Top Banner
TUGAS PROYEK HEALTH BEHAVIOUR APLIKASI TEORI REASONED ACTION DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEBIASAAN MEROKOK PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING disusun oleh: Harris Kristianto Setiadi 108114005 I Dewa Ayu Dwi Komaladewi 108114026 Wuri Kinanti 108114097 Ribka Alvianita Susetyo 108114105 Palma Aprilia Talino Batuah 108114149 Lidya Eryana Puthi H. E 108114151 Anastasia Hilda Fajarwati 108114156 Lusia Shinta Dewi 118114011 Bernadetha Meita Setiati 118114017
19

HB Project

Dec 21, 2015

Download

Documents

RiskyKumalaSary

psikologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HB Project

TUGAS PROYEK HEALTH BEHAVIOUR

APLIKASI TEORI REASONED ACTION DALAM UPAYA PENCEGAHAN

KEBIASAAN MEROKOK PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING

disusun oleh:

Harris Kristianto Setiadi 108114005

I Dewa Ayu Dwi Komaladewi 108114026

Wuri Kinanti 108114097

Ribka Alvianita Susetyo 108114105

Palma Aprilia Talino Batuah 108114149

Lidya Eryana Puthi H. E 108114151

Anastasia Hilda Fajarwati 108114156

Lusia Shinta Dewi 118114011

Bernadetha Meita Setiati 118114017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: HB Project

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat mempengaruhi kondisi

kesehatan perokok itu sendiri secara signifikan. Berbagai resiko bisa ditimbulkan

akibat bahan-bahan kimia yang terkandung dalam rokok. Salah satu dampak negatif

yang langsung tampak adalah adiksi yang kemudian diikuti dengan berbagai

manifestasi klinis lainnya, seperti serangan jantung, chronic obstructive pulmonary

disease (COPD), stroke dan kanker (kanker paru, kanker laring dan rongga mulut dan

kanker pakreas). Adapun organ yang paling sering mengalami dampak tersebut

adalah jantung, hati dan paru. Berdasarkan laporan WHO (World Health

Organization) tahun 2012, setidaknya 235.000 orang meninggal akibat rokok setiap

tahunnya di Indonesia. Penurunan kondisi kesehatan perokok akan terus memburuk

seiring dengan lamanya kebiasaan merokok.

Gambar 1. Grafik Persebaran Penggunaan Tembkau di beberapa negara (WHO,

1998)

Page 3: HB Project

Endemi penggunaan tembakau (dalam hal ini rokok) merupakan isu global yang

sudah mulai diperangi sejak beberapa tahun yang lalu. WHO melakukan pemantauan

secara berkala mengenai penggunaan tembakau di berbagai negara, salah satunya

Indonesia. Pada gambar 1, Indonesia menjadi Top Five Countries sebagai pengguna

tembakau setelah China, USA, Jepang dan Rusia pada tahun 1998. Tabel berikut

merupakan laporan endemi penggunaan tembakau secara global untuk negara regional

Asia Tenggara:

Tabel 1 : Perbandingan penggunaan tembakau di negara-negara Asia Tenggara

(WHO, 2008)

Berdasarkan data tersebut, Indonesia menjadi negara dengan perokok tembakau

tertinggi, yaitu perokok pria sebesar 65,3% dan perokok wanita 57,4%. Tentunya angka ini

mengalami perubahan yang cenderung meningkat hingga sampai saat ini.

Di beberapa negara berkembang, peredaran dan penjualannya rokok masih terus

mengalami peningkatan hingga sampai saat ini. Angka peningkatan penjualan rokok ini

tentunya berbanding lurus dengan jumlah perokok yang kian bertambah tiap tahunnya.

Kisaran umur perokok juga semakin beragam. Pada awalnya rokok hanya dikenal oleh

orang dewasa namun, beberapa tahun setelahnya rokok mulai digunakan oleh anak-anak

kecil juga.

Variasi usia perokok di Indonesia mengalami suatu perkembangan pesat namun

semakin memprihatinkan. Di saat angka perokok dewasa di Indonesia belum berkurang

secara signifikan, justru jumlah perokok anak yang mengalami peningkatan. Walaupun

Page 4: HB Project

komoditas tembakau sebagai bahan baku rokok sangat menjanjikan, bukan artinya

tembakau bahkan rokok diberhalakan menjadi sumber penghasilan utama apalagi diijinkan

untuk anak-anak.

Dr Mrgaret Chan, Direktur Jenderal WHO dalam pidatonya yang berjdul “The need

to strengthen global governance of tobacco in the 21st century” di Harvard University

Conference on Governance of tobacco in the 21st century: strengthening national and

international policy for global health and development di Cambridge, Massachusetts

tanggal 26 Februari 2013 lalu, menyampaikan bahwa penggunaan tembakau secara

berkesinambungan menduduki rangking utama dalam daftar ancaman kesehatan dunia.

Tentunya hal ini harus menjadi point perhatian yang diprioritaskan Indonesia untuk secara

sinergis menanggulangi permasalahan global ini, bahwa penguasaan atas kendali tembakau

atau rokok harus diperkuat secara global. Hal ini tentu saja sesuai dengan endemi

penggunaan tembakau, khususnya pada anak-anak yang membutuhkan penanganan

sesegera mungkin.

Theory Reasoned Action (TRA) merupakan salah satu teori perkembangan dari

Health Belief Model (HBM). TRA lebih spesifik dan sistematis dibandingkan dengan

HBM dalam mengelompokan konstrak. Tapi Azjen (1998) juga berkomentar bahwa TRA

dikembangkan untuk menambah pemahaman tentang perilaku kehendak, daripada faktor-

faktor situasional diluar kendali subjek.

Page 5: HB Project

Tabel 2. Hubungan teori perilaku dan efektivitas modifikasi resiko perilaku (Baban

dan Craciun, 2007)

Berdasarkan tabel diatas, menurut Baban dan Craciun (2007), teori yang sesuai untuk

menelaah kasus merokok adalah Theory of Planned Behavior (TPB). Hanya saja dalam

kasus ini tidak sampai ke dalam konstrat control belief based on structure, maka dari itu

lebih diarahkan pada Theory of Reasoned Action (TRA).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah peningkatan jumlah

perokok anak ?

C. Tujuan

Mahasiswa dapat mencegah peningkatan jumlah perokok anak melalui edukasi dengan

cara Quantum Learning Method.

D. Manfaat

1. Mahasiswa

Mendapatkan wadah pembelajaran yang efektif dalam upaya pencegahan

jumlah perokok anak.

2. Perokok anak

Mendapatkan tempat bermain dan belajar untuk menggantikan kebiasaan

merokok atau bahkan hingga berhenti merokok.

3. Masyarakat

Dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok pada anak-

anak serta menumbuhakan kepedulian terhadap resiko yang mungkin terjadi

pada perokok anak.

Page 6: HB Project

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Health behaviour dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Conner dan norman

(1996) mendefinisikan bahwa health behaviour merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

tujuan mencegah atau mendeteksi penyakit atau untuk meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan. Gochman( 1997) mendefininisikan health behaviour sebagai pola perilaku,

tindakan, dan kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, restorasi

kesehatan, dan peningkatan kesehatan. Perilaku kesehatan dalam definisi ini mencakup

penggunaan layanan medis ( misal: kunjungan dokter, vaksinasi, skrining), kepatuhan

dengan regimen medis (misal: diet, diabetes, regimen anti hipertensi), dan perilaku

kesehatan mandiri ( misalnya : diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol).

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967,

teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan

perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada akhir tahun 196O-an, TRA mengalami

perkembangan yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan

perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative

korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang

bertujuan menghapuskan  sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein,

1993)

Page 7: HB Project

Gambar 2. Diagram Skematik TRA Fishbein-Ajzen

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang

menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma

untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan

norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab diantara

komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein, 1980).

Sebagai salah satu Negara penghasil tembakau di dunia, Indonesia menempati

posisi ke tiga dengan jumlah peokok terbesar di dunia setelah China dan India. Tobacco

Atlas 2009 menunjukan dari tahun ke tahun Indonesia tetap menempati urutan ke 5 dengan

jumlah konsumsi rokok terbesar.

Global Youth Tobacco Survey ( GYTS) menyatakan prevalensi perokok di Jakarta

yang pernah ,merokok sebelum umur 10 tahun adalah pada laki laki 28,5% . Tiga dari

sepuluh pelajar (30,9%) ditemukan merokok pertama kali sebelum mereka mencapai usia

10 tahun. Di antara pelajar yang merokok, sebesar 3,2 % telah kecanduan dengan indikator

hal pertama yang diinginkan pada pagi hari adalah rokok. GYTS nasional Indonesia 2006

juga memperlihatkan bahwa lebih dari 14,4% pelajar menyatakan pernah mendapat

tawaran rokok “gratis” dari industri rokok, yaitu 21,6% laki-laki dan 7,4% perempuan.

Survey social Ekonomi nasional ( Susenas) tahun 2004 menunjukan presentasi

perokok umur 5- 9 tahun sebanyak 1,9 % dan perokok usia 10 – 14 tahun sebesar 16%.

Dan pada tahun 2010 prevalensinya meningkat pada perokok umur 10 – 14 tahun menjadi

17,5 %.

Page 8: HB Project

BAB III

PEMBAHASAN

A. SASARAN

Sasaran dalam penelitian ini adalah anak SD (Sekolah Dasar) kelas 4, 5, dan 6

yang memiliki rentang umur ± 7-12 tahun. Pada masa tersebut terjadi perkembangan

kognitif, emosional, dan sosial yang pesat karena anak usia tersebut mulai

berhubungan dan berinteraksi tidak hanya dengan keluarga namun dengan lingkungan

luar seperti teman-teman. Usia sekolah anak mengalami tahap perubahan

perkembangan dari pre-operational ke concrete operational yang ditandai oleh

kemampuan lebih fokus terhadap sesuatu hal, kemampuan untuk memberikan alasan

yang lebih rasional untuk suatu masalah, kemampuan untuk mengelompokkan, dan

menggeneralisasi suatu hal. Anak mulai mengembangkan kepribadiannya dan

meningkatkan kemandirian (Brown, 2005).Menurut Buhler (cit., Kartono, 2007) usia

ini anak mencapai objektivitas tinggi dimana anak mulai bereksperimen yang

distimulasi oleh dorongan meneliti dan rasa ingin tahu yang tinggi.

B. KONSEP PEMIKIRAN

Masalah merokok anak merupakan calon perokok jangka panjang yang

menyebabkan rusaknya kualitas generasi dan kematian dini.Oleh sebab itu, perlu

adanya usaha untuk menanamkan dasar-dasar tentang bahaya merokok sehingga anak

mempunyai keyakinan untuk menghindari dan menolak rokok secara tegas. Fokus

penelitian pada anak SD rentang umur 7-12 tahun karena merupakan masa perubahan

perkembangan kognitif yang paling tinggi sehingga dapat meneguhkan prinsip tentang

bahaya merokok dan pada rentang umur tersebut anak sudah dianggap mampu untuk

menerima informasi-informasi dari luar dengan baik. Jika anak ditanamkan hal-hal

positif sejak dini diharapkan ketika dewasa nanti mereka dapat memilih dan

membedakan hal-hal yang bersifat postif yang sebaiknya diterima atau menghindari

hal-hal yang bersifat negatif.

Pemberian edukasi tentang bahaya merokok ini disampaikan menggunakan

metode Quantum Learning.Metode ini berpusat pada diri sendiri, dengan fokus

Page 9: HB Project

utamanya adalah kemampuan neurolingusitik (kemampuan fungsi otak) bagaimana

otak manusia menyerap informasi lalu mensugesti informasi tersebut sehingga

berdaya guna bagi manusia itu nantiya.Penyampaian pembelajaran dengan metode

quantum learning ini dapat diterapkan dengan belajar visual dan auditorial.Manfaat

dari metode quantum learning ini dapat meningkatkan motivasi siswa dan

meningkatkan semangat belajar siswa karena metode yang diterapkan dapat

membangun suasana kelas menjadi menyenangkan (DePorter, Reardon, Singer-

Nourie, 1999). Edukasi dengan metode quantum learning membantu menciptakan 4

construct dalam intervensinya yaitu pretest section, education section, posttest

section, dan celebration section.

Pemahaman konteks masalah ini menggunakan Theory of Reasoned Action

(TRA) dengan konsep intevensi yang dirancang berdasarkan teori Quantum Learning.

Menurut penelitian Baban dan Craciun (2007), masalah merokok lebih efektif

diselesaikan menggunakan TRA karena lebih terstruktur dalam menangani

permasalahannya.

C. RANCANGAN INTERVENSI

Rancangan intervensi untuk edukasi bahaya merokok terbagi menjadi 4

section, yang terdiri dari:

1. Pretest section: tahap ini anak akan melakukan aktivitas menggambar yang akan

diberikan pertanyaan tentang “apa yang kamu pikirkan mendengarkan kata

merokok”. Pada bagian ini diharapkan anak dapat menerjemahkan gagasan

tentang merokok menjadi sebuah gambar menurut mereka. Hal ini dapat

merangsang perkembangan motorik anak dalam ketrampilan gerak tangan dan

merangsang perkembangan kognitif karena merangsang kemampuan psikologis

yang berkaitan dengan mempelajari dan memikirkan yang ada lingkungannya.

Pretest bertujuan membantu peneliti untuk mengetahui pemahaman awal anak

tentang merokok. Anak diajak untuk menggambar juga untuk menunjukkan nilai

positif atau negative dari suatu tindakan berdasarkan apa yang mereka gambar.

2. Education section: Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan pre-test, kegiatan ini

berguna untuk memberikan informasi bagi anak yang belum mengerti dan

menambah informasi yang telah diketahui oleh anak yang diketahui dari hasil

Page 10: HB Project

pre-test. Tujuan dari kegiatan ini sendiri adalah membuat anak-anak paham

mengenai rokok serta dapat menghindari rokok karena telah memahami

informasi yang terkait dengan rokok.Pemberian informasi terkait dengan rokok

dilakukan dengan menggunakan bantuan alat peraga dan pemutaran video agar

anak mudah dalam memahami informasi yang diberikan.Kegiatan ini ditujukan

untuk mengembangkan bagian kognitif anak yang berkaitan dengan

pengetahuan. Adapun informasi yang diberikan kepada anak seperti:

Kategori perokok

Informasi yang akan diberikan mengenai kategori perokok kepada anak

yaitu terdapat 2 tipe perokok, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok

aktif merupakan orang yang menghisap asap rokok secara langsung dari rokok

yang dibakar. Sedangkan perokok pasif merupakan orang yang terpapar asap

rokok yang berasal dari perokok aktif. Sehingga walaupun anak tidak merokok

tetapi berada di lingkungan orang-orang perokok aktif, maka anak tersebut juga

memiliki resiko yang sama dengan perokok aktif. Informasi yang telah diberikan

kepada anak diharapkan dapat membuat anak dapat menghindari rokok maupun

asap rokok yang dihasilkan oleh perokok aktif.

Dampak merokok bagi kesehatan

Rokok dapat memberikan berbagai macam dampak buruk bagi perokok

pasif maupun aktif, tetapi informasi yang akan diberikan kepada anak

merupakan informasi terkait dampak buruk rokok yang bisa dilihat secara visual

dengan bantuan alat peraga seperti gigi yang menjadi kuning, bibir menghitam,

penuaan yang ditandai dengan munculnya keriput dan garis-garis halus pada

kulit wajah, hingga kerusakan paru-paru. Informasi yang telah diberikan

diharapkan agar anak dapat memahami dampak buruk dari rokok sehingga anak

tidak mencoba untuk merokok karena telah mengetahui dampak yang akan

terjadi jika merokok.

Dampak merokok bagi lingkungan

Selain dampak buruk bagi kesehatan, rokok juga memberikan dampak

buruk bagi lingkungan sekitar seperti: asap yang berasal dari rokok yang

dibakar akan terlepas ke udara dan mencemari udara, puntung rokok yang

Page 11: HB Project

dibuang sembarangan bisa terbawa hujan dan angin ke daerah pengairan

sehingga zat kimia yang terdapat di dalam rokok akan merusak kualitas air dan

membunuh kehidupan yang berada di dalam air, puntung rokok juga bisa

menyebabkan kebakaran bila mengenai benda-benda yang kering.Pemberian

informasi mengenai dampak rokok bagi lingkungan dapat diberikan dengan

menggunakan bantuan video.

Cara menghindari rokok

Salah satu alasan anak mencoba rokok, karena anak merasa penasaran

(ingin mencari tahu) aktivitas yang dilakukan oleh orang dewasa termasuk

merokok.Cara yang bisa dilakukan untuk menghindari rokok pada anak yaitu

dengan mengalihkan perhatian anak kepada hal-hal yang lebih positif seperti

membaca buku, berolahraga ataupun melakukan hal yang anak suka seperti

bermain.Hal yang telah dilakukan diharapkan dapat membuat anak tidak

mencoba merokok walaupun melihat orang dewasa yang merokok tetapi

melakukan akitvitas lain yang bersifat lebih positif.

3. Postest section: Tujuan dari tahapan ini untuk mengetahui pemahaman anak

setelah diberikan pengetahuan dari tahapan sebelumnya. Pada langkah ini, anak

diajak untuk mengingat kembali poin-poin penting dengan bantuan pertanyaan

yang disertai gambar. Sesuai metode yang dipaparkan dalam teori Quatum

Learning, gambar yang yang dapat mereka hubungkan dengan pengetahuan

mereka. Anak juga akan lebih terpicu bila dirangsang jiwa kompetisinya,

sehingga postest dapat didesain dalam bentuk kuis dimana setiap kali anak

memberikan respon dengan benar maka anak akan diberikan suatu reward. Pada

tahapan ini diharapkan pihak fasilitator dapat mengevaluasi hasil kerja mereka

dalam waktu pendek serta dapat mengetahui seberapa jauh anak mengerti

tentang materi yang diberikan.

4. Celebration section: Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merefleksikan

kembali apa yang telah diberikan ketika proses pengajaran (maksudnya program

yang nantinya diberikan) pada anak-anak, terkait dengan (dampak negative /

tema program) dari penggunaan rokok bagi kesehatan. Kegiatan ini mengajarkan

anak agar mampu mengemukakan atau menyampaikan pendapat atas apa yang

Page 12: HB Project

didapatkan dari proses pengajaran yang sudah diikuti. Harapan dari proses

pengajaran ini, anak-anak dapat menerima dan mengerti akan apa yang

disampaian oleh pendidik, sehingga anak-anak tidak hanya sebatas paham

namun dapat menerapkan pengajaran yang diberikan dalam dirinya. Kegiatan ini

diharapkan agar ank-anak tidak melakukan hal yang merugikan bagi dirinya,

seperti merokok karena merokok dapat berdampak negative bagi kesehatan dan

pertumbuhannya. Aktifitas yang dilakukan pada kegiatan ini yaitu dengan

mengajak si anak untuk berani berbicara mengemukakan pendapat terkait

kegiatan pengajaran yang telah diberikan. Mengajak si anak untuk berani

berbicara terkait apa yang didapat dari pengajaran yang diberikan, apa yang

ingin dilakukan setelah pembelajaran usai diberikan, dan alasan mengapa si

anak ingin melakukan hal tersebut. Dari pendapat yang telah dikemukaan oleh

anak-anka, membuat pendidik menjadi tau batasan sejauh mana mereka paham,

jika ada kekeliruan dari sepenangkapan mreka, maka pendidik akan meluruskan

informasi yang keliru.Kegiatan ini ditujukan untuk merangsang sikomotorik

anak agar peka (merespon) terhadap apa yang diberikan, ketika diberikan

gambar, jika anak merespon maka si anak akan berfikir tujuan dari diberikannya

gambar tersebut ditujukan untuk apa, hal tersebut dapat memunculkan respon

rasa ingin tau si anak. Jika si anak diberikan gambar perokok yang memiliki

paru-paru berlubang, jika mereka merespon mereka akan bertanya bagaimana

bisa terjadi paru-paru berlubang karena merokok.

D. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Edukasi ini diharapkan dapat menanamkan pengetahuan dan meningkatkan

motivasi anak agar tidak merokok sehingga anak yang belum mengkonsumsi memiliki

keyakinan kuat untuk tidak merokok dan anak yang sudah merokok dapat berhenti

merokok.

Page 13: HB Project

DAFTAR PUSTAKA

Adriana BĂBAN, Catrinel CRĂCIUN, 2007, CHANGING HEALTH-RISK BEHAVIORS: A

REVIEW OF THEORY AND EVIDENCE-BASED INTERVENTIONS IN HEALTH PSYCHOLOGY ,

Vol VII, No. 1, Babeş-Bolyai University, Cluj-Napoca, Romani

Brown, K., 2005, Consequences of Individuals’s Fit at Work: A Meta-Analysis of Person-

Job, Person-Organization, Person-Group, and Person-Supervision Fit, Vol. 58, http:

onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1744-6570.2005.00672.x/pdf, diakses pada

tanggal 1 April 2014

Baban A., and Craciun, C., 2007, Changing Health-Risk Behaviors: A review of Theory

and Evidence-Based Interventions in Health Psychology, Vol. VII,

http://jcbp.psychotherapy.ro/vol7no1/changing-health-risk-behaviors-a-review-of-

theory-and-evidence-based-interventions-in-health-psychology/, diakses pada

tanggal 2 April 2014

DePorter, Reardon, Singer-Nourie, 1999, Quantum Teaching: Orchestrating Student

Success, Allyn and Bacon, Boston, pp. 38-40.

Kartono, K., 2007, Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan, Mandar Maju, Bandung,

hal.45.

Page 14: HB Project