BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kepribadian memiliki jumlah terbanyak sekitar 5% dari hitungan secara kasar tafsiran jumlah penduduk gangguan jiwa. Penelitian gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awal di Desa Sedeng Pacitan, sampel yang digunakan adalah remaja dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan yang berusia 18- 25 tahun baik itu laki-laki dan perempuan yang berjumlah 152 orang. Dari hasil penelitian prevalensi gangguan kepribadian, dapat di rinci menurut delapan aspek yaitu gangguan kepribadian obsesif kompulsif sebanyak 32 orang (21.05%), gangguan kepribadian shizoid sebanyak 26 orang (17.10%), gangguan kepribadian paranoid sebanyak 27 orang (17.76%), gangguan kepribadian ambang sebanyak 22 orang (14.4%), gangguan kepribadian anti sosial sebanyak 29 orang (19.07%) dan gangguan lain seperti kondisi emosional sebanyak 37 orang (24.34%),depresi sebanyak 35 orang (23.02%) dan impulsif sebanyak 28 orang (18.42%). Melihat tingginya prevalensi gangguan kepribadian maka dapat disimpulkan bahwa status kesehatan masyarakat khususnya remaja dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan menunjukkan pada tingkat rendah. 1 Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan kepribadian memiliki jumlah terbanyak sekitar 5% dari hitungan secara
kasar tafsiran jumlah penduduk gangguan jiwa. Penelitian gangguan kepribadian pada remaja
dan dewasa awal di Desa Sedeng Pacitan, sampel yang digunakan adalah remaja dan dewasa
awal di desa Sedeng Pacitan yang berusia 18-25 tahun baik itu laki-laki dan perempuan yang
berjumlah 152 orang. Dari hasil penelitian prevalensi gangguan kepribadian, dapat di rinci
menurut delapan aspek yaitu gangguan kepribadian obsesif kompulsif sebanyak 32 orang
(21.05%), gangguan kepribadian shizoid sebanyak 26 orang (17.10%), gangguan kepribadian
paranoid sebanyak 27 orang (17.76%), gangguan kepribadian ambang sebanyak 22 orang
(14.4%), gangguan kepribadian anti sosial sebanyak 29 orang (19.07%) dan gangguan lain
seperti kondisi emosional sebanyak 37 orang (24.34%),depresi sebanyak 35 orang (23.02%)
dan impulsif sebanyak 28 orang (18.42%). Melihat tingginya prevalensi gangguan
kepribadian maka dapat disimpulkan bahwa status kesehatan masyarakat khususnya remaja
dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan menunjukkan pada tingkat rendah.1
Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang
lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di
kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh
tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan
masih banyak lagi. 2
Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari
kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori
tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik.
Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat
dihindari. 2
B. Tujuan
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk dapat lebih mengenal dan memahami tentang
gangguan kepribadian. Selain itu juga untuk memenuhi persyaratan dalam kepaniteraan
klinik di departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Polpus R.S Soekanto Jakarta.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEPRIBADIAN
Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: persona.
Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain
sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu
yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut
diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang
diterimanya. 2
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-
sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian dapat didefinisikan
sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari
hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan
(kaplan).2
B. Pembentukan Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat
membedakannya dalam dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam
kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan
seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang
mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh
orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat,
misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak
dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang
struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya
(orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap
orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan
2
pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan
pendapat yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi
pada dirinya sendiri.2
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman
ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam
masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi
pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan
pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia
membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses
integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin
dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri. 2
Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu
tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan
sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan
dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan
dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film
kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan
sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar
kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya.
Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas
dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain
untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.2
C. TEORI KEPRIBADIAN
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni teori
kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, dan
teori psikoligi kognitif. 2
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun
model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama
lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis
3
individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego. 2
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls
biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai
dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki
standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego
harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu
minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri
itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum
menampilkan perilaku tertentu.2
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi
konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang
datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari
pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang
berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan
Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks.2
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego,
menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id
dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan,
dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada
teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak
dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual. 2
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan
aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini
menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola
kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini
menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi. 2
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan
pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat
membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan
sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang
mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat
4
lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang
menceritakan “kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih
tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan
mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula
memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-
hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati
karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.2
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim
Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun
demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia
tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya
seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai
kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada
tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :2
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki
sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran,
lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat
seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan
aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain,
cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat
tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada
orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung
masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.
3. Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan
tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan
tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang
khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada
individu tersebut.2
5
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola
yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang
diperkuatnya. 2
Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk
mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Pengekangan fisik (psycal restraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik.
Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari
menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan
bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar tidak
kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.
2) Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang
tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak
mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk
memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki
masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab.
Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari
hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.
4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri
kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik
meditasi untuk mengatasi stess.
5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri
agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan
tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut
Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas
perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri
6
karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan
menonton film yang bagus.
7) Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai
tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri
karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar
kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari
pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi
lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari
penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan
diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu
perilaku. 2
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia
tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam
lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini
dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan
psikologis atau lapangan kesadaran seseorang. 2
D. GANGGUAN KEPRIBADIAN
1. Definisi
Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri
kepribadian yang menetap, kronis, dapat terjadi pada hampir semua keadaan,
menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan maladaptif serta
menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya terjadi
pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini
masalah-masalah kepribadian sering bermunculan begitu luas dan komplek.3
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat
kepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Akibatnya. dia akan mengalami “kerusakan” berat
7
dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannnya atau dirinya
terasa sangat menderita.
Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya
alloplastik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha
merubah lingkungan untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu,
gejala-gejalanya juga egosintonik. Artinya, orang dengan gangguan
kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang
dengarn gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik.
2. Etiologi
2.1 Faktor Genetik
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000
pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka
kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu
luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah
kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.4
2.2 Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin
berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya,
anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami
kepribadian menghindar.4
2.3 Faktor Biologis
Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga
menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadarandari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat
seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan
dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan
depresi, impulsivitas.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram
telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling
8
sering pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas
gelombang lambat.4
2.4 Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan
fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada
stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal
dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.4
3. Klasifikasi
Dalam Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisi
keempat (DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu:5
a. Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan
skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan
eksentrik.
b. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang,
histrionik dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak
dramatik, emosional, dan tidak menentu.
c. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen
dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan
kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian
pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan
ini sering tampak cemas atau ketakutan.
Menurut PPDGJ, klasifikasi gangguan kepribadian sebagai berikut:6
3.1 Gangguan kepribadian khas
3.1.1 gangguan kepribadian paranoid
3.1.2 gangguan kepribadian skizoid
3.1.3 gangguan kepribadian dissosial
3.1.4 gangguan kepribadian emosional tak stabil
3.1.5 gangguan kepribadian histrionik
3.1.6 gangguan kepribadian anankastik
3.1.7 gangguan kepribadian cemas
3.1.8 gangguan kepribadian dependen
3.1.9 gangguan kepribadian khas lainnya
9
3.1.10 gangguan kepribadian YTT
3.2 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
3.2.1 gangguan kepribadian campuran
3.2.2 gangguan kepribadian yang bermasalah
Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan kepribadian yang
telah disebutkan di atas:
Gangguan Kepribadian Paranoid
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan adanya perasaan
curiga yang berlebihan pada orang lain. Mereka menolak tanggung jawab atas perasaan
mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka seringkali
bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah termasuk pasangan yang cemburu
secara patologis. Mereka seringkali bertanya tanpa pertimbangan, tentang loyalitas dan
kejujuran teman atau teman kerjanya atau cemburu dengan bertanya-tanya tanpa
pertimbangan tentang kesetiaan pasangan atau mitra seksualnya. Gangguan ini lebih sering
terdapat pada laki-laki dibandingkan wanita. Berdasarkan suatu penelitian menunjukkan
bahwa paranoid personality disorder banyak terdapat pada pasien dengan skizofrenia dan
gangguan delusi (Nida UI Hasanat, 2004 : 11).
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan ego
proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan
dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap
dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi
sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka
seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif-
behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak
mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 :
74).
Epidemiologi
10
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5%. Orang dengan gangguan
kepribadian jarang mencari pengobatan sendiri. Gangguan adalah lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita.7
Gejala Klinis
Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecendrungan yang pervasif dan
tidak diinginkan untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai merendahkan atau
mengancam secara disengaja. Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan
menggunakan pertahanan proyeksi yaitu mereka menghubungkan kepada orang lain impuls
dan pikiran yang tidak dapat diterimanya sendiri. Pasien dengan gangguan adalah terbatas
secara afektif dan tampak tidak memiliki emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri
karena mampu rasional dan objektif, tetapi sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang
dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi
mereka seringkali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain.7
Kriteria Diagnostik Gangguan Paranoid :
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif
mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membabayakan,
atau menghianati dirinya.
2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja.
3. Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa takut yang tidak
perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya.
4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau
kejadian yang biasa.
5. Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau
kelalaian.
6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang
lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang.
11
7. Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasangan
atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.7
Diagnosa Banding
- Gangguan delusional : karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid
- Skizofrenia paranoid : karena halusinasi dan fikiran formal tidak ditemukan pada
gangguan kepribadian paranoid.
- Gangguan kepribadian ambang : karena pasien paranoid jarang mampu terlibat
secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien
ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat
perilaku antisosial.
- Gangguan schizoid : adalah menarik dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki
gagasan paranoid.7
Perjalanan penyakit dan prognosis
Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien gangguan
kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang gangguan kepribadian
paranoid adalah terjadi seumur hidup. Pada orang lain, gangguan ini adalah tanda dari
skizofrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka menjadi semakin matang dan stres
menghilang, sifat paranoid memberikan jalan untuk pembentukan reaksi, perhatian yang
tepat terhadap moralitas dan perhatian altruistik. Tetapi, pada umumnya, pasien dengan
gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah seumur hidupnya dan tinggal bersama
orang lain. Masalah pekerjaan dan perkawinan adalah sering ditemukan. 7
Terapi :
- Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu
ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat
bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang
terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang
12
dalam, masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan
ketidakpercayaan pasien.
- Farmakoterapi Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat
digunakan. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine
(Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk
menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik
pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.7
Gangguan Kepribadian Skizoid
Menurut David & Neale dalam Nida UI Hasanat, orang dengan gangguan
kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan tidak menikmati hubungan
sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang dengan gangguan ini tampak tidak menarik
karena tidak memiliki kehangatan terhadap orang lain dan cenderung untuk menjauhkan diri.
Jarang sekali memiliki emosi yang kuat, tidak tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang
menyenangkan . Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan
atau harapan untuk ikatan dengan orang lain yang sangat kecil. Riwayat kehidupan orang
tersebut mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan pekerjaan yang tidak
kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual mereka
mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan
seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu menanamkan sejumlah besar energi afektif
dalam minat yang bukan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin
sangat tertarik pada binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada
kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan suatu
gagasan yang asli dan kreatif (Kaplan & Saddock, 1997 : 250).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid tidak ditentukan secara jelas. Gangguan
mungkin mengenai 7,5% populasi umum. Rasio jenis kelamin untuk gangguan adalah
tidak diketahui, walaupun beberapa penelitian melaporkan suatu rasio laki-laki terhadap
wanita adalah 2 berbanding 1. Orang dengan gangguan cenderung mencari pekerjaan
sendirian yang melibatkan sedikit kontak atau tanpa kontak dengan orang lain. Banyak
13
orang menyukai kerja dimalam hari dibandingkan kerja disiang hari, sehingga mereka
tidak perlu berhadapan dengan orang banyak.7
Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid memberi kesan dingin dan
mengucilkan diri, dan mereka tampak menjauhkan diri dan tidak ingin terlibat dengan
peristiwa sehari-hari dan permasalahan orang lain. Mereka tampak tenang, jauh,
menutup diri dan tidak dapat bersosialisasi. Biasanya, orang dengan gangguan
kepribadian skizoid mengungkapkan ketidakmampuan seumur hidupnya untuk
mengekspresikan kemarahan secara langsung.7
Kriteria diagnostik untuk kepribadian schizoid
A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalaman
emosi yang terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan
ditemukan dalam berbagai korteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut:
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi
bagian dari keluarga.
2. Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian.
3. Memiliki sedikit, jika ada, rasa tertarik untuk melakukan pengalaman seksual
dengan orang lain.
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktifitas.
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama.
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain.
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia , gangguan , suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik , gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan
pervasif , dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.7
Diagnosis Banding
14
- Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal, pasien dengan
gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara skizofrenik, dan mereka mungkin
memiliki riwayat pekerjaan yang berhasil, jika terisolasi. Pasien skizofrenia juga berbeda
karena menunjukkan gangguan pikiran atau pikiran waham. Walaupun mereka memiliki
banyak sifat yang sama dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, mereka dengan
gangguan paranaoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial, riwayat perilaku verbal yang
agresif dan kecendrungan yang lebih besar untuk memproyeksikan perasaan mereka
kepada orang lain.
- Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien gangguan kepribadian skizotipal dan
pasien gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien skizotipal menunjukan
kemiripan yang lebih banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan persepsi,
pikiran, perilaku dan komunikasi.
- Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah terisolasi tetapi memiliki
keinginan kuat untuk berperan serta dalam aktifitas, suatu karakteristik yang tidak
ditemukan pada pasien dengan gangguan kepribadian schizoid.7
Perjalanan penyakit dan diagnosis
Onset gangguan kepribadian skizoid biasanya pada masa anak-anak awal.
Gangguan kepribadian skizoid adalah berlangsung lama tetapi tidak selalu seumur
hidup. Proporsi pasien yang menjadi skizofrenia adalah tidak diketahui. 7
Terapi :
- Psikoterapi : Terapi pasien gangguan kepribadian skizoid adalah mirip dengan