Top Banner
LAPORAN KASUS MODUL GER Wanita 70 tahun dengan kesadaran berkabut dan bekas ikatan di kedua tangan dan kaki KELOMPOK II Jordan David 03010144 Ila Mahira 03010131 Fyrnaz Kautharifa 03010111 Fakhrurrozy Nasron 03010100 Doddy Kusumah R S 03010083 Devina Apriyanti N 03010078 Clavi Hanum P D 03010067 Bernard Nauli 03010054 Ayesha Riandra 03010044 Anggi Miranda T 03010031 Alfaria Elia R P 03010018 Adhi Rizky P 03010004 Fathiya Maulida 03009083 Bhastiyan D W 03008059 Jakarta, 17 Desember 2012
54

geriatri trisakti

Aug 11, 2015

Download

Documents

kedokteran
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: geriatri trisakti

LAPORAN KASUS MODUL GER

Wanita 70 tahun dengan kesadaran berkabut dan bekas ikatan di kedua tangan dan kaki

KELOMPOK II

Jordan David 03010144

Ila Mahira 03010131

Fyrnaz Kautharifa 03010111

Fakhrurrozy Nasron 03010100

Doddy Kusumah R S 03010083

Devina Apriyanti N 03010078

Clavi Hanum P D 03010067

Bernard Nauli 03010054

Ayesha Riandra 03010044

Anggi Miranda T 03010031

Alfaria Elia R P 03010018

Adhi Rizky P 03010004

Fathiya Maulida 03009083

Bhastiyan D W 03008059

Jakarta, 17 Desember 2012

Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti

Page 2: geriatri trisakti

BAB I

PENDAHULUAN

Tutorial kasus IV sesi I mengenai Ibu Siti 70 tahun dengan kesadaran berkabut dan bekas

ikatan di kedua tangan dan kaki dilaksanakan Rabu, 12 Desember 2012 pukul 10.00-12.00 WIB

dengan :

Tutor : dr.Suryani

Ketua : Adhi Rizky Putra

Sekretaris : Fakhurozy Nasron

Tutorial berjalan dengan lancar. Peserta membahas masalah, dasar masalah, anamnesis,

hipotesis, pemeriksaan fisik.

Tutorial kasus IV sesi II dilaksanakan Kamis, 13 Desember 2012 pukul 13.00-15.00

WIB dengan:

Tutor : Dr. Monika Dwi Hartanti, M.Biomed

Ketua : Fakhrurozy Nasron

Sekretaris : Alfaria Elia Rahma Putri

Tutorial berjalan dengan lancar. Peserta membahas masalah, pemeriksaan anjuran, diagnosis,

penatalaksanaan, prognosis.

Page 3: geriatri trisakti

BAB II

LAPORAN KASUS

Sesi I

Seorang ibu tua dengan kesadaran berkabut, dan terlihat bekas ikatan pada kedua tangan dan

kakinya.

Skenario 1

Ibu Siti,70 tahun, dibawa oleh keluarganya berobat ke klinik tempat saudara praktik dengan

keluhan utama tidak bisa tidur di malam hari,bicaranya kacau ,gaduh gelisah. Informasi dari

keluarganya menyatakan bahwa sejak suaminya meninggal setahun yang lali, Ibu Siti tinggal

bersama anak perempuannya yang sudah berkeluarga dan mempunyai tifa orang anak masing-

masing berumur 12,10, dan 8 tahun. Anak yang terkecil menderita autis yang menyita banyak

perhatian dari ibunya. Di samping itu,anak dan menantu ibu Siti adalah karyawan sebuah BUMN

yang cukup menyita banyak waktu. Oleh karena kesibukannya Ibu Siti sering ditinggal di rumah

sendirian dalam kamar yang terkunci dan demi keamanannya, kaki dan tangan terpaksasering

diikat untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dari

anamnesis diketahui, bahwa sejak suaminya meningal sethaun yang lalu,kondisi Ibu Siti tampak

secara drastis menurun terutama daya ingatnya. Ia sering lupa dimana kamar tidurnya dan siapa

nama anak dan cucu-cucunya. Sifat pelupanya semakin hebat akhir-akhir ini,bahkan ia pernah

marah-marah minta makan padahal baru saja ia diberi makan oleh anaknya. Pada malam hari Ibu

Siti sering gelisah dan tidak bisa tidur,oleh karena itu , anaknya sering membawanya ke berbagai

dokter yang umumnya memberi resep obat penenang.

Page 4: geriatri trisakti

Skenario 2

Pada pemeriksaan ditemukan:

Seorang perempuan tua, 70 tahun, tampak kurus, lemah, kesadaran berkabut. Konjungtiva

anemis, kulit tampak kering, turgor kurang. Di daerah pergelangan tangan dan kaki tampak luka-

luka seperti bekas ikatan dengan tali. Di daerah pinggul belakang dan punggung atas tampak

luka-luka bernanah yang berbau tidak sedap. Suhu : 36,8oC, HR:84x/menit. Tekanan darah 90/60

mmHg. Pernafasan : 24x/menit, regular, normal. Mulut : lidah tampak kotor,gigi banyak karies,

bau mulut tidak sedap. Jantung : normal. Paru : ronkhi basah halus nyaring di daerah basal

kedua paru. Abdomen : supel, bising usus normal. Hepar/Lien : tidak teraba. Ekstremitas : tidak

ada edema. Refleks fisiologis +/+. Patologis : -/-

Sesi II

Pemeriksaan yang dilakukan setelah kesadaran ibu Siti membaik(tampak jernih)

Hasil pemeriksaan status mental ibu Siti:

Seorang wanita, 70 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Berpakaian seadanya, rambut tidak

tersisir rapi, ekspresi fasial tampak mengantuk. Kesadaran neurologis : somnolen, kesadaran

psikologis : terganggu. Bicara kacau dan tidak jelas.

Mood tampak agak hipotim. Ekspresi afektif : tidak stabil,pengendalian kurang,echt, dalam,

adekuat. Dapat dirabarasakan, serasi, dengan skala differensiasi menyempit.

Page 5: geriatri trisakti

Persepsi : ilusi dan halusinasi tidak ada,depersonalisasi,dan derealisasi tidak ada

Proses pikir : produktivitas sedikit, kontinuitas terganggu. Flight of ideas dan inkoherensi tidak

ada

Isi pikir : preokupasi dan waham tidak ada

Fungsi intelektual : konsentrasi dan perhatian terganggu. Orientasi

terganggu(temporal,personal,spasial,situasional). Daya ingat jangka panjang dan pendek : sedikit

terganggu. Daya ingat sesaat : terganggu. Daya nilai sosial dan uji daya nilai sosial : baik.

Tilikan : derajat 5

Hasil pemeriksaaan psikometri : GDS : 9, MMSE : 15

Hasil pemeriksaan laboratorium :

Hb: 8g%,leukosit: 5000/mm3,LED : 80 mm/1 jam pertama. Gula darah : N:90mg/dl ,

PP:140mg/dl

Kolesterol:250mg/dl, Trigliserida : 150 mg/dl. SGOT:80, SGPT : 70.

Ureum: 50 mg/dl, Kreatinin : 2,5 mg/dl

Urinalisis : glukosa:negatif, protein: +1, Eritrosit: 0-2/LPB, Leukosit: 8-10/LPB

EKG: dalam batas normal

CXR: Tampak bercak-bercak infiltrate di daerah basal dan parakardial kiri dan kanan. Efusi

pleura: tidak ada

Page 6: geriatri trisakti

III. PEMBAHASAN

Identitas Pasien

Nama : Ibu Siti

Umur : 70 tahun

Alamat : -

Pendidikan : -

Status Nikah : Janda

Suku : -

Keluhan Utama

Bicara tidak karuan (kacau) dan kesadaran tampak menurun (seperti orang yang mengantuk).

Anamnesis

Masalah dan Hipotesis

No. Masalah Hipothesis

1. Tidak bisa tidur malam hari A. Gangguan Organik

- Gangguan Metabolik

- Gangguan GIT

Page 7: geriatri trisakti

- Gangguan Neurologis

- Gangguan Muskuloskletal

- Gangguan Kardiovaskuler

B. Psychogenik

- Depresi

- Pseudodementia

- Dementia

C. Faktor ekstrinsik

- Pengaruh lingkungan

- Suhu

D. Efek obat-obatan

2. Bicaranya kacau A. Gangguan Organik

- Gangguan Metabolik

- Gangguan GIT

- Gangguan Neurologis

- Gangguan Muskuloskletal

- Gangguan Kardiovaskuler

B. Psychogenik

Page 8: geriatri trisakti

- Depresi

- Pseudodementia

- Dementia

C. Delirium

3. Gaduh gelisah A. Gangguan Organik

- Gangguan Metabolik

- Gangguan GIT

- Gangguan Neurologis

- Gangguan Muskuloskletal

- Gagguan Kardiovaskuler

B. Psychogenik

- Depresi

- Pseudodementia

- Dementia

C. Delirium

4. Suaminya meninggal satu tahun yang

lalu

- Depresi

- Pseudodementia

- Dementia

Page 9: geriatri trisakti

5. Bekas ikatan pada kedua tangan dan

kaki

- Trauma

- Ulkus Dekubitus

- Decondotioning syndrome

- Mistreatment

6. Penurunan daya ingat secara drastis - Delirium

- Depresi

- Pseudodementia

- Dementia

IV. PEMERIKSAAN FISIK & PENUNJANG

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak kurus, lemah.

Kesadaran : kesadaran berkabut

Tanda vital

a. Tekanan darah : 90/60 mmHg

b. Nadi : 84x/menit

c. Pernapasan : 24x/menit, regular, normal

d. Suhu : 36,8oC

Antropometri : -

Kulit : kulit tampak kering, turgor kurang, di daerah

Page 10: geriatri trisakti

pergelangan tangan dan kaki tampak luka-luka

seperti bekas ikatan dengan tali. Di daerah

pinggul belakang dan punggung atas tampak

luka-luka bernanah yang berbau tidak sedap.

Kepala dan wajah

a. Kepala : -

b. Mata : konjungtiva anemis

c. Telinga : -

d. Hidung : -

e. Mulut : lidah tampak kotor, gigi banyak karies, bau mulut tidak

sedap.

Leher

a. Kelenjar Tiroid : -

b. KGB leher : -

Thorax

a. Jantung : normal

b. Paru : ronkhi basah halus nyaring di daerah basal kedua paru.

Abdomen : Supel

a. Nyeri tekan epigastrium : -

b. Bising usus : (+) normal

c. Shifting dulness : -

d. Hepar : tidak teraba.

e. Lien : tidak teraba.

Urogenital : -

Genitalia eksterna : -

Anus dan rectum : -

Ekstremitas : tidak ada edema.

Fungsi motorik, sensorik : -

dan koordinasi

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

Page 11: geriatri trisakti

Keadaan umum tampak kurus, lemah bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain dehidrasi,

malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit. Konjungtiva anemis didapatkan pada pasien anemia

yang dapat disebabkan oleh malnutrisi.

Kesadaran berkabut, suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak mampu berpikir

jernih dan berespons secara memadai terhadap situasi di sekitarnya. Seringkali individu tampak

bingung, sulit memusatkan perhatian dan mengalmi disorientasi.

Tekanan darah 90/60 mmHg, hipotensi bisa disebabkan oleh efek medikasi, perdarahan,

kehilangan cairan yang berlebihan, gangguan kardiovaskular.

Kulit tampak kering, turgor kurang ditemukan pada keadaan dehidrasi. Di daerah pergelangan

tangan dan kaki tampak luka-luka seperti bekas ikatan dengan tali, pada pasien kemungkinan

terjadi mistreatment. Di daerah pinggul belakang dan punggung atas tampak luka-luka bernanah

yang berbau tidak sedap, bisa diakibatkan oleh imobilisasi yang lama sehingga menyebabkan

deconditioning pada kulit akibat penekanan jangka lama pada kulit dapat terjadi ulkus

decubitus.

Lidah tampak kotor, gigi banyak karies, bau mulut tidak sedap menunjukan higiene yang buruk

akibat dari kemampuan merawat diri yang kurang.

Ronkhi basah halus nyaring di daerah basal kedua paru pada pasien mengindikasikan adanya

pneumonia. Pernapasan 24x/menit, regular, normal Pada pasien ini terjadi peningkatan

Page 12: geriatri trisakti

pernapasan (takipnoe) karena terjadi kekurangan udara akibat adanya pneumonia sehingga

sebagai kompensasi pasien berusaha untuk mendapatkan udara dengan meningkatkan frekuensi

lebih cepat dari nilai normal.

Status Mental

Deskripsi Umum

1. Penampilan :

Wanita, 70 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Berpakaian seadanya, rambut tidak

tersisir rapi, ekspresi fasial tampak mengantuk.

2. Kesadaran :

a. Kesadaran Neurologis : somnolen

b. Kesadaran Psikologis : terganggu

c. Kesadaran Sosial : -

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : -

4. Sikap Terhadap Pemeriksa : -

5. Pembicaraan : bicara kacau dan tidak jelas

Alam Perasaaan

1. Suasana perasaan : hipotim

Page 13: geriatri trisakti

2. Ekspresi afektif :

o Afek : serasi

o Stabilitas : tidak stabil

o Kedalaman : -

o Skala diferensiasi : menyempit

o Keserasian : serasi

o Pengendalian : kurang

o Echt/ unecht : echt

o Empati : -

o Batas ego : -

Gangguan Presepsi

1. Halusinasi : -

2. Ilusi : -

3. Depersonalisasi : -

4. Derealisasi : -

Sensorium dan Kognisi (Fungsi Intelektual)

1. Taraf pendidikan : -

2. Pengetahuan umum : -

3. Kecerdasan : -

4. Konsentrasi : terganggu

5. Perhatian : terganggu

Page 14: geriatri trisakti

6. Orientasi : terganggu (temporal, personal, spasial, situasional)

7. Daya ingat : jangka pendek maupun jangka panjang sedikit terganggu

8. Daya ingat sesaat : terganggu

9. Visuospatial : -

10. Pikiran abstrak : -

11. Kemandirian : kemampuan menolong diri kurang

Proses Pikir :

1. Arus pikir : produktivitas sedikit, kontinuitas terganggu

2. Isi pikir : tidak ada preokupasi dan waham

Pengendalian Impuls : -

Daya Nilai :

1. Daya nilai sosial : Baik

2. Uji daya nilai sosial : Baik

3. Daya nilai realitas : -

Tilikan : derajat 5

Pemeriksaan lab

Normal Hasil interpretasi

Hemoglobin 12-14g% 8g% Menurun

Page 15: geriatri trisakti

Leukosit 5.000-10.000/mm3 5.000/mm3 Normal

Laju Endap Darah 80mm/jam 10-20mm/jam Meningkat

Gula Darah Puasa 90mg/dl <126mg/dl Normal

Gula Darah PP 140mg/dl <180mg/dl Normal

Kolesterol 250mg/dl <200mg/dl Meningkat

Trigliserida 150mg/dl <200mg/dl Normal

SGOT 80U/L 8-48U/L Meningkat

SGPT 70U/L 7-55 U/L Meningkat

Ureum 50mg/dl 15-40mg/dl Meningkat

Kreatinin 2,5mg/dl 0.6-1.2mg/dl Meningkat

Dari hasil pemeriksaan laboratorium,didapat bahwa pasien menderita anemia,hal ini mendukung dari

terlihatnya konjungtiva yang pucat pada pasien ini, Laju endap darah yang meningkat diakibatkan dari

dehidrasi yang dialami pasien, sehingga terjadi kekentalan darah pada pasien ini. SGPT dan SGOT yang

meningkat 2x menunjukkan bahwa pasien ini menderita fatty liver,hal ini didukung juga oleh kolestrol

pasien yang meningkat. Ureum dan Kreatinin yang meningkat bahwa pasien menderita penurunan

fungsi ginjal dimana seiring dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal akan menurun.

Page 16: geriatri trisakti

Urinalisis

Normal Hasil Interpretasi

Glukosa Negatif Negatif Normal

Protein - +(1) Meningkat

Eritrosit 0-3/LPB 0-2/LPB Normal

Leukosit 2-4/LPB 8-10/LPB Meningkat

Adanya peningkatan protein dan leukosit pada urin pasien menunjukkan bahwa pasien menderita

infeksi saluran kemih, dimana pada pasien ini kesadaran akan perawatan diri sendiri kurang serta

pasien sering diika,sehingga higenitas pasien kurang dan rentan terserang infeksi

V. DIAGNOSIS

Pasien menderita

Delirium

Dementia

Pneumonia,

Ulkus dekubitus,

Mistreatment (Abuse fisik)

Page 17: geriatri trisakti

Kemungkinan depresi.

Oral hygiene yang buruk.

VI. PATOGENESIS

Delirium

Gambaran klinis delirium bervariasi karena keterliatan yang luas kortikal dan subkortikal.

Patofisiologinya tidak diketahui, tetapi dapat karena penurunan metabolisme oksidatif otak

menyebabkan perubahan neurotransmiter di daerah prefrontal dan subkortikal. Ada kejadian

penurunan kolinergik dan peningkatan aktifitas dopaminergik, pada saat kadar serotonin dan

kadar GABA yang bermakna tetap tidak jelas. Hal lain delirium dapat efek dari kortisol plasma

yang meningkat pada otak akibat diinduksi stress.

Ulkus dekubitus

Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan Di daerah pinggul belakang dan punggung atas

tampak luka-luka bernanah yang berbau tidak sedap. Berdasarkan ciri ini adalah Ulkus

dekubitus. ulkus dapat muncul bila Pasien yang berbaring terus di tempat tidur yang mengakibatkan

pasien immobilisasi dan membuat tekanan lama yang terus menerus pada kulit dan juga aliran darah

aliran darah dan kemudia terbentuk ulkus dekubitus.

Page 18: geriatri trisakti

Abuse treatment

Anak perempuan yang sibuk telah memperlakukan ibunya dengan salah. Pasien dikurung di kamar

sendirian, ada luka bekas ikatan di tangan dan kakiabyus fisikal.

Kurangnya perhatian anak dalam merawat ibunyapengabaianmistreatment

Depresi

Depresi

Kemampuan merawat diri yang kurang + Mistreatment

Imobilisasi lama (Deconditioning Syndrom)

Sistem kardiovaskular : Hipotensi

Sistem respirasi : Pneumonia

Sistem organ kulit : Ulkus decubitus

Sistem genitourinaria : Infeksi Saluran kemih

Sistem metabolisme dan nutrisi : Dehidrasi, Malnutrisi, Hiperkolesterolemia

Sistem endokrin : Gangguan irama sirkardian

Sejak suaminya meninggal setahun yang lalu, anak yang terkecil menderita autis yang menyita banyak perhatian dari ibunya, anak yang lain sibuk bekerja dan kurang perhatian terhadapnya.

Ibu Siti sering ditinggal di rumah sendirian dalam kamar yang terkunci dan demi keamanannya, kaki dan tangan terpaksasering diikat untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan.

Page 19: geriatri trisakti

Sistem neurologis, emosi, intelektual : Penurunan kapasitas intelektual, Gangguan emosi

dan perilaku.

ACUTE CONFUSION SYNDROME / DELIRIUM

Inattention Perubahan kognitif Gangguan kesadaran Gangguan siklus tidur Gangguan penyerta (Gangguan mood)

VII.PENATALAKSANAAN

Secara fisik:

1. Rawat Inap dan perbaiki tanda tanda vital pasien

2. Dehidrasi Apabila di sertai dengan mual dan muntah, penggantian cairan dapat dilakukan

secara oral. Biasanya pasien diminta untuk meminum elektrolit atau cairan yang mengandung

karbohirat bersamaan dengan air. Namun apabila ada tanda – tanda dehidrasi berat (peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah rendah) , penggantian cairan akan diberikan secara intravena

3. Penanganan untuk ulkus dekubitus dengan pemberian nutrisi dan pembedahan (debridement)

4. Pemberian antibiotik untuk pneumonia sebaiknya diberikan berdasarkan bakteri penyebab

pneumonia, seperti penisilin sensitive Streptococcus pneumonia (golongan penisilin, makrolid),

Onset Akut & Perjalanan Fluktuatif

Page 20: geriatri trisakti

penisilin resisten Streptococcus pneumonia (betalaktam, seftriakson), Pseudomonas aeruginosa

(aminoglikosida, piperasilin) dan masih banyak lagi bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia

5. Pemberian antibiotik untuk infeksi saluran kemih, seperti ciprofloxacin atau trimethoprim-

sulfametoxazole

6. Pemberian multivitamin seperti preparat Fe

Secara Psikis:

1. Pemberhentian obat penenang karena adanya efek toksisitas dari obat, dan penggantian dengan

obat penenang lain

2. Edukasi kepada keluarga, apakah sanggup dirawat di rumah atau di panti werda.

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubia ad Bonam

Ad Functionam : dubia ad Malam

Ad Sanationam : dubia ad Malam

Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena penyakit yang diderita pasien

tidak mengancam nyawa setelah diterapi dengan perawatan yang adekuat,dan prognosis untuk ad

Page 21: geriatri trisakti

functionam dan sanationam adalah ad malam karena pasien sudah lansia mengalami degenerasi

sehingga sulit untuk kembali ke fungsi yang normal dan akan terjadi kekambuhan.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DELIRIUM

Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan dengan variasi

kognitif dan gangguan tingkah laku. Ini biasa dan menjadi problem serius di RS dan sering tak

diketahui pada pasien usila. Delirium biasanya disebabkan banyak faktor; banyak yang dapat

dicegah. Prognosis-nya buruk. Dengan kematian yang bermakna meningkatkan biaya perawatan

dan kebutuhan untuk perawatan rumah tambahan, rehabilitasi, dan perawatan rumah jangka

panjang.

Gambaran klinis delirium bervariasi karena keterliatan yang luas kortikal dan subkortikal.

Patofisiologinya tidak diketahui, tetapi dapat karena penurunan metabolisme oksidatif otak

menyebabkan perubahan neurotransmiter di daerah prefrontal dan subkortikal. Ada kejadian

penurunan kolinergik dan peningkatan aktifitas dopaminergik, pada saat kadar serotonin dan

kadar GABA yang bermakna tetap tidak jelas.Hal lain delirium dapat efek dari kortisol plasma

yang meningkat pada otak akibat diinduksi stress.

Page 22: geriatri trisakti

Faktor predisposisi:

Demensia

Obat-obatan multipel

Umur lanjut

Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit Parkinson

Gangguan penglihatan dan pendengaran

Ketidakmampuan fungsional

Hidup dalam institusi

Ketergantungan alkohol

Isolasi sosial

Kondisi ko-morbid multipel

Depresi

Riwayat delirium post-operative sebelumnya

Faktor pencetus (presipitasi):

Penyakit akut berat (termasuk, tetapi tak terbatas kondisi di bawah ini)

o Infeksi dada, urin, dll 10-35%

o Intoksikasi obat/racun 22-39%

o Withdrawal benzodiazepin

Page 23: geriatri trisakti

o Withdrawal alkohol ± defisiensi thiamin

o Ensefalopati metabolik (25%)

o Asam basa dan gangguan elektrolit

o Hipoglikemia

o Hipoksia atau hiperkapnia

o Gagal hepar/ginjal

Polifarmasi

Bedah dan anestesi

Nyeri post op yang tak dikontrol baik

Neurologis 8% (anoksia, stroke, epilepsi, dll)

Perubahan dari lingkungan keluarga

'sleep deprivation'

Albumin serum rendah

Demam/hipothermia

Hipotensi perioperati

Pengekangan fisik

Pemekaian kateter terus menerus

Page 24: geriatri trisakti

Kardiovaskular 3%

Tak ditemukan penyebab 10%

Penatalaksanaan pada delirium

Preparat farmasi, bebas atau degan resep dapat menyebabkan delirium pada lansia dan

menyebabkan 11-30 % perawatan RS. Studi terhadap 432 pasien umur > 65 tahun di sebuah RS

Universitas, Rudberg dkk menunjukkan bahwa 43 % kasus delirium berhubungan dengan obat.

Lindley dkk menunjukkan bahwa 26 % dari 416 ( 6,3%) perawatan pasien usila di RS

Pendidikan sebagai akibat reaksi obat tak dapat diinginkan, 50% karena obat-obatan yang tak

cocok.

Obat-obatan secara umum dapat menyebabkan delirium seperti pada tabel 4. Obat paling sering

menyebabkan delirium adalah sedatif dan hipnotik, antikolinergik dan narkotik. Penggunaan

preparat ini sebaiknya berhati-hati pada lansia, khususnya pada gangguan kognitif sebelumnya.

Jika obat ini harus dipakai sebaiknya dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan. Obat

hipoglikemi, khususnya kerja sedang dapat menyebabkan hipoglikemi yang juga bermanifestasi

konfusio.

Obat-obat yang menyebabkan delirium:

Sedatif hipnotik

o Benzodiazepin

o Kloralhidrat, barbiturat

o Anti kolinergik

Page 25: geriatri trisakti

o benztropin, oksibutirin

Antihistamin mis difenhidramin

Antispasmodik misal : belladona, propanthelin

Fenothiazin misal: thioridazin

Antidepresan trisklik

Antiparkinson misal levodopa, amantadin, pergolid, bromokriptin

Analgetik misal opiat (khususnya pethidin), jarang : NSAID,aspirin

Obat anestesi

Antipsikotik, khususnya beefek antikolinergik, misal klozapin

Steroid : dapat tergantung dosis

Antagonis histamin- 2, khususnya simetidin, tetapi juga golongan ranitidin.

Antibiotik:aminoglikosid, penicillin, sefalosporin, sulfonamid dan beberapa

flurokuinolon seperti siprofloksasin.

Obat kardiovaskuler dan antihipertensi, kinin,digoxin (padakadar normal),amiodaron,

propanolol, methiodopa

Antikonvulsan : fenitoin, karbamazepin, valproat, pirimidin, klonazzepam,klobazam.

Lain-lain : lithium, flunoksilin, metoclopramid,imunosupresan.

Page 26: geriatri trisakti

Pemeriksaan rutin untuk delirium:

Urea dan elektrolit

Glukosa

Darah Lengkap

Kalsium

Fosfat

Tes fungsi hati

Tatalaksana Farmakologi

Obat-obat hendaklah diharapkan diberikan per oral pada dosis rendah, dengan pemberian dosis

lebih besar bila diperlukan. Pasien yang membutuhkan dosis multipel hendaklah diawasi ketat.

Sangat mendasar bahwa pemesanan teratur untuk pengobatan seringkali perlu meninjau kembali

respon pasien, efek samping, dan kelanjutan kebutuhan pengobatan..

.

Meskipun peranan binzodiazepin sebagai pengobatan lini pertama untuk semua kasus delirium

tidak jelas, tidak ada pertanyaan bahwa mereka obat lini pertama paling utama untuk narkotika

dan tarikan alkohol di mana dosis lebih tinggi obat kerja lama adalah lebih utama. Jika terdapat

riwayat pemakaian alkohol sebelumnya, diazepam 5-10 mg regular per oral hendaklah diberikan,

dengan tiamin 100 mg per hari. Benzodiazepin mungkin juga mempunyai peranan pada pasien

dengan epilepsi yang diketahui (sebagai obat antipsikotik paling utama yang diketahui terhadap

ambang kejang lebih rendah), atau jika pasien parkinsionisme.

Page 27: geriatri trisakti

Efek samping benzodiazepin meliputi sedasi, penghambatan tingkah laku, penekanan

pernapasan, ataksia, jatuh, amnesia, depresi, ketergantungan, anjalan insomnia, tarikan dan

delirium. Benzodiazepin dapat tidak umum menyebabkan respon parodoksikal dimana pasien

menjadi lebih agitasi dan konfusi. Mereka hendaklah dihindarkan pada pasien dengan

ensefalopati dan insufisiensi pernapasan.

PNEUMONIA

Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract

(LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya

pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan

diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma,

jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada

semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua

dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).

Etiologi

Page 28: geriatri trisakti

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur,

dan protozoa. Mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia antara lain Streptococcus

pneumonia, Mycoplasma pneumoniae Aspergillus, Haemophillus influenza, Legionella

pneumophillia, Histoplasmosis, Klebsiella pneumonia, Coxiella burnetii, Candida, Pseudomonas

aeruginosa, Chlamydia psittaci Nocardia, Pneumocytis carinii, Coxsackie, Toksoplasmosis, dan

Adenovirus.

Patogenesis

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini

disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.

Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,

mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan

berakibat timbulnya sakit.

Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat memlalui

berbagai cara:

a. Inhalasi langsung dari udara

b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

d. Penyebaran secara hematogen (Supandi, 1992).

Diagnosis

Page 29: geriatri trisakti

Tujuannya adalah untuk menegakkan diagnosis, mengidentifikasi komplikasi,

menilai keparahan, dan menentukan klasifikasi untuk membantu memilih

antibiotika (Jeremy, 2007). Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan klinis,

sedangkan pemeriksaaan foto polos dada perlu dilakukan untuk menunjang

diagnosis, diamping untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat

(Supandi, 1992).

Gambaran Klinis

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu

tubuh kadang-kadang melebihi 40oC, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga

disertai batuk, dengan sputum purulen, kadang-kadang berdarah (Supandi, 1992).

Pada pasien muda atau tua dan pneumonia atipikal (misalnya Mycoplasma),

gambaran nonrespirasi (misalnya konfusi, ruam, diare) dapat menonjol (Jeremy,

2007).

Page 30: geriatri trisakti

Mistreatment

Definisi

Kekerasan terhadap lansia dapat diartikan sebagai tindakan yang disengaja atau kelalaian

(tidak sengaja) terhadap lansia baik dalam bentuk malnutrisi, fisik/tenaga atau luka fisik,

psikologis oleh orang lain atau keluarga yang disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan,

nutrisi, pakaian, pengawasan, pelayanan medis,rehabilitasi dan perlindungan yang dibutuhkan.

Salah satu tindakan kekerasan terhadap lansia adalah perlakuan yang salah (neglected), istilah

yang sering kita dengar adalah elder mistreatment kadang juga kita sebut abuse of the elderly

Bentuk Kekerasan Terhadap Lansia

Secara  mendasar ada 4 aspek kekerasan terhadap lansia yang terdiri dari aspek Fisik,

Psikologis, Sosial dan Spiritual. Beberapa fakta dilapangan, lansia yang mendapatkan tindakan

kekerasan antara lain dalam bentuk pengabaian (penelantaran), tekanan, pemaksaan, kekerasan,

penipuan dan eksploitasi yang mengakibatkan trauma dan mempengaruhi keberfungsian sosial

lansia.

Page 31: geriatri trisakti

Beberapa jenis perlakuan yang salah pada lansia dapat dilihat di bawah ini:

* Fisik: yaitu perbuatan menyebabkan rasa sakit, luka, cacat atau penyakit. Misalnya mencubit,

menendang, dorong, memerkosa, pengekangan tanpa alasan. Hal ini merupakan perlakuan yang

salah yang jarang didapati

* Penelantaran: kegagalan pengasuh untuk tidak memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk

menjalankan fungsi yang optimal atau menghindari bahaya. Hal ini lebih sering didapati dari

perlakuan yang salah secara fisik.

Misalnya menghentikan perawatan, Dapat berupa penelantaran yang pasif seperti meninggalkan

lansia sendirian, diisolasi, dilupakan dan penelantaran aktif: seperti menghentikan kebutuhan

seperti makanan, obat-obatan, pakaian, pergaulan, bantuan mandi, oversedasi.untuk mengontrol

tingkah laku.

* Psikologik/ Verbal: perbuatan yang menyebabkan penderitaan mental. Misalnya Intimidasi,

penghinaan, dipanggil namanya, diperlakukan seperti anak-anak,isolasi sosial, diancam, ditakut-

takuti. Hal ini sering tidak disadari, walaupun tidak selamanya lebih ringan dari perlakuan yang

salah secara fisik.

*Keuangan: penyalahgunaan harta lansia untuk kepentingan orang lain. Misalnya menggunakan

uang lansia untuk kepentingan orang lain, bahkan dengan akibat tidak memenuhi kebutuhan

pokok lansia.

* Pelanggaran hak yaitu pencabutan hak asasi. Misalnya kebebasan, memiliki harta, bertemu,

berbicara, bersuara, berahasia. Kebanyakan korban mengalami lebih dari satu jenis perlakuan

yang salah.

Page 32: geriatri trisakti

Karakteristik

Ketidakmandirian merupakan faktor yang penting karena membatasi kemampuan korban

untuk melawan perlakuan yang salah dan takut melaporkannya sebab akan mendapatkan

perawatan yang lebih buruk.

yang berasal dari luar tubuh, seperti alkoholisme, perumahan yang tidak memadai, kurangnya

bantuan dari anggota keluarga dan lain-lain.

Epidemiologi

Studi yang ada pada umumnya dibuat berdasarkan laporan diri, yang demikian mungkin

tidak menampilkan prevalensi actual. Perlakuan tak benar terhadap lansia lebih sering dilakukan

oleh anggota keluarga sendiri, terutama pasangan hidup dan anak yang sudah dewasa.

Dapat dimengerti karena mereka adalah sebagai pemberi rawatan terbanyak bagi lansia. Dalam

hal anak, baik laki-laki maupun wanita sama banyak sebagai pelaku, walaupun terdapat beberapa

penelitian dimana anak wanita lebih banyak.

Etiologi

 Teori Penukaran : ketergantungan korban pada pramurawat dan pramurawat pada korban

terjadi bila perawat tergantung pada pasien, perawat memperlakukan pasiem dengan salah

sebagai strategi penyeimbang.

Page 33: geriatri trisakti

Teori Pembelajaran Sosial : merujuk kepada orang tua yang bertindak kasar dalam mendidik

anak-anaknya, anak belajar menggunakan kekasaran sebagai mekanisme adaptasi anak-anak

kemudian mengasari orangtuanya saat mereka berperan sebagai pengawas orang tua.

 Teori Psikoanalisis: dapat diajukan apabila pramurawat memiliki problem psikologis atau

penyalahgunaan obat.

MALNUTRISI

Malnutrisi adalah suatu kondisi yang terjadi ketika ada kekurangan nutrisi penting tertentu dalam

diet seseorang. Kekurangan gagal untuk memenuhi tuntutan tubuh menyebabkan efek pada

pertumbuhan, kesehatan, fisik mood, perilaku dan fungsi tubuh lainnya. Malnutrisi sering

mempengaruhi anak-anak dan orang tua.

Malnutrisi juga mencakup kondisi di mana diet tidak mengandung keseimbangan yang tepat dari

nutrisi. Ini mungkin berarti diet tinggi kalori, tetapi kekurangan vitamin dan mineral. Ini

kelompok kedua individu mungkin kelebihan berat badan atau obesitas, tetapi masih dianggap

kurang gizi. Sehingga menjadi kekurangan gizi tidak selalu berarti bahwa orang tersebut kurus

atau tipis. (1-4)

Gejala kekurangan gizi

Gejala yang paling umum dari kekurangan gizi adalah penurunan berat badan. Misalnya, mereka

yang kehilangan hingga 10% dari berat badan mereka dalam 3 bulan tanpa diet dianggap kurang

gizi. Mungkin ada gejala lain seperti kelelahan, kekurangan energi, kurangnya kekuatan, sesak

napas, anemia, perubahan kulit, rambut dan kuku dll pada orang dewasa dengan gizi buruk.

Page 34: geriatri trisakti

Anak-anak dengan gizi buruk tambahan menunjukkan lekas marah, ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi, kegagalan untuk tumbuh tinggi badan mereka diharapkan, pertumbuhan

terhambat dll

Diagnosis malnutrisi

Diagnosis malnutrisi dibuat secara klinis dengan memeriksa pasien. Selain massa BMI atau

badan indeks (berat dalam kilogram lebih tinggi dalam meter kuadrat - Berat / tinggi badan

(dalam m) 2) dan lingkar lengan.

Mereka dengan BMI kurang dari 18,5 perlu melihat penyedia layanan kesehatan mereka untuk

penilaian gizi buruk. Anak-anak dengan retardasi pertumbuhan atau pengerdilan perlu dinilai

juga untuk tanda-tanda malnutrisi. Tes diagnostik lain meliputi tes darah rutin untuk deteksi

anemia, infeksi kronis dll

Pengobatan kekurangan gizi

Bagi mereka yang bisa makan normal, pengobatan gizi buruk memerlukan menyediakan rencana

diet dengan kandungan gizi ekstra. Rencana diet perlu dibuat seimbang sehingga memungkinkan

untuk penambahan berat badan seiring dengan pemberian vitamin dan mineral.

Bagi mereka yang tidak bisa makan biasanya slang dapat digunakan untuk memberikan nutrisi

langsung ke dalam sistem pencernaan atau nutrisi tersedia sebagai persiapan suntik dapat

ditanamkan langsung ke salah satu pembuluh darah.

Page 35: geriatri trisakti

DEHIDRASI

Dehidrasi (''hypohydration'') didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Ini

secara harfiah adalah penghilangan air dari obyek, namun dalam hal fisiologis, itu memerlukan

kekurangan cairan dalam organisme.

Ada tiga jenis utama dari dehidrasi: hipotonik (terutama kehilangan elektrolit, natrium

khususnya), hipertonik (terutama kehilangan air), dan isotonik (kehilangan air yang setara dan

elektrolit). Pada manusia, jenis yang paling sering terlihat dari dehidrasi isotonik sejauh ini

adalah (isonatraemic) dehidrasi yang efektif setara dengan hipovolemia, namun perbedaan dari

dehidrasi isotonik hipotonik atau hipertonik dapat menjadi penting ketika mengobati orang yang

Dalam kasus ekstrim, kerugian mungkin cukup besar untuk melebihi kemampuan tubuh untuk

menyerap air dari saluran pencernaan, dalam kasus ini, tidak mungkin untuk minum air yang

cukup untuk tetap terhidrasi, dan satu-satunya cara untuk menghindari dehidrasi adalah baik pra -

hidrat, atau menemukan cara untuk mengurangi keringat (melalui istirahat, pindah ke lingkungan

yang lebih dingin, dll).

Jika air yang hilang melalui mekanisme normal seperti muntah atau diare, ketidakseimbangan

dapat berkembang sangat cepat menjadi darurat medis.

Selama acara olahraga seperti maraton, berhenti air dan istirahat disediakan air untuk

menghindari dehidrasi atlet.

Pada manusia, dehidrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit dan menyatakan bahwa

merusak homeostasis air dalam tubuh. Ini termasuk:

Page 36: geriatri trisakti

1. Eksternal atau stres yang berhubungan dengan penyebab

- Berkepanjangan aktivitas fisik dengan berkeringat tanpa air yang cukup mengkonsumsi,

terutama di lingkungan yang panas dan / atau kering.

- Berkepanjangan paparan udara kering, misalnya di pesawat terbang tinggi (5-12%

kelembaban relatif).

- Kehilangan darah atau hipotensi akibat trauma fisik

- Diare

- Hipertermia

- Syok (hipovolemik)

- Muntah

- Luka bakar

- Lakrimasi

- Penggunaan metamfetamin, stimulan amfetamin, kafein dan lainnya

- Berlebihan konsumsi minuman beralkohol

2. Penyakit menular

- Kolera

- Gastroenteritis

- Shigellosis

- Demam kuning

3. Malnutrisi

- Elektrolit gangguan:

Hipernatremia (juga disebabkan oleh dehidrasi)

Page 37: geriatri trisakti

Hiponatremia, terutama dari diet garam dibatasi

Puasa

Penurunan berat badan yang cepat baru-baru ini mungkin mencerminkan

penurunan progresif volume cairan (hilangnya 1 L hasil cairan dalam penurunan

berat badan 1 kg (2,2 lb)).

Pasien penolakan nutrisi dan hidrasi

Ketidakmampuan untuk menelan (obstruksi esofagus)

4. Penyebab lain dari kehilangan air obligat

- Severe hyperglicemia, terutama di Diabetes mellitus

Glycosuria

Uremia

Gejala mungkin termasuk sakit kepala yang mirip dengan apa yang dialami selama mabuk,

kram otot, episode tiba-tiba salju visual, penurunan tekanan darah (hipotensi), dan pusing

atau pingsan saat berdiri karena hipotensi ortostatik. Dehidrasi diobati umumnya

menghasilkan delirium, pingsan, pembengkakan lidah dan, dalam kasus yang ekstrim,

kematian.

Page 38: geriatri trisakti

BAB IV

KESIMPULAN

Pasien menderita delirium, dementia, pneumonia, ulkus dekubitus, mistreatment dan ada

kemungkinan depresi. Diagnosis ini diperkuat dengan hasil anamnesis pasien yang merujuk

kepada gejala gejala seperti yang telah dibahas diatas, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang. Dengan diagnosis tersebut, pasien harus diberikan penatalaksanaan berupa edukasi,

pengaturan pola makan, serta pentalaksanaan medika mentosa.

Page 39: geriatri trisakti

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Delirium.Available at:http://www.geocities.ws/geriatriindonesia/. accessed on:

14december 2012.

Malnutrisi. Available at: http://www.news-medical.net. accessed on 15 december 2012

Dehidrasi. Available at: http://www.news-medical.net. accessed on 14 december 2012

Page 40: geriatri trisakti

Penanganan dehidrasi. Available at:

http://www.emedicinehealth.com/dehydration_in_adults/page8_em.html. accessed on

15 december 2012

Penanganan pneumonia. Avaiable at http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-

pneumoniakom/pneumonia%20komuniti.html. accessed on 15 december 2012