
spinalisa.Rusak medula spinalis dengan double phithing,
istirahatkan selama 5-6 menit.
b.Berikan perlakuan seperti katak normal. Amati refleks yang
terjadi!
Bahan untuk Analisis Data dan Pembahasan1. Refleks manakah yang
terjadi pada katak normal tetapi tidak terjadi pada katak spinal?
Jelaskan!2. Refleks manakah yang terjadi pada katak spinal tetapi
tidak terjadi pada katak yang sudah di double pith.3. Refleks
manakah yang tergolong refleks somatik, otonom, spinal dan
kranial.
KEGIATAN IIIRITABILITAS OTOT DAN SARAF
A.Dasar TeoriPada dasarnya semua sel memiliki sifat
iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan
yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol
pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon
apabila padanya diberikan rangsangan lewat saraf atau langsung pada
otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa
kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang
kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya
dapat diamati pada efektornyaLintasan impuls saraf dari reseptor
samapi efektor disebut lengkung refleks. Lintasan tersebut adalah
sebagai berikut: reseptor saraf sensorik saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang) saraf motorik efektor. Apabila suatu saraf
diberi rangsangan, maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah
energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang
akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini
tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot.
Praktikum ini sebaiknya dilakukan dengan beberapa syarat, antara
lain adalah:-Serabut syaraf dan otot harus dalam keadaan segar,
oleh karena itu harus selalu dibasahi dengan larutan Ringer
-Setiap selesai diberi rangsangan, saraf dan otot harus
diistirahatkan secukupnya.
-Pengamatan terjadinya respon pada otot harus dilakukan dengan
sabar, sebab ada periode laten sebelum otot merespon.
B.TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat
iritabilitas otot dan saraf. Sebelun saraf diputus dari medula
spinalis dan sesudah diputus dari medula spinalis.
C. Alat dan BahanAlat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
ini adalah:Papan dan alat seksi, batang gelas, gelas arloji, gelas
piala 50 cc, pipet, baterai, lampu spiritus, kapas, NaCl kristal,
larutan Ringer untuk katak.Hewan coba: katak hijau
D. Cara Kerja1.Pembuatan Sediaan Otot-SarafPembuatan sediaan
otot saraf harus dikerjakan dengan cepat dan tepat, supaya dapat
diperoleh sediaan yang segar, sehingga perlakuan-perlakuan yang
dikenakan kepadanya dapat berhasil dengan baik. Harus diperhatikan
bahwa selama perbuatan sediaan dan selama perlakuan, sediaan harus
selalu dibasahi dengan larutan Ringer, dan usahakan jangan sampai
sediaan tersebut terlalu banyak terpegang tangan atau
pinset.Langkah-langkah pembuatan sediaan otot dan saraf adalah
sebagai berikut:a.Sebelum dilakukan pembedahan, terlebih dahulu
katak disingle pith
b.Dengan hati-hati gunting kulit pada perut katak kira-kira 3 cm
di atas paha dengan arah transversal melingkari tubuh, kemudian
tariklah kulit ke arah bawah (seperti melepas celana) sampai kulit
terlepas dari betis katak
c.Buka perut, dan buang viscera sehingga tampak saraf
iskhiadikus berwarna putih disebelah kanan dan kiri tulang
belakang.
d.Dengan cepat dan hati-hati pisahkan saraf iskhiadikus dari
otot yang mengelilinginya. Saraf dan otot harus selalu dibasahi
dengan larutan Ringer.
e.Lepaskan otot gastroknemius dari tulang dengan jalan memotong
tendonnya, kemudian potong ruas tulang belakang di atas tempat
keluarnya saraf iskhiadikus.
f.Setelah bagian-bagian yang tidak diperlukan dibuang, maka akan
diperoleh sediaan otot-saraf yang terdiri dari sebagian ruas tulang
belakang, sepasang saraf iskhiadikus dan sepasang otot
gastroknemius dengan sisa tendonnya. Masukkan sediaan tersebut ke
cawan petri yang berisi larutan ringer, kemudian istirahatkan 2-3
menit.
2.Perlakuan terhadap Otot dan SarafDalam percobaan ini otot dan
saraf secara bergantian dirangsang dengan berbagai rangsangan.
Setiap kali selesai dengan satu rangsangan, sediaan harus
diistirahatkan dulu dalam larutan Ringer.a.Perlakuan sebelum saraf
diputus dari medula spinalis1) Rangsangan mekanisa) Cubitlah
pelan-pelan saraf sebelah kanan dengan pinset. Amati respon pada
otot gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, catat hasilnya.
Ulangi hal yang sama pada saraf sebelah kiri.b) Cubitlah
pelan-pelan otot gastroknemius sebelah kanan dengan pinset. Amati
respon otot gastroknemius kanan maupun kiri. Ulangi hal yang sama
untuk otot gastroknemius sebelah kiri.
2) Rangsangan termisa) Sentuhlah saraf kanan dengan batang gelas
hangat. Amati respon yang terjadi pada otot gastroknemius kanan
maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan untuk saraf sebelah
kirib) Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat
hasilnya.
3) Rangsangan kimiaa) Teteskan 1-2 tetes HCL 1% pada saraf
sebelah kanan. Amati respon yang terjadi pada otot gastroknemius
kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan yang sama untuk
saraf sebelah kiri. Segera cuci bagian yang terkena HCl dengan
larutan Ringer dan segera dihisap dengan kertas hisap.b) Kerjakan
hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya.
4) Rangsangan osmotisa) Bubuhkan sedikit kristal NaCl pada saraf
sebelah kanan. Amati agak lama respon pada otot gastroknemius kanan
maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan yang sama untuk saraf
sebelah kiri.b) Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius.
Catat hasilnya.
5) Rangsangan listrika) Sentuhlah saraf sebelah kanan dengan
kabel yang sudah dihubungkan dengan baterai. Amati respon pada otot
gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan
yang sama untuk saraf sebelah kiri.b)Kerjakan hal yang sama pada
otot gastroknemius. Catat hasilnya. Ingat, setiap selesai satu
perlakuan, otot dan saraf harus diistirahatkan 1-2 menit.
b.Perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis1) Putus
salah satu saraf dari medula spinalis.2) Kerjakan perlakuan seperti
pada saraf sebelum diputus dari medula spinalis (perlakuan 1 s/d 5)
pada sediaan yang telah diputus dari medula spinalis.
E. Bahan untuk Analisis dan PembahasanData dianalisis secara
deskriptif, untuk menjelaskan iritabilitas otot dan saraf:1.Adakah
perbedaan respon pada otot, apabila rangsangan diberikan pada otot
dan diberikan pada saraf.
2.Adakah perbedaan respon otot sebelum dan sesudah saraf
diputuskan dari medula spinalis
3.Apakah yang dapat anda simpulkan bila otot/saraf sebelah kanan
dirangsang, ternyata otot sebelah kiri juga merespon (atau
sebaliknya)
4.Apakah ada perbedaan kecepatan otot merespon terhadap
rangasangan yang berbeda-beda, bila ada rangsangan apa yang
direspon paling cepat dan rangsangan apa yang direspon paling
lambat. Jelaskan mengapa demikian.
KEGIATAN IIIEKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT
A. Dasar TeoriSel sel otot memiliki sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh sel-sel lain yaitu sifat ekstensibilitas, elastisitas
dan kontraktilitas. Ekstensibilitas artinya sel-sel dapat meregang
(memanjang) sampai batas tertentu apabila kepadanya diberikan gaya
(beban/tarikan). Elastisitas artinya sel-sel otot dapat kembali
pada bentuk semula apabila gaya yang diberikan kepadanya
dihilangkan.
Perbedaan struktur jaringan otot polos dengan otot lurik
berpengaruh terhadap sifat elastisitas dan ekstensibilitasnya.
Adanya sifat ekstensibilitas dan elastisitas ini memungkinkan
sel-sel otot tidak mudah rusak apabila dikenai gaya. Misalnya pada
jantung, bila serambi atau bilik jantung berisi darah, sel-sel
ototnya meregang, memungkinkan serambi dan bilik jantung mampu
menampung darah cukup banyak tanpa mengalami kerusakan. Bila
jantung berkontraksi akan menghasilkan kontraksi yang lebih kuat.
Contoh lain misalnya pada pembuluh dan alat pencernaan makanan,
semuanya menunjukkan sifat ekstensibilitas dan elastisitas
otot.Percobaan ini berdasarkan pada beberapa prinsip dasar, yaitu:
Otot yang digunakan harus memiliki penampang dan panjang yang
relatif sama.
Ekstensibilitas diukur dari selisih dari panjang otot sebelum
dan sesudah diberi beban.
Elastisitas diukur dari selisih dari panjang otot sebelum dan
sesudah beban dihilangkan.
Otot dikatakan memiliki ekstensibilitas lebih besar apabila
diberi beban sama, otot mampu meregang lebih panjang.
Otot dikatakan tidak memiliki ekstensibilitas apabila otot
diberi beban cukup, otot tidak memanjang sama sekali.
Otot dikatakan memiliki elastisitas 100%, apabila beban yang
diberikan pada otot dihilangkan, maka otot mampu kembali ke
panjang.
B. Tujuan PraktikumKegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa tentang sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot polos
dan otot lurik, serta mampu mengembangkan lewat penelitian.
C. Alat dan BahanAlat dan bahan yang diperlukan adalah:Papan dan
alat seksi, gelas arloji, tiang penggantung, benang besar, larutan
Ringer untuk katak, katak hijau, beban logam, atau anak timbangan @
10 gram.
D. Cara Kerja 1. Membuat sediaan Otot Lurik a.Rusak otak katak
dengan single pith
b.Pisahkan dengan hati-hati kulit pada daerah abdomen, sehingga
nampak otot rektus abdominisnya. Tetesi otot dengan larutan
Ringer.
c.Dengan hati-hati buat potongan longitudinal pada otot rektus
abdominis dengan panjang 3 cm dan lebar sama dengan lebar ususnya
(buat 2-3 potongan).
d.Rendam potongan-potongan otot tersebut dalam larutan Ringer
pada gelas arloji, dan istirahatkan selama 2-3 menit.
2. Membuat Sediaan Otot PolosaDari katak yang sama, keluarkan
usus katak dari dalam rongga abdomennya.
b.Dengan hati-hati bersihkan usus katak dengan mengeluarkan
kotorannya. Setelah itu buat potongan-potongan usus sepanjang 3 cm
(buat 2-3 potongan).
c.Masukkan potongan-potongan usus tersebut ke dalam larutan
Ringer pada gelas arloji, dan istirahatkan selama 2-3 menit.
3.Mengukur Ekstensibilitas dan Elasisitas Otot Lurika.Ikat kedua
ujung potongan otot rektus abdominis dengan seutas tali, usahakan
ikatan tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
b.Ikatkan benang yang satu pada penggantung, sedang benang yang
lain pada tempat beban.
c.Ukur panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi beban (beri
kode pO1), kemudian berturut-turut tambahkan 10 gram beban sampai
50 gram (beri kode pO50 ). Ukur panjang otot pada setiap kali
penambahan beban 10 gram dan catat hasilnya pada tabel.
d.Setelah kegiatan c, kemudian berturut-turut setiap kali
kurangi beban 10 gram, sampai akhirnya tanpa beban (beri kode pO2
). Ukur panjang usus pada setiap kali pengurangan beban 10 gram dan
catat hasilnya pada tabel. (Ingat bahwa otot harus selalu dibasahi
dengan Ringer).
4. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot PolosDengan
cara yang sama seperti mengukur ekstensibilitas dan elastisitas
otot lurik, lakukan untuk usus katak, dan catat hasilnya pada
tabel.
E. Bahan untuk Analisis dan Pembahasan1. Mencari Ekstensibilitas
Otota.Hitung pertambahan panjang otot setiap kali penambahan beban
10 gram pada otot, kemudian jumlahkan.
b.Ekstensibilitas dapat dicari dengan rumus;
Ekstensibilitas = P50 PO1 X 100% PO1
c.Bandingkan besar pertambahan otot polos dan otot lurik setiap
pertambahan beban 10 gram, dan buat kesimpulannya.
2. Mencari Elastisitas Otota.Elastisitas dapat dicari dengan
rumus:Elastisitas = P50 PO2 X 100% P50 - PO1
b.Bandingkan elastisitas antara otot usus (mewakili otot polos)
dengan otot rektus abdominis (mewakili otot lurik). Mana yang lebih
besar, diskusikan!
KEGIATAN IVKONTRAKSI OTOT JANTUNG
A. Dasar TeoriOtot jantung berbeda dari otot kerangka dalam hal
struktur dan fungsinya. Untuk berkontraksi otot jantung tidak
memerlukan stimulus sebab otot jantung memiliki sifat otomatis.
Pada sel otot jantung dapat terjadi peristiwa depolarisasi secara
spontan tanpa ada stimulus. Selain itu otot jantung juga memiliki
sifat ritmis, peristiwa depolarisasi dan repolarisasi berjalan
menurut irama tertentu.
Keefektifan kerja jantung dikendalikan oleh faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah sistem nodus yang
mengantarkan rambatan depolarisasi dari pacu jantung (sinus
venosus) ke bagian-bagian lain dari jantung. Meskipun kontraksi
otot jantung tidak tergantung pada impuls saraf tetapi laju
kontraksinya dikendalikan oleh saraf otonom. Selain itu aktivitas
jantung juga dipengaruhi oleh bermacam-macam bahan kimia, hormon,
ion-ion dan metabolit
B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk:1. Melihat sifat otomatis
dan ritmis dari tiap-tiap bagian jantung2. Memahami peran sinus
venosus pada kontraksi otot jantung3. Mengamati pengaruh beberapa
faktor ekstrinsik terhadap aktivitas jantung
Gambar Anatomi Jantung Katak. a. Bidang Ventral: menunjukkan
trunkus arteriosus tunggal. (b). Potongan ventral: dua atrium dan 1
ventrikel. (c). Bidang Dorsal: menunjukkan sinus venusus
(pacemaker).
C. Alat dan BahanPapan dan alat seksi, cawan petri, pipet tetes,
Lup/ kaca pembesar, kait logam/ peniti, benang, jarum pentul,
katak, larutan Ringer, asetilkolin (1/5000) 2%, adrenalin 1%, KCl
0,9%, CaCl2 1%, NaCl 0,7%
D. Cara Kerja1.Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung
a.Single pith seekor katak, cepat buka rongga dadanya. Buka
perikardium dan hitung denyut jantung permenit
b.Pisahkan jantung dari tubuh dan letakkan dalam cawan Petri
yang berisi larutan Ringer. Hitung denyutnya per menit, dan amati
apakah denyutnya berirama atau tidak.
c.Pisahkan sinus venosus dari jantung, amati dan hitung
denyutnya per menit. Bila tidak berdenyut, pelan-pelan sentuh
dengan batang gelas.
d.Pisahkan atrium dari ventrikel. Amati apakah masing-masing
bagian itu masih berdenyut dan hitungdenyutnya per menit.
2.Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktivitas Jantung
a.Single pith seekor katak, buka rongga sehingga jantung jelas
terlihat. Buka perikardium sehingga jantung nampak jelas terlihat.
Hitung denyut jantung per menit.
bTetesi jantung dengan larutan Ringer 5oC, hitung denyut jantung
permenit.
cBuang dengan pipet larutan Ringer dingin dan ganti dengan
larutan Ringer normal. Amati sampai terlihat denyut jantung
mendekati normal.
d.Tetesi jantung dengan larutan Ringer 40oC, hitung denyut
jantung permenit.
e.Buang dengan pipet larutan Ringer panas dan ganti dengan
larutan Ringer normal. Amati sampai terlihat denyut jantung
mendekati normal.
f.Tetesi jantung dengan asetilkolin, hitung denyut jantung
permenit.
g.Buang dengan pipet larutan asetilkolin dan ganti dengan
larutan Ringer normal. Amati sampai terlihat denyut jantung
mendekati normal.
h.Tetesi jantung dengan adrenalin, hitung denyut jantung
permenit.
i.Buang dengan pipet larutan adrenalin dan ganti dengan larutan
Ringer normal. Amati sampai terlihat denyut jantung mendekati
normal.
3.Pengaruh Ion terhadap Aktivitas Jantung
a.Single pith seekor katak, cepat buka rongga dadanya. Hitung
denyut jantung per menit.
b.Bukalah peniti kecil atau menggunakan kait logam kecil yang
diikat dengan benang.
c.Pisahkan jantung dari tubuh dan letakkan dalam cawan Petri
yang berisi larutan Ringer. Hitung denyutnya per menit, dan amati
apakah denyutnya berirama atau tidak
d.Dengan cara yang sama, beri perlakuan jantung dengan CaCl2 1%,
NaCl 0,7% dan KCl 0,9%.
E. Bahan untuk Analisis dan Pembahasan1.Bagian mana dari jantung
yang menunjukkan sifat otomatis tertinggi? Mengapa?
2.Adakah perbedaan antara kontraksi atrium dan ventrikel?.
Jelaskan.
3.Bagaimana pengaruh perubahan suhu pada denyut jantung?.
4.Jelaskan pengaruh bahan kimia pada denyut jantung.
5.Jelaskan bagaimana pengaruh ion-ion penyusun larutan Ringer
(Na+, K+ dan Ca2+) apabila diberikan secara terpisah terhadap
denyut jantung.
KEGIATAN VKOMPOSISI DARAHA.Dasar TeoriSebagian besar vertebrata
darahnya berwarna merah, kecuali pada Amphioxus dan Leptocephalus.
Sifat darah berbeda dengan air, darah memiliki berat jenis antara
1,050-1,060 dan memiliki viskositas sekitar 5 kali lebih tinggi
daripada air.Komponen darah terdiri dari 2 bagian yaitu komponen
cair yang disebut plasma darah dan komponen seluler yang terdiri
dari sel-sel darah. Kedua komponen tersebut dapat dipisahkan
(disentifus). Bagian atas adalah komponen cair (plasma darah) dan
bagian bawah adalah komponen seluler.Plasma darah merupakan cairan
transparan yang berwarna kekuning-kuningan volumenya 55%. Sedangkan
komponen seluler terdiri dari sel-sel darah yang volumenya 45%. Di
dalam plasma darah terdapat 90% air, 7-8% protein yang larut, 1%
elektrolit dan 1-2% berbagai macam zat antara lain glukosa, asam
amino, lemak, vitamin, urea, asam urat, gas-gas yang larut dan
hormone. Zat lain adalah asam piruvat dan asam laktat yang
merupakan intermediate metabolit, dan elektrolit yang sangat
penting yaitu ion-ion natrium, klorida dan bikarbonat. Ion-ion
lainnya kalium, magnesium, dan fosfat jumlahnya sangat
sedikit.Dibanding dengan zat-zat lainnya protein memiliki
prosentase paling tinggi karena protein di dalam darah ini memiliki
fungsi yang lebih kompleks dibanding dengan zat-zat lainnya. Fungsi
protein tersebut adalah (1)Transpor CO2dan O2, (2) Memiliki pH
(buffer), (3) Menarik dan mengikat kation anorganik, (4) Berperan
dalam proses pembekuan darah, (5) Mengikat dan mengedarkan Natrium,
(6) Menyediakan sumber natrium untuk dirinya sendiri, (7) Mengatur
mekanisme kekebalan tubuh, dan (8) Mengatur tekanan darah di dalam
pembuluh.Selain itu warna darah juga dapat disebabkan oleh
keberadaan protein yang berfungsi sebagai transport oksigen.
Hemoglobin merupakan salah satu protein yang berikatan dengan heme
(bentuk porfirin yang mengandung Fe). Hemoglobin memiliki
distribusi yang luas dan hampir ditemukan pada semua filum
hewan.Pada vertebrata hemoglobin ditemukan di dalam eritrosit, akan
tetapi pada hewan invertebrata ditemukan secara bebas atau mirip
dengan jaringan lainnya. Pigmen protein lain selain hemoglobin
adalah hemeritin, eritrokruorin dan hemekuprein (Wilson,
1979).Protein plasma berperan dalam pengaturan pH. Peran ini akan
terlihat pada saat pH darah turun yang dapat membahayakan organism,
maka protein plasma akan mengikat ion hydrogen yang selanjutnya
akan bergabung dengan kation anorganik membentuk NaHCO3,KHCO3dan
fosfat. Adanya ketiga zat inilah yang menyebabkan darah dapat
berfungsi sebagai buffer, karena ketiga zat tersebut di dalam
jaringan akan mengalami ionisasi.Pada kegiatan ini anda diharapkan
dapat membuktikan bahwa di dalam darah terdapat berbagai macam zat
antara lain adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Sedangkan
unsur-unsur yang akan diuji keberadaannya adalah unsur Natrium dan
Klorida.
B. TujuanMengetahui secara kualitatif keberadaan protein,
karbohidrat dan lemak di dalam darah, serta unsur Natrium dan
Klorida,C. Alat dan BahanBahan kimia yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah Na Oksalat, asam asetat, reagen Millon, Benedict, perak
nitrat, asam klorida dan aquades. Darah yang akan digunakan adalah
darah segar lembu untuk di ambil plasma darahnya.Pada kegiatan ini
digunakan sentifus (alat pemusing) yang berfungsi untuk memisahkan
sel darah dari plasmanya. Di dalam sentrifuge terdapat 4, 8 atau 16
tabung reaksi tersusun melingkar. Kecepatan pemutaran berkisar pada
0-10.000 rpm (round per menit), tergantung dari jenis/ merknya.
Pada saat digunakan maka sentrifus harus ditutup rapat-rapat dan
jangan dibuka sebelum putarannya berhenti (bila putarannya mendadak
dihentikan) akan berbahaya karena akan menyebabkan zat yang
disentrifus tumpah.
D. Cara Kerja1.Persiapan Pengambilan Darah (darah
beroksalat)
Larutkan 1 gram Na Oksalat dalam 20 cc NaCl 0,9% kemudian
masukkan 500 cc darah lembu ke dalam campuran tersebut.
2.Pembuatan Plasma Oksalat
-Masukkan 25 cc (sesuai dengan ukuran tabung sentrifus) darah ke
dalam sentrifus, selanjutnya dilakukan pemusingan 2500 rpm selama
satu jam. Setelah pemusingan pada dasar tabung terlihat sedikit
endapan berwarna putih. Endapan ini akan dipakai untuk uji adanya
Kalsium (Ca).
-Di atas endapan putih terlihat supernatan dan residu yang
berupa sel-sel darah merah. Dengan menggunakan pipet tetes pisahkan
supernatan (= plasma oksalat) dan masukkan ke dalam tabung
reaksi.
3Pembuatan filtrate
-Ambil 10 cc plasma oksalat, masukkan ke dalam gelas piala,
tambahkan 100 cc aquades kemudian panaskan sampai mendidih. Pada
saat mendidih tambahkan 2-3 tetes asam asetat encer. Setelah dingin
saringlah dengan menggunakan corong dan kertas saring. Koagulum
yang tertinggal pada kertas saring akan digunakan untuk uji
protein, sedangkan filtratnya untuk uji karbohidrat dan klorida
(Cl).
4.Uji Protein, Glukosa, Klorida (Cl), dan Kalsium (Ca)
-Uji protein
Ambil koagulan dari kertas saring, tambahkan beberapa tetes
aquades, kemudian tambahkan beberapa tetes ( 10 tetes) Millon.
Amati perubahan warna yang terjadi.
-Uji Glukosa
Masukkan 5 cc fitrat dalam tabung reaksi. Tambahkan beberapa
tetes larutan Benedict, kemudian panaskan. Amati perubahan warna
yang terjadi.
-Uji Klorida (Cl)
Masukkan 5 cc filtrat ke dalam tabung reaksi. Tambahkan beberapa
tetes perak nitrat. Amati perubahan warna yang terjadi.
-Uji Kalsium (Ca)
Untuk uji kalsium digunakan endapan putih yang diperoleh dari
kegiatan 2. Tuangkan residu berwarna merah, sampai habis. Teteskan
1-2 tetes HCl pada endapan. Untuk mengendapkan kembali, tambahkan
larutan Na Oksalat.
E. Bahan untuk Analisis dan Pembahasan
KEGIATAN VIMIKROSIRKULASIA. Dasar TeoriMikrosirkulasi merupakan
tempat terjadinya kontak dan pertukaran zat antara darah dan
jaringan tubuh. Tempat terjadinya pertukaran tersebut persisnya
adalah pada kapiler, yang merupakan pembuluh darah sangat halus dan
hanya dapat diamati pada jaringan yang sangat tipis dan tembus
cahaya. Lidah dan selaput renang katak merupakan bagian yang sangat
cocok untuk tempat pengamatan. Di bagian ini aliran darah melalui
kapiler dan perubahannya karena pengaruh eksperimental mudah
diamati dengan mikroskop cahaya. Jaringan lain pada katak yang juga
dapat digunakan sebagai tempat pengamatan adalah penggantung usus
(mesenteron) dan kandung kencing.Diameter pembuluh darah halus
(arteriole, kapiler dan venula) dapat dikenali dari jumlah sel
darah merah yang berbaris di dalamnya, dan juga kecepatan aliran
darahnya. Pembuluh darah yang paling kecil, yaitu kapiler hanya
dapat dilewati sel darah merah apabila sel darah merah berbaris
satu per satu. Bila pembuluh darah halus hanya dapat dilewati sel
darah merah dengan berbaris-baris dua-dua, maka pembuluh darah
tersebut adalah arteriole atau venula. Pembuluh darah yang lebih
besar dapat dilewati sel darah merah dengan berbaris lebih banyak
lagi. Dengan mengamati arah aliran darah di dalamnya, dapat
dibedakan antara arteriole dengan venula. Secara umum arteri
dikontrol oleh banyak mekanisme daripada kapiler. Diameter
arteriole dipengaruhi oleh saraf, zat kimia, hormon. Kapiler
diregulasi terutama oleh faktor-faktor jaringan lokal seperti
konsentrasi O2, CO2 dan pH. Metabolisme lokal menyebabkan membuka
dan menutupnya sfingter kapiler. Kecepatan aliran darah dalam
kapiler dipengaruhi oleh perubahan diameter arteri dan arteriole.
Penyempitan pada arteriole menyebabkan lambatnya aliran darah di
dalam kapiler. Arteriole juga dapat merespon rangsangan langsung
yang mengenainya yang akan tampak pada perubahan diameternya.
Kegiatan ini berdasar pada beberapa prinsip: Jaringan yang diamati
harus tipis dan tembus cahaya. Diameter pembuluh darah diukur dari
jumlah sel darah merah yang dapat berbaris di dalamnya. Pembuluh
yang lebih besar dapat dilewati sel darah merah dengan berbaris
lebih banyak daripada pembuluh kecil. Ada atau tidak adanya
pengaruh suatu zat terhadap pembuluh darah, dapat diamati dari
perubahan jumlah sel darah merah yang lewat dalam pembuluh darah
secara berbaris. Apabila tidak ada perubahan berarti tidak ada
pengaruh. Adanya pengaruh suatu zat juga dapat diamati dari
perubahan kecepatan aliran darah di dalam pembuluh darah.
B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
tentang mikrosirkulasi pada katak dan hewan yang memiliki sistem
sirkulasi tertutup pada umumnya. Disamping itu untuk meningkatkan
pemahaman tentang pengaruh berbagai rangsangan yang langsung
diberikan secara lokal pada arteriole, kapiler dan venula.
C. Alat dan BahanPapan dan alat seksi, triplek berlubang,
mikroskop cahaya, lampu spiritus, larutan garam, kapas, jarum
bundel, larutan Ringer, epinefrin 1/5000, asetilkolin 1/5000, asam
asetat 1%, kertas isap, katak hijau, air panas.
D. Cara Kerja1. Pengamatan mikrosirkulasi pada selaput renang
kataka. Lakukan single pith pada katakb. Bungkus tubuh katak dengan
kapas basah, kemudian bungkus pula dengan plastik.c. Rentangkan
selaput renang salah satu kaki belakang sehingga menutup lubang
pada papan triplek, dan atur sedemikian rupa sehingga selaput
terletak antara sumber cahaya dan lensa obyektif.d. Amati dan
gambar pembuluh darahnya. Tentukan arteriole, kapiler dan
venulanya.e. Tetesi selaput renang secara bergantian dengan air
dingin, air hangat, epinefrin 1/5000, asetilkolin 1/5000, dan
terakhir dengan asam asetat 1%. Amati dan catat apa yang terjadi
pada arteriole, kapiler dan venula. Ingat bahwa sebelum ditetesi
larutan baru, maka larutan lama harus dibersihkan dulu dari selaput
renang dengan jalan menghisapnya dengan kertas hisap. Ulangi setiap
perlakuan minimal 3 kali.f. Buatlah kesimpulan dari setiap
perlakuan.2. Pengamatan pembuluh darah pada lidah kataka. Lakukan
seperti nomor (1) dan (2) pada pengamatan pembuluh darah selaput
renang katak.b. Ikat katak pada papan triplek yang berlubang, dan
dengan hati-hati tarik lidah katak keluar dan atur agar posisi
lidah katak menutupi lubang pada triplek.c. Letakkan triplek pada
meja mikroskop dan atur sedemikian rupa sehingga lidah katak
terletak antara sumber cahaya dan lensa obyektif.d. Jaga agar lidah
katak selalu dalam keadaan lembab dengan menetesi larutan Ringer.e.
Amati dan gambar: otot, serabut saraf dan pembuluh darahnya.f.
Tentukan arteriole, venula dan kapiler dengan membandingkan ukuran
penampang pembuluh darah dan arah aliran darahnya.g. Amati gerak
vasodilatasi dan vasokonstriksi selama periode waktu tertentu.h.
Cari kapiler berbentuk spiral, kemudian gambar dan diskusikan
mengapa demikian.i. Amati dan catat fleksibilitas sel darah merah
pada saat melewati kapiler atau aliran darah yang berbelok.j. Amati
agak lama dengan teliti, mungkin anda menemukan bahwa kapiler pada
beberapa saat menghilang dari pandangan dan pada saat lain muncul
kembali. Catat dan diskusikan mengapa terjadi perubahan tersebut.k.
Tekan lidah secara hati-hati dengan ujung jarum, amati dan catat
apa yang terjadi pada pembuluh darahnya. l. Tetesi lidah secara
bergantian dengan air dingin, air hangat, epinefrin 1/5000,
asetilkolin 1/5000, dan terakhir dengan asam asetat 1%. Amati dan
catat apa yang terjadi pada arteriole, kapiler dan venulanya.
Setiap perlakuan ulangi 3 kali. (Setiap pergantian zat, maka zat
lama harus dibersihkan dulu dari lidah dengan jalan menghisapnya
dengan kertas hisap). m. Buatlah kesimpulan dari setiap perlakuan
dan jelaskan mengapa demikian.3. Pengamatan pada mesenteron kataka.
Siapkan papan triplek berlubang, dengan ukuran 1 cm dan buat
sedikit tonjolan melingkari lubang tersebut dengan plastisin.b.
Dengan katak yang sama, buat pembedahan kecil pada dinding
abdomennya dan hati-hati tarik keluar intestinnya, kemudian atur
mesenteron tepat pada lubang papan triplek yang telah disiapkan.
(ingat bahwa mesenteron selalu dalam keadaan lembab).c. Amati
dibawah mikroskop, bandingkan bentuk dan panjang pembuluh darahnya
dengan pembuluh darah pada lidah.d. Tentukan arteriol, kapiler dan
venulanya.e. Beri perlakuan dengan menetesinya dengan air dingin,
air hangat, epinefrin 1/5000, asetilkolin 1/5000, dan terakhir
dengan asam asetat 1% seperti perlakuan pada lidah dan selaput
renang. Ulangi setiap perlakuan 3 kali).f. Amati dan catat pengaruh
zat-zat tersebut terhadap konstriksi/dilatasi pembuluh darah dan
bandingkan dengan pada lidah dan selaput renang.
E. Bahan untuk Analisis dan Pembahasan
KEGIATAN VIITOLERANSI OSMOTIK ERITROSITA. Dasar TeoriDarah
merupakan suatu jaringan cair yang tersusun dari sel-sel darah yang
berada dalam suatu matrik cair yang biasa disebut plasma darah.
Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Bentuk dan ukuran
eritrosit tergantung pada jenis hewan. Pada mammalia eritrositnya
tidak berinti, umumnya berbentuk bulat bikonkaf. Eritrosit pada
vertebrata lain berbentuk lonjong, bikonvek dan berinti. Pada
umumnya eritrosit yang tidak berinti mempunyai ukuran lebih kecil
daripada eritrosit yang berinti. Di antara eritrosit vertebrata,
eritrosit Amphibi memiliki ukuran yang paling besar.Seperti sel-sel
lain, eritrosit dibatasi oleh suatu membran yang bersifat
semipermeabel atau selekstif permeabel, artinya membran dapat
ditembus oleh air dan zat terlarut tertentu, tetapi tidak dapat
ditembus oleh zat tertentu yang lain. Membran eritrosit umumnya
mudah dilalui oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO42-, HCO3- dan oleh
zat-zat seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat.
Sebaliknya membran eritrosit tidak mudah ditembus oleh Na+ , K+,
Ca2+ , Mg2+ , fosfat organik dan zat-zat lain seperti hemoglobin
dan protein plasma. Eritrosit dapat melakukan pertukaran zat
melalui proses pasif (difusi dan osmosis), dan proses aktif
(melalui transport aktif). Tekanan osmotik eritrosit homoioterm
sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl 0,9% sedangkan tekanan
osmotik eritrosit poikiloterm sama dengan tekanan osmotik larutan
NaCl 0,7%. Bila eritrosit dimasukkan ke dalam medium hipotonis,
maka air akan masuk ke dalam eritrosit dan aritrosit akan
menggelembung. Apabila batas toleransi osmotik membran eritrosit
terlampaui, maka eritrosit akan pecah, isi eritrosit (termasuk di
dalamnya hemoglobin) akan keluar, menyebabkan medium menjadi
berwarna merah. Peristiwa pecahnya membran eritrosit dan
dibebaskannya hemoglobin kedalam medium disebut hemolisis.Kerapuhan
membran eritrosit dipengaruhi oleh umur eritrosit, semakin tua umur
eritrosit maka membran selnya semakin rapuh. Di dalam tubuh hewan,
eritrosit tua dan muda saling bercampur. Oleh karena itu batas
toleransi osmotik membran eritrosit harus dibedakan menjadi batas
atas toleransi dan batas bawah toleransi. Batas bawah toleransi
ditunjukkan oleh kepekatan suatu medium, dimana apabila eritrosit
dilarutkan dalam medium tersebut, sudah nampak eritrosit yang
mengalami hemolisis. Sedangkan batas atas toleransi osmotik
eritrosit mengacu kepada kepekatan suatu medium dimana bila
eritrosit dilarutkan dalam medium tersebut akan mengalami hemolisis
sempurna, artinya semua eritrosit sudah mengalami
hemolisis.Kebalikan dari hemolisis adalah peristiwa krenasi, yaitu
peristiwa mengkerutnya membran sel akibat dari keluarnya air dari
dalam sel. Krenasi terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam
cairan hipertonis dari isi sel.
B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan
terjadinya hemolisis dan krenasi eritrosit pada medium berbeda-beda
dan mengetahui persentase hemolisis eritrosit pada medium yang
berbeda-beda.
C. Alat dan BahanMikroskop cahaya dan CCTV, kaca benda, kaca
penutup, mikropipet, pipet tetes, papan dan alat seksi, gelas
piala, larutan garam fisiologis untuk katak (0,7% NaCl), aquadest,
berbagai larutan garam dapur dengan konsentrasi 3%, 2%, 1%, 0%,
0,9%, 0,7%, 0,5%, 0,3%, 0,1%, antikoagulan (heparin atau campuran
kalium oksalat dengan amonium oksalat) dan katak hijau. D. Cara
Kerja1. Untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasia. Katak
disingle pith, kemudian dibedah sehingga nampak jantung dan
pembuluh darah besar.b. Tusuk salah satu pembuluh darah besar
sehingga darahnya keluar.c. Siapkan kaca benda, teteskan larutan
0,7% NaCl pada kaca benda kemudian kepada tetesan NaCl tersebut
larutkan sedikit darah katak. Amati di bawah mikroskop dengan
hati-hati kapan telah nampak terjadi hemolisis, catat waktunya
(dalam detik).d. Lakukan seperti cara kerja nomor 3 untuk larutan
0,5% NaCl, 0,3% NaCl, 0,1% NaCl dan aquadest. Catat hasilnya dan
buat kesimpulannya.e. Untuk mengetahui kecepatan terjadinya
krenasi, lakukan seperti cara kerja nomor 3 dengan menggunakan
larutan NaCl yang lebih pekat daripada 0,7%. Catat hasilnya dan
buat kesimpulan.
2. Menghitung persentase hemolisisa. Katak disingle pith,
kemudian dibedah sehingga nampak jantung dan pembuluh darah
besar.b. Tusuk salah satu pembuluh darah besar sehingga darahnya
keluar.c. Tampung 2-5 ml sampel darah dalam suatu tabung reaksi
yang telah diberi anti koagulan.d. Siapkan 10 tabung reaksi dan
masing-masing diisi dengan 0,1 ml sampel darah, beri nomor/label
pada tabung reaksi.e. Tambahkan kepada darah sampel pada tabung
reaksi tersebut dengan larutan NaCl: tabung 1 dengan 2 ml 0,7%
NaCl, tabung 2 dengan 2 ml 0,5% NaCl, tabung 3 dengan 2 ml 0,3%
NaCl, tabung 4 dengan 2 ml 0,1% NaCl dan tabung 5 dengan 2 ml
aquadest. f. Diamkan darah dalam tabung reaksi sekitar 10 menit,
setelah itu pusingkan selama 5 menit dengan kecepatan 3.000 rpm .g.
Amati warna dan volume supernatan, serta endapan eritrosit.
Supernatan yang berwarna bening (tanpa warna merah) dengan endapan
eritrosit paling banyak berarti pada larutan NaCl tersebut tidak
terjadi hemolisis sama sekali.h. Apabila supernatan sudah ada yang
berwarna merah, dan endapan eritrosit sudah berkurang, berarti pada
larutan NaCl ini sudah mulai terjadi hemolisis, maka ini merupakan
batas bawah toleransi osmotis membran eritrosit.i. Apabila
supernatan berwarna merah, tanpa endapan eritrosit sama sekali,
berarti pada larutan NaCl ini terjadi hemolisis sempurna, maka ini
merupakan batas atas toleransi osmotis membran eritrosit.
E. Bahan untuk Analisis dan PembahasanBerdasarkan data hasil
pengamatan pada praktikum diatas buatlah grafik untuk mencari
hubungan antara kepekatan larutan NaCl dengan kecepatan terjadi
hemolisis atau krenasi.Dari hasil kegiatan praktikum ini juga,
jelaskan mengapa eritrosit memiliki batas atas toleransi osmotik
dan batas bawah toleransi osmotik.
KEGIATAN VIIIPENCERNAAN MAKANAN PADA Paramaecium
A. Dasar TeoriParamaecium, merupakan salah satu spesies dari
Kelas Ciliata, Filum Protozoa. Hewan ini seluruh permukaan tubuhnya
bersilia yang berfungsi sebagai alat gerak. Paramaecium biasanya
hidup di air tawar dan mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang
membusuk. Hewan ini mudah dibiakkan di dalam laboratorium dengan
mendidihkan air dicampuri jerami (Prassad, 1980).Pada pengamatan
secara mikroskopis mudah teramati inti yang terdiri dari
makronukleus dan mikronukleus, vakuola kontraktil, vakuola makanan
dan rongga mulut. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke
seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan
masuk ke dalam sel melalui rongga mulut (= oral grove), lalu masuk
ke dalam sitostoma (mulut). Pada saat sampai di mulut makanan
didorong dimasukkan ke dalam sitofaring (Prasad, 1980). Ketika
makanan mencapai bagian dasar sitofaring dibentuk vakuola makanan.
Gerakan makanan dimulai dari mulut sampai ke sitofaring dibantu
oleh gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Pembentukan vakuola
makanan dapat terjadi setiap 5 menit (Koptal, et al.,
1980)Pencernaan makanan didalam vakuola makanan terjadi pada saat
vakuola makanan tersebut bergerak didalam sitoplasma (gerak
siklosis). Gerak siklosis dimulai dari mulut ke arah posterior,
kemudian ke arah anterior dan aboral, selanjutnya kembali ke
posterior. Pengeluaran sisa pencernaan melalui sitopage (anus).
Sitopage terletak di posterior mulut.Proses pencernaan terjadi pada
saat siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease,
karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam
vakuola makanan. Pada awalnya vakuola makanan bersifat basa,
kemudian berubah menjadi asam dan akhirnya menjadi basa lagi. Hasil
pencernaan ini akan berdifusi ke dalam sitoplasma (Koptal, et al.,
1980).Rongga makanan yang bergerak secara siklosis secara bertahap
akan mengecil ukurannya karena proses digesti dan absorbsi.
Akhirnya sisa makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui
sitopage (Koptal, et al., 1980).
B. Tujuan PraktikumPraktikum ini bertujuan untuk mengamati
perubahan warna yang terjadi pada rongga makanan karena adanya
perubahan pH dengan menggunakan indikator zat warna Congo Red.
C. Alat dan BahanMikroskop cahaya, 1 set CC-TV, kaca benda, kaca
penutup, pipet tetes, kapas, lampu spiritus, beaker glass 50 cc,
biakan Paramaecium umur 2 minggu, yeast/ragi, aquadest, Congo
Red.
D. Cara Kerja1.Pembuatan biakan Paramaecium (dibuat 2 minggu
sebelumnya)
Sediakan jerami, potong-potonglah sepanjang 2cm, sebanyak 100 g.
Campurlah jerami dengan air sumur sebanyak 200 cc. Selanjutkan
didihkan campuran tersebut selama 15 menit. Setelah dididihkan
dinginkan di udara terbuka, selanjutnya tambahkan 2 sendok air dari
sawah dan tutuplah sediaan tersebut dengan kain kasa. Biarkan
selama 2 minggu di tempat yang teduh (terhindar dari sinar
matahari).
2.Pembuatan sediaan makanan Paramaecium
Campurkanlah 1mg yeast dengan 20 ml aquades, aduklah dengan
batang kaca sampai menjadi campuran yang mirip santan encer.
Panaskan campuran tersebut dan dalam keadaan akan mendidih masukkan
Congo Red sebanyak 1 biji beras dan aduklah. Tunggu sampai sediaan
sampai agak dingin bila akan digunakan
3Pengamatan Proses Pencernaan Makanan pada Paramaecium
Siapkan kaca benda yang bersih kemudian letakkan beberapa helai
kapas ( 10 helai) pada permukaan kaca benda. Teteskan 2 tetes
biakan Paramaecium dan tutuplah dengan kaca penutup. Letakkan kaca
benda di bawah mikroskop, amatilah. Carilah vakuola makanan,
perhatikan warna dan gerakan vakuola makanan. Dengan menggunakan
tangan kanan teteskan sediaan makanan (yeast yang telah bercampur
dengan Congo Red) satu tetes. Selanjutnya dengan kertas hisap
hisaplah kelebihan air di sebelah kiri kaca penutup. Amati
perubahan warna pada vakuola makanan selama siklosis sesudah
ditetesi dengan sediaan makanan. Catatlah waktu yang diperlukan
terjadinya perubahan warna tersebut.
E. Bahan Analisis dan PembahasanSecara deskriptif uraikan berapa
waktu yang diperlukan untuk terjadinya setiap perubahan warna pada
vakuola makanan tersebut. Mengapa dapat terjadi perubahan warna
pada vakuola makanan?
KEGIATAN IXPENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAR O2
LINGKUNGAN
A. Dasar TeoriOksigen sangat berperan dalam penyediaan energi
yang sangat dibutuhkan untuk proses-proses kehidupan. Sel-sel
organisme memperoleh energi dari reaksi enzimatis yang sebagian
besar memerlukan oksigen yang diperoleh lewat respirasi. Respirasi
meliputi dua proses penting yaitu 1) pertukaran oksigen dan
karbondioksida anatara organisme dan lingkungan luar (respirasi
eksternal) dan 2) penggunaan oksigen di dalam sel untuk metabolisme
molekul organik (respirasi interna). Pada organisme bersel satu
pertukaran gas dapat secara langsung lewat permukaan sel, sedangkan
pada organisme tingkat tinggi harus melewati suatu organ khusus
antara paru-paru dan insang.
Respirasi eksternal sangat dipengaruhi oleh komposisi gas dalam
lingkungan luar organisme yang bersangkutan. Di udara (pada
permukaan air laut) kandungan oksigen maksimum adalah 20,95% atau
159 mmHg. Di dalam air kandungan oksigen sangat dipengaruhi
kelarutan oksigen di dalam air. Secara umum kelarutan oksigen di
dalam air. Secara umum kelarutan oksigen di dalam larutan/air
dipengaruhi oleh tekanan partial oksigen di atas permukaan air (pO2
), suhu air dan kandungan garam di dalam air.
Jika kandungan oksigen (pO2) lingkungan berkurang, beberapa
golongan hewan melakukan konformitas dan golongan lain mampu
melakukan regulasi konsumsi oksigen sehingga konsumsi oksigennya
konstan. Jadi pada golongan regulator penurunan pO2 (sampai batas
tertentu) tidak menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen. Hal ini
dimungkinkan karena terjadi penyeimbangan dua faktor yaitu 1)
ekstraksi oksigen dan 2) ventilasi.
B. Tujuan Praktikum- Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh
penurunan dan kenaikan suhu terhadap jumlah O2 di lingkungan.-
Mahasiswa dapat menjelaskan penurunan dan peningkatan jumlah gerak
operkulum terhadap O2 lingkungan
C. Alat dan BahanAkuarium, thermometer, ember plastik, gayung
plastik, timbangan, panci, kompor gas, spidol besar, alat
penghitung, es, ikan ukuran sedang.
D. Cara Kerja1. Pengaruh penurunan O2 dalam aira. Jerang air di
dalam pancib. Isi akuarium dengan air suhu kamar, beri batas tinggi
air dengan spidol.c. Timbang ikan yang akan digunakan, kemudian
masukkan ke dalam akuarium yang telah diisi air dengan suhu kamar.
Hitung gerak operculum dalam satu menit. Penghitungan dilakukan
dengan 3 kali ulangan.d. Naikkan suhu air sebesar 30C, dengan cara
menuangkan air panas ke dalam akuarium sedikit demi sedikit (jangan
sampai mengenai ikannya). Hitung gerak operkulumnya per menit.
Penghitungan dilakukan dengan 3 kali ulangan.e. Suhu dinaikkan
terus sampai keseimbangan ikan tidak normal.f. Bila keseimbangan
ikan mulai tidak normal, hentikan penghitngan, segera pindahkan
ikan ke air biasa.
2. Pengaruh kenaikan O2 terlarut dalam aira. Siapkan air dengan
suhu kamar dalam akuarium, tandai batas air dengan spidol.b.
Masukkan ikan ke dalam akuarium yang telah diisi air dengan suhu
kamar. Hitung gerak operkulum dalam satu menit. Penghitungan
dilakukan dengan 3 kali ulangan.c. Turunkan suhu dengan cara
memasukkan es ke dalam akuarium (interval 30C). Hitung gerak
operkulumnya per menit. Penghitungan dilakukan dengan 3 kali
ulangan.d. Suhu diturunkan terus sampai keseimbangan ikan tidak
normal.e. Bila keseimbangan ikan mulai tidak normal, hentikan
penghitungan, segera pindahkan ikan ke air biasa.
Catatan:- pada semua perlakuan volume air di dalam akuarium
harus tetap sama.- Suhu awal penurunan dan kenaikan O2 terlarut
diusahakan sama
E. Bahan Analisis dan PembahasanKenaikan dan penurunan suhu
digunakan sebagai indikator kenaikan dan penurunan jumlah oksigen
terlarut. Jelaskan kenaikan dan penurunan jumlah oksigen terlarut
terhadap gerak operkulum ikan.