This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HEAT STRESS DAN SPIROMETRI
DISUSUN OLEH :
YUNI APRIYANI (10101001008)
M. ANGGA AMSALTA (10101001012)
RAHMI GARMINI (10101001025)
MONA ELISABET (10101001026)
VENI SELVIYATI (10101001029)
HERU ADMADINATA (10101001041)
FITRI ANGGRAINI (10101001058)
RUSYDA IHWANI TANTIA NOVA (10101001048)
MEILISA (10101001072)
MATA KULIAH : LABORATURIM K3
DOSEN : ANISYAH, S.KM, M.Sc
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT bahwa atas rahmat dan ridho-
Nya makalah Laboraturium K3 ini dapat diselesaikan. Makalah ini berisikan heat
stress dan spirometri. Makalah ini dibuat selain sebagai tugas semester juga untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan, serta untuk membangun pengalaman
belajar agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam lagi.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Anisyah, S.KM, M.Scselaku dosen
Laboraturium K3 yang telah dengan sabar memberikan bimbingan serta arahan
kepada penulis sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penulis sangat menyadari tentunya banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini karena yang Maha Sempurna hanyalah milik Allah SWT.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan dalam tulisan di masa yang akan datang. Akhirnya, dengan
mengharapkan ridho Allah SWT semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
i
Indralaya, September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................... 1
mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebut inspiratory reserve
volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu respirasi,
usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut
dengan expiratory reserve volume yang jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang
tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebut fungtional residual capacity
(FRC). Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi,
kedua keadaan yang ekstrim ini disebut vital capacity.
Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan
apapun paru-paru tetap mengandung udara, udara ini disebut residual volume
(kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa.
Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernafas
dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi
helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya dipergunakan spirometer.
Penderita disuruh bernafas dalam satu menit yang disebut respiratory minute
volume. Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama 15 menit disebut
maximum voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi
sangat berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan
pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital
capacity dalam 0.5 detik.; 85% dalam satu detik; 94% dalam 2 detik; 97%.
2.16 Interpretasi Pemeriksaan Spirometri
Interpretasi dari hasil spirometri biasanya langsung dapat dibaca dari print
out setelah hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai dengan
tinggi badan, umur, berat badan, jeniskelamin, dan ras yang datanya telah terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam spirometer sebelum pemeriksaan dimulai.
22
Tabel Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru
RESTRIKTIFFVC/nilai prediksi (%)
PENGGOLONGAN OBSTRUKTIFFEV1/FVC (%)
≥ 8060 – 7930 – 59
< 30
NORMALRINGANSEDANGBERAT
≥ 7560 – 7430 – 59
< 30
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. Restriktif (sindrom pembatasan)
Restriktif (sindrom pembatasan) adalah gangguan pengembangan paru.
Parameter yang dilihat adalah Kapasitas Vital (VC) dan Kapasitas Vital Paksa
(FVC). Biasanya dikatakan restriktif adalah jika Kapasitas Vital Paksa (FVC) <
80% nilai prediksi.
2. Obstruktif (sindrom penyumbatan)
Obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara karena adanya
sumbatan atau penyempitan saluran napas. Sindrom penyumbatan ini terjadi
apabila kapasitas ventilasi menurun akibat menyempitnya saluran udara
pernafasan. Biasanya ditandai dengan terjadi penurunan FEV1 yang lebih besar
dibandingkan dengan FVC sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 80%.
Pengetahuan mengenai faal paru seseorang penderita penyakit paru amat penting
23
untuk mengetahui tingkat invaliditas pernapasan, disamping itu juga penting
untuk program pengobatan selanjutnya dan kepentingan rehabilitasi.
Pemeriksaan faal paru merupakan suatupemeriksaan yang lebih peka
untuk mengetahui perubahan patologi dari saluran napas dibanding dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologik.
Infeksi tuberkulosis pada paru akan mengakibatkan kelainan parenkim
paru antara lain fibrosis dan bila mengenai pleura akan menyebabkan pleuritis.
Hal ini akan mengakibatkan kelainan faal paru yang bersifat restriktif. Kelainan
yang terjadi di bronkus seperti bronkitis atau endobronkitis dan bronkostenosis
akan menimbulkan kelainan obstruktif.
Kelainan obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara karena
adanya sumbatan atau penyempitan saluran napas. Pada kelainan faal paru
obstruktif seperti bronchitis kronik atau emfisema, terjadi penurunan FEV1 yang
lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari
80%. Pada kelainan restriktif (misal Tb paru), maka FEV1 dan FVC atau VC
mengalami penurunan dengan perbandingan FEV1/FVC tetap sekitar 80% atau
lebih.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Heat Stress adalah Reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap suhu yang
berada diluar kenyamanan bekerja.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Heat Stress meliputi aklimatisasi,
umur, jenis kelamin, perbedaan suku bangsa, ukuran tubuh dan gizi.
c. Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara
obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi
medis.
d. Cara kerja spirometri cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas
(menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu
ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu
drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan
mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.
3.2 Saran
Dalam beberapa kasus, Heat stress bisa dicegah atau setidaknya resiko
penyebab heat stress dapat dikurangi. Beberapa cara pencegahan dan
pengendalian heat stres yaitu beberapa engineering control dapat membantu
mengurangi paparan panas; menggunakan pakaian yang longgar, berwarna terang,
dan ringan seperti katun, untuk memungkinkan keringat menguap; minum banyak
25
cairan, terutama jika urin berwarna kuning pekat, untuk menggantikan cairan yang
hilang akibat berkeringat; aklimasi (Penyesuaian diri dengan lingkungan baru).
26
DAFTAR PUSTAKA
A, Ismail. 2011. Heat Stress. (Online). (http://healthsafetyprotection.com/heat-stress/. diakses pada tanggal 25 September 2013).
Anonim. 2009. Termogulasi Pengaturan Suhu Tubuh. (Online). (http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/termoregulasi-pengaturan-suhu-tubuh/, diakses tanggal 22 September 2013).
Anonim. 2013. Heat Stress. (Online). (http://www.tirta.co.id/?page_id=190&lang=id, diakses tanggal 22 September 2013).
Anonim. 2013. Heat Stress. (Online). (http://web.princeton.edu/sites/ehs/heatstress/heatstress.html, diakses tanggal 25 September 2013).
Anonim. 2013. Interpretasi Pemeriksaan Spirometri. (Online). (http://www.glorianet.org/arsip/b4401.html - 14k, diakses tanggal 25 September 2013).
Anonim. 2013. Jenis Heat Stres. (Online). (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/import/1262.pdf, diakses tanggal 25 September 2013).
Anonim. 2013. Pemeriksaan Spirometri. (Online). (http://www.scribd.com/doc/97823197/Pemeriksaan-Spirometri, diakses tanggal 25 September 2013).
Anonim. 2013. Pengertian Heat Stress. (Online). (http://healthsafetyprotection.com/heat-stress/, diakses tanggal 25 September 2013).
Anonim. 2013. Spirometri. (Online). (http://www.klikparu.com/2013/01/spirometri.html, diakses tanggal 22 September 2013).
Arief, Latar Muhamad. Monitoring Lingkungan Kerja Tekanan Panas/Heat Stress. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatn dan Kesehatan Kerja Universitas Esa Unggul.
Aya,. A. 2010. Pengaturan Suhu Tubuh. (Online). (http://www.duniaperawat.com/2011/04/metabolisme-suhu-tubuh.html, diakses tanggal 22 September 2013).
Depnakertrans. 2005. Modul Pelatihan Pemeriksaan Kesehatan Kerja.
Desmawati, dkk. 2013. Gambaran Hasil Pemeriksaan Spirometri Pada Pasien Asma Bronkial Di Poliklinik Paru Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. (Onpine).(repository.unri.ac.id/bitstream/.../1/Desmawati%20(0908120346).pdf, diakses tanggal 22 September 2013).
Prodia. 2012. Spirometri. (Online). (http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/ spirometri, diakses pada tanggal 24 September 2013).
27
RSU Bunda Margonda. 2013. Pemeriksaan Spirometri. (Online). (http://bunda.co.id/ rsubundamargonda/?page_id=82, diakses pada tanggal 24 September 2013).
Triyanti, Firy. 2007. Hubungan Faktor-Faktor Heat Stress Dengan Terjadinya Kristalisasi Urin Pada pekerja Binatu Dan Dapur Hotel x Medan. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
Wikipedia. 2012. Spirometry. (Online). (http://en.wikipedia.org/wiki/Spirometry, diakses pada tanggal 24 September 2013).
Zahra, listyendah Nurulbaiti. 2013. Heat Stress. (Online).(xa.yimg.com/kq/groups/73471151/2009408272/.../HEAT+STRESS, diakses pada tanggal 25 September 2013.