Top Banner
Program Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk sesuai RPJMN 2005-2009 •Revitalisasi Posyandu •Revitalisasi Puskesmas •Inventarisasi gizi dan kesehatan •Promosi keluarga sadar gizi (KADARZI) •Pemberdayaan keluarga •Advokasi dan pendampingan
29

Gizi Buruk (Nasional)

Nov 24, 2015

Download

Documents

debbie_rose89
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PowerPoint Presentation

Program Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk sesuai RPJMN 2005-2009Revitalisasi PosyanduRevitalisasi PuskesmasInventarisasi gizi dan kesehatanPromosi keluarga sadar gizi (KADARZI)Pemberdayaan keluargaAdvokasi dan pendampinganTercapainya sasaran penurunan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi setinggi2nya 20% dan prevalensi gizi buruk menjadi setinggi2nya 5% pada tahun 2009

Yang baru: menurunkan prevalensi balita gizi kurang manjadi 15% dan prevalensi balita pendek menjadi 32%1Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013DIREKTORAT BINA GIZIDIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIAKEMENTERIAN KESEHATAN RIRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014: Perbaikan status gizi masyarakat salah satu prioritas menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15% dan prevalensi balita pendek menjadi 32% pada tahun 2014.Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah menetapkan 2 indikator keluaran pembinaan gizi yang harus dicapai yaitu:Persentase balita ditimbang berat badannyaPersentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan

Konsep dan Strategi Operasional tahun 2013Konsep Perbaikan Gizi

Tujuan: Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

Kegiatan promotif: kegiatan2 yang dilaksanakan di tingkat masyarakat oleh masyarakat dan petugas. pemantauan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling tentang pemberian makanan bayi adan anak, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan, pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, promosi garam beriodium, pelacakan dan tindak lanjut kasus gizi buruk.Kegiatan preventif: pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap anak-anak gizi kurang atau kurus. Makanan tambahan diberikan dlm bentuk makanan lokal dgn resep2 yang dianjurkanKegiatan kuratif: tatalaksana kasus gizi buruk baik dengan rawat inap maupun rawat jalan, menggunakan protokol yang telah ditetapkan.

4Sasaran Operasional1. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) a. 80% balita yang ditimbang berat badannya b. 100% balita gizi buruk yang mendapat perawatan

2. Indikator Penunjang a. 83% balita mendapat kapsul vitamin A b. 75% bayi 0 6 bulan mendapat ASI Ekslusif c. 93% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet d. 85% Rumah Tangga yang mengonsumsi garam beriodium e. Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk gizi darurat f. Kabupaten dan Kota melaksanakan surveilans gizi Strategi OperasionalMeningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui kampanye Gerakan Nasional Sadar Gizi serta penyediaan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Meningkatkan koordinasi untuk pemenuhan kebutuhan obat gizi (seperti: vitamin A, tablet Fe, mineral mix) melalui peran aktif dalam keterpaduan penyusunan rencana kebutuhan, pemantauan ketersediaan obat gizi dan pencapaian cakupan. Mengoptimalkan pemanfaatan dana BOK untuk pelayanan gizi, meliputi penyelenggaraan penyuluhan, pembinaan Posyandu, penyediaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita gizi kurang dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).Meningkatkan integrasi pelayanan gizi dan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada ibu hamil berupa pemberian tablet Fe, skrining ibu hamil KEK, dan PMT ibu hamil KEK melalui bimbingan terpadu Gizi dan KIA secara berjenjang. Meningkatkan kapasitas petugas melalui pembinaan dan pelatihan pemantauan pertumbuhan, konseling menyusui, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), tatalaksana gizi buruk, surveilans gizi, dan program gizi lainnya. Peningkatan surveilans gizi melalui pengembangan sistem jaringan informasi, pelacakan kasus dan respon cepat, serta penyebarluasan informasi. Kegiatan Pembinaan Gizi 2013Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan MasyarakatPeningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gizi Suplementasi Gizi dan Alat Penunjang Penanganan Gizi Buruk dan Kurang Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Surveilans Gizi Dukungan Manajemen 7Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan MasyarakatGerakan Nasional Percepatan Perbaikan GiziSosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan StuntingAkselerasi Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Stunting Sosialisasi dan Advokasi Penanggulangan Masalah GAKI Advokasi Pengembangan Taburia Di 7 (Tujuh) Provinsi TerpilihSosialisasi Surveilans Gizi Dan SMS Gateway

Tujuan: meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan petugas dalam rangka memberikan pelayanan dan penanganan gizi yang berkualitas, meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan perilaku masyarakat tentang gizi

Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi : upaya meningkatkan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk untuk menyebarkan informasi kegiatan surveilans gizi dan pelaporan kasus balita gizi buruk dmeningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari menuju manusia Indonesia prima. Kegiatan Pokok: a) Kampanye tingkat Nasional dan Daerah dan b) Peningkatan kapasitas petugas di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka perencanaan, koordinasi dan evaluasi sehingga tercipta dialog untuk menggalang dukungan dan c) Peningkatan pengetahuan gizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita, anak sekolah, remaja, lanjut usia dan masyarakat umum melalui media poster, leaflet, spanduk, flyer

sosialisasi ini bertujuan memperoleh pemahaman yang sama tentang penerapan pencegahan dan penanggulangan stunting. Sasaran pesertanya adalah pemangku kepentingan dari dinas kesehatan provinsi, lintas sektor dan lintas program.

akselerasi ini bertujuan mempercepat status gizi dan kesehatan ibu dan anak pada periode 1000 hari yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya dengan sasaran pemangku kepentingan dari dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota serta lintas sektor dan lintas program.

Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan dari lintas sektor terkait dalam penanggulangan masalah GAKI di tingkat kabupaten. Salah satu output-nya adalah terbentuknya Tim GAKI tingkat Kabupaten.

Bertujuan untuk meningkatkan kepedulian atau dukungan dari penentu kebijakan di daerah terkait pelaksanaan pemberian taburia. Advokasi dilakukan di 7 (Tujuh) provinsi terpilih yaitu Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.

Pada tahun 2012 telah dikembangkan aplikasi pelaporan kasus balita gizi buruk dengan SMS gateway. Untuk pelaksanaan aplikasi tersebut akan dilaksanakan sosialisasi, yang bertujuan engan SMS gateway. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah pengelola gizi tingkat Pusat, pengelola gizi provinsi dan Perguruan Tinggi/Poltekes. 8Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Gizi Pelatihan fasilitator dan petugasPelatihan Training of Trainer (TOT) Penggunaan Standar Pertumbuhan Balita Peningkatan Kapasitas Fasilitator dalam Tatalaksana Gizi Buruk TOT Konselor Menyusui TOT Konselor MP-ASI Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan Tentang Tatalaksana Kretin (GAKI)

Pembinaan teknisBimbingan Teknis dan PendampinganPembinaan dan Evaluasi Rencana Aksi Pangan dan GiziPenguatan Posyandu Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pembinaan Dan Pendampingan Pengelola Jasa Makanan Pembinaan Dan Pendampingan Antisipasi Bencana

a. meningkatkan kemampuan teknis profesi kesehatan dalam Standar Antropometri penilaian status gizi dengan sasaran petugas kesehatan menggunakan metode pelatihan berbasis kompetensi dengan teknik pembelajaran bagi orang dewasa. b. meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi tenaga kesehatan tentang tatalaksana gizi buruk untuk menjadi fasilitator. Peserta pelatihan adalah pengelola gizi provinsi/kabupaten, dokter spesialis anak dan ahli gizi di Rumah Sakit dari masing-masing daerah terpilih. c. meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi tenaga konselor menyusui untuk menjadi fasilitator. Peserta pelatihan adalah konselor dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten terpilih. d. melatih konselor menjadi fasilitator, sasarannya adalah petugas yang sudah dilatih menjadi konselor MP-ASI dari Provinsi terpilih.e. meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan dalam tatalaksana kretin di daerah endemik GAKI. Adapun pesertanya adalah pengelola gizi Provinsi dan Kabupaten serta Tim Asuhan Gizi di Puskesmas Terpilih.

2. a. memonitor pengelolaan kegiatan pembinaan gizi di daerah oleh Tim Pusat secara terpadu. Sasarannya adalah pejabat terkait bidang gizi di Provinsi dan Kabupaten/Kota serta lintas program serta lintas sektor terkait. b. panduan dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan bidang pangan dan gizi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, baik bagi institusi pemerintah maupun masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait dalam perbaikan pangan dan gizi, Pelaksanaannya akan dilaksanakan secara bertahap mulai dari persiapan penyusunan tools, pembahasan penyusunan tools, dan pelaksanaan pembinaan di daerah dengan metode presentasi, diskusi dan tanya jawab. c. memantapkan komitmen kabupaten/kota dalam membina posyandu sebagai sarana deteksi dini, mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk. Sasaran dari penguatan posyandu adalah pemangku kepentingan di dinas kesehatan provinsi dan lintas sektor dan program di kabupaten/kota. d. melakukan bimbingan teknis dalam pengelolaan jasa makanan yang sasarannya adalah pengelola jasa makanan seperti perusahaan catering, pengelola makanan di panti asuhan, pondok pesantren, lapas dan institusi lain yang melakukan penyelenggaraan makanan. e. memantau dan mengevaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana oleh tim antisipasi bencana. Dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK). Sasarannya adalah Tim antisipasi bencana tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. 9Suplementasi Gizi dan Alat PenunjangObat Program GiziTaburiaAntropometri KitPengadaan Alat Test Cepat Garam BeryodiumMP-ASI Buffer StockPMT Bumil KEK Buffer StockPMT-Anak Sekolah (PMT-AS) Untuk Provinsi Papua dan Papua Barat Kit Konseling MenyusuiPenyediaan CD Software NutriClin Food ModelBuku Pedoman dan Materi KIE Gizi Penanganan Gizi Buruk dan Gizi KurangPenyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Petunjuk Teknis Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan GiziPenyusunan Model Intervensi Pencegahan Stunting Pedoman Gizi HajiPenyusunan Pedoman Pelayanan Gizi Pada TBCPedoman Gizi OlahragaPedoman Asuhan Gizi TerstandarPengembangan Manual Monitoring dan Evaluasi Program Gizi Modul Pelatihan Tatalaksana Kretin Draft Permenkes Tentang Spesifikasi Kapsul Vitamin A Buku Saku Deteksi Dini Masalah Gizi Mikro

Surveilans GiziTujuan: membantu pengelolaan program pangan dan gizi di tingkat kabupaten dan kota melalui penyediaan informasi yang cepat dan akurat untuk digunakan dalam penentuan kebijakan dan perencanaan serta pelaksanaan kegiatan. Meliputi pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan khususnya indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat.Pelaporan secara online melalui website http://www.gizi.depkes.go.id/sigiziSosialisasi pemanfaatan SMS Gateway sudah dimulai pada tahun 2012 dan akan ditingkatkan pada tahun 2013.untuk pelaporan cepat adanya kasus gizi buruk yang perlu segera ditindaklanjuti penanganannya di suatu wilayah,13Dukungan ManajemenAdministrasi Kegiatan Pembinaan Gizi MasyarakatPerencanaan Pembinaan Gizi MasyarakatRapat Koordinasi Lintas Program dan Lintas SektorLaporan Pencapaian Kinerja Pembinaan Gizi MasyarakatDukungan Narasumber Pembinaan Gizi MasyarakatPendampingan Perencanaan, Sistem Aplikasi Informasi (SAI) dan Sistem Aplikasi Barang Milik Negara (SABMN)Informasi pencapaian program diperoleh dari kegiatan surveilans gizi Dinas Kesehatan kabupaten dan kota yang dikirimkan melalui Sistem Informasi Gizi (SIGIZI). Sedangkan untuk pelaporan kasus balita gizi buruk dikirimkan oleh petugas puskesmas dengan SMS-gateway. Untuk kelancaran pelaporan dimaksud diharapkan pengiriman laporan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu: 1. Puskesmas ke kabupaten dan kota paling lambat tanggal 5 setiap bulannya 2. Kabupaten dan kota ke provinsi dan pusat paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Selanjutnya data yang dikirim akan diklarifikasi akurasi dan kelengkapan datanya, kemudian diolah dan dianalisa berdasarkan wilayah dan waktu oleh Tim Monev pusat. Tim Monev selanjutnya melakukan kajian laporan kegiatan pembinaan gizi dan mengidentifikasi masalah dan analisis penyebab untuk menentukan prioritas wilayah (provinsi, kabupaten/kota) untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan korektif bersama dengan tim wilayah yang akan dibina. Selanjutnya Tim pusat akan memantau secara terus menerus apakah kegiatan perbaikan di daerah tersebut sudah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan. 14Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi1000 HARI PERTAMA KEHIDUPANGerakan Nasional Percepatan Perbaikan GiziUpaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan.

1000 Hari Pertama Kehidupan (intervensi gizi spesifik dan sensitif)Fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin dalamkandungan sampai anak berusia 2 tahun.Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen tablet besi-folat ibu hamil, promosi ASI Eksklusif, MP-ASI dan sebagainya. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.

Sedang intervensi Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya sensitif terhadap keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Dampak kombinasi dari kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (sustainable) dan jangka panjang. 16TujuanTujuan Umum: percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan

Tujuan Khususmeningkatkan komitmen para pemangku kepentingan untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan gizi masyarakat;meningkatkan kemampuan pengelolaan program gizi, khususnya koordinasi antar sektor untuk mempercepat sasaran perbaikan gizi; memperkuat implementasi konsep program gizi yang bersifat langsung dan tidak langsungKegiatankampanye nasional dan daerah;advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga;dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi;pelatihan;diskusi;intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik);intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif); kegiatan lain1) ditujukan untuk melakukan perubahan persepsi dan peningkatan pengetahuan dan perilaku masyarakat dan dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk media massa, kegiatan di sekolah, kegiatan di rumah ibadah, permukiman warga, dan ruang publik lain yang strategis.18Gerakan 1000 HPKVisi : terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi untuk memenuhi hak dan berkembangnya potensi ibu dan anak

Misi Menjamin kerjasama antarberbagai pemangku kepentingan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi setiap ibu dan anak Menjamin dilakukannya pendidikan gizi secara tepat dan benar untuk meningkatkan kualitas asuhan gizi ibu dan anak

19Sasaran yang ingin dicapai pada akhir 2025:Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen Menurunkan proporsi anak balita yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 persen. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50 persen

Pemangku KepentinganPemerintah sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator gerakan 1000 HPK, yang terdiri dari K/L, mitra pembangunan, organisasi masyarakat, dunia usaha dan mitra pembangunan. Mitra Pembangunan/ Donor Memperkuat kepemilikan nasional dan kepemimpinan, berfokus pada hasil, mengadopsi pendekatan multisektoral, memfokuskan pada efektivitas, mempromosikan akuntabilitas dan memperkuat kolaborasi dan inklusi. Organisasi Kemasyarakatan Memperkuat mobilisasi, advokasi, komunikasi, riset dan analisasi kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat untuk menangani kekurangan gizi. B.4. Dunia Usaha Pengembangan produk, control kualitas, distribusi, riset, pengembangan teknologi informasi, komunikasi, promosi perubahan perilaku untuk hidup sehat. B.5. Mitra Pembangunan/ Organisasi PBB Memperluas dan mengembangkan kegiatan gizi sensitif dan spesifik melalui harmonisasi keahlian dan bantuan teknis antar mitra pembangunan antara lain UNICEF, WHO, FAO dan IFAD, SCN (Standing Committee on Nutrition).Dalam Gerakan 1000 HPK ditekankan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak atau pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah gizi. Program perbaikan gizi tidak hanya menjadi tanggungjawab dan dilakukan oleh pemerintah, tetapi perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, serta media 21Jenis Kegiatan: Intervensi Spesifik dan SensitifIntervensi spesifik: kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK, dilakukan oleh sektor kesehatan, bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.

Jenis-jenis intervensi gizi spesifik yang cost efektif adalah sebagai berikut : 22Jenis Kegiatan: Intervensi Spesifik dan SensitifIntervensi sensitif: kegiatan pembangunan di luar sector kesehatan, sasaran masyarakat umum (tidak khusus 1000 HPK) namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu, dampaknya sensitif.

Meliputi:Penyediaan air besih dan sanitasi Ketahanan pangan dan gizi Keluarga Berencana Jaminan Kesehatan Masyarakat Jaminan Persalinan Dasar Fortifikasi Pangan Pendidikan gizi masyarakat Intervensi untuk remaja perempuan Pengentasan Kemiskinan

Berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya sensitif terhadap keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Dampak kombinasi dari kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (sustainable) dan jangka panjang. 23Pemerintah

24Mitra Pembangunan dan LSM

Dunia Usaha dan Mitra Pembangunan (PBB)

Monitoring dan EvaluasiIndikator proses

Indikator Sensitif dan Spesifik

Monitoring HasilMenilai dampak pelaksanaan Gerakan 1000 HPK pada akhir tahun 2025:

menilai dampak pelaksanaan Gerakan 1000 HPK pada akhir tahun 2025 29