Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis , suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti : Pleuritis, Efusi Pleura, Empiema, Laryngitis dan TB usus. Tuberkulosis adalah penyakit akibat kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru, biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2004). Kuman ini mempunyai berbagai jenis spesies sesuai dengan tempat kuman tersebut ditemukan. Penyebab tuberkulosis 1
31

Hb pada Penderita TB Paru

Aug 08, 2015

Download

Documents


Hb Pada Penderita Paru menurun dan dapat mengakibatkan Anemia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Hb pada Penderita TB Paru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang

ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit TB paru bila

tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti :

Pleuritis, Efusi Pleura, Empiema, Laryngitis dan TB usus.

Tuberkulosis adalah penyakit akibat kuman Mycobacterium tuberculosis

sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi

terbanyak di paru-paru, biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif

Mansjoer, 2004). Kuman ini mempunyai berbagai jenis spesies sesuai

dengan tempat kuman tersebut ditemukan. Penyebab tuberkulosis terbanyak

pada manusia adalah tipe humane, sedangkan tipe bovine secara alami

bersifat parasit terhadap sapi atau infeksi pada manusia terjadi melalui

makanan, susu dan produk yang tercemar (Dharmojono, 2001 :136).

Penderita tuberkulosis di kawasan Asia sejauh ini terus bertambah, Asia

termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia.

Setiap 30 detik ada satu pasien di Asia meninggal dunia akibat penyait ini.

Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia,

1

Page 2: Hb pada Penderita TB Paru

diantaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dari

lima penderita TB di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007).

Di Indonesia angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun

atau 8 % dari korban meninggal di seluruh dunia. Jumlah penderita TB di

Indonesia merupakan ketiga besar di dunia setelah India dan China.

Tuberkulosis paru dapat bersifat akut dan mungkin menjadi kronik yang

dapat menyebabkan anemia. Hemoglobin merupakan protein yang

terkandung dalam sel darah merah. Fungsi hemoglobin adalah mengangkut

oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa karbondioksida dari

jaringan ke paru-paru (Hoffbrand, 1996 :41). Kadar hemoglobin dapat

ditentukan dengan cara visual dan fotoelektrik, cara yang banyak dipakai di

laboratorium klinik adalah yang dikenal dengan metode Sianmethemoglobin.

Dengan cara ini akan didapat kadar hemoglobin yang lebih akurat dari pada

cara visual. Kesalahan yang mungkin terjadi dengan menggunakan metode

ini berkisar 2%. Nilai normal kadar hemoglobin adalah : Wanita 11-16 gr/dl,

pria 13-18 gr/dl, bayi 14-23 gr/dl (Buku panduan praktikum hematologi).

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dirumuskan identifikasi masalah, yaitu :

1. Di Indonesia penyakit tuberkulosis paru merupakan penyait infeksi urutan

ketiga besar di dunia

2. Tuberkulosis merupakan penyakit akut dan mungkin bisa menjadi kronik

2

Page 3: Hb pada Penderita TB Paru

3. Tuberkulosis kronik dapat mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin

(Hb)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah yang akan dibahas hanya membatasi

pada pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) pad penderita tuberkulosis paru

di ......

D. Perumusan Masalah

Pada penelitian ini yang akan disampaikan adalah :Bagaimana

gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada penderita tuberkulosis paru di .....

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar hemoglobin pada

penderita tuberkulosis paru.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kadar

hemoglobin pada penderita tuberkulosis paru di ....

3

Page 4: Hb pada Penderita TB Paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Tuberkulosis

a. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberulosis. Penyakit ini dinamakan tuberkulosis karena

terbentuk nodul yang khas yakni tubercle (Bahar, A., 1990 : 715).

b. Sejarah

Penyakit tuberkulosis sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum

Masehi. Hal ini terbukti dari adanya sisa-sisa penyakit yang didapatkan pada

mummi dari zaman Mesir kuno dan adanya tulisan tentang penyakit ini dalam

Pen Tsao yakni medika China yang sudah berumur 5000 tahun (Bahar, A.,

1990 : 715). Bakteri penyebab tuberkulosis untukpertama kali ditunjukkan

oleh Robert Koch pada tahun 1882. Karena itu bakteri tuberkulosis sering

disebut bakteri Koch atau Mycobacterium tuberculosis. Kemudian Erlich

membuktikan bahwa bakteri tuberkulosis adalah gram positif dan bersifat

tahan asam, sehingga ketika diberikan pewarnaan Ziechl Nielsen akan

berwarna merah (Dharmojono, 2001 : 135).

Sejak tahun 1995, Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru telah

dilaksanakan dengan srategi DOTS (Directly Observed Treatment

Shortcourse chemotherapy) yang direkomendasi oleh WHO. Seiring dengan

4

Page 5: Hb pada Penderita TB Paru

pembentukan Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

(GERDUNAS TBC), maka Pemberantasan Penyait Tuberkulosis Paru

berubah menjadi Program Penanggulangan Tuberkulosis (TBC).

c. Sifat Kuman

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan

dingin, dan dapat tahan hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Sifat lain

kuman ini adalah hidup dalam suasana aerob (Bahar, A., 1990 : 715).

Komposisi sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid

inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan

terhadap gangguan kimia dan fisik (Bahar, A., 1990 : 715). Basil tuberkulosis

ini mampu tumbuh dalam biakan sederhana yang mengandung garam

mineral, glukosa atau gliserol sebagai sumber karbon, dengan asam amino

atau protein hydrolysate sebagai sumber nitrogen (Soedarto, 1990 : 17).

Bakteri tuberkulosis paru akan mati oleh pemanasan 100oC selama 5-10

menit atau dalam proses pemanasan sesuatu sampai pada suhu sedang

selama watu tertentu (pasteurisasi), umumnya dengan suhu 60oC selama 30

menit (Dharmojono, 2001 : 135)

d. Penularan dan Patogenesis

Tuberkulosis paru pada manusia dapat dijumpai pada dua bentuk, yaitu :

(Bahar, A., 1990 : 715).

5

Page 6: Hb pada Penderita TB Paru

1. Tuberkulosis Primer

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei dalm udara. Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada

tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang bai dan kelembaban. Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai

berbulan-bulan.

Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka partikel ini

akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru, kebanyakan partikel ini

akan mati atau dibersinkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea-

bronkial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Kuman ini juga dapat

masuk melalui luka pada kulit atau mukosa, tetapi hal ini sangan jarang

terjadi.

Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak

dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru

akan membentuk sarang tuberkulosis. Pneumonia kecil disebut sarang

primer. Sarang primer ini dapat terjadi dimana saja pada bagian paru-paru.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening hilus

(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus

(limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis

regional + kompleks primer.

Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :

6

Page 7: Hb pada Penderita TB Paru

a. Sembuh tanpa meninggalkan cacat

b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis

fibrotik

c. Berkomplikasi dan menyebar secara :

- Parkontinuitatum, yaitu menyebar ke sekitarnya

- Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru-

paru yang di sampingnya. Dapat juga kuman tertelan bersama

sputum atau ludah sehingga menyebar ke usus

- Secara limfogen, yaitu ke organ tubuh lainnya

- Secara hematogen, yaitu ke organ tubuh lainnya.

2. Tuberkulosis Post Primer

Tuberulosis post primer ini dimulai dengan sarang dini yang

berlokasi di daerah atas paru-paru. Sarang ini mula-mula berbentuk

pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel, yakni

suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histosit dan sel-sel Datia-

Langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel

limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.

Virulensi dan imunitas penderita, sarang dini dapat menjadi :

a. Direabsorpsi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

b. Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan

sebutan jaringan fibrosis

7

Page 8: Hb pada Penderita TB Paru

c. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang meng-

hancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami

nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan

keju dibatukkan keluar maka akan terjadi kavitas. Kavitas ini mula-

mula berdinding tipis, kemuadian menebal karena infiltrasi jaringan

fibroblas dakam jumlah besar, sehingga menjadi sklerotik.

e. Gejala-gejala klinis

Gejala-gejala klinis (Bahar, A., 717-718) adalah sebagai berikut :

Keluhan yang dirasakan oleh penderita tuberkulosis dapat bermacam-

macam atau tanpa keluhan sama sekali. Keluhan terbanyak berupa :

a. Demam

Serangan demam yang pertama dapat sembuh kembali, panas

badan dapat mencapai 40-41oC menyerupai demam influenza, dan

penderita seakan tidak terbebas dari serangan ini. Keadaan seperti ini

sangat dipengaruhi dengan daya tahan tubuh penderita dan berat

ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk

Batuk yang berlangsung lama yaitu lebih dari 4 minggu harus

dicurigai, kemungkinan tuberkulosis paru-paru. Pada tuberkulosis paru

batuk biasanya mulai ringan, akan tetapi makin lama main hebat.

c. Sesak Nafas

8

Page 9: Hb pada Penderita TB Paru

Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak nafas. Hal ini

hanya akan ditemukan pada penyait yang sudah lanjut, dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri Dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah ke pluera, sehingga

menimbulkan plueritis.

e. Maleise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang menahun. Gejala maleise

sering ditemukan berupa : anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat

badan menurun, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala

maleise ini makin lama makin berat dan timbul secara tidak teratur.

2. Hemoglobin

a. Fungsi dan Struktur Hemoglobin

Hemoglobin di dalam eritrosit berfungsi untuk membawa oksigen dari

paru-paru ke jaringan tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan

ke paru-paruuntuk dibuang ke luar tubuh (Hoffbrand, 1996 : 8).

Hemoglobin tersusun dari heme dan globin. Haem merupakan molekul

yang tersusun dari 4 cincin pirol yang dihubungkan denganjembatan

metilan dan ditengahnya terdapat sebuah atom Fe yang membentuk ikatan

N dan globin. Sedangkan globin merupakan protein yang tersusun dari 4

9

Page 10: Hb pada Penderita TB Paru

rantai polipeptida, 2 rantai adalah rantai alpha dan 2 rantai lainnya adalah

non alpha.

Gambar 1. Struktur Heme (Hoffbrand, 1996)

b. Pembentukan Hemoglobin

Proses pembentukan hemoglobin sampai menjadi lengkap melalui tiga

tahapan, yaitu : pembentukan haem globin dan penggabungan heme dan

globin.

Pembentukan heme terutama terjadi di mitokondria, prosesnya bermula

dari penggabungan glisin dan suksinil Ko-A di dlam organ hematopoetik

membentuk asam amino ketoadipat dan kemudian amino levulinat

dihasilkan di bawah pengaruh ALA sintase yang merupakan enzim

pengatur kecepatan produksi heme. Molekul ALA berkondensasi

membentuk porfobilinogen. Molekul porfobilinogen bergabung membentuk

10

Page 11: Hb pada Penderita TB Paru

komponen porfirin dan uroporfirinogen. Uroporfirinogen merupakan

prekursor seri porfirin yang kemudian diubah menjadi bentuk

koproporfirinogen yang kemudian melalui protoporfirinogen menjadi

protorpofirin yang mengikat besi menjadi heme. (Hoffbrand, 1996 : 8)

Suksinil Glisin

Asam δ-aminolevulinat

Porfobilinogen

Uroporfirin III Uroporfirinogen III Uroporfirinogen I Uroporfirin I

Koproporfirin III Koproporfirinogen III Kopropofirinogen I Koproporfirin I

Protoporfirin IX

Besi

Hem

Globin

Hemoglobin

Globin

Hematin

Besi

Biliverdin

Bilirubin

Bilirubin Terkonjugasi

Urobilinogen dst Urobilin dst

Gambar 2. Katabolisme Hemoglobin (Baron, 1995 : 141)

Globin dibentuk dari rantai polipeptida di ribosom yang diatur oleh DNA.

Sifat yang ditentukan oleh DNA akan diteruskan oleh messenger RNA

melalui membran inti ke dalam ribosom yang terdapat dalam sitoplasma.

Di dalam sitoplasma asam amino diikat oleh transfer RNA yang kemudian

11

Page 12: Hb pada Penderita TB Paru

menyusun diri membentuk rantai polipeptida. Rantai polipeptida yang

terbentuk akan menjadi molekul globin yang kemudian akan bergabung

dengan molekul heme menjadi hemoglobin. (Hoffbrand, 1996 :8)

c. Hubungan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan tuberkulosis

Tuberulosis paru adalah infeksi menahun yang umumnya menimbulkan

tanda-tanda dan gejala yang bervariasi pada masing-masing penderita.

Penyebaran kuman tuberulosis dapat melalui lesi yang meluas. Aliran limfe

(limfogen), melalui aliran darah (hematogen) yang dapat menimbulkan lesi

tuberkulosis diberbagai organ, antara lain : pluera, selaput otak, ginjal dan

tulang. (Junaedi, P. A. S., 1992 : 212)

Tuberkulosis paru merupakan penyait radang kronis, keadaan ini

biasanya dapat mengakibatkan terjadinya anemia. (Hoffbrand, 1996 : 41)

Hemoglobin merupakan protein yang terkandung dalam sel darah

merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh

jaringan dan mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru.

(Hoffbrand, 1996 : 8)

Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan-jaringan melalui 2

jalan, yaitu secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia yang

berkaitan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (Hbo2). Hubungan

yang berkaitan dengan transpor oksihemoglobin yaitu satu gram

hemoglobin dapat meningkat 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi

hemoglobin rata-rata dalam darah pria dewasa berkisar sekitar 15 gram

12

Page 13: Hb pada Penderita TB Paru

per 100 ml, maka 100 ml darah dapat mengangkut (15 X 1,34 = 20,1) 20,1

mloksigen kalau darah jenuh sekali. Akan tetapi apabila darah yang

teroksigenisasi dan meninggalkan kapiler paru-paru ini mendapatkan

sedikit tambahan darah vena campuran dari sirkulasi bronkial. Proses

pengenceran ini menjadi penyebab sehingga darah meninggalkan paru-

paru hanya jenuh 97% dan 19,5% volume diangkut ke jaringan. (Prince, A.

A., 1995 : 656)

3. Diagnosa Laboratorium

A. Tes Laboratorium

Menurut Bahar (1990 : 719) Pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium

yang perlu dilakukan pada penderita tuberkulosis paru adalah dengan

pemeriksaan :

1. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannya

kuman BTA diagnosis dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan

sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang

sudah diberikan. Pemeriksaan sputum yang benar sangat penting untuk

mendapatkan hasil optimal. Pada pemeriksaan pertama sebaiknya tiga

kali pemeriksaan sputum. Uji resistensi perlu dilakukan apabila diduga

terdapat resistensi terhadap pengobatan.

13

Page 14: Hb pada Penderita TB Paru

2. Darah

a. Hemoglobin

Kadar hemoglobin ditemukan menurun terutama pada penderita

dengan batuk masif dan akut maupun batuk darah yang berulang kali

dalam waktu yang lama.

b. Leukosit

Leukosit yang berkisaran antara 15.000-17.000/mm3 menunjukkan

fase yang akut pada penderita tuberkulosis paru.

c. Laju Endap Darah

LED meningkat pada berbagai keadaan termasuk tuberkulosis paru-

paru, dan akan turun perlahan-lahan sampai menjadi normal kembali.

Jadi pemeriksaan LED penting sekali untuk menentukan keadaan

perjalanan penyait.

14

Page 15: Hb pada Penderita TB Paru

4. Kerangka Berfikir

15

Pasien dengan Diagnosa Tuberkulosis Paru

BTA +

Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Kadar Hemoglobin ?

BTA -

Page 16: Hb pada Penderita TB Paru

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Definisi Operasional Variabel

a. Hemoglobin

Sel darah merah adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena sel

ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin. Untuk

mengukur kadar hemoglobin menggunakan Spektrofotometer dengan

satuan gr/dl, dan nilai normal 11-16 gr/dl untuk wanita, dan 13-18 gr/dl

untuk pria.

b. Penderita Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman

tahan asam Mycobacterium tuberculosis.

Penderita tuberkulosis adalah pasien yang dinyatakan terinfeksi

tuberkulosis paru oleh dokter dan sesuai dengan hasil pemeriksaan

mikroskopis BTA positif dan sebagai penunjang dilakukan pemeriksaan

darah lengkap di laboratorium.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Klinik Rumah Sakit....................

16

Page 17: Hb pada Penderita TB Paru

3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pasien yang memeriksakan tuberkulosis

paru di Rumah Sakit.................. dan sampel yang digunakan adalah data

hasil pemeriksaan penderita tuberkulosis BTA positif yang berada di

Rumah Sakit..............

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut :

a. Mendata penderita jumlah pasien penderita tuberkulosis paru dengan buku

jurnal di laboratorium.

b. Mengambil data dan melakukan pencatatan terhadap penderita

tuberkulosis BTA positif dan memeriksa kadar hemoglobin.

c. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif.

5. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dihitung dengan prosentase :

Prosentase (%) = X x 100

X : Kadar hemoglobin

N :Jumlah pasien

6. Instrumen Penelitian

a. Bahan

17

Page 18: Hb pada Penderita TB Paru

1. Darah EDTA

2. Sputum (Dahak)

3. Pewarnaan

4. Alkohol 30%

5. Larutan Carbol Fuchsin

6. Asam Alkohol

7. Methylene blue

b. Alat

1. Spektrofotometer

2. Spuit

3. Kaca benda

4. Ose

5. Bunsen

c. Cara Kerja

1. Pemeriksaan Mikrobiologi

a. Pewarnaan Sediaan dengan Metode Ziehl Neelsen

Prinsip : Dengan pewarnaan ini pori-pori lipid pada bakteri akan

melebur sehingga zat warna dapat masuk ke dalam tubuh kuman. Bila

preparat dingin, zat warna tidak dapat terlepas kembali walaupun

dipengaruhi oleh asam, sehingga kuman yang tidak tahan asam akan

mengambil zat warna ke-2 pada pewarnaan berikutnya. Basil tahan

18

Page 19: Hb pada Penderita TB Paru

asam berwarna merah, sedangkan basil tidak tahan asam berwarna

biru.

b. Cara Pembuatan Preparat

1. Kaca benda dibersihkan dengan alkohol 70% sehingga bebas

lemak dan kotoran

2. Kaca benda diberi label dan diberi nama, no.lab, dan pemeriksaan

BTA

3. Pembuatan koiling harus selalu aseptik. Koiling harus rata dan

membentuk oval

4. Preparat dibiarkan kering di udara, setelah kering dilewatkan di

atas nyala bunsen 2-3 kali

5. Setelah kering dilakukan pewarnaan

c. Cara pewarnaan

- Preparat diletakkan di atas jembatan pewarnaan, teteskan larutan

carbol fuchsin pada hapusan dahak sampai menutupi seluruh

permukaan sputum

- Dipanaskan dengan nyala api spirtus sampai keluar uap. Zat

warna tidak boleh mendidih, dibilas dengan air mengalir.

- Preparat diteteskan dengan alkohol 30% sampai zat warna carbol

fuchsin hilang. Kemudian dibilas dengan air mengalir.

- Diteteskan larutan methylen blue sampai menutupi permukaan

selama 10-20 detik. Kemudian dibilas dengan air mengalir

19

Page 20: Hb pada Penderita TB Paru

- Dikeringan sediaan di udara terbuka

- Preparat dibaca di bawah mikroskop pembesaran 100 X

menggunakan minyak imersi.

Pembacaan hasil BTA berdasarkan IUATLD (Internasional Union

Againts Tuberculosis Lung Diseases) sebagai berkiut :

a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang = Negatif

b. Ditemukan 1-9 BTA per 100 lapang pandang = ditulis jumlah yang

ditemukan

c. Ditemukan 10-99 BTA per 100 lapang pandang = +1 (+)

d. Ditemukan 1-10 BTA per satu lapang pandang = +2 (++)

e. Ditemukan >10 BTA per satu lapang pandang = +3 (+++)

2. Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi menggunakan spektrofotometer

- Dihidupkan alat dan diatur absorbansinya pada angka 0

- Dilakukan pengukuran blanko terlebih dahulu

- Sampel pasien dimasukkan ke dalam cuvet, setelah itu ukur

serapannya

- Hasilnya dicatat.

20

Page 21: Hb pada Penderita TB Paru

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, A., Ilmu Penyakit Dalam, Soeparman (Ed), Jilid II, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta, 1990.

Baron, D. N., Kapita Selekta Patologi Klinik, Edisi IV, Alih bahasa Petrus

Andrianto, EGC, Jakarta, 1995.

Dharmojono, H., Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia, Jakarta, 2001.

Hoffbrand, A. V., dan J. E. Pettit., Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II, Alih

bahasa Iyan Darmawan. EGC. Jakarta. 1996

Soemasto, S. A., Kapita Selekta Kedokteran, Media Asculapius FKUI,

Jakarta, 2000.

21