Top Banner
LAPORAN KASUS III GLAUKOMA KRONIK ODS Dian Nurhani Safitri H1A008005 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUP NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2013 1
23

Glaukoma KRONIK.docx

Nov 06, 2015

Download

Documents

dsafitri_55

glaucoma kronik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN KASUS IIIGLAUKOMA KRONIK ODS

Dian Nurhani SafitriH1A008005

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUP NTBFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM2013

BAB IPENDAHULUAN

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata (suatu neuropati optik) yang umumnya ditandai oleh keruskan saaraf N.II dan kehilangan lapang pandang yang karakteristik-progresif serta berhubungan dengan berbagai faktor resiko terutama tekanan intraokular (TIO) yang tinggi. Glaukoma bila tidak diobati secara tepat dapat menimbulkan kerusakan yang permanen (Perdami., 2006). Hampir 80.000 penduduk Amerika serikat buta akibat glaukoma, sehingga penyakit ini menjadi penyebab kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin (Riordan, 2010).Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin (Riordan, 2010; Perdami, 2006)Upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma memerlukan penyuluhan dan penjaringan glaukoma secara aktif di masyarakat, baik untuk penemuan kasus maupun deteksi dini (Perdami., 2006).

BAB IILAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIENNama: Tn. RUmur: 53 tahunJenis kelamin : Laki-lakiPekerjaan : Tidak bekerjaAgama : IslamStatus: MenikahSuku : MbojoAlamat : Canggu Bela, BimaTanggal pemeriksaan : 21 Mei 2013

2. ANAMNESISKeluhan Utama : Mata kanan tidak dapat melihat, mata kiri hanya dapat melihat bayangan

Keluhan Tambahan : Kedua mata terasa gatal dan berair sejak 5 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien merasakan penglihatan kedua matanya kabur sejak 2 tahun yang lalu. Penglihatan kabur yang dialami pasien terjadi secara perlahan-lahan tanpa mata merah. Sejak 2 tahun terakhir pasien merasakan lapang pandangnya semakin menyempit dan saat ini pasien merasakan mata kananya tidak dapat melihat dan mata kirinya hanya dapat melihat bayangan sepintas. Sementara keluhan kedua mata terasa gatal dan berair dirasakan pasien sejak 5 hari yang lalu. Keluhan lain seperti pandangan tertutup kabut/asap, silau, terasa nyeri hebat, mual, muntah disangkal pasien. Keluhan keluar kotoran mata, sekret berwarna kuning disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu: Awalnya pasien melihat adanya bintik kehitaman yang dialaminya kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan bintik kehitaman ini muncul sebelum matanya merasa kabur. Pasien mengatakan bintik kehitaman tersebut terletak pada bagian tepi penglihatannya. Bintik kehitaman ini awalnya hanya terbatas pada penglihatan mata kanan pasien. Kemudian bintik kehitaman yang dialami pasien juga berdampak pada mata kirinya. Pasien mengatakan bintik kehitaman yang dirasakannya ikut bergerak pada saat matanya bergerak, namun berhenti bergerak ketika mata dalam keadaan diam.

Riwayat Penyakit Lain :Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus. Selain itu tidak ada riwayat trauma dan riwayat penyakit mata serupa sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga: Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami keluhan penurunan penglihatan seperti pasien. Dari heteroanamnesis dengan keluarga pasien, terdapat keluarga pasien (saudara) yang memiliki keluhan mata merah, gatal dan berair yang tinggal serumah dengan pasien.

Riwayat Pengobatan: Sejak merasakan keluhan lapang pandang semakin menyempit pasien tidak pernah berobat ke dokter maupun ke dukun. Ini adalah kali pertama pasien berobat ke dokter. Riwayat pemakain obat dalam jangka lama disangkal pasien.

Riwayat Sosial:Dalam kesehariannya pasien tinggal bersama dengan istri dan saudara-saudaranya. Pasien tidak lagi bekerja. Saudara pasien ada yang mengalami mata merah, gatal dan berair.

Riwayat alergi: Pasien mengatakan tidak ada alergi baik terhadap makanan maupun obat.

3. PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKU : Baik Kesadaran/GCS : Compos mentis/E4V5M6

Pemeriksaan Tanda VitalTekanan darah: 140/80 mmHgNadi: 80 kali/menitFrekuensi Napas: 20 kali/menitSuhu:36,7oC

Status LokalisNoPemeriksaanMata Kanan (OD)Mata Kiri (OS)

1.Visus Naturalis

LP (-)1/300

2.Lapang pandang Tes konfrontrasiTidak dapat dievaluasiTidak dapat dievaluasi

3.Gerakan bola mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah.

4.Kedudukan bola mata Hirscberg testOrtoforiaOrtoforia

5.Palpebra superiorEdema(-)(-)

Hiperemi(-)(-)

Blepharospasme(-)(-)

Pseudoptosis(-)(-)

Massa(-)(-)

Entropion(-)(-)

Ektropion(-)(-)

Lagophtalmos (-)(-)

Margo palpebraKrusta (-)Krusta (-)

Sikatrik(-)(-)

6.Palpebra InferiorEdema(-)(-)

Hiperemi (-)(-)

Massa(-)(-)

Entropion(-)(-)

Ektropion(-)(-)

Sikatrik (-)(-)

Margo palpebraKrusta (-)Krusta (-)

7.Fissura palpebra+ 10 mm + 10 mm

8.Konjungtiva palpebral

Superior

Hiperemi Folikel/Papil Sikatriks Massa(+)(-)(-)(-)(+)(-)(-)(-)

Inferior Hiperemi Folikel/Papil Sikatriks Massa(+)(-)(-)(-)(+)(-)(-)(-)

9.Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva(+)(+)

Injeksi silier(-)(-)

Massa(-)(-)

Edema

(-)(-)

10.Kornea

Bentuk CembungCembung

Kejernihan JernihJernih

Edema (-)(-)

Permukaan Kesan licinKesan licin

Infiltrat (-)(-)

Benda asing(-)(-)

Lainarkus senilisarkus senile

11.Bilik mata depan Kedalaman Hifema Hipopion Kesan dalam(-)(-)Kesan dalam(-)(-)

12.Iris Warna Struktur CoklatRegularCoklatRegular

13.PupilBentukNormal, reguler, isokorNormal, reguler, isokor

Refleks langsung(+)(+)

Refleks tidak langsung(+)(+)

14.Lensa Kejernihan JernihJernih

15.TIO Palpasi TonometriKesan meningkat27,2 mmHgKesan meningkat27,2 mmHg

16.Funduskopi

Gambaran funduskopi Tampak gambaran atrofi optik glaukomatosa. Papil optik pucat dengan penggaungan yang luas sehingga mencapai tepi papil. Pembuluh darah Nampak terdesak ke nasal, terlihat seolah-olah terputus dan muncul lagi di tepi papil optik Tampak rasio Cup and Disc 1.0

Tampak gambaran atrofi optik glaukomatosa. Papil optik pucat dengan penggaungan yang luas sehingga mencapai tepi papil. Pembuluh darah Nampak terdesak ke nasal, terlihat seolah-olah terputus dan muncul lagi di tepi papil optik

Tampak rasio Cup and Disc 0.9

Gambar Mata pasien

Keadaan kedua mata pasien

OD

OS

BAB IIIIDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUSA. IDENTIFIKASI MASALAHAdapun masalah yang ditemukan pada pasien adalah:1. Mata tenang dengan visus turun perlahan2. VOD : LP (-) VOS : 1/3003. Nampak adanya bintik kehitaman pada tepi penglihatan semakin lama lapang pandang menyempit4. Pemeriksaan Tonometri Schiozt : ODS 27,2 mmHg5. Tampak gambaran atrofi optik glaukomatosa. CD ratio OD 1.0 dan OS 0.96. Mata merah, berair dan gatal

B. ANALISA KASUS1. Mata tenang dengan penglihatan turun perlahanPenglihatan turun perlahan tanpa mata merah dapat mengarahkan pada diagnosis banding penyakit seperti kelainan refraksi, katarak, glaukoma kronis, retinopati, dan ARMD (age related macular disease).a. Pada kelainan refraksi, pasien akan mengeluhkan penglihatan jauh, dekat atau keduanya menjadi kabur, yang dapat disertai sakit kepala, untuk memastikan kelainan refraksi dapat dilakukan pemeriksaan visus dan koreksi refraksi. Sebagian besar kelainan refraksi akan memberikan gambaran visus naturalis yang menurun dan jika diperiksa dengan pinhole akan didapatkan visus yang membaik. b. Pada katarak akan didapatkan kondisi penglihatan turun perlahan dengan mata tenang, pasien seringkali mengeluhkan penglihatan seperti ada kabut asap dan juga terdapat gambaran khas nampak kekeruhan pada lensa. Pada pasien ini, tidak ada keluhan seperti pandangan tertutup kabut atau asap dan tidak nampak kekeruhan pada lensa sehingga diagnosa ke arah katarak dapat disingkirkanc. Glaukoma kronis dapat memperlihatkan tanda menyempitnya lapang pandang, meningkatnya tekanan bola mata, dan atrofi papil saraf optik.d. Pada retinopati, biasanya disertai adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit kolagen, anemia, dan lainnya. Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan funduskopi dimana dapat dijumpai gambaran edema papil, mikroaneurisme, vena-vena retina dilatasi dan berkelok-kelok, perdarahan retina, eksudat. Pada pasien tidak didapatkan gambaran tersebut pada funduskopi sehingga diagnosis ini dapat disingkirkan.e. Pada ARMD bisa ditemukan adanya kehilangan penglihatan sentral/parasentral secara bertahap, mengeluh melihat benda/garis lurus melengkung, bisa timbul lesi drusen di macula ataupun perdarahan subretina.Pada pasien ini penyebab mata tenang penglihatan turun perlahan disebabkan akibat glaukoma

2. VOD : LP (-) VOS : 1/300Seiring dengan peningkatan tekanan intraokuler, tekanan akan menekan serat saraf dari nervus optikus yang berfungsi menghantarkan gambar di otak. Peningkatan tekanan ini mengurangi suplai darah ke nervus optikus, yang mengurangi suplai oksigen dan nutrien. Seiring berjalannya waktu tekanan intraokuler yang semakin meninggi akan menyebabkan kerusakan nervus optikus yang irreversibel dan kehilangan penglihatan. Mekanisme lain adalah mekanisme kematian sel ganglion. Pasien glaukoma menunjukkan peningkatan level neurotrasmiter glutamat di dalam vitreous. Sel ganglion mengandung protein reseptor yang bila diaktivasi oleh glutamat, meningkatkan kalsium intraselular sampai level toxic, yang dapat membunuh sel. Jadi pada pasien ini, mekanisme penglihatan menurun disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler.

3. Nampak adanya bintik kehitaman pada tepi penglihatan yang semakin lama membuat lapang pandang pasien menyempitKondisi ini menandakan adanya suatu skotoma. Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Perluasan akan berlanjut ke lapangan pandang Bjerrum (15 derajat dari fiksasi) membentuk skotoma Bjerrum, kemudian skotoma arkuata. Daerah-daerah penurunan lapangan pandang yang lebih parah di dalam daerah Bjerrum dikenal sebagai skotoma Seidel. Skotoma arkuata ganda di atas dan di bawah meridian horizontal, sering disertai oleh nasal step (Roenne) karena perbedaan ukuran kedua defek arkuata tersebut. Pengecilan lapangan pandang cenderung berawal di perifer nasal sebagai konstriksi isopter. Selanjutnya, mungkin terdapat hubungan ke defek arkuata, menimbulkan breakthrough perifer. Lapangan pandang perifer temporal dan 5-10 derajat sentral baru terpengaruh pada stadium lanjut penyakit. Pada stadium akhir, ketajaman penglihatan sentral mungkin normal tetapi hanya 5 derajat lapangan pandang.

Pada glaukoma kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh atropi serabut saraf optik tidak disadari penderita, sampai kelainan sudah lanjut yaitu hilangnya penglihatan sentral. Kehilangan proyeksi penglihatan ini umumnya dimulai dibagian nasal, kemudian disebelah atas atau bawah, bagian temporal biasanya bertahan cukup lama sampai menghilang sama sekali. Dalam keadaan ini tajam penglihatan sudah ditingkat menghitung jari, bahkan bisa lebih buruk lagi.

4. Pemeriksaan Tonometri Schiozt : ODS 27,2 mmHgRentang tekanan intraokuli yang normal adalah 10-21 mmHg. Tekanan bola mata dapat meningkat akibat adanya hambatan aliran cairan di dalam bola mata (akuos humor). Cairan ini diproduksi di dalam mata untuk memberikan nutrisi pada jaringan di dalam mata, setelah itu cairan tersebut akan dikeluarkan melalui trabekulum dan akhirnya keluar dari dalam mata dan diserap oleh jaringan di sekitarnya. Apabila aliran keluar cairan ini terganggu, maka akan terjadi penumpukan cairan di dalam mata, sehingga tekanan mata akan meningkat. Penyumbatan yang terjadi secara mendadak akan menyebabkan gangguan aliran yang berat dan tekanan mata akan sangat tinggi (glaukoma akut). Penyumbatan yang terjadi secara perlahan akan menyebabkan peningkatan tekanan mata yang perlahan pula (glaukoma kronik). Pada pasien ini terjadi penyumbatan secara perlahan glaukoma kronik.

5. Tampak gambaran atrofi optik glaukomatosa. CD ratio OD 1.0 dan OS 0.9Atrofi optik glaukomatosa adalah tahap akhir glaukoma menahun. Akibat tekanan intraokuler patologis yang meninggi dan aliran darah yang kemudian mengalami hambatan, lama-kelamaan terjadi penggaungan (bagian tengah papil melekuk ke dalam) karena bagian ini merupakan bagian bolamata yang paling lemah. Penggaungan ini adalah penggaungan glaukomatosa, disertai pergeseran pembuluh-pembuluh darah retina ke sisi nasal, pembuluh-pembuluh darah tertekuk di tepi papil dan akhirnya terjadi kerusakan serabut-serabut saraf karena tekanan dan berakibat atrofi optik.

Pada penilaian glaukoma, rasio cup and disc adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus optikus. Apabila terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokuli, rasio cawan-diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.

6. Mata merah, berair dan gatalMata merah, berair dan gatal mengarah pada keadaan konjungtivitis viral. Hal ini disebabkan oleh infeksi virus dimana masa inkubasinya 5-12 hari. Pasien juga tinggal serumah dengan keluarga pasien yang memiliki riwayat mata merah, gatal dan berair lebih kurang tujuh hari yang lalu.

Diagnosis Kerja: Glaukoma kronik ODSDiagnosa Banding: Glaukoma akut ODS

C. PLANNING1. Planning diagnostik : Pemeriksaan gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan yang merupakan tempat dilalui cairan intraokular sebelum keluar ke kanal schlemm sehingga dapat memeriksa saluran drainase cairan bola mata.

2. Planning terapi : Diberikan obat-obatan yang menurunkan TIO dengan cara mengurangi produksi aquous humour atau meningkatkan pengeluaran cairan aquous humour. Target penurunan TIO yaitu 30%, jadi dipilih obat golongan bloker yang dapat menurunkan TIO 20-30%. Obat yang dipilih yaitu betaxolol eye drop yang kerjanya selektif 1 untuk mengurangi efek samping pemberian obat. Trabekulotomi untuk memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung aqueous humor dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita.

3. KIE : Memberi penjelasan pada pasien mengenai penyakit yang dialaminya sudah menimbulkan kerusakan saraf mata. Memberikan kompres hangat pada kedua mata.D. PROGNOSIS Prognosis pada pasien ini, meliputi : Prognosis penglihatan ODS ( ad functionam ):Malam Prognosis Nyawa ( ad vitam ):Bonam

BAB 1VRINGKASAN AKHIR

Pasien Laki-laki atas nama Tn. R berusia 53 tahun datang ke poli mata RSUP NTB dengan keluhan mata kanan tidak dapat melihat, mata kiri hanya dapat melihat bayangan sejak 2 tahun yang lalu. Penglihatan kabur yang dirasakan terjadi secara perlahan, tidak disertai mata merah sampai pasien tidak dapat melihat. Selain itu pasien mengeluh awalnya pandangan nampak adanya bintik kehitaman pada penglihatan tepi, semakin lama kehitaman semakin luas. Saat ini pasien juga mengeluhkan mata terasa gatal dan berair sejak 5 hari yang lalu.Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus OD LP (-) dan visus OS 1/300. Pada pemeriksaan TIO dengan tonometer schiotz didapatkan TIO ODS 27,2 mmHg. Pada pemeriksaan funduskopi, tampak peningkatan cup dan disk ratio OD 1,0 dan OS 0,9 serta gambaran atrofi optik glaukomatosa. Selain itu terdapat mata merah kiri dan kanan, injeksi konjungtiva (+) ODS, berair, sekret serous mukus (+), hiperemi (+). Pasien didiagnosis glaukoma kronik ODS dan diagnosa banding glaukoma akut ODS. Rencana pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan gonioskopi. Rencana tatalaksana dengan betaxolol eye drops dan trabekulotomi. Prognosis penyakit mata dan visus pasien malam dan prognosis ad vitam bonam.

DAFTAR PUSTAKABabar T.F., et al. 2006. Normal Tension Glaucoma. Pak J Ophthalmol 2006, Vol. 22 No.2DiPiro, J.T., et al. 2005. Parmacotherapy: A patophysiologic Approach 6th edition. The McGraw-Hill Companies: USAIljas, S., 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Novita, H.D. 2008. Optical Coherence Tomography (OCT) Posterior Segment.Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol.6, No.3, Desember 2008; Hal.169-177Perdami., 2006. Panduan Manajemen Klinis Perdami. Perdami.Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta; EGC.

1