HASIL DISKUSI FARTOK III(DIABETES MELITUS)A. Pengertian Diabetes
Melitus Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Sukandar, 2009).Diabetes mellitus
didefinisikan sebagai peningkatan glukosa darah yang berkaitan
dengan tidak ada atau kurang memadainya sekresi insulin pankreas,
dengan atau tanpa 150/90 mmHg, dan tanda-tanda neuropati perifer
ringan.Pemeriksaan laboratorium mengungkapkan gula darah sewaktu
261 mg/dL; hal ini dikonfirmasi dengan glukosa plasma puasa sekitar
sebesar 192 mg/dL. Panel lemak puasa memperlihatkan kolesterol
total 264 mg/dL trigliserida 255 mg/dL, lipoprotein berdensitas
tinggi 43 mg/dL, dan lipoprotein berdensitas rendah 170 mg/dL
(katzung, 2014).Diabetes merupakan satu kelompok sindrome yang
heterogen yang ditandai oleh peningkatan glukosa darah akibat
defisiensi relative atau absolute insulin (Harvey , 335).
Kesimpulan : DM adalah suatu keadaan dimana meningkatnya kadar
glukosa dalam aliran darah melebihi batas nomar yaitu diatas 110
mg/dl yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada hormone insulin
atau pun tidak. B. Gejala-gejala Diabetes Melitus Penyakit diabetes
mellitus ditandai gejala 3P yaitu, poliuria (banyak berkemih),
polidpsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :Disamping naiknya kadar gula darah,
diabetes bercirikan adanya gula dalam kemih (glycosuria) dan banyak
berkemih karena glukosa yang disekresikan mengikat banyak air.
Akibatnya, timbul rasa sangat haus, kehilangan energi, turunnya
berat badanserta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk
memenuhi kebetuhan energinya, yang disertai pembentukan zat-zat
perombakan, antara lain aseton, asam hidroksibutirat, dan diasetat,
yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini yang disebut
ketoacidosis dan terutama timbul pada tipe 1, amat berbahaya karena
akibatnya dapat menyebabkan pingsan, (coma diabeticum). Napas
penderita yang sudah menjadi sangat kurus sering kali juga berbau
aseton (Tjay & Rahardja , 740).Kesimpulan: Gejala-gejala DM
ditandai dengan banyak bekemih ,banyak minum dan banyak makan
karena banyak minum sehingga menyebabkan banyak berkemih dan banyak
makan karena gula dalam tubuh tidak dipecah atau diubah menjadi
ATP.C. Rangen Glukosaa) Seseorang diakatakan menderita penyakit
diabetes mellitus bila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
puasanya 126 mg/dl (plasma vena) atau pada pemeriksaan kadar
glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya
200 mg/dlb) Seseorang dikatakan terganggu terhadap toleransi
glukosa bila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasanya 110-125
mg/dl (plasma vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam
setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya antara 140-199
mg/dlc) Seseorang dikatakan normal (tidak mengidap diabetes
mellitus) jik kadar glukosa darah puasanya 110 mg/dl (plasma vena)
atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam setelah minum
larutan glukosa < 180 mg/dl, dan hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah 2 jam setelah minum larutan glukosa < 140 mg/dl
(Dalimarta).Kesimpulan : Seorang dikatakan DM saat kadar glukosa
dalam darah puasa sekitar 126 mg/dl ,toleransi glukosa darah puasa
110-125 mg/dl dan normal sekitar 110 mg/dl.
D. Tipe-Tipe Diabetes Melitus 1. Diabetes mellitus tipe 1Adalah
kerusakan selektif sel beta (sel ) dan defisiensi insulin `1yang
parah atau absolute. Diabetes mellitus tipe 1 dibagi lebih lanjut
menjadi kausa imun dan kuasa idiopatik. Bentuk imun adalah bentuk
tersering diabetes tipe 1. Meskipun kebanyakan pasien berusia
kurang dari 30 tahun saat didiagnosis, awitan dapat terjadi kapan
saja. Diabetes mellitus tipe 1, terapi sulin insulin dibutuhkan
untuk mempertahankan kehidupan. Insulin diberikan dengan injeksi ke
jaringan subkutis dengan mengunakan alat injeksi manual atau suatu
pompa insulin yang secara kontinu menginfuskan insulin dibawah
kulit.2. Diabetes mellitus tipe 2Ditandai oleh resistensi jaringan
terhadap efek insulin dikombinasikan dengan defisiensi relative
sekresi insulin. Insulin yang diproduksikan dari sel-sel beta
jumlahnya kurang memadai atau banyak tidak berefek untuk mengatasi
resistensi dan glukosa darah meningkat. Terganggunya efek insulin
juga memengaruhi metabolisme lemak sehingga terjadi peningkatan
fluks asam lemak dan kadar trigliserida serta penurunan lipoprotein
berdensitas tinggi (HDL).Diabetes mellitus tipe 2 mungkin tidak
memerlukan insulin untuk bertahan hidup, tetapi 30% atau lebih akan
mendapatkan manfaat dari penberian insulin untuk mengontrol glukosa
darah mereka. Besar kemungkinan bahwa 10-20% orang yang semula
didiagonasis diabetes mellitus tipe 2 sebenarnya mengidap tipe 1
dan tipe 2 progresif lambat yang dinamai diabetes autoimun laten
pada dewasa (latent autoimmune diabetes of adults, LADA) dan mereka
akhirnya memerlukan terapi sulin insulin.3. Diabetes mellitus tipe
3 (diabetes kehamilan)Merunjuk kepada berbagai spesifik lain
peningkatan glukosa darah; pankreatektomi, pancreatitis, penyakit
non-pankreas, pemberian obat, dss. Untuk daftar terinci pembaca
dipersilakan untuk menunjuk ke referensi expert.4. Diabetes
gestasional (gestational diabetes, GD)didefinisikan sebagai setiap
kelainan dalam kadar glukosa yang diketahui pertama kali sewaktu
kehamilan. Diabetes gestasional di diagnosis pada sekitar 7% dari
semua kehamilan di AS. Selama kehamilan, plasenta dan
hormone-hormon plasentan menciptakan suatu resistensi insulin yang
paling nyata pada trimester terakhir. Penilaian resiko untuk
diabetes disarankan dimulai sejak kunjungan prenatal pertama
(Katzung, 2014).Tipe tipe DM 1. DM tipe 1 Paling sering mengenai
individu dalam masa pubertas atau dewasa muda, tetapi beberapa
bentuk laten dapat terjadi di kemudian hari, penyakit ini ditandai
dengan defisiensi absolute insulin akibat nekrosis sel- yang parah.
Umumnya kehilangan fungsi sel- dianggap berasal dari proses yang
diperantarai otoimun terhadap sel-, dan hal ini dapat dipicu oleh
invasi virus atau kerja toksik kimiawi. Akibat penghancuran sel-sel
ini, pankreas gagal merespon glukosa , dan diabetes tipe 1
menunjukkan gejala-gejala klasik definisiensi insulin (polidipsia,
polifagia, pilourin, dan kehilangan berat badan).2. DM tipe
2Sebagian besar diabetes yang diderita adalah tipe 2, panyakit ini
lebih dipengaruhi oleh factor-faktor genetik, seperti penuaan,
obesitas, dan resistensi insulin perifer dan bukan aleh proses
otoimun atau virus. Perubahan metabolik yang teramati lebih ringan
dibandingkan yang digambarkan oleh tipe 1 (misanya secara khas,
pasien tipe 2 tidak ketotik), tetapi dampak klinik jangka panjang
dapat sangat merusak (misalnya komplikasi vaskular dan injeksi
lanjutan dapat menyebabkan amputasi ekstremitas bawah) (Richard,
2013).Kesimpulan : A. Tipe 1 Dimana pada tipe 1 dimana tidak
produksi atau tidak ada sama sekali lagi hormone insulin yang
disebabkan kerusakan pada sel yang parah dimana sel tersebut yang
bertanggun jawab terhadap produksi insulin pada pankareas. B. Tipe
2Pada tipe ini dimana masih diproduksi hormon insulin namun jumlah
kecil sehingga insulin tidak mampu mensintesis glukosa yang ada
dalam jumlah yang besar karena terjadinya resistesi terhadap efek
dari insulin.C. Tipe 3 Pada tipe ini disebabkan oleh factor lain
yang menyebabkan kurang berfungsinya hormon insulin untuk bekerja
merombak glukosa yang tersedia bisa disebabkan karena penyakit
seperti pankereasitis , pankareatektomi dll.D. Tipe 4Pada tipe ini
biasanya terjadi pada orang hamil dimana hormon pada saat orang
hamil itu sangat berngaruh terhadap perombakan glukosa dalam darah
seperti hormone plasenta. E. Sekresi Insulin Sekresi insulin diatur
tidak hanya oleh kadar glukosa darah, tetapi juga asam amino
tertentu, hormone-hormon lain (hormon saluran cerna dibawah), dan
mediator otonom. Sekresi paling sering dipicu oleh kadar glukosa
darah yang tinggi, yang diambil oleh pengangkut glukosa memasuki
sel pancreas. Dilokasi tersebut glukosa difosforilasi oleh
glukokinase, yang bekerja sebagai sensor glukosa. Produk
metabolism glukosa, memasuki rantairespirasi mitokondria dan
membangkitkan adenosine trifosfat (ATP). Peningkatan kadar ATP
menyebabkan penghambatan kanal k+ yang menghasilkan depolarisasi
membrane dan pemasukan Ca2+, yang mengakibatkan sejsositosis
insulin secara pulsatil. Sulfonylurea dan meglitinide memiliki efek
hipoglikemuk terhadap penghambatan kanal K+; (glukosa yang
diberikan melalui injeksi memiliki efek yang lebih lemah terhadap
sekresi insulin dibandingkan glukosa per oral kerena glukosa
merangsang produksi hormone-hormon digestif oleh usu, yang
selanjutnya merangsang sekresi insulin oleh pankreas, ketika
diberika per oral (Richard, 2013).Sekresi insulin Insulin
dibebaskan dari sel beta pankreas pada kecepatan basal yang rendah
dan pada laju yang jauh lebih tinggi sebagia respon terhadap
beragam rangsangan, khususnya glukosa. Juga diketahui adanya
stimulant lain, misalnya gula lain (mis. Manosa), asam amino
(khususnya asam amino glukoneogenik, seperti leusin, arginin),
hormone misalnya glucagon-like polypeptide-1 (GIP-1),
glucose-dependent in-sulinotropic polypeptide (GIP), glucagon,
kolesistokinin, asam lemak konsentrasi tinggi, dan aktivitas
simpatis -adrenergik. Obat-obat yang dapat stimulant adalah
sulfonylurea, meglitinide, dan nateglinid, isoproterenol, dan
asetilkolin. Sinyal-sinyal inhibitorik adalah hormone termasuk
insulin itu sendiri dan leptin, aktivitas simpatis -adrenergik,
peningkatan glukosa kronik dan asam lemak konsentrasi rendah.
Obat-obat inhibitorik antara lain adalah diazoksid, fenitoin,
vinblastin, dan kolkisin Pada gambar diatas, hiperglikemia
menyebabkan meningkatnya kadar ATP intrasel, yang menutup saluran
kalium dependent ATP. Berkurangnya efluks keluar kalium menyebabkan
depolarisasi sel beta dan terbukanya saluran kalsium berpintu
voltase. Peningkatan kalsium intrasel yang terjadi memicu sekresi
hormone. Golongan obat secretagogue insulin (sulfonylurea,
meglitinide, dan p-fenilalanin) memanfaatkan bagian mekanisme ini
(Katzung, 2014).Kesimpulan : Proses sekresi insulin terjadi sel
pankareas dimana pada saat gula ini di ubah melalui proses
glikolisis dimana gula ini gula di fosforilisasi oleh glukokinase
yang bekerja sebagai sensor dimana nantinya diperoleh ATP jika
jumlah ATP meningkat maka akan menghambat kanal K+ yang menyebabkan
depolarisasi membran dan pemasukan Ca2+ yang menyebabkan
eksositosis insulin F. Penggolongan obat Diabetes Melitus 1.
Sulfonilurea Dikenal 2 generasi sulfonilurea, generasi 1 terdiri
dari tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid.
Generasi 2 yaing potensi hipoglokemik lebih besar adalah gliburid,
glipizid gliklazid, dan glimepirid.Mekanisme kerja ;Golongan obat
ini sering disebut sebagai insulin secretagogue, kerjanya
merangsang sekresi insulin dari granul sel langerhans pankreas.
Rangsanganya melalui interaksinya dengan ATP sensitif K channel
pada membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. dengan
terbukannya kanal Ca makan ion Ca++ aakan masuk ke sel beta,
merangsang granul yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi
insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida C. kecuali itu
sulfonylurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar (Gunawan,
2011).
Penggolongan obat 1. Insulin Insulin merupakan hormon
polipeptida yang terdiri dari dua rantai peptide yang dihubungkan
dengan ikatan-ikatan disulfida. Hormone ini disintesis sebagai
precursor (proinsulin) yang mengalami pemecahan proteolitik untuk
membentuk insulin dan peptide C; keduanya disekresikan oleh sel-sel
pancreas.Mekanisme kerja insulin berdasarkan lama kerjanyaA.
Sediaan insulin kerja-cepat dan kerja-singkatEmpat sediaan insulin
masuk dalam kategori ini : insulin regular, insulin lispro, dan
insulin glulisine. Insulin regular merupakan zinc insulin berbentuk
kristalin yang mudah larut, kerja singkat. Insulin regular biasanya
diberikan subkutan (atau intravena pada kegawatdaruratan), dan
dengan cepat menurunkan kadar glukosa darah. Insulin regular,
insulin lispro, dan insulin aspart merupakan kategori kehamilan B.
insulin glulisine belum diteliti pada kehamilan. Karena awitan
kerja yang cepat dan durasi kerjanya singkat, bentuk lispro,
aspart, dan glulisine digolongkan sebagai insulin kerja-cepat.B.
Insulin kerja-sedangNeutral protamine Hagedorn (NPH) insulin
merupakan suspensi insulin zinc berbentuk kristalin yang
dikombinasikan pada pH netral dengan polipeptida muatan netral,
protamina. Durasi kerjanya sedang. Hal ini disebabkan absorbs
lambat insulin karena konjugasinya dengan protamin sehingga
membentuk kompleks yang kurang larut. NPH insulin hanya boleh
diberikan secara subkutan (tidak pernah intravena) dan berguna
dalam mengobati semua bentuk diabetes, kecuali diabetes
ketoasidosis atau hiperglikemia emergensi.C. Sediaan insulin
kerja-panjang Insulin glargine : titik isoelektrik insulin glargine
lebih rendah dibandingkan insulin manusia, yang menyebabkan
presipitasi pada lokasi penyuntikan sehingga memperluas kerjanya.
Obat ini lebih lambat awitannya dibandingkan NPH insulin dan
memiliki efek glikemik panjang dan datar-tidak memiliki puncak.
Seperti insulin lainnya, obat ini harus diberikan secara subkutan.
Insulin detemir : insulin detemir memiliki rantai samping asam
lemak. Tambahan rantai samping asam lemak. Tambahan rantai samping
asam lemak meningkatkan kaitan dengan albumin. Disosiasi lambat
dari albumin mengakibatkan sifat kerja-lama yang serupa dengan
insulin glargine (Harvey ,338-340)2. Sulfonilurea Mekanisme kerja ;
1) stimulasi pelepasan insulin oleh sel-sel beta pankreas dengan
cara menghambat kanal K+ sensitif ATP ,mengakibatkan depolarisasi
dan pemasukan Ca++; 2) penurunan produksi glukosa hepatik; 3)
peningkatan sensitivitas perifer terhadap insulin (Richard,2013).
Pembagian generasi (Katzung,2014).a. Generasi 1Tolbutamid diserap
dengan baik tetapi cepat dimetabolisasi di hati. Lama efeknya
relative singat , dengan waktu paruh eliminasi 4-5 jam, dan obat
ini paling baik diberikan dalam dosis terbagi. Karena waktu paruh
yang singkat, tolbutamid sangat baik untuk diabetes lanjut usia.
Dan hipoglikemik berpanjangan.Klorpropamid memiliki waktu paruh 34
jam dan di metabolisasi secara lambat dihati menjadi produk-produk
yang memiliki aktivitas bilogik; sekitar 20-30% diekskresikan tanpa
berubah diurin. Hipoglikemik berkepanjangan dan untuk diabetes yang
lanjut usia dengan dosis yang tunggal dipagi hari.Tolazamid setara
dengan klorpropamid dalam potensi tetapi masa kerjanya lebih
singkat. Tolazamid kerja lebih lambat diserap daripada sulfonylurea
lainnya, dan efeknya pada glukosa darah yang belum tampak selama
beberapa jam. Waktu paruh sekitar 7 jam.b. Generasi IIGliburid
dimetabolisasi dihati menjadi produk-produk dengan aktivitas
hipoglikemik yang sangat rendah. Dosis awal lazim adalah 2,5 mg/dL
atau kurang. Dan dosis pemeliharan rerata adalah 5-10 mg/dL yang
diberikan dosis secara tunggal pagi hari.Glipizid memiliki waktu
paruh yang paling singkat (2-4 jam). Untuk efek maksimal dalam
mengurangi hiperglikemik pacsa makan , obat ini perlu diminum 30
menit sebelum sarapan karna penyerapan obat akan tertunda jika obat
diminum bersama makan.Glimepirid telah disetujui untuk digunakan
sekali sehari sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan
insulin. Glimepirid menurunkan glukosa darah dengan dosis terendah
dibandingkan dengan senyawa sulfonilurea lainnya.Kesimpulan :
mekansme kerja ada 3 yaitu (1) menstimulasi pelepasan insulin oleh
sel B pankareas (2) menyebabkan terjadinya depolarisasi (3)
meningkatkan sensitivitas contoh obatnya tolbutamid3. Analog
meglitinid Mekanisme kerja : seperti sulfonilurea kerja obat-obat
ini bergantung kepada fungsi sel-sel beta pankreas. Obat-obat ini
berikatan pada lokasi yang berbeda pada reseptor sulfonilurea yang
terkait kanal kalium sensitif ATP dengan demikian mengawali
serangkai reaksi yang puncaknya adalah pelepasan insulin. Berbeda
dengan sulfonilurea, ,meglitinid memiliki awitan cepat dan durasi
kerja yang pendek (Richard,2013).Kesimpulan : sama dengan dengan
sulfoniluera yaitu menstimulasi pengeluaran insulin.4. Biguanid
Mekanisme kerja; Metformin adalah reduksi keluaran (output) glukosa
hepatik, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis hepatik.
Metformin juga menperlambat absorbsi gula oleh usus dan
meningkatkan ambilan dan penggunaan glukosa diperifer
(Richard,2013).Kesimpulan : Mekanisme kerjanya menghambat proses
glukoneogesis dan meningkatkan ambilan glukosa diperifer.5.
Tiazolidindion atau glitazon Mekanisme kerja ; menurunkan
resisntesi insulin masih diungkapkan, diketahui menargetkan
reseptor yang diaktivasi poliferator peroksisom (PPAR) suatu
reaseptor hormon nukleus. Untuk mengatur produksi adiposit dan
sekresi asam lemak, serta metabolisme glukosa, yang mengakibatkan
peningkatan sensitivitas insulin pada jaringan adiposa, hepar, dan
otot rangka (Richard,2013).Kesimpulan :Mekanisme kerjanya mencegah
terjadinya resistensi insulin karena pada saat resistensi insulin
terjadi PPAR tidak aktif maka kerja dari tiazolidindion
mengaktifkan PPAR fungsi dari PPAR memetabolisme karbohidrat dan
lemak.6. DPP-4 (penghambat dipeptidil peptidase-IV)Mekanisme kerja;
sitagliptin menghambat enzim DPP-4, bertanggung jawab untuk
inaktivasi hormon-hormon inkretin, seperti peptide-1 mirip glukosa
(glukagon like peptida 1/ GLP-1).Pemanjangan aktivitas
hormon-hormon incretin mengakibatkan peningkatan pelepasan insulin
sebagai respon terhadap makan dan reduksi sekresi glukagon yang
tidak sesuai, sitagliptin dapat digunakan sebagai monoterapi atau
dalam bentuk kombinasi dengan sulfonilurea, metformin, atau
glitazon (Richar,2013).Kesimpulan : enzim DPP-4 berfungsi untuk
menghancur inkretin yang terdapat dalam tubuh 7. Inkretin
mimetikInkretin mimetik yang digunakan untuk terapi adalah analog
GLP-1 yang resistensi terhadap DPP-4 sehingga memiliki waktu paruh
cukup panjang.contohnya eksenatid dan liraglutid. Kedua obat ini
tidak diabsorbsi disaluran cerna, sehingga harus diberikan secara
injeksi (Richar,2013).Kesimpulan : Inkremimetik mekenismenya dengan
dengan cara meningkatkan produksi insulin yang diproduksi agar
glukosa yang ada cepat disintesis sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKAGunawan Gan S.,2012 FARMAKOLOGI DAN TERAPI, Edisi
5 ,penerbit Buku KEDOKTERAN : JakartaTim Penyusun, 2009.Iso
FARMAKOTERAPI, Penerbit PT.ISSFI Penebitan: JakartaRichard A.
Harvey, 2013,FARMAKOLOGI Ulasan Bergambar, Edisi 4, penerbit BuKU
KEDOKTERAN ;EGC:jakartaKatzung G. B., 2014,FARMAKOLOGI DASAR DAN
KLINIK, Edisi 12,Penerbit BUKU KEDOKTERANP :EGC: jakarta