Top Banner

of 13

Geomorfologi Copas

Mar 02, 2016

Download

Documents

Amritzal Nur
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

GEOMORFOLOGIBanyak literatur yang berbeda dalam mendifinisikan geomorfologi. Secara sederhana, geomorfologi dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuk atau rupa permukaan bumi, proses pembentukan, dan karakteristik dari bentuk muka bumi tersebut. Dalam pengertian tersebut, cakupan geomorfologi meliputi morfografi, morfome-tri, morfostruktur, dan morfodinamik

Hamparan lahan, umumnya terdiri atas beberapa bentuk permukaan bumi (landform), dan disebut bentang lahan (landscape). Istilah landscape atau landform sering rancu dengan fisiografi yang hanya menekankan pada aspek topografi atau kemiringan lereng di hamparan lahan itu. Fisiografi merupakan salah satu asfek dalam pengertian landscapeGeomorfologist mempelajari bentang lahan (landscape) atau bentuk muka bumi (landform) yang ada sekarang, dan memprediksi proses geomorfik apa saja yang telah terjadi sehingga dihasilkan landscape atau landform yang ada seperti sekarang. Suatu asumsi penting bahwa setiap proses geomorfik akan menghasilkan landscape atau landform dengan ciri yang unik (khas). Jadi, dengan mengenali hasil proses tersebut, yaitu land scape atau landform yang ada sekarang, maka dapat diperkirakan proses geomorfik apa yang telah terjadi sehingga dihasilkan landscape atau land form seperti itu.

1.2. Aplikasi GeomorfologiPengetahuan geomorfologi dan analisis bentuk lahan dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, dan lebih rinci dibahas dalam modul 9. Misalnya, aplikasi geomorfologi pada bidang pertanian, khususnya ilmu tanah dan berbagai bidang teknik sivil atau kontruksi bangunan. Proses geomorfik merupakan faktor sangat penting yang menentukan proses pembentukan dan perkembangan tanah. Batas unit sebaran jenis tanah di lapang sering sejajar dengan batas unit bentuk lahan, sehingga hasil analisis suatu ben-tuk lahan sangat membantu dalam pekerjaan survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan, khususnya dalam hal pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan tertentu.Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi pada landform tersebut berada. Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu tampak atau membekas (in print) pada landform yang terben-tuk oleh proses itu. Proses geologis yang telah dan sedang terjadi yang dapat dikenali dari kharakteristik landform dan merupakan informasi pen-ting bagi perencanaan atau desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan, bendungan dan sebaginya

Prinsip Dasar GeomorfologiThornbury (1969) menjelaskan 10 prinsip dasar yang digunakan dalam interpretasi bentuk lahan (landform) oleh geomorfologist sbb:1. The same physical processes and laws that operate today operated throughout geologic time although not necessarily always with the same intensity as now (Proses fisika dan hukum yang bekerja saat ini, sama dengan yang bekerja pada masa lampau (dalam hitungan waktu geologis) meskipun intensitasnya tidak harus sama).Misalnya, proses erosi dan pegendapan yang terjadi di masa lampau dan yang terjadi saat ini mengikuti aturan yang sama. Erosi terjadi terutama pada bagian lereng atas tengah yang curam, berdampak pada penipisan solum tanah; sedangkan deposisi terjadi pada bagian lereng bawah yang datar dan berakibat terjadinya penebalan solum tanah. Proses lain, seperti volkanisme, longsoran, dan pembentukan delta yang terjadi di masa lampau dan yang sekarang, mengikuti aturan yang sama pula. Pada kedua masa kejadian ter-sebut mungkin hasilnya berbeda dalam hal kuantitas yang dihasilkan per sa-tuan waktu, karena faktor yang mempengaruhi dan energi yang terlibat pada kejadian dalam masing-masing masa geologis tersebut dapat saja sangat berbeda intensitasnya.2. Geologic structure is a dominant controlling factor in the evolution of land-form and is reflected in them (Struktur geologi merupakan faktor pengontrol utama dalam evolusi bentuk lahan, dan struktur geologi tersebut tampak (wujud) dalam bentuk lahan yang terbentuk).Misalnya, daerah yang dulunya merupakan kawasan perbukitan dengan struktur geologi lipatan atau patahan, maka pada bentuk lahan yang dihasilkan (yang ada pada saat ini) akan tetap menampakan ciri bentuk struktur lipatan atau patahan tersebut, meskipun telah terjadi proses evolusi geomorfik yang cukup intensif.3. To a large degree the earths surface processes relief because the geomor-phic processes operate at different rates (Sampai batas tertentu, permukaan bumi mempunyai relief, karena proses geomorfik yang bekerja pada tempat yang berbeda tersebut tidak sama intensitasnya).4. Geomorphic processes leave their distinctive imprint upon landform and each geomorphic process develops its own characteristic assemblage of landform (Proses geomorfik meninggalkan bekasnya (imprint) pada bentuk lahan, dan setiap proses geomorfik menghasilkan kharakteristik yang unik dan menjadi penciri dari bentuk lahan yang dihasilkannya).Contoh, dua bentuk lahan yang ekstrim yaitu bentuk lahan daerah perbukitan dan dataran banjir. Erosi yang terjadi di daerah perbukitan yang berlereng curam, menghasilkan gully erosion. Bentuk alur tersebut menunjukan bahwa telah terjadi penggerusan tanah oleh agen erosi (air) secara vertikal yang in-tensif akibat dari gerakan air limpasan yang cepat (energi tinggi) pada lereng yang curam. Sebaliknya, erosi di daerah yang relatif datar (yaitu daerah da-taran banjir) menghasilkan alur yang dangkal tetapi lebar, berkelok-kelok (po-la meander). Karakteristik itu menunjukan telah terjadinya erosi ke arah late-ral yang lebih dominan daripada yang ke arah vertikal. Jadi, proses geomorfik (dalam hal ini erosi) di kedua landform tersebut tetap membekas pada ben-tuk lahan yang terbentuk melalui proses itu.5. As the different erosional agents act upon the earths surface, there is produced an orderly sequence of landform (Agen erosi yang berbeda bekerja pada permukaan bumi menghasilkan bentuk lahan yang tampak secara berurutan dan teraturErosi oleh air limpasan akan menghasilkan bentuk lahan tempat terjadinya erosi, transportasi, dan deposisi pada posisi lereng yang teratur (berurutan). Erosi oleh angin menghasilkan bentuk lahan yang dicirikan oleh cekungan/ lembah dan gundukan/bukit partikel debu dan pasir dengan urutan sesuai dengan arah dan kecepatan agen erosi (angin). Kedua erosi dengan agen erosi yang berbeda tersebut dapat saja terjadi di daerah yang sama, jika di daerah itu pernah terjadi perubahan iklim yang ekstrim. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh kerja dari kedua agen erosi itu akan tampak secara berurutan (sequential), sesuai dengan waktu kejadian dan intensitasnya.6. Complexity of geomorphic evolution is more common than simplicity (Evolu-si geomorfik umumnya bersifat kompleks dan jarang bersifat sederhana).Kondisi alami permukaan bumi sebagian besar merupakan hasil dari banyak kejadian alami yang menyebabkan terjadinya proses geomorfik yang berbeda pada suatu bentuk lahan, baik terjadi dalam waktu bersamaan maupun ber-gantian. Misalnya, erosi, tekanan tektonik yang menghasilkan suatu patahan atau angkatan, terjadinya gempa, dan longsoran tanah, menghasilkan proses pembentukan dan perkembangan permukaan lahan yang kompleks. Proses landform yang kompleks itu lebih banyak dijumpai daripada yang sederhana. Implikasi dari kenyataan itu bahwa interpretasi yang tepat tentang kejadian alam dan hasil proses alami itu sangat sulit karena kompleksitasnya.7. Little of the earths topography is older than tertiary and most of it is not older than Pleistocene (Hanya sebagian kecil topografi di permukaan bumi yang lebih tua dari masa tersier dan sebagian besar tidak lebih tua dari masa plistosen). Masa tersier adalah 1,6 65 juta tahun yang lalu sebelum masehi (SM), sedangkan masa plistosen adalah sekitar 1,6 juta tahun yang SM. Jadi, seba-gian besar bentuk lahan yang ada sekarang jarang yang sangat tua, ber-dasarkan umur geologis.8. Proper interpretation of present-day landscapes is impossible without full appreciation of the manifold influences of the geologic and climatic changes during the pleistocence (Interpretasi secara tepat tentang landscapes yang ada saat ini tidak akan mungkin dilakukan tanpa pemahaman yang mendalam mengenai pengaruh perubahan geologi dan iklim dalam masa pleistocene).9. An appreciation of world climates is a necessary to a proper understanding of varying importance difference of geomorphic processes (Pemahaman iklim global diperlukan untuk dapat memahami keragaman penting yang terjadi dari perbedaan proses geomorfik).10. Geomorphology, although concern with present-day landscapes, attains its maximum usefulness by historical extension (Meskipun geomorfologi lebih memperhatikan pada bentang lahan yang ada saat ini, manfaat maksimum hanya dapat diperoleh jika melalui pemahaman historis).BENTANGLAHANCampur tangan manusia terhadap alam untuk kepentinganya sendiri sering mengungkapkan potensi dan kemampuan produksi suatu daerah teetentu. Sebagai contoh gerumbulan Hazel (Corylus avellana) yang begitu umum berkembang I tanah-tanah yang berat di Inggris, bila dibuka biasanya akan menghasilkan lahan yang baik untuk pertumbuhan gadum. Selai daerah kutub, pegunungan tinggi dan guun pasir sangat sedikit lahan yang tidak tertutup oleh tumbuhan, sehingga vegetasi dapat menjadi ciri bentang lahan setempat. Karena adanya tumbuhan tersebut membutuhkan syarat-syarat yang mendukung pertumbuhanya dimana di setiap lahan akan berbeda dan sangat beragam. Dengan demikian hal tersebut dapat memberikan lapangan penelitian yang dapat memperkirakan penggunaan terbaik yang dapat diterapkan di suatu wilayah.

Bentang Lahan dan Bentuk Lahan PenyusunyaKeberadaan bentang lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kategori konstruksional dan kategori destruksional. Bentuk lahan kostruksional pertama adalah benua-benua dan dasar samudra, yang kedua adalah dataran-dataran (dengan struktur horizontal dan tekstur rendah), plato (dataran tinggi dengan tekstur horizontal dengan relief tinggi), gunung (dengan struktur terganggu yang beraneka ragam, dan gunung api (dengan struktur seperti kerucut). Vegentasi yang biasa menyelubungi daerah-daerah tersebut biasanya menempati kedudukan sekunder dan tidak bebas dalam hirearki alami serta selalu terikat dengan sifat-sifat setempat dan kondisi di gunung-gunung, dst. Batuan dataran tinggi biasanya tersusun horizontal tehadap endapanya atau bahkan ekstrasi pembekuanya dalam lapisan-lapisan yang rata, memaksakan keseragaman mengenai kondisi dn vegetasi yang menyertainya. Demikian sebaliknya dengan di daerah pegunungan yang memiliki lahan demikian ekstrim sehingga tidak dapat diberikan penjelasan yang singkat.Berikutnya adalah bentang lahan ketiga yang disebut sebagai bentang lahan destruksioal. Bentuk ini dihasilkan oleh agen-agen erosi yang bekerja pada bentuk-bentuk konstruksional. Sebagian karakteristiknya ditentukan oleh penyebab-penyebab erosi dan sebagian yang lain ditentukan oleh bentuk lahan konstruksional yang bersangkutan. Diantara contohnya adalah lembah sungai yang dihasilkan oleh erosi yang merupakan pemindahan bahan, delta sungai yang merupakan hasil pengangkutan dan peletakan pengendapan, jembatan-jembatan alami yang merupakan sisa-sisa setelah material di skitarnya terpindahkan. Masing-masing bentuk lahan tersebut memiliki karakteristik terseniri yang kemudian dpat memberikan sumbanga kepada berbagai tipe bentang lahan. Bagaimanapun juga vegetasi yang tumbuh di aas bentang lahan tersebut terkadang tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tempat yang lain tetapi terkadang pula menjadi benar-benar sebagai karakteristik untuk suatu bentuk lahan tertentu. Demikianlah bukit-bukit pasir cenderung dihuni oleh rumput kasar pengikat pasir yang terdapat sepanjang daerah dari kutub utara sampai daerah tropika.Bentuk Lahan dan Kehiupan TumbuhanDisini akan dibahas berbagai bentuk lahan destruksioanal secara garis besar dan bentuk kehidupan tumbuhan yang hidup di situ serta karakteristiknya. Hal pertama yang akan dibahas adalah penyebab-penyebab utama erosi yang diantaranya adalah sungai (aliran air), sungai es (gletser), air tanah, angin, gelombang serta arus air. Sertiap golongan structural yang merupakan hasilnya kemudian dapat dibagi lagi menjadi bentuk lahan erosional, deposional, dan residual serta bentuk-bentuk minor lainya yang tidak seberapa penting.Cirri-ciri erosional yang ditimbulkan oleh sungai, disamping dataran erosi (pineplain) mencakup pula berbagai jenis lembah dan ngarai. Dengan letaknya yang lebih rendah dari dataran lain menyebabkanya cenderung menunjang vegetasi yang lebih subur. Disamping lembah-lembah yang lebih terbuka, aliran air juga dapat mengikis alur-alur yang sempit, jurang-jurang dan kanyon yang tebing-tebingnya curam dan biasanya berbatu-batu memberikan habitat kepada tumbuhan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Akibatnya tumbuhan tersebut dapat menjadi indicator untuk keadaan basah atau keadaan keteduhan, terkadang pula menjadi indicator suatu substrat tertentu seperti yang diberikan oleh batuan berkapur. Sangat sering ditemukan bahwa lembah yang bentangan lerengnya menghadap ke utara mempunyai kondisi yang sama sekali berbeda dengan lereng yang menghadap ke selatan, yang barang kali lebih jelas ditunjukan oleh perbedaan flora dn vegetasi dari pada dengan pengamatan metereologi biasa. Sebgai contoh adalah adalah tumbuhan paku, merupakan tumbuhan yang berkarakteristik untuk tebing yang lembab dna teduh, sedang sukulenta hanya terdapat di tempat-tempat yang kering dan terkena sinar matahari.Cirri-ciri deposisional yang terbentuk oleh sungai atau aliran air seperti misalnya, dataran-dataran dan bukit-bukit alluvial, endapan dataran banjir, gisik-gisik penghalang aliran air, delta dan tanggul-tanggul alami. Masing-masing mempunyai kecenderungan untuk menunjang suatu tipe vegetasi yang cocok untuk masing-masing wilayah.Cirri-ciri bentuk lahan residualyang ditinggalkan oleh erosi sungai dalam bahasan ini dianggap tidak terlalu peting. Meskipun vegetasi di tempatnya dapat mengikat permukaan sedemikian rupa sehingga dapat menghambat pembentuknya, namun biasanya hanya berupa vegetasi yang miskin. Sebagai contoh adlah igir-igir pemisah dan sisa-sisa bukit, sisa-sisa erosi dengan puncak yang subur (mesa) dan gumuk-gumuk (butt). Bentuk-bentuk lahan ini kemungkinan besar bersifat berbatu-batu dan tersingkap dengan akibat hanya mempunyai vegetasi yang miskin.Cirri-ciri erosional yang ditimbulkan oleh sungai es agak mirip dengan yang diakibatkan oleh sungai, hanya saja lembahnya lebih dalam berbentuk huruf U dengan dinding yang curam. Dasarnya juga terkikis sehingga kandungan tanahnya sedikit yang berakibat vegetasi di atasnya menderita walaupun mendapat keuntungan wilayah yang terlindung. Cekungan dan laur yang lebih dalam sering terisi oleh air, dan terutama genangan-genangan yang banyak terdapat di sungai es.Cirri-ciri deposisional yang ditinggalkan oleh sungai es banyak yang masih ada seperti misalnya morena (moraine) dan endapan glasiofluvial (endapan sungai es) Morena akhir, yang terletapa pada ujung sungai es yang tepinya tinggal stasioner untuk waktu yang lama, biasanya berbentuk seperti jalur berbukit-bukit atau bukit-bukit kecil bulat dengan cekungan yang terdistribusi tidak beraturan, terkdang mencakup danau-danau dan rawa-rawa. Vegetasinya dari temapat ke tempat sangat variable dan biasanya bersifat subur karena material yang terkandung banyak mengandung unsure hara, daerah seperti ini biasanya dimanfaatkan sebagi lahan pertanian dan perkebunan.Cirri-ciri residual yang ditinggalkan oleh sungai es juga bermacam-macam, meski umumnya terdadah, berbatu-batu dan mempunyai vegetasi yang miskin.

Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan RuangBudi Brahmantyo, dan Bandono(Jurnal Geoaplika Vol. 1 No. 2, 2006, hal. 71-78).Sari Pembuatan peta geomorfologi, khususnya bagi mahasiswa geologi pemeta tugas akhir, dan umumnya bagi para ahli Geologi, kadang-kadang menimbulkan kesulitan pada tahap klasifikasi dan penamaan satuan geomorfologinya. Klasifikasi bentuk muka bumi ini dibuat untuk menjembatani kesulitan tersebut dengan tetap mendasarkan pada penjelasan genetis geologis. Dalam pembagian ini terdapat sembilan satuan bentang alam yang dikontrol baik oleh proses endogen maupun proses eksogen, yang masing-masing terbagi ke dalam beberapa satuan bentuk muka bumi. Kesembilan satuan bentang alam tersebut adalah: 1. Pegunungan Lipatan, 2. Pegunungan Plateau/Lapisan Datar, 3. Pegunungan Sesar, 4. Pegunungan Gunungapi, 5. Karst, 6. Sungai dan Danau, 7. Pantai, Delta dan Laut, 8. Gurun, 9. Glasial.Abstract The development of geomorphologic map, especially for the students of geology, and also for geologists, faces a major problem in the stage of classifying and naming of its geomorphologic unit. This classification of landform tries to act as a bridge the problem which is still based on geologically genetic explanation. This classification is divided into nine landscape units that controlled by endogenic and/or exogenic processes, and each landscape is divided into several landform units. The landscape units are 1. Folded Mountain, 2. Plateau/Horizontal Layer Mountain, 3. Faulted or Block Mountain, 4. Volcanoes, 5. Karst, 6. River/Fluvial and Lake/Lacustrin, 7. Coastal, Delta and Marine, 8. Desert, 9. Glaciated Region.PendahuluanPeta geomorfologi masih belum dianggap penting dalam bidang geologi secara umum. Walaupun demikian, dalam geologi kerekayasaan dan lingkungan, peta geomorfologi sudah mulai dipertimbangkan sebagai peta acuan, khususnya ketika menyangkut permasalahan proses geologi eksogen yang bersifat dinamis. Sejarah pembuatan peta geomorfologi di Indonesia khususnya di kalangan perguruan tinggi tidak mengacu pada satu sistem manapun (Bandono dan Brahmantyo, 1992), walaupun akhir-akhir ini terdapat kecenderungan menggunakan sistem ITC (van Zuidam, 1985). Sistem ini di kalangan mahasiswa tugas akhir umumnya hanya dimanfaatkan dalam tata cara penamaan satuan geomorfologi karena memberikan kotak-kotak yang jelas dalam penamaannya. Hal ini menjadi alternatif pengganti acuan dari Lobeck (1939) yang masih memberikan penamaan deskriptif yang panjang.Namun demikian, di kalangan mahasiswa geologi masih banyak kesulitan penggunaan satuan-satuan geomorfologi dari klasifikasi yang ada baik dari ITC (van Zuidam, 1985), apalagi Lobeck (1939). Hambatan pertama dari sistem ITC sebenarnya bermula karena sistem ini mendasarkan klasifikasinya pada pengamatan dan interpretasi dari foto udara. Kesulitan pertama dari sistem ITC juga muncul pada penamaan dengan kode D1 sampai D3 dan S1 sampai S3 yang sangat deskriptif dengan kalimat panjang dan tidak memberikan penamaan yang praktis. Selain itu penamaan denudational origin agak sulit diterima mengingat pada dasarnya semua bentuk muka bumi telah atau sedang mengalami proses denudasional. Hal lain adalah tidak jelasnya kontrol geologis pada pembentukan morfologi, karena beberapa penamaan menggunakan kriteria persen lereng.Di lain pihak, pembagian satuan bentuk muka bumi Lobeck (1939), sebenarnya bisa lebih praktis dan mempunyai kebebasan yang tinggi. Tetapi dalam contohnya, Lobeck tidak memberikan penamaan satuan khusus melainkan memberikan deskripsi pada suatu morfologi tertentu yang harus selalu mengacu pada unsur-unsur struktur proses tahapan. Ketiadaan bentuk diagramatis klasifikasi bentuk muka bumi dengan contoh nama-nama satuan yang sistematis pada Lobeck telah membuat kesulitan pemakaiannya bagi para pemeta. Namun demikian, pendekatan Lobeck (1939) sebenarnya lebih cocok untuk geologi karena mendasarkan pembagian morfologinya secara genetis, yaitu proses-proses geologi baik yang bersifat endogen maupun eksogen.Mengingat keterbatasan-keterbatasan pembagian satuan-satuan geomorfologi dari ITC maupun Lobeck, maka diperlukan suatu acuan penggunaan klasifikasi yang lebih mudah dan praktis, khususnya bagi mahasiswa. Acuan ini diharapkan tetap tidak meninggalkan analisis geomorfologi secara kritis, terutama melalui analisis peta topografi, yang dapat didukung juga melalui interpretasi foto udara dan citra, maupun pengamatan lapangan.Makalah ini mencoba untuk melakukan penyusunan suatu acuan klasifikasi dan pembagian nama satuan geomorfologi secara genetis berdasarkan pada proses-proses geologis (endogen-eksogen) yang pada prinsipnya mengadopsi gabungan antara sistem ITC (dalam hal penamaan satuan) dan Lobeck (dalam hal prinsip dasar penamaan dan klasifikasi). Klasifikasi ini dinamai Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (BMB).Prinsip Penggunaan Klasifikasi BMBDalam geomorfologi, banyak peneliti mengacu pada mahzab Amerika yang mengikuti prinsip-prinsip Davisian tentang siklus geomorfologi. Prinsip ini kemudian dijabarkan oleh Lobeck (1939) dengan suatu klasifikasi bentang alam dan bentuk muka bumi yang dikontrol oleh tiga parameter utama, yaitu struktur (struktur geologi; proses geologi endogen yang bersifat konstruksional / membangun), proses (proses-proses eksogen yang bersifat destruksional / merusak atau denudasional), dan tahapan (yang kadangkala ditafsirkan sebagai umur tetapi sebenarnya adalah respon batuan terhadap proses eksogen; semakin tinggi responnya, semakin dewasa tahapannya).Di lain pihak terdapat mahzab Eropa, di antaranya adalah yang dikembangkan oleh Penck (dalam Thornbury, 1989) yang lebih menekankan pada proses pembentukan morfologi dan mengenyampingkan adanya tahapan.Terlepas dari mahzab-mahzab tersebut, Klasifikasi BMB ini mempunyai prinsip-prinsip utama geologis tentang pembentukan morfologi yang mengacu pada proses-proses geologis baik endogen maupun eksogen. Interpretasi dan penamaannya berdasarkan kepada deskriptif eksplanatoris (genetis) dan bukan secara empiris (terminologi geografis umum) ataupun parametris misalnya dari kriteria persen lereng.Klasifikasi BMB ini terutama adalah untuk penggunaan pada skala peta 1:25.000 yang membagi geomorfologi pada level bentuk muka bumi/ landform, yang mengandung pengertian bahwa morfologi merupakan hasil proses-proses endogen dan eksogen (Gambar 1). Sedangkan penggunaan pada skala lebih kecil misalnya 1:50.000 s/d 1:100.000 lebih bersifat pembagian pada level bentang alam/landscape yang hanya mencerminkan pengaruh proses endogen, dan pada skala lebih kecil lagi misalnya 1:250.000 pada level provinsi geomorfologi atau fisiografi yang mencerminkan pengaruh endogen regional bahkan tektonik global.Pembagian skala peta dan perincian deskripsi satuan sudah banyak kecocokan antar berbagai klasifikasi (Brahmantyo dan Bandono, 1999) dan cocok pula dengan pembagian penggunakan skala peta untuk penyusunan tata ruang (lihat Gambar 1; UURI No. 24/1992 tentang Penataan Ruang dan PP No. 10/2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah).

Gambar 1. Tahapan skala peta geomorfologi dg tata ruangProduk pemetaan geomorfologi adalah peta geomorfologi pada skala 1:25.000 yang berdasarkan pada analisis desk-study, dengan peta dasar adalah peta topografi, didukung interpretasi lain baik dari foto udara maupun citra; serta data yang didapat dari pemetaan geologi. Cara-cara pembuatan peta geomorfologi selanjutnya mengikuti cara-cara yang telah dilakukan sesuai petunjuk yang telah dipakai secara luas dan sebaiknya menggunakan simbol-simbol geomorfologi (lihat contoh-contoh pemakaian simbol peta geomorfologi pada van Zuidam, 1985).Acuan Pembagian Klasifikasi BMBAcuan pembagian Klasifikasi BMB ini akan mengikuti beberapa kriteria di bawah ini:1. Secara umum dibagi berdasarkan satuan bentang alam yang dibentuk akibat proses-proses endogen / struktur geologi (pegunungan lipatan, pegunungan plateau/lapisan datar, Pegunungan Sesar, dan gunungapi) dan proses-proses eksogen (pegunungan karst, dataran sungai dan danau, dataran pantai, delta, dan laut, gurun, dan glasial), yang kemudian dibagi ke dalam satuan bentuk muka bumi lebih detil yang dipengaruhi oleh proses-proses eksogen.2. Dalam satuan pegunungan akibat proses endogen, termasuk di dalamnya adalah lembah dan dataran yang bisa dibentuk baik oleh proses endogen maupun oleh proses eksogen.3. Pembagian lembah dan bukit adalah batas atau titik belok dari bentuk gelombang sinusoidal ideal (Gambar 2A). Di alam, batas lembah dicirikan oleh tekuk lereng yang umumnya merupakan titik-titik tertinggi endapan koluvial dan/atau aluvial (Gambar 2B).

Gambar 2. Batasan bukit dan lembah4. Penamaan satuan paling sedikit mengikuti prinsip tiga kata, atau paling banyak empat kata bila ada kekhususan; terdiri dari bentuk / geometri / morfologi, genesa morfologis (proses-proses endogen eksogen), dan nama geografis. Contoh: Lembah Antiklin Welaran, Punggungan Sinklin Paras, Perbukitan Bancuh Seboro, Dataran Banjir Lokulo; Bukit Jenjang Volkanik Selacau, Kerucut Gunungapi Guntur, Punggungan Aliran Lava Guntur, Kubah Lava Merapi, Perbukitan Dinding Kaldera Maninjau, Perbukitan Menara Karst Maros, Dataran Teras Bengawan Solo, Dataran Teras Terumbu Cilauteureun, dsb.5. Klasifikasi BMB disusun dalam Tabel 1.

Diskusi dan KesimpulanKlasifikasi Bentuk Muka Bumi (BMB) pada makalah ini mungkin tidak dapat mengakomodasi bentuk-bentuk muka bumi tertentu yang sangat khas dan sulit untuk dimasukkan ke dalam salah satu dari kotak penamaan di atas. Namun demikian, Klasifikasi BMB sudah sedemikian rupa mengadopsi berbagai bentuk muka bumi baik dari hasil pengamatan geomorfologi di Indonesia oleh penulis, maupun dari contoh-contoh pada buku-buku geomorfologi dengan contoh internasional. Beberapa bentuk muka bumi yang spesifik yang belum tercantum pada Klasifikasi BMB dapat ditambahkan dengan analogi seperti contoh yang diberikan pada Tabel 1.Beberapa permasalahan yang umumnya menjadi sulit adalah ketika para pemeta bekerja pada skala yang lebih detail. Pada kasus seperti ini, Klasifikasi BMB tidak tepat untuk digunakan. Seperti pada Gambar 1, pada tingkat yang lebih detil, pemetaan geomorfologis sudah lebih diarahkan kepada pemetaan proses yang lebih kuantitatif.Klasifikasi BMB pada prinsipnya adalah klasifikasi pada peta berskala dasar 1:25.000 dan didasarkan kepada deskriptif gejala-gejala geologis, baik diamati melalui peta topografi, foto udara, maupun citra satelit, ataupun dari pengamatan morfologi langsung di lapangan.Klasifikasi BMB membagi bentang alam ke dalam 9 kelas utama, yaitu 1. Pegunungan Lipatan, 2. Pegunungan Plateau/Lapisan Datar, 3. Pegunungan Sesar, 4. Pegunungan Gunungapi, 5. Pegunungan Karst, 6. Dataran Sungai dan Danau, 7. Dataran Pantai, Delta dan Laut, 8. Gurun, 9. Glasial.Daftar Pustaka