Top Banner
PERCOBAAN 2 HEAT EXCHANGER 2.1. Pendahuluan 2.1.1. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah: 1. Menentukan kecepatan transfer panas pada berbagai heat exchanger. 2. Menentukan koefesien transfer panas overall pada berbagai tipe heat exchanger. 3. Menentukan keefektifan dari berbagai tipe heat exchanger. 2.1.2. Latar Belakang Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam proses industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dan fluida panas dan fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan mendinginkan fluida. Sebelum bahan masuk ke reaktor, biasanya bahan dimasukan dulu ke dalam alat penukar kalor agar suhu bahan sesuai dengan spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri, heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit operasi, misalnya dalam industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan, industri makanan-minuman dan lain-lain. Percobaan dalam skala kecil (skala laboratorium) ini dimaksudkan agar praktikan lebih memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai macam hal yang menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat diterapkan pada skala yang lebih besar, yaitu skala industri. Di mana pada percobaan ini digunakan concentric tube heat exchanger dan jacketed vessel.
19

Heat Exchanger 1

Nov 29, 2015

Download

Documents

Abubakar Adeni

ftft
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Heat Exchanger 1

PERCOBAAN 2

HEAT EXCHANGER

2.1. Pendahuluan

2.1.1. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah:

1. Menentukan kecepatan transfer panas pada berbagai heat exchanger.

2. Menentukan koefesien transfer panas overall pada berbagai tipe heat

exchanger.

3. Menentukan keefektifan dari berbagai tipe heat exchanger.

2.1.2. Latar Belakang

Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam

proses industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dan fluida

panas dan fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan

mendinginkan fluida. Sebelum bahan masuk ke reaktor, biasanya bahan

dimasukan dulu ke dalam alat penukar kalor agar suhu bahan sesuai dengan

spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri, heat exchanger

merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit operasi, misalnya dalam

industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan, industri makanan-minuman

dan lain-lain.

Percobaan dalam skala kecil (skala laboratorium) ini dimaksudkan agar

praktikan lebih memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis

dan berbagai macam hal yang menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan

ini dapat diterapkan pada skala yang lebih besar, yaitu skala industri. Di mana

pada percobaan ini digunakan concentric tube heat exchanger dan jacketed vessel.

Page 2: Heat Exchanger 1

2.2. Dasar Teori

Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas

adalah hal yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas

dapat berlangsung lewat 3 cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri

berlainan adanya. Adapun perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:

1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi

2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.

3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.

Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).

Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat

dikarakterisasi dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan

yang mendukung. Bagaimanapun satu karakteristik heat exchanger adalah

menukar kalor dari fase panas ke fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan

oleh solid boundary (Foust, 1980).

Beberapa jenis heat exchanger:

1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)

Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang

ditunjukkan pada gambar 2.1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada

gambar 2.1 mengalir dari titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang

mengalir di dalam pipa. Cairan yang mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau

countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat dari pipa yang panjang dan

dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe heat exchanger

merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang

kecil (Geankoplis, 1983).

A

A’B

B’

Hot fluit out

Cold fluit in

Cold fluit out Gambar 2.1. Aliran double pipe heat exchanger

Page 3: Heat Exchanger 1

Gambar 2.2 Hairpin heat exchanger

(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk

extreme temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface

area yang moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger

tersedia dalam :

- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell

(multitube),

- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,

- Straight tubes,

- Fixed tube sheets

Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan

dan dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas

permukaan panas yang besar. Ukuran standar dari tees dan return head diberikan

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. double Pipe Exchanger fittings

Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS

3

3

4

2

3

(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang

efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi

Page 4: Heat Exchanger 1

perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the

exchanger section.

(Kern, 1983).

Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran

dalam type heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana

aliran fluida panas ada pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.

T2

t1

T1

t2

T1

t1

T2

t2

L

T

T1

T2

L

TT

T

L

L

T1T1

T2T2

t2

t1

t1

t2

(a)

(c) (d)

(b)

Gambar 2.3 Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter

current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner

tubes) maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa

cabang. Sedangkan pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan

fluida di dalam annulus masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada

gambar 2.3 dan gambar 2.4.

Gambar 2.3. Double-pipe heat exchangers in series

Page 5: Heat Exchanger 1

Gambar 2.4. Double-pipe heat exchangers in series–parallel

(Allan, 1981).

Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:

a) Keuntungan

1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat

exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat

transfer coefficient.

2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area

permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.

3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan

dengan konstruksi pipa-U.

4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.

b) Kerugian

a) Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak

dibangun untuk industri standar dimanapun selain ASME code.

b) Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan

single shell dan tube heat exchanger.

c) Desain penutup memerlukan gasket khusus.

(Kern, 1983).

2. Shell And Tube Heat Exchanger

Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan

relatif tinggi, yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu

annulus dengan rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang

optimal). Fluida mengalir di selongsong maupun di annulus sehingga terjadi

Page 6: Heat Exchanger 1

perpindahan panas antara fluida dengan dinding annulus misalnya triangular

pitch dan square pitch (Anonim1, 2009).

(a) (b) Gambar 2.5. Shell and Tube, (a) Square pitch dan (b) Triangular pitch

Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan

pressure drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)

(Kern, 1983).

Gambar 2.6. shell and tube heat exchanger

Kebaikan-kebaikan dari shell and tube:

1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar

dengan bentuk atau volume yang kecil.

2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi

bertekanan.

3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).

4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis

material yang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.

5. Mudah membersihkannya.

Page 7: Heat Exchanger 1

6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).

7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.

8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti (diketahui

oleh para operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).

9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu

kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang

(Sitompul,1993).

Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar

jumlah lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit

perawatannya

(Kern, 1983).

3. Plate Type Heat Exchanger

Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti

stainless steel atau tembaga. Plate dibuat dengan design khusus dimana tekstur

permukaan plate saling berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit

antara dua plate yang berdekatan. Jika menggabungkan plate-plate menjadi

seperti berlapis-lapis, susunan plate-plate tersebut tertekan dan bersama-sama

membentuk saluran alir untuk fluida. Area total untuk perpindahan panas

tergantung pada jumlah plate yang dipasang bersama-sama seperti gambar

dibawah

Gambar 2.7. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent

(Allan, 1981).

Page 8: Heat Exchanger 1

4. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer

Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air

panas, instrument untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin dalam

vessel dipanaskan dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas.

Pengaduk dan baffle disediakan untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi

tangki dapat divariasikan dengan pengaturan tinggi pipa overflow. Temperatur

diukur pada inlet dan outlet fluida panas, vessel inlet dan isi vessel

Hot inlet

Hot outlet

Cold inlet

Cold outlet

Hot outlet Hot inlet

Gambar 2.8. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer

(Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).

Hal-hal yang mempengaruhi rancangan suatu heat exchanger, yaitu:

1. Panas Konduksi Melalui Dinding Plat

Transfer panas di antara dua fluida melalui sebuah dinding pemisah secara

umum dapat ditulis:

)(. 21 TTlAkqk −= ............................................................................. (2.1)

(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

L

T1

qk

T2

Gambar 2.9. Konduksi Panas Melalui Dinding

Page 9: Heat Exchanger 1

2. Transfer Panas Konveksi

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang bersuhu

tinggi ke fluida yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung dengan

persamaan berikut:

( )∞−= TTAhq scc .. ............................................................................. (2.2)

Gambar 2.10. Konveksi dari Permukaan ke Fluida

Kecepatan transfer panas konveksi dalam persamaan (2.2) bisa ditulis sebagai

berikut:

cc

sc R

T

Ah

TTq Δ=

−= ∞

.1

.............................................................................. (2.3)

3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)

Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang

datar, dapat dihitung dengan persamaan:

q = U . A. (Ta – Tb) .................................................... (2.4)

U.A.(Ta – Tb) =

AhAkAh

TT

bcac

ba

.1

..1

,,++

U.A = R

AhL

Ah bcac

∑=

++

1

.1

.1

1

,,

U =

.11

1

,, bcac hkL

h++

.................................................... (2.5)

(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

qc

Fluid

T∞ hc

Page 10: Heat Exchanger 1

4. Fouling Factor (Faktor Pengotor)

Koefisien transfer panas overall heat exchanger sering berkurang akibat

adanya timbunan kotoran pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh

scale, karat, dan sebagainya. Pada umumnya pabrik heat exchanger tidak bisa

menetapkan kecepatan penimbunan kotoran sehingga memperbesar tahanan heat

exchanger. Fouling factor dapat didefinisikan sebagai berikut:

UURf

d

11+= ...................................................................................... (2.6)

(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

(source : Coulson, “Chemical Engineering”, vol 6, page : 640)

5. Transfer Panas antara Dua Fluida Melalui Sebuah Dinding

Gambar 2.11. Transfer Panas dari Fluida a ke b

L

Tb

Ta

fluida a fluida b

q

T2

T1

k

bch ,

ach ,

Tabel 2.2. Fouling factors (coefficients), typical values

Page 11: Heat Exchanger 1

Jika Ta > Tb , panas akan mengalir dari fluida a ke permukaan dinding

sebelah kiri dengan cara konveksi. Di dalam dinding, panas mengalir secara

konduksi dari permukaan sebelah kiri ke permukaan sebelah kanan.

Heat transfer rate konveksi dari fluida a bersuhu Ta ke permukaan dinding

sebelah kiri Tb.

)(. 1. TTAhq aac −=

1.

TTAhq

aac

−= ................................................................................... (2.7)

Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.

)(. 21 TTLAkq −=

21.TT

LAkq

−= ................................................................................... (2.8)

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke

fluida b. .........................................................................................................

).(. 2. bbc TTAhq −=

bbc

TTAhq

−= 2. .

................................................................................... (2.9)

Penjumlahan dari persamaan 2.7 dan 2.8:

ba

bcac

ba TT

hkAL

h

TTq −=

⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜

++

,,

11

RT

hkAL

h

TTq

bcac

ba

Δ=

++

−=

,,

11 ............................................................... (2.10)

(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

6. Log Mean Temperature Difference (LMTD)

Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka

ditentukan dulu nilai dari ΔT . ΔTdihitung berdasarkan temperatur dari fluida

yang masuk dan keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic

Page 12: Heat Exchanger 1

mean overall temperature difference-LMTD) depat dihitung dengan formula

berikut :

( )

ΔTbΔTaln

ΔTbΔTaLMTD −= ............................................................... (2.11)

(Kern, 1983).

Untuk aliran countercurrent ;

Ta

Th, in

T

0

mc

mh

Tc, in

a

Area

dA

dTh

b

Th, out

Tc, out

Atotal

dTc

Tb

Gambar 2.12. LMTD untuk aliran countercurrent

( ) ( )( )( )12

21

1221

tTtTln

tTtTLMTD

−−

−−−= ........................................................ (2.12)

Untuk aliran cocurrent;

Ta

Th, in

T

0

mc

mh

Tc, in

a

Area

dA

dTc

dTh

b

Th, out

Tc, out

Atotal Gambar 2.13. LMTD untuk aliran cocurrent

( ) ( )( )( )22

11

2211

tTtTln

tTtTLMTD

−−

−−−= ..................................................... (2.13)

Page 13: Heat Exchanger 1

7. Keefektifan

Keefektifan heat exchanger adalah ratio/perbandingan transfer panas aktual

dengan transfer panas maksimum yang mungkin terjadi.

Keefektifan heat exchanger (ε)

( )( ) ( )inc,inh,min

outh,inh,1

max

act

TTmcpTTh.mcp

qq

ε−

−== ............................................. (2.13)

( )( ) ( )inc,inh,min

inc,outc,1

max

act

TTmcpTTh.mcp

qq

ε−

−== ............................................. (2.14)

Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa

menentukan kecepatan transfer panas:

maxact ε.qqq == ....................................................................... (2.15)

( ) ( )inc,inh,min TTmcpε.q −= ....................................................... (2.16)

Page 14: Heat Exchanger 1

2.3. Metodologi Percobaan

2.3.1. Alat dan Deskripsi Alat

2.3.1.1 Alat Utama

- TH 240 Multi Heat Exchanger with flow sensors

2.3.1.2 Alat Pendukung

- Gelas ukur 1.000 mL

- Stopwatch

Keterangan Gambar 2.14 : 1. Rotameter, inlet air panas. 2. Flow control valve, air panas. 3. Flow control valve, air dingin. 4. Rotameter (flowmeter), air panas. 5. Rotameter (flowmeter),air dingin. 6. Inlet air dingin ke sistem. 7. Outlet air dingin ke pembuangan. 8. Inlet cocentric tube, air panas CH1. 9. Inlet cocentric tube, air dingin CC1. 10. Plate inlet, air panas PH1. 11. Plate inlet, air dingin PC1. 12. Plate outlet, air panas PH2. 13. Plate outlet, air dingin PC2. 14. Inlet air panas ke sistem. plate outlet, air

panas PH2 15. Cocentric tube heat exchanger. 16. Control kecepatan. 17. Tombol heater ON-OFF.

18. Tombol pompa ON-OFF. 19. Tombol utama. 20. Control temperature. 21. Tampilan flowrate, fluida panas. 22. Tampilan flowrate, fluida dingin. 23. Tampilan temperatur, fluida panas. 24. Tampilan temperatur, fluida dingin. 25. Tombol pilihan, temperature fluida panas. 26. Tombol pilihan, temperature fluida dingin. 27. Shell and tube outlet, fluida panas SH2 28. Shell and tube outlet, fluida dingin SC2. 29. Shell and tube heat exchanger. 30. Plate heat exchanger 31. Shell and tube inlet, fliuda dingin SC1. 32. Shell and tube inlet, fluida panas SH1. 33. Cocentric tube outlet, fluida dingin SC2. 34. Cocentric tube outlet, fluida panas SH2.

Multy head exchanger

110

11 30

2

1213

3234 33 31

29

2827 17 19 18

2524

2623

20

211622151479

8

6

5

4

3

Gambar 2.14. Rangkaian Alat TH 240 Multi Heat Exchanger

Page 15: Heat Exchanger 1

Keterangan : 1. Rotameter (Flowmeter) Inlet cold

2. Jacket Vessel

3. Stirrer

4. Heater, pump, motor switch

5. Temperature control

6. Selector Switch (cold water)

7. Selector Switch (hot water)

8. Stirrer speed adjusting knob

Multy head exchanger

1

3

2

7

6

54

8

Gambar 2.15. Rangkaian Alat TH 231 Jacketed Vessel With Coil and Stirrer

2.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah:

- Air kran

2.3.3. Prosedur Percobaan

2.3.3.1.Persiapan Alat

1. Menghubungkan inlet dari air dingin (pada bagian belakang alat) dengan

sumber air (kran air).

2. Menghubungkan outlet pada pembuangan dari air dingin ke pembuangan yang

ada di laboratorium.

3. Mengisi tangki air dingin dengan membuka kran: ketika tangki telah penuh

dengan air, menghentikan dengan menggunakan rotameter.

4. Mengisi tangki air panas secara manual melewati batas safety.

Page 16: Heat Exchanger 1

2.3.3.2.Concentric Tube Heat Exchanger

2.3.3.2.1. Aliran cocurrent

1. Menghubungkan inlet air dingin (1) ke CC1 (2).

2. Menghubungkan CC2 (3) ke outlet air dingin (4).

3. Menghubungkan inlet air panas (5) ke CH1 (6).

4. Menghubungkan CH2 (7) ke rotameter inlet (8).

1

9b9a

8b8a

7

6 54

3

2

8

Gambar 2.16. Concentric Tube in Parallel Flow

5. Membuka kran sumber air.

6. Menekan ON pada tombol utama.

7. Menekan tombol ON heater.

8. Mengatur temperatur yang diinginkan dengan memutar tombol control (3) ke

temperatur 75 oC.

9. Pilot lamp (4) pada bagian kanan bawah akan menyala. Pilot lamp di bagian

kanan tersebut akan mati dan pilot lamp (5) pada bagian kiri bawah akan

menyala jika temperatur yang telah diatur tercapai.

10. Menyalakan pompa air panas (6).

11. Mengatur flowrate dari air panas melalui kran (8a) ke harga yang diinginkan

dan harga pada penampilan digital (7).

12. Mengatur flowrate air dingin melalui kran (9a) ke harga yang diinginkan dan

dibaca di rotameter (9b) dan pada penampilan digital (7).

13. Menunggu sampai temperatur dari air dingin dan air panas menjadi steady.

14. Membaca temperatur fluida panas pada tube di titik CH1 dan CH2

menggunakan tombol selector (9). Pembacaan ditampilkan pada (9a).

Page 17: Heat Exchanger 1

15. Membaca temperatur fluida dingin pada tube di titik CC1 dan CC2

menggunakan tombol selector (10). Pembacaan ditampilkan pada (10a).

16. Mengubah flowrate dari air dingin dan mengulangi langkah di atas.

Multy head exchanger

3

101

62

10a

9a

45

8 7

9

Gambar 2.17. Control Panel

2.3.3.2.2. Aliran counter current

1. Mematikan pompa.

2. Menghubungkan inlet air dingin (1) ke CC2 (3).

3. Menghubungkan CC1 (2) ke outlet air dingin (4).

4. Melakukan hal yang sama seperti pada cocurrent untuk prosedur 5-16

1

9b9a

8b8a

7

6 54

3

2

8

Gambar 2.18. Concentric Tube Co Current

Page 18: Heat Exchanger 1

2.3.3.3. Jacketed Vessel

2.3.3.3.1. Batch Operation

Multy head exchanger

Gambar 2.19. Jacketed Vessel Batch Operation

1. Mengisikan air ke dalam tangki.

2. Menghubungkan alat dengan arus listrik.

3. Mengeset temperatur heater sesuain dengan yang diinginkan, yaitu

75°C.

4. Menghubungkan selang/pipa inlet dan outlet air panas ke heating

jacket, setelah temperatur pada heater tercapai.

5. Menyalakan pompa air panas dan mengatur aliran air panas yang

diinginkan, yaitu 2,5 lpm, sampai tercapai kondisi steady state.

6. Mencatat temperature awal TH1, TH2 dan TC5 setelah kondisi steady

tercapai.

7. Mengisikan air dingin ke dalam vessel dan menghidupkan stopwatch.

8. Mengeset kecepatan pengaduk 0 rpm.

9. Mencatat temperatur awal TH1, TH2 dan TC5 sekali dalam satu menit..

10. Mengulangi untuk kecepatan pengaduk 300 rpm.

Page 19: Heat Exchanger 1

2.3.3.3.2. Continuous Operation

Multy head exchanger

Gambar 2.20. Jacketed Vessel Continuous Operation

1. Mengisikan air ke dalam tangki.

2. Menghubungkan alat dengan arus listrik.

3. Mengeset temperature heater sesuain dengan yang diinginkan, yaitu

75°C.

4. Menghubungkan selang/pipa inlet dan outlet air panas ke jacket vessel,

setelah temperature pada heater tercapai.

5. Menyalakan pompa air panas dan mengatur aliran air panas yang

diinginkan, yaitu 2,5 lpm, sampai tercapai kondisi steady state.

6. Mencatat temperature awal TH1, TH2, TC1 dan TC4 setelah kondisi

steady tercapai.

7. Mengisikan air dingin ke dalam vessel dan menghidupkan stopwatch.

8. Mengeset kecepatan pengaduk 0 rpm.

9. Mencatat temperature awal TH1, TH2, TC1 dan TC4 sekali dalam satu

menit.

10. Mengulangi untuk kecepatan pengaduk 300 rpm.