PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI HARRY KUSMANTORO E1A008287 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO
SKRIPSI
HARRY KUSMANTORO
E1A008287
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2013
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Oleh :
HARRY KUSMANTORO
E1A008287
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2013
i
LEMBAR PENGESAHAN ISI DAN FORMAT
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO
Oleh : HARRY KUSMANTORO
E1A008287
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disahkan Pada Tanggal : 15 Februari 2013
Pembimbing I/Penguji I
Sri Hartini, S.H., M.H. NIP. 19630926 199002 2 001
Pembimbing II/Penguji II
Sutikno, S.H. NIP. 19840704 198003 1 001
Penguji III
H. Supriyanto, S.H., M.H. NIP. 19630926 199002 2 001
Mengetahui Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. NIP. 19640923 198901 1 001
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta
informasi-informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Purwokerto, 15 Februari 2013
HARRY KUSMANTORO NIM E1A008287
iii
ABSTRAK
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO
Oleh :
HARRY KUSMANTORO
E1A008287
Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945. Berkaitan dengan otonomi daerah diperlukan sumber keuangan daerah, maka Pemerintah Daerah dalam memperoleh sumber Pendapatan Daerah yang perlu dikembangkan adalah Retribusi. Diantara macam-macam retribusi daerah tersebut salah satunya adalah retribusi pasar. Dalam hal pemungutan retribusi pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki wewenang dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Guna mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan spesifikasi penelitian preskriptif. Lokasi penelitian di kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang disusun secara sistematis, logis dan rasional. Data yang terkumpul kemudian diolah, disajikan, dan dianalisis secara normatif kualitatif.
Hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar dapat dilihat dari tugas pokok dan fungsinya. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo meliputi melaksanakan kewenangan dalam penyelenggaraan retribusi pasar dan Dinas penggali Pendapatan Asli Daerah, yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan menghimpun atau memungut retribusi pasar. Selain itu penelitian ini juga memperlihatkan hambatan normatif, yang terdapat dalam Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo tentang Retribusi Pasar mengenai kedaluwarsa dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo dan hambatan-hambatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar.
Kata kunci : Peranan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pemungutan, Retribusi Pasar.
iv
ABSTRACT
State of the Unitary Republic of Indonesia is embracing the principle of decentralization in running the government. This is realized by providing the opportunity and freedom to the region to implement regional autonomy, as provided in Article 18 paragraph (1) and (2) of the Constitution of 1945. With regard to the financial resources necessary autonomy area, the Local Government Revenue in acquiring resource to be developed was Retribution. Among the various levies are one of them is retribution market. In terms of the collection of market fees of Industry and Trade has the authority to implement the collection of market fees. This study aims to determine how the role of the Department of Industry and Trade in the collection of user charges in the District of Wonosobo market. To achieve these objectives, this research using normative juridical approach and prescriptive research specifications. Location of research in the Department of Industry and Trade office Wonosobo district. Source of data used are primary data and secondary data, compiled systematically, logically and rationally. The collected data is then processed, presented, and analyzed qualitatively normative. The results provide the conclusion that the role of the Department of Industry and Trade in the collection can be seen from the market levy duties and functions. The role of the Department of Industry and Trade in collecting levies Wonosobo market include exercise authority in the administration of levies excavator market and Revenue Agency, the Department of Industry and Trade to collect or levy imposed by the market. In addition, this study also showed normative constraints, contained in Article 24 of the Regulation on Fees Wonosobo District Market on the date in the collection of user charges in the District of Wonosobo and market barriers of Industry and Trade in the collection of market fees. Keywords: Roles, Department of Industry and Trade, Voting, Lévy Market.
v
PRAKATA
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN
WONOSOBO” .
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan terbatasnya
literatur. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun akan
diterima dengan ketulusan hati.
Dalam proses penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
2. Ibu Sri Hartini, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen
Penguji I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Sutikno, S.H., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji
II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak H. Supriyanto, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji pada seminar skripsi
dan pendadaran yang telah memberikan koreksi dan saran mengenai
perbaikan skripsi ini.
5. Ibu Neni selaku pengampu angkatan 2008 serta Bapak Teguh dan semua staf
bagian pendidikan yang telah memberikan bantuan dalam hal administratif
birokrasi selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi ini.
vi
6. Seluruh dosen pengajar, dan staf administrasi, dan seluruh civitas akademika
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang telah membekali dan
memberikan kesempatan penulis menimba ilmu.
7. Bapak Drs. Eko Yuwono selaku Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo yang telah bermurah hati memberikan ijin penelitian,
informasi dan data yang penulis butuhkan.
8. Ibu Dra. Ismiyati selaku Kepala Seksi Retribusi Pasar Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo atas kesediaannya menerima dan
memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian serta memberikan data
yang meneliti butuhkan dalam proses penelitian skripsi ini.
9. Ibu Eni selaku Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo atas kesediaannya menerima dan memberikan kesempatan penulis
melakukan penelitian serta memberikan data yang penulis butuhkan dalam
proses penelitian skripsi ini.
10. Kepada seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Wonosobo, atas
kesediaannya menerima dan memberikan kesempatan penulis melakukan
penelitian serta memberikan data yang penulis butuhkan dalam proses
penulisan skripsi ini.
11. Kepada keluarga tercinta, Ayahanda Djasman dan Ibunda Sri Kustiyah yang
telah melahirkan, mendidik, menyayangi, membesarkan, mendoakan, dan
memberikan semangat selalu kepada penulis. Mbaku Niken Rahayunigtyas
dan adekku Tri Laksono Adi Prabowo yang telah mengisi hari-hariku dengan
penuh semangat, canda tawa dan kebahagiaan.
12. Keluarga besar Mbah Sadan Martomihardjo di Klampok dan Keluarga Besar
Mbah Dolah Umar di Wadaslintang. Terima kasih atas doa dan dukunganya
dan bantuan yang diberikan selama ini kepada saya.
13. Untuk Group Band SCANDAL (Mami Sasazaki, Haruna Ono, Tomomi
Ogawa dan Rina Suzuki) lagu-lagu kalian memberikan semangat dan
motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
vii
14. Untuk Idol Group AKB48 & JKT48, Akicha,Harukan dan oshi ane VE
terimakasih banyak, karena berkat lagu kalian memberikan keajaiban dari
yang tidak mungkin menjadi mungkin.
15. Sahabat-sahabatku dikampus Hukum, Gayhul Pindho Aldoko, Sujarwo, Ardi
Mulyo Sayekti, Bakhtiar Deffa, Dani Setiawan, Bayu Yudha, Prasetyo, Rizki
Adhitya, Fahmi Virgiandani, Bento, Yudha Pratikno dan yang tidak bisa
disebutkan satu per satu terimakasih atas persahabatan, kekeluargaan,
kebersamaan, motivasi dan dukungan selama ini.
16. Keluarga Besar KKN Posdaya Desa Lumpang Purbalingga periode Januari-
Februari 2012, terimakasih atas motivasi dan dukungannya selama ini.
17. Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman angkatan
2008 (Kita jaga persaudaraan kita, salam 2008), serta semua pihak yang turut
membantu dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis,
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis juga memohon maaf kepada
semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan maupun tindakan selama
berinteraksi dan berproses di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat. dan menambah pengetahuan.
Purwokerto, 15 Februari 2013
HARRY KUSMANTORO E1A008287
viii
PERSEMBAHAN Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT karena atas limpahan Rahmat, Hidayah dan Pertolonganya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai rencana. Selama pengerjaan skripsi ini ataupun dalam proses kehidupan, saya mendapat banyak pengalaman dan pembelajaran. Ada banyak orang-orang yang telah memberikan dukungan, motivasi, saran, dan bantuanya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, Skripsi ini saya persembahkan pada :
� Bapak dan Ibu ku tercinta, yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan kepada saya, serta memberikan doa yang tiada hentinya kepada saya dan yang telah membesarkan, mendidik, membimbing saya untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Terima kasih atas ketulusan kasih sayang yang kalian berikan. Bapak dan Ibu saya yang setiap hari selalu mengingatkan saya untuk sholat 5 waktu dan memberikan arahan untuk tidak gampang menyerah dalam setiap masalah yang akan saya dihadapi di dunia ini.
� Kakak dan Adeku, mbak Niken Rahayuningtyas dan Tri Laksono Adi Prabowo, makasih ya mba niken yang selama ini banyak memberikan bantuan dan memperhatikan saya, dan selamat menempuh hidup baru ya, hehehe brsama mas Oman, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Adi (basketane si rajin mben pinter maine, ojo JKT48 ae nang kamar wkkkkkk)
ありがとう、お父さん、お母さんと姉妹姉妹。あなたは不運な子私
の父と母のために、私は誰よりもあなたを愛しているこの世界で一
番好きな人であり、 どうもありがとうございまし .
� Teman-teman FH Unsoed 2008, Gayhul Pindho Aldoko ( Awal dan akhir mlaku bareng ng Kampus hehe kro numpak angkot (Gadis Angkot Semarang) subuh-subuh haha, mtur nuwun bngt ndo koe ws ngrewangi n mbantu aq slama ng pwt, kpn2 tak ajak dolan ng wnsobo ok ok) , Sujarwo ( saran kro motivasimu mantep bngt wok nggo mbantu aq nggarap skripsine terima kasih banyak wok), Ardi MS (ayo bandmintonan maning di hehe kro dolan Purworejo yo ha2 maksih yo di atas smngt kro dukungane), Dani Setiawan (kapan Juventus juara champions aj ampuh ng Italy tok haha ,hmmm Siki ws due parabola ora tau metu omah wkkk,
ix
Matur nuwun bgt jon ya koe sering ngnter2 aq mangan trutama ng belkam (awas ana banci ha2) matur suwun), Bayu Yudha (Site) ( Kapan tek Ngeband, ayolah perlihatkan skill gitarmu haha aja omong pikirku wae hahaha, thankyou tehnik gitare ha2), Bakhtiar deffa ( ayo ng jepara dab, yo ngotak ngatik komputer ben njeblok haha makasih lagu kro drama jepange yo arigatou dab), Prasetyo ( Ayo yok kpn nonton SCANDAL ng Jakarta he2, trima kasih atas lagu kro film2me mantap yok, Mami Sasazaki tambah cantik yok hahaha ayo ng depok n terima kasih banyak), Rizki adhitya ( Terima kasih banyak sol telah menjadi panitia sukses seminar dan pendadaran saya hehe terima kasih banyak yo wkkk, skarang ms risol jadi fans Mayu Watanabe & AKB48 haha), Fahmi Virgiandani ( ayo mas fahmi buat saling sapa lagi di kosan hahaha mantap lho mas fahmi, maksih yo dah sering jemput dan antar saya), Bento ( mas Bento jangan sampai lupa jalan ke kampus ya masa jalan ke kampus aja lupa hehe, kpn2 aq diajak ke GBK ya buat nntn timnas, mkasih ben udah sring ngantar sya juga), Andika Heru Barata (Ayo dik nang semarang maning ng Sam po Kong, betah aq weruh gadis cina haha, maksih bngt yo dik)
� My Friend in law faculty 2008, Deny Yusup p, Yogas, Fajar
Kebumen , Alfi Calon Juragan, Sigit Purworerjo, Agung Boby, Angga Pbg, Nana Nurundana, Yudha Pratikno (Kuncen), Agung Bobby, Endi Setyo,Bang Faizin, Wahyu Adyatama, Agung Trileksana, Rizal Bustami, Anggoro,Aji Futsal, Joko, Nanda, Uun, Sri Hartini, Bernadheta, Wina, Benny Haryo, Yan Budi, Mila, Rey AKB48, Bedebahtiar tegal, dan teman-teman yang tidak sempat disebutkan. Terimaksih atas pertemanan, kebersamaan dan motivasinya.
� SCANDAL BAND (Mami Sasazaki, Haruna Ono, Tomomi Ogawa, Rina Suzuki) & AKB48, JKT 48 ( Aki Takajo, Haruka Nagakawa dan Oshi saya Jessica Verandha (VE). Lagu-lagu kalian luar biasa sekali dapat memberikan semangat tiada hentinya dalam melewati sulitnya kehidupan ini HONTONI ARIGATOU...................
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… i SURAT PERNYATAAN …………………………………………... ii ABSTRAK .......................................................................................... iii ABSTRACT………………………………………………………… iv PRAKATA ......................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ viii DAFTAR ISI ……………………………………………………….. x BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Administrasi Negara…..…........................................... 9
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara…………………. 9
2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara............................ 12
3. Peranan................................................................................. 14
B. Pemerintahan Daerah................................................................. 15
1. Pengertian Pemerintahan Daerah......................................... 15
2. Pengertian Otonomi Daerah................................................. 19
3. Perangkat Daerah................................................................. 21
C. Pengertian Hukum Pajak............................................................ 23
1. Pengertian Pajak................................................................... 23
2. Asas-asas pemungutan Pajak............................................... 25
3. Teori-teori pembenaran pemungutan Pajak......................... 26
xi
D. Retribusi………………………………………………………. 28
1. Retribusi…………………………………………………… 28
2. Perbedaan Retribusi dan Pajak……………………………. 29
3. Jenis Retribusi……………………………………………... 30
4. Pengertian Retribusi Pasar………………………………… 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan...................................................................... 39
B. Spesifikasi Penelitian................................................................... 40
C. Lokasi Penelitian.......................................................................... 40
D. Sumber Data................................................................................. 40
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 42
F. Metode Penyajian Data................................................................ 43
G. Analisis Data................................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................. 44
1. Data Sekunder......................................................................... 44
2. Data Primer............................................................................. 75
B. Pembahasan.................................................................................. 83
1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam
pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo…….. 83
2. Hambatan normatif apakah yang timbul dalam pemungutan
retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo…………………... 96
xii
BAB V PENUTUP A. Simpulan................................................................................... 103
B. Saran......................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata, materiil, spiritual, melalui
taraf hidup masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan
tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu
sesuai dengan asas keadilan sosial. Masalah keuangan merupakan hal vital dan
mendasar yang digunakan sebagai fasilitator pembangunan di daerah berusaha
menghimpun dana sebanyak-banyaknya untuk pelaksanaan pembangunan di
daerah.
Pernyataan bahwa negara kita berbentuk susunan kesatuan di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan di dalam Pasal 1 ayat (1) yang
menyebutkan, bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat pernyataan
persatuan Indonesia. Negara menurut pengertian pembukaan itu menghendaki
persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya.1
Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas
desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan
memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
1 Joeniarto. Pemerintahan Lokal Asas Negara Kesatuan Dengan Otonomi Yang Seluas-Luasnya dan Perkembangan Serta Pokok Pemerintah Lokal. Gadjah Mada. Yogyakarta. 1975, hal. 7.
2
otonomi daerah, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Dasar 1945, yang menjelaskan bahwa :
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Suatu daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Kewenangan yang dimaksud adalah mencakup kewenangan dalam seluruh
bidang pemerintahan kecuali dalam politik luar negeri, pertahanan keamanan,
fiskal, agama serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain tersebut
meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan sistem administrasi dan
lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya
manusia, pendayaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis,
konservasi, dan standarisasi nasional.
3
Dengan pemberian otonomi kepada daerah maka memungkinkan kepada
daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan otonomi
daerah yang optimal maka diperlukan dana yang cukup. Sebagian dana tersebut
diusahakan oleh daerah sendiri yaitu berupa Pendapatan Asli Daerah yang harus
mencukupi bagi kepentingan rumah tangganya sendiri. Pendapatan Asli Daerah
yang cukup, akan dengan mudah menyelenggarakan urusan rumah tangganya dan
kemakmuran rakyat juga akan tercipta.
Sejalan dengan pemberian urusan kepada Pemerintahan Daerah, termasuk
sumber keuanganya, maka dalam Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 ditegaskan bahwa sumber pendapatan daerah ialah sebagai berikut.
1. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan d. PAD lainya yang sah.
2. Dana perimbangan. 3. Pendapatan daerah lainya yang sah.
Secara teoritis, pelaksanaan desentralisasi akan mendorong pemerintah
daerah untuk lebih memberdayakan masyarakatnya, menumbuhkan prakarsa dan
kreatifitas dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
daerahnya. Di samping itu, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan
keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan
aspirasi masyarakatnya. Upaya membangkitkan prakarsa dan mewujudkan
aspirasi masyarakat secara efektif antara lain akan sangat tergantung kepada
4
ketersediaan sumber daya pendukung yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satunya. Pendapatan Asli Daerah
merupakan sumber penerimaan yang paling berpengaruh untuk daerah.
Pendapatan Asli Daerah ini dapat dijadikan penerimaan unggulan dalam
memompa dan mengalirkan aktivitas pemerintahan dan pembangunan di daerah
otonom. Peran Pendapatan Asli Daerah dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan sangat penting karena sebagian dari Anggaran Pembangunan dan
Belanja Daerah (APBD) berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu,
penggalian potensi sumber Pendapatan Asli Daerah secara optimal dengan
didukung oleh kinerja pengelolaan yang baik dan sumber daya manusia yang
berkualitas akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pemerintah daerah.2
Kabupaten Wonosobo sebagai salah satu daerah otonom yang berada di
wilayah Provinsi Jawa Tengah yang terus mengolah dan menggali potensi-potensi
keuangan daerah agar dapat menerima Pendapatan Asli Daerah, yang salah
satunya melalui Retribusi Daerah. Pengertian Retribusi Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pada Pasal 1
angka 64 adalah Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi.
Berkaitan dengan otonomi daerah diperlukan sumber keuangan daerah,
maka Pemerintah Daerah dalam memperoleh sumber Pendapatan Daerah yang
perlu dikembangkan adalah Retribusi. Diantara macam-macam retribusi daerah
tersebut salah satunya adalah retribusi pasar, karena retribusi pasar dirasakan
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Karena
2 Ayi Karyana. Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan Dan Industri Kabupaten Cianjur Dalam Pengelolaan Retribusi Pasar. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 1, Nomor 1, September 2005, hal. 12.
5
jumlah pasar yang cukup banyak, dan di dalam pasar tersebut terjadi transaksi
setiap harinya dan bagi yang melakukan transaksi atau kegiatan jual beli pasar
dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut sebagai tempat transaksi.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam pelaksanaan pemungutan
retribusi pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pasar, sesuai
dengan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang pedoman
Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah
Kabupaten Wonosobo, maka dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar
dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
Di dalam salah satu misinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo yaitu terwujudnya peningkatan pelayanan pada wajib retribusi dan
pemantapan kegiatan pengelolaan pasar. Struktur Organisasi Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo terdapat Bidang Pengelolaan Pasar yang
terdiri dari Seksi Pemeliharaan Pasar, Seksi Retribusi Pasar, serta Seksi Ketertiban
dan Kebersihan Pasar. Seksi Retribusi Pasar tersebut mempunyai tugas
melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang retribusi pasar.
Dalam hal ini maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo memiliki wewenang dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar.
Salah satu tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
adalah memberikan pengarahan pelaksanaan retribusi dan melaksanakan
pemungutan retribusi pasar dalam rangka memberikan kontribusi dalam
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo.
6
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo memiliki
wewenang dalam pemungutan retribusi pasar, oleh karena itu Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo memiliki peranan dalam pemungutan
retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Berkaitan dengan peranan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo dalam pemungutan retribusi
pasar, maka dalam peranan tersebut terdiri dari tugas, fungsi, dan wewenang
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan peranan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo dalam pemungutan
retribusi pasar yang terdiri dari tugas, fungsi dan wewenang tentunya menemui
berbagai hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dalam pemungutan retribusi pasar. Oleh karena itu agar tugas, fungsi dan
wewenang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo berjalan
dengan baik dalam pemungutan retribusi pasar, maka harus dijalankan secara
teratur dan terencana agar memperoleh Pendapatan Asli Daerah yang maksimal
dari pemungutan retribusi pasar tersebut, melalui pengorganisasian yang
merupakan unsur primer administrasi dalam mengendalikan kerja sama secara
sinergis sejumlah manusia agar berjalan efisien dan efektif dalam mencapai target
dalam pemungutan retribusi pasar.
Karena retribusi merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah, maka harus
digali sumber-sumber daerah khususnya retribusi pasar. Penggalian ini harus
dapat dilakukan dengan cara yang professional agar memenuhi kepentingan warga
masyarakat baik individu maupun badan yang berada di Kabupaten Wonosobo.
7
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam
pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan ini, maka
penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam
pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo?
2. Hambatan normatif apakah yang timbul dalam pemungutan Retribusi
Pasar di Kabupaten Wonosobo ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan normatif dalam pemungutan
Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Penelitian secara teoritis
Memberikan informasi dan masukan yang berguna dan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu Hukum Administrasi Negara pada umumnya dan
Retribusi Daerah pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan
pemungutan retribusi pasar.
8
2. Kegunaan Penelitian secara praktis
Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dipakai dalam hal
pemungutan retribusi pasar dan diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pihak-pihak yang terlibat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Administrasi Negara
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara
Secara teoritis, Hukum Administrasi Negara merupakan fenomena
kenegaraan dan pemerintahan yang keberadaan setua dengan konsepsi negara
hukum atau muncul bersamaan dengan diselenggarakan kekuasaan negara dan
pemerintahan berdasarkan aturan hukum tertentu.3
Kata administrasi berasal dari bahasa latin “administrare” yang berarti to
manage. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, administrasi diartikan sebagai;
(1) usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara
penyelenggaraan pembinaan organisasi; (2) usaha dan kegiatan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan kebijaksanaan serta mencapai tujuan; (3) kegiatan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah; (4) Kegiatan kantor dan tata
usaha.4
Pengertian Hukum Administrasi Negara yang diberikan oleh para sarjana
antara lain:
Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan bahwa administrasi negara
mempunyai tiga arti, yaitu; (1) sebagai aparatur negara, aparatur pemerintahan,
atau sebagai institusi politik (kenegaraan); (2) administrasi negara sebagai
“fungsi” atau sebagai aktivitas melayani pemerintah yakni sebagai kegiatan
3 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.2006, hal. 22.
4 Ibid. hal. 25.
10
“pemerintah operasional” dan; (3) administrasi negara sebagai proses teknis
penyelenggaraan Undang-undang .5 Hukum Administrasi negara adalah salah satu
bidang ilmu pengetahuan hukum, dan oleh karena itu hukum sukar dirumuskan
dalam suatu definisi yang tepat, maka demikianlah dengan Hukum Administrasi
Negara sukar diadakan suatu perumusan yang sesuai dan tepat.6
Utrecht menyebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum
yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain
diatur oleh Hukum Tata Negara (hukum negara dalam arti sempit), Hukum Privat,
dan sebagainya.7 Menurut Prof. Wiarda dalam Utrecht, Hukum Administrasi
Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi
negara, tetapi belum secara konkrit ditentukan tugas hukum administrasi negara
atau tugas ilmu hukum administrasi negara.8
Pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut tampak bahwa bidang
Hukum Administrasi Negara itu sangat luas sehingga tidak dapat ditentukan
secara tegas ruang lingkupnya.9 Dari pemaparan beberapa pendapat sarjana,
dapatlah disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang
berkenaan dengan pemerintahan dalam arti sempit yaitu hukum yang cakupanya
secara garis besar mengatur hal-hal antara lain :
a. Perbuatan pemerintah pusat (pusat dan daerah) dalam bidang publik;
5 Prajudi, Atmosudirjo. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1994,
hal. 43.
6 C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 1984, hal. 454.
7 Ridwan HR. op. cit. hal. 35.
8 E.Utrecht. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Pustaka Tinta Mas. Surabaya. 1986. hal. 53.
9 Ridwan HR. op. cit. hal. 43.
11
b. Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan di bidang publik tersebut), diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenangan, penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum;
c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan pemerintah itu;
d. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang pemerintahan.10
Hukum Administrasi dalam arti sempit, yakni hukum Tata Pengurusan
Rumah Tangga Negara, Intern dan Ekstern. Rumah Tangga Negara adalah
keseluruhan dari pada hal-hal dan urusan-urusan yang menjadi tugas, kewajiban
dan fungsi Negara sebagai suatu badan organisasi, sebagai suatu badan usaha.
Rumah Tangga Intern adalah yang menyangkut urusan intern intansi-intansi
Administrasi Negara : urusan personel dan kesejahteraan pegawai negeri, urusan
keuangan operasional sehari-hari, urusan materiil, alat perlengkapan dan gedung-
gedung serta perumahan, urusan komunikasi dan tranportasi intern dan
sebagainya. Rumah Tangga Ekstern adalah hal-hal dan urusan-urusan yang
tadinya diselenggarakan oleh masyarakat sendiri, namun karena berbagai sebab
atau perhitungan dioper oleh Negara melalui pembentukan dinas-dinas dan
lembaga-lembaga.11
Aparatur yang menyelenggarakan tugas kegiatan-kegiatan kenegaraan di
bawah pimpinan pemerintahan. Istilah Administrasi Negara dalam arti luas, yang
terdiri atas:
1. Administrasi (Pemerintah) Pusat; 2. Administrasi (Pemerintah) Wilayah; 3. Administrasi (Pemerintah) Daerah;
10 Ibid. hal. 44.
11 Prajudi, Atmosudirjo. op. cit. hal. 44.
12
4. Administrasi Badan-badan Usaha-usaha Negara; 5. Administrasi (Pemerintah) Desa.12
Hukum Administrasi Negara adalah Hukum mengenai pemerintah di
dalam kedudukan, tugas dan fungsinya sebagai Administrator Negara. Pemerintah
adalah keseluruhan dari pada Jabatan-jabatan (Pejabat-pejabat) di dalam suatu
Negara yang mempunyai tugas dan wewenang politik negara serta pemerintahan.
Pemerintah dari pada suatu negara modern mempunyai lima fungsi pokok, yakni;
1. Mengembangkan dan menegakan Persatuan Nasional dan Teritorial, 2. Mengembangkan kebudayaan Nasional yang seserasi-seserasinya semua
kebudayaan suku, regional, daerah, dan sebagainya agar terdapat kehidupan Bangsa dan Masyarakat yang rukun, sejahtera, dan makmur.
3. Pemerintahan Pemerintahan adalah tugas dan kegiatan-kegiatan menegak dan mempergunakan wibawa dan kekuasaan Negara, terdiri dari kegiatan-kegiatan: a. Pengaturan perundang-undangan, b. Pembinaan masyarakat negara, c. Kepolisian, dan d. Peradilan
4. Administrasi Negara Administrasi Negara adalah tugas dan kegiatan-kegiatan : a. Melaksanakan dan menyelenggarakan kehendak-kehendak (strategi)
serta keputusan-keputusan Pemerintah secara nyata (implementasi). b. Menyelenggarakan undang-undang (menurut pasal-pasalnya) sesuai
dengan peraturan-peraturan pelaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
5. Bisnis (niaga) Bisnis bukan dagang. Bisnis adalah kegiatan-kegiatan yang teratur (organized) dan melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat sambil mencipta dan memperoleh pendapatan (income, revenue).13
2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara
Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu
Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan
12 Ibid. hal. 79.
13 Ibid. hal. 12.
13
Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan
mana bersumber dari kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi.
Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (Individu/Privat) tetapi ada pula
yang bersifat umum (Publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang
jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan
terhadap siapa orang itu berhubungan.
Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap-tiap hubungan di antara
Negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak
dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang
mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat
perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum
Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau
perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan
warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.14 Sedangkan Hukum Privat adalah
hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau
mengatur kepentingan individu, seperti Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain
sebagainya.15
Dengan demikian Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari
Hukum Publik Karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah
14 R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Grafik. Jakarta, 1992, hal. 195. 15 Ibid, hal. 200.
14
kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan
nasional (bangsa), masyarakat dan negara.
3. Peranan
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status).16 Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban
sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan setiap
orang mempunyai keanekaragaman yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan masyarakat kepadanya, peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
Menurut Astrid Susanto, peranan dibagi dalam tiga hal, yaitu :
1. Peranan meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan merupakan rangkaian yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilaksanakan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.17
Faktor yang menentukan peranan yang akan dilakukan ditentukan oleh:
a. Norma yang berlaku dalam situasi interaksi, yang sesuai dengan norma keseragaman yang berlaku pada kelompok-kelompok masyarakat dalam situasi yang sama.
b. Apabila norma itu jelas, maka dapat dikatakan adanya kemungkinan besar untuk menjalankan.
c. Apabila individu dihadapkan pada situasi lebih dari satu norma yang dikenalnya, maka dia akan berusaha untuk mengadakan kompromi dan modifikasi diantara norma-norma itu.
16 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta. 1990, hal. 220.
17 Astrid Soesanto. Dasar-Dasar Sosiologi dan Pengantar Sosial. Bina Cipta. Jakarta. 1983, hal. 23.
15
Peranan juga merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang atau suatu
kelompok (organisasi) tertentu yang menjadi bagian atau memegang unsur
pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa sebagai akibat
dari kedudukan dalam struktur.18
B. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kewenangan kepada
daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Hal ini sesuai dengan apa yang
dirumuskan dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu :
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Hal lain yang dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 18 Undang-Undang
Dasar 1945 dan penjelasanya, adalah bahwa Negara Republik Indonesia adalah
Negara Kesatuan dengan sistem desentralistik, desentralisasi merupakan suatu
sendi susunan organisasi negara yang diterima dan disepakati oleh para
pembentuk Negara Republik Indonesia. Penentu pilihan sebagai negara kesatuan
dengan sistem desentralistik inilah yang membawa konsekuensi adanya urusan-
18 Oksy Hariatmadi. “ Skripsi Peranan Dinas Pendidikan Dalam Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi di Kabupaten Temanggung. Purwokerto. Fakultas Hukum UNSOED. 2012, hal 45.
16
urusan pemerintahan yang harus didelegasikan kepada satuan pemerintah yang
lebih kecil.19
Setiap Negara, betapapun kecilnya harus membagi wilayahnya dalam
bagian yang lebih kecil untuk mencapai penyelenggaraan pemerintahan secara
efisien. Bagian wilayah tersebut biasanya disebut Daerah atau Wilayah. Dengan
demikian, Daerah/Wilayah dibentuk oleh Negara, dan bukan sebaliknya.
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dibagi pula dalam daerah yang lebih
kecil menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah menjadi efektif dan efisien.
Pengertian mengenai Pemerintahan Daerah terkandung dalam Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagai berikut,
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 angka
3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah :
Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
Penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Prinsip
19 Muhammad Fauzan. Hukum Pemerintah Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Stain Press. Purwokerto. 2010, hal 2.
17
otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah
diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar
yang menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun yang menjadi
urusan pemerintah pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945, asas Pemerintahan
Daerah adalah asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.
a. Asas desentralisasi
Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Asas desentralisasi ini sebagai hubungan hukum keperdataan, yakni
penyerahan sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagian hak, dengan
objek hak tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan
hak pemerintah tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan objek hak
berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan
pemerintahan. Pemberian hak ini, senantiasa harus dipertanggungjawabkan
kepada si pemilik hak dalam hal ini Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dan
DPRD sebagai kekuatan reprensentasif rakyat di daerah.20
20 Siswanto Sunarno. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. 2006, hal. 7.
18
b. Asas dekonsentrasi
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merumuskan
bahwa :
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada intansi vertikal di
wilayah tertentu.
Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang pemerintahan yang
sebenarnya kewenangan itu ada di tangan pemerintah pusat, yakni menyangkut
penetapan strategi kebijakan dan pencapaian program kegiatanya, diberikan
kepada gubernur atau instansi vertikal di daerah sesuai arahan kebijaksanaan
umum dari pemerintah pusat, sedangkan sektor pembiayaan tetap dilaksanaan
oleh pemerintah pusat.21
c. Asas tugas pembantuan
Pengertian asas tugas pembantuan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 9
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa:
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Asas tugas pembantuan adalah tugas yang diberikan dari instansi atas
kepada instansi bawahan yang ada di daerah sesuai arah kebijakan umum yang
ditetapkan oleh instansi yang memberikan penugasan, dan wajib
mempertanggungjawabkan tugasnya itu kepada instansi yang memberikan
21 Ibid. hal. 8.
19
penugasan. Dalam asas tugas pembantuan ini, telah tersirat dan tersurat bahwa
tugas pembantuan kepada desa merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.22
2. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah diatur pada Pasal 1 angka 5 yang menegaskan sebagai
berikut:
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 1 angka 6 selanjutnya menegaskan tentang pengertian daerah otonom
sebagai berikut :
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengertian otonomi daerah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
didefinisikan sebagai berikut:
Pengertian “ otonom” secara bahasa adalah berdiri sendiri” atau “dengan pemerintahan sendiri”. Sedangkan “daerah” adalah suatu “wilayah” atau “lingkungan pemerintah”. Dengan demikian pengertian secara istilah “otonomi daerah” adalah “wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri.
22 Ibid. hal. 9.
20
HAW. Widjaja mengemukakan pendapatnya tentang pengertian otonomi
daerah sebagai berikut :
Otonomi daerah juga dapat diartikan sebagai kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.23
Pengertian daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri,
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.24 Berdasarkan rumusan
tersebut dalam daerah otonom terdapat unsur-unsur sebagai berikut.
1. Unsur (elemen ) batas wilayah Sebagai kesatuan masyarakat hukum, batas suatu wilayah adalah sangat menentukan untuk kepastian hukum bagi pemerintah dan masyarakat dalam melakukan interaksi hukum, misalnya dalam penetapan kewajiban tertentu sebagai warga masyarakat serta pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap fungsi pelayanan umum pemerintahan dan peningkatan kesejahteraan secara luas kepada masyarakat setempat. Di sisi lain, batas wilayah ini sangat penting apabila ada sengketa hukum yang menyangkut wilayah perbatasan antar daerah. Dengan perkataan lain, dapat dinyatakan bahwa suatu daerah harus mempunyai wilayah dengan batas-batas yang jelas sehingga dapat dibedakan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya.
2. Unsur (elemen) pemerintahan Eksistensi pemerintahan di daerah, didasarkan atas legimitasi undang-undang yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, untuk menjalankan urusan pemerintah yang berwenang mengatur berdasarkan kreativitasnya sendiri. Elemen pemerintahan daerah adalah meliputi pemerintah daerah dan lembaga DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
3. Unsur masyarakat
23 HAW. Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003, hal. 76.
24 Siswanto Sunarno. op. cit. hal. 6.
21
Masyarakat sebagai elemen pemerintahan daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum, baik gemeinschaft maupun gesselsschaft jelas mempunyai tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat yang turut mewarnai sistem pemerintahan daerah, mulai dari bentuk berpikir, bertindak, dan kebiasaan tertentu dalam kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk partisipasi budaya masyarakat antara lain gotong royong, permusyawaratan, cara menyatakan pendapatan dan pikiran yang menunjang pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pelayanan pemerintahan.25
3. Perangkat Daerah
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD,
dinas daerah dan lembaga teknis daerah, sedangkan perangkat daerah
kabupaten/kota, terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Sekretariat daerah yang
dipimpin oleh seseorang sekretaris daerah, mempunyai tugas dan kewajiban
membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas
daerah dan lembaga teknis daerah.26
Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris DPRD yang diangkat dan
diberhentikan oleh kepala daerah dengan persetujuan DPRD. Sekretariat DPRD
mempunyai tugas, yakni
1. Menyelenggarakan administrasi kesekretarian DPRD; 2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD; 3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; 4. Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
25 Ibid. hal. 7.
26
Ibid. hal. 75.
22
Secara teknis operasional sekretaris DPRD bertanggung jawab kepada
Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada kepala
daerah melalui sekretaris daerah.
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Adapun
lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk
badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.
Kecamatan merupakan unsur bagian dari pemerintahan kabupaten/kota
yang dalam melaksanakan tugasnya memperoleh limpahan sebagian wewenang
bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Di samping
itu, kecamatan juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi;
a. Menggoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum; c. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan penegakan peraturan
perundang-undangan; d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan; f. Membina penyelenggaraan pemerintah desa/kelurahan; g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah desa/kelurahan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan peraturan daerah.
Kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
bupati/walikota. Selain itu kelurahan mempunyai tugas, yakni
1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; 2. Pemberdayaan masyarakat; 3. Pelayanan masyarakat; 4. Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; 5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
23
C. Pengertian Hukum Pajak
1. Pengertian Pajak
Definisi Pajak menurut Adrian Sutedi yang dimaksud dengan pajak
adalah:
Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada negara, tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.27
Pajak merupakan penerimaan negara, sebagaimana dikemukakan oleh
Santoso Brotodiharjo sebagai berikut :
Pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkanya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak).28
Pajak menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah :
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah, yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun unsur-unsur pajak sebagai berikut :
a. Iuran dari rakyat kepada negara. Artinya bahwa yang berhak memungut pajak hanyalah negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuasaan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
27 Adrian Sutedi. Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah. Ghalia Indonesia. Jakarta 2008, hal. 8.
28 Santoso Brotodiharjo. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama. Bandung. 1998, hal. 1.
24
c. Tanpa jasa atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.29
Definisi pajak, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak, yaitu sebagai berikut.
a. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
b. Pembayaran pajak harus masuk kepada kas negara, yaitu kas pemerintah pusat atau kas pemerintah daerah (sesuai dengan jenis pajak yang dipungut).
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang diperoleh si pembayar pajak). Dengan kata lain, tidak ada hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontraprestasi secara individu.
d. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan manifestasi kontraprestasi dari negara kepada para pembayar pajak.
e. Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang menurut peraturan perundang-undangan pajak dikenakan pajak.
f. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan. Artinya wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran pajak, dapat dikenakan sanksi, baik sanksi pidana maupun dengan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.30
Sistem pemungutan pajak berkaitan dengan kewenangan dan tanggung
jawab untuk menghitung besarnya pajak yang terutang. Berkenaan dengan sistem
pemungutan pajak, terdapat beberapa sistem yakni sebagai berikut
a. Self Assesment Self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Dalam tata cara ini, kegiatan pemungutan pajak diletakan kepada aktivitas dari masyarakat sendiri, yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk: 1. Menghitung sendiri pajak yang terutang; 2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;
29 Mardiasmo. Perpajakan.Andi Ofset. Yogyakarta. 2002, hal. 1.
30 Marihot P, Siahaan. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005, hal. 8.
25
3. Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar;dan 4. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Syarat-syarat sistem self assessment dapat berhasil dengan baik, apabila terdapat: 1. Adanya kepastian hukum; 2. Sederhana perhitunganya; 3. Mudah melaksanakanya; 4. Lebih adil dan merata; 5. Perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.
b. Official Assesment Official assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana aparatur pajak yang menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang terutang. Dalam sistem ini, inisiatif sepenuhnya ada pada aparatur pajak, atau kegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak sepenuhnya ada pada aparatur pajak. Sistem ini berhasil dengan baik kalau aparatur perpajakan, baik kualitas maupun kuantitasnya, telah memenuhi kebutuhan.
c. Withholding System Withholding system adalah penghitungan, pemotongan, pembayaran serta pelaporan pajak yang dipercayakan kepada pihak ketiga oleh pemerintah (semi self assesment).31
Wewenang pemungutan pajak tidak hanya berada pada pemerintah pusat,
tetapi ada sebagian pajak yang diserahkan kepada pemerintah daerah, yaitu
sebagai pajak daerah. Sumitro juga merumuskan tentang pengertian pajak daerah
yaitu sebagai berikut:
Pajak lokal atau pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah-
daerah swatantra seperti provinsi, kotapraja, kabupaten dan sebagainya.32
2. Asas- asas pemungutan Pajak
Asas-asas pemungutan Pajak yang dikenal dengan The Four Cannons atau
The Four Maxims dengan uraian sebagai berikut :
31 Adrian Sutedi. op. cit. hal. 33.
32 Rohmat Soemitro. Pajak dan Pembangunan. PT. Eresco. Bandung. 1974, hal. 29.
26
a. Equality Pembebanan Pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan
kemampuanya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di bawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equality ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama Wajib Pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan yang sama Wajib Pajak harus diperlakukan sama.
b. Certainty Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal
kompromi (not arbitrary). Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayaranya.
c. Convinience of Payment Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak,
yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan yang dikenakan pajak.
d. Economic of Collections Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat (seefisien) mungkin,
jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.33
3. Teori-teori pembenaran pemungutan Pajak
Beberapa teori yang memberikan dasar pembenaran (justification) untuk
menjawab berbagai perdebatan yang ada di kalangan para sarjana dan pemikir
masalah pemungut pajak mengenai apakah negara dibenarkan memungut pajak
dari rakyat. Bahwa hukum pajak harus mengabdi kepada keadilan. Keadilan inilah
yang kita namakan asas menurut falsafah hukum (recht filosofi) yaitu “The Four
Maxim”. Untuk memberi dasar menyatakan keadilanya, di bawah ini diterangkan
teori-teori pajak dari zaman ke zaman.
a. Teori Asuransi Adalah termasuk dalam tugas negara untuk melindungi orang dan segala kepentinganya: keselamatan dan keamanan jiwa, juga harta bendanya. Sebagaimana juga halnya dengan setiap perjanjian asuransi (pertanggungan), maka untuk perlindungan tersebut. Diperlukan
33 Erly Suandy. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta. 2005, hal 28.
27
pembayaran premi, dan di dalam hal ini, pajak inilah yang dianggap sebagai preminya, yang pada waktu-waktu yang tertentu harus dibayar oleh masing-masing. Walaupun perbandingan dengan perusahaan asuransi tidak tepat, karena : (1) dalam hal timbul kerugian, tidak adanya suatu penggantian dari negara, (2) antara pembayaran jumlah-jumlah pajak dengan jasa-jasa yang diberikan oleh negara, tidaklah terdapat hubungan yang langsung, namun teori ini oleh para penganutnya dipertahankan, sekedar untuk memberi dasar hukum kepada pemungutan pajak saja. Karena pincangnya persamaan tadi, yang menimbulkan ketidakpuasan, karena ajaran bahwa pajak adalah bukan retribusi (yang untuk itu orang-orangnya yang membayar berhak mendapatkan kontraprestasi yang langsung), maka makin lama makin berkuranglah jumlah penganut teori ini, sehingga dapat dikatakan tamatlah riwayat kini. Pembayaran pajak tidak dapat disamakan dengan pembayaran premi oleh seseorang kepada perusahaan pertanggungan.
b. Teori Kepentingan Teori ini dalam ajaranya yang semula, hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari penduduk seluruhnya. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah (yang bermanfaat baginya), termasuk juga perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya. Maka sudah selayaknyalah bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara untuk menunaikan kewajibanya, dibebankan kepada mereka itu. Terhadap teori ini pun banyak memajukan sanggahanya, sebab dalam ajaranya pun pajak dikacaukan pula dengan retribusi (untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu perlindungan terhadap harta benda yang lebih banyak harganya daripada harta si miskin, diharuskan pembayaran pajak yang lebih besar pula). Padahal mungkin sekali mungkin si miskin nya dalam perlindungan yang termasuk dalam lapangan jaminan sosial, sehingga sebagai konsekuensi sebetulnya ia harus membayar pajak lebih banyak, dan ini adalah suatu hal yang bertentangan dengan kenyataan. Lagipula untuk mengambil kepentingan seseorang dalam usaha pemerintah sebagai ukuran, semenjak dahulu kala belumlah ada alat-alat pengukurnya, sehingga sukar sekali akan dapat ditentukan dengan tegas. Demikian maka juga makin berkuranglah jumlah sarjana yang mempertahankan teori yang tidak sesuai dengan kenyataan ini.
c. Teori Daya Pikul/Teori Gaya Pikul Teori ini pada hakikatnya mengandung kesimpulan, bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk keperluan ini diperlukan biaya-biaya ini dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu, yaitu dalam bentuk pajak. Yang menjadi pokok pangkal teori ini pun adalah asas keadilan, yaitu tekanan pajak itu haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut gaya pikul seseorang, dan sekedar untuk mengukur gaya pikul ini, dapatlah dipergunakan, selain besarnya penghasilan dan kekayaan, juga
28
pengeluaran atau pembelanjaan. Hingga kini teori ini masih dipertahankan oleh kebanyakan sarjana terkemuka dalam lapangan hukum pajak. Asas ini sangat terkenal, tetapi mengenai seluk beluknya sering sekalilah timbul salah paham, bahkan diantara para sarjana hukum lainya.34
D. Retribusi
1. Pengertian Retribusi
Pengertian retribusi menurut Rohmat Soemitro, yang dimaksud dengan
retribusi adalah:
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menerima balas jasa dari negara. Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara. Dengan kata lain, retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara atau merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk.35
Retribusi menurut Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka terlihat ciri-ciri retribusi adalah
sebagai berikut:
1. Retribusi dipungut oleh negara 2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis 3. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk
34 Santoso Brotodiharjo. op. cit. hal. 31.
35
Rohmat Soemitro. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Rineka Cipta. Jakarta. 1979, hal. 17.
29
4. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan/ mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara.36
Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di
Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan.
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah. 3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa)
secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.37
2. Perbedaan Retribusi dan Pajak
Dari penjelasan mengenai pengertian Pajak dan Retribusi maka dapat
ditarik kesimpulan mengenai perbedaan antara Pajak dan Retribusi adalah sebagai
berikut:
a. Kontra prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk secara langsung dan secara individu dan golongan tertentu sedangkan pada pajak pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara langsung.
b. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran, yaitu pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk umum, seluruh rakyat menikmati balas jasa, baik yang membayar pajak maupun yang dibebaskan dari pajak. Sebaliknya pada retribusi balas jasa negara/pemerintahan berlaku khusus, hanya dinikmati oleh pihak yang telah melakukan pembayaran retribusi.
c. Sifat pemungutanya. Pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sedangkan retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk.
d. Sifat pelaksanaanya. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan yang berlaku umum dan dalam pelaksanaan dapat dipaksakan, yaitu setiap
36 Josef Riwu Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.2002, hal 153.
37
Marihot P, Siahaan. op. cit. hal. 7.
30
orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari pemerintah harus membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi bersifat ekonomis sehingga pada hakekatnya diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk membayar atau tidak. Hal ini berbeda dengan pajak. Sifat paksaan pajak adalah yuridis, artinya bahwa setiap orang yang melanggarnya akan mendapat sanksi hukuman, baik sanksi pidana maupun denda.
e. Lembaga atau badan pemungut. Pajak dapat dipungut oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah sedangkan retribusi hanya dipungut oleh pemerintah daerah.38
3. Jenis Retribusi
Objek Retribusi diatur dalam Pasal 108 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
(1) Objek Retribusi adalah :
a. Jasa Umum;
b. Jasa Usaha; dan
c. Perizinan tertentu.
Pengertian Objek Retribusi Jasa Umum diatur dalam Pasal 109 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
Badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum diatur dalam Pasal 110 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; b. Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan; c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil;
38 Ibid. hal. 11.
31
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f. Retribusi Pelayanan Pasar; g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i. Retribusi Pengganti Biaya Cetak Peta; j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; k. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Sedangkan pengertian Objek Jasa Usaha diatur dalam pasal 126 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi :
a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan; d. Retribusi Terminal; e. Retribusi Tempat Khusus Parkir; f. Retrbusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/villa; g. Retribusi Rumah Potong Hewan; h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; j. Retribusi Penyeberangan Air; dan k. Retribusi Penjualan Usaha Daerah.
Pengertian Objek Perizinan tertentu diatur dalam Pasal 140 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah:
32
Pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu diatur dalam Pasal 141 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol; c. Retribusi Izin Gangguan; d. Retribusi Izin Trayek; dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Pasal 150 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, menyatakan jenis retribusi lain yang ditetapkan dalam Pasal
110 ayat (1), Pasal 127, dan Pasal 141 sepanjang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Retribusi Jasa Umum 1) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan
Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perzinan Tertentu; 2) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi; 3) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan
yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;
4) Jasa tersebut layak dikenakan retribusi; 5) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraanya; 6) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan 7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut
dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik. b. Retribusi Jasa Usaha
1) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bukan Retribusi Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan
33
2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu 1) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi; 2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi
kepentingan umum; dan 3) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin
tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai retribusi perizinan.
4. Pengertian Retribusi Pasar
Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis
Retribusi Jasa Umum yang keberadaanya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pengertian retribusi pasar yang termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal
116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah :
(1) Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar tradisional /sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Dalam melaksanakan retribusi jasa umum harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu.
2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentratralisasi.
3. Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.
34
4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi. 5. Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien serta
merupakan satu sumber pendapatan daerah yang potensial. 6. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut
dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.39 Selain mempunyai kriteria yang dikemukakan di atas, retribusi pasar juga
mempunyai objek yang sama dengan retribusi jasa umum lain yaitu pelayanan
yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau golongan.
Sedangkan subjek retribusi ini adalah pengguna jasa pelayanan pasar. Prinsip dan
sasaran dalam penetapan tarif didasarkan pada kebijakan daerah yang
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan.
Retribusi pasar merupakan salah satu jenis retribusi yang dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Seperti yang tercantum dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar. Di
dalam Peraturan Daerah tersebut retribusi pasar digolongkan sebagai Retribusi
Jasa Umum, oleh karena itu retribusi pasar termasuk dalam Retribusi Jasa Umum.
Pengertian Pasar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut:
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual dimana dalam pasar
tersebut terjadi transaksi antar pembeli dan penjual. Pasar adalah tempat orang
berjual beli.
39 Ibid. hal .438.
35
Retribusi pasar dirasakan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
Pendapatan Asli Daerah. Karena jumlah pasar yang cukup banyak, dan di dalam
pasar tersebut terjadi transaksi setiap harinya dan bagi yang melakukan transaksi
atau kegiatan jual beli pasar dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut
sebagai tempat transaksi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun
2009 tentang Retribusi Pasar, pengertian pasar yang terdapat pada Pasal 1 angka
12 yang dimaksud pasar adalah:
Pasar adalah pasar daerah yang ada di daerah termasuk di dalamnya
bangunan-bangunan beratap maupun tanah-tanah lapang yang termasuk dalam
lingkungan pasar sebagai tempat jual beli secara teratur, langsung
memperdagangkan barang atau jasa.
Selanjutnya pengertian dari Retribusi Pasar. Dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal
1 angka 7 dijelaskan bahwa:
Retribusi Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi penyediaan fasilitas pasar
yang berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK serta Fasilitas Perpasaran.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun
2009 tentang Retribusi Pasar maka pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Wonosobo meliputi penyediaan fasilitas pasar yang terdiri dari Kios, Los,
Pelataran, MCK dan Fasilitas Perpasaran.
36
Berdasarkan Pasal 1 angka 17 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo
Nomor 10 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Kios adalah:
Kios adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan tertutup
sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat menyimpan dan memasarkan
barang dagangan dimana setiap petak kios dibatasi dengan dinding tembok
dan atau kayu yang dilengkapi dengan pintu.
Pengertian Los diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pasal 1 angka 18 adalah:
Los adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan terbuka
sehingga hanya dapat memasarkan barang dagangan, dimana setiap los terdiri
dari beberapa petak dan masing-masing petak diberi tanda batas yang mudah
dilihat dan dimengerti oleh semua orang yang berkepentingan.
Pengertian Pelataran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 19
dijelaskan bahwa:
Pelataran terbuka adalah bagian bangunan pasar yang bersifat terbuka
tanpa atap dan hanya dapat dipergunakan memasarkan barang, jasa dan
bongkar muat.
Selanjutnya Pengertian Fasilitas Perpasaran diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1
angka 9 adalah:
Fasilitas Perpasaran adalah tempat jual beli umum di luar pasar yang
merupakan tempat usaha berupa banguan tetap maupun tidak tetap dan bukan
37
milik Pemerintah Daerah yang mendapat pengaruh langsung karena adanya
sarana dan prasarana yang disediakan Pemerintah daerah.
Wajib Retribusi diatur dalam Peraturan Daerah Wonosobo Nomor 10
Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pada Pasal 1 angka 10 adalah:
Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan
Daerah ini ditetapkan untuk melaksanakan pembayaran Retribusi Daerah.
Obyek dan subyek retribusi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 diatur pada Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 3
menentukan obyek retribusi sebagai berikut:
(1). Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan Fasilitas Pasar oleh Pemerintah Daerah berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK (mandi cuci kakus).
(2). Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan Fasilitas Pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009
tentang subyek retribusi adalah:
Subyek retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan
fasilitas pasar yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
BAB III
METODE PENELITIAN
Kata Metode dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara yang
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercipta hasil
yang baik seperti yang dikehendaki, sedangkan kata Penelitian didefinisikan
sebagai pencarian, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, suatu objek yang
dilakukan berdasarkan teori serta cara-cara yang sistematis untuk memperoleh
jawaban atas suatu masalah yang bersifat keilmuan, atau untuk menguji hipotesis
dalam pengembangan prinsip-prinsip umum. Jadi metode penelitian dapat
diartikan sebagai cara-cara yang digunakan untuk melakukan penelitian agar
mendapat hasil penelitian yang memuaskan dan sesuai tujuan yang dikehendaki.
Metode adalah suatu cara untuk menemukan jawaban akan sesuatu hal.
Cara penemuan tersebut sudah tersusun dalam langkah-langkah tertentu yang
sistematis.40 Jadi dengan kata lain metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Penelitian pada umumya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan,
atau menguji kebenaran dari suatu pengetahuan. Menemukan berarti memperluas
dan menggali lebih dalam sesuatu yang telah ada. Menguji kebenaran dilakukan
jika apa yang sudah ada masih atau menjadi diragukan kebenaranya.41 Dengan
demikian, setiap penelitian berangkat dari ketidaktahuan dan berakhir pada
40 Soerjoeno Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat). CV Rajawali. Jakarta. 1986, hal 1.
41 Ronny Hanitijo Soemitro . Metode Penelitian Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1990,
hal. 15.
39
keraguan, dan tahap selanjutnya berangkat dari keraguan dan berakhir pada suatu
hipotesis.42
Suatu Penelitian perlu didukung oleh metode yang baik dan benar, agar
diperoleh hasil yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.
Dengan kata lain metode harus ada dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian
hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode yang
berupa cara berpikir dan berbuat untuk persiapan penelitian, sistematika, dan
pemikiran tertentu yang mempelajari satu atau lebih gejala hukum tertentu dengan
cara menganalisanya.
A. Metode Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu
pendekatan yang menggunakan konsep legalistis positifis yang memandang
hukum identik dengan norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga
atau pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini memandang hukum sebagai
sistem normatif yang bersifat otonom, tertulis dan terlepas dari kehidupan
masyarakat.43
Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis
normatif, maka pendekatan yang digunakan ialah pendekatan perundang-
undangan (statue approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.
42 Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2004, hal. 19.
43 Ronny Hanitijo Soemitro. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1986, hal. 13.
40
Selain itu juga digunakan pendekatan lain yang diperlukan guna memperjelas
analisis ilmiah yang diperlukan dalam penelitian normatif.44
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi
penelitian Preskriptif, yaitu suatu penelitian yang menetapkan standar prosedur,
ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum, sehingga
apa yang senyatanya berhadapan dengan apa yang seharusnya agar dapat memberi
rumusan tertentu.45
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan
Pusat Universitas Jenderal Soedirman, Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman dan Intansi yang terkait dengan obyek
penelitian yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan hukum ini ada dua macam, yaitu:
1. Data Sekunder
Data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan hukum tersier, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer
44 Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Bayumedia
Publishing. Malang. 2006, hal. 95.
45 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum Normatif. Kencana. Jakarta. 2005, hal 22.
41
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, terdiri
dari:
1) Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945
2) Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan penelitian ini,
yaitu:
a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
c) Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009
tentang Retribusi Pasar
d) Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan
Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, antara lain:
1) Pustaka di bidang hukum.
2) Artikel-artikel ilmiah, baik dari koran maupun internet,
3) Hasil penelitian yang ada hubunganya dengan permasalahan yang
diteliti.
42
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa:
1) Kamus hukum
2) Ensiklopedia
2. Data Primer
Data primer berupa keterangan-keterangan dari pihak atau staf yang bidang
kerjanya berkaitan dengan masalah yang diteliti di lingkungan kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan cara studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan-
bahan kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, literatur dan
dokumen yang ada relevansinya dengan permasalahan yang diteliti yang
dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman, Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan Pusat Universitas
Jenderal Soedirman, yang selanjutnya dikaji secara keseluruhan.
2. Data Primer
Data yang diperoleh dari cara interview atau wawancara dengan pihak terkait
dengan masalah yang diteliti pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo.
43
F. Metode Penyajian Data
Metode penyajian data dalam penyusunan penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk uraian secara sistematis, logis dan rasional. Dalam arti keseluruhan
data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainya disesuaikan
dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan
yang utuh didasarkan pada norma hukum atau kaidah-kaidah hukum serta doktrin
hukum yang relevan dengan pokok permasalahan.
G. Analisis Data
Seluruh data yang telah terkumpul secara lengkap dari hasil penelitian
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis normatif kualitatif.
Normatif, karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan perundang-undangan
yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan kualitatif yaitu
menghubungkan paparan hasil penelitian yang tersistematis tersebut dengan yang
didapat dari teori hukum, postulat hukum, serta hukum positif, untuk dapat
menjelaskan permasalahan secara ilmiah dan bukan dalam bentuk angka-angka.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
1. Data Sekunder
1.1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Setiap Negara, betapapun kecilnya harus membagi wilayahnya dalam
bagian yang lebih kecil untuk mencapai penyelenggaraan pemerintahan secara
efisien. Bagian wilayah tersebut biasanya disebut Daerah atau Wilayah. Dengan
demikian, Daerah/Wilayah dibentuk oleh Negara, dan bukan sebaliknya.
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dibagi pula dalam daerah yang lebih
kecil menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah menjadi efektif dan efisien.
Pengertian mengenai Pemerintahan Daerah terkandung dalam Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagai berikut,
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 angka
3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah :
45
Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
Penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Prinsip
otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah
diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar
yang menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun yang menjadi
urusan pemerintah pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945, asas Pemerintahan
Daerah adalah asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.
a. Asas desentralisasi
Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Asas dekonsentrasi
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merumuskan
bahwa :
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada intansi vertikal di
wilayah tertentu.
46
c. Asas tugas pembantuan
Pengertian asas tugas pembantuan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 9
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa:
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Pengertian otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah diatur pada Pasal 1 angka 5 yang menegaskan sebagai
berikut:
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 1 angka 6 selanjutnya menegaskan tentang pengertian daerah otonom
sebagai berikut :
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
Sejalan dengan pemberian urusan kepada Pemerintahan Daerah termasuk
sumber keuanganya untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah salah satunya
melalui retribusi. Retribusi merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah,
selain Pajak Daerah. Pengertian Retribusi menurut Pasal 1 angka 64 Undang-
47
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
adalah:
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.
Diantara macam-macam retribusi daerah, retribusi pasar dirasakan
memberi kontribusi yang cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Karena di
dalam pasar tersebut terjadi transaksi setiap harinya dan yang melakukan kegiatan
jual beli pasar dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut sebagai tempat
transaksi.
Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis
Retribusi Jasa Umum yang keberadaanya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pengertian retribusi pasar yang termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal
116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah :
(1) Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar tradisional /sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Retribusi Pasar termasuk ke dalam golongan retribusi jasa umum yaitu
retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
48
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan.
1.3 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Retribusi Pasar
a. Pengertian Retribusi Pasar
Retribusi Pasar merupakan salah satu jenis retribusi yang dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Seperti yang tercantum dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar. Di
dalam Peraturan Daerah tersebut retribusi pasar digolongkan sebagai Retribusi
Jasa Umum, oleh karena itu retribusi pasar termasuk dalam Retribusi Jasa Umum.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun
2009 tentang Retribusi Pasar, pengertian pasar yang terdapat pada Pasal 1 angka
12 yang dimaksud pasar adalah:
Pasar adalah pasar daerah yang ada di daerah termasuk di dalamnya
bangunan-bangunan beratap maupun tanah-tanah lapang yang termasuk dalam
lingkungan pasar sebagai tempat jual beli secara teratur, langsung
memperdagangkan barang atau jasa.
Selanjutnya pengertian dari Retribusi Pasar. Dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal
1 angka 7 dijelaskan bahwa:
Retribusi Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi penyediaan fasilitas pasar
yang berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK serta Fasilitas Perpasaran.
49
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun
2009 tentang Retribusi Pasar maka pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Wonosobo meliputi penyediaan fasilitas pasar yang terdiri dari Kios, Los,
Pelataran, MCK dan Fasilitas Perpasaran.
Berdasarkan Pasal 1 angka 17 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo
Nomor 10 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Kios adalah:
Kios adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan tertutup
sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat menyimpan dan memasarkan
barang dagangan dimana setiap petak kios dibatasi dengan dinding tembok
dan atau kayu yang dilengkapi dengan pintu.
Pengertian Los diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pasal 1 angka 18 adalah:
Los adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan terbuka
sehingga hanya dapat memasarkan barang dagangan, dimana setiap los terdiri
dari beberapa petak dan masing-masing petak diberi tanda batas yang mudah
dilihat dan dimengerti oleh semua orang yang berkepentingan.
Pengertian Pelataran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 19
dijelaskan bahwa:
Pelataran terbuka adalah bagian bangunan pasar yang bersifat terbuka
tanpa atap dan hanya dapat dipergunakan memasarkan barang, jasa dan
bongkar muat.
50
Selanjutnya Pengertian Fasilitas Perpasaran diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1
angka 9 adalah:
Fasilitas Perpasaran adalah tempat jual beli umum di luar pasar yang
merupakan tempat usaha berupa banguan tetap maupun tidak tetap dan bukan
milik Pemerintah Daerah yang mendapat pengaruh langsung karena adanya
sarana dan prasarana yang disediakan Pemerintah daerah.
Wajib Retribusi diatur dalam Peraturan Daerah Wonosobo Nomor 10
Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pada Pasal 1 angka 10 adalah:
Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan
Daerah ini ditetapkan untuk melaksanakan pembayaran Retribusi Daerah.
b. Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009
tentang nama retribusi adalah :
Dengan nama retribusi pasar dipungut sebagai pembayaran atas pelayanan
penyediaan fasilitas pasar bagi setiap orang pribadi atau badan yang menjual
barang dan jasa.
Obyek dan subyek retribusi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 diatur pada Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 3
menentukan obyek retribusi sebagai berikut:
(1). Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan Fasilitas Pasar oleh Pemerintah Daerah berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK (mandi cuci kakus).
51
(2). Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan Fasilitas Pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009
tentang subyek retribusi adalah:
Subyek retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan
fasilitas pasar yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
c. Tarif , masa dan tata cara penetapan retribusi pasar
Prinsip dan sasaran dalam besarnya tarif retribusi didasarkan pada
kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
Besarnya tarif retribusi pasar diatur dalam Pasal 8 Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang Retribusi Pasar adalah sebagai berikut :
1. Tarif Retribusi Pasar
KELAS PASAR
LOKASI/ JENIS
KIOS LOS PELATARAN/ PKL
KET.
RET/M2/ HARI
RET/M2/ HARI
RET/M2/ HARI
I 1 2 3
120,00 90,00 80,00
90,00 70,00 80,00
300,00 Masa Penarikan Retribusi Selama 1(satu) bulan untuk 30 (tiga puluh) hari
II 1 2 3
100,00 90,00 80,00
90,00 70,00 80,00
300,00
III 1 2 3
80,00 70,00 60,00
70,00 60,00 50,00
200,00
52
2. Untuk Hewan dan Unggas setiap kali masuk ditetapkan sebagai berikut :
NO JENIS RETRIBUSI
1 2 3 4
Ternak Besar Ternak Kecil Pengguna Bongkar Muat (Bardog) Unggas dan sejenisnya
3.000,00/ekor 1.000,00/ekor 500,00/ekor 300,00/ekor
3. Untuk pengguna Fasilitas :
NO FASILITAS JENIS TARIF (Rp) KET. 1 MCK - Buang air kecil
- Buang air besar - Mandi
500,00 1.000,00 1.000,00
Setiap kali Pemakaian
2 Bongkar muat barang
- Kendaraan roda 2 atau lebih
- Kendaraan roda 4
- Kendaraan roda 6 atau lebih
1.000,00 2.500,00 4.000,00
Setiap kali bongkar muat
4. Untuk fasilitas perpasaran, sebagai berikut :
a. Fasilitas Perpasaran Kelas I sebesar Rp. 30,-/m2/hari;
b. Fasilitas Perpasaran Kelas II sebesar Rp. 20,-/m2/hari;dan
c. Fasilitas Perpasaran Kelas III sebesar Rp. 10,-/m2/hari.
5. Tarif Retribusi, izin, daftar ulang, pemindahan, perpanjangan pengguna
tempat dasaran sebagai berikut :
NO JENIS KIOS LOS 1 Izin penggunaan
tempat dasaran baru 500 x tarif retribusi harian x luas
250 x tarif retribusi harian x luas
2 Daftar ulang penggunaan tempat dasaran
Rp 10.000/tahun Rp. 5.000/tahun
3 Balik nama penggunaan tempat dasaran
200 x tarif retribusi harian
100 x tarif retribusi harian x luas
53
4 Balik nama pengguna tampat dasaran dalam keluarga
200 x tarif retribusi harian
100 x tarif retribusi harian x luas
5 Perpanjang tempat dasaran
100 x tarif retribusi harian
50 x tarif retribusi harian x luas
6. Pengguna dasaran yang menambah fasilitas berupa membongkar,
mengubah bangunan dipungut retribusi sebesar Rp. 10.000,-/ satu macam
fasilitas.
Menurut Pasal 13 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10
Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar yang dimaksud dengan masa retribusi dan
saat retribusi terutang adalah sebagai berikut :
(1) Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya ditetapkan secara
harian dan atau bulanan.
(2) Saat retribusi terutang adalah saat diterbitkanya SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau SKRD adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
Selanjutnya tata cara penetapan retribusi diatur dalam Pasal 14 Peraturan
Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang Retribusi Pasar adalah sebagai
berikut :
(1) Penetapan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) ditetapkan oleh Bupati.
54
d. Tata cara pemungutan, pembayaran dan penagihan retribusi pasar
Menurut Pasal 16 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10
tentang Retribusi Pasar, tata cara pemungutan retribusi pasar adalah sebagai
berikut :
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan. (3) Pemungutan retribusi harus dilaksanakan secara tunai/lunas. (4) Dalam hal wajib retribusi tidak mampu membayar retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bupati dapat mengizinkan kepada wajib retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(5) Bupati dapat mengizinkan wajib retribusi untuk menunda pembayaran retribusi terutang sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(6) Tata cara pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh Bupati.
Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. Yang dimaksud dengan
tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan
retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga tetapi bukan berarti
pemerintah daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dalam proses
pemungutan retribusi, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan badan-badan
tertentu karena profesionalismenya layak dipercaya untuk melaksanakan sebagian
tugas pemungutan jenis retribusi dengan lebih efisien. Kegiatan pemungutan
retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah perhitungan
besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan
retribusi.
55
Selanjutnya tata cara pembayaran retribusi pasar diatur dalam Pasal 17 dan
Pasal 18 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang Retribusi
Pasar. Pasal 17 tentang tata cara pembayaran adalah sebagai berikut :
(1) Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD dan atau SKRD tambahan atau dokumen yang dipersamakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2).
(2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1x24 jam setelah hari pasaran atau ditentukan izin oleh Bupati.
(3) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dikenakanlah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (perseratus) setiap bulan dengan menerbitkan STRD.
(4) Dalam hal pembayaran retribusi menunggak selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka izin penggunaan tempat dasaran dicabut oleh pemerintah daerah.
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(perseratus) setiap bulan dengan menerbitkan STRD. STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau
denda.
Sedangkan pada Pasal 18 mengenai tata cara pembayaran retribusi adalah
sebagai berikut :
(1) Setiap pembayaran retribusi baik melalui Kas Daerah maupun tempat
lain yang ditunjuk harus diberikan tanda bukti pembayaran.
(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.
(3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran
retribusi ditetapkan oleh Bupati.
56
Menurut Pasal 19 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10
tentang Retribusi Pasar, tentang tata cara penagihan retribusi pasar adalah sebagai
berikut :
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.
(3) Surat teguran yang dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.
(4) Bentuk-bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang
Retribusi Pasar, mengatur mengenai kedaluwarsa adalah sebagai berikut :
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3(tahun) terhitung saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika: a. diterbitkan surat teguran ; atau b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung; (3) Dalam hal diterbitkanya surat teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, kedaluwarsa dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, adalah wajib retribusi dengan kesadaranya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasi kepada pemerintah daerah.
(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.
57
Pada Pasal 25 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang
Retribusi Pasar, mengenai pelaksanaan dan pengawasan retribusi pasar adalah
sebagai berikut :
(1) Pelaksanaan atas Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Organisasi
Pemerintah Daerah yang menangani bidang perdagangan.
(2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
Satuan Polisi Pamong Praja.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka Dinas Perindustrian dan
Perdagangan adalah Dinas yang berhak mengelola dan melakukan pemungutan
retribusi pasar. Sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut pelaksanaan pemungutan
retribusi pasar dilaksanakan oleh Organisasi Pemerintah Daerah yang menangani
bidang perdagangan yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo. Berdasarkan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008
tentang pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat
Daerah Kabupaten Wonosobo. Peraturan Bupati tersebut mengatur Tugas Pokok
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo adalah untuk
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perindustrian, perdagangan
dan pengelolaan pasar serta pengelolaan administrasi, ketatausahaan dan
pengawasan pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
Dalam hal mengenai pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di
Kabupaten Wonosobo dilaksanakan oleh Kepala Seksi Retribusi Pasar yang
merupakan bagian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Kepala Seksi
Retribusi Pasar mempunyai tugas antara lain :
58
a. Menetapkan prosedur pemberian izin los, kios dan menetapkan bukti
pungut pendapatan pasar;
b. Membuat pedoman penetapan retribusi, penagihan dan melaksanakan
pendataan penetapan tarif pendapatan pasar;
c. Melaksanakan penagihan dan pengaministrasian serta pembukuan dengan
cara melakukan pendataan pedagang pasar;
d. Memberikan pengarahan pelaksanaan pemungutan retribusi, pendataan,
penetapan dan pemberian izin pemakaian los, kios kepada masing-masing
UPTD pasar yang ditugaskan untuk memungut retribusi pasar;
e. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi pasar
yang dilaksanakan masing-masing UPTD Pasar agar sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo
terdiri dari 8 UPTD yakni , UPTD Pasar Induk Wonosobo, Pasar Kejajar, Pasar
Selomerto, Pasar Kertek, Pasar Garung, Pasar Sapuran, Pasar Leksono dan Pasar
Kaliwiro. UPTD yang merupakan bagian dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar mempunyai tugas antara lain :
a. Melaksanakan penataan pasar, penertiban pedagang, pemantauan
kebersihan pasar, perawatan bangunan pasar dan fasilitas umum;
b. Menghimpun permohonan izin dan dispensasi pemanfaaatan kios/los,
peralatan dan bangunan pasar guna memudahkan para pemohon izin;
59
c. Mengadakan pendataan penagihan, penyetoran, dan pelaporan untuk
mengetahui potensi pasar dan jumlah barang berharga, keuangan serta
wajib retribusi.
Standar Operasional Prosedur Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo meliputi :
1. Pelayanan Penerbitan Surat izin Pemakaian Kios/Los
a. Pesyaratan pemohon membawa foto copy KTP 1 lembar dan pas foto
4x6 sebanyak 2 lembar;
b. Pemohon mengajukan ke UPTD masing-masing pasar. Dari masing-
masing UPTD diproses masuk ke Dinas Perindustrian dan
Perdagangan;
c. Waktu pelayanan selama 1 minggu;
d. Biaya Kios yaitu 500 x Tarif x Luas;
e. Biaya Los yaitu 250 x tarif retribusi x luas;
f. Produk izin pemakaian Kios/Los dan pemberian Abonemen.
2. Pelayanan balik nama Kios dan Los
a. Persyaratan pemohon membawa foto copy KTP 1 lembar, pas foto 4x6
2 lembar, surat pelimpahan dari penjual dan pembeli, menyerahkan
izin lama dan lunas administrasi bulan berjalan;
b. Pemohon mengajukan ke UPTD masing-masing pasar, dari masing-
masing UPTD diproses masuk ke Dinas Perindustrian dan
Perdagangan;
c. Waktu pelayanan selama 1 minggu;
60
d. Biaya Kios 1000 x Tarif x Luas;
e. Biaya Los 500 x Tarif x Luas;
f. Produk balik nama pemakaian Kios/Los.
3. Pelayanan Registrasi (Daftar Ulang)
a. Persyaratan penyerahan surat izin Kios/Los;
b. Pemohon mengajukan izin Kios/Los ke UPTD masing-masing pasar
untuk ditanda tangani oleh Kepala UPTD Pasar;
c. Waktu pelayanan selama 1 hari;
d. Biaya daftar ulang penggunaan Kios Rp 10.000/th dan leges;
e. Biaya daftar ulang penggunaan Los Rp 5.000/th dan leges;
f. Produk daftar ulang izin Kios/Los.
4. Pelayanan perpanjangan izin Kios/Los
a. Persyaratan pemohon menyerahkan izin lama yang telah habis masa
berlakunya. Pas foto terbaru 4x6 sebanyak 3 lembar dan lunas
administrasi bulan berjalan;
b. Pemohon mengajukan ke UPTD masing-masing pasar. UPTD
mengajukan surat permohonan ke Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dengan melampirkan surat izin Kios/Los yang telah habis
masa berlakunya;
c. Waktu pelayanan selama 1 minggu;
d. Biaya Kios Tarif x 100 x luas;
e. Biaya Los Tarif x 50 x luas;
f. Surat izin perpanjangan Kios/Los tiap 5 tahun sekali.
61
Mekanisme Kerja Pemungutan Retribusi Pasar Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
1. Wajib retribusi membayar kepada petugas pemungut retribusi pasar;
2. Petugas pemungut retribusi pasar menyetorkan pendapatan retribusi pasar
kepada bendahara dimasing- masing UPTD pasar;
3. Bendahara UPTD pasar menyetorkan hasil pemungutan retribusi pasar
kepada bendahara penerima khusus di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo selama 1 x 24 jam;
4. Bendahara penerima khusus menyetor retribusi pasar ke Kas Daerah (BPD
Jateng cabang Wonosobo).
1.4 Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008, Kedudukan,
Susunan Organisasi, Visi dan Misi, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
1.4.1 Kedudukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo di bidang perindustrian
dan perdagangan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Wonosobo dan Peraturan
Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang pedoman Tugas Pokok dan
Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo
62
1.4.2 Susunan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo
Susunan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan diatur dalam
Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang pedoman Tugas
Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten
Wonosobo.
Bagan 1. Susunan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
KEPALA
SEKRETARIAT SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
PERENCPROG EVALUASI &
SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN
BIDANG PERINDUSTRIAN
SEKSI INDUSTRI AGRO, KIMIA, & HASIL HUTAN
SEKSI INDUSTRI LOGAM, MESIN &
TEKSTIL
SEKSI INDUSTRI ANEKA
BIDANG PERDAGANGA
N
SEKSI INFORMASI
PASAR & PROMOSI
SEKSI DISTRIBUSI &
PERLIND KONSUMEN
SEKSI BINA USAHA
PERDAGANGAN
BIDANG PENGELOLAAN
PASAR
SEKSI PEMELIHARAAN
PASAR
SEKSI RETRIBUSI
PASAR
SEKSI KETERTIBAN & KEBERSIHAN
PASAR
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
63
1. UPTD Pasar induk Wonosobo 5. UPTD Pasar Garung 2. UPTD Pasar Leksono 6. UPTD Pasar Sapuran 3. UPTD Pasar Selomerto 7. UPTD Pasar Kaliwiro 4. UPTD Pasar Kertek 8. UPTD Pasar Kejajar
Susunan Organisasi Dinas Perindutrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
terdiri dari :
1) Kepala Dinas;
2) Sekretariat, terdiri dari :
a) Sub Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Pelaporan;
b) Sub Bagian Keuangan;
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3) Bidang Perindustrian, terdiri dari :
a) Seksi Industri Agro, Kimia dan Hasil Hutan;
b) Seksi Industri Logam, Mesin dan Tekstil;
c) Seksi Industri Aneka.
4) Bidang Perdagangan, terdiri dari :
a) Seksi Informasi Pasar dan Promosi;
b) Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen;
c) Seksi Bina Usaha Perdagangan.
5) Bidang Pengelolaan Pasar, terdiri dari :
a) Seksi Pemeliharaan Pasar;
b) Seksi Retribusi Pasar;
UPTD
64
c) Seksi Ketertiban dan Kebersihan Pasar.
6) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang terdiri 8 UPTD yaitu, UPTD
Pasar Induk Wonosobo, Pasar Kejajar, Pasar Selomerto, Pasar Kertek,
Pasar Garung, Pasar Sapuran, Pasar Leksono dan Pasar Kaliwiro;
7) Kelompok Jabatan Fungsional.
1.4.3 Visi dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo
Sebagai Perangkat Daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam
bidang perindustrian dan perdagangan, visi dan misi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo mengacu sebagai pelaksana visi dan misi
Kabupaten Wonosobo khususnya dalam bidang ekonomi. Visi Kabupaten
Wonosobo adalah “Wonosobo yang semakin maju dan sejahtera”. Dalam
upaya mewujudkan visi tersebut dituangkan dalam beberapa pokok yang menjadi
misi Kabupaten Wonosobo, yaitu :
1. Melanjutkan praktik pemerintahan partisipasif dan demokratis menuju
masyarakat.
2. Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah,
dengan tujuan dan sasaran.
3. Meningkatkan pelayanan sosial dasar masyarakat, dengan tujuan dan
sasaran.
4. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan
daerah, dengan tujuan dan sasaran.
65
5. Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam semua
bidang, dengan tujuan dan sasaran.
Visi dan Misi merupakan upaya pelaksanaan untuk mencapai tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam visi dan misi daerah dalam bidang yang
menjadi pokok dan fungsinya. Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Wonosobo,
maka disusunlah visi dan misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo. Visi menggambarkan tujuan ideal yang ingin dicapai. Misi
menunjukan cara-cara yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan
ideal (visi). Visi dan misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo sebagai berikut :
VISI
1. Terwujudnya industri, perdagangan dan pengelolaan pasar yang maju,
mandiri, tangguh, berdaya saing, serta berperan sebagai tulang punggung
ekonomi daerah.
2. Peningkatan Pengelolaan Pasar dan Pendapatan Pasar menuju kemandirian
daerah.
MISI
1. Pemanfaatan dan penguatan industri, perdagangan dan pengelolaan pasar
yang berdaya saing tinggi melalui berbagai upaya penciptaan iklim usaha
yang kondusif.
2. Mewujudkan Industri, perdagangan, dan pengelolaan pasar sebagai
penggerak utama pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan
66
wawasan lingkungan dengan memperhatikan aspek otonomi daerah,
persaingan sehat dan perlindungan konsumen.
3. Mengembangkan Industri, perdagangan dan pengelolaan pasar yang sehat,
berdaya saing tinggi dengan mengutamakan pengembangan ekonomi
kerakyatan.
4. Pemberdayaan Kelembagaan Industri, perdagangan dan pengelolaan pasar
dalam bidang produksi, distribusi dan jasa khususnya yang menyangkut
produk unggulan Kabupaten Wonosobo secara Profesional.
5. Peningkatan Pelayanan pada wajib retribusi dan pemantapan kegiatan
pengelolaan pasar.
1.4.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo
Tugas Pokok Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
diatur dalam Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah
Kabupaten Wonosobo. Tugas Pokok Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo adalah untuk melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang perindustrian, perdagangan dan pengelolaan pasar serta pengelolaan
administrasi, ketatausahaan dan pengawasan pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis
Dinas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis perindustrian, perdagangan dan pengelolaan
pasar;
67
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
perindustrian, perdagangan, dan pengelolaan pasar;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perindustrian, perdagangan dan
pengelolaan pasar;
4. Pemberian perizinan tertentu;
5. Pengelolaan tata usaha dan rumah tangga dinas;
6. Pelaksanaan pembinaan pegawai dan tenaga fungsional;
7. Pelaksanaan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
1.4.5 Tata Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas mendasarkan pada
kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan oleh Bupati. Tugas pokok masing-
masing diatur dalam Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah
Kabupaten Wonosobo. Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo, yaitu sebagai berikut :
1) Kepala Dinas mempunyai tugas pokok mengelola kewenangan di bidang
perindustrian, perdagangan dan pengelolaan pasar serta pengelolaan
administrasi, ketatausahaan dan pengawasan pelaksanaan Unit Pelaksana
Teknis Daerah.
68
2) Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah di bidang perencanaan program, evaluasi dan pelaporan, keuangan,
umum dan kepegawaian.
3) Kepala Sub Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Program
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang perencanaan program, evaluasi dan pelaporan.
4) Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang keuangan.
5) Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang umum dan
kepegawaian.
6) Kepala Bidang Perindustrian mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang industri, agro, kimia, hasil hutan,
industri logam, mesin dan tekstil serta industri aneka.
7) Kepala Seksi Industri Agro, Kimia, dan Hasil Hutan mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang industri agro,
kimia, dan hasil hutan.
8) Kepala Seksi Industri Logam, Mesin dan Tekstil mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang industri logam,
mesin dan tekstil.
9) Kepala Seksi Industri Aneka mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang industri aneka.
69
10) Kepala Bidang Perdagangan mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang informasi pasar dan promosi,
distribusi dan perlindungan konsumen serta bina usaha perdagangan.
11) Kepala Seksi Informasi Pasar dan Promosi mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang informasi pasar dan
promosi.
12) Kepala Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang distribusi dan
perlindungan konsumen.
13) Kepala Seksi Bina Usaha Perdagangan mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang bina usaha
perdagangan.
14) Kepala Bidang Pengelolaan Pasar mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintah daerah di bidang pemeliharaan pasar, retribusi pasar
serta ketertiban dan kebersihan pasar.
15) Kepala Seksi Pemeliharaan Pasar mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang pemeliharaan pasar.
16) Kepala Seksi Retribusi Pasar mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang retribusi pasar.
17) Kepala Seksi Ketertiban dan Kebersihan Pasar mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang ketertiban dan
kebersihan pasar.
70
18) Kepala Unit Pelaksana Teknik Dinas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas teknis dinas, pemberian bimbingan,
pembinaan, pengamanan, dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas
teknis bidang pengelolaan pasar, dan pengelolaan administrasi serta
ketatausahaan. Terdiri dari 8 (delapan) UPTD Pasar yang kedudukanya
sejajar dengan Kepala Seksi.
19) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas, sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo mempunyai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 94 orang dari jumlah tersebut 50 orang
adalah petugas pemungut retribusi di 8 UPTD Pasar. Jumlah Pegawai Negeri Sipil
dikemukakan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Golongan
Golongan L P Jumlah I II III IV
9 38 30 6
- 6 5 -
9 44 35 6
Jumlah 83 11 94 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
Dari data tabel nomor 1 jumlah Golongan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
paling banyak adalah Golongan II sebanyak 44 orang. Golongan III sebanyak 35
orang, Golongan I sebanyak 9 orang dan Golongan IV sebanyak 6 orang.
71
Tabel 2
Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Pendidikan
Pendidikan L P Jumlah SD 7 - 7 SLTP 12 - 12 SLTA 44 10 54 Sarjana Muda - 1 1 Sarjana 17 1 18 Pasca Sarjana 2 - 2 Jumlah 82 12 94
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
Dari data tabel nomor 2 jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Pendidikan
paling banyak berpendidikan SLTA sebanyak 54 orang, Sarjana sebanyak 18
orang, SLTP sebanyak 12 orang, SD sebanyak 7 orang, Pasca Sarjana sebanyak 2
orang dan berpendidikan Sarjana Muda sebanyak 1 orang.
Setiap pimpinan satuan organisasi dalam lingkungan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo bertanggungjawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahanya serta memberikan bimbingan dan petunjuk bagi
pelaksanaan tugas. Setiap pimpinan satuan organisasi harus menaati
petunjuk/perintah dan bertanggungjawab kepada atasan masing-masing serta
menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. Setiap laporan yang diterima
oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahanya wajib diolah dan dipergunakan
sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan
petunjuk kepada bawahanya. Dalam menyampaikan laporan masing-masing
kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi
yang lain secara fungsional mempunyai hubungan kerja. Dalam melaksanakan
tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh satuan organisasi
72
dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahanya masing-
masing wajib mengadakan rapat berkala.
Para Kepala Bidang dan Ketua Kelompok Jabatan Fungsional pada Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas
berdasarkan laporan tersebut Sekretaris menyusun laporan berkala kepada Dinas.
1.5 Target dan Realisasi Pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten
Wonosobo
Retribusi Daerah merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang mempunyai peranan yang sangat penting dan besar dalam
pelaksaanaan otonomi daerah, karena penerimaan yang besar dari retribusi daerah
dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Retribusi Pasar merupakan
salah satu jenis retribusi yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
Seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10
Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar oleh karena itu Pemerintah Kabupaten
Wonosobo telah berupaya melakukan usaha-usaha dalam pemungutan retribusi
pasar di Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data mengenai target
dan relisasi retribusi pasar Kabupaten Wonosobo selama 6 tahun yaitu dari tahun
2007 sampai dengan 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel target dan
realisasi retribusi pasar dari tahun 2007-2012.
Berikut perkembangan target dan realisasi retribusi pasar tahun anggaran
2007 sampai dengan 2012 :
73
Tabel 1
Tabel Perkembangan Target dan Realisasi Retribusi Pasar
Tahun Anggaran 2007-2012
NO TAHUN TARGET (RP)
REALISASI (RP)
%
1 2007
1.593.275.000 1.668.329.000 105
2 2008 1.104.114.000 1.173.924.000 106
3 2009
1.117.499.000 1.301.276.354 116
4 2010
1.393.865.500 1.409.116.986 101
5 2011 1.578.000.000 1.557.189.918 99
6 2012 1.499.100.000 1.637.498.543 109
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan tabel nomor 1 diketahui bahwa penerimaan retribusi pasar dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 telah memenuhi target yang telah ditentukan,
kecuali pada tahun 2011, dimana target penerimaan retribusi pasar sebesar
Rp.1.578.000.000,00 hanya dapat terealisasi sebesar Rp.157.189.918,00 yang
apabila dipersentasekan sebesar 99%. Pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan
2012 penerimaan retribusi pasar telah memenuhi target yang telah ditentukan.
Peningkatan realisasi retribusi pasar terbesar terjadi pada tahun 2009, dimana
target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp. 1.117.499.000,00 dapat terealisasi
sebesar Rp. 1.301.276.354,00 yang apabila dipersentasikan sebesar 116%.
74
Tabel 2
Tabel Nama Pasar Se Kabupaten Wonosobo
NO KECAMATAN NAMA PASAR DAERAH
1 Wonosobo 1. Induk Wonosobo 2. Wonosobo/Hewan Wonolelo 3. Ikan Sumberan
2 Kertek 1. Kertek 2. Sayur Wringinanom
3 Sapuran 1. Sapuran 2. Randusari
4 Kaliwiro 1. Kaliwiro 2. Wadaslintang 3. Hewan Panggotan
5 Garung 1. Garung 2. Sayur Siwuran
6 Kejajar 1. Kejajar 7 Selomerto 1. Selomerto 8 Leksono 1. Leksono
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan tabel nomor 2 jumlah pasar Kabupaten Wonosobo terdiri dari
8 pasar yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). UPTD Pasar
Wonosobo terdiri dari 3 pasar yakni Pasar Induk Wonosobo, Pasar Hewan
Wonolelo dan Pasar Ikan Sumberan. UPTD Pasar Kertek terdiri dari 2 pasar yakni
Pasar Kertek dan Pasar Sayur Wringinanom. UPTD Pasar Sapuran mempunyai 2
pasar yaitu Pasar Sapuran dan Randusari. UPTD Pasar Kaliwiro terdiri dari 3
pasar yaitu Pasar Kaliwiro, Wadaslintang dan Pasar Hewan Panggotan.UPTD
Pasar Garung terdiri dari Pasar Garung dan Pasar Sayur Siwuran. Sedangkan
UPTD Pasar Kejajar, Selomerto dan Leksono terdiri masing-masing satu pasar.
75
Tabel 3
Tabel Jadwal Hari Pasaran Pasar Daerah Se Kabupaten Wonosobo
NO PASAR HARI PASARAN 1 KERTEK KLIWON PAHING 2 SAPURAN WAGE PAHING 3 GARUNG PAHING KLIWON 4 KEJAJAR LEGI PON 5 SELOMERTO LEGI PON 6 LEKSONO PAHING WAGE 7 KALIWIRO PAHING WAGE 8 WONOSOBO LEGI
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
2. Data Primer
2.1 Kondisi Umum Kabupaten Wonosobo
Kabupaten Wonosobo terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis
Kabupaten Wonosobo terletak antara 70 11’ sampai 70 36’ Lintang Selatan dan 1090
43’ sampai 1100 04’ Bujur Timur. Jarak ibukota Kabupaten Wonosobo ke ibukota
Provinsi Jawa Tengah adalah 120 km dan 520 km dari ibukota Negara (Jakarta)
berada pada rentang 250 dpl-2.250 dpl dengan dominasi pada rentang 500 dpl-
1000 dpl sebesar 50% (persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran tinggi
sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial berada di tengah-
tengah Pulau Jawa dan berada diantara jalur pantai utara dan jalur pantai selatan.
Jaringan Jalan Nasional ruas jalan Buntu-Pringsurat memberi akses dari dan
menuju dua alur strategis nasional.
Secara administratif Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 15 kecamatan
yang terdiri dari 265 desa/kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang
76
- Sebelah Timur : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo
- Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen
Luas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah 98.468 hektare, dengan
kondisi biogeofisik sebagai berikut :
- Kemiringan 30-80 seluas 54,4 hektare
- Kemiringan 30-150 seluas 24.769,1 hektare
- Kemiringan 150-400 seluas 42.173,6 hektare
- Kemiringan >400 seluas 31.829,9 hektare
Luas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah 98,468 hektare atau 984,68
km2, atau 3.03% (persen) dari luas jawa tengah, dengan komposisi tata guna lahan
atas tanah sawah mencakup 18.909,72 ha (18,99%), tanah kering seluas
55.140,80 ha (55,99%), hutan negara 18.909,72 ha (19,18%), perkebunan
negara/swasta seluas 2.764,51 ha (2,80%) dan lainya seluas 2.968,07 ha (3,01%).
Secara administratif terbagi dalam 15 Kecamatan, 256 Desa, dan 29 Kelurahan.
Adapun ke 15 Kecamatan tersebut yaitu (1) Kecamatan Wonosobo (2) Kecamatan
Kalikajar (3) Kecamatan Sapuran (4) Kecamatan Kepil (5) Kecamatan Kertek (6)
Kecamatan Kaliwiro (7) Kecamatan Wadaslintang (8) Kecamatan Leksono (9)
Kecamatan Kalibawang (10) Kecamatan Selomerto (11) Kecamatan Garung (12)
Kecamatan Kejajar (13) Kecamatan Watumalang (14) Kecamatan Mojotengah
(15) Kecamatan Sukoharjo.
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian
lokasi antara 250 m hingga 2.250 m diatas permukaan laut yang terletak di
77
bebatuan prakwaker. Kabupaten ini beriklim tropis yang memiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan, suhu udara rata-rata pada siang hari
24-300 C dan pada malam harinya turun menjadi 200C, namun pada bulan Juli
sampai Agustus turun menjadi 12-150C pada siang malam hari dan 15-200 pada
siang hari. Dengan kondisi yang subur dan memiliki curah hujan rata-rata 3.400
mm dalam 196 hari pertahunnya, wilayah tersebut sangat mendukung untuk
pengembangan pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo.
Sektor pertanian menjadi sektor utama dalam potensi perekonomian
Wonosobo, dalam 4 tahun terakhir ini sektor tersebut telah menyumbang rata-rata
pertahun 48,96% dari PDRB. Hal tersebut disebabkan, karena sebagian
masyarakat Wonosobo bergerak dalam bidang pertanian. Di urutan kedua
diduduki oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi rata-rata 11,12%, di
sektor ini membuat lapangan usaha pada tiap tahunya semakin meningkat lantaran
masyarakat Wonosobo telah mulai menggeluti bidang tersebut. Di posisi terakhir,
lapangan usaha penyumbang terkecil adalah dari sektor pertambangan dan
penggalian, rata-rata dalam 4 tahun terakhir sebesar 0,72% saja, kondisi ini
disebabkan karena sektor tersebut belum tergarap secara maksimal.
Untuk sektor pertanian, Wonosobo memiliki komoditas antara lain padi,
teh, tembakau, kopi dan berbagai jenis sayuran dan tanaman hortikultura. Wilayah
yang memilki suhu udara antara 14,3-26,50C diketahui sangat cocok untuk
pengembangan budaya jamur, carica, papaya, asparagus, dan beberapa jenis kayu
sebagai komoditi ekspor non migas. Selain itu juga ada beberapa tanaman khas
Wonosobo seperti purwaceng, gondorukem dan kayu putih.
78
Produk pertanian mengalami peningkatan khususnya pada komoditas
buah-buahan, palawija, padi. Produk unggulan pertanian Wonosobo yang
dihasilkan petani tradisional antara lain kentang, kubis/kol dan sayuran lain seperti
sawi, daun bawang, bawang putih, serta buah-buahan seperti salak, nanas, duku
dan carica.
Selain kaya akan potensi pertanian, Kabupaten Wonosobo juga
mempunyai komoditi unggulan di sektor pariwisata, orang yang pernah mengenal
atau berkunjung ke Wonosobo akan teringat kepada batik Talunombo, mie
ongklok dan dataran tinggi Dieng dengan carica dan kacang Diengnya, selain hal
tersebut masih ada yang lebih menarik lagi yaitu sebuah perkebunan teh yang
dikenal sebagai kawasan Agrowisata Tambi. Kawasan Agrowisata Tambi
merupakan pilihan yang menarik bagi pecinta alam pegunungan terutama yang
ingin melepaskan diri dari hiruk pikuknya suasa perkotaan sekaligus merasakan
sejuknya udara pegunungan sehingga tidak berlebihan jiwa kegiatan outbound
sangat tepat dilakukan di kawasan ini. Kawasan Agrowisata Tambi merupakan
areal perkebunan teh seluas 829,14 ha yang dikelola oleh PT Tambi yang bergerak
dibidang perkebunan dan produksi teh. Semula perkebunan ini milik perusahan
Belanda yang bernama Bagelen Thee & Kina Maatschapij dan dikelola oleh NV
John Peet yang berkantor di Batavia (Jakarta). Setelah tahun 1945 atau Indonesia
merdeka, perusahaan ini diambil-alih oleh pemerintah Republik Indonesia.
Namun pasca Konferensi Meja Bundar (tahun 1949) perkebunan ini dikembalikan
lagi kepada pemilik semula. Pada tahun 1954 perkebunan ini dijual kepada NV
eks PPN Sindoro Sumbing. Tahun 1957 NV eks PPN Sindoro Sumbing
79
bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mendirikan perusahaan
baru yang diberi nama NV Tambi.
2.2 Hambatan-hambatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam
Pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ismiyati selaku Kepala Seksi
Retribusi Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo,
dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo
menemui berbagai hambatan dan upaya apa yang ditempuh Dinas
Perindustriandan Perdagangan dalam mengoptimalkan pemungutan retribusi
pasar. Hambatan -hambatan tersebut terdiri dari hambatan internal dan hambatan
eksternal, yaitu :
1. Hambatan Internal
Hambatan yang bersifat internal merupakan hambatan yang bersumber
dari dalam institusi Dinas Perindustrian dan Perdagangan itu sendiri. Hambatan-
hambatan internal disini meliputi :
a. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang berkemampuan manajerial di
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Dimana
kualitas-kualitas pegawai yang ada belum memadai dalam mendukung
pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Hal ini disebabkan
dari latar belakang pendidikan atau tingkat pegawai yang masih rendah
sehingga dapat mempengaruhi kinerja pegawai yang dapat menyebabkan
kurang maksimalnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
80
b. Kurangnya disiplin pengelolaan pasar. Perencanaan dan target sudah
dilaksanakan tetapi masih jauh dari potensi yang ada serta pengawasan
terhadap petugas pemungut retribusi belum optimal karena terbatasnya
personel di bidang pengelolaan pasar, sehingga pengelolaan pasar yang
seharusnya dapat dijalankan sesuai dengan rencana agak tersendat.
c. Kualitas SDM pemungut retribusi yang kurang memadahi dan pengalaman
petugas pemungut retribusi pasar. Dalam pemungutan retribusi pasar yang
terdiri dari 8 UPTD Pasar, dari total 94 jumlah pegawai Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo 50 diantaranya
merupakan petugas pemungut retribusi pasar yang tersebar di dalam 8
UPTD Pasar. Petugas pemungut retribusi pasar tersebut ada beberapa
yang masa kerjanya masih belum lama atau sedikit sehingga dibutuhkan
koordinasi dengan petugas yang sudah berpengalaman.
d. Kompetensi aturan yang masih rendah, pemberian sanksi baik sanksi
administratif maupun sanksi pidana kepada wajib retribusi kurang tegas,
sehingga wajib retribusi tidak takut apabila tidak memenuhi kewajibanya
membayar secara tepat.
e. Kebersihan dan keamanan pasar yang belum optimal. Hal ini dapat
mempengaruhi minat pedagang tetap berdagang di pasar atau tidak karena
menyangkut keamanan dan kebersihan.
2. Hambatan Eksternal
Hambatan eksternal merupakan hambatan yang besumber dari luar
institusi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo, dengan kata
81
lain hambatan eksternal muncul dari masyarakat atau pedagang sebagai wajib
retribusi pasar, yakni kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi pasar.
Kesadaran pedagang atau masyarakat dalam membayar retribusi pasar sangat
berpengaruh dalam mengoptimalkan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Wonosobo. Rendahnya pemahaman pedagang terhadap retribusi pasar akan
berdampak pada pengelolaan, penataan dan pembaharuan pasar. Karena apabila
pedagang terlambat atau menunggak dalam kewajibanya sebagai wajib retribusi
untuk membayar tidak tepat pada pada waktunya, akan menghambat dalam
rencana pengelolaan dan penataan pasar yang lebih baik lagi. Begitupun
sebaliknya apabila pedagang membayar retribusi pasar tepat pada waktunya maka
akan mendukung dalam pemungutan retribusi pasar juga untuk memajukan pasar
tersebut dan dalam rangka mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk
kepentingan masyarakat di Kabupaten Wonosobo.
2.3 Upaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
Dalam Mengoptimalkan Pemungutan Retribusi Pasar
Berbagai upaya ditempuh oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo selaku Dinas yang berwenang melakukan pemungutan
retribusi pasar untuk mengoptimalkan jumlah retribusi pasar maka upaya yang
dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo, yaitu
sebagai berikut :
a. Meningkatkan koordinasi dengan semua petugas pemungut untuk
mempercepat pencapaian target;
b. Meningkatkan kualitas SDM pemungut retribusi melalui pimpinan SKPD;
82
c. Meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja untuk
menyelesaikan tugas;
d. Mengupayakan untuk menambah petugas pemungut retribusi di setiap
UPTD;
e. Membuat pedoman dan prosedur kerja yang jelas;
f. Peningkatan sosialisasi atau/penyuluhan-penyuluhan terhadap wajib
retribusi pasar, baik melalui tatap muka maupun melalui media massa dan
media lainya;
g. Meningkatkan pengawasan terhadap petugas dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi di setiap UPTD dan pada wajib retribusi pasar.
Pengawasan terhadap petugas pemungut retribusi pasar di setiap UPTD
pasar agar tidak terjadi penyimpangan terhadap ketentuan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pengawasan terhadap wajib
retribusi pasar ditujukan terhadap wajib retribusi yang kurang dan tidak
melaksanakan kewajiban untuk membayar retribusi atau menunggak.
83
B. Pembahasan
1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam Pemungutan
Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur, merata, materiil, spiritual, melalui taraf hidup
masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut
diharapkan dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu sesuai
dengan asas keadilan sosial. Masalah keuangan merupakan hal vital dan mendasar
yang digunakan sebagai fasilitator pembangunan di daerah berusaha menghimpun
dana sebanyak-banyaknya untuk pelaksanaan pembangunan di daerah.
Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas
desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan
memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Dasar 1945, yang menjelaskan bahwa :
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Suatu daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
84
Pemerintahan Daerah, bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Kewenangan yang dimaksud mengandung hak dan kewajiban yaitu
melakukan tindakan hukum tertentu berupa tindakan-tindakan yang dimaksudkan
untuk menimbulkan akibat hukum dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya
akibat hukum. Hak berisi tentang kebebasan tidak melakukan tindakan tertentu
sedangkan kewajiban memuat mengenai keharusan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu.46
Menurut Ateng Syarifudin istilah otonomi mempunyai makna kebebasan
atas kemandirian (Zelfstanddigheid) tetapi bukan kemerdekaan (Onafhankheid)
kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah perwujudan pemberian
kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan, sehingga otonomi sebagai hak
untuk mengatur dan memerintah daerah sendiri atas inisiatif sendiri, kemauan
sendiri dan hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.47
Dengan pemberian otonomi kepada daerah maka memungkinkan kepada
daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan otonomi
daerah yang optimal maka diperlukan dana yang cukup. Sebagian dana tersebut
diusahakan oleh daerah sendiri yaitu berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
46 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. UII Press.Yogyakarta. 2002, hal .73.
47
Ateng Syarifudin. Pasang Surut Otonomi Daerah. BMA Cipta. Bandung. 1985, hal.2.
85
harus mencukupi bagi kepentingan rumah tangganya sendiri. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang cukup, akan dengan mudah menyelenggarakan urusan rumah
tangganya dan kemakmuran rakyat juga akan tercipta. Pelaksanaan pembangunan
daerah oleh pemerintah daerah juga harus melihat akan sumberdaya yang ada di
daerahnya guna membiayai pembangunan rumah tangganya sendiri.
Sejalan dengan pemberian urusan kepada Pemerintahan Daerah, termasuk
sumber keuanganya, maka dalam Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 ditegaskan bahwa sumber pendapatan daerah ialah sebagai berikut.
1. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan d. PAD lainya yang sah.
2. Dana perimbangan. 3. Pendapatan daerah lainya yang sah.
Pemerintah daerah, provinsi, kabupaten dan kota dalam hal Pendapatan
Asli Daerah (PAD) memilki kewenangan penuh terhadap potensi daerah yang
dapat meningkatkan PAD, termasuk di dalamnya membuat peraturan-peraturan
daerah yang bertujuan mengoptimalkan pendapatan bagi daerah. Sedangkan
dalam pengelolaan PAD harus ada pemisahan aset daerah secara jelas antara
provinsi, kabupaten, dan kota agar terhindar dari konflik dalam melakukan
pemungutan pajak dan retribusi daerah antara provinsi dan kabupaten/kota.
Salah satu komponen yang menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yaitu retribusi daerah yang merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat
dalam menyelenggarakan otonomi daerah, serta merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
86
pembangunan daerah. Pengertian Retribusi menurut Pasal 1 angka 64 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
adalah:
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.
Pengertian retribusi menurut Rohmat Soemitro, yang dimaksud dengan
retribusi adalah:
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menerima balas jasa dari negara. Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara. Dengan kata lain, retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara atau merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk.48
Retribusi daerah merupakan retribusi yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah dengan Peraturan Daerah (Perda), yang pemungutanya dilaksanakan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah dan
hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Berdasarkan definisi retribusi, beberapa ciri yang melekat pada retribusi
daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut.
48 Rohmat Soemitro. loc. cit.
87
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang
dan peraturan.
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah.
3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa)
secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu
jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Pemungutan retribusi merupakan kewenangan pemerintah daerah, sebagai
konsekuensi dari adanya otonomi daerah. pemerintah daerah diberi kewenangan
yang luas oleh pemerintah pusat untuk menggali segala potensi yang ada di
daerahnya termasuk melakukan pemungutan retribusi.
Objek dan jenis retribusi diatur dalam Pasal 108 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
(1) Objek Retribusi adalah :
a. Jasa Umum;
b. Jasa Usaha; dan
c. Perizinan tertentu.
Jenis Retribusi Jasa Umum diatur dalam Pasal 110 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
88
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; b. Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan; c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil; d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f. Retribusi Pelayanan Pasar; g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i. Retribusi Pengganti Biaya Cetak Peta; j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; k. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Jenis Retribusi Jasa Usaha diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan; d. Retribusi Terminal; e. Retribusi Tempat Khusus Parkir; f. Retrbusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/villa; g. Retribusi Rumah Potong Hewan; h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; j. Retribusi Penyeberangan Air; dan k. Retribusi Penjualan Usaha Daerah.
Sedangkan Jenis Retribusi Perizinan Tertentu diatur dalam Pasal 141
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yaitu :
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol; c. Retribusi Izin Gangguan;
89
d. Retribusi Izin Trayek; dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Salah satu retribusi yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
di Kabupaten Wonosobo adalah retribusi pasar. Retribusi pasar tersebut
merupakan golongan retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Pengertian retribusi pasar yang
termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal 116 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah :
(1) Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar tradisional /sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam pelaksanaan pemungutan
retribusi pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pasar.
Selanjutnya pengertian dari Retribusi Pasar berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal
1 angka 7 dijelaskan bahwa:
Retribusi Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi penyediaan fasilitas pasar
yang berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK serta Fasilitas Perpasaran.
90
Sesuai dengan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah
Kabupaten Wonosobo. Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar
dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan hasil penelitian data 1.3, pelaksanaan pemungutan retribusi pasar
diserahkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
yang diatur dalam Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah
Kabupaten Wonosobo. Dalam hal ini maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo memiliki wewenang dalam melaksanakan pemungutan
retribusi pasar.
Dinas Daerah dalam era otonomi daerah diatur dalam Pasal 124 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, sebagai berikut :
1. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah; 2. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan
oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah;
3. Kepala dinas bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
Keberadaan Dinas Daerah sangat penting dalam penyelenggaraan otonomi
daerah karena Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah.
Dinas Daerah sebagai perangkat organisasi pemerintah daerah mempunyai fungsi:
1. Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah;
2. Melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh Kepala Daerah
kepadanya.
91
Diserahkanya kewenangan pelaksanaan pemungutan retribusi pasar
kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo diharapkan
sektor retribusi pasar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Wonosobo. Dengan kata lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan
mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan Pendapatan Daerah
Kabupaten Wonosobo guna membiayai pembangunan daerah.
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status).49 Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban
sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan setiap
orang mempunyai keanekaragaman yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan masyarakat kepadanya, peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
Menurut Astrid Susanto, peranan dibagi dalam tiga hal, yaitu :
1. Peranan meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan merupakan rangkaian yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilaksanakan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.50
Peranan juga merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang atau suatu
kelompok (organisasi) tertentu yang menjadi bagian atau memegang unsur
49 Soerjono Soekanto. loc. cit.
50 Astrid Soesanto. loc.cit.
92
pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa sebagai akibat
dari kedudukan dalam struktur.
Dalam hal ini peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo dalam pemungutan retribusi pasar dapat dilihat dari tugas pokoknya,
yakni sebagaimana tercantum pada Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun
2008 tentang pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan
Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo. Tugas Pokok Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo adalah untuk melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang perindustrian, perdagangan dan pengelolaan pasar
serta pengelolaan administrasi, ketatausahaan dan pengawasan pelaksanaan Unit
Pelaksana Teknis Dinas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis perindustrian, perdagangan dan pengelolaan
pasar;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
perindustrian, perdagangan, dan pengelolaan pasar;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perindustrian, perdagangan dan
pengelolaan pasar;
4. Pemberian perizinan tertentu;
5. Pengelolaan tata usaha dan rumah tangga dinas;
6. Pelaksanaan pembinaan pegawai dan tenaga fungsional;
7. Pelaksanaan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
93
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi
pasar dapat dilihat dari tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, disamping tugasnya selaku Dinas Penggali Pendapatan Asli Daerah
khususnya dari sektor retribusi pasar juga ditugaskan sebagai Dinas Teknis.
Selaku Dinas Teknis, Dinas Perindustrian dan Perdagangan melaksanakan
kewenangan dalam penyelenggaraan retribusi pasar. Sedangkan sebagai Dinas
penggali Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau dinas penghasil, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan menghimpun atau memungut retribusi pasar.
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang perindustrian,
perdagangan dan pengelolaan pasar. Pemungutan retribusi pasar termasuk dalam
bidang pengelolaan pasar. Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Wonosobo dilaksanakan oleh Kepala Seksi Retribusi Pasar yang mempunyai
tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang retribusi pasar,
yang merupakan bagian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17
Tahun 2008 tentang pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas
Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo.
Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar Kepala Seksi Retribusi
Pasar menetapkan prosedur pemberian izin los, kios dan menetapkan bukti pungut
pendapatan pasar dan membuat pedoman penetapan retribusi, penagihan dan
melaksanakan pendataan penetapan tarif pendapatan pasar. Kemudian
94
memberikan pengarahan pelaksanaan pemungutan retribusi, pendataan, penetapan
dan pemberian izin pemakaian los, kios kepada masing-masing UPTD pasar yang
ditugaskan untuk memungut retribusi pasar. Dalam melaksanakan pemungutan
retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo terdiri dari 8 UPTD yang bertugas
menghimpun permohonan izin dan dispensasi pemanfaaatan kios/los dan
pendataan penagihan, penyetoran, dan pelaporan untuk mengetahui potensi pasar
dan jumlah barang berharga, keuangan serta wajib retribusi, yang kemudian
dilaporkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Dalam pelayanan retribusi pasar menggunakan Standar Operasional
Prosedur Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Retribusi Pasar, yang meliputi pelayanan penerbitan surat izin pemakaian kios/los,
pelayanan balik nama kios dan los, pelayanan registrasi (daftar ulang) dan
pelayanan perpanjangan izin kios/los. Yang dilaksanakan di UPTD pasar masing-
masing, kemudian akan diproses masuk ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo.
Mekanisme Kerja Pemungutan Retribusi Pasar Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
1. Wajib retribusi membayar kepada petugas pemungut retribusi pasar;
2. Petugas pemungut retribusi pasar menyetorkan pendapatan retribusi pasar
kepada bendahara dimasing- masing UPTD pasar;
95
3. Bendahara UPTD pasar menyetorkan hasil pemungutan retribusi pasar
kepada bendahara penerima khusus di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo selama 1 x 24 jam;
4. Bendahara penerima khusus menyetor retribusi pasar ke Kas Daerah (BPD
Jateng cabang Wonosobo).
Retribusi pasar merupakan salah satu sektor penting dalam meningkatkan
peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo, pendapatan dari sektor retribusi pasar dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2012 dalam realisasinya ada yang memenuhi target bahkan melebihi
jumlah target yang telah ditetapkan, tetapi juga ada yang belum memenuhi target
dalam realisasinya. Berdasarkan hasil penelitian data 1.5 pada tabel nomor 1
tentang rekapitulasi target dan realisasi retribusi pasar Kabupaten Wonosobo
tahun anggaran 2007-2012, pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2012
penerimaan retribusi pasar telah memenuhi target yang telah ditentukan.
Peningkatan realisasi retribusi pasar terbesar terjadi pada tahun 2009, dimana
target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp. 1.117.499.000,00 dapat terealisasi
sebesar Rp. 1.301.276.354,00 yang apabila dipersentasikan sebesar 116%.
Berdasarkan hasil penelitian data 1.5 pada tabel nomor 1 diketahui bahwa
penerimaan retribusi pasar dari tahun 2007 sampai tahun 2012 telah memenuhi
target yang telah ditentukan, kecuali pada tahun 2011, dimana target penerimaan
retribusi pasar sebesar Rp.1.578.000.000,00 hanya dapat terealisasi sebesar
Rp.157.189.918,00 yang apabila dipersentasekan sebesar 99%. Dilihat dari hasil
96
penelitian data 1.5 pada tabel nomor 1 target dan realisasi retribusi pasar
Kabupaten Wonosobo tahun anggaran 2007-2012, untuk presentase antara target
dan realisasi perolehan retribusi pasar tidak terlalu stabil mengalami kenaikan dan
penurunan.
2. Hambatan Normatif Dalam Pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten
Wonosobo
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam melaksanakan kewenanganya
memungut retribusi pasar tidak selalu memenuhi target retribusi pasar yang telah
ditentukan, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima dari sektor
ini. Dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo
menemui berbagai hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut salah
satunya adalah hambatan normatif, yaitu hambatan yang berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan. Hambatan normatif dalam melaksanakan
pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo terdapat pada Pasal 24
Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang Retribusi Pasar,
mengenai kedaluwarsa adalah sebagai berikut :
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3(tahun) terhitung saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika: a. diterbitkan surat teguran ; atau b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung; (3) Dalam hal diterbitkanya surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, kedaluwarsa dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.
97
(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, adalah wajib retribusi dengan kesadaranya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasi kepada pemerintah daerah.
(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.
Dengan melihat ketentuan pada Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 10 tentang Retribusi Pasar mengenai kedaluwarsa dalam
melakukan penagihan retribusi, ketentuan dari pasal tersebut dapat menjadi
hambatan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Penagihan
retribusi menjadi kedaluwarsa apabila melampaui waktu selama tiga tahun
terhitung saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak
pidana di bidang retribusi dan hanya dapat ditangguhkan apabila diterbitkanya
surat teguran dan pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung. Dengan ketentuan dari pasal tersebut menyebabkan dapat
menghambatnya upaya pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Wonosobo dalam rangka mengoptimalkan pemungutan retribusi pasar.
Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10
Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar, penagihan retribusi dapat tertangguh jika
diterbitkan surat teguran dan ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi,
baik langsung maupun tidak langsung. Pengakuan utang retribusi dari wajib
retribusi baik langsung maupun tidak langsung tergantung dari kesadaran pada
diri wajib retribusi, karena apabila wajib retribusi dengan kesadaranya
menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasi kepada
pemerintah daerah serta wajib retribusi dapat diketahui dari pengajuan
98
permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan
oleh wajib retribusi, maka kedaluwarsa penagihan retribusi dapat ditangguhkan.
Begitupun sebaliknya berdasarkan ketentuan Pasal 24 Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar, apabila
wajib retribusi tidak diterbitkan surat teguran dan tidak ada pengakuan utang
retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak langsung maka dapat
terjadi penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa apabila setelah melampaui waktu
selama tiga tahun terhitung saat terutangnya retribusi. Analisis terhadap ketentuan
Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Retribusi Pasar, selain kesadaran dari wajib retribusi dalam mengoptimalkan
pemungutan retribusi pasar, ketegasan bagi pemerintah daerah dalam membuat
Peraturan Daerah mengenai retribusi pasar sangat diperlukan, agar tidak
memberikan celah bagi para wajib retribusi untuk tidak membayar retribusi tepat
pada waktunya atau menunggak dalam kewajibanya sebagai wajib retribusi.
Kesadaran pedagang atau masyarakat dalam membayar retribusi pasar
sangat berpengaruh dalam mengoptimalkan pemungutan retribusi pasar di
Kabupaten Wonosobo. Rendahnya pemahaman pedagang terhadap retribusi pasar
akan berdampak pada pengelolaan, penataan dan pembaharuan pasar. Karena
apabila pedagang terlambat atau menunggak dalam kewajibanya sebagai wajib
retribusi untuk membayar tidak tepat pada pada waktunya, akan menghambat
dalam rencana pengelolaan dan penataan pasar yang lebih baik lagi. Begitupun
sebaliknya apabila pedagang membayar retribusi pasar tepat pada waktunya maka
akan mendukung dalam pemungutan retribusi pasar juga untuk memajukan pasar
99
tersebut dan dalam rangka mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk
kepentingan masyarakat di Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan hambatan normatif dalam pemungutan retribusi pasar di
Kabupaten Wonosobo, maka timbul hambatan-hambatan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar. Berdasarkan hasil penelitian data
2.2 tentang adanya hambatan-hambatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dalam pemungutan retribusi pasar. Hambatan-hambatan tersebut terdiri dari
hambatan internal dan hambatan eksternal, yaitu :
1. Hambatan Internal
Hambatan yang bersifat internal merupakan hambatan yang bersumber
dari dalam institusi Dinas Perindustrian dan Perdagangan itu sendiri. Hambatan-
hambatan internal disini meliputi :
a. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang berkemampuan manajerial di
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Dimana
kualitas-kualitas pegawai yang ada belum memadai dalam mendukung
pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Hal ini disebabkan
dari latar belakang pendidikan atau tingkat pegawai yang masih rendah
sehingga dapat mempengaruhi kinerja pegawai yang dapat menyebabkan
kurang maksimalnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Berdasarkan hasil
penelitian data 1.4.5 pada tabel nomor 2 jumlah Pegawai Negeri Sipil
menurut Pendidikan paling banyak berpendidikan SLTA sebanyak 54
orang, Sarjana sebanyak 18 orang, SLTP sebanyak 12 orang, SD sebanyak
100
7 orang, Pasca Sarjana sebanyak 2 orang dan berpendidikan Sarjana Muda
sebanyak 1 orang.
b. Kurangnya disiplin pengelolaan pasar. Perencanaan dan target sudah
dilaksanakan tetapi masih jauh dari potensi yang ada serta pengawasan
terhadap petugas pemungut retribusi belum optimal karena terbatasnya
personel di bidang pengelolaan pasar, sehingga pengelolaan pasar yang
seharusnya dapat dijalankan sesuai dengan rencana agak tersendat.
c. Kualitas SDM pemungut retribusi yang kurang memadahi dan pengalaman
petugas pemungut retribusi pasar. Dalam pemungutan retribusi pasar yang
terdiri dari 8 UPTD Pasar, dari total 94 jumlah pegawai Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo 50 diantaranya
merupakan petugas pemungut retribusi pasar yang tersebar di dalam 8
UPTD Pasar. Petugas pemungut retribusi pasar tersebut ada beberapa yang
masa kerjanya masih belum lama atau sedikit sehingga dibutuhkan
koordinasi dengan petugas yang sudah berpengalaman.
d. Kompetensi aturan yang masih rendah, pemberian sanksi baik sanksi
administratif maupun sanksi pidana kepada wajib retribusi kurang tegas,
sehingga wajib retribusi tidak takut apabila tidak memenuhi kewajibanya
membayar secara tepat.
e. Kebersihan dan keamanan pasar yang belum optimal. Hal ini dapat
mempengaruhi minat pedagang tetap berdagang di pasar atau tidak karena
menyangkut keamanan dan kebersihan.
101
2. Hambatan Eksternal
Hambatan eksternal merupakan hambatan yang besumber dari luar
institusi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo, dengan kata
lain hambatan eksternal muncul dari masyarakat atau pedagang sebagai wajib
retribusi pasar, yakni kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi pasar.
Kesadaran pedagang atau masyarakat dalam membayar retribusi pasar sangat
berpengaruh dalam mengoptimalkan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Wonosobo.
Peningkatan retribusi pasar akan berdampak juga pada peningkatan
Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan komponen
yang sangat penting dalam proses pembangunan dan perkembangan daerah karena
berkaitan erat dengan pembiayaanya. Dengan adanya otonomi daerah maka setiap
daerah dituntut untuk membiayai segala urusan rumah tangganya sendiri, yang
sangat memerlukan biaya besar. Oleh karena itu setiap daerah harus mampu untuk
meningkatkan pendapatan daerahnya dari tahun ke tahun.
Untuk dapat meningkatkan retribusi pasar guna memperoleh pendapatan
daerah yang maksimal maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Wonosobo melakukan upaya-upaya dalam mengoptimalkan pemungutan retribusi
pasar. Dilihat dari hasil penelitian data 2.3 tentang upaya yang dilakukan oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo dalam
mengoptimalkan pemungutan retribusi pasar antara lain :
1. Meningkatkan koordinasi dengan semua petugas pemungut untuk
mempercepat pencapaian target;
102
2. Meningkatkan kualitas SDM pemungut retribusi melalui pimpinan SKPD;
3. Meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja untuk
menyelesaikan tugas;
4. Mengupayakan untuk menambah petugas pemungut retribusi di setiap
UPTD;
5. Membuat pedoman dan prosedur kerja yang jelas;
6. Peningkatan sosialisasi atau/penyuluhan-penyuluhan terhadap wajib
retribusi pasar, baik melalui tatap muka maupun melalui media massa dan
media lainya;
7. Meningkatkan pengawasan terhadap petugas dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi di setiap UPTD dan pada wajib retribusi pasar.
Pengawasan terhadap petugas pemungut retribusi pasar di setiap UPTD
pasar agar tidak terjadi penyimpangan terhadap ketentuan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pengawasan terhadap wajib
retribusi pasar ditujukan terhadap wajib retribusi yang kurang dan tidak
melaksanakan kewajiban untuk membayar retribusi atau menunggak.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten
Wonosobo, dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
dalam pemungutan retribusi pasar dapat dilihat dari tugas pokok dan
fungsinya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Wonosobo Nomor
17 Tahun 2008 tentang pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian
Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo. Peranan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar, yaitu :
a. Melaksanakan kewenangan dalam penyelenggaraan retribusi pasar. Di
antaranya pelayanan penerbitan surat izin pemakaian los/kios,
pelayanan balik nama kios dan los, pelayanan registrasi (daftar ulang)
dan pelayanan perpanjangan izin kios dan los.
b. Dinas Penggali Pendapatan Asli Daerah, yaitu Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Wonosobo menghimpun atau memungut
retribusi pasar.
2. Hambatan normatif yang timbul dalam pemungutan retribusi pasar di
Kabupaten Wonosobo, terdapat pada ketentuan Pasal 24 Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar
104
mengenai kedaluwarsa, karena apabila wajib retribusi termasuk dalam
ketentuan pada Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor
10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar maka hak penagihan retribusi pada
wajib retribusi menjadi kedaluwarsa. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Wonosobo dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar
terdapat berbagai hambatan. Hambatan-hambatan tersebut meliputi :
a. Hambatan internal, yaitu hambatan yang bersumber dari dalam
institusi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
b. Hambatan eksternal, merupakan hambatan yang bersumber dari luar
institusi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
B. Saran
Pemerintah daerah dalam membuat Peraturan Daerah mengenai retribusi
pasar dalam penerapanya agar lebih ditegaskan lagi, sehingga tidak memberikan
celah bagi para wajib retribusi untuk tidak membayar retribusi tepat pada
waktunya, sehingga penagihan wajib retribusi tidak menjadi kedaluwarsa seperti
yang tertuang pada Pasal 24 mengenai kedaluwarsa di dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar.
Guna meningkatkan pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo,
hendaknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo
menambah jumlah personel petugas pemungut retribusi pasar yang tersebar di
dalam 8 UPTD Pasar. Sehingga pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Wonosobo dapat berjalan secara efektif untuk memperoleh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Literatur :
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Atmosudirjo, Prajudi, 1994, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Brotodiharjo, Santoso, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Refika Aditama, Bandung.
Fauzan, Muhammad, 2010, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Stain Press, Purwokerto.
HR, Ridwan, 2002, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta. __________, 2006, Hukum Administrasi Negara, Grafindo Persada, Jakarta. Ibrahim, Johnny, 2006, Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang. Joeniarto, 1975, Pemerintahan Lokal Asas Negara Kesatuan Dengan Otonomi
Yang Seluas-Luasnya dan Perkembangan Serta Pokok Pemerintah Lokal, Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kaho, Josef Riwu, 2002, Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kansil, C.S.T, 1984, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Andi Ofset, Yogyakarta. Marzuki, Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum Normatif, Kencana, Jakarta. Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah & Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji,1985.Penelitian Hukum Normatif Suatu
tinjauan singkat, Rajawali, Jakarta. , 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, UI Press, Jakarta. Soemitro, Rohmat, 1974, Pajak dan Pembangunan, PT Eresco, Bandung. Soemitro, Ronny Hanitio, 1986.Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta. Soeroso, R, 1992, Pengantar Ilmu Hukum.Sinar Grafika, Jakarta. Soesanto, Astrid, 1983, Dasar-dasar Sosiologi dan Pengantar Sosial, Bina Cipta,
Jakarta. Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta. Subandi, dan Kusnaeni, 2008, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Sunarto, Siswanto, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta. Sutedi, Adrian, 2008, Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia,
Jakarta. Syarifudin, Ateng, 1985, Pasang Surut Otonomi Daerah, BMA Cipta, Bandung. Utrecht, E, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka
Tinta Mas, Surabaya.
Peraturan Perundang-Undangan : Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pasar. Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang pedoman Tugas Pokok Dan Fungsi Serta UraianTugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo. Sumber Lain :
Hariatmadi, Oksy, 2012, “Skripsi Peranan Dinas Pendidikan dalam Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi di Kabupaten Temanggung, Fakultas Hukum UNSOED, Purwokerto.
Karyana, Ayi, Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan Dan Industri
Kabupaten Cianjur Dalam Pengelolaan Retribusi Pasar, Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 1, Nomor 1, September 2005, hal.12.