Top Banner

of 24

Great Queen Seondeok - Fanfic

Oct 29, 2015

Download

Documents

Amelia Renata

Fan Fiction - just copy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Alkisah, beratus-ratus tahun setelah Deok Man meninggal tiga hari sepeninggal Bidam yang tewas secara mengenaskan, Deok Man dan Bi Dam dilahirkan kembali sebagai anak manusia, di sebuah negara bernama Korea Selatan yang terletak di bagian Timur Benua Asia. Bidam dilahirkan tiga hari sebelum Deok Man dilahirkan. Singkat cerita, di tahun 2009 keduanya telah beranjak dewasa, dua puluh lima tahun usia mereka saat itu. Tahun 2009, dengan latar sebuah jalan panjang dikelilingi tebing dan jurang di sebuah negara bagian di Amerika. Diceritakan saat itu xx (Bidam) mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sangat tinggi, saling mendahului, susul menyusul dengan sepeda motor lain yang dikendarai oleh oo (alcheon). Namun, naas xx(bidam) kehilangan keseimbangan dan motor yang dikendarainya menabrak dinding tebing dan akhirnya terpental menuju jurang. Satu tahun kemudian, di sebuah kota di Korea, xx (bidam) terbangun di atas sebuah ranjang besar nan mewah di sebuah kamar yang juga mewah. Xx (bidam) mendapati dirinya dipenuhi dengan kabel-kabel dan selang yang terhubung ke alat-alat yang hampir memenuhi sepertiga ruangan. Xx (bidam) bingung mendapati dirinya dalam keadaan itu. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, muncul sosok cantik dengan wajah keibuan. Xx (bidam) mengenal sosok itu sebagai bibinya, xy(mishil). Xx (bidam) mendapat penjelasan mengenai keadaannya saat itu dari xy(mishil) bahwa dia mengalami kecelakaan di Amerika satu tahun yang lalu dan menghabiskan waktu selama itu di tempat tidur karena koma. Xx (bidam) terlahir dalam sebuah keluarga kaya raya nan berpengaruh di Korea saat itu. Namun, harus kehilangan kedua orangtuanya yang meninggal dalam sebuah kejadian teror, ledakan bom di Bali beberapa tahun yang lalu. Anggota keluarganya saat ini tinggallah bibinya xy (mishil). Sepeninggal kedua orangtuanya xy (mishil) mengambil alih memimpin perusahaan keluarga xx(bidam) untuk sementara sampai xx(bidam) menyelesaikan pendidikannya di Amerika.Beberapa hari setelah xx (bidam) mendapati dirinya terbangun dari koma, xx (bidam) berangsur-angsur pulih. Namun, xx (bidam) merasa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Semenjak terbangun dari koma, xx (bidam) mulai dihantui oleh gambaran-gambaran aneh yang melintas di pikirannya, seakan-akan dia pernah hidup sebagai orang lain yang mempunyai kesedihan yang mendalam akan sesuatu. Bahkan xx (bidam) seringkali merasa sangat sedih sampai sesekali meneteskan air mata tanpa tau alasannya. Xx (bidam) menganggap dirinya sudah mulai gila akibat kecelakaan yang dia alami satu tahun yang lalu sampai-sampai xx (bidam) mendatangi seorang psikolog untuk menolong krisis dalam dirinya itu. Secara rutin xx (bidam) mendatangi seorang psikolog bernama bc(wolya) untuk terapi masalahnya. Hal tersebut tidak berlangsung lama, suatu malam xx (bidam) mengalami sakit kepala yang luar biasa disertai gambaran-gambaran aneh yang belakangan ini menghantuinya. Sakit kepalanya itu membuat xx (bidam) tidak sadarkan diri. Keesokan harinya xx (bidam) terbangun dengan gambaran dan kesadaran penuh akan kehidupan masa lalunya. Sembari menatap cermin, xx (bidam) menitikan air mata menangisi masa lalunya yang sangat menyedihkan (anak yang dibuang ibu sendiri, ditakuti guru yang membesarkannya, kesepian, mati dengan menyandang predikat musuh dari satu-satunya orang yang sangat dikasihi). Lalu xx (bidam) menyadari saat itu dirinya sangat merindukan sosok deok manDi hari ketika xx (bidam) mendapati dirinya mengingat pernah hidup di kehidupan sebelumnya sebagai seorang bidam lengkap dengan semua kenangan yang melekat pada diri bidam, xx(bidam) terlihat berjalan di sebuah lorong. Lalu masuk ke dalam sebuah ruangan dan mendapati xy (misil) terkaget-kaget melihatnya datang dengan membawa serangkaian bunga. Terjadi percakapan hangat antara xx (bidam) dan xy (mishil), antara keponakan dan bibi. Di kehidupan yang sekarang diceritakan xx (bidam) dan xy (mishil) menjalin hubungan yang sangat harmonis, seperti ibu dan anak karena setelah kedua orang tua xx(meninggal), xy (mishil) lah yang menjadi penggantinya. Xy (mishil) diceritakan pernah menikah satu kali namun berakhir dengan perceraian tanpa dikaruniai anak dari pernikahannya tersebut. Sehingga xy(mishil) sangat menyayangi keponakannya xx (bidam) dan menganggap xx sebagai anaknya sendiri. Alasan yang sama juga menyebabkan xy(mishil) mengangkat xz(chun cu) sebagai anak lima tahun yang lalu. Di tengah percakapan itu, sambil mencium tangan xy(mishil), dengan mata berkaca kaca dalam hati xx (bidam) berterima kasih kepada bibinya karena di kehidupan yang dia jalani sekarang menjalani peran sebagai orang yang tanpa segan mencintai xx (bidam).Xx (bidam) sudah mulai terbiasa dengan kenangan tentang kehidupan sebelumnya sebagai bidam. Xx(bidam) menjalani kehidupan normalnya sebagai seorang xx yang sedang menjalani masa pemulihan setelah setahun lebih terbaring karena koma. Namun, xx (bidam) tidak bisa membohongi dirinya bahwa dia sangat merindukan deok-man. Di perpustakaan milik bibinya, xx (bidam) membolak balikan lembaran buku sejarah Korea. Dia mendapati nama bidam tercatat sebagai pemberontak, mati terbunuh di tahun 647 dalam sebuah pemberontakan, di tahun yang sama Raja Seon-Deok wafat. Sedih mengetahui ternyata deok man meninggal hanya selang beberapa hari setelah dirinya terbunuh, sontak xx (bidam) berinisiatif untuk mendatangi persemayaman Raja Seon-Deok. Di depan sebuah gundukan tanah yang tinggi (makam Raja Seon-Deok), xx(bidam) bersimpuh sembari mengingat kenangannya bersama deok man. Dengan mata berkaca-kaca xx (bidam) mengatakan bahwa dia merindukan deok man. Xx (bidam) bertanya-tanya apakah deok man juga hidup di kehidupan yang ia jalani sekarang. Seandainya jawabannya adalah ya dimana deok man berada dan akankah ia bisa bertemu sebelum berakhir masa hidupnya. Tiba-tiba pikirannya tertuju pada bibinya xy (mishil), sahabatnya sedari kecil oo (alcheon), sepupu angkatnya xz( chun cu) dan terakhir perkenalannya dengan bc(wolya). Xx (bidam) menyadari bahwa keempatnya adalah orang-orang yang juga hidup ketika dia hidup sebagai seorang bidam. Dalam hati, timbul pertanyaan disertai sebuah keyakinan. Mungkinkah di kehidupan ini semuanya juga hidup kembali?!?! Xx (bidam) meyakini keberadaan keempatnya dalam hidupnya bukan suatu kebetulan, juga berkeyakinan bahwa jika mereka berempat (mishil, alcheon, chun cu dan wolya) ada di dekatnya, deok man seharusnya juga ada. Dengan harapan baru bisa menemukan deok man, xx(bidam) meninggalkan makam Raja Seon-Deok...Dengan langkah mantap, xx ( Bidam ) meninggalkan Makam Raja Seon-Deok. Hatinya dipenuhi harapan akan bertemu dengan Deokman di kehidupan yang ia jalani sekarang, walaupun saat ini ia tidak tahu pasti dimana keberadaan Deokman dan hidup seperti apa yang ia jalani sekarang. Di langkahnya yang kesekian puluh dari Persemayaman Raja Seon-Deok, perhatian xx ( Bidam ) teralihkan oleh sesuatu. Pertemuannya dengan Panglima Muno seakan menegaskan keyakinannya bahwa semua orang yang hidup di masa itu ( di mana dia hidup sebagai seorang bidam) juga akan ada di masa ini, menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda, seperti dirinya yang sekarang hidup sebagai seorang xx. Penasaran dengan kehidupan baru dari gurunya, xx (Bidam) membayar orang untuk mencari informasi mengenai gurunya itu.Selang beberapa hari, informasi yang dia inginkan sampai di tangannya. Di kehidupn ini Panglima Muno hidup sebagai mn, asisten pribadi dari Presiden Grup Shinwa. Mn hidup bersama seorang istri bernama Ms dan satu anak laki-laki bernama bc (Wolya). Ingatannya menerawang pada suatu hari di mana ia menguburkan gurunya, sendirian menanggung kesedihan, tanpa ada yang tahu seorang Panglima Muno yang begitu disegani oleh banyak orang itu sudah tidak bernyawa. Bidam merahasiakan kematin Muno, bahkan sampai akhir hayatnya. Namun, xx (Bidam) tersenyum tipis mengetahui gurunya hidup bahagia di kehidupan ini dan ia berkeinginan untuk mengunjunginya suatu hari, tentu saja ia harus mencari alasan yang bisa diterima oleh mn (Muno). Sampai akhirnya xx (Bidam) menyadari bahwa anak laki-laki mn (Muno) adalah Psikolog yang membantunya ... bc (Wolya). Xx (Bidam) menghubungi bc (Wolya) dengan dalih berterima kasih atas bantuannya melewati masalah "kejiwaannya" tempo hari dan meminta bc (Wolya) agar bersedia menerimanya untuk berkunjung ke kediaman bc (Wolya). Selain itu xx (Bidam) mengutarakan keinginannya untuk bisa menjalin persahabatan dengan Bc (Wolya). Bc (Wolya) antusias mendengar pasiennya telah sembuh, terlebih meminta untuk menjalin persahabatan dengannya. Tanpa pikir panjang Bc (Wolya) mengiyakan permintaan xx (Bidam).Suatu malam, xx (Bidam) mengadakan kunjungan ke kediaman mn (Muno) dan Bc (Wolya) untuk makan malam, memenuhi undangan dari tuan rumah. Xx (Bidam) disambut hangat oleh ketiga penghuni rumah. Makan malam berlangsung dengan sangat menyenangkan sampai akhirnya ... Ponsel xx (Bidam) tiba-tiba berdering. Terdengar suara xy (Mishil) dari sebrang telfon, memintanya untuk menggantikan xy (Mishil) ke Rumah Sakit memenuhi panggilan dari pihak asrama (asrama pelajar tempat xz [ Chun cu]) karena xz (Chun cu) terlibat perkelahian dengan penghuni asrama lain dan terpaksa harus menerima sedikit jahitan untuk luka di kepalanya sementara xz ( Mishil ) sedang berada di luar kota karena urusan perusahaan. Di rumah sakit, xx (Bidam) mendapati xz (Chun cu) dengan perban di kepalanya. Xx (Bidam) dengan gaya cueknya memarahi xz (Chun cu) tanpa menghiraukan pembelaan dari sepupu angkatnya itu. Di tengah percekcokan antara keduanya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sesosok perempuan cantik dengan rambut hitam panjang setengah tergerai muncul di hadapan mereka berdua. Alangkah kagetnya xx (Bidam) melihat sosok yang ada di hadapannya. Sosok itu ... adalah Deokman. Xx (Bidam) hanya bisa terpaku sampai-sampai tidak memedulikan teguran dari perempuan itu. Mata xx (Bidam) berkaca-kaca, kenangan Bidam dan Deokmanpun muncul, memenuhi pikirannya saat itu. Tidak berapa lama xx (Bidam) tidak sadarkan diri...Keesokan harinya, xx (Bidam) terjaga di sebuah kamar Rumah Sakit. Ia tidak begitu ingat kenapa dia bisa berada di tempat itu. Tampak di sampingnya sang bibi ( xy [ Mishil ] duduk tertidur di atas sofa masih dengan pakaian formalnya. Perlahan xx (Bidam) mencoba untuk bangkit dari pembaringannya. Namun, urung karena kepalanya terasa berat. Tidak lama, xy (Mishil) terbangun, setengah sadar dengan ekspresi penuh cemas ia menanyakan keadaan xx (Bidam). Xx ( Bidam ) hanya membalas dengan senyum tipis."Aku cemas saat mendapat telfon dari xz (Chuncu), setelah urusan Perusahaan selesai aku langsung pulang ke Seoul. Xz (Chuncu) mengabarkan kamu tidak sadarkan diri setelah bertengkar dengannya. Dia merasa bersalah melihatmu kesakitan sampai tidak sadarkan diri karena kesal padanya. Dia memintaku menyampaikan permintaan maafnya padamu. " jelas xy (Mishil) Sepintas xx (Bidam) mengingat kejadian malam itu .... Sosok Deokman tiba-tiba muncul di hadapannya, di saat bersamaan ingatan masa lalu Bidam dan Deokman menghujani pikirannya. Di saat yang bersamaan pula seakan ada hujan batu yang menimpa kepalanya."xz ( Chuncu ) ...?" tanya xx ( Bidam )"Dia sudah kembali ke Asrama tadi pagi. Lukanya tidak begitu serius. Aku tidak perlu begitu mengkhawatirkannya ... " balas xy (Mishil).Atas bantuan xy (Mishil), xx (Bidam) bisa berbicara dengan xz (Chuncu) melalui telfon. Sebelum xx (Bidam) sempat mengatakan sepatah katapun, dari ujung sana xz (Chuncu) sudah menghujaninya dengan perkataan maaf dan rasa penyesalannya." Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu kesal kemarin malam. Apakah kamu baik-baik saja sekarang? Apa kepalamu masih sakit? Maafkan aku, aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu ..." perkataannya terputus.Xx (Bidam) hanya tersenyum tipis menyaksikan tingkah sepupu angkatnya itu. Tidak lama ia teringat akan tujuannya menghubungi xz (Chuncu): menanyakan perihal perempuan yang muncul di hadapan mereka malam itu. Namun, xx (Bidam) harus menerima kenyataan bahwa xz (Chuncu) sama sekali tidak mengenal perempuan itu. Bahwa akhirnya perempuan itu meminta maaf karena telah masuk ke ruangan yang salah. Dengan perasaan sedikit menyesal, xx (Bidam) mengakhiri percakapannya dengan xz (Chuncu). Namun, di tengah penyesalannya itu logika memberinya sebuah harapan bahwa Deokman pada malam itu seharusnya menuju salah satu ruang perawatan yang ada di Rumah Sakit itu. Suatu ruang perawatan yang kemungkinan besar letaknya berdekatan dengan ruangan xz (Chuncu) malam itu. Xx (Bidam) sadar ia bisa saja menemukan Deokman atau apapun yang brhuhbungan dengannya di rumah sakit itu ... Entah di ruangan yang mana.Dengan tergesa-gesa,xy (Bidam) mencoba mencabut selang infus yang melekat di tanggannya. Bermaksud mencari Deokman. Namun, xy (Mishil) segera mencegahnya sembari mempertanyakan hal bodoh yg dilakukan keponakannya itu. Xx (Bidam) hanya bisa terdiam, tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk diutarakan kepada bibinya itu. Xy (Mishil) membujuk xx (Bidam) untuk tetap berbaring dan mengatakan bahwa Dokter menyarankan serangkaian pemeriksaan untuk xx (Bidam) karena merasa ada yang salah dengan kesehatannya, mengingat kecelakaan yang ia alami sekitar satu tahun yang lalu dan serangan sakit kepala yang membuatnya tidak sadarkan diri kemarin malam. Xx (Bidam) tidak kuasa mengelak terlebih sakit kepala itu tiba-tiba melumpuhkannya lagi, namun kali tidak sampai membuatnya tidak sadarkan diri.Setelah menjalani beberapa hari perawatan di Rumah Sakit beserta serangkaian pemeriksaan, hari itu xx (Bidam) diperbolehkan meninggalkan Rumah Sakit. Sebelum meninggalkan tempat itu,xx (Bidam) rasa penasarannya menuntunnya untuk menelusuri kamar-kamar yang berdekatan dengan kamar xz (Chuncu) saat ia pertama kali datang malam itu, dengan harapan dapat bertemu dengan Deokman. Walaupun ia tahu kemungkinan untuk bertemu dengan Deokman sangat kecil. Sangatlah mungkin jika Deokman sudah tidak berada di Rumah Sakit itu mengingat pertemuannya dengan perempuan itu sudah beberapa hari berlalu. Xx (Bidam) hampir putus asa, sampai akhirnya sosok Yushin terlihat keluar dari salah satu ruangan, berlalu melewatinya yang berdiri terpaku. Tanpa pikir panjang xx (Bidam) mengikuti Yushin yang berjalan menuju ke luar gedung Rumah Sakit. Yushin meninggalkan Rumah sakit dengan mengendarai mobilnya sementara xx (Bidam) mengikutinya dari belakang dengan taksi. Tidak berapa lama mobil itu berhenti di sebuah taman. Seorang anak perempuan terlihat berlari mendekati Yushin (yang baru saja keluar dari mobil) sembari berteriak memanggilnya " Ayah". Sementara itu ... sekitar lima Meter dari mereka terlihat Deokman melempar senyuman sembari menyusul anak perempuan itu berjalan mendekati keduanya (Yushin dan anak perempuan itu). Ia merasa terkejut dengan apa yang ia saksikan. Namun, hal itu belum membuatnya menyerah. Xx (Bidam) mengikuti mereka sampai mereka tiba di kediaman mereka. Setelah mengikuti Yushin dan Deokman, dengan perasaan masih tidak menentu, malam itu xx (Bidam) tiba di kediamannya. Tampak xy (Mishil) sedang menunggunya. Tanpa disangka, malam itu xy (Mishil) mengabarkan bahwa ia berencana menikah untuk yang kedua kalinya dan besok malam ia akan memperkenalkan calon suaminya itu kepada xx (Bidam) dan xz (Chuncu). Rencana pernikahan bibinya yang terkesan mendadak itu membuat xx (Bidam) terkejut. Namun, berita itu tidak mengalihkan pikirannya dari Deokman dan Yushin.Keesokan harinya, pagi-pagi sekali xx (Bidam) sudah berada di belakang kemudi mobilnya yang ia parkir tepat di depan kediaman Yushin dan Deokman. Yang ia lakukan hanya menunggu. Dia tidak tahu apa yang dia tunggu atau apa yang ingin dia lihat, hanya ego yang menuntunnya sampai ke tempat itu. Saat matahari sedikit meninggi, pintu gerbang rumah itu terbuka. Sebuah mobil terlihat keluar melewati gerbang itu. Sepintas xx (Bidam) melihat Yushin di dalamnya. Matanya dan mata Yushin bertemu untuk sesaat. Sementara itu, Deokman (masih dengan baju tidurnya) berdiri di depan pintu gerbang sembari melambaikan tangan pada Yushin. Deokman cantik sekali, pikir xx (Bidam) saat itu. Tanpa sadar berulang-ulang xx (Bidam) melafalkan "deokman..deokman". Air mata sedikit menggenangi matanya. Kenangan Bidam dan Deokman kembali muncul memenuhi benaknya seakan semuanya baru terjadi kemarin. Ia larut dalam lamunannya, lama sekali, bahkan setelah Deokman tidak terlihat lagi terhalangi pintu gerbang yang sudah tertutup.Beberapa lama setelah Deokman menutup pintu gerbang rumah itu, xx (Bidam) tersentak dari lamunannya. Saat akal sehatnya kembali, masih belum beranjak dari tempat itu, xx (Bidam) menghubungi orang kepercayaannya. Melalui percakapan telfon itu xx (Bidam) memerintahkan orang tersebut untuk mencari informasi mengenai Yushin dan Deokman. Tidak berapa lama setelah xx (Bidam) mengakhiri percakapan itu, sebelum ia sempat menginjak gas, sekelompok laki-laki mengepung mobilnya sembari menodongkan senjata api ke arahnya. Di dalam sebuah ruangan yang sempit dengan cahaya lampu redup, xx (Bidam) duduk di atas kursi kayu tanpa ukiran, ia diperlakukan layaknya seorang tersangka pelaku tindak kriminal: tangan dan kakinya terikat. Beberapa orang secara bergantian menginterogasinya. Mereka mencurigai xx (Bidam) sebagai bagian dari komplotan zz (Misaeng) yang ditugaskan untuk mencelakai Jaksa yx (Yushin) dan keluarganya. Yx (Yushin) adalah seorang Jaksa yang saat ini sedang menangani kasus penyelundupan senjata yang dilakukan oleh zz (Misaeng) dan komplotannya.Xx (Bidam) berusaha membela diri. Namun, karena ia tidak bisa mengutarakan alasan yang jelas mengenai keberadaannya di depan kediaman Jaksa yx (Yushin) pagi itu, mereka tetap menahannya di kantor Jaksa yx (Yushin). Sementara anak buah yx (Yushin) bergantian menginterogasinya, yx (Yushin) meminta anak buahnya yang lain untuk mencari informasi mengenai xx (Bidam). Rupanya yx (Yushin) telah mencurigai dan menyadari keberadaan xx (Bidam) semenjak xx (Bidam) mengikutinya dari Rumah Sakit tempo hari. Lewat tengah hari menuju sore yx (Yushin) dana anak buahnya membebaskan xx (Bidam) setelah mendapat informasi bahwa xx (Bidam) adalah anggota keluarga x. Hal tersebut menangkis kecurigaan Jaksa yx (Yushin) kepada xx (Bidam). Selain itu, tidak ada bukti keterlibatan xx (Bidam) dengan komplotan zz (Misaeng). Saat hari beranjak sore, di kediamannya, xx (Bidam) tiba-tiba dikagetkan oleh sebuah pertanyaan dari bibinya. Xy (Mishil) menanyakan bagaimana xx (Bidam) bisa tahu bahwa calon suaminya adalah Yx (Yushin). Rupa-rupanya xy (Mishil) mengetahui (dari Yx [Yushin]) apa yang terjadi padanya pagi itu. Rupa-rupanya xy (Mishil) menyangka bahwa keberadaannya di depan kediaman yx (Yushin) adalah demi xy (Mishil) yaitu memata-matai calon pamannya. Xy (Mishil) mengira bahwa perbuatan xx (Bidam) dilandasi oleh rasa penasaran xx (Bidam) terhadap calon pamannya. Di tengah situasi itu, pertanyaan besar muncul di benaknya.Kenapa Jaksa yx (Yushin) dan xy (Mishil)? Lalu... Siapa Deokman?Sore itu, akhirnya xx (Bidam) mengetahui sebuah kenyataan bahwa yz (Yushin) adalah orang yang akan menikahi bibinya, xy (Mishil). Pertanyaan besar dalam benaknya belum juga terjawab siapa Deokman? Apa hubungannya dengan Yushin? Untuk sesaat xx (Bidam) sibuk dengan lamunannya. Teringat akan orang kepercayaannya yang ia perintahkan untuk mencari informasi mengenai Yushin daan Deokman, ia langsung memeriksa ponselnya. Sembari mempersiapkan diri untuk acara makan malam dalam rangka perkenalan dengan calon pamannya, xx (Bidam) menghubungi aa (orang kepercayaannya) melalui ponselnya. Dari percakapannya dengan aa, xx (Bidam) mendapatkan informasi bahwa yx (Yushin) adalah seorang Jaksa yang saat ini tinggal bersama ibu, adik dan anaknya. Sedangkan istrinya meninggal akibat kanker mata tiga tahun yang lalu. Ibu yx (Yushin), yz (Sohwa), sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit karena tabrak lari yang mengakibatkan penyakit jantungnya memburuk. Adik perempuannya yy (Deokman) adalah seorang pengajar di Taman kanak-kanak dan saat ini sedang menjalin hubungan pertunangan dengan bc (Wolya). Setelah istri yx (Yushin) meninggal, adik dan ibunya membantu yx (Yushin) mengasuh anak perempuan semata wayangnya, yq, yang saat ini baru berusia empat tahun.Beberapa saat setelah xx (Bidam) mengakhiri percakapan telfonnya, xy (Mishil) memintanya untuk segera turun karena tamu yang mereka tunggu sudah tiba.Yx (Yushin) datang bersama yy (Deokman) dan juga anak perempuannya yq. Xy (Mishil) memeperkenalkan mereka kepada xz (Chuncu) yang telah mendapat izin meninggalkan asrama dan juga xx (Bidam). Xx (Bidam) berusaha mengendalikan perasaannya saat harus berhadapan dengan yy (Deokman). Dalam acara makan malam itu, yx (Yushin) meminta maaf atas apa yang ia lakukan pada xx (Bidam) di kantornya. Yx (Yushin) melakukan hal tersebut karena dia dan keluarganya saat ini sedang berada dalam ancaman bahaya dari musuhnya zz (Misaeng). Bahkan, sebelumnya zz (Misaeng) telah berhasil mencelakai ibunya yz (Sohwa). Oleh karena itu, secara rahasia dia menempatkan anak buahnya di Rumah sakit tempat ibunya dirawat serta di kediamannya untuk berjaga-jaga. Xx (Bidam) menyatakan maklum atas hal tersebut sembari menanyakan keadaan yz (Sohwa).Makan malam berlangsung dengan hangat, xy (Mishil) dan yx (Yushin) terlihar serasi walaupun yx (Yushin) empat tahun lebih muda dari bibinya itu. Mereka terlihat bahagia. Namun, tidak halnya dengan xx( Bidam). Di meja makan, xx (Bidam) tidak henti-henti melemparkan pandangannya pada yy (Deokman). Yy (Deokman) yang menyadari hal itu mencoba mengalihkan perhatian semua orang pada xx (Bidam) dengan menanyakan perihal pengalaman kecelakaannya yang ia alami satu tahun yang lalu serta koma-nya yang begitu lama. Sontak perhatian yx, xy dan yz terpusat pada xx (Bidam). Yx (Yushin) tergelitik untuk juga menanyakan keadaannya setelah mengalami koma yang begitu lama. Akhirnya xx (Bidam) sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menghujaninya itu dan pandangannya dari yy (Deokman) teralihkan.Malam itu, setelah makan malam berakhir dan tuan rumah sudah mengantarkan kepergian tamu-tamunya, xx (Bidam) mengambil kunci mobilnya bermaksud pergi ke suatu tempat untuk sekedar mencari pelarian. Sembari mengemudikan mobilnya, pikiran xx (Bidam) disibukkan oleh yy (Deokman). Dadanya dipenuhi rasa penyesalan atas pertunangan yy (Deokman) dengan bc (Wolya). Terlambat pikrinya. Xx (Bidam) menyesal kenapa tidak dari dulu ia bertemu dengan Deokmannya itu, sebelum yy (Deokman) bertemu dengan bc(Wolya). Tanpa sadar mobil yang ia kendarai melaju dengan sangat kencang. Karena sibuk dengan pikirannya, ia baru menyadari seseorang tengah menyebrang beberapa meter di depan mobilnya. Ia tidak bisa mengendalikan mobil yang sedari tadi melaju dengan kecepatan tinggi. Akhirnya brak ia menabrak orang itu sebelum ia sempat memberhentikan mobil sepenuhnya.Orang itu terpental beberapa meter ke sebelah kiri jalan. Setelah xx (Bidam) berhasil menghentikan mobilnya, dengan setengah berlari ia menuju ke tempat dimana orang yang ditabraknya terbaring. Orang itu terbaring membelakangi xx (Bidam), pakaian yang ia kenakan lusuh. Sepertinya ia adalah seorang tunawisma yang sedang berkeliaran mencari tempat istirahat malam itu. Xx (Bidam) bersimpuh di samping orang tersebut, ia melihat darah keluar dari telinganya. Dengan hati-hati xx (Bidam) membalikkan badan orang tersebut. Xx (Bidam) gemetar saat mengetahui bahwa orang yang baru ia celakai adalah Tuan Seolwon. Setengah sadar dengan terbata-bata orang itu memanggilnya Bidam sesaat setelah itu ia tidak sadarkan diri.Malam itu jalanan sepi, tidak ada orang yang menyaksikan kejadian itu. Dengan susah payah xx (Bidam) memangku Seolwon ke dalam mobilnya dan dengan kecepatan tinggi membawanya ke Rumah Sakit. Beruntung ia belum terlambat. Dokter bisa menyelamatkan nyawa Seolwon. Setelah beberapa jam, Seolwon dipindahkan ke ruang perawatan. Xx (Bidam) duduk disamping tempat Seolwon terbaring, menangisi keadaan Seolwon yang menyedihkan. Tidak ada tanda pengenal yang bisa ia temukan, di dalam satu-satunya tas yang ia bawa saat kecelakaan itu, xx (Bidam) hanya menemukan beberapa pakaian lusuh, tidak lebih. Xx (Bidam) teringat hari dimana Tuan Seolwon meninggal saat sekembalinya dari perang melawan Baekjae. Saat Seolwon meninggal, hanya ada xx (Bidam) disampingnya. Seolwon meninggal sembari memegang tangan xx (Bidam).Karena kelelahan, xx (Bidam) tertidur di samping Seolwon. Lewat tengah malam igauan Seolwon membuatnya terbangun. Seolwon mengigau, secara bergantian dan berulang ulang ia mengucapkan Penjaga Stampel dan Bidam. Bidam kata yang sama yang ia dengar sesaat sebelum Seolwon tidak sadarkan diri. Tadinya xx (Bidam) berpikir itu hanya khayalannya saja. Apakan Seolwon benar-benar memanggilnya Bidam? Bagaimana mungkin? Sampai saat ini di tidak pernah menceritakan hal itu secara rinci kepada siapapun, bahkan kepada bibinya. Rasa penasaran yang memuncak membuatnya tidak sabaran. Secara paksa ia mencoba membangunkan Seolwon sembari mengatakan Tuan bangunlah! Tuan bangunlah!. Namun, apa yang ia lakukan tidak membuahkan hasil.Keesokan harinya, saat xx (Bidam) terbangun dari tidurnya, ia mendapati Seolwon sudah tidak ada di sana. Tempat tidurnya kosong, baju Rumah Sakit yang ia pakai tergeletak begitu saja di atas tempat tidur sementara tasnya (tas Seolwon) raib. Spontan xx (Bidam) keluar dari kamar perawatan itu dengan panik mencari-cari keberadaan Seolwon. Xx (Bidam) mencoba meminta bantuan perawat untuk menemukan Seolwon sembari berusaha mencarinya sendiri ke luar Rumah Sakit. Beruntung xx (Bidam) dengan cepat dapat menemukan Seolwon berjalan tergopoh-gopoh tidak jauh dari Rumah Sakit. Tuan Bidam memanggilnya. Seolwon berhenti, lalu berbalik. Sementara xx (Bidam) setengah berlari mendekatinya.Dengan nafas terengah-engah, Xx (Bidam) memintanya untuk kembali ke Rumah Sakit. Namun Seolwon menolaknya. Seolwon mengatakan tidak akan menuntut xx (Bidam) atas apa yang dia lakukan padanya, Ia berterima kasih pada xx (Bidam) atas itikad baiknya lalu mengatakan bahwa ia harus segera pergi. Dengan langkah lunglai, Seolwon berlalu meninggalkan xx (Bidam) yang hanya terdiam sibuk mengatur nafasnya.Saat Seolwon masih berjarak sekitar dua meter darinya xx (Bidam) memanggil Seolwon Tunggu Tunggu. Namun Seolwon tidak juga menoleh. Lalu dengan nekat xx (Bidam) memanggilnya dengan sebutan Tuan Seolwon!. Seperti apa yang xx (Bidam) harapkan ia menoleh setelah mendengarnya. Dengan raut muka penuh tanya matanya menatap mata xx (Bidam), lalu dengan setengah yakin mengucapkan Bi...dam..? Rupanya benar apa yang xx (Bidam) pikirkan. Orang itu (Seolwon)... mengalami hal yang sama dengan dirinya (mengingat kehidupannya sebagai orang lain yang pernah ia jalani di masa lalu).Rupanya kecurigaan xx (Bidam) terhadap orang yang tidak sengaja dia tabrak (Seolwon) benar, bahwa orang itu juga mengalami hal yang sama dengan dirinya: mengingat jati dirinya sebagai orang lain yang pernah ia jalani di kehidupan sebelumnya, di masa Dinasti Shila. Seolwon, di masa xx hidup sebagai seorang Bidam adalah salah satu suami dari ibunya, Mishil. Dia seorang panglima perang yang tangguh dan termasuk salah satu pengikut setia dari penjaga stampel Mishil. Seolwon meninggal (di depan Bidam) sekembalinya dari memimpin pasukan untuk berperang melawan Baekjae.Hari itu, di sebuah kamar perwatan ss (Seolwon), xx dan ss berbincang sebagai Bidam dan Seolwon untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama. Berulang kali, sembari tersenyum dan tatapan penuh haru, ss (Seolwon) mengatakan ketidakpercayaannya atas apa yang sedang ia alami saat itu, bahwa yang ada di hadapannya adalah Bidam, benar-benar Bidam, bukan orang lain dengan sosok Bidam. Xx (Bidam) meyakinkan ss (Seolwon) bahwa ia benar-benar xx (Bidam) yang ss (Seolwon) kenal seribu empat ratusan tahun yang lalu.Tapi bagaimana kamu bisa? tanya ss (Seolwon)Xx (Bidam) meceritakan semua tentang dirinya kepada ss (Seolwon): akhir khayat Bidam, kehidupannya sekarang (termasuk mengenai xy [Mishil]), asal mula dia mendapat penglihatan masa lalunya, juga tentang dia dan deokman. Xx (Seolwon) merasa iba mendengar nasib kisah cinta xx (Bidam) sepeninggalnya. Kamu mewarisi caraku mencintai ucap ss (Seolwon)Xx (Bidam) hanya tersenyum tipis membenarkan perkataan ss (Seolwon) sementara matanya sarat kesedihan. Bagaimana dengan Anda? tanya xx (Bidam) penasaranAku mendapat ingatan ini sekitar enam tahun yang lalu, saat itu aku mabuk setelah Perusahaan yang aku miliki dinyatakan bangkrut dan semua asset yang aku miliki disita untuk membayar hutang-hutang perusahaan. Malam itu karena sangat sedih aku minum banyak, lalu entah bagaimana keesokan harinya aku terbangun di sebuah pekuburan tua yang tidak terawat. Saat itu aku sudah sepenuhnya mendapatkan ingatan masa laluku. Jelas ss (Seolwon). Ah iya keluargaku sebelum aku benar-benar bangkrut, aku mengirim mereka ke luar Korea, untuk menghindar dari penagih hutang. Sekarang aku benar-benar sendiri di Korea. Lanjut ss (Seolwon) seakan tahu apa yang ingin xx (Bidam) tanyakan.Anda tidak berkeinginan untuk bertemu dengan bibiku? tanya xx (Bidam) penasaran.Tidak walaupun aku sangat menginginkan tapi aku tidak berhak. Walaupun dulu dia adalah Mishil, orang yang sangat aku kagumi, tapi sekarang dia adalah orang lain yang memiliki takdirnya sendiri. Aku tidak berhak menyinggung takdir itu walau sedikitpun. Maafkan aku jika harus mengatakan ini tapi dengarkan aku walaupun dia dulu adalah orang yang kamu cintai dan mencintaimu, tapi itu dulu sekarang dia bukan siapa-siapamu. Kalian memiliki takdir masing-masing. Biarkan dia bahagia dengan takdirnya. Yakinlah kamu juga memiliki takdirmu sendiri untuk berbahagia. Jelas ss (Seolwon) panjang lebar.Aku telah lama berada dalam keadaan seperti ini dan selama itu pula aku telah bertemu banyak orang yang juga pernah hidup bersamaku di masa itu (Dinasti Shilla). Mereka tidak mengingat apapun tentang masa itu. Aku membiarkan mereka hidup dengan jalan hidup yang seharusnya mereka jalani, dan memang seharusnya seperti itu. Aku memperlakukan mereka sebagai apa yang melekat pada mereka saat ini, bukan sebagai siapa mereka dulu dan memang seharusnya seperti itu. Lanjut ss (Seolwon). Xx (Bidam) hanya terdiam mendengarkan nasihat ss (Seolwon), dalam hati ia membenarkan bahwa yy (Deokman) pantas berbahagia dengan takdirnya. Namun, sisi lain hatinya sangat ingin memiliki deokman, membalas kegagalan cintanya di masa lalu. Di sebuah lorong panjang di luar ruangan itu, tepat di samping pintu kamar ss (Seolwon), xx (Bidam) menangis menangisi nasibnya entah dulu entah sekarang yang keduanya patut untuk ditangisi pikirnya.Di tengah kesedihannya, tiba-tiba yy (Deokman) dan bc (Wolya) muncul dari sebelah kiri lorong. Dengan setengah berlari, mereka melewati xx (Bidam) yang sedang duduk terdiam. Keduanya (yy [Deokman] dan bc [Wolya]) terlihat panik sampai-sampai mereka tidak menyadari keberadaan xx (Bidam) di sana. Penasaran dengan apa yang terjadi, xx (Bidam) mengikuti di belakang yy (Deokman) dan Bc (Wolya). Rupanya mereka berdua menuju ruang perawatan yz (Sohwa), ibunda yy (Deokman) dan yx (Yushin). Di luar kamar itu, tampak yx (Yushin) dan juga xy (Mishil) dengan ekspresi penuh kecemasan menyambut kedatangan yy (Deokman) dan bc (Wolya). Tidak berapa lama Dokter yang keluar dari kamar itu menepuk pudak yx (Yushin) mengisyaratkan yx (Yushin) untuk bersabar. Sementara yy (Deokman) masuk ke dalam kamar yz (Sohwa) disusul oleh bc (Wolya).Setelah Dokter berlalu, xx (Bidam) memberanikan diri mendekati xy (Mishil) yang sedang menenangkan yx (Yushin).Bibi apa yang sedang terjadi? tanya xx (Bidam).Xy (Mishil) kaget mengetahui xx (Bidam) tiba-tiba ada di depannya. Xy (Mishil) mempertanyakan alasan keberadaan xx (Bidam) di sana.Aku menabrak orang tadi malam jawabnya singkat.xy (Mishil) terkejut mendengar jawaban xx (Bidam), lalu menghujani xx (Bidam) dengan pertanyaan-pertanyaan dan teguran-teguran klise yang disampaikan seorang bibi kepada keponakannya yang nakal sampai-sampai ia lupa menjawab pertanyaan yang xx (Bidam) sampaikan sebelumnya. Setelah puas memarahi keponakannya itu dan berpamitan pada yx (Yushin), xy (Mishil) mengajak xx (Bidam) pergi.Ada hal penting yang harus aku sampaikan padamu dan xz (Chuncu). Jelas xy (Mishil) sembari menggandeng tangan xx (Bidam) meninggalkan yx (Yushin) sendirian.Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sana? tanya xx (Bidam) menegaskan kembali pertanyaan tak terjawab yang sempat ia ajukan sebelumnya. Kondisi ibu memburuk Jawab xy (Mishil). Xx (Bidam) prihatin mendengar hal tersebut.Di kediaman xy (Mishil), saat makan malam, di depan xx (Bidam) dan xz (Chuncu) ia mengumumkan bahwa ia akan menikah besok lusa. Pernikahan harus dipercepat atas permintaan yz (Sohwa). Yz (Sohwa) menyadari umurnya tidak lama lagi sedangkan ia sangat ingin melihat kedua anaknya menikah. Xz (Chuncu) segera memaklumi keputusan ibu angkatnya itu sementara xx (Bidam) gemetar mendengar berita itu.Deokman Deokman menikah ucapnya lirih.Perasaannya tidak karuan setelah mendengar berita itu. Deokman, Wolya dan Seolwon seakan memenuhi seluruh ruang di kepalanya. biarkan dia bahagia dengan takdirnya memang seharusnya seperti itu tapi itu dulu... sekarang dia bukan siapa-siapamuNasihat-nasihat ss (Seolwon) seakan-akan menggema di ruangan itu.Deokman, apakah takdirnya dengan Wolya? bisiknya dalam hati.Malam sudah larut. Xx (Bidam) memarkirkan mobilnya beberapa blok dari kediaman yx (Yushin). Ia nekad merencanakan untuk menculik yy (Deokman) malam itu. Setelah berjalan kaki sekitar dua puluh menit, sampailah ia di depan kediaman yx (Yushin). Namun, ia hanya melintas sebentar saja. Xx (Bidam) menyadari bahwa tempat itu sedang diawasi oleh beberapa anak buah yx (Yushin), entah dimana, mereka tersembunyi. Namun, karena kecerdikannya, xx (Bidam) berhasil menemukan tempat mereka bersembunyi lalu melumpuhkan mereka masing-masing dengan sekali pukulan juga kamera cctv yang mereka operasikan. Xx (Bidam) bergerak secara apik, tidak ada yang menyadari, terlebih saat itu lokasi sepi karena malam sudah larut.Sebelumnya xx (Bidam) sudah mengetahui bahwa yy (Deokman) sedang ada dalam perjalanan dari Rumah sakit menuju kediamannya. Ia medapatkan informasi itu dari aa (orang kepercayaannya). Di sudut yang tersembunyi xx (Bidam) menunggu kedatangan yy (Deokman) dengan sabar. Setelah satu jam menunggu, yy (Deokman) datang bersama bc (Wolya). Sebelum yy (Deokman) sempat membuka pintu rumah, (tanpa sepengetahuan bc) xx (Bidam) membekap yy (Deokman) dengan sapu tangan yang telah ia lumuri eter (senyawa kimia yang bisa membuat ngantuk). Xx (Bidam) memangku yy (Deokman) yang sudah tidak sadarkan diri menuju mobilnya dan membawanya pergi.Sembari mengemudikan mobil yang tidak tentu kemana arah tujuannya, dalam hati xx (Bidam) menyesali perbuatannya saat itu. Tangan kanannya mengenggam tangan yy (Deokman) yang duduk terkulai tidak sadarkan diri di sampingnya sementara tangan kirinya memegang kemudi mobil.Maafkan aku Deokman ucapnya lirih dengan tatapan penuh penyesalan dan berkaca-kaca.Maafkan aku karena tidak bisa menerima di kehidupan ini pun takdirmu tidak denganku lagi saat ini pun aku bukan orang yang kamu cintai aku tidak bisa menerima maafkan aku ucapnya sembari menahan kesedihan yang seakan terjebak di tenggorokannya, sementara air matanya tidak terbendung lagi setelah ia selesai dengan kata terakhirnya. Xx (Bidam) menarik nafas panjang sejenak, lalu melanjutkan kata-katanya yang belum sempat terucap.Deokmanku Yang Mulia dihadapanmu aku memang bodoh dan sepertinya akan selalu begitu. Aku tahu bahwa kamu tidak pernah benar-benar mencintaiku. Aku tahu Deokman! Tapi bodohnya aku yang hanya bisa berpura-pura tidak tahu bahkan sampai aku mati Walaupun sakit aku berpura-pura tidak merasakannya. Shila cintamu hanya untuknya dan Yushin benarkan Yang Mulia? Cintamu padaku tidak pernah sebesar cintamu pada Shila dan Yushin.Aku tahu aku tahu bagimu aku hanya berarti sebagai orang yang bisa mengusir kesepianmu, yang memberimu bunga, yang berkedip kepadamu, yang memegang tanganmu yang gemetar, yang memperlakukanmu sebagai seorang wanita yang bisa kau andalkan yang bisa menghibur dalam kesepianmu sebagai seorang raja ... Meskipun begitu, tidak masalah untukku karena aku tahu cintaku hanya untukmu Deokman. Bagiku cukup hanya dengan mengetahui bahwa cintaku padamu bukan kepura-puraan tahukah kamu bagiku itu cukup ? Panjang lebar xx (Bidam) mengungkapkan perasaannya yang telah lama terpendam didepan yy (Deokman) yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.Aku dan Yushin memang tidak pernah benar-benar bertanding karena dari awal kamu sudah menyerahkan hatimu untuknya dan itu tidak pernah berubah sama sekali ucap xx (Bidam) sembari memarkirkan mobilnya di sebuah penginapan tua nan sederhana di pinggiran kota Seoul. Malam itu salju mulai turun sementara mobilnya hampir kehabisan bahan bakar, xx (Bidam) tidak bisa membiarkan yy (Deokman) kedinginan di dalam mobil sedangkan penginapan terdekat dengan mereka saat itu adalah penginapan tua itu sehingga ia tidak punya pilihan lain. Malam sudah sangat larut dan bertambah larut sementara yy (Deokman) masih belum sadarkan diri, rupanya pengaruh obat bius yang diberikan xx (Bidam) belum hilang. Xx (Bidam) membaringkan yy (Deokman) di atas ranjang yang tampak sudah tua namun masih kokoh lalu menyelimutinya dengan hati-hati. Setelah memastikan yy (Deokman) nyaman, xx (Bidam) duduk di atas sebuah kursi kayu tua yang ia tempatkan di samping tempat tidur yy (Deokman). Dengan ekspresi datar, pandangan mata xx (Bidam) terpaku pada yy (Deokman) yang sedang terlelap.Selama beberapa jam xx (Bidam) bertahan dengan posisi itu (terpaku memandangi yy [Deokman]) sampai akhirnya yy (Deokman) mulai membuka matanya. Yy (Deokman) kaget menyadari bahwa ia terbangun di tempat asing dan orang yang pertama kali ia lihat adalah xx (Bidam) yang jelas-jelas terlihat mematung memandanginya, mata mereka bertemu saat itu. Menyadari kepanikan yy (Deokman), xx (Bidam) mencoba menenangkannya.Tenanglah, tidak apa-apa. Ucap xx (Bidam) lemah lembut.Aku ucap yy (Deokman) terpotong, sembari mencoba mengingat -ingat apa yang telah terjadi. Sembari bergerak menjauhi xx (Bidam), yy (Deokman) setengah berteriak kepada xx (Bidam) Kamu! Apa yang kamu lakukan! Di mana kakakku? Tenang, aku tidak berniat menyakitimu, tenanglah! balas xx (Bidam), kembali mencoba menenangkan yy (Deokman) yang berdiri di pojok ruangan sembari mempersenjatai dirinya dengan vas bunga yang baru saja ia temukan di samping tempat tidurnya.Lalu, apa maksudmu membawaku paksa ke tempat ini jika bukan karena niat jahat?Maafkan aku aku mabuk tadi malam tenanglah dalih xx (Bidam).Aku berjanji akan mengantarkanmu pulang tapi sekarang di luar sedang turun salju, sekarang masih jam empat pagi, kita harus menunggu agak siang karena jalanan ditutupi salju. Lanjut xx (Bidam)Aku berjanji, sekarang percayalah baiklah aku akan keluar, meninggalkanmu sendirian dan percayalah aku tidak melakukan hal yang kamu khawatirkan. Tegas xx (Bidam) sembari berlalu meninggalkan yy (Deokman) yang masih terlihat panik dan kebingungan.Sebelum xx (Bidam) sempat menutup pintu Kamu tidak sedang mabuk, sebenarnya apa maksud semua ini? teriak yy (Deokman) tiba-tiba.Xx (Bidam) tidak bisa berkata apa-apa mendengar pertanyaan yy (Deokman) itu, ia hanya terdiam di balik pintu yang setengah terbuka.Apa ini tentang kakakku dan bibimu? Pernikahan mereka? tanya xx (Deokman)Bukan istirahatlah aku berjanji akan mengantarkanmu kepada kakakkmu. Jawab xx (Bidam) dengan ekspresi datar.Tunggu! Entahlah, tapi aku tahu kamu bukan orang jahat. Seandainya ini tentang kakakku dan bibimu, aku mau mendengarkannya. Bujuk yy (Deokman).Mendengar hal itu xx (Bidam) hanya bisa terdiam, menunduk sembari menahan kesedihan yang menyesakkan tenggorokannya sementara yy (Deokman) menatapnya dengan penasaran. Xx (Bidam) menarik nafas panjang, berusaha mengucapkan beberapa patah kata kepada yy (Deokman). Jika ini bukan tentang bibikku atau kakakmu ucap xx (Bidam) terpotong. Aku mau ucap yy (Deokman) tegas.Hari masih gelap, masih di kamar itu di sebuah penginapan tua nan sederhana di pinggiran kota Seoul.Kamu boleh menganggapku gila setelah mendengar semua ini, aku tidak peduli ucap xx (Bidam) dengan senyum tipis dan tatapan mata sarat kesedihan. Katakanlah, aku akan mendengarkanmu apapun itu, aku tidak akan berbicara sebelum kamu selesai katakanlah tegas yy (Deokman), dalam hatinya tiba-tiba timbul rasa iba kepada laki-laki yang ada di hadapannya itu. Xx (Bidam) memandang yy (Deokman), masih dengan tatapan matanya yang menyedihkan, menarik nafas panjang lalu memulai kata pertamanya:Aku dulu sangat mencintai seorang wanita bukan di masa laluku tapi di kehidupanku yang dulu. Ya, kehidupanku yang sebelumnya. Saat aku terbangun dari koma itu karena kecelakaan yang aku alami di hari wisudaku, aku bisa melihat gambaran kehidupan orang lain yang ternyata adalah aku. Gambaran kehidupanku sebgai orang lain di masa lain. Kamu boleh tidak percaya tapi saat ini aku bisa mengingat semuanya, setiap detailnya.Sebelum aku bertemu dengan wanita itu aku adalah orang yang sangat kesepian, pertama kali bertemu dengannya aku putuskan untuk memberikan seluruh hatiku untuknya, setiap saat ingin selalu menjaganya, melindunginya, membuatnya tersenyum . Saat itu tidak ada yang menganggapku sebagai seseorang, bahkan ibuku sendiri ibuku membuangku. Aku tidak pernah merasa hidupku berharga sampai aku bertemu dengannya . Hanya wanita itu yang bisa menghilangkan rasa sepiku juga perasaan ketidakberhargaanku .Aku mencintainya, sangat. Namun tidak begitu dengannya. Dia wanita yang aku cintai adalah seorang raja di masa itu. Ia lebih mencintai shilla, kerajaannya. Tidak hanya itu, aku harus menerima kenyataan bahwa selain shilla ada laki-laki lain yang lebih ia cintai dibandingkan aku. Aku tidak pernah benar-benar memenangkan cintanya walaupun dia sempat memutuskan untuk menikah denganku. Walaupun aku bisa merasakan ada sedikit cintanya, aku tahu saat itu ia hanya membutuhkan laki-laki untuk bersandar dalam kesepiannya sebagai seorang raja, Pernikahan itu tidak pernah terjadi, aku tidak beruntung dilahirkan dari rahim orang yang menjadi musuh besarnya, sehingga tanpa sadar aku memainkan peranku sebagai musuhnya padahal aku mencintainya, sangat. Hal terakhir yang tersimpan dalam memoriku adalah sosoknya yang berdiri tegar sementara air mata membasahi pipinya, menatapku sedih. Mungkin itu saat aku mati, penyesalanku hari itu adalah aku tidak pernah bisa meraihnya dan tidak sempat mengatakan aku mempercayainya. Bidam, pemberontak yang tercatat dalam sejarah pada masa kerajaan shilla, itu aku . Wanita itu adalah Raja Seon-Deok Deokman jelas xx (Bidam) dengan penuh haru.Aku mendapati kenyataan bahwa beberapa orang yang aku temui di kehidupan ini adalah orang-orang yang juga pernah hidup bersamaku di masa itu saat aku hidup sebagai seorang Bidam, dan ucap xx (Bidam terputus. Aku adalah wanita yang kamu cintai di masa itu! seru yy (Deokman) dengan nada datar.Xx (Bidam) hanya menunduk dan tersenyum tipis, mengiyakan. Melihat ekspresi xx (Bidam) yang tulus, Yy (Deokman) ingin mempercayai semua itu, namun baginya itu sangat tidak masuk akal. Bukannya membenci xx (Bidam), ia malah iba pada laki-laki yang ia kenal sebagai keponakan dari calon kakak iparnya itu. Jika kamu tidak bisa mempercayai apa yang aku sampaikan, aku tidak mempermasalahkannya karena ini memang sangat sulit dipercaya. Aku mengerti. Terima kasih sudah bersedia mendengarkanku. Ucap xx (Bidam). Mata sendunya menyiratkan kesedihan yang luar biasa, akhirnya ia tidak bisa membendung air matanya lagi.Yy (Deokman) hanya bisa terdiam menatap xx (Bidam) dengan penuh rasa iba, ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk menolong laki-laki yang ada di hadapannya itu. Ada yang bisa aku lakukan untukmu? tanya yy (Deokman). Xx (Bidam) sedikit tersentak mendengarnya. Maukah kamu berpura-pura menjadi deokman? Hanya untuk saat ini saja, sebentar saja, aku berjanji. Aku ingin menyampaikan kata-kata yang tidak sempat aku katakan padanya sebelum aku mati. Apa yang harus aku lakukan? tanya yy (Deokman).Bolehkan aku memelukmu? balas xx (Bidam).Lalu yy (Deokman) membiarkan xx (Bidam) memeluknya untuk sesaat.Deokman, aku mencintaimu. Aku mempercayaimu sepenuh hatiku. Aku percaya saat itu kamu mempercayaiku sampai akhir aku percaya. ucap xx (Bidam) setengah berbisik. Untuk beberapa lama xx (Bidam) memeluk yy (Deokman) dengan erat, dengan ragu-ragu yy (Deokman) membalas pelukannya. Mereka saling berpelukan dalam diam. Yy (Deokman) bisa merasakan perasaan yang dalam dari xx (Bidam) untuk wanita yang ia panggil Deokman.Pagi buta yang bersalju di sebuah penginapan tua pinggiran kota Seoul: lama sekali yy (Deokman) larut dalam pelukan xx (Bidam). Semua pengakuan yang tidak masuk akal dari xx (Bidam) mengenai reinkarnasi, Bidam, Shila, Raja, Deokman, dan kisah cinta masa lalunya benar-benar telah mengacaukan pikiran yy (Deokman). Yy (Deokman) tidak bisa menerima semua itu dengan akal sehatnya. Namun, entah mengapa ia merasa tidak ingin segera lepas dari pelukan xx (Bidam).Tanpa sadar, tiba-tiba yy (Deokman) mendapati matanya berlinang air mata. Namun, segera ia hapus saat menyadarinya, tidak ingin xx (Bidam) tahu.Aku tahu semua itu aku memepercayaimu ucap yy (Deokman) tiba-tiba, memecah kesunyian di pagi buta yang bersalju saat itu.Xx (Bidam) tersentak mendengarnya, sontak ia melepaskan pelukannya lalu menatap mata yy (Deokman) dengan penuh tanya.Maafkan aku, aku hanya berusaha memainkan peranku dengan baik. Jelas yy (Deokman) seakan sadar dengan tanda tanya besar di dalam benak xx (Bidam).Ah iya seharusnya aku tahu. Balas xx (Bidam) dengan tatapan kecewa sembari memalingkan diri dari yy (Deokman)Aku yakin wanita itu akan mengatakan hal yang sama denganku seandainya ia ada di sini. Jelas yy (Deokman) singkat.Saat itu pun aku yakin dia tahu isi hatimu walaupun kamu tidak sempat mengutarakannya. Lanjut yy (Deokman) Terimakasih. Jawab xx (Bidam) singkat.Aku rasa setelah ini kita akan berteman. Benarkan? tanya yy (Deokman). Benarkah kamu berpikir untuk menjadi temanku? Tanya xx (Bidam) heran.Kenapa? Bukannya kita akhirnya akan menjadi keluarga? Bibimu akan menjadi istri kakakku. Keluarga bibimu berarti juga akan menjadi keluargaku.Tidak, bukan itu maksudku. Aku yang aku lakukan padamu saat ini kenapa kamu tidak membenciku? Bukankah aku sudah mendapat penjelasannya darimu? Aku tidak memilki alasan lagi untuk membenci.Terimakasih, aku menghargainya. Sudah pagi, aku harus segera mengantarkanmu kepada kakakkmu Ah iya, kakakkmu aku akan mendapat masalah dengannya. Dia akan sangat marah padaku. Aku harap ini tidak mengganggu hubungannya dengan bibiku. Balas xx (Bidam) sembari berlalu.Tunggu! Bolehkan aku meminjam ponselmu untuk menghubungi kakakku? dia pasti khawatir pinta yy (Deokman).Kakak bagaimana keadaan ibu? Maafkan aku karena pergi begitu saja tanpa memberitahumu. Aku tidak bisa memberitahumu karena aku menghilangkan dompet dan ponselku Aku baik-baik saja saat ini aku sedang bersama xx (Bidam). Tiba-tiba aku ingin pergi ke makam ayah aku memintanya menemaniku. Aku harap kakak bisa mengerti . Aku akan segera kembali, sampaikan salamku pada ibu.Mendengar itu, xx (Bidam) meminta maaf karena telah membuat yy (Deokman) berbohong demi membelanya.Aku tidak berbohong. Jelas yy (Deokman) sementara xx (Bidam) heran dengan jawabannya.Aku tidak berbohong, jadi kamu keberatan jika harus mengantarkanku ke makam ayahku sebelum kita pulang? Oh maksudmu? tanya xx (Bidam) menegaskan. Dalam hati ia sangat menghargai apa yang telah dilakukan yy (Deokman) walaupun ia menyadari bahwa yy (Yushin) cukup cerdas untuk segera mengetahui bahwa kejadian malam itu adalah ulahnya.Xx (Bidam) dan yy (Deokman) bergegas meninggalkan penginapan tua nan sederhana itu. Namun, saat xx (Bidam) hendak menuju mobilnya untuk mengisikan sedikit bahan bakar yang ia dapat dari pemilik penginapan, ia mendapati tiga orang laki-laki sedang mengotak-atik mobil mewahnya itu. Sontak ia meneriaki ketiga laki-laki asing itu. Menyadari keberadaan sang pemilik mobil, salah satu dari mereka berusaha menyerang xx (Bidam) dengan sebuah tongkat besi panjang bak seorang mafia Hongkong, sementara yang lainnya tetap sibuk mengotak-atik mobil mewah itu. Dengan tangan kosong xx (Bidam) menghadapi hadangan laki-laki itu dan berhasil mengalahkannya. Menyadari bahwa sang pemilik mobil tidak selemah yang mereka kira, ketiganya berlari melarikan diri.Setengah berlari yy (Deokman) mendekati xx (Bidam). Haruskah kita menghubungi polisi? tanya yy (Deokman) cemas.Tidak, biarkan saja. Mereka tidak berhasil membawa lari mobilku, lagipula tidak ada yang terluka. Tegas xx (bidam).Tidak berapa lama, perhatian xx (Bidam) dan yy (Deokman) teralihkan oleh kegaduhan yang berasal dari ujung jalan. Nampak segerombolan laki-laki muncul dari kejauhan. Setiap dari mereka bersenjata, beberapa bahkan membawa senjata tajam seperti arit dan belati. Rupa-rupanya ketiga laki-laki itu adalah bagian dari kelompok penjahat di daerah itu. Menyadari bahwa ia sedang diincar oleh puluhan laki-laki garang bersenjata, sontak xx (Bidam) memberikan ponselnya kepada yy (Deokman). Ini, cepat masuklah ke dalam! hubungi polisi! Jangan keluar sebelum polisi datang! tegas xx (Bidam).Yy (Deokman) segera berlari ke dalam, meminta perlindungan kepada si pemilik penginapan sembari menghubungi polisi. Tangannya gemetar, ia benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi, ia sangat mengkhawatirkan xx (Bidam). Dari balik jendela yy (Deokman) tidak bisa berhenti melayangkan pandangannya kepada xx (Bidam). Sementara itu, gerombolan penjahat itu semakin mendekat. Xx (Bidam) mempersenjatai dirinya dengan tongkat besi panjang yang ditinggalkan oleh laki-laki yang ia kalahkan di perkelahian sebelumnya. Ia memasang kuda-kuda, memperlakukan tongkat besi yang ada di tangannya seperti sebuah pedang. Ia benar-benar merasa menjadi bidam saat itu. Satu persatu lawan ia kalahkan dengan mudah. Bidam benar-benar telah kembali, pikirnya. Ia sangat menikmati perkelahian itu.Beberapa dari mereka terlihat bergerak mendekati pintu masuk penginapan. Menyadari bahwa mereka mengincar yy (Deokman), sontak xx (Bidam) menghadang mereka. Ia bisa melihat yy (Deokman) menatapnya cemas dari balik kaca jendela penginapan. Meskipun begitu, semua berjalan dalam kendalinya, sampai akhirnya dorrr! Sebuah peluru panas bersarang di bahu sebelah kirinya. Seseorang membidiknya dari belakang. Sementara yang lainnya menghunuskan belati tepat di perut sebelah kanan xx (Bidam). Dalam keadaan seperti itu xx (Bidam) tetap berusaha mati-matian mencegah orang-orang itu mendekati pintu masuk penginapan sampai akhirnya ia menyerah, terkulai lemah dia atas tumpukan salju yang masih baru.Beruntunglah, saat mereka berhasil melumpuhkan xx (Bidam), suara sirine dari mobil polisi membuat mereka berlari meninggalkan xx (Bidam) yang tengah terluka parah. Sementara itu, dari balik kaca jendela, yy (Deokman) merasa tidak asing dengan pemandangan yang ia lihat saat itu. Yy (Deokman) tidak sanggup berkata-kata menyaksikan xx (Bidam) terluka, terkulai lemah tidak berdaya. Ia hanya terpaku, tubuhnya gemetaran sementara pandangan matanya kosong, ia merasa jantungnya berdetak seribu kali lebih cepat saat itu, seakan mendesak keluar rongga dadanya sampai akhirnya yy (Deokman) tidak sadarkan diri.Sedikit kata yang xx (Bidam) ucapkan padanya (yang saat itu diminta untuk berpura-pura menjadi Deokman) selama ia memeluknya, hanya menyatakan bahwa ia mencintai wanita itu dan mempercayainya. Kata-kata yang sangat sederhana. Namun, yy (Deokman) merasakan ketulusan yang luar biasa dalam pelukannya. Sesekali yy (Deokman) mendengar isak tangis yang setengah tertahan dari laki-laki yang sedang memeluknya saat tu.Setelah sekian lama tertutup, akhirnya sepasang mata itu mulai terbuka perlahan. Bagi xx (Bidam) ini adalah kesekian kalinya ia terbangun di atas ranjang orang sakit dengan selang infuse terhubung ke urat nadinya. Lelah, itu yang pertama kali ia rasakan saat bangun dari tidur yang cukup panjang itu. Rasa sakit akibat luka tusukan belati di perutnya dan peluru panas di pundak kirinya mengingatkannya pada kejadian hari itu. Ia tidak yakin mengenai berapa lama ia terbaring di sana yang jelas rasa sakit itu masih terasa sangat baru baginya. Tidak ada yang menyadari bahwa dirinya tengah siuman, seakan semua tahu ia ingin menikmati kesendiriannya. Tidak lama, dengan hati-hati seorang laki-laki membuka pintu, seakan tidak ingin ada yang menyadarinya. Tuan Ss (Seolwon)! seru xx (Bidam) setengah meringis kesakitan . Ah, kamu sudah siuman. Sssttt aku tidak ingin ada menyadari keberadaanku di sini! balas Ss (Seolwon). Bidam, aku mendengar apa yang telah terjadi. Kamu melakukan hal yang bodoh! Lagi-lagi hal yang bodoh karena seorang wanita. Aku sangat menyesalkan kenapa kamu sama sekali tidak memikirkan apa yang telah aku sampaikan kepadamu! lanjut Ss (Seolwon) dengan nada kecewa. Tuan Ss (Seolwon) aku aku sudah benar-benar melepasnya merelakannya. Jelas xx (Bidam) datar. Bidam ucap Ss (Seolwon) terputus. aku sudah benar-benar menyerah.. Aku akui takdirnya memang bukan denganku. Sudah... Kemudian keduanya lama saling bertatapan tanpa kata. Ss (Seolwon) bisa melihat mata xx (Bidam) memerah saat menyampaikan semua kepadanya. Berapa lama aku disini? tanya xx (Bidam) memecah kebekuan sesaat di antara mereka. Ini pagi keempat aku menemuimu disini. Jawab Ss (Seolwon).Mendengar hal tersebut ia menyadari bahwa ia telah melewatkan hari pernikahan Bibinya dan juga pernikahan yy (Deokman). Tidak, kamu tidak melewatkan pernikahan itu. Kamu hanya melewatkan satu pemakaman. Jelas Ss (Seolwon). Pemakaman?! seru xx (Bidam).mungkinkah nyonya yz (Sohwa)? lanjut xx (Bidam).Ss (Seolwon) menunduk, mengiyakan. Ia meninggal tepat di hari yy (Deokman) dan kamu kembali. Jelas Ss (Seolwon).Sontak pikirannya tertuju kepada yy (Deokman). Dari Ss (Seolwon) ia mengetahui bahwa yy (Deokman) mengalami trauma yang cukup berat akibat kejadian di penginapan hari itu. Saat ini yy (Deokman) sedang menjalani perawatan di rumah sakit yang sama dimana xx (Bidam) dirawat. Trauma yang dialaminya bertambah parah dengan kepergian ibunya, yz (Sohwa). Sejak hari kematian ibunya ia tidak mengatakan sepatah katapun dan tatapan matanya selalu kosong. Xx (Bidam) merasa iba dengan keadaan yy (Deokman). Saat itu juga xx (Bidam) memaksa Ss (Seolwon) untuk mengantarkannya kepada yy (Deokman). Tanpa sepengetahuan perawat, ss (Seolwon) membawa xx (Bidam) keluar kamarnya, menuju kamar yy (Deokman).Saat xx (Bidam) sampai disana ia mendapati yy (Deokman) tengah duduk tenang menghadap jendela kamarnya. Bc (Wolya) yang saat itu tengah menemani yy (Deokman) menyadari keberadaan xx (Bidam).Ah xx (Bidam) aku tidak tahu bahwa kamu sudah siuman. Ucap bc (Wolya) setengah terkejut.Selamat pagi. Sapa xx (Bidam).Syukurlah sepertinya kondisimu tengah membaik. Masuklah, aku senang kamu datang. Kamu pasti sudah mendengar kondisinya yy (Deokman) saat ini. Aku dengar dari pemilik penginapan bahwa yy (Deokman) tidak sadarkan diri setelah melihatmu dianiaya oleh penjahat-penjahat itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kejadiannya, pasti cukup sadis untuk yy (Deokman) ku yang berhati lembut. Saat itu ia pasti sangat menghawatirkanmu, mungkin dengan melihatmu baik-baik saja akan sedikit membantu. Aku mohon, ajaklah dia berbicara walaupun tidak akan ada respon apapun darinya. katakan kamu baik-baik saja. Aku akan meninggalkanmu berdua dengannya aku akan segera kembali. Jelas bc (Wolya) sebelum berlalu pergi dari ruangan itu.Xx (Bidam) memberanikan diri mendekati yy (Deokman). Benar apa yang dikatakan Ss (Seolwon), yy (Deokman) sudah seperti mayat hidup. Pandangan matanya kosong, ia seakan tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekitarnya, dia seperti sedang hidup dalam dunianya sendiri. Meskipun ia menyadari tidak akan mendapat respon dari yy (Deokman), kata-kata belasungkawa tetap mengalir dari mulutnya. Aku turut berduka untuk ibumu yy (Deokman).Ini kunjungan seorang teman. Bukankah kamu bilang kita akan berteman? ucap xx (Bidam) sembari menggenggam tangan kiri yy (Deokman) dan menatap mata indahnya. Aku baik-baik saja hanya sebuah luka kecil. yy (Deokman), lihatlah aku baik-baik saja, tidak perlu menghawatirkan aku lagi.Sementara yy (Deokman) tetap bertahan dengan keadaannya, matanya menatap jauh kearah luar jendela, entah apa yang ia lihat, kosong. Setelah berapa lama xx (Bidam) beranjak dari tempatnya, dengan hati-hati sembari menahan sakit akibat lukanya ia mencoba meraih gagang pintu. Tiba-tiba Tunggu! Seru (Deokman) datar.Xx (Bidam) terkejut mendengar suara itu, suara yang bahkan ia tidak berani berharap untuk bisa mendengarnya mengingat kondisi yy (Deokman) saat itu. Sontak ia menoleh ke arah yy (Deokman) yang saat itu tatapannya masih tertuju jauh ke arah luar jendela. Aku tidak bisa tidur, jantungku berdebar-debar, tapi aku lelah. Hidup begitu misterius dan membingungkan bukan? Di satu belahan dunia ada yang baru memulai hidupnya, tapi di belahan dunia lain harus ada yang mati. Lanjut yy (Deokman) datar.Tiba-tiba ia beranjak dari tempat duduknya, mendekati xx (Bidam) dengan ekspresi datar, mengenggem tangannya dan menuntunnya menuju tempat tidur. Yy (Deokman) berbaring di atas ranjangnya, menyelimuti dirinya sendiri lalu meraih tangan xx (Bidam) dan meletakannya ke dada kirinya.jantungku berdebar-debar, tolong tenangkan untukku. Pinta yy (Deokman) lagi-lagi dengan nada datar sembari meletakan tangan kanan xx (Bidam) yang ia genggam ke dada kirinya.Xx (Bidam) terpaku, kehilangan kata-kata melihat kenyataan itu. Tangannya seakan membeku dalam genggaman yy (Deokman), terasa berat bahkan untuk ia gerakan. Ingatannya menerawang jauh ke beratus ratus tahun yang lalu, ke suatu malam dimana ia mendapati Yang Mulia masih sibuk dengan urusan kerajaan, lalu ia menariknya ke tempat tidur. Yang Mulia mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur karena jantungnya berdebar. Lalu xx (Bidam) menepuk-nepuk dadanya untuk menenangkannya, sampai Yang Mulia tertidur. Satu sisi logikanya mengatakan mungkin yy (Deokman) mengingat sesuatu. Logikanya yang lain mengingkari itu. Pengingkarannya lebih kuat dibanding pengakuannya. Ia menganggap itu hanya kebetulan. Ia lalu menepuk-nepuk dada yy (Deokman) dengan pelan sampai yy (Deokman) tertidur dengan tenang dan genggaman tangannya terlepas dengan sendirinya.Bc (Wolya) sangat antusias setelah mengetahui bahwa yy (Deokman) mulai memberikan respon. Ia sangat berterima kasih kepada xx (Bidam), setelah itu perhatiannya hanya tertuju kepada calon istrinya itu sampai-sampai ia tidak menyadari xx (Bidam) meninggalkan ruangan itu. Sementara itu, beberapa saat setelah xx (Bidam) tengah kembali berada di kamar perawatannya sendiri, ia dikejutkan dengan kedatangan yx (Yushin). Setelah sedikit basa basi, menanyakan keadaan xx (Bidam) Aku turut berduka untuk nyonya yz (Sohwa). Ucap xx (Bidam) Terima kasih. Bibimu memintaku menyampaikan maafnya padamu, ia baru bisa datang setelah jam makan siang. Jawab yx (Yushin). Iya, aku mengerti, dia sangat sibuk, aku harus segera pulih agar bisa secepatnya menggantikannya memimpin perusahaan karena dia akan segera menjadi istrimu. Balas xx (Bidam) Benar, kamu keponakan yang sangat pengertian sebenarnya aku datang untuk menyampaikan sesuatu. Menyampaikan sesuatu? Iya tentang adiku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi di antara kalian dan apa isi kepalamu. Malam itu aku mendapat laporan bahwa kamu membawa paksa adiku, tapi besoknya dia menelponku dan mengatakan dia sedang menuju ke makam ayah kami bersamamu. Dan di hari yang sama aku mendapat kabar bahwa kamu terluka karena melindunginya. Sesaat sebelum ibu kami meninggal, yy (Deokman) menemuiku dan mengatakan untuk merahasiakan semuanya sambil menangis menghawatirkanmu. Dia mengatakan kepadaku bahwa kamu tidak ada maksud jahat. Tapi tetap saja aku tidak mengerti sedikitpun tentang apa yang sedang terjadi. Untuk menghormati adikku dan bibimu, aku merahasiakannya, bahkan dari bibimu. Terlepas dari itu semua aku sangat berterima kasih kepadamu karena telah melindunginya dan juga aku dengar kondisinya membaik setelah melihatmu tadi pagi, terima kasih banyak. Jelas yx (Yushin). Aku balas xx (Bidam) terputus. Tidak kita lupakan saja. Sepakat? Bukankah kita akan menjadi keluarga? potong yx (Yushin). Terima kasih Paman. Yx (Yushin) tersenyum mendengar xx (Bidam) memanggilnya paman untuk pertama kalinya.Semenjak hari itu, xx (Bidam) tidak pernah menemui yy (Deokman) lagi, ia mengikuti perkembangan kondisi yy (Deokman) dari bibinya, xy (Mishil). Yy (Deokman) meninggalkan rumah sakit satu hari sebelum xx (Bidam). Kondisi yy (Deokman) telah pulih sepenuhnya, ia kembali menjalani aktifitasnya sebagai seorang guru di sebuah taman kanak-kanak sementara xx (Bidam) memutuskan untuk meninggalkan Seoul beberapa waktu untuk melupakan yy (Deokman). Bibi, maafkan aku. Aku tahu bibi sangat lelah dengan semua urusan perusahaan. Aku berjanji akan mengambil alih semuanya tapi aku meminta sedikit waktu untuk berpikir. Satu atau dua bulan ijinkan aku untuk meninggalkan Seoul, sebentar saja. Pinta xx (Bidam) kepada bibinya. Meninggalkan Seoul? Iya, semua yang terjadi membuatku sedikit lelah, aku ingin pergi ke Amerika, mengunjungi oo (Alcheon), sudah lama aku tidak behubungan dengannya. Tapi bagaimana dengan pernikahanku? Satu bulan lagi. Kamu tidak akan menghadirinya? Maafkan aku Bibi tapi ini bukan berarti aku keberatan dengan pernikahan itu, aku hanya lelah, ingin menenangkan pikiran sebelum aku mulai memimpin perusahaan.Baiklah jika itu maumu, sebegitu beratnyakah untukmu anakku sampai-sampai kamu ingin melupakannya? Maafkan aku aku tidak tahu ucap xy (Mishil) lirih sembari memeluk keponakannya itu.Xx (Bidam) lebih memilih untuk pergi daripada harus menghadiri pernikahan yy (Deokman) dan bc (Wolya). Ia merasa dengan begitu ia lebih bisa merelakan yy (Deokman).Satu minggu kemudian, xx (Bidam) membawa serta ss (Seolwon) menuju Bandara untuk meninggalkan Seoul. Tanpa direncanakan, di Bandara (sesaat sebelum jadwal keberangkatan pesawatnya), ia bertemu dengan bc (Wolya). Terjadi percakapan di antara mereka, percakapan sebagai sepasang sahabat bagi bc (Wolya) namun bagi xx (Bidam) itu adalah percakapan sebagai sepasang rival sampai akhirnya Gaza? Pelayanan sosial ke Gaza? tanya xx (Bidam) setengah terkejut.Ya, untuk satu tahun. Keputusanku sudah bulat. Jelas bc (Wolya). yy (Deokman) ? tanya xx (Bidam).Tiba-tiba raut wajah bc (Wolya) berubah saat mendengar nama itu.Sebenarnya apa yang terjadi? tanya xx (Bidam) penasaran. Tidak akan pernah ada pernikahan di antara aku dan yy (Deokman). maksudmu ?!?!Hari itu, saat dia sudah mulai mau berbicara, aku senang sekali karena dia memanggilku. Tapi dia mulai mengatakan banyak hal yang tidak aku mengerti. Aku pikir dia masih belum pulih benar tapi dia selalu menegaskan bahwa dia sadar sepenuhnya dengan apa yang dia katakan kepadaku. Tiba-tiba dia mengatakan tidak bisa menikah denganku. Aku tanya alasannya kenapa. Aku pikir sesuatu telah terjadi antara kamu dengan dia saat kalian pergi bersama. Tapi dia mengatakan alasannya karena seseorang yang dia cintai jauh sebelum dia mengenalku. Aku rasa itu bukan kamu jelas bc (Wolya) sambil tersenyum sinis.Xx (Bidam) membalasnya dengan senyum tipis, sembari menyembunyikan rasa penasarannya.ku kumpulkan keberanianku untuk menanyakan apa keistimewaan laki-laki itu dibandingkan denganku, apa yang membuatnya mempertahankan cintanya begitu lama, bagiku tidak masuk akal, bahkan dia telah lama tidak bertemu dengan laki-laki itu. Dia bilang laki-laki itu, tetap mencintainya walaupun saat itu seisi dunia melihatnya sedang membenci laki-laki itu. Laki-laki itu telah banyak menderita karenanya tetapi dia tetap memperjuangkan cintanya untuk yy (Deokman). Lalu dia mengatakan dia menyesal karena dulu cintanya pada hal lain membuatnya mengorbankan cintanya pada laki-laki itu. Dia ingin menebus kesalahannya kepada laki-laki itu, ingin mengatakan dengan leluasa pada laki-laki itu bahwa dia mencintainya Aku tidak pernah mendengar cinta masa lalunya sebelumnya. Entah kapan, mungkin saat di bangku sekolahnya dulu. Sebagai seorang laki-laki hatiku tersayat mendengar wanita yang aku cintai membicarakan cintanya kepada laki-laki lain sambil menitikan air mata. Lanjut bc (Wolya)Xx (Bidam) dan ss (Seolwon) hanya bisa terdiam mendengar itu semua keluar dari mulut bc (Wolya)Aku tahu sejak lama dia tidak pernah benar-benar ingin menikahiku. Sejak mengenalnya saat di bangku kuliah dulu, aku menaruh hati padanya, tetapi aku tidak pernah berani mengatakannya. Dia begitu cantik dan sempurna dan saat itu aku bukan siapa-siapa. Beberapa tahun setelah kelulusan kami, ibu memaksaku untuk menghadiri acara perjodohan yang telah ia persiapkan untuku. Katanya, calon perempuannya adalah anak dari sahabat ayahku yang sudah lama meninggal. Saat itu aku terkejut ternyata yy (Deokman)lah orangnya. Aku langsung katakana iya, begitu juga dengannya. Namun, aku tidak pernah merasa dia benar-benar mencintaiku. Yang membuatnya bertahan bersamaku hanyalah hutang budi ayahnya kepada ayahku. Aku menutup mata dari kenyataan itu, aku pikir cukup dengan memilikinya, walaupun dia tidak mencintaiku, aku akan bahagia. Tapi aku malah tersiksa melihatnya bersandiwara. Mungkin ini yang terbaik untuk kami.Aku sela xx (Bidam). Maafkan aku, aku terbawa suasana maafkan aku, pasti kamu tidak ingin mendengar semua ini. Balas bc (Wolya).Aku turut menyesal mendengar itu. Kenapa kamu berpikir aku keberatan mendengarnya? padahal saat aku butuh didengar, kamu adalah pendengar yang baik untukku. Jawab xx (Bidam).Bc (Wolya) tersenyum mendengar pernyataan xx (Bidam), mengingat saat pertama kali mereka bertemu. Saat itu xx (Bidam) datang kepadanya dengan masalah kejiwaannya. Ah iya benar, aku pernah menjadi pendengar setiamu juga haha. Balas bc (Wolya) dengan nada bercanda.Setelah pelukan persahabatan, keduanya berpisah. Tuan ss (Seolwon), Anda mendengarnya juga kan? Apakah Anda berpikiran sama denganku mungkinkah ? tanya xx (Bidam) kepada ss (Seolwon) dengan bibir bergetar dan mata memerah. Iya Tuan muda saya mendengarnya saya jawab ss (Seolwon) terputus karena tiba-tiba xx (Bidam) berlari meninggalkannya sembari mengatakan Aku harus menemuinya Pergilah bidam aku bersyukur di kehidupan ini kamu bisa lebih beruntung daripada aku ucap ss (Seolwon) lirih sembari melihat xx (Bidam) berlalu meninggalkannya.Di kediaman keluarga yx (Yushin) Yy (Deokman) meminta izin untuk pergi ke Gyeongju. Bukankan hari ini jadwal keberangkatanmu ke Amerika? Bagaimana bisa ? ucap yx (Yushin) heran. Itu nanti akan aku jelaskan maafkan aku aku harus pergi permisi. Ucap xx (Bidam) singkat sembari terburu-buru pergi.Gyeongju . Pikirannya langsung tertuju pada makam Raja Seon Deok.Bebererapa ratus menit kemudian Di depan gundukan tanah yang tinggi xx (Bidam) melihat sesosok wanita yang ia kenal, yy (Deokman). Yy (Deokman) tidak menyadari bahwa xx (Bidam) berada di belakangnya.Hanya isak tangis yang xx (Bidam) dengar dari wanita yang berdiri membelakanginya saat itu. Lama sekali xx (Bidam) membiarkan yy (Deokman) dalam keadaan itu. Lalu, ia memberanikan diri meraih tangan kiri yy (Deokman). Yy (Deokman) terkejut menyadari keberadaan xx (Bidam).Deokman sapa xx (Bidam) sembari menggenggam tangan kiri yy (Deokman).Kemudian keduanya saling bertatapan, yy (Deokman) berusaha menyembunyikan air matanya dengan memalingkan muka dari xx (Bidam), namun xx (Bidam) mencegahnya lembut dan menghapuskan airmatanya. Deokman ada yang ingin kamu sampaikan kepadaku Yang Mulia? tanya xx (Bidam) sembari menatap yy (Deokman) lembut.Yy (Deokman) tidak mengatakan sepatah katapun, air matanya semakin deras saja, lalu dengan tiba-tiba ia memeluk xx (Bidam) erat, xx (Bidam) membalas pelukannya.Keduanya berpelukan penuh haru. Sejak kapan kamu menyadarinya ? tanya xx (Bidam) yang masih memeluk yy (Deokman). Maafkan aku yang terlambat menyadarinya membuatmu menunggu lama membiarkanmu sendirian melewatinya maafkan aku. Jawab yy (Deokman). Tapi sejak kapan? Kenapa tidak menemuiku?Saat itu, di penginapan itu saat aku melihatmu bersimbah darah itu mengingatkanku kepada saat-saat dimana aku harus berpura-pura tegar melihatmu mati menyedihkan karena aku. Kamu tahu bagaimana perasaanku saat itu? Saat itu aku bertanya-tanya apa aku bisa bertahan hidup setelah hari itu? Kesedihan tersembunyi di matamu membuat perasaanku semakin buruk, aku merasa sangat bersalah kepadamu Aku tidak kuasa menanggung kesedihan dan penyesalanku yang begitu besar untukmu Berat. Saat itu aku berpikir siapa yang akan menghiburku atas kehilanganmu sedangkan satu-satunya orang yang selalu menghiburku saat aku sedih hanya kamu. Aku juga merasa marah kepadamu bagaimana mungkin kamu satu-satunya pelipur laraku justru dengan mudahnya pergi saat kesedihan terbesarku datang kesedihan karena kehilanganmu. Saat itu aku benar-benar tidak sanggup menatap dunia, semua menjadi tandus, gersang, kering dan sepi. Apa yang setiap kali aku takutkan sebagai seorang penguasa adalah kehilangan kehilangan pengikut, kekuasaan, kerajaan, orang-orang yang aku kasihi dan aku baru sadar bahwa ketakutanku yang terbesar adalah kehilanganmu saat kamu sudah tidak ada. Jelas yy (Deokman). Berarti saat di rumah sakit saat kamu memintaku menenangkanmu kenapa kamu tidak mengatakan apapun? Aku saat itu takut sekali, takut jika aku katakan semuanya semua akan berakhir seperti dulu. Takut jika takdir mengatakan kita harus berpisah lagi. Aku takut kehilanganmu lagi karena itu rasanya sangat menyakitkan. Aku pikir, jika tidak pernah memulai maka tidak akan ada akhir.Deokmanku untuk pertama kalinya aku merasa kamu sangat bodoh. Dengarkan aku di kehidupan ini aku tidak akan membiarkan kamu kehilangan apapun lagi. Kamu bukan raja, ketiga Han sudah bersatu, sekarang tugasmu sudah selesai, kamu hanya manusia biasa, begitu juga dengan aku. Katakan kepadaku, siapa saat ini yang berhak memisahkan kita? Aku maafkan aku yang kamu sampaikan saat di penginapan itu Aku sangat sedih mendengarnya maafkan aku jika di matamu aku terlihat lebih mencintai Shilla dan Yushin. Maafkan aku yang saat itu tidak berani mengungkapkannya dengan lugas. Aku sangat berhati-hati dengan tindak-tanduku sebagai seorang raja, berusaha menekan perasaanku sekuat mungkin agar musuhku tidak melihat kelemahanku sebagai seorang wanita. Cinta, saat itu bagiku ia adalah kelemahan. Ia lembut tapi adalah musuh yang kuat yang justru bersarang di dadaku. Maafkan aku jika kamu merasa aku tidak benar-benar mencintaimu Bidam. Sejujurnya, aku tidak pernah mencintai seorang pria seperti aku mencintaimu.Xx (Bidam) melepaskan pelukannya menatap mata yy (Deokman) yang basah sementara matanya mulai memerah Gundukan tanah yang tinggi itu, makam raja Seon Deok menjadi saksi bersatunya cinta yang tidak pernah berakhir Sepasang kekasih yang tengah melewati banyak hal, rintangan, pengorbanan dan kisah cinta yang tragis di kehidupan yang sebelumnya, akhirnya bersatu.