Top Banner
CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174 GREEN ROAD 1 BAB 1 PENDAHULUAN Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang berperan penting di setiap negara dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dalam rentang tahun 1987 sampai dengan 2011 pertambahan panjang jalan di Indonesiarata-rata per tahun untuk jalan nasional adalah 11.313,3 km, jalan propinsi 1.082,3 km, dan jalan kabupaten/kotaadalah 94.445,5 km. Data tersebut tidak termasuk jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakartadalam rentang tahun 1987-1992, dan tidak termasuk dalam wilayah Timor Timur sejak tahun 1999. Dengan pertumbuhan panjang jalan yang terus mengalami peningkatan tentu akan berakibat pada berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam sebagai pembentuk struktur jalan, meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan oleh proseskonstruksi, meningkatnya emisi yang ditimbulkan pada tahap pembangunan maupun operasional, berkurangnyalahan produktif akibat pengalihan lahan akibat pembangunan jalan, dan berbagai dampak lain terkait denganlingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka perludikembangkan proses konstruksi yang mampu mereduksi pemakaian sumberdaya alam dan meminimalisasiterjadinya limbah yang dihasilkan melalui konsep jalan hijau. Manfaat jalan hijau setidaknya mencakup hal-halsebagai berikut: (a) manfaat bagi lingkungan (ekosentris) adalah mengurangi penggunaan material, bahan bakar fosil, air, polusi udara, emisi gas
30

Green Road

Dec 06, 2015

Download

Documents

Rann Ehok

Pembangunan jalan yang ramah lingkungan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang berperan penting di setiap negara dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dalam rentang tahun 1987 sampai

dengan 2011 pertambahan panjang jalan di Indonesiarata-rata per tahun untuk jalan nasional

adalah 11.313,3 km, jalan propinsi 1.082,3 km, dan jalan kabupaten/kotaadalah 94.445,5 km.

Data tersebut tidak termasuk jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota

Jakartadalam rentang tahun 1987-1992, dan tidak termasuk dalam wilayah Timor Timur sejak

tahun 1999. Dengan pertumbuhan panjang jalan yang terus mengalami peningkatan tentu

akan berakibat pada berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam sebagai pembentuk struktur

jalan, meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan oleh proseskonstruksi, meningkatnya

emisi yang ditimbulkan pada tahap pembangunan maupun operasional, berkurangnyalahan

produktif akibat pengalihan lahan akibat pembangunan jalan, dan berbagai dampak lain

terkait denganlingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hal-hal

tersebut diatas maka perludikembangkan proses konstruksi yang mampu mereduksi

pemakaian sumberdaya alam dan meminimalisasiterjadinya limbah yang dihasilkan melalui

konsep jalan hijau. Manfaat jalan hijau setidaknya mencakup hal-halsebagai berikut: (a)

manfaat bagi lingkungan (ekosentris) adalah mengurangi penggunaan material, bahan bakar

fosil, air, polusi udara, emisi gas rumah kaca, polusi air, limbah padat, dan mampu

memulihkan/membentuk habitat.(b) manfaat bagi manusia (antroposentris) adalah

meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatanmanusia, ekonomi lokal,

kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012)

Pada saat ini pembangunan berwawasan lingkungan menjadi perhatian dunia, dimana isu

pemanasan global dan penghematan penggunaan bahan bakar menjadi isu utama. Indonesia

juga termasuk negara yang mempunyai komitmen penurunan emisi buang dari industry

berkaitan dengan pembangunan yang bersifat “Go Green”. Secara Global, Indonesia berada

di urutan ke-5 dalam menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca atau sekitar 4.63 % (World

Resources Institute, 2005). Konfrensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-13

tentang Perubahan Iklim di Bali pada tahun 2007 menyepakati untuk melakukan

pembangunan berkadar rendah karbon, dengan target penurunan kadar CO2 sebesar 26 % s/d

41% (akhir tahun 2020). Tentunya kesepakatan tersebut dapat terwujud apabila semua sektor

industri termasuk industri konstruksi mempunyai perhatian dan komitmen yang sama

Page 2: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

2

terhadap masalah lingkungan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Fakta

membuktikan bahwa industri konstruksi berpartisipasi besar dalam penurunan kualitas

lingkungan. Frick dan Suskiyanto (2007) menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya tak

terbarukan, proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari

konsumsi yang berlebihan, dan masalah transportasi adalah kontributor dampak lingkungan.

Widjanarko (2009) menyatakan bahwa secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50%

sumber daya alam, 40% energi, dan 16% air. Mengingat besarnya konsumsi sumberdaya

alam dalam aktivitas konstruksi maka diperlukan perencanaan yang baik dalam pengelolaan

penggunaannya agar keberlanjutannya tetap diperhatikan. Selain itu beberapa peneliti dunia

membeberkan fakta lain tentang peran industri konstruksi terhadap lingkungan.

Ferguson dkk. (1995) menyatakan lebih dari 50% dari seluruh limbah di United

Kingdom berasal dari limbah konstruksi.

Craven dkk. (1994) menyatakan bahwa kegiatan konstruksi menghasilkan limbah

sebesar kurang lebih 20-30% dari keseluruhan limbah di Australia

Rogoff dan Williams (1994) menyatakan bahwa 29% limbah padat di Amerika

Serikat berasal dari limbah konstruksi.

Hendrickson dan Horvath (2000) bahwa konstruksi berpengaruh secara signifikan

terhadap lingkungan, oleh karena itu sudah seharusnya dilakukan minimasi

pengaruhnya terhadap lingkungan.

Oladiran (2008) menuliskan bahwa salah satu penyebab timbulnya limbah konstruksi

adalah penggunaan sumberdaya alam melebihi dari apa yang diperlukan untuk proses

konstruksi.

Limbah yang dihasilkan oleh aktivitas konstruksi seperti tersebut diatas dapat

menurunkan kualitas lingkungan. Industri konstruksi dengan tingkat penggunaan SDA 50%,

Energi 40%, dan Air 16 % telah menghasilkan limbah dalam jumlah besar 20 % sampai

dengan lebih dari 50% dari seluruh limbah dan berkontribusi sebanyak 45 % dalam

menghasilkan emisi CO2. Menanggapi permasalahan ini maka Agenda Konstruksi Indonesia

2030 yang menyatakan bahwa konstruksi Indonesia mesti berorientasi untuk tidak

menyumbangkan terhadap kerusakan lingkungan namun justru menjadi pelopor perbaikan

dan peningkatan kualitas lingkungan seluruh habitat-persada Indonesia, dengan salah satu

agenda melakukan promosi sustainable construction untuk penghematan bahan dan

pengurangan limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi

(LPJKN 2007, h. 142).

Page 3: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

3

Conseil International du Batiment, (1994) menyatakan bahwa tujuan sustainable construction

(pembangunan berkelanjutan) adalah menciptakan bangunan berdasarkan disain yang

memperhatikan ekologi, menggunakan sumberdaya alam secara efisien, dan ramah

lingkungan selama operasional bangunan serta menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan

mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Page 4: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

4

BAB 2

POKOK PERMASALAHAN

2.1 Jalan vs Lingkungan di Indonesia

Panjang jaringan jalan di Indonesia tahun 2008 sudah mencapai 372.173 km yang

meliputi jalan nasional 9,30%, jalan propinsi 13,08% jalan kabupaten/kota 77,43% dan

jalan tol 0,18% (Dit Jen Bina Marga 2008). Sekitar 98 % dari jalan yang diperkeras pada

jalan nasional ialah perkerasan lentur (Widayat 2009) sedangkan sisanya ialah perkerasan

beton. Data ini sedikit menggambarkan system transportasi yang handal khususnya jalan

dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah, pembangunan ekonomi, mobilitas

manusia, barang, dan jasa. Prasarana jalan, sebagai bagian dari system transportasi,

diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi

waktu tempuh dan jarak tempuh dari suatu lokasi.

2.1.1 Isu Lingkungan Hidup.

Beberapa data Isu Lingkungan Hidup:

Luas hutan 130,68 juta ha (hutan primer 41,26 juta ha) tidak berhutan 41,05 juta

ha.

Laju kerusakan hutan mencapai 0.70 juta ha/tahun.

Lahan kritis 24.47 juta ha, yang sangat kritis 5,4 juta ha.

Peningkatan aktifitas penduduk dari sector transportasi, industry, dan jasa

menciptakan peningkatan pencemaran udara.

Peningkatan temperature udara, curah hujan, kenaikan muka air laut serta

peningktan intesitas kejadian ekstrim seperti meningkatnya intensitas curah hujan

pada musim basah.

Permasalahan lingkungan yang berat (persampahan, pencemaran udara,

pencemaran air, dsb.)

2.1.2 Isu Pembangunan Jalan

Kecenderungan penggalian bukit untuk perluasan jaringan jalan secara

sembarangan menyebabkan kerusakan lingkungan perbukitan.

Galian dan timbunan pada pembangunan jalan menimbulkan material buangan

dalam jumlah yang besar dan menyebabkan longsoran.

Page 5: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

5

Kebiasaan ini terus dilakukan karena pengambil keputusan merasa puas akan

kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan jalan.

Masyarakat setempat menerima kebiasaan ini karena mereka merasa tidak

bersalah akan dampaknya karena menginginkan akses jalan.

Ketidakstabilan dan kehilangan tanah terjadi diberbagai tahapan dalam

pembangunan jalan : jumlah massa galian, keruntuhan bagian sisi bawah karena

beban tanah pada bagian puncak, longsor akibat ketidakstabilan lereng dan erosi

tanah selama masa operasional jalan.

Untuk memenuhi keperluan pembangunan dan pemeliharaan perkerasan lentur

tersebut setiap tahun diperlukan aspal sekitar 1,2 – 1,3 juta ton dimana sekitar

900.000 ton untuk jalan nasional dan 300.000 – 400.000 ton untuk jalan jalan di

daerah (Danis Sumadilaga, 2007). Bila dianggap semua jenis campuran yang

digunakan ialah campuran beraspal panas (hot mix) dengan perkiraan rata rata

kadar aspal dalam campuran 6%, maka akan menghasilkan (100/6) x 1,3 juta ton

= 21,6 juta ton campuran beraspal panas.

Sesuai dengan nama dan sifatnya, campuran beraspal panas (hot mix) tersebut

memerlukan pemanasan pada suhu tertentu yang cukup tinggi pada Asphalt

Mixing Plant (AMP), sesuai dengan jenis aspal yang digunakannya, untuk

mendapatkan campuran dengan hasil yang baik. Akibat dari ini, diperlukan bahan

bakar yang cukup banyak serta akan menghasilkan emisi buang yang besar pula.

Padahal saat ini, penggunaan bahan bakar harus di minimalkan mengingat

cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Selain itu masalah lainnya ialah

global warming, yang salah satunya perlu menekan emisi buang dari bidang

Industri, dimana Indonesia sesuai perjanjian Kyoto, telah menyepakati akan

menurunkan emisi buang dan sekaligus meningkatkan program pembangunan

ramah lingkungan.

2.2 Kebijakan Ditjen Bina Marga Terkait Lingkungan Hidup

2.2.1 Dasar‐Dasar Kebijakan

2.2.1 Undang–UndangNo.38Tahun2004 tentang Jalan

Pasal2: Penyelenggaraan jalan berdasarkan pada asas kemanfaatan, keamanan dan

keselamatan,keserasian,keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi dan

akuntabilitas, keberdayaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan kemitraan.

Page 6: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

6

Pasal 5 Ayat 1: Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran

penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik,

pertanahan dan keamanan,serta dipergunakan untuk sebesar kemakmuran.

2.2.2 Permen Pu Nomor : 19/Prt/M/2011 Tentang persyaratan Dan Perencanaan Teknis

Jalan Pasal59

Kelestarian lingkungan hidup wajib dipertimbangkan untuk setiap Perencanaan

Teknis Jalan

Setiap perencanaan teknis Jalan harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL atau

UKLUPL atau SPPL sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Integrasi pertimbangan lingkungan dilakukan dengan memasukan rekomendasi

lingkungan yang terdapat didalam AMDAL/UKL–UPL/SPPL sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) kedalam Perencanaan Teknis Rinci.

2.2.3 Kebijakan lingkungan Lainnya

Permen PU No.10/PRT/M/2008 ttg Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau

Keg.Bidang PU yang wajib dilengkap dg Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan

Permen PU No.05/PRT/M/2012 ttg Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan

Jalan

Keputusan Dirjen Bina Marga No.08,09,10,11 Thn 2009 ttg Pedoman

Umum,Pedoman Perencanaan, Pedoman Pelaksanaan dan Pedoman Pemantauan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan & Jembatan

2.3 Tusi terkait lingkungan bidang Jalan

Tugas Subdit TLKJ: Melaksanakan pembinaan teknik lingkungan termasuk mitigasi

bencana alam dan keselamatan jalan.

Fungsi Subdit TLKJ:

Penyusunan dan pengembangan norma, standar, pedoman, prosedur dan kriteria

teknik lingkungan dan mitigasi bencana alam

Pembinaan analisis dampak lingkungan dan dampak social budaya akibat jalan.

Page 7: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

7

2.4 Sasaran Utama Pelaksanaan Kegiatan Subdit Teknik Lingkungan dan Keselamatan

Jalan Direktorat Bina Teknik

Page 8: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

8

BAB 3

KONSEP GREEN ROAD

“ Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan bahwa Pembangunan 1 km lajur jalan

dengan seluruh prosesnya yang dimulai dari penambangan, pengangkutan,  pemanasan

bahan, pekerjaan tanah serta pekerjaan perkerasan, dapat menghasilkan polusi

Gas Rumah Kaca (CO2) sebanyak 1200 Ton.  Jumlah ini setara dengan jumlah polusi

udara yang dihasilkan oleh 210 mobil selama setahun”

Sebuah pertanyaan besar muncul, tentang bagaimana mewujudkan kegiatan

pembangunan jalan yang ramah lingkungan dan tetap memperhatikan keseimbangan serta

keberlanjutan ekosistem. (?) Green Road adalah solusinya.

3.1 Paradigma Green Road

meminimalkan dampak lingkungan akibat lalu-lintas dan pembangunan

infrastruktur

membaur dengan alam

desain dan komposisi yang meminimalkan dampak lalu-lintas (suara, polusi udara,

getaran)

meminimalkan konsumsi energy

mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbaharui.

3.2 Definisi Green Road

Green Road didefinisikan sebagai jaringan ekologis yang didesain untuk

mengkonservasi dan merehabilitasi green belt dan kondisi ekosistem, dengan tujuan

memperbaiki dan memperbarui ekosistem unutk mendukung system kehidupan

disekitarnya. Konsep Green Road meliputi tahapan pembiayaan, perencanaan, desain,

konstruksi, dan pengeloan jalan.

3.3 Pendekatan Konsep Green Road

Pendekatannya meliputi 3 hal sebagai berikut:

Pembangunan Ramah Lingkungan

Pemanfaatan teknologi hijau

Participatory in nature

Konsep pembangunan jalan tersebut dijabarkan sebagai berikut: Berkualitas tinggi,

pembiayaan yang efektif, kebisingan rendah, ramah lingkungan, aman, mitigasi risiko,

Page 9: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

9

pemeliharaan minimum, serta memfasilitasi mobilitas dan inter-koneksi antar moda

transportasi.

3.4 Green Road dalam Siklus Proyek

Pembiayaan: penggunaan konsep green economy, turut menghitung tidak hanya

biaya konstruksi saja tetapi juga biaya pemeliharaan, dan bahkan hingga kerugian

akibat traffic jam yang disebabkan oleh kegiataan pemeliharaan.

Perencanaan: pemilihan rute yang optimum untuk mengurangi dampak

kerusakan/pencemaran terhadap lingkungan.

Desain: pemanfaatan informasi dan kearifan lokal seperti misalnya kondisi

morfologi terkait kerentanan terhadap bencana.

Konstruksi: penggunaan material lokal, gangguan yang minimal terhadap

ekosistem sekitar, penggunaan material daur ulang/ramah lingkungan.

3.5 Konsep pembangunan Green Road (Green Highways Partnership)

Memiliki nilai tambah terhadap fungsi lingkungan khususnya terkait daerah

tangkapan air hujan;

Upaya yang  lebih dari sekadar pemenuhan terhadap persyaratan lingkungan

yang diatur oleh Undang‐Undang

Menjaga kelestarian bangunan sejarah dan budaya setempat;

Memetakan seluruh sumber daya dalam upaya melindung isumber daya sensitif;

Memanfaatkan metoda inovatif dan alami untuk mengurangi kemampuan wilayah

dalam menyerap air hujan;

Memaksimalkan pemanfaatan infrastruktur yang sudah ada,  mendorong

penggunaan alat transportasi multi‐moda dan transportasi umum;

Memanfaatkan material daur ulang untuk meminimalkan bahan buangan dan

energy dalam kegiatan pembangunan jalan;

Keterkaitan yang baik antara transportasi nasional dengan rencana pengembangan

tatar uang daerah/lokal;

Membatasi populasi hewan/tumbuhan asing dan mendorong pertumbuhan spesies

lokal;

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan lingkungan;

Melindungi hidrologi daerah rawa, dan daerah aliran sungai dengan melakukan

restorasi terhadap saluran alami;

Page 10: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

10

Memiliki target yang terukur dalam hal pelestarian atau peningkatan kondisi

lingkungan hidup sesuai kebutuhan lokal;

Mengurangi gangguan terhadap ekologi dengan mendorong penerapan koridor

penyeberangan satwa sesuai dengan rencana perlindungan satwa;

Page 11: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

11

3.6 Implementasi Green Road di Bina Marga

3.6.1 Penanaman pohon pada system jaringan jalan nasional (Tree Planting)

Fungsi Ecological: menyerap gas/partikel beracun dari kendaraan, aspal.

Berfungsi sebagai ‘paru-paru kota’, menjaga kelestarian habitat lokal;

Page 12: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

12

Fungsi Technical: physical barriers, glare reduction, sound barriers, wind barriers,

erosion control;

Fungsi Beautification: nilai-nilai keindahan dan meningkatkan amenitas;

Fungsi Psychologic: mengurangi stres melalui harmonisasi bentuk, warna dan

wewangian.

3.6.2 Penggunaan teknologi hijau “Rumput Vetiver”

Upaya Bio-engineering untuk stabilisasi lereng;

Tumbuhan non-invasive, tidak mengganggu tanaman lokal;

Sistem akar yang dalam (2-4 meter), kekuatan akar hingga 75

MPa;

Ideal untuk konservasi tanah dan air;

Telah dilaksanakan pada pekerjaan penguatan lereng pada Jalan

Tol Cipularang: Total rumput vetiver tertanam: 29.240 m2(data

2008).

Potensi penggunaan pekerjaan stabilisasi lereng pada

pembangunan jalan di seluruh Indonesia.

Page 13: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

13

3.6.3 Penggunaan teknologi “Recycling Asphalt” 

Recycling Asphalt merupakan upaya daur ulang, penggunaan kembali material

yang tak digunakan dalam pekerjaan rehabilitasi jalan; •Dilaksanakan pada perkerasan

jalan aspal/agregat/kerikil yang perlu distabilisasi atau ditingkatkan kemampuan daya

dukungnya dengan menambahkan bahan tambah semen, sebagai bahan lapis pondasi

bawah; •Pemanfaatan recycling asphalt telah dilaksanakan pada pekerjaan rehabilitasi

jalan di beberapa ruas jalan Pantura Jawa.

Dari keseluruhan panjang jalan di Indonesia ((± 486.296 km) 59,1% diantaranya

menggunakan jenis perkerasan lentur dengan menggunakan aspal sebagai

materialnya. Hal ini berakibat pada besarnya kebutuhan aspal nasional yaitu mencapai

1,2 juta ton per tahun (Kompas, 2009).

Pelaksanaan teknologi recycling ini dilakukan dengan metode in place

(dilakukan di lapangan) dan in plant (dilakukan di pabrik). Disini akan dijelaskan in

place saja. Teknik pelaksanaannya dilakukan dengan merekonstruksi lapisan dasar

(base course) setebal kira-kira 25 cm. Sedangkan untuk lapisan atasnya (subbase)

kira-kira setebal 20 cm diremajakan dengan metode CMRFB base, yakni mendaur

ulang material reclaimed asphalt pavement (RAP) dengan menambahkan bahan

pengikat foam bitumen. Selanjutnya dilapisi dengan AC atau BC setebal 6 cm dan

sebagai lapis aus dengan AC atau WC setebal 4 cm.

Proses pelaksanaan CTRB diawali dengan melakukan penggalian (pengerukan)

perkerasan aspal dengan cold milling machine dengan ketebalan galian sekitar 20 cm.

Selanjutnya material RAP hasil galian dikumpulkan di stock pile untuk selanjutnya

didaur ulang dengan teknologi CMRFB Base.

Selanjutnya pada lapis pondasi base direkonstruksi dengan cara menghampar

(spreading) material semen secara merata (dengan kadar sekitar 4 persen) pada

permukaan yang telah di cold milling.

Dalam proses pemadatan dilaksanakan dalam 3 tahap. Pertama tahap breakdown

menggunakan smooth drum vibratory roller dengan vibrator aktif sebanyak 4 passing

dan kembali dilakukan penambahan kadar air. Tahapan ketiga adalah finishing

dengan pemadatan menggunakan pneumatic tire roller 10-12 ton sebanyak 3 passing.

Page 14: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

14

Setelah proses pemadatan selesai selanjutnya didiamkan selama 2 x 24 jam untuk

menunggu proses pelaksanaan CMRFB Base.

Untuk tahapan pekerjaan CMRFB Base, diawali dengan penggelaran (Spreading)

RAP hasil milling yang dikumpulkan di stock pile tadi diatas lapisan CTRB. Untuk

penentuan elevasi jalan digunakan motor grader hingga mencapai ketebalan 23 cm.

Selanjutnya lapisan RAP tersebut dilakukan pemadatan dengan smooth drum

vibratory roller 20 ton sehingga mencapai ketebalan lapisan sekitar 20 cm. Pada

permukaan lapisan yang telah dipadatkan tersebut kemudian di spreading dengan

semen secara merata (dengan kadar semen 1 %). Selanjutnya dilakukan dengan

pencampuran mixing dan penambahan aspal harus dijaga pada suhu maksimal 180’C

dengan kadar aspal 2,5 persen dan kadar air 3-4 persen.

Hasil dari proses mixing berupa campuran material RAP, semen dna foamed

bitumen tersebut, kemudian diambil sampelnya untuk dilakukan test laboratorium

sebelum dilakukan pemadatan. Untuk proses pemadatan dilaksanakan dalam 3 tahap.

Tahap breakdown menggunakan pneumatic tire roller 10-12 ton, dengan

pertimbangan agar material foamed bitumen tidak lengket di drum vibratory roller.

Disini pemadatan dilakukan dalam 3 kali passing dan penambahan kadar air.

Secara umum pelasanaan daur ulang campuran beraspal dingin lapis pondasi

dengan foam bitumen dapat memenuhi persyaratan dan spesifikasi yang tetapkan

antara lain:

Indirect tensile strength ITS ditetapkan inimal 300 kPa

Tensile Streng Retained (TSR) diisyaratkan minimal 80 persen

Unconfined compresive strength (UCS) didsyaratkan minimal 700 kPa

Kondisi tersebut akan mudah dicapai jika aspal yang digunakan adalah pen

80/100 dan dibutuhkan pemadatan minimal 20 ton (statis), serta filler lebih dari 15

persen.

Melihat pelaksanaan teknologi recycling ini ternyata cukup menghemat baik dari

segi biaya maupun kebenaran teknis. Dalam aplikasinya teknologi ini dapat

menghemat penggunaan material, ramah lingkungan dan secara teknis hasilya cukup

baik sehingga dapat dikembangkan untuk mengatasi kerusakan ruas-ruas jalan.

Sebagaimana struktur perkerasan pada umumnya, perkerasan lentur juga akan

mengalami penurunan kinerja akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan

seiring dengan berjalannya umur rencana perkerasan. Oleh karenanya, struktur

Page 15: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

15

perkerasan akan membutuhkan upaya-upaya pemeliharaan untuk menjaga kinerjanya

yang dapat dilakukan melalui pekerjaan overlay dan recycling seperti yang telah di

jelaskan di atas.

Beberapa keuntungan dari penggunaan teknik daur ulang dalam perbaikan

perkerasan jalan antara lain:

(1.)Mengurangi biaya rekonstruksi

(2.)Mengurangi pemakaian aspal dan agregat.

(3.)Menjaga kondisi geometrik perkerasan.

(4.)Ramah lingkungan

(5.)Hemat energi.

Page 16: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

16

3.6.4 Pengembangan Teknologi Porous Asphalt

Page 17: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

17

Porous Asphalt atau Aspal Berpori merupakan teknologi aspal yang mampu mengilfitrasi air yang ada di permukaan aspal. Berbeda dengan perkerasan pada umumnya, lapisan atas berupa lapisan berporos, yang mampu menyerap air sehingga memungkinkan air dapat merembes melalui perkerasan untuk meminimalkan gangguan terhadap siklus hidrologi.

Lapisan atas teknologi ini dapat berupa: porous asphalt, porous concrete dan modular pavers; Umumnya porous asphalt digunakan pada tempat parkir, trotoar, area bermain, dan jalan lokal dengan kecepatan rendah.

3.6.5 COLDMIX

COLD MIX ASPHALT adalah campuran aspal siap pakai yang dibuat dengan teknologi yang canggih dan telah teruji keunggulannya di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Dengan kualitas setara dengan campuran aspal hotmix, Cold Mix Asphalt sangat praktis untuk penambalan dan perbaikan jalan.

Cara pelaksanaan:

Page 18: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

18

1) Lubang di jalan dirapikan dan dibersihkan sampai bersih (bebas dari debu, batu, kerikil yang terlepas, dan air).

2) Siapkan tack coat. Panaskan tack coat hingga cair. Komposisi tack coat: 60% aspal minyak + 40% minyak tanah.

3) Lubang dispray merata dengan tack coat. Per m2 lubang membutuhkan 0.4 lt tack coat.

4) Hamparkan Cold Mix Asphalt di lubang secara merata. 5) Padatkan hamparan dengan roda besi min 6 kali lintasan. 6) Jalanan siap dipakai.

Coldmix lebih efektif dalam upaya meminimalisasi emisi berbahaya dibandingkan dengan hotmix (campuran aspal panas). metode campuran aspal panas pada perkerjaan konstruksi jalan menimbulkan emisi CO2 yang sangat besar. Penyebab timbulnya emisi adalah persyaratan material yang digunakan dicampur dalam suhu tinggi (>1000oC). Proses pengeringan agregat yang dilakukan di Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah proses yang paling besar dalam konsumsi energi bersumber dari bahan bakar fosil dan menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

3.6.6 Bike Lane

Bike Lane adalah lajur khusus pengedara sepeda; bertujuan untuk mendorong penggunaan sepeda dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan emisi gas buang kendaraan. Mendorong penggunaan sepeda tidak hanya dengan menyediakan

Page 19: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

19

‘tempat khusus’, namun juga dengan menyediakan ‘waktu khusus’ bagi pengendara sepeda. Contohnya pada car free day.

3.6.7 Road Energy

Road Energy adalah teknologi memanfaatkan jalan sebagai pengumpul energi: matahari, angin, dan kinetik.

Page 20: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

20

BAB 4

KESIMPULAN

1. Transportasi dan Infrastruktur Jalan(Transportasi) merupakan urat-nadi kehidupan politik,ekonomi,sosial-budaya dan pertahanan keamanan nasional. Pembangunan infrastruktur jalan memperlancar arus distribusi barang dan jasa, serta berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia. Jaringan jalan sebagai prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah. Dalam pembangunannya senantiasa memperhatikan secara bersamaan 3 aspek utama, yaitu: aspek ekonomi, social, dan lingkungan (ProGreen).

2. Konsep konstruksi berkelanjutan adalah implentasi dari green construction oleh para pelaku jasa konstruksi dalam rangka pembangunan berkelanjutan

3. Teknologi Jalan yang Ramah Lingkungan telah melakukan penyesuaian terhadap dampak-dampak perubahan iklim yang telah, sedang atau akan timbul untuk menjalankan fungsi adaptasinya, serta meminimalkan dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lingkungan (meliputi bahan baku material, energi dan ruang), dan karena itu juga sedikit mengeluarkan limbah (baik padat, cair, gas, kebisingan maupun radiasi) dan rendah risiko menimbulkan bencana.

4. Contoh Teknologi Jalan Ramah Lingkungan Antara lain :

Tree Planting, Rumput Vetiver, Recycling Asphalt, Porous Asphalt, COLDMIX, Bike Lane, dan Road Energy.

Page 21: Green Road

CYPRIANUS WELARANA EHOK -21411174GREEN ROAD

21

Sumber:

Kajian Green Construction Infrastruktur Jalan Dalam Aspek Konservasi Sumberdaya Alam

(Paper k-2), 2013. Diakses tanggal 20 Februari 2014 dari

https://www.academia.edu/4988187/Kajian_Green_Construction_InfrastrukturJalan_Berdasa

rkan_Aspek_Konservasi_Sumber_Daya_Alam

Kebijakan Pemerintah Menuju Green Road, 2012. Diakses tanggal 20 Februari 2014 dari

http://www.pusjatan.pu.go.id/pus_caridok/index.php?

option=com_milarihome&view=milarihome&Itemid=41&layout=detail&cd=DK0812040003