Top Banner
A. Judul PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU EKONOMI KELAS VIII DI MTs. NW EMBUNG RAJA KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 B. Latar Belakang Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih didominasi oleh metode ceramah. Metode ini tidak begitu banyak mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik terutama dalam memecahkan suatu permasalahan. Sering dijumpai dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode yang monoton, dalam menggunakan metode tersebut guru hanya memberikan materi melalui ceramah, pemberian tugas dan diskusi bebas. Dengan demikian guru tidak bisa mengembangkan pembelajaran yang menarik. Ada kesan guru takut untuk merancang pembelajaran sendiri, sehingga dari bahan belajar sampai metode evaluasi nyaris tidak ada perbedaan. 1
80

Halim Proposal

Jan 17, 2016

Download

Documents

Erna Anshari

propos
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Halim Proposal

A. Judul

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

EKONOMI KELAS VIII DI MTs. NW EMBUNG RAJA KECAMATAN

TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN

2013/2014

B. Latar Belakang

Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih

didominasi oleh metode ceramah. Metode ini tidak begitu banyak

mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik terutama dalam

memecahkan suatu permasalahan. Sering dijumpai dalam pembelajaran guru

hanya menggunakan metode yang monoton, dalam menggunakan metode

tersebut guru hanya memberikan materi melalui ceramah, pemberian tugas

dan diskusi bebas. Dengan demikian guru tidak bisa mengembangkan

pembelajaran yang menarik. Ada kesan guru takut untuk merancang

pembelajaran sendiri, sehingga dari bahan belajar sampai metode evaluasi

nyaris tidak ada perbedaan.

Penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bergaya ceramah,

peserta didik kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu

pembelajaran. Peserta didik dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit

pertama pembelajaran, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka

hanya dapat mengingat 20% materi pembelajaran (Silberman, 2006:24).

1

Page 2: Halim Proposal

Guru dalam melaksanakan metode ceramah atau ekspositorinya masih

sering terjebak ke dalam pemberian hafalan untuk dilatihkan kepada

siswanya. Mereka hanya diminta untuk menghafal, bukan tidak penting bagi

peserta didik mengetahui hal ini, akan tetapi jika hal ini saja yang diberikan

pada siswanya maka akan ada kecenderungan peserta didik merasa bosan dan

jenuh pada mata pelajaran yang diajarkan.

Kekhawatiran lain yang mungkin timbul akibat adanya rasa bosan dan

jenuh ini adalah peserta didik menjadi malas bahkan tidak mau lagi mengikuti

pelajaran. Akibatnya ialah tidak ada minat dan motivasi peserta didik untuk

belajar.

Guru memiliki peranan penting dalam menentukan proses

pembelajaran di sekolah. Peserta didik yang berprestasi pada umumnya

memiliki akses untuk berkembang dengan baik di bawah bimbingan guru

yang professional. Mulyasa (2002) memberikan pendapat bahwa mengingat

peranan guru yang penting terhadap keberhasilan implementasi KBK bahkan

sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar, maka guru

perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) Mengurangi ceramah, (2)

memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3)

Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta

disesuaikan dengan mata pelajaran, (4) Bahan harus dimodifikasi dan

diperkaya, (5) Jangan ragu untuk berhubungan dengan spesialist, bila ada

peserta didik yang mempunyai kelainan, (6) Gunakan prosedur yang

bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan, (7) Ingat bahwa

2

Page 3: Halim Proposal

peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama, (8) Usahakan

mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja

dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, dan (9) Usahakan

untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan. (Mulyasa, 2002:186)

Guru adalah praktisi dalam dunia pendidikan. Guru menjadi ujung

tombak dalam upaya menyukseskan program pembelajaran dan pendidikan

pada umumnya. Oleh karena itu, guru diharapkan secara terus menerus

berupaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Upaya itu tentu tidak

dapat dilaksanakan manakala guru kurang memahami realitas yang ada serta

permasalahan pembelajaran yang dihadapi atau dilaksanakannya. Untuk itu

penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan untuk mengenali

permasalahan, baik yang berkenaan dengan materi pembelajaran, pengelolaan

kelas, metode pembelajaran, media pembelajaran, minat dan motivasi belajar

siswa, kemampuan siswa, dan yang terlebih kemampuan guru itu sendiri.

Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar proses belajar mengajar

yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif. Dengan demikian pembelajaran

tersebut mampu menghasilkan prestasi belajar yang optimal dan menciptakan

suasana belajar yang menarik, terkontrol, dan sistematis. Menurut Sanusi

kriteria pembelajaran efektif antara lain: (1) Pembelajaran peserta didik

secara klasikal tuntas, (2) Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan telah

tercapai, (3) Respon peserta didik terhadap pembelajaran positif, (4) Aktivitas

peserta didik dan guru adalah efektif dan, (5) kemampuan guru mengolah

pembelajaran sudah baik dengan syarat nomor 1 dan 2 terpenuhi.

3

Page 4: Halim Proposal

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai

upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga

merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum

memenuhi harapan. Hal itu disebabkan banyak lulusan pendidikan formal

yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia,

apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase penguasaan ilmu

yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi seperti ini merupakan

gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.

Banyak faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kualitas

pendidikan. Apabila pendidikan dilihat sebagai suatu sistem maka faktor yang

turut mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut, menurut Deming meliputi:

(1) input mentah atau siswa, (2) lingkungan instruksional, (3) proses

pendidikan, dan (4) keluaran pendidikan. Dalam proses pendidikan,

sebenarnya di dalamnya terdapat motivasi belajar, akan tetapi bila hal ini

tidak diperankan dengan baik oleh guru seorang peserta didik tidak akan

mempunyai semangat untuk melakukan aktifitas belajar.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang

yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang

akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang

menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama

sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa

4

Page 5: Halim Proposal

yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa

yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

Banyak anak dengan inteligensi yang rendah disebabkan tidak ada motivasi

dalam belajar. Fungsi motivasi yang seharusnya sebagai pendorong,

penggerak, dan pengarah perbuatan belajar tidak dijalankan dengan baik.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,

misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu

diselidiki sebab sebabnya. Sebab sebab itu biasanya bermacam-macam,

mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain

lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak

terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan

atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam inilah perlu dilakukan daya upaya

yang dapat menemukan sebab musababnya dan kemudian mendorong

seseorang peserta didik itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya

dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain peserta didik itu perlu diberikan

rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Singkatnya perlu diberikan

motivasi (Sardiman, 2011:74).

Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,

merasa senang dan semangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki

motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar. Seorang peserta didik yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa

jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar itu akan optimal kalau

ada motivasi yang tepat. Terkait dengan hal ini maka kegagalan belajar

5

Page 6: Halim Proposal

peserta didik jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin

saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu

membangkitkan semangat dan kegiatan peserta didik untuk berbuat/belajar.

Jadi tugas guru bagaimana mendorong para peserta didik agar pada dirinya

tumbuh motivasi. Dalam hal ini sudah barang tentu peran guru sangat

penting. Bagaimana guru melakukan usaha -usaha untuk dapat menumbuhkan

dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar

dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi

yang baik pula. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi.

Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.

Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para

siswa.

Mengingat hal tersebut di atas, penulis mencoba meneliti tentang

pengaruh penerapan active learning sebagai salah satu cara untuk memotivasi

peserta didik dalam belajar. Serta untuk mengasah pola fikir peserta didik

agar ia terbiasa dalam berfikir kritis analistis argumentatif punya kepekaan

sosial yang tinggi serta dapat memecahkan persoalan-persoalan yang

dihadapinya, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

perlu dikaji dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh metode active

learning terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW

Embung Raja”?

6

Page 7: Halim Proposal

D. Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka untuk menghindari

perbedaan persepsi dalam memahami dan mengartikan masalah. Maka

peneliti perlu memberikan batasan masalah, sebagai berikut:

a. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah pengaruh metode active learning

terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW Embung Raja

kecamatan Terara.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs.

NW Embung Raja Kecamatan Terara Tahun Pelajaran 2013/2014.

c. Lokasi Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian akan dilaksanakan di kelas VIII

MTs. NW Embung Raja Kecamatan Terara Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode active learning

terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW Embung Raja

Kecamatan Terara Lombok Timur.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara

teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang dimaksud:

1. Manfaat secara teoritis

7

Page 8: Halim Proposal

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan ilmu

pengetahuan dan menambah informasi tentang hal-hal yang berhubungan

dengan pengaruh metode mengajar terhadap motivasi belajar peserta didik

pada mata pelajaran IPS terpadu Ekonomi di MTs. NW Embung Raja

kecamata terara, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam

melaksanakan tugas pengajaran di masa-masa yang akan datang.

2. Manfaat secara praktis

a. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik khususnya di dalam

memotivasi peserta didik agar prestasi belajar peserta didik sesuai

dengan yang diharapkan.

b. Dari hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

sekolah-sekolah, khususnya pada MTs. NW Embung Raja kecamata

Terara, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam melaksanakan

tugas pengajaran dimasa-masa yang akan datang, sebagai upaya dalam

meningkatkan kelangsungan proses belajar mengajar terutama yang

menyangkut motivasi belajar peserta didik.

G. Sistimatika Pembahasan

Adapun sistimatika pembahasan pada proposal ini sebagai berikut:

a. Judul

b. Latar belakang

c. Rumusan masalah

d. Batasan masalah

e. Tujuan penelitian

8

Page 9: Halim Proposal

f. Manfaat penelitian

1. Manfaat secara teoritis

2. Manfaat secara praktis

g. Sistimatika pembahasan

h. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis

1. Pengertian penegasan istilan

2. Penelitian yang relevan

3. Landasan teori

4. Perumusan hipotesis

i. Metode penelelitian

1. Jenis penelitian

2. Populasi dan sampel

3. Data penelitian

a. Tipe dan sumber data

b. Teknik pengumpulan data

4. Variable penelitian

5. Analisis data

6. Pengujian hipotesis

j. Jadwal kegiatan penelitian

k. Daftar pustaka

9

Page 10: Halim Proposal

H. Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis

1. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda

diantara pembaca, maka perlu diberikan batasan-batasan pengertian pada

beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. Beberapa

istilah yang perlu dijelaskan pengertiannya antara lain: (1) Metode active

learning (2) Motivasi Belajar.

a. Metode active learning

Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan

belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual

dan emosional, sehingga peserta didik betul-betul berperan dan

berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan

pengajaran dapat dicapai lebih baik.

b. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu

(Sardiman, 2011:73). Dalam pembelajaran motivasi merupakan suatu

yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau

menguasai materi pembelajaran yang sedang diikutinya (Gintings,

2010:86)

10

Page 11: Halim Proposal

2. Penelitian yang relevan

Penerapan metode active learning dalam pembelajaran sebelumnya

telah dikembang oleh Ali Muhtadi yang berjudul “Model Pembelajaran

“Active Learning” dengan Metode Kelompok untuk Meningkatkan

Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi” menyimpulkan

bahwa model pembelajaran active learning mampu mendorong minat,

motivasi, kesiapan, dan tanggung jawab belajar mahasiswa dalam setiap

langkah pembelajaran.

3. Landasan teori.

A. Metode Active Learning

1. Pengertian Active Learning

Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar

mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,

sehingga peserta didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam

melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai

lebih baik (Sudjana dan Daeng, 1988:32). Dari pengertian tersebut

menunjukkan bahwa metode active learning menempatkan peserta didik

sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dipandang

sebagai objek dan sebagai subjek. Active learning merupakan suatu

proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dalam proses ini peserta

didik mengalami “keterlibatan intelektual-emosional” disamping

keterlibatan fisiknya (Nurdin dan Usman, 2002:117).

11

Page 12: Halim Proposal

Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses

pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar

belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Dalam

hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik

dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan

mental dan melatih ketrampilan fisiknya (A. Fatah Yasin, 2008:180).

Cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan

strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini

digunakan oleh para pendidik (guru) dalam proses pembelajaran.

Mendidik dengan ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui

pendengaran, yang hanya bisa dicerna otak peserta didik 20%. Padahal

informasi yang dipelajari peserta didik bisa saja dari membaca (10%),

melihat (30%), melihat dan dengar (50%), mengatakan (70%),

mengatakan dan melakukan (90%). Hal ini sesuai dengan pendapat

seorang filosof cina Konfusius bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa”

“Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”

Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar

menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses

informasi tersebut samapai dapat dicerna dan baru kemudian

disimpannya. Karena itu jika ada sesuatu yang baru, otak akan bertanya

“pernahkah aku mendengar, melihat, mengalami sebelumnya, kapan dan

dimanakah kira-kira hal itu aku dengar, lihat dan kualami lalu dimanakah

12

Page 13: Halim Proposal

hal itu aku simpan?” Manusia dengan potensi dasar yang ia miliki

termasuk otak tersebut perlu diaktifkan, sehingga berfungsi semaksimal

mungkin melalui proses belajar yang ia lakukan.

Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka

pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk

menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi

pembelajaran aktif sangat diperlukan karena peserta didik mempunyai

cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang senang belajar dengan

membaca. Berdiskusi dan ada juga yang senang dengan cara langsung

praktik. Inilah yang sering disebut dengan gaya belajar atau learning

style. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran aktif bagi

pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar.

Bagi pendidik yang memiliki banyak jam mengajar, dan apabila dalam

mengajar hanya berorientasi pada ceramah saja, maka jelas pendidik

yang bersangkutan akan kehabisan energi karena mengekspos suara lisan

melalui ceramah secara terus-menerus.

Dilihat dari subjek didik maka metode active learning

merupakan proses kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam rangka

belajar. Dilihat dari segi guru/pengajar maka metode active learning

merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal

subjek didik.

Bertitik tolak dari uraian di atas maka dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode active learning adalah

13

Page 14: Halim Proposal

salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan

partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga peserta didik

mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

2. Prinsip-prinsip Metode Active Learning

Proses belajar-mengajar yang dapat memungkinkan metode active

learning harus dilaksanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam

pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar

sehingga pada waktu proses belajar-mengajar peserta didik melakukan

kegiatan belajar secara optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat

menunjang tumbuhnya Cara belajar peserta didik aktif diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Perhatian dan motivasi

Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap

bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian

terhadap pelajaran akan timbul pada peserta didik apabila bahan

pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi

mempunyai peranan memberi tenaga yang mengerakkan dan

mengarahkan aktivitas seseorang.

b. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Dalam belajar peserta didik tidak sekedar mengamati secara

langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam

perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

c. Pengulangan

14

Page 15: Halim Proposal

Belajar adalah melatih daya yang ada pada manusia yang

terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, menghayal,

merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan

pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang dan

menjadi sempurna.

d. Balikan dan Penguatan

Sumber penguatan belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal

dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari

luar seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat

siswa, ganjaran, hadiah, dan lain-lain. Sedangkan penguat dari dalam

dirinya bisa terjadi apabila respon yang dilakukan peserta didik

betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya

(Dimyati dan Mudjiono, 2013:42).

Prinsip-prinsip di atas penting dilaksanakan pada waktu

mengajar Sehingga mendorong kegiatan belajar peserta didik

seoptimal mungkin.

3. Ciri-ciri Metode Active Learning

Pada waktu mengajar harus ada interaksi antara guru dengan

peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, oleh karena itu

guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong semua

peserta didik aktif melakukan kegiatan belajar secara nyata. Ada

beberapa ciri yang harus nampak dalam proses belajar active learning,

diantaranya adalah:

15

Page 16: Halim Proposal

a. Situasi kelas menantang peserta didik melakukan kegiatan belajar

secara bebas tapi terkendali.

b. Guru Tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak

memberikan rangsangan berpikir kepada peserta didik untuk

memecahkan masalah.

c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa,

bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri

menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media

yang diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri

sebagai sumber belajar.

d. Kegiatan belajar peserta didik bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya

bersama sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar

yang dilakukan secara kelompok dan ada pula kegiatan belajar yang

harus dilakukan oleh masing-masing siwa secara mandiri. Penetapan

kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan

terencana.

e. Hubungan guru dengan peserta didik sifatnya harus mencerminkan

hubungan manusiawi bagaikan hubungan bapak dan anak, bukannya

hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri

sebagai pembimbing semua peserta didik yang memerlukan bantuan

manakala mereka menghadapi persoalan belajar.

f. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang

mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.

16

Page 17: Halim Proposal

g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai

peserta didik tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar

yang dilakukan siswa.

h. Adanya keberanian peserta didik mengajukan pendapatnya melalui

pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada

guru maupun kepada peserta didik lainnya dalam pemecahan

masalah belajar.

i. Guru Senantiasa menghargai pendapat peserta didik terlepas dari

benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau

mengurangi/menekan pendapat peserta didik di depan peserta didik

lainnya. Guru bahkan harus mendorong peserta didik agar selalu

mengajukan pendapatnya secara bebas.

Ciri-ciri di atas merupakan sebagian kecil dari hakikat belajar active

learning dalam praktek pengajaran. Untuk dapat mewujudkan ciri-

ciri di atas bukanlah hal yang mudah tapi perlu pengenalan teori

strategi dan teori penyusunan satuan pelajaran.

4. Teknik-teknik Pembelajaran Active Learning

Agar proses pembelajaran active learning bisa berjalan dengan

baik, maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut

untuk menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran (Yasin,

2008:181).

Strategi pembelajaran active learning sangat diperlukan karena

peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang

17

Page 18: Halim Proposal

senang belajar dengan membaca, berdiskusi dan ada juga yang senang

dengan cara langsung praktik. Disamping itu penggunaan strategi

pembelajaran active learning bagi pendidik adalah sangat membantu atau

memudahkan dalam mengajar. Bagi pendidik yang memiliki banyak

jam mengajar, dan apabila dalam mengajar hanya berorientasi pada

ceramah saja, maka jelas pendidik yang bersangkutan akan kehabisan

energi karena mengekspos suara lisan melalui ceramah secara terus-

menerus. Untuk itu sangat diperlukan penggunaan berbagai jenis strategi

pembelajaran active learning.

Beberapa strategi dalam pembelajaran aktif tersebut, antara lain

adalah sebagai berikut:

a. Poster comment (mengomentari gambar)

Yaitu suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud

mengajak peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung

dalam suatu gambar. Gambar tersebut tentu saja berkaitan dengan

pencapaian suatu kompetensi dalam pembelajaran. Langkah-

langkah penerapannya:

1. Pendidik menyediakan potongan gambar yang dihubungkan

dengan materi bahasan.

2. Jangan ada tulisan apapun dalam gambar tersebut.

3. Peserta didik disuruh berkomentar dengan bebas secara

bergiliran, kira-kira ide apa yang akan dimunculkan setelah

melihat gambar tersebut.

18

Page 19: Halim Proposal

4. Peserta didik boleh mengeluarkan pendapat yang berbeda,

karena pikiran manusia juga berbeda-beda.

5. Pendidik sudah mempersiapkan rumusan jawaban yang tepat

mengenai gambar tersebut, sehingga peserta didik merasa dapat

penjelasan sekaligus dapat pula menyaksikan gambarnya.

Dengan strategi ini peserta didik diharapkan dapat memberi

masukan berupa pendapat/ide yang bervariasi karena setiap pikiran

manusia itu berbeda-beda, dengan berbagai macam pendapat dari

peserta didik tersebut akan dapat ditarik benang merahnya tentang

inti pokok dari materi yang diajarkan.

b. Index Card Matc (Mencari Pasangan Jawaban)

Yaitu suatu startegi yang digunakan pendidik dengan maksud

mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok

dengan pertanyaan yang sudah disiapkan. Langkah-langkah

penerapannya:

1. Siapkan materi yang sudah dipelajari di rumah, dan atau yang

sudah pernah dialami sebagai pengalaman.

2. Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik di kelas, yang

berisi tentang pertanyaan dan jawaban.

3. Potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada separuh

jumlah peserta didik, dan yang berisi jawaban juga sejumlah

separuh peserta didik yang hadir.

19

Page 20: Halim Proposal

4. Peserta didik disuruh mencari pasangan soal dan jawabannya,

setelah ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah

satu persatu membacakan atau mencocokkan soal dan

jawabannya, yang lain mendengarkan barangkali ada kekeliruan

pasangan.

5. Pendidik mengoreksi dengan cara mendengarkan dan sekaligus

menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan persiapan ujian

akhir atau ulangan.

c. Everyone is teacher Here (semua adalah pendidik/guru)

Yaitu strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud

meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber

terhadap sesama temannya di kelas belajar. Langkah-langkah

penerapannya:

1. Berikan bahan bacaan dan minta peserta didik untuk membaca

bahan tersebut.

2. Mintalah setiap peserta didik untuk membuat pertanyaan dari

materi terdahulu lalu bagikan kembali kepada semua peserta.

3. Kocoklah kertas pertanyaan tersebut, lalu bagikan kembali

kepada semua peserta.

4. Mintalah peserta membaca dalam hati sambil memikirkan

jawabannya dari pertanyaan tersebut.

5. Panggil secara bergantian setiap peserta untuk membaca

pertanyaan dan jawabannya masing-masing.

20

Page 21: Halim Proposal

6. Minta peserta lain untuk memberi tanggapan.

7. Strategi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama

kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi

kawannya.

8. Dengan ini diharapkan agar peserta didik yang pasif dapat ikut

terlibat dalam pembelajaran aktif.

d. Team Quiz

Langkah-langkah metode kuis berkelompok adalah:

1. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.

2. Bagilah peserta didik menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.

3. Sampaikan kepada peserta didik format penyampaian pelajaran

kemudian mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian

materi maksimal 10 menit.

4. Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan

pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja

disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk

melihat lagi catatan mereka.

5. Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada

kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab

pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.

6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika

kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok

B.

21

Page 22: Halim Proposal

7. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk

kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti

proses untuk kelompok A.

8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjtkan

penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C

sebagai kelompok penanya.

9. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan

jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru

(Suprijono, 2009:114).

e. Jigsaw

Yaitu strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada

kerjasama dan tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat

melibatkan seluruh peserta didik dan setiap peserta didik memikul

suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok.

Langkah-langkah penerapannya:

1. Kelas diatur ke dalam sejumlah kelompok pangkalan kira-kira

enam anggota masing-masing.

2. Tugas dibagi ke dalam jumlah bagian yang sama dengan topik

yang berbeda-beda.

3. Di dalam kelompok pangkalan, setiap peserta didik meneliti satu

dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu.

22

Page 23: Halim Proposal

4. Kelompok menugaskan tugas khusus untuk angota-anggota

kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok berunding

diantara mereka mengenai siapa yang melakukan apa.

5. Apa hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut,

setelah selesai meneliti dan membacanya. Kemudian peserta didik

disuruh menguraikan atau membacakan.

Pada dasarnya model jigsaw merupakan salah satu model dari

cooperative learning yakni dengan membentuk diskusi atau learning

community. Rasa dalam satu kelompok ini memungkinkan peserta

didik menghadapi perubahan-perubahan di hadapannya. Ketika

belajar lebih senang dengan yang lain dari pada sendirian, mereka

memiliki dorongan emosional dan intelektual, yang memungkinkan

mereka melampaui tingkat pengetahuan dan ketrampilan mereka

sekarang. Jerome Bruner dalam Mel Silberman mengenalkan sisi

sosial dari belajar dalam buku klasiknya yang berjudul Toward a

Theory of Instruction. Ia mendeskripsikan suatu kebutuhan yang

dalam untuk merespon yang lain dan secara bersama-sama dengan

mereka terlibat dalam mencapai tujuan, yang ia sebut reciprocity.

5. Kebaikan dan Kelemahan Metode Active Learning

a. Kebaikan Metode Active Learning

Proses belajar mengajar baru berhasil apabila guru memiliki

kewibawaan di depan kelas. Secara lahir kewibawaan guru banyak

ditentukan oleh penampilannya, posisinya di depan kelas, perkataan

23

Page 24: Halim Proposal

dan tulisannya. Secara batin kewibawaan ditumpang oleh penguasaan

bahan yang diajarkan, penguasaan metode dan media pendidikan yang

dipilihdan digunakan, dan penguasaan alat penelitian yang diterapkan

(Oemar Hamalik, 2007:142). Disamping itu guru juga memperhatikan

keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,

diusahakan peserta didik aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam

belajar, kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru dalam

pengorganisasi waktu, bahan, dan siswa. Kebaikan-kebaikan metode

active learning adalah sebagai berikut:

c. Prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditujukan

melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara

eksklusif diminta misalnya di dalam diskusi-diskusi,

mengemukakan usul dan saran di dalam pendekatan tujuan atau

cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari alat atau sumber

dan lain sebagainya.

d. Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan

belajar yang telah berlangsung yang ditujukan dengan

peningkatan diri kepada tugas kegiatan. Baik secara intelektual

maupun secara emosional yang dapat diamati dalam bentuk

perhatian serta pikiran peserta didik dengan tugas yang telah

dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut

dengan sebaik-baiknya.

24

Page 25: Halim Proposal

e. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan

sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab

peserta didik di dalam kegiatan belajar.

f. Belajar dengan pengalaman langsung, kekayaan variasi bentuk

dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indikator yang

dominan dalam metode active learning.

g. Indikator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah

kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial,

emosional sehingga meningkatkan peluang. Pembentukan

kepribadian seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan

keamanan dan kemampuan bekerjasama di dalam memecahkan

masalah, baik yang berkenaan dengan kegiatan Intra maupun

Ekstra Kurikuler

Jadi kebaikan metode active learning adalah Kadar

kegiatannya lebih diperbanyak. Untuk mendorong peserta didik belajar

mempraktikkan proses-proses intelektual seperti dikemukakan oleh

Oemar Hamalik “ …mengorganisasi data, mempertanyakan persoalan

dan memikirkan secara kritis hubungan di dalam antara gagasan

perorangan dengan gagasan orang lain dengan kenyataan situasi”.

b. Kelemahan Metode Active Learning.

Hakikat pendidikan adalah proses kemanusiaan yang hanya

dilakukan oleh manusia. Ini berarti bahwa prakarsa dan tanggung

jawab belajar ada pada subjek didik. Oleh karena itu untuk mendidik

25

Page 26: Halim Proposal

sendiri harus secara eksklusif. Belajar tidak berarti hanya menerima

pengetahuan saja, tetapi belajar dapat terjadi dari hasil interaksi antara

sesama peserta didik atau prakarsa dirinya di dalam mengembangkan

kemampuan yang ada pada dirinya

Terjadinya kadar metode active learning yang menurun ini

terjadi akibat tidak keterlibatannya mental secara optimal di dalam

kelas maupun di luar kelas. Beberapa kelemahan dari metode active

learning adalah sebagai berikut:

a. Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Kendatipun

telah tercapai persetujuan, namun keputusan-keputusan itu belum

tentu dapat dilaksanakannya.

b. Diskusi tidak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi

diorganisasi secara baik tetapi selanjutnya mungkin saja

mengarah ke tujuan lain, sehingga terjadi (Free Foryall) terutama

jika kepemimpinan diskusi tidak produktif.

c. Memasyarakatkan agar semua peserta didik memiliki ketrampilan

berdiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif.

d. Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal

kegiatan secara luwes.

e. Dapat menjadi palsu (tidak murni lagi) jika pemimpin mengalami

kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah

mengetahui jawaban yang diinginkan, sehingga ia menolak

pendapat peserta lain.

26

Page 27: Halim Proposal

f. Dapat didominasi oleh active learning seseorang atau sejumlah

peserta didik sehingga dia menolak pendapat peserta lain.

Jadi kelemahan metode peserta didik yang pandai akan

bertambah pandai, peserta didik yang bodoh akan tertinggal.

Disamping ketrampilan kegiatan siswa, guru juga harus terampil

memilih dan menggunakan metode yang tepat pada waktu proses

belajar mengajar, karena tidak semua guru didukung oleh literature

yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan

mengolah informasi metode active learning dan tepat sesuai dengan

misi hakikat metode active learning yang dimaksud.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2011:73).

Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-

saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

mendesak. Atau dengan kata lain motivasi adalah dorongan yang terdapat

dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah

laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

27

Page 28: Halim Proposal

Menurut Mc. Donald, “Motivation is a energy change within the

person characterized by affective arousal and anticipatory goal

reactions.”Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Dari pengertian yang dikemukakan MC.Donald ini mengandung tiga

unsur yang saling terkait yaitu;

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia.

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan/ feeling/ afeksi

seseorang.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.

Dari ketiga unsur di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi

itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan

terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga

akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga

emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini

didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Selanjutnya Hamalik mengatakan motivasi mempunyai dua

komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen

luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri

seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen

luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah

28

Page 29: Halim Proposal

kelakuannya. Jadi komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang

hendak dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak

dicapai.

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam

diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah

ketrampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat

belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh

belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam

jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan

ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha

untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi

motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu

adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka

motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar

itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada

beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

2. Macam-Macam Motivasi Belajar

Motivasi dalam belajar dibagi menjadi dua yaitu:

29

Page 30: Halim Proposal

a. Motivasi intrinsik.

Yang disebut dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tudak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata

untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,

bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang

tinggi, atau hadiah dan sebagainya.

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam

dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar,

motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri.

Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam

belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif,

bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan

dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa yang akan datang.

Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan

keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.

Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan

esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.

b. Motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, seperti: angka,

30

Page 31: Halim Proposal

kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan

dan lain-lain. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin

mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau

agar mendapat hadiah. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi

yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi

ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak

selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena

bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik.

Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik

akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan

berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar.

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada

dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga daalm dunia

pendidikan, aspek motivasi ini sangat penting. Siswa harus mempunyai

motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar terutama dalam proses belajar

mengajar.

Ada tiga fungsi motivasi yang dipaparkan oleh Martinis Yamin

dalam belajar, yaitu:

a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Dengan adanya motivasi anak didik akan terdorong/tergerak untuk

melakukan perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

31

Page 32: Halim Proposal

Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan

menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tabrani dalam

bukunya pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan.

b. Mengharapkan aktivitas belajar peserta didik.

c. Menggerakkan dan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan

(Tabrani Rusyan, 1989).

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain, motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong usaha-usaha mencapai prestasi. Seseorang

melakukan sesuatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang

baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain

bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya

motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi

yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan

tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Dengan demikian motivasi itu

mempengaruhi adanya kegiatan.

4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan penting dalam aktivitas belajar

seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada

32

Page 33: Halim Proposal

motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Ada beberapa prinsip motivasi

dalam belajar seperti dalam uraian berikut ini:

a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang

mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang

mendorong seseorang untuk belajar.

b. Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam

belajar.Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai dengan ukuran

yang ada di dalam dirinya sendiri.

c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.

Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk

apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas

prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada

seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya.

d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.

Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik adalah

keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh

karena itulah siswa termotivasi belajar karena adanya kebutuhan.

e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.

Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat

menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa

belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna

tidak hanya kini, tetapi juga hari-hari mendatang.

33

Page 34: Halim Proposal

f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya

prestasi belajar seorang siswa.

g. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif

untuk memelihara minat siswa. Cara mengajar yang yang bervariasi

ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan

menyenangkan.

h. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang

motivasi. Apabila seseorang telah mengetahui tujuan yang hendak

dicapainya, perbuatan kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.

i. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan

minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-

tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan

untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri, ia

akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.

j. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreatifitas siswa.

Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan

kepada kegiatan-kegiatan kreatif (Oemar Hamalik, 2004).

Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi

dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan

dalam aktivitas belajar mengajar. Peran guru sangat penting dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena dengan tanpa adanya

motivasi kegiatan belajar tidak akan terlaksana dengan maksimal.

34

Page 35: Halim Proposal

5. Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka

mengarahkan belajar siswa di kelas sebagai berikut:

a. Memberi angka

Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan

kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan

prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya

terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang

diprogramkan dalam kurikulum.

b. Hadiah

Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai

penghargaan. Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan sebagai

alat motivasi agar senantiasa mempertahankan dan meningkatkan

prestasi belajar.

c. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan untuk mendorong siswa agar bergairah

belajar.

d. Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja

keras dengan mempertaruhkan harga diri.

e. Memberi ulangan

35

Page 36: Halim Proposal

Para siswa akan belajar dengan giat kalau mengetahui kalau akan ada

ulangan.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, siswa terdorong untuk belajar

lebih giat.

g. Pujian

Seorang siswa akan senang dipuji atas hasil pekerjaan yang telah

mereka selesaikan. Hal ini akan membesarkan jiwa seseorang dan

akan lebih bergairah dalam mengerjakannya.

h. Hukuman

Hukuman yang mendidik yakni bertujuan untuk memperbaiki sikap

dan perbuatan siswa yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman

siswa tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat berarti ada unsur kesengajaan dalam kegiatan belajar, sehingga

sudah barang tentu hasilnya akan jauh lebih baik.

j. Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap atau suatu rasa lebih suka

dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan

mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik

baginya.

36

Page 37: Halim Proposal

k. Tujuan yang diakui angka merupakan alat motivasi yang cukup.

Dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat

berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk

terusbelajar (Sardiman, 2011:91).

Bentuk-bentuk motivasi seperti di atas tersebut hanyalah

sebagian cara untuk mengarahkan belajar siswa agar termotivasi untuk

selalu bersemangat dalam belajar. Guru harus kreatif dalam memberikan

suatu cara untuk memotivasi siswanya agar mereka tidak merasa bosan

atau jenuh, sehingga akan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar

yang menyenangkan.

6. Indikator Siswa Termotivasi

Indikator yang bisa dijadikan patokan bahwa siswa itu termotivasi adalah:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama, tidak berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan.

c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.

d. Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan.

e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan

prestasinya).

f. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”

(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya).

37

Page 38: Halim Proposal

g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat, capat bosan dengan tugas-

tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah

yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).

h. Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan

kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian).

i. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Jadi tugas dari guru adalah selalu melihat perkembangan dari

siswanya, agar nantinya bisa dijadikan evaluasi agar lebih baik lagi, karena

setiap siswa mempunyai motivasi belajar yang berbeda.

Posisi guru dan dan siswa boleh berbeda, tetapi keduanya tetap

seiring dan setujuan. Seiring dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai

tujuan bersama. Siswa berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan

ikhlas mengantar dan membimbing siswa ke pintu gerbang cita-citanya.

Untuk itulah guru perlu memotivasi penuh agar tujuan dan cita-citanya

tercapai.

C. Pengaruh penerapan metode active learning terhadap motivasi

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS terpadu

Metode active learning adalah suatu cara/strategi belajar mengajar

yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin

sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif

dan efisien. Peran guru hanya sebagai fasililitator saja. Agar kegiatan

belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien maka harus

menggunakan metode yang tepat dan sesuai terhadap materi yang

38

Page 39: Halim Proposal

diajarkan oleh guru. Dengan demikian akan menciptakan suasana belajar

yang menjunjung KBM yang efektif dan efisien. Hal tersebut akan

dicapai suatu kondisi belajar yang optimal jika kemampuan dan

ketrampilan dikuasai atau dipenuhi guru dalam setiap pembelajaran

siswa.

Ketika kegiatan belajar mengajar berproses guru harus ikhlas

dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami peserta didiknya

dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dapat

menjadi penghambat jalannya KBM baik yang berasal dari peserta didik

maupun yang bersumber dari luar diri peserta didik harus guru hilangkan,

dan bukan membiarkannya karena keberhasilan belajar mengajar lebih

banyak ditentukan oleh guru dalam menggunakan metode pembelajaran

yang tepat.

Konsep belajar John Dewey menekankan bahwa belajar itu

menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirinya

sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan

jalannya kegiatan pembelajaran, tetapi tenaga untuk menggerakkan

tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar (Dimyati dan Mudjiono,

2013:116).

Sedangkan Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan

bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat

seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman yang diperolehnya.

39

Page 40: Halim Proposal

Dari batasan belajar yang dikemukakan oleh Dewey serta Gage

dan Berliner, kita dapat menandai bahwa belajar merupakan suatu proses

yang melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan

organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, ketrampilan,

dan sikapnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin

melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang yang

belajar adalah orang yang mengalami sendiri metode active proses

belajar.

Diantara salah satu kemampuan penerapan leaning adalah

mengupayakan siswa untuk belajar, berdasarkan gambaran-gambaran

nilai dari macam-macam dan tujuan perlu disyaratkan bagi guru untuk

mencapai tujuan instruksional bidang IPS terpadu ekonomi. Dari

penjelasan tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan:

a. Penerapan metode active learning dapat memantapkan arah dan

tujuan pelajaran IPS terpadu ekonomi pada peserta didik dari aspek

motivasi belajar peserta didik.

b. Pendidikan yang erat hubungannya dengan tingkah laku akan

ditunjang oleh fungsi serta tujuan penerapan metode active learning

berdasarkan motivasi belajar peserta didik.

c. Penerapan metode active learning akan memudahkan dalam proses

belajar mengajar peserta didik dan memantau guru mengajar secara

efektif dan efisien, dalam rangka memenuhi tujuan pengajaran, dan

40

Page 41: Halim Proposal

motivasi belajar peserta didik sebagai akibat dari perolehan dari

pengajar.

3. Perumusan hipotesis

Ho: Variabel penerapan metode active learning tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap motivasi belajar.

Ha: Variabel penerapan metode active learning berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel motivasi belajar.

I. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

dikemukakan di atas, maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan

informasi yang lengkap dan mendalam mengenai pengaruh metode active

learning terhadap motivasi belajar IPS terpadu ekonomi peserta didik di

MTs. NW Embung Raja, maka peneliti akan mencoba menggunakan jenis

penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai

alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Menurut

Arikunto penelitian kuantitatif adalah”sesuai dengan namanya yaitu

banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data terhadap tersebut, serta penampilan dari data

tersebut (Arikunto, 2002:10).

Dengan metode deskriptif penelitian survei, yaitu bertujuan untuk

menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau

41

Page 42: Halim Proposal

berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek

penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.

2. Populasi dan sampel

a. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2013:117) adalah sebagai

berikut: “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Arikunto mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu

yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.Berdasarkan

pengertian di atas, maka yang jadi populasi penelitian ini adalah

seluruh siswa MTs. NW Embung Raja kecamatan Terara yang

berjumlah 263 siswa.

Tabel 1. Jabaran populasi

Kelas Populasi

VII 102

VIII 99

IX 62

Jumlah 263

Sumber: Arsip MTs. NW Embung Raja

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

Populasi (Sugiyono, 2013:117). Sampel merupakan sebagian atau

wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Sample dalam

42

Page 43: Halim Proposal

penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VIII MTs. NW Embung

Raja, karena peneliti akan menggunakan teknik random dalam

menentukan sampel karena setiap anggota populasi terpilih menjadi

anggota sampel dengan peluang yang sama (Subama dan Sudrajat,

2001:117), maka sampel pada penelitian ini semua kelas VIII yang

berjumlah 99 siswa.

Tabel 2. Jabaran sampel

Kelas Sampel

VIII.A 39

VIII.B 39

VIII.C 21

Jumlah 99

3. Data penelitian

a. Jenis dan sumber data

Adapun sumber data yang dapat diperoleh melalui, yaitu:

1. Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data

pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Dalam hal ini

kepala sekolah, guru, siswa dan pihak yang terkait (Sugiyono,

2013:308)

2. Sumber data sekunder yaitu data yang lebih dulu dikumpulkan

oleh Orang yang ada di luar penyelidikan. Dalam hal ini buku-

buku (literatur) dan dokumen-dokumen yang ada (Sugiyono,

2013:308)

b. Teknik pengumpulan data

43

Page 44: Halim Proposal

Untuk mendapatkan data yang ada hubungannya dengan penulisan ini,

penulis memakai beberapa metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002:133).

Sedangkan menurut Margono (2005:58) observasi diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa observasi

adalah pengamatan terhadap proses terjadinya sesuatu kegiatan

dalam situasi tertentu. Dalam melakukannya harus secara

langsung dalam artian bahwa dalam melakukan pengamatan

peneliti mengamati secara langsung apa yang nampak/terjadi di

lapangan sehingga data yang diinginkan betul-betul akurat.

2. Kuisioner/Angket

Metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar

pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim

untuk diisi oleh responden. Setelah diisi,angket dikirim kembali

atau dikembalikan kepetugas atau ke peneliti. Metode ini

digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang tingkat

motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan metode

active learning. Dalam hal ini peneliti memakai metode kuisioner

44

Page 45: Halim Proposal

langsung sebagai instrumen penelitian, yaitu responden

menajawab tentang dirinya, dan dilihat dari bentuknya kuisioner

ini termasuk rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah

pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan

tingkatan-tingkatan. Adapun sakala pengukuruan yang digunakan

dalam angket ini menggunakan skala Likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang

atau sekelompok orang.

Data diolah dengan menggunakan skala Likert dengan

jawaban atas pertanyaan yaitu skala nilai 1-5. Nilai yang

dimaksud adalah skor atas jawaban responden, dimana nilai yang

digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1

.

TP = Tidak pernah Skor jawaban 1

2

.

JR = Jarang Skor jawaban 2

3

.

KD = Kadang-kadang Skor jawaban 3

4

.

SR = Sering Skor jawaban 4

5

.

SLL = Selalu Skor jawaban 5

4. Variable penelitian

45

Page 46: Halim Proposal

Variable adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 2010: 161).Variabel adalah gejala yang

menjadi penelitian atau apa saja yang menjadi perhatian penelitian yaitu:

a. Variable Bebas X (Indevenden Variabel)

Yaitu variable yang menjadi sebab perubahan timbulnya

variable devenden atau variable terikat (Sugiyono, 2013: 61).

Variable bebas dalam penelitian ini adalah Pengaruh metode active

learning

b. Variable terikat Y (Devenden Variabel)

Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variable bebas. Adapun variable pada penelitian ini

yaitu motivasi belajar siswa

5. Analisis data

Sebagaimana dimaklumi bahwa data merupakan kedudukan yang

sangat penting bagi suatu penelitian, karena data merupakan

penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk

membuktikan hipotesis. Oleh sebab itu benar tidaknya data, sangat

menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya

data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Instrumen

yang baik harus memenuhi harus memenuhi dua persyaratan penting,

yaitu validitas dan reliabilitas.

a. Uji validitas

46

Page 47: Halim Proposal

Uji validitas adalah pengujian sejauh mana suatu alat ukur yang

digunakan untuk mengukur variabel yang ada. Sebuah instrument

dikatakan valid jika mampu mengukur yang dinginkan oleh peneliti,

serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambar tentang

variabel yang dimaksud. Cara pengujian validitas dengan menghitung

korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dan skor total dengan

menggunakan rumus korelasi Product Moment.

Teknik korelasi Product Moment ini digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data

kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua

variabel atau lebih tersebut adalah sama. Teknik analisis data product

moment dengan angka kasar digunakan untuk menemukan pengaruh

penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.

Valid tidaknya suatu item instrument dapat diketahui dengan

membandingkan indeks Korelasi Product Moment atau r hitung

dengan nilai kritisnya dan rumus Product Moment yang digunakan

adalah sebagai berikut:

R xy=N∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )

√¿¿¿

Keterangan:

Rxy = Koofisien korelasi antara variable x dan y

N = Jumlah subjek penelitian

47

Page 48: Halim Proposal

∑ xy= Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑ x = Jumlah skor x

∑ y = Jumlah skor y

b. Uji reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu

alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan

hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur

tersebut reliabel. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan

menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu

sebagai berikut:

r11=( k(k−1 ) )(1−

∑ δb2

δ t2 )

Keterangan:

R11 = Reliabilitas instrument

K = Banyaknya butir pertanyaan atau soal

∑ δb2=¿ Jumlah varians butir

δ t2❑= Varians total (Arikunto, 2010:239)

Uji reliabilitas ini dihitung dengan cara mengkorelasikan skor

item satu dengan skor item yang lain kemudian hasilnya dibandingkan

48

Page 49: Halim Proposal

dengan nilai kritis pada tingkat signifikan 5 % (α = 0, 05). Jika

koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis, maka alat ukur tersebut

dikatakan reliabel.

6. Pengujian hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan bermakna atau tidak maka

digunakan perhitungan uji t. Uji t (parsial) merupakan uji statistik secara

individu untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat, yaitu sebagai berikut:

t = r √n−2

√1−r 2

Di mana:

t = Nilai thitung atau tes signifikan korelasi

r = Koefisien korelasi hasil rhitng

n = Jumlah responden (Sugiyono, 2013:257)

Kesimpulan

Menolak Ho dan menerima Ha secara parsial variabel penerapan metode

active learning berpengaruh terhadap variable dependen motivasi belajar,

atau menerima Ho dan menolak Ha artinya bahwa secara parsial variable

penerapan metode active learning tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen motivasi belajar.

49

Page 50: Halim Proposal

J. Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Juni Juli Agustus

Minggu Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal X X

2 Konsultasi Proposal X X X

3 Penelitian X

4 Pengumpulan Data X

5 Analisis Data X

6 Penyusunan Skripsi X

7 Konsultasi Skripsi X X

8 Penyelesaian Skripsi X

50

Page 51: Halim Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatah Yasin, 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sukses Offset.

Gintings, Abdorrakhman. 2010. Esensi praktis belajar dan pembelajaran. Bandung: Humaniora

Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Mudjiono dan Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Muhtadi, Ali. Model Pembelajaran “Active Learning” dengan Metode Kelompo untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurdin Syarifuddin dan Usman Basyiruddin. 2002. Guru Profesional Dan Implementasi kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.

Riyanto, yatim. 2001. Metodologi penelitian pendidikan. Surabaya: SIC

Rusyan, Tabrani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Subama dan sudrajat. 2001. Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung: CV Pustaka setia.

Sugiyono, 2013. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Silberman, Melvin. 2006. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusamedia

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

___________Pembelajaran aktif. (http://www.gwu.edu/eriche).

51