GREEN CHEMISTRY PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA MENJADI KOMPOS DISUSUN OLEH: ARUMSARI WIDHI ASTUTI 140410090066 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 1/20
GREEN CHEMISTRY
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA
MENJADI KOMPOS
DISUSUN OLEH:
ARUMSARI WIDHI ASTUTI
140410090066
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 2/20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian pupuk sintetis yang makin meningkat setiap tahun mengindikasikan
terjadinya penurunan efisiensi pemupukan. Efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan dengan
menggunakan mikroba fiksasi N2, pelarut hara P dan K , dan pemacu pertumbuhan lainnya
dengan menggunakan bahan-bahan kimia.
Pupuk kimia akan berdampak baik untuk pertumbuhan tumbuhan dalam jangka
pendek. Namun, kualitas tanah akan menurun dimasa yang akan datang bila tanah terus diberi
pupuk sintetis. Pupuk sintetis akan memutuskan siklus hara tanah yang melibatkan berbagai
mikroba penyubur tanah.
Salah satu cara untuk mengembalikan atau menambah kesuburan tanah dengan cara
yang alami ialah menggunakan pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun
dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia
(Anonim1, 2012). Salah satu sumber bahan organik yang digunakan ialah kompos.
Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Oleh karena itu,
tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk membantu pembaca dalam memahami
pembuatan pupuk kompos dari limbah rumah tangga seperti sayuran, buah-buahan, ataupun
bahan makanan lainnya yang sudah tidak terpakai.
1.2 Identifikasi Masalah
a. Bagaimana pembuatan kompos dari limbah rumah tangga.
b. Apa yang dikandung kompos sehingga dapat menyuburkan tanah.
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 3/20
c. Apa manfaat pupuk kompos.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui fungsi kompos sebagai
penyubur tanah sehingga dapat menyuburkan tumbuhan yang tumbuh di daerah tanah
tersebut. Sedangkan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui pembuatan
kompos dari limbah rumah tangga sehingga limbah dapat didaur ulang menjadi bahan yang
berguna.
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 4/20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggunaan Pupuk Anorganik dan Organik
2.1.1 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik secara temporer telah meningkatkan hasil pertanian, tetapi
keuntungan hasil panen akhirnya berkurang banyak dengan adanya penggunaan
pupuk ini karena adanya sesuatu yang timbul akibat adanya degradasi (pencemaran)
lingkungan pada lahan pertanian. Alasan utama kenapa pupuk anorganik
menimbulakan pencemaran pada tanah adalah karena dalam prakteknya banyak
kandungan yang terbuang. Penggunaan pupuk buatan (anorganik) yang terus-
menerus akan mempercepat habisnya zat- zat organik, merusak keseimbangan zat- zat
makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman.
Pencemaran kimia dari pupuk merupakan pencemaran unsur-unsur hara
tanaman. Tanah – tanah yang dipindahkan oleh erosi umumnya mengandung unsur
hara lebih tinggi daripada tanah yang ditinggalkan karena lapisan tanah yang terosi
umumnya adalah lapisan atas yang subur. Di samping itu, fraksi tanah yang halus
lebih mudah tererosi sehingga unsur hara terutama “P” sebagian besar diserap butir-
butir tanah tersebut maka banyak unsur “P” yang hilang karena erosi. Sebagian besar
“P” dalam tanah sukar larut sehingga “P” diangkut ke tempat lain bersama dengan
aliran permukaan atau air infiltrasi. Akibat pencemaran dari limbah industri dan pemakaian pupuk anorganik yang
terlalu banyak secara terus menerus menyebabkan unsur hara yang ada di dalam tanah
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 5/20
menurun. Di negara Indonesia sendiri, sebagian besar lahan pertanian telah berubah
menjadi lahan kritis. Lahan pertanian yang telah masuk dalam kondisi kritis mencapai
66% dari total 7 juta hektar lahan pertanian yang ada di Indonesia. Kesuburan tanah di
lahan-lahan yang menggunakan pupuk anorganik dari tahun ke tahun menurun.
Keberhasilan diukur dan ditentukan dari berapa banyaknya hasil dari panen yang
dihasilkan, bukan diukur dari kondisi dan keadaan tanah serta hasil panennya.
Semakin banyak hasil panen, maka pertanian akan dianggap semakin maju (Utomo,
2011).
2.1.2 Pupuk Organik
Bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang sangat penting
bagi ekosistem tanah, dimana bahan organik merupakan sumber pengikat hara dan
substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik tanah merupakan bahan penting untuk
memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Usaha untuk
memperbaiki dan mempertahankan kandungan bahan organik untuk menjaga
produktivitas tanah mineral masam di daerah tropis perlu dilakukan.
Bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan dan binatang yang secara terus
menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh proses fisika, kimia
dan biologi. Bahan organik tersebut terdiri dari karbohidrat, protein kasar, selulose,
hemiselulose, lignin dan lemak. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki
struktur tanah dan mendorong perkembangan populasi mikro organisme tanah. Bahan
organik secara fisik mendorong granulasi, mengurangi plastisitas dan meningkatkan
daya pegang air. Apabila tidak ada masukan bahan organik ke dalam tanah akan terjadi masalah
pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada kondisi seperti ini penyediaan
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 6/20
hara hanya terjadi dari mineralisasi bahan organik yang masih terdapat dalam tanah,
sehingga mengakibatkan cadangan total C tanah semakin berkurang.
Pupuk memiliki kandungan nitrogen di dalamnya. Unsur nitrogen yang ada
dalam pupuk ini mudah larut. Pemberian nitrogen berlebih di samping menurunkan
efisiensi pupuk, juga dapat memberikan dampak negative di antaranya meningkatkan
gangguan hamadan penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu,
perlu upaya perbaikan guna mengatasi masalah tersebut, sehingga pengolahan sumber
daya secara efektif, efisien dan aman lingkungan dapat diberlakukan (Utomo, 2011).
Pupuk organik dapat didapat dari kompos yang berasal dari limbah dapur rumah
tangga.
2.2 Kompos
Menurut Crawford (2003) dalam Wikipedia, kompos adalah hasil penguraian
parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembap, dan aerobik atau anaerobik. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos
diantaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman
jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air
yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok,
dan azola. Beberapa kegunaan kompos adalah:
1. Memperbaiki struktur tanah.
2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 7/20
4. Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.
5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak
digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (di
bawah 400
c).
2.3 Pengomposan
Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan (Anonim1, 2012).
Proses pengomposan alami oleh agen dekomposer memakan waktu lama (enam bulan
hingga setahun), karena itulah saat ini telah banyak dikembangkan produk agen dekomposer
yang diproduksi secara komersial untuk meningkatkan kecepatan dekomposisi, meningkatkan
penguraian materi organik, dan dapat meningkatkan kualitas produk akhir (Nuryani et. al,
2002). Penggunaan organisme dekomposer seperti cacing tanah seperti spesies Lumbricus
rubellus dan Eisenia foetida juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kompos,
terutama melalui kotoran yang dihasilkannya (Indriani, 2003).
Hasil pengomposan berbahan baku sampah dinyatakan aman untuk digunakan ketika
sampah organik telah dikomposkan dengan sempurna. Salah satu indikasinya terlihat dari
kematangan kompos yang meliputi karakteristik fisik (bau, warna, dan tekstur yang telah
menyerupai tanah, penyusutan berat mencapai 60%, pH netral, suhu stabil), perubahan
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 8/20
kandungan hara (mencapai rasio C/N 10-20), dan tingkat fitotoksisitas rendah (Djuarnani,
2005; Zucconi, 1985 dalam Araujo, 2005).
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 9/20
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Ember plastik bekas/drum
b. Sekop kecil
3.1.2 Bahan
a. Sampah organik/sampah basah
b. Abu gosok
c. Tanah
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Cara Pertama
a) Siapkan wadah ember plastik bekas atau drum. Dasarnya dilubangi untuk
tempat keluarnya air. Dapat pula dibuat lubang dalam tanah.
b) Isi wadah/lubang dengan pasir. Di atas pasir ditaburi sampah organik atau
sampah basah (sayuran, buah, dedaunan) dari dapur/kebun.
c) Tambahkan pada lapisan berikutnya kotoran ayam, kambing, burung dan
lainnya.
d) Taburkan kapur pertanian/dolomit dan atau abu gosok di atasnya.
Kemudian lapisan berikutnya di taburi tanah secukupnya.
e) Ulangi tahapan ini selapis demi selapis sampai wadah/lubang penuh dan
lapisan paling atas ditutup tanah untuk menahan bau.
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 10/20
f) Biarkan tumpukan tersebut selama 1-1,5 bulan dan jaga wadah/lubang
tersebut agar tetap lembab. Proses pembuatan kompos sederhana tersebut
telah selesai bila bahan-bahan dalam lapisan telah menyusut sekitar 50 %.
3.2.2 Cara Kedua
a) Gunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita, misal sampah dedaunan di
halaman, sampah pasar, jerami, dan lain-lain.
b) Buanglah bahan-bahan yang sulit melapuk dan kasar seperti plastik,
kaleng, kaca, logam dari bahan-bahan kompos yang akan dipakai.
c) Potong/cacah bahan-bahan sampah hijauan menjadi ukuran 5- 10 cm,
sehingga ukurannya kecil dan seragam. Ukuran kecil tersebut
memudahkan jasad renik/mikroba perombak mempercepat proses
pelapukan/dekomposisi.
d) Siapkan lokasi penumpukan sebaiknya diberi naungan/atap agar tidak
terkena hujan secara langsung, atau siapkan plastik untuk Untuk
memudahkan pembalikan tiap 1 satuan tumpukan kompos di buat 2 lokasi
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 11/20
penumpukan yang berdampingan yang ukurannya 1 x 2 m atau sesuai
ketersediaan lahan. Sekelilingnya di beri batako setinggi lebih kurang 40
cm agar tumpukan tidak mudah runtuh atau bambu yang dipasang jarang-
jarang mengelilingi tumpukan.
e) Timbun bahan-bahan yang sudah dicacah secara rapi sampai setinggi 1,5
m setahap demi setahap. Setiap lapisan timbunan setinggi 20 cm, disiram
air secukupnya (kadar air 30-40 %) dan ditabur kapur dan kotoran
ayam/kambing/sapi atau disiram dengan urine sapi/kambing secukupnya.
Untuk setiap lapisan berikutnya diperlakukan sama.
f) Penumpukan bahan – bahan kompos tidak boleh terlalu padat, agar
memudahkan jasad renik mendapat suplai oksigen yang dibutuhkan untuk
hidup dan aktivitas pelapukan.
g) Setelah tumpukan kompos setinggi 1,5 m dibiarkan selama 6-7 hari, maka
dilakukan pembongkaran dan dibalik. Bagian atas ditumpuk paling bawah
pada lokasi ke-2 yang telah disiapkan sebelumnya disebelah lokasi ke-1.
Bahan sampah/hijauan yang semula di atas akan menjadi di bawah, agar
proses pengomposan merata.
h) Pembalikan diulang setiap 6-7 hari sekali sampai 3 kali pembalikan atau
berumur 30 hari sejak penumpukan pertama. Setelah umur 30 hari
diharapkan bahan-bahan telah menjadi kompos.
i) Ciri-ciri kompos yaitu : bentuknya telah berubah menyerupai tanah remah
warna kehitaman, diremas rapuh dan suhu berkisar 30-35 0C.
j) Tumpukan dibongkar dan dihamparkan kemudian kompos
dikeringanginkan, agar suhu turun dan kadar air menurun menjadi 15 %.
Setelah cukup kering, kompos dapat digunakan, bila akan dijual, lebih baik
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 12/20
kompos diayak dengan kawat ram 1 cm agar diperolah kompos yang
berkualitas dan rata.
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 13/20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kompos dikatakan berhasil jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya,
Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
Tidak berbau.
4.2 Pembahasan
Proses Pengomposan
Pada dasarnya bahan-bahan organik dapat dibuat kompos. Namun tulang, tanduk, dan
rambut sangat sulit untuk dikomposkan.
Proses pengomposan ini akan berlangsung segera setelah bahan-bahan tercampur.
Proses pengomposan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Tahap awal pengomposan, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik (mikroba yang hidup
optimum di antara suhu 25°-37°C. Suhu dan pH tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Suhu dapat berkisar 50°-70°C. Mikroba termofilik atau mikroba yang
hidup optimal pada suhu tinggi sedang aktif pada suhu ini. Mikroba akan mengurai
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 14/20
dengan aktif bahan-bahan organik dalam proses pengomposan. Bahan organik tersebut
akan diuraikan menjadi CO2, uap air, dan kalor. Setelah semua bahan organik terurai,
suhu pun akan menurun dan kemudian volume pun menurun. Sedangkan tahap
pematangan tingkat lanjut, dicirikan adanya penyusutan volume maupun biomassa bahan
sebanyak 30-40% dari volume atau bobot awal bahan.
Gambar proses pengomposan aerobik
Proses pengomposan dapat terjadi tanpa bantuan oksigen atau anaerobik. Proses
anaerobic menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau menyengat seperti asam asetat,
asam buturat, asam valerat, puttrecine, ammonia, dan H2S sehingga menyebabkan bau
yang tidak sedap.
Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan
Kelompok organisme yang hadir dalam pupuk kompos ini:
Kelompok Organisme Organisme Jumlah/gr kompos
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 15/20
Mikroflora Bakteri; Aktinomicetes; Kapang 109
- 109; 10
510
8; 10
4- 10
6
Mikrofanuna Protozoa 104
- 105
Makroflora Jamur tingkat tinggi
Makrofauna Cacing tanah, rayap, semut, kutu, dll
Proses pengomposan ini tergantung pada: karakteristik bahan yang dikomposkan; activator
pengomposan yang digunakan; dan metode pengomposan yang dilakukan.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
a. Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba
memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada
rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk
sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis
protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah utama pengomposan
adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang
mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk
menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan
mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran
hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
b. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang
lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 16/20
ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
c. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
d. Porositas
Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas
dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-
rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan
berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
e. Kelembapan ( Moisture content )
Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme
dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air.
Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila
kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan
lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%,
hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan
menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 17/20
f. Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan
suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar
antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih
tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik
saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-
mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
g. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak
umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan.
pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
h. Kandungan Hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di
dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba
selama proses pengomposan.
i. Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi
kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 18/20
beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami
imobilisasi selama proses pengomposan.
j. Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan,
metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan
aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu
beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992)
Kondisi Konsisi yang bisa diterima Ideal
Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1
Kelembapan 40 – 65 % 45 – 62 % berat
Konsentrasi oksigen tersedia > 5% > 10%
Ukuran partikel 1 inchi bervariasi
Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 66oC 54 -60oC
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 19/20
BAB V
KESIMPULAN
Pengomposan dapat dibuat dengan mudah dengan menggunakan sisa bahan dapur
yang sudah tidak terpakai dengan mengikuti cara praktis yang sudah dituliskan. Kompos
berguna untuk menyuburkan tanah sehingga dapat membantu menyuburkan tumbuhan yang
tumbuh diatasnya karena kandungan nutrisi dan mikroba di dalamnya. Kompos akan lebih
baik lagi kualitasnya jika diberikan cacing ke dalamnya.
5/17/2018 Green Chemistry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/green-chemistry-55b07a341abf3 20/20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
1
. 2012. Pupuk Organik . http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik. Diakses
pada tanggal 2 April 2012.
Anonim2. 2012. Kompos. http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos. Diakses pada tanggal
2 April 2012.
Anonim3. 2005. Teknologi Tepat Guna. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/-
?mnu=6&ttg=5&doc=5e6. Diakses pada tanggal 2 April 2012.
Pristiadi, Utomo. 2011. Pencemaran Tanah Oleh Pupuk. http://ilmuwan-
muda.wordpress.com/pencemaran-tanah-oleh-pupuk/. Diakses pada tanggal 2
April 2012