Top Banner
HEAT STRESS DAN SPIROMETRI DISUSUN OLEH : YUNI APRIYANI (10101001008) M. ANGGA AMSALTA (10101001012) RAHMI GARMINI (10101001025) MONA ELISABET (10101001026) VENI SELVIYATI (10101001029) HERU ADMADINATA (10101001041) FITRI ANGGRAINI (10101001058) RUSYDA IHWANI TANTIA NOVA (10101001048) MEILISA (10101001072) MATA KULIAH : LABORATURIM K3 DOSEN : ANISYAH, S.KM, M.Sc FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
46

Heat Stress

Dec 28, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Heat Stress

HEAT STRESS DAN SPIROMETRI

DISUSUN OLEH :

YUNI APRIYANI (10101001008)

M. ANGGA AMSALTA (10101001012)

RAHMI GARMINI (10101001025)

MONA ELISABET (10101001026)

VENI SELVIYATI (10101001029)

HERU ADMADINATA (10101001041)

FITRI ANGGRAINI (10101001058)

RUSYDA IHWANI TANTIA NOVA (10101001048)

MEILISA (10101001072)

MATA KULIAH : LABORATURIM K3

DOSEN : ANISYAH, S.KM, M.Sc

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

Page 2: Heat Stress

KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT bahwa atas rahmat dan ridho-

Nya makalah Laboraturium K3 ini dapat diselesaikan. Makalah ini berisikan heat

stress dan spirometri. Makalah ini dibuat selain sebagai tugas semester juga untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan, serta untuk membangun pengalaman

belajar agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam lagi.

Penulis berterima kasih kepada Ibu Anisyah, S.KM, M.Scselaku dosen

Laboraturium K3 yang telah dengan sabar memberikan bimbingan serta arahan

kepada penulis sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.

Penulis sangat menyadari tentunya banyak terdapat kekurangan dalam

penulisan makalah ini karena yang Maha Sempurna hanyalah milik Allah SWT.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun

demi perbaikan dalam tulisan di masa yang akan datang. Akhirnya, dengan

mengharapkan ridho Allah SWT semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

i

Indralaya, September 2013

Penulis

Page 3: Heat Stress

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................... 1

1.3 Tujuan Makalah........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................ 3

2.1 Pengertian Heat Stress.............................................. 3

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Heat Stress ............................................................... 4

2.3 Jenis-jenis Heat Stress.............................................. 6

2.4 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah..... 7

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh................. 8

2.6 Pengukuran Heat Stress............................................ 10

2.7 Kriteria Paparan heat Stres....................................... 12

2.8 Pencegahan dan Pengendalian Heat Stres................ 13

2.9 Pengetian Spirometri ............................................... 16

2.10 Klasifikasi gangguan ventilasi

(% nilai prediksi)...................................................... 17

2.11 Tujuan pemeriksaan spirometri................................ 18

2.12 Manuver Spirometri.................................................. 18

2.13 Pemeriksaan Spirometri............................................ 19

2.14 Persiapan yang dilakukan sebelum

pemeriksaan spirometri............................................. 20

2.15 Cara Kerja Spirometri............................................... 21

ii

Page 4: Heat Stress

2.16 Interpretasi Pemeriksaan Spirometri........................ 22

BAB III PENUTUP..................................................................... 25

3.1 Kesimpulan............................................................... 25

3.2 Saran........................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 27

iii

Page 5: Heat Stress

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan pada manusia yang terjadi di lingkungan

sekitar adalah masalah panas. Panas adalah suatu keadaan di lingkungan dengan

suhu tinggi. Pada manusia, panas berkaitan dengan suhu tubuh. Suhu tubuh

manusia yang dapat dirasakan tidak hanya berasal dari metabolisme tetapi

dipengaruhi oleh panas lingkungan. Semakin tinggi panas lingkungan, semakin

besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Beban panas dari lingkungan

tersebut dapat menyebabkan beban fisiologis, misalnya meningkatnya kerja

jantung. Jika peningkatan kerja jantung terjadi secara terus-menerus dan tidak

dilakukan penanganan lebih lanjut, maka kondisi tersebut dapat menyebabkan

kematian.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini,yaitu:

1. Apa pengertian dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi heat stress?

2. Bagaimana mekanisme panas tubuh dan efek panas pada manusia?

3. Apa kriteria paparan heat stress?

4. Bagaimana cara pengendalian dan pencegahan heat stress?

5. Apa pengertian, tujuan, dan manuver spirometri?

6. Bagaimana cara kerja pemeriksaan pada spirometri?

1

Page 6: Heat Stress

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai heat stress dan spirometri.

2. Untuk menambah kepustakaan bagi penulis.

3. Untuk lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi heat stress dan cara

pemeriksaan spirometer

2

Page 7: Heat Stress

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Heat Stress

Heat Stress adalah Reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap suhu yang

berada diluar kenyamanan bekerja. Paparan panas terhadap tubuh dapat berasal

dari lingkungan kerja (panas eksternal), panas yang berasal dari aktivitas kerja

(panas internal) dan panas karena memakai pakaian yang terlalu tebal. Heat stress

terjadi apabila tubuh sudah tidak mampu menyeimbangkan suhu tubuh normal

karena besarnya beban panas dari luar. Jika tubuh terpapar panas, maka sistem

yang ada didalam tubuh akan menpertahankan suhu tubuh internal agar tetap pada

suhu normal (36-38 C) dengan cara mengalirkan darah lebih banyak kekulit dan

mengeluarkan cairan atau keringat. Pada saat demikian jantung bekerja keras

memompa darah ke kulit untuk mendinginkan tubuh, sehingga darah lebih banyak

bersirkulasi di daerah kulit luar. Ketika suhu lingkungan mendekati suhu tubuh

normal, maka pendinginan makin sulit dilakukan oleh sistem tubuh. Jika suhu luar

sudah berada diatas suhu tubuh maka sirkulasi darah dan keringat yang keluar

tidak mampu menurunkan suhu tubuh kensuhu normal. Dalam kondisi seperti ini,

jantung terus memompa darah ke permukaan tubuh, kelenjar keringat terus

mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke permukaan kulit dan

penguapan keringat menjadi cara yang efektif untuk mempertahankan suhu tubuh

agar tetap konstan. Namun jika kelembaban udara cukup tinggi, maka keringat

tidak dapat menguap dan suhu tubuh tidak dapat dipertahankan, dalam kondisi ini

tubuh mulai terganggu. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan individu untuk

3

Page 8: Heat Stress

bekerja dilingkungan panas. Dengan banyaknya darah mengalir kekulit luar, maka

pasokan darah ke otak, otot-otot aktif dan organ internal lainnya menjadi

berkurang sehingga kelelahan dan penurunan kekuatan tubuh mulai lebih cepat

terjadi. Konsentrasi bekerja juga mulai terganggu.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Heat Stress

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Heat Stress meliputi : aklimatisasi,

umur, jenis kelamin, perbedaan suku bangsa, ukuran tubuh dan gizi.

a. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan

pengeluaran keringat, penurunan denyut nadi, dan penurunan suhu tubuh sebagai

akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil

penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap

panas ditandai dengan penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh yang

dilakukan dengan pembentukan keringat.

b.Umur

Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada usia tua. Orang

yang lebih tua akan memproduksi keringat lebih lambat dibandingkan dengan

orang yang lebih muda, sehingga orang yang lebih tua memerlukan waktu yang

lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas.

c. Jenis Kelamin

Adanya perbedaan kecil aklimatisasi antara laki-laki dan wanita. Wanita

tidak dapat beraklimatisasi dengan baik seperti laki-laki. Hal ini dikarenakan

mereka mempunyai kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil.

4

Page 9: Heat Stress

d. Perbedaan Suku Bangsa

Perbedaan aklimatisasi yang ada diantara kelompok suku bangsa adalah

kecil. Hal ini dikarenakan perbedaan ukuran tubuh. Faktor lain yang dapat

mempengaruhinya adalah pigmen kulit, aktivitas/keaktivan kelenjar berdasarkan

genetic, dsb.

e. Ukuran Tubuh

Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis

tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat

mengalami tingkatan heat stress yang relatif lebih besar. Hal ini dikarenakan

mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang lebih kecil

f. Gizi (Nutrition)

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi.Seseorang yang status gizinya jelek akan menunjukkan

respon yang berlebihan terhadap tekanan panas, hal ini disebabkan karena sistem

kardiovaskuler yang tidak stabil.

5

Page 10: Heat Stress

2.3 Jenis-jenis Heat Stress

Jenis heat stress terdiri dari 4 bagian yaitu heat stroke, heat cramps, heat

syncope dan heat rash.

a. Heat stroke: Gejala heat stress yang paling parah. Bercirikan suhu tubuh yang

meningkat secara tiba-tiba hingga 106 F, tidak sadarkan diri dan sakit kepala.

Pertolongan yang dapat dilakukan adalah berbaring di tempat dingin, diberi

minuman dan mendatangkan tim medis.

b. Heat cramps : Gejala heat stress yang menyerang otot manusia. Disebabkan

sebagian besar karena hilangnya mineral-mineral tubuh akibat panas.

Gejalanya adalah kram otot dan sampai tidak sadarkan diri. Pertolongan yang

dapat dilakukan adalah mengistirahatkan penderita dan mencari bantuan

medis

c. Heat Syncope : Akibat seseorang tidak dapat menyesuaikan diri dengan suatu

kondisi lingkungan yang panas secara tiba-tiba. Gejalanya adalah keringat

dingin, pucat hingga kehilangan kesadaran. Pertolongan yang dapat dilakukan

adalah segera membawa penderita ke lingkungan yang lebih sejuk dan cari

bantuan medis

d. Heat Rash : adanya suatu keadaan pada kulit akibat panas. Gejalanya seperti

kulit yang menjadi kemerahan, bentol-bentol, gatal-gatal. Pertolongan yang

dapat dilakukan adalah dengan beristirahat di tempat yang lebih sejuk.

6

Page 11: Heat Stress

2.4 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah

1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :

a. Vasodilatasi

Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area

tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada

hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi

vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan

pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b. Berkeringat

Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang

melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan

peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh

sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak

sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme

basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu

mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.

Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik

anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh

kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat,

yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat

mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.

c. Penurunan pembentukan panas

Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan

menggigil dihambat dengan kuat.

7

Page 12: Heat Stress

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :

a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh

Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus

posterior.

b. Piloereksi

Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada

folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada

binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator

panas terhadap lingkungan.

c. Peningkatan pembentukan panas

Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme

menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan

sekresi tiroksin.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Suhu tubuh dipengaruhi oleh faktor-fktor berikut:

a. Kecepatan Metabolisme Basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi

dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula karena

sangat berkaitan dengan metabolisme tubuh.

b. Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan keceatan metabolisme

menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat

mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.

Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,

8

Page 13: Heat Stress

rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan

peningkatan produksi epineprin dan noreneprin yang meningkatkan

metabolisme.

c. Hormone Pertumbuhan

Kormone pertumbuhan daat menyebabkan peningkatan kecepatan

metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga

meningkat.

d. Hormone Tiroid

Fungsi Tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia

dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju

metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

e. Hormone Kelamin

Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal

kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi

panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari laki-laki karena

pengeluaran hormone progesteron pada masa ovulasi meningkatkan suhu

tubuh sekitar 0,3-0,6 derjat celcius diatas suhu basal.

f. Gangguan Organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat

menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.

Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat

merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar

keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu

tubuh terganggu.

9

Page 14: Heat Stress

g. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas

tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan

melalui pemuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil

melalui anastomosis arteriovenosa yang megandung banyak otot.

2.6 Pengukuran Heat Stress

Sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51, tahun 1999 tentang NAB

faktor fisika ditempat kerja menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah

dan Bola) dengan terminasi inggris WBGT (Wet Bulb Temperature Index) atas

ketentuan sebagai berikut:

a. Iklim Kerja : Hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan

udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga

kerja sebagai akibat pekerjaannya.

b. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu.

c. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat ikim kerja

yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah

alami, dan suhu bola.

d. Suhu Udara Kering (Dry Bub Temperature) : suhu yang ditunjukan oleh

termometer suhu kering.

10

Page 15: Heat Stress

e. Suhu Basah Alami (Natural Wet Bulb Temperature) : suhu yang ditunjukan

oleh termometer bola basah alami. Merupakan suhu penguapan air yang pada

suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu

ini biasanya lebih rendah dari suhu kering.

f. Suhu Bola (Globe Temperature) : suhu yang ditunjukan oleh termometer

bola. Suhu ini sebagai indikator tingkat radiasi.

ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi adalah:

ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi adalah:

NAB iklim kerja yang menggunakan parameter ISBB dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 01: NAB Iklim Kerja

Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam

ISBB (°C)

Waktu Kerja Waktu Istirahat

Beban KerjaRingan Sedang Berat

Kerja terus menerus (8 jam sehari)

30.0 26.7 25.0

75% 25% 30.6 28.0 25.9

50% 50% 31.4 29.4 27.9

25% 75% 32. 31.1 30.0

Sumber : KepMenaker 51/199 pasal 2

11

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bla + 0,1 Suhu Kering

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola

Page 16: Heat Stress

2.7 Kriteria Paparan heat Stres

ACGIH (American Conference of Industrial Hygienist) memberikan nilai

ambang batas (NAB) untuk paparan bekerja di lingkungan panas. Tujuan dari

penentuan NAB adalah untuk menjaga agar suhu tubuh berada pada kondisi

normal atau dibawah 38 deg C.

Nilai temperature yang tercantum didalam table diatas adalah merupakan

hasil pengukuran dengan menggunakan heat stress monitoring atau dikenal

dengan WBGT. Nilai WGBT merupakan fungsi dari kelembaban radiasi panas

dan temperature normal. Jadi tidak bisa hanya diukur dengan thermometer biasa

dan kemudian digunakan pada table diatas. Cara membaca table diatas: Kolom

acclimated adalah untuk pekerja yang sudah terbiasa bekerja pada lingkungan

panas dan Un-acclimated adalah untuk pekerja yang belum terbiasa bekerja

dengan lingkungan panas atau pekerja baru. Biasanya kondisi daya tahan tubuh

seseorang bisa menurun jika sudah lama tidak bekerja pada lingkungan panas,

maka dalam hal ini digunakan kolom un-acclimated. Jika hasil pembacaan WBGT

12

Page 17: Heat Stress

adalah 28.5 deg C, maka untuk pekerja yang sudah biasa dengan lingkungan

panas (acclimated) boleh 50% bekerja dan 50% istirahat untuk kategori pekerjaan

berat dalam setiap jamnya, jika pekerjaan sedang maka 75% bekerja dan 25%

istirahat dalam setiap jamnya. Namun untuk pekerja yang un-acclimated maka

25% bekerja dan 75% istirahat untuk pekerjaan berat dalam setiap jamnya, atau

50% bekerja dan 50% istirahat untuk pekerjaan sedang dalam setiap jamnya.

Definisi beban kerja menurut ACGIH adalah sebagai berikut:

a. Kerja ringan : Adalah pekerjaan dengan menggunakan mesin dan tidak

menggunakan tenaga, pekerja berdiri atau duduk dalam

mengoperasikan mesin tersebut.

b. Kerja Sedang : Berjalan sambil mengangkat atau mendorong benda dengan

berat sedang seperting scrubbing dalam posisi berdiri.

c. Berat : Menyekop pasir Bering, memotong dengan gergaji.

d. Sangat berat : Menyekop pasir basah.

2.8 Pencegahan dan Pengendalian Heat Stres

Dalam beberapa kasus, Heat stress bisa dicegah, atau setidaknya resiko

penyebab heat stress dapat dikurangi. Berikut beberapa cara pencegahan dan

pengendalian heat stres:

a. Engineering Control

Beberapa engineering control dapat membantu mengurangi paparan panas.

Diantaranya :

1. Ventilasi umum, dan ventilasi setempat di area yang memiliki panas yang

tinggi

13

Page 18: Heat Stress

2. Pelindung dari pancaran panas yang berasal dari tungku pembakaran atau

mesin

3. Menghilangkan kebocoran uap

4. Menggunakan kipas pendingin atau alat pendingin personal seperti rompi

penyejuk

5. Menggunakan tenaga alat untuk mengurangi pengoperasian mnual oleh

pekerja

b. Work Practises

1. Pakaian

Menggunakan pakaian yang longgar, berwarna terang, dan ringan seperti

katun, untuk memungkinkan keringat menguap. Warna terang menyerap

panas lebih sedikit dibandingkan dengan warna gelap. Ketika bekerja di

luar, gunakan topi berwarna terang dan ringan dengan tepian yang bagus

(cukup lebar) untuk melindungi kepala dan wajah dari sinar matahari.

2. Minum

Minum banyak cairan, terutama jika urin berwarna kuning pekat, untuk

menggantikan cairan yang hilang akibat berkeringat. Air dan minuman

elektrolit sangat direkomendasikan. Karena kafein adalah diuretic

(menyebabkan sering buang air kecil), minuman seperti cola, teh, dan kopi

harus dihindari. Haus adalah tanda yang jelas bahwa tubuh membutuhkan

cairan. Ketika melakukan pekerjaan berat, sangat baik untuk menghirup

(menyedot) daripada meneguk cairan.

14

Page 19: Heat Stress

3. Jadwal bekerja

Jika mungkin, pekerjaan berat harus dijdwalkan pada saat paling sejuk

pada hari itu. Jika tidak bisa, kurangi beban bekerja, atau bekerja ditempat

yang kondisinya sejuk. Ketika index kelembaban antara 84-93 (warning

zone), coba untuk mengurangi jumlah jam kerja di kondisi panas, dengan

mengurangi setengah dari jam kerja normal. Ketika indeks temperatur

kelembaban 94 atau lebih (Danger Zone), jumlah jam kerja di kondisi

panas harus lebih dikurangi lagi, dengan hanya bekerja seperempat dari

jam kerja normal.

4. Aklimasi (Penyesuaian diri dengan lingkungan baru) : Pekerja baru dan

pekerja yang kembali setelah absen dua minggu atau lebih harus

menyesuaikan diri selama 5 hari terhadap panas. Dimulai dengan 50

persen dari kerja normal dan waktu paparan pada hari pertama dan

meningkat secara bertahap hingga 100 persen pada hari ke 5.

5. Berat Tubuh

Pekerja kan memiliki resiko yang besar terkena heat stress jika mereka

kehilangan lebih dari 1,5% berat tubuh dalam satu hari akibat berkeringat.

c. Alat PengamanDiri (APD)

Ketika suatu pekerjaan harus berlangsung di tempat yang panas, sitem

pendingin personal akan mengurangi resiko heat stress. Ada beberapa system

yang tersedia melalui catalog kesehatan dan keamanan, seperti berikut ini :

1. Pakaian pemantul panas akan mengurangi masalah pancaran dari sumber

panas, seperti dari tungku pembakaran. Tetapi, jika pekerja benar-benar

15

Page 20: Heat Stress

tertutupi, maka pekerja tersebut akan mengalami masalah penguapan

keringat.

2. Rompi/jaket pendingin akan memindahkan panas dari kulit. Rompi/jaket

ini relative murah dan memungkinkan pekerja untuk bergerak bebas

3. Sistem cairan pendingin juga dapat memindahkan panas dari kulit. Cairan

dingin mengalir dalam pakaian disekujur tubuh dan membawa panas

keluar

d. Pelatihan

Pekerja dan pengawas harus dilatih untuk bias mendeteksi tanda awal heat

stress. Pekerja harus mengerti kebutuhan untuk mengganti cairan dan garam dari

berkeringat dan menydari tanda dehidrasi, pingsan, heat cramps, heat exhaustion,

dan heat stroke. Pengawas harus mengawasi tanda-tanda heat stress dan

memberikan pekerja untuk menghentikan pekerjaannya jika mereka merasa sangat

tidak nyaman. Pengawas harus memastikan bahwa jadwal bekerja harus sesuai

dengan masa istirahat dan memastikan cairan selalu tersedia. Mereka harus

menggunakan engineering control yang tepat, menggunakan alat pengaman diri,

dan pelatihan bekerja untuk mengurangi resiko terkena heat stress.

2.9 Pengetian Spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara

obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat

yang digunakan disebut spirometer.Spirometri merupakan suatu metode sederhana

yang dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru- paru.

Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan

kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume

16

Page 21: Heat Stress

(FEV) adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi

maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu.

Biasanya diukur dalam 1 detik (FEV1) . Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital

Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru- paru

setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum.

Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru

secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi

dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif

(hambatan pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan

fungsi paru obstruktif bila nilai FEV1 kurang dari 75% dan menderita gangguan

fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan

nilai standar.

2.10 Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi)

a. Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai

prediksi; FVC < 80% nilai prediksi

b. Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC

< 75% nilai prediksi

c. Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC <

75% nilai prediksi.

Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang

menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat :

1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah

2. Batuk

3. Terminasi lebih awal

17

Page 22: Heat Stress

4. Tertutupnya glottis

5. Ekspirasi yang bervariasi

6. Kebocoran

Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil

spirogram yang reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan

FEV1 dari 3 ekspirasi yang dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang

minimal (perbedaan kurang dari 5% atau 100 mL)

2.11 Tujuan pemeriksaan spirometri

a. Menilai status faal paru (normal, restriksi, obstruksi, campuran)

b. Menilai manfaat pengobatan

c. Memantau perjalanan penyakit

d. Menentukan prognosis

e. Menentukan toleransi tindakan bedah

2.12 Manuver Spirometri

Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap

waktu akibat manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar

monitor untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek benar dan

maksimal.

1. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian

udara dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.

2. Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian

udara dikeluarkan dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi

maksimal. Apabila subjek merasa pusing maka manuver segera dihentikan

18

Page 23: Heat Stress

karena dapat menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh

gangguan venous return ke rongga dada.

3. Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1 adalah

volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP.

Manuver VEP1 seperti manuver KVP.

4. Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi

maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal

mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir

dirapatkan pada mouthpiece.

5. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara

maksimal yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri

dengan sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik

2.13 Pemeriksaan Spirometri

Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan

dalam menegakkan diagnosis dan evaluasi pada penderita asma dengan usia lebih

dari 5 tahun. Spirometri memberikan informasi yang objektif kepada dokter. Pada

pemeriksaan spirometri dapat diidentifikasi hambatan aliran udara pernapasan,

derajat keparahan dan short term reversibility. Melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik seorang dokter dapat memprediksikan adanya gangguan pada

pernapasan, namun penggunaan spirometri dalam penegakan diagnosis akan lebih

akurat dan objektif. The American Thoracic Society (ATS) dan The National

Health and Nutrition Examinatin Survey (NHNES) merekomendasikan

pemeriksaan spirometri sebagai bagian dari diagnosis dan evaluasi pasien asma.10

Pada tahun 2007, National Asthma Education and Prevention Program’s Expert

19

Page 24: Heat Stress

Panel Report 3 juga menetapkan spirometri sebagai guideline untuk diagnosis dan

manajemen asma. Adanya obstruksi pada saluran napas didapatkan forced

expiratory ratio <70% pada pemeriksaan spirometri. Pemeriksaan spirometri telah

banyak digunakan pada pelayanan kesehatan. Teknik yang sederhana mampu

menginterpretasikan hasil yang akurat sehingga diharapkan mampu membantu

penegakan diagnosis dan evaluasi asma dan mengurangi bertambahnya

perburukan klinis pada pasien (Desmawati, 2013).

2.14 Persiapan yang dilakukan sebelum pemeriksaan spirometri

1. Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai, tahu tujuan

pemeriksaan dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan manuver

yang benar

2. Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara

minimal 1 kali seminggu

3. Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman. Sebelum

pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan dan manuver

yang akan dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak

makan terlalu kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat, penggunaan obat

pelega napas terakhir 8 jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk

aksi panjang.

4. Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi

yang baik dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C

20

Page 25: Heat Stress

2.15 Cara Kerja Spirometri

Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh

bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu

ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum

pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat

sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.

Hasil pencatatan akan terlihat seperti gambar di bawah ini.

Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru 500

ml. Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernafasan

terdapat keadaan reserve; akhir darisuatu inspirasi dengan suatu usaha agar

21

Page 26: Heat Stress

mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebut inspiratory reserve

volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu respirasi,

usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut

dengan expiratory reserve volume yang jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang

tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebut fungtional residual capacity

(FRC). Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi,

kedua keadaan yang ekstrim ini disebut vital capacity.

Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan

apapun paru-paru tetap mengandung udara, udara ini disebut residual volume

(kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa.

Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernafas

dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi

helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya dipergunakan spirometer.

Penderita disuruh bernafas dalam satu menit yang disebut respiratory minute

volume. Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama 15 menit disebut

maximum voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi

sangat berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan

pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital

capacity dalam 0.5 detik.; 85% dalam satu detik; 94% dalam 2 detik; 97%.

2.16 Interpretasi Pemeriksaan Spirometri

Interpretasi dari hasil spirometri biasanya langsung dapat dibaca dari print

out setelah hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai dengan

tinggi badan, umur, berat badan, jeniskelamin, dan ras yang datanya telah terlebih

dahulu dimasukkan ke dalam spirometer sebelum pemeriksaan dimulai.

22

Page 27: Heat Stress

Tabel Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru

RESTRIKTIFFVC/nilai prediksi (%)

PENGGOLONGAN OBSTRUKTIFFEV1/FVC (%)

≥ 8060 – 7930 – 59

< 30

NORMALRINGANSEDANGBERAT

≥ 7560 – 7430 – 59

< 30

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri dapat dikategorikan sebagai

berikut :

1. Restriktif (sindrom pembatasan)

Restriktif (sindrom pembatasan) adalah gangguan pengembangan paru.

Parameter yang dilihat adalah Kapasitas Vital (VC) dan Kapasitas Vital Paksa

(FVC). Biasanya dikatakan restriktif adalah jika Kapasitas Vital Paksa (FVC) <

80% nilai prediksi.

2. Obstruktif (sindrom penyumbatan)

Obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara karena adanya

sumbatan atau penyempitan saluran napas. Sindrom penyumbatan ini terjadi

apabila kapasitas ventilasi menurun akibat menyempitnya saluran udara

pernafasan. Biasanya ditandai dengan terjadi penurunan FEV1 yang lebih besar

dibandingkan dengan FVC sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 80%.

Pengetahuan mengenai faal paru seseorang penderita penyakit paru amat penting

23

Page 28: Heat Stress

untuk mengetahui tingkat invaliditas pernapasan, disamping itu juga penting

untuk program pengobatan selanjutnya dan kepentingan rehabilitasi.

Pemeriksaan faal paru merupakan suatupemeriksaan yang lebih peka

untuk mengetahui perubahan patologi dari saluran napas dibanding dengan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologik.

Infeksi tuberkulosis pada paru akan mengakibatkan kelainan parenkim

paru antara lain fibrosis dan bila mengenai pleura akan menyebabkan pleuritis.

Hal ini akan mengakibatkan kelainan faal paru yang bersifat restriktif. Kelainan

yang terjadi di bronkus seperti bronkitis atau endobronkitis dan bronkostenosis

akan menimbulkan kelainan obstruktif.

Kelainan obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara karena

adanya sumbatan atau penyempitan saluran napas. Pada kelainan faal paru

obstruktif seperti bronchitis kronik atau emfisema, terjadi penurunan FEV1 yang

lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari

80%. Pada kelainan restriktif (misal Tb paru), maka FEV1 dan FVC atau VC

mengalami penurunan dengan perbandingan FEV1/FVC tetap sekitar 80% atau

lebih.

24

Page 29: Heat Stress

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

a. Heat Stress adalah Reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap suhu yang

berada diluar kenyamanan bekerja.

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Heat Stress meliputi aklimatisasi,

umur, jenis kelamin, perbedaan suku bangsa, ukuran tubuh dan gizi.

c. Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara

obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi

medis.

d. Cara kerja spirometri cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas

(menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu

ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu

drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan

mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.

3.2 Saran

Dalam beberapa kasus, Heat stress bisa dicegah atau setidaknya resiko

penyebab heat stress dapat dikurangi. Beberapa cara pencegahan dan

pengendalian heat stres yaitu beberapa engineering control dapat membantu

mengurangi paparan panas; menggunakan pakaian yang longgar, berwarna terang,

dan ringan seperti katun, untuk memungkinkan keringat menguap; minum banyak

25

Page 30: Heat Stress

cairan, terutama jika urin berwarna kuning pekat, untuk menggantikan cairan yang

hilang akibat berkeringat; aklimasi (Penyesuaian diri dengan lingkungan baru).

26

Page 31: Heat Stress

DAFTAR PUSTAKA

A, Ismail. 2011. Heat Stress. (Online). (http://healthsafetyprotection.com/heat-stress/. diakses pada tanggal 25 September 2013).

Anonim. 2009. Termogulasi Pengaturan Suhu Tubuh. (Online). (http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/termoregulasi-pengaturan-suhu-tubuh/, diakses tanggal 22 September 2013).

Anonim. 2013. Heat Stress. (Online). (http://www.tirta.co.id/?page_id=190&lang=id, diakses tanggal 22 September 2013).

Anonim. 2013. Heat Stress. (Online). (http://web.princeton.edu/sites/ehs/heatstress/heatstress.html, diakses tanggal 25 September 2013).

Anonim. 2013. Interpretasi Pemeriksaan Spirometri. (Online). (http://www.glorianet.org/arsip/b4401.html - 14k, diakses tanggal 25 September 2013).

Anonim. 2013. Jenis Heat Stres. (Online). (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/import/1262.pdf, diakses tanggal 25 September 2013).

Anonim. 2013. Pemeriksaan Spirometri. (Online). (http://www.scribd.com/doc/97823197/Pemeriksaan-Spirometri, diakses tanggal 25 September 2013).

Anonim. 2013. Pengertian Heat Stress. (Online). (http://healthsafetyprotection.com/heat-stress/, diakses tanggal 25 September 2013).

Anonim. 2013. Spirometri. (Online). (http://www.klikparu.com/2013/01/spirometri.html, diakses tanggal 22 September 2013).

Arief, Latar Muhamad. Monitoring Lingkungan Kerja Tekanan Panas/Heat Stress. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatn dan Kesehatan Kerja Universitas Esa Unggul.

Aya,. A. 2010. Pengaturan Suhu Tubuh. (Online). (http://www.duniaperawat.com/2011/04/metabolisme-suhu-tubuh.html, diakses tanggal 22 September 2013).

Depnakertrans. 2005. Modul Pelatihan Pemeriksaan Kesehatan Kerja.

Desmawati, dkk. 2013. Gambaran Hasil Pemeriksaan Spirometri Pada Pasien Asma Bronkial Di Poliklinik Paru Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. (Onpine).(repository.unri.ac.id/bitstream/.../1/Desmawati%20(0908120346).pdf, diakses tanggal 22 September 2013).

Prodia. 2012. Spirometri. (Online). (http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/ spirometri, diakses pada tanggal 24 September 2013).

27

Page 32: Heat Stress

RSU Bunda Margonda. 2013. Pemeriksaan Spirometri. (Online). (http://bunda.co.id/ rsubundamargonda/?page_id=82, diakses pada tanggal 24 September 2013).

Triyanti, Firy. 2007. Hubungan Faktor-Faktor Heat Stress Dengan Terjadinya Kristalisasi Urin Pada pekerja Binatu Dan Dapur Hotel x Medan. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Wikipedia. 2012. Spirometry. (Online). (http://en.wikipedia.org/wiki/Spirometry, diakses pada tanggal 24 September 2013).

Zahra, listyendah Nurulbaiti. 2013. Heat Stress. (Online).(xa.yimg.com/kq/groups/73471151/2009408272/.../HEAT+STRESS, diakses pada tanggal 25 September 2013.

28