Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah di era modern ini membutuhkan pelayanan dalam hal bimbingan konseling untuk peserta didik. Ini di maksudkan untuk bisa mengendalikan laju pengaruh globalisasi yang kian marak kita saksikan dalam masyarakat. Di berbagai media kita akan banyak disuguhkan beberapa bentuk kenakalan remaja, sungguh ironis memang. Lalu apakah kita akan menyalahkan pemerintah saja tanpa ada perbaikan dari tingkat dasar? Pemerintah hanya mampu memberikan kurikulum yang terbaik untuk kita, dan satu-satunya pemegang wewenang untuk mengolah peserta didik sedemikian rupa adalah di tangan kita para calon pendidik. Olehnya itu, Guru memiliki tanggung jawab besar untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Potensi yang dikembangkan tersebut tidak hanya kecerdasan dan keterampilan belaka, melainkan menyangkut seluruh aspek kepribadian peserta didik. Oleh karena itu seorang guru tidak cukup hanya memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang pembelajaran tetapi juga harus memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling. Guru yang memahami konsep-konsep bimbingan diharapkan dapat 1
33

HAKIKAT BIMBINGAN KONSELING

Nov 06, 2015

Download

Documents

FitrianiNingsih
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahPada umumnya sekolah di era modern ini membutuhkan pelayanan dalam hal bimbingan konseling untuk peserta didik. Ini di maksudkan untuk bisa mengendalikan laju pengaruh globalisasi yang kian marak kita saksikan dalam masyarakat. Di berbagai media kita akan banyak disuguhkan beberapa bentuk kenakalan remaja, sungguh ironis memang. Lalu apakah kita akan menyalahkan pemerintah saja tanpa ada perbaikan dari tingkat dasar? Pemerintah hanya mampu memberikan kurikulum yang terbaik untuk kita, dan satu-satunya pemegang wewenang untuk mengolah peserta didik sedemikian rupa adalah di tangan kita para calon pendidik. Olehnya itu, Guru memiliki tanggung jawab besar untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Potensi yang dikembangkan tersebut tidak hanya kecerdasan dan keterampilan belaka, melainkan menyangkut seluruh aspek kepribadian peserta didik. Oleh karena itu seorang guru tidak cukup hanya memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang pembelajaran tetapi juga harus memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling. Guru yang memahami konsep-konsep bimbingan diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitator perkembangan siswa, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, moral, maupun spiritual. Melalui tulisan sederhana ini akan dicoba untuk mengungkap hakikat Bimbingan Konseling dan Pengelolaan, Pelayanan Bimbingan Konseling.B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hakikat bimbingan dan konseling ?2. Bagaimana pengertian bimbingan dan konseling ?3. Bagaimana tujuanpelayananbimbingandankonseling ?4. Bagaimana organisasi layanan bimbingan dan konseling ?5. Bagaimana peranan guru dalam layanan bimbingan dan konseling ?6. Bagaimana mekanisme kerja pelaksanaan pengelolaan bimbingan konseling ?7. Bagaimana pola penanganan siswa bermasalah ?

BAB IIPEMBAHASANA. Hakikat Bimbingan dan KonselingPada dasarnya bimbingan dan konseling dilakukan dari manusia untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artinya pelayanan itu siselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia sesuai dengan simensi kemanusiaanya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut dilaksanakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan manusia menuju manusia seutuhnya, baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian bahwa manusia dengan segenap martabat , derajat serta keunikannya masing-masing. Bimbingan dan konseling seperti ini melibatkan manusia, baik dari segi totalitas, maupun potensi-potensi dan kecenderungannya, perkembangannya, dinamika kehidupan dan permasalahannya, dan interaksi yang dinamis dari unsur-unsur tersebut.Manusia pada hakikatnya positif, yang setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam kondisi terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan melakukan sesuatu. Untuk menciptakan peradaban manusia yang berkesinambungan, maka peran pendidikan sangatlah penting. Perhatian yang penuh terhadap peningkatan mutu pendidikan akan berefek terhadap semakin tingginya peradaban manusia. Salah satu unsur pendidikan yang sangat mempengaruhi peradaban manusia adalah penyelenggaraan bimbingan dan konseling, dimana bimbingan konseling sangat penting untuk menciptakan hubungan manusia yang harmonis antara manusia dan lingkungan, manusia dengan manusia ataupun manusia dengan Tuhannya.Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari asas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).B. Pengertian Bimbingan Dan KonselingBimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah guidance and conseling dalam bahasa Inggris dapat di artikan secara umum sebagai suatu bantuan. Bantuan dalam hal ini bermacam-macanm, tetapi dalam hal ini lebih dekat dengan bantuan psikologis.1. Pengertian BimbinganPengertian bimbingan dari beberapa tokoh :Bimbingan adalah bantuan yang di berikan oleh seseorang yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang dari semua usia untuk membantunya untuk mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menanggung bebanya sendiri (Crow and Crow dalam Prayitno & Erman Amti 1992:2) .Bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu (Bernard & Fullmer,1969).Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan- kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara apapun, setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupanya sepenuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi (Mortesen & Scmuller,dalam Prayitno dan E.Amti, 1994:94).Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jawaban, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Parson, dalam Jones, 1951).Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak maupun orang dewasa, agar orang tersebut dapat mengembangkan kemampuannya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kemampuan dan fasilitas yan ada dan dapat dikembangkan sesuai dengan norma yang berlaku.2. Pengertian Konseling Secara etimologis konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu consilium yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Dengan adanya konseling ini diharapkan masalah yang dihadapi klien itu bisa teratasi dan tidak berlarut-larut.Menurut beberapa tokoh pengertian koseling adalah sebagai berikut: Koseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut ( Bernard and fullmer,1969).Menurut Sertzer & Stone dalam semit yang di kutip oleh Prayitno (1994:100), konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli dalam membuat intepretasi- intepretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, penyesuaian-penyesuaian yang perlu di buatnya.Menurut Mc Daniel,1956 Konseling adalah suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang di tunjukan pada pemberian batuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendirinya dan lingkunganya.Konseling merupakan suatu proses untuk membant individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembngan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu (Division of Conseling Psychology).Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang konselor kepada klien yang bermuara pada teratasinya mesalah yang dihadapi klien.C. TujuanPelayananBimbingandanKonselingTujuan pelayanan bimbingan adalah ialah agar konseling dapat:1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk:1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya.2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya.3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut.4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya dan mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseling agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karir.1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseling adalah:a) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.b) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.c) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.d) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.e) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.f) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehatg) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.h) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.i) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.j) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.k) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :a) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.b) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.c) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.d) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.e) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.f) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :a) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.b) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.c) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.d) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.e) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.f) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.g) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.h) Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.D. Organisasi Layanan Bimbingan dan KonselingOrganisasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi segenap unsur di sekolah yaitu :1.Organisasi Pelayanan BK di SMUa. Unsur Kepala Dinas Pendidikan Propinsi/kota adalah personil yang bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.b. Dewan Pendidikan berperan dalam mutu peningkatan layanan pendidikan dengan memberi pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana, serta pengawasan pendidikan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak memunyai hubungan hirarkis.c. Kepala Sekolah (bersama wakil kepala sekolah) adalah penanggung jawab pendidikan disatuan pendidikan secara keseluruhan, termasuk pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.d. Komite sekolah berperan dalam mutu peningkatan pelayanan pendidikan, dengan memberi pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.e. Koordinator bimbingan dan konseling (bersama para guru pembimbing) adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahf. Guru mata pelajaran/praktik, adalah pelaksana pengajaran dan/atau latihan di sekolah.g. Wali Kelas adalah guru yang ditugasi secara khusus mengelola satu kelas siswa tertentu.h. Siswa adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling di sekolah.i. Tata Usaha adalah pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan administrasi dan ketatausahaan di sekolah.2. Personil PelaksanaPersonil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling, dengan koordinator dan guru. Pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Adapun personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu:a. Kepala sekolahb. Wakil kepala sekolahc. Coordinator bimbingan dan konselingd. Guru pembimbinge. Guru mata pelajaran dan guru praktikf. Wali kelas3. Program Pelayanan Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun berdasarkan kebutuhan, lengkap dan menyeluruh, sistematis, terbuka dan luwes, memungkinkan diselenggarakan penilaian dan tindak lanjut.a.PerencanaanProgram pelayanan bimbingan dan konseling direncanakan berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dirasakan oleh siswa asuh (untuk guru pembimbing tertentu) dan seluruh siswa pada umumnya serta pihak-pihak lain yang amat berkepentingan dengan perkembangan siswa pada umumnya serta piahak-pihak lain yang amat berkepentingan dengan perkembangan siswa secara optimal. Program ini meliputi semua jenis layanan dengan berbagai kegiatan pendukungnya, disusun dalam rencana yang jelas baik rinciannya maupun jangka waktunya, yaitu program satuan layanan/pendukung, mingguan, bulanan, caturwulanan, dan satu tahun penuh.b. Persiapan PelaksanaanProgram yang telah direncanakan harus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan nyata. Kegiatan ini memerlukan persiapan yang matang baik menyangkut penyipan satuan layanan/kegitannya, tenaga pelaksana, sarana penunjang dengan berbagai alat perlengkapan/fasilitasnya, maupun sasaran dari layanan/kegiatan yang direncanakan itu.c. Penilaian dan Tindak LanjutPenilaian dan tindak lanjut kegiatan bimbingan dan konseling perlu dipersiapkan dengan baik. Hal ini penting agar seluruh progrm pelyanan yang telah direncanakan itu bersifat dinamis dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan.d. Operasionalisasi ProgramProgram-program pelayanan bimbingan dan konseling yang telah direncanakan akan terlaksana dengan baik apabila ditunjang tenaga, prasarana, sarana, dan perlengkapan yang memadai. Hal-hal pokok yang harus mendapatkan perhatian guna terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang baik adalah tenaga, prasarana dan sarana, waktu, kerja sama, suasana profesional, dan dana.E. Peranan Guru dalam Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Peranan Guru pada UmumnyaGuru memunyai peranan dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan terutama dalam pendidikan formal, bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya. Sehubungan dengan ini, G. F. Moody (Natadwijaya, 1988) mengemukakan pendapat berdasarkan pengalaman dan penelaahannya, bahwa sesungguhnya keberhasialn dari suatu masyarakat yang teratur sangat bergantung kepada guru. Surakhmad (1969) mengingatkan pentingnya peranan guru dalam pembangunan bahwa kekuatan dan mutu pendidikan sesuatu negra dapat dinilai dengan memergunkan faktor guru sebagai salah satu indeks utama.Peranan guru itu akan makin tampak, kalau dikaitkan dengan kebijaksanaan dan program pembangunan dalam pendidikan dewasa ini, yaitu berkenaan dengan peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikn itu sendiri. Dalam keadaan semacam itu, guru seyogyanya memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Sehubungan dengan kualifikasi dan tugas guru itu, guru mengemban sekurang-kurangnya tiga tugas pokok, yaitu : profesional, manusiawi, dan kemasyarakatan (Darmodiharjo, 1982). 2. Peran Bimbingan dalam PembelajaranPeran bimbingan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu kompetensi guru yang terpadu dalam keseluruhan kompetensi penyesuaian interaksonal, yang merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri dengan karakteristik siswa salam suasana belajar siswa.Peranan bimbingan seorang guru sebagai penyesuaian interaksional dalam proses belajar-mengajar itu dapat diartikan sebagai perlakuan guru terhadap siswa dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :a. Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untukberkembang dn maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.b. Sikap positif yang wajar terhadap siswa.c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan.d. Pemahaman terhadap siswa secara empatik.e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.f. Penampilan diri secara ikhlas di depan siswa.g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.h. Penerimaan terhadap siswa secara apa adanya.i. Perlakuan terhdap siswa secara terbukaj. Kepekaan terhadap perasaan siswa yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya ituk. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan juga menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.l. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus. 3. Peranan Guru dalam Bimbingan di KelasKeberhasilan belajar siswa akan lebih memadai, apabila guru menerapkan peran bimbingan dalam belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi perkembangan kepribadian iswanya. Serta upaya bimbingan lain untuk membimbing siswa menentukan tujuan yang hendak dicapainya, membimbing siswa dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan.Dalam melaksanakan peranan bimbingannya, baik secara umum maupun dalam proses belajar-mengajar, guru sering mengeluh karena tugasnya terlalu melimpah. Untuk melaksanakan tugas sehari-hari , seorang guru menghadapi sejumlah siswa, sampai mungkin beratus-ratus siswa yang terbagi dalam beberapa kelas yang harus dilayaninya secara bergiliran. Sebelum melakukan tugas mengajar, guru harus memersiapkan pelajaran sebaik-baiknya , dan sesudahnya, guru harus melakukan berbagai tugas, seperti memeriksa dan memberi angka. Dengan demikian, tugas bimbingan dianggap sebagai tugas tambahan, yang pada umumnya dianggap sebagai tugas yang sangat berat.Apabila guru lebih memerhatikan siswa dan bukan hanya memerhatikan pelajarannya, maka guru itu akan menemukan dan memahami bahwa proses belajar itu lebih penting daripada pelajaran yang diberikannya. Guru aan lebih efektf, apabila memberikan perhatian yang lebih besar kepada proses belajar dan proses perkembangan siswanya.4. Keterbatasan Guru dalam Bimbingan di KelasMeskipun guru memegang peranan yang sangat penting dalam upaya bimbingan di sekolah, namun beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan guru untuk melaksanakannya. Dalam penelaahannya Miller (Natawidjaya, 1988) menghimpun sejumlah pokok persoalan yang berkenaan dengan keterbatasan guru dalam melaksanakan bimbingan. Miller meninjaunya dari dua alasan pokok, yaitu rasionalisasi guru untuk menghindari tugas bimbingan, dan alasan yang benar-benar merupakan keterbatasan teknis.a. Guru memunyai waktu yang terbatas untuk melaksanakan bimbinganb. Guru kurang mendapat latihan dan pengalaman untuk melakukan bimbinganc. Guru kurang memiliki kepribadian yang cocok untuk melakukan pekerjaan bimbingand. Guru kurang luwes dalam mengatur jadwal kegiatannya untuk melaksanakan tugas-tugas bimbingan yang tidak merupakan bagian yang nyata dari pengajaran di kelase. Dalam melaksanakan tugas pengajaran, guru seringkali dihadpkan pada situasi yang menuntutnya untuk membrikan konseling5. Perbedaan Mengajar dan MengonselingBerikut ini akan dikemukakan pendapa para ahli tentang perbedaan antara tugas mengajar dan mengonseling, sebagai berikut :Miller (Natawidjaya, 1988) menemukan tiga perbedaan pokok antara proses pengajaran dan konseling, yaitu masalah (a) disiplin, (b) komunikasi, dan (c) tujuan.Pertama; disiplin yang jelas harus dikembangkan dan dipertahankan guru dalam kelas, sedangkan guru pembimbing seringkali harus meninggalkan disiplin untuk menciptakan suatu suasana pribadi yang memadai dengan kliennya.Kedua; komunikasi yang dilakukan oleh guru, pada umumnya bersifat lisan dan guru memegang peran yang dominan. Guru lebih berfungsi untuk memberikan informasi yang cukup kepada siswa mengenai bahan pelajaran inti yang disajikannya. Sebaliknya, guru pembimbing lebih banyak mendengarkan dan membangkitkan semangat klien untuk lebih banyak mengungkapkan keadaan pribadinya, serta berusaha sebanyak mungkin memeroleh informasi dari klien.Ketiga; tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran, pada umumnya ditentukan oleh sekolah dan masyarakat yang lebih luas, termasuk pemerintah. Tujuan itu dirinci dan dikhususkan serta dirumuskan oleh guru. Meskipun di dalam pelaksanaannya masih dapat dipengaruhi oleh pihak siswa, guru tetap akan mengarrahkan kegiatan belajar-mengajar itu kepada pencapaian tujuan yang dirumuskannya tadi. Sebaliknya, kegiatan konseling memunyai tujuan yang tidak begitu saja dapat dirumuskan sebelum kegiatan itu berlangsung. Tujuan konseling sangat bergantung pada masalh yang dibawa siswa, sedangkan masalah siswa itu baru dapat ditemukan dan dianalisis dalam kegiatan konseling itu sendiri sacara berangsur-angsur.Mortensen dan Schmuller (1964) mengemukakan terdapat empat perbedaan antara proses pengajaran dan konseling, yaitu : (a) hakikat maslah yang dihadapi, (b) pemberian kekuasaan, (c) peranan kelompok, dan (d) cara bertindak.Pertama; kegiatan mengajar merupakan pelaksanaan kehendak masyarakat yang dicurahkan dalam program pendidikan bagi semua siswa. Kegiatan pengajaran dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan informasi, melatih keterampilan, dan mengembangkan sikap dan nilai yang ditentukan terlbih dahulu sesuai dengan program pendidikan di ekolah yang bersangkutan. Sebaliknya, dalam konseling, klien merupakan pihak yang lebih banyak menentukan permasalahan yang ditangani dalam pertemuan antara klien dan guru pembimbing.Kedua; di dalam kelas guru memiliki kekuasaan. Sebaliknya, guru pembimbing tidak akan memerlihatkan kekuasaannya. Dalam pengajaran guru harus memberikan penilaian dan keputusan tertentu mengenai tindakan siswa, sedangkan guru pembimbing membantu kliennya agar dia dapat menilai dirinya sendiri, dengan membrikan kemudahan dan dorongan untuk itu.Ketiga; kegiatan mengajar pada umumnya merupakan kegiatan kelompok. Konseling pada umumnya menangani perilaku klien (individul) yang berlainan dengan perilaku kelompok. Guru pembimbing menggunakan kelompok untuk menemukan kelainan-kelainan tersebut sebagai persiapan untuk melakukan konseling.Keempat; kegiatan mengajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kegiatan itu dilaksanakan dengan menggunakan prosedur dan cara yang ditetapkan oleh guru. Kegiatan mengonseling, meskipun pada dasrnya ditata berdasarkan sistem tertentu, dilaksanakan dengan memerhatikan kemajuan dan kebutuhan klien sendiri. F. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Pengelolaan Bimbingan KonselingGuru mata pelajaran Membantu memberikan informasi tentang data siswa, meliputi:1. Daftar nilai siswa2. Observasi3. Catatan anekdotWali Kelas Disamping sebagai orang tua kedua di sekolah, juga membantu mengkoordinasi informasi dan kelengkapan data, meliputi :1. Daftar nilai2. Angket siswa3. Angket orang tua4. Catatan anekdot5. Laporan observasi siswa6. Catatan home visit7. Catatan wawancaraGuru pembimbing Disamping memberikan layanan informasi kepada siswa juga sebagai sumber data yang meliputi :1. Kartu akademis2. Catatan konseling3. Data psikotes4. Catatan konferensi kasusKegiatan guru pembimbing yang perlu diketahui oleh kepala sekolah, adalah :1. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali2. Laporan tentang kelengkapan dataG. Pola Penanganan Siswa BermasalahPembinaan siswa dilakukan oleh seluruh unsur pendidikan di sekolah, orang tua, masyarakat, pemerintah. Pola tindakan terhadap siswa bermasalah di sekolah adalah sebagai berikut : seorang siswa yang melanggar tata tertib dapat ditindak oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas yang bersangkutan. Sementara itu guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatarbelakangi sikap dan tindakan siswa tersebut. Guru pembimbing bertugas membantu menangani masalah siswa tersebut dengan meneliti latar belakang tindakan siswa melalui serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data, setelah wali kelas merekomendasikannya.a. Mekanisme Penanganan siswa bermasalah disekolahSejak tahun 1975, bimbingan dan konseling (BK) telah diakui sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Tahun 1990 tebit Peraturan Pemerintah nomor 28 dan 29, yang secara tegas dinyatakan bahwa bimbingan merupakan suatu layanan pendidikan yang harus diperoleh semua peserta didik dalam rangka membantu mereka mengarahkan perencanaan masa depan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan masing-masing. Pelayanan BK kepada siswa mencakup 4 bidang : yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karir. Keempat bidang tersebut akan dilayani melalui lima aktivitas layanan :1. Identifikasi masalah (pendataan), yaitu penetapan jenis dan masalah serta latar belakang sebagai landasan untuk pelayanan selanjutnya.2. Diagnosis, yaitu dalam kerangka menelusuri faktor penyebab munculnya masalah yang dialami siswa.3. Prognosis, yaitu menganalisis kemungkinan terentaskan masalah yang dialami siswa dengan berbagai alternative penyelesaian masalah.4. Treatment, yaitu menentukan metode atau teknik yang digunakan dalam mengentaskan masalah yang dialami siswa.5. Evaluasi dan tindak lanjut, sebagai upaya untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan pelayanan yang diberikan dan sekali gus juga sebagai kelanjutan penelitian terhadap layanan BK selanjutnya.Bimbingan merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan boleh dikatakan rumit, karena berkaitan dengan perilaku manusia, yang berdimensi jamak dan sukar sekali diramalkan. Oleh sebab itu, konselor yang peduli dengan siswa tentu akan selalu meningkatkan kreativitas setiap saat. Atas dasar asumsi itulah makalah ini disajikan kepada peserta seminar, semoga pokok kajian yang disampaikan dapat menambah khasanah pengetahuan dan kererampilan kita para konselor sekolah dalam rangka menuju konselor yang professional.Pada bagian awal penjelasan akan diuraikan konsep tentang BK Perkembangan, (selama ini kita lebih menganut dan mendahulukan konsep penyembuhan dan pemecahan masalah), Struktur layanan BK Perkembangan dan Mekanisme pemecahan masalah.Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.Perlu digaris bawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK/Konselor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana tampak dalam bagan berikut :b. Tingkatan masalah siswa berserta mekanisme penanganannya1) Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.2) Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakankonferensi kasus.3) Masalah (kasus) berat,seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.

BAB IIIPENUTUPA. SimpulanAdapun simpulan yang dapat diambil dari makalah ini, yaitu:a. Pada dasarnya bimbingan dan konseling dilakukan dari manusia untuk manusia dan oleh manusia. b. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak maupun orang dewasa. Dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang konselor kepada klien yang bermuara pada teratasinya mesalah yang dihadapi klien.c. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa mengatasi kesulitan dalam belajar dan mengatasi terjadinya kebiasaan- kebiasaan yang tidak baik dalam proses belajar dan mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.d. Organisasi pelayanan BK di SMU Meliputi kepala dinas pendidikan propinsi/ kota, dewan pendidikan, pengawas sekolah bidang BK, kepala sekolah, komite sekolah, koodinator bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran/ praktik, wali kelas, siswa, dan tata usaha.e. Peran guru dalam bimbingan dan konseling adalah sebagai informatory, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. f. Program layanan meliputi perencanaan, persiapan pelaksanaan, serta penilaian dan tindak lanjut.g. Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.

B. SaranAdapun saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu:1. Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pengelolaan layanan bimbingan dan konseling.2. Dengan pengetahuan yang didapatkan setelah membaca makalah ini, hal itu diharapkan dapat diterapkan sesuai waktu, kondisi, dan kebutuhan kita.

1