Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN GEOLOGI DASAR ACARA : GEOLOGI STRUKTUR Disusun Oleh: Roni Hepson Tambun 21100112140089 LABORATORIUM PALEONTOLOGI,GEOLOGI FOTO DAN GEOOPTIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 1
50

Geologi struktur 2

Feb 18, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Geologi struktur 2

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPANGAN GEOLOGI DASAR

ACARA : GEOLOGI STRUKTUR

Disusun Oleh:

Roni Hepson Tambun

21100112140089

LABORATORIUM PALEONTOLOGI,GEOLOGI

FOTO DAN GEOOPTIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

DESEMBER 2012

BAB I

1

Page 2: Geologi struktur 2

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Mengetahui tentang pembentukan suatu singkapan yang diamati

dilapangan.

Mengetahui tentang struktur geologiyang ada dilapangan.

Mengatahui tentang genesa struktur geologipada bentang alam yang

diamati.

Menginterpretasian struktur geologi dengan pengamatan peta

topografi.

1.2 Tujuan

Adapaun tujuan dari Praktikum Lapangan Geologi Dasar, acara : Geologi

Struktur ini yaitu :

Mampu melakukan pendeskripsian terhadap kenampakan struktur

geologi pada suatu bentang alam.

Dapat menginterpretaskani genesa pembentukan struktur geologi di

lapangan.

Dapat mengetahui jenis-jenis struktur geologi dengan melakukan

interpretasi peta topografi.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan praktikum Lapangan Geologi Dasar acara : Geologi Struktur

telah dilaksanakan pada :

hari : Sabtu

tanggal : 17 November 2012

pukul : 08.15

tempat : Sungai Banyumeneng, Girikusumo, Mranggen, Kabupaten

Demak, Jawa Tengah.

1.4 Kesampaian Daerah

2

Page 3: Geologi struktur 2

Sebelum berangkat lokasi stasiun pengamatan,terlebih dahulu praktikan

dan asisten berkumpul di depan kampus Gedung Pertamina Sukowati untuk

melakukan briefing pada pukul 06.00.Kemudian setelah semua perlengkapan dan

personil lengkap kita pun brangkat dari Sukowati menuju daerah pengamatan

pada pukul 07.00 menggunakan sepeda motor.Setelah melewati panorama sawah -

sawah dan alam yang luarbiasa daerah Mranggen akhirnya kita tiba di pintu

masuk yaitu di sekitar bendungan Sungai Banyumeneng menuju tempat

pengamatan pada pukul 08.15.Kemudian kita melanjutkan perjalan munuju

stasiun pengamatan yang pertama dan tiba pada pukul 08.15.

3

Page 4: Geologi struktur 2

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pendahuluan

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari

tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.Adapun

deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat

dari gaya yang bekerja di dalam bumi.Secara umum pengertian geologi struktur

adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian

dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.

Untuk mempelajari geologi struktur,ada beberapa tahapan yang dapat

dilakukan.Pertama-tama adalah mengenal jenis-jenis struktur batuan yang ada.Hal

ini pada umumnya dilakukan pada pengamatan di lapangan.Jenis-jenis struktur

tersebut kemudian diamati bentuknya,dideskripsi sifat simestrinya,diukur

kedudukannya,dan sebagainya,serta bila perlu,digambarkan dalam pet,ini disebut

sebagai analisis deskriptif.

Tahap berikutnya adalah mengamati sifat perubahan (strain) yang terjadi

pada batuan dengan dasar pengetahuan tentang proses deformasi yang terjadi pada

batuan.Pengamatan ini meliputi sifat perubahan tempat atau gerak

(displacement),perubahan bentuk (distorsion) dan perubahan ukuran

(dilation).Tahapan ini disebut sebagai analisis kinematik.Dalam hal ini perlu

dipertimbangkan tentang sifat fisik batuannya terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi akibat deformasi.Sebagai kelanjutan dari analisis kinematik,langkah

berikutnya adalah mempelajari ‘penyebab’ dari perubahan yang terjadi pada

batuan.Perubahan seperti pergerakan dan perubahan bentuk adalah respon dari

batuan terhadapa gaya (force) dan tegasan (stress).

2.2 Struktur Batuan

Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan

batuan,termasuk di dalamnya bentuk dan kedudukannya.Didasarkan pada proses

pembentukannya,struktur batuan dapat dibedakan menjadi:

4

Page 5: Geologi struktur 2

A.Struktur primer,yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan

batuan tersebut,misalnya,pada batuan sedimen : bidang perlapisan

bersilang,gelembur gelombang,perlapisan bersusun,dan sebagainya.Pada batuan

beku : struktur aliran,kekar akibat pendinginan dan sebagainya.

B.Struktur sekunder,yaitu struktur yang terjadi kemudian,setelah batuan

terbentuk,yaitu akibat proses deformasi atau tektonik.Jenis struktur yang termasuk

di dalam struktur sekunder diantaranya adalah :

lipatan,rekahan(kekar),patahan(sesar),dan sebagainya.

2.3 Deformasi Batuan.

Deformasi merupakan perubahan volume atau bentuk suatu material atau

batuan.

A.Penyebab Deformasi

Stress adalah gaya yang bekerja pada satuan luas.Macam-macam stress:

1.Stress yang dari segala arah sama (Uniform stress ):

Confining stress

2.Stress yang besarnya berbeda dari segala arah (Differential stress ):

Tensional stress yang menyebabkan tarikan pada batuan;Compressional

stress yang menekan batuan;Shear stress yang menyebabkan pergeseran dan

puntiran.

Strain adalah perubahan ukuran,bentuk atau volume dari material,terjadi akibat

batuan mengalami deformasi.

Gambar 2.1 Jenis-jenis stress

5

Page 6: Geologi struktur 2

B.Tahapan Deformasi

Bila batuan mengalami penambahan stress akan terdeformasi melalui 3

tahap berurutan :

1.Elastic deformation adalah deformasi sementara tidak permanen atau kembali

ke bentuk awal (revesible).Begitu stress hilang,batuan kembali ke bentuk dan

volume semula.Seperti karet yang ditarik akan melar tapi jika dilepas akan

kembali ke panjang semula.Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic

limit,yang apabila dilampaui batuan yang pernah mengalami deformasi elastic

ini,karena tidak meninggalkan jejak atau bekas,karena kembali ke keadaan

semula,baik bentuk maupun volumenya.

2.Ductile deformation merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan

perubahan bentuk dan volume batuan tidak kembali.

3.Fracture terjadi apabila batas atau limit elastic dan ducktile deformasi

dilampaui.Deformasi rekahan ( fracture deformation) dan lentur (ductile

deformation) adalah sama,menghasilkan regangan (strain) yang tidak kembali ke

kondisi semula.

2.4 Jenis Struktur Geologi

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai

produk dari gaya-gaya yang bekerja pada batuan,yaitu (1) Kekar (fractures) dan

Rekahan (cracks) (2) Perlipatan (folding) dan (3) Patahan/Sesar (fault)

Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsure

struktur,yaitu:

A.Kekar dan Rekahan

Banyak teori yang dikemukan untuk menjelaskan terjadinya kekandasan

pada batuan bila mengalami suatu gaya tekanan, terutama dalam hal pembentukan

rekahan-rekahan gerus (shear fracture) dan hubungannya dengan besarnya sudut

yang mereka bentuk di alam.Rekahan adalah hasil proses geologi yang tidak

menunjukkan perpindahan yang dapat diamati (Ramsay &

Huber,’87).Rekahan adalah pecahan pada batuan yang tidak atau  sedikit sekali

mengalami pergerakan (Twiss & Moores,’92).Retakan pada batuan yang sedikit

atau tidak sama sekali mengalami pergeseran (Davis,1996). Retakan yang terjadi

6

Page 7: Geologi struktur 2

gaya tekanan disebut  “shear fractures” dan yang terjadi karena gaya tarikan

disebut “tension fractures” (Hatcher,1990 & Dennis,1972).Billings (1972),

membagi kekar tarikan kedalam “extension joints” dan “release joints”.

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu

gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.Fungsi

kekar adalah sebagai jalannya larutan (air/larutan magma dll),sebagai ruang untuk

pengendapan cebakan,sebagai jalan migrasi minyak bumi,sebagai reservoir

minyak bumi untuk memudahkan penambangan batu.Secara umum dicirikan oleh:

a)Pemotongan bidang perlapisan batuan;

b)Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;

c) kenampakan breksiasi.

Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter

retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.Kekar yang

umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

1.Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling

berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.Kekar jenis shear

joint umumnya bersifat tertutup.

2.Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya

utama.Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

3.Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus

dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Terjadinya kekar dapat disebabkan karena ;

-Tektonik (Kekar Gerus/Shear Joint dan Kekar Regangan/ Tension Joint/Gash

Fracture,Extension & Release Joint)

-Non-Tektonik (coling Joint, Shrinkage Joint & akibat hilangnya beban ).

B.Sesar atau Patahan

Patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu

yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang

mendapatkan gaya sehingga timbul adanya retakan (fracture).Tekanan yang

diberikan mampu memberikan perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat

lama dan hingga memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan

7

Page 8: Geologi struktur 2

sampai beberapa meter.Ketika ini terjadi,maka akan timbul sebuah gaya yang

sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya saat suatu batuan

mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa. Arah pergerakan

pada suatu patahan tergantung pada kekuatan batuan. Patahan diakibatkan oleh

batuan yang ditekankan atau mendapatkan gaya yang pada umumnya dalam

bentuk tekanan ( pada umumnya membentuk lipatan) yang kemudian batuan dapat

pecah. atahan adalah istilah yang menandai adanya gaya tekan atau tekanan dan

terjadi secara alami yang geometris.

Patahan terjadi searah dengan retakan.Sesar atau patahan mempunyai

bentuk dan ukuran bervariasi,ukurannya ada yang sepanjang ratusan Km,ada yang

hanya beberapa Cm saja.

Patahan terdiri dari beberapa tipe yang diantaranya :

a.Dip – Slip Fault

- Normal Fault

Patahan normal adalah patahan yang terjadi pada batuan yang salah satu

bagiannya mengalami pergerakan ke bawah terhadap keadaan asalnya. Gerakan

patahan ini adalah disebabkan oleh kekuatan tegang dan mengakibatkan perluasan

(ada bidang fault plane).Nama lain adalah normal-slip fault,patahan gaya berat

atau patahan tegang.

Gambar 2.2 Normal fault

8

Page 9: Geologi struktur 2

- Reserve fault

Pada reserve fault adalah kebalikan dari normal fault.Yaitu arah patahan

bagian batuan adalah naik terhadap keadaan awal batuan.Gerakan patahan ini

disebabkan oleh kekuatan compresional (tekanan) yang mengakibatkan

pemendekan atau penyempitan.

Gambar 2.3 Reserve fault

b.Strike – Slip Fault.

Patahan Strike – Slip ini merupakan patahan yang terjadi pada batuan yang

arah patahannya secara horizontal.Bagian yang bergerak menjauhi bagian kanan

bidang dinamanakan left-fault.Dan sebaliknya apabila bagian yang bergerak

menjauhi bagian kiri bidang dinamakan right-fault.Patahan ini terjadi karena gaya

yang mengenai sebuah batuan berasal dari samping atau gaya melintang.

Gambar 2.4 Strike – slip fault

c.Oblique – slip Fault

Oblique – Slip Fault merupakan kejadian yang merupakan gabungan dari

Dip-Slip fault dan strike-slip fault.Sehingga pergerakan batuan terjadi secara naik

9

Page 10: Geologi struktur 2

atau turun dan juga mengalami pergerakan secara horisontal ke kanan atau ke kiri.

Sehingga pergerakan yang timbul secara vertikal dan horizontal.Patahan ini

disebabkan oleh gaya tekan dari atas atau dari bawah dan juga gaya samping yang

diberikan / dikenakan pada batuan.

Gambar 2.5 Oblique – slip fault

C.Lipatan

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya

tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk

lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu

lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang

cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke

arah atas.

Gambar 2.6 Lipatan berdasarkan lengkungannya

10

Page 11: Geologi struktur 2

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya,lipatan dapat

dikelompokkan menjadi :

1) Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.

2) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu

utama.

3) Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau

tidaknya sumbu utama.

4) Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.

5) Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.

6) Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.

7) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh

permukaan planar.

Gamabr 2.7 Jenis-jenis lipatan

Disamping lipatan tersebut diatas,dijumpai juga berbagai jenis lipatan,seperti

Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan

suatu sesar.

11

Page 12: Geologi struktur 2

BAB III

GEOLOGI REGIONAL

3.1 Daerah Geologi Kali Banyumeneng

Lokasi studi secara administratif mencakup seluruh wilayah Kotamadya

Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada koordinat

110º16’20’’ – 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º 55’34’’ – 7º 07’04’’ Lintang

Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2.

Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia

beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan silih berganti

sepanjang tahun. Besarnya rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah

Semarang utara 2000 – 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500

– 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata perbulan berdasarkan data dari

tahun 1994 – 1998 berkisar antara 58 – 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi di

daerah pemetaan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah

hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada

bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 – 131

mm/bulan.

Kali Banyu Meneng terletak di daerah Desa Banyu Meneng Kecamatan

Mranggen, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan daerah dengan bentang alam

fluvial karean terdapat sungai yang panjang, akan tetapi daerah ini juga terdapat

bentang alam strutural karena terdapat sesar dan kekar yang di akibatkan oleh

gaya tektonik pada daerah tersebut. Kali Banyu Meneng dikatakan pada

dahulunya merupakan sebuah lautan yang dimana laut tersebut mengalami

pengangkatan(uplift) dan dipengaruhi gaya tektonik yang membuat lapisan itu

bergeser-geser, lalu daerah itu mengalami deformasi sehingga permukaan itu

membentuk fracture geser berupa sesar. Pada daerah ini lebih banyak di temukan

batuan sedimen, lanau, dan beberapa batu gamping. Karena daerah ini tingkat

sedimentasinya sangat tinggi yang di pengaruhi oleh air sehingga banyak juga

terdapat batuan yang telah tertransport oleh aliran sungai.

12

Page 13: Geologi struktur 2

3.2 Morfologi Daerah

Morfologi daerah studi berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan

lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:

1.Dataran.

Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai dan setempat di

bagian baratdaya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng

umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 –

5% (0-3%), ketinggian tempat di baruan utara antara 0 – 25 m dpl dan di baguan

baratdaya ketinggiannya antara 225 – 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9

km2 (42,36%) dari seluruh daerah studi.

2.Daerah Bergelombang.

Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan

lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan

kemiringan lereng medan 5 – 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 – 200 m

dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah studi.

3.Pebukitan Berlereng Landai.

Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan,

mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10

– 15 % dengan ketinggian wilayah 25 – 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31

km2 (18,84%) dari seluruh daerah pemetaan.

3.Pebukitan Belereng Agak Terjal.

Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan

lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 – 30%,

ketinggian tempat antara 25 – 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2

(14,8%) dari seluruh daerah studi.

4.Perbukitan Berlereng Terjal

Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan

lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 – 50%, ketinggian

tempat antara 40 – 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%)

dari seluruh daerah studi.

5.Perbukitan Berlereng Sangat Terjal.

13

Page 14: Geologi struktur 2

Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan

lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 – 70%,

ketinggian tempat antara 45 – 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2

(0,58%) dari seluruh daerah studi.

6.Perbukitan Berlereng Curam.

Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng

yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 – 300 m

dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah studi.

7.Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah

terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran

perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak

terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan dan konservasi.

3.3 Susunan Stratigrafi

Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang –

Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut:

1.Aluvium (Qa)

Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai

litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya

mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari

kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 – 3 m. Bongkah tersusun andesit,

batu lempung dan sedikit batu pasir.

2.Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg)

Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir

halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat

keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting

joint).

3.Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)

Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus,

komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.

4.Formasi Jongkong (Qpj)

14

Page 15: Geologi struktur 2

Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut

batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman,

komponen berukuran 1 – 50 cm, menyudut – membundar tanggung dengan masa

dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu

tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).

5.Formasi Damar (QTd)

Batuannya terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik.

Batupasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus – kasar, komposisi

terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas

sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman,

komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 – 5 cm,

membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik

mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen

terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 – 20 cm, menyudut – membundar

tanggung, agak keras.

6.Formasi Kaligetas (Qpkg)

Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus

sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung

mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat

kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa

dasar tufa, komponen umumnya menyudut – menyudut tanggung, porositas

sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak

rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning

keputihan, halus – kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau,

porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam

keadaan basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus – sedang, porositas

sedang, agak keras.

7.Formasi Kalibeng (Tmkl)

Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal

berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral

lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras

15

Page 16: Geologi struktur 2

dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini

setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning

kehitaman, halus – kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan

lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.

8.Formasi Kerek (Tmk)

Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi

volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda – tua, gampingan,

sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram,

moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu

lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis,

kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.

3.4 Struktur Geologi

Struktur geologi yang terdapat di daerah studi umumnya berupa sesar yang

terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah

barat – timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara

selatan hingga barat laut – tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat

– timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek,

Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.

16

Page 17: Geologi struktur 2

BAB IV

DATA LAPANGAN

4.1 STA 1 Pinggir Kali Banyumeneng

Lokasi : Daerah Pinggir Sungai Banyumeneng, Mranggen

Cuaca : Cerah

Waktu : 09.02 WIB

Morfologi : Tebing yang curam dan perbukitan

Bentuk lahan : Meander

Litologi : Batuan sedeimen (batu gamping)

Warna : abu-abu gelap

Struktur : non struktural

Tekstur : subrounded, sortasi baik, kemas tertutup

Nama batuan : batu gamping

Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas,

kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan

sebelumnya yang mengalami transportasi jauh

sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan

sebagian hancur kemudian terkumpul dan

terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan laut

menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami

pengangkatan dan membentuk daratan dan karena

permukaannya yang lebih tinggi dari daerah sekitar

maka terbentuk lereng.Berdasarkan hal tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah

jenis batuan sedimen.

Bentang Alam : Struktural

Struktur Geologi : Sesar turun

Dimensi singkapan : 10 m x 6 m

Strike/dip perlapisan : N1200 E / 450

N1270 E / 500

17

Page 18: Geologi struktur 2

Strike/dip sesar turun : N 3200 E / 320

N 3220 E / 360

Tingkat pelapukan : sedang

Vegetasi : pohon jati, semak-semak belukar, putri malu, dan

pohon pisang

Tataguna lahan : perkebunan

Potensi positif : tempat pariwisata dan tempat penelitian

Potensi negatif : Banjir, erosi dan longsor

Morfogenesa : STA I merupakan daerah dengan litologi batuan

berwarna abu-abu dengan struktur non perlapisan.

Tekstur dari batuan ini kebundarannya baik,

ukuran butirnya pasir halus (skala wenth worth),

sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini

adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama

karbonat.STA ini terbentuk akibat adanya uplift

atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang

membuat litologi disekitar termasuk bukitnya

memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan

batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan

ini disebakan karena adanya gaya tektonik

lempeng yang saling bertumbkan sehingga

mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan

dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena

adanya pengaruh dari air permukaan namun tidak

terlalu kuat maka perlapisan pada batuan ini tidak

tergerus seperti STA dan tetap berbentuk lereng.

Dan karena adanya gaya tektonik susulan

mengakibatkan bidang perlapisan pada STA ini

mengalami rekahan dan rekahan tersebut akhirnya

mengalami pergeseran dengan hanging wall

18

Page 19: Geologi struktur 2

bergerak turun ke bawah atau sering disebut

singkapan sesar turun.

Gambar 4.1 STA 1 Daerah Pinggiran Mranggen

4.2 STA 2 Daerah Sungai Banyumeneng,Mranggen

Lokasi : Kali Banyumeneng

Cuaca : Cerah

Waktu : 10.05 WIB

Morfologi : Sungai yang bermeander dan perbukitan

Bentuk lahan : Meander

Litologi : Batuan sedimen (batulempung)

Warna : Coklat keabu-abuan

Ukuran Butir : Lempung ( >1/256) Batu sedimen (batupasir)

Warna : Abu abu

Sortasi : Baik

Kemas : Tertutup

19

Page 20: Geologi struktur 2

Ukuran butir : Pasir kasar

Petrogenesa : Berdasarkan pengamatan pada batuan di daerah

STA 2 memiliki warna merah bata yang dimana

berupa pengotor pada batuan, batuan ini memiliki

tekstur holokristalin, equigranular, fanerik, dan

euhedral.Batuan ini memiliki mineral yang masih

tampak seperti biotit dan hornblende. Berdasarkan

pengamatan batuan di daerah STA 1 batuan ini

termasuk dalam batuan beku namun batuan ini

telah mengalami transport karena telah mulai

mengikis.

Bentang Alam : Fluvial (stadia dewasa)

Struktur Geologi : Sesar sinistral

Strike/dip perlapisan : N1440 E / 540

Strike/dip bidang sesar geser : N 1450 E / 500

N 3400 E / 700

Strike/dip bidang sesar : N 350 E / 650

N 460 E / 690

Tingkat pelapukan : Sedang

Vegetasi : pohon jati, pohon bambu kuning, dan ilalang

Tataguna lahan : Pengairan, MCK

Potensi positif : tempat penelitian

Potensi negatif : Banjir dan erosi

Morfogenesa : STA 2 terdapat sesar mendatar yaitu sesar sinistral.

Dimana sesar itu sendiri merupakan rekahan yang

cenderung mengalami perubahan tempat, sedangkan

sinistral sesar yang mendatar mengiri, dimana sesar

ini disebabkan adanya gaya tektonik. Sesar ini dapat

diketahui karenaa adanya perbedaan batas batuan.

Kemiringan (bidang yang tegak lurus dengan strike)

20

Page 21: Geologi struktur 2

bidang sesar tidak curam. Sesar ini hanya berskala

mikro (kecil).

Gambar 4.2 Sesar Sinistral Pada STA II di Meander Banyumeneng

4.3 STA 3 Daerah Kali Banyumeneng

4.3.1 Lokasi Pengamatan 1

Lokasi : Kali Banyumeneng

Cuaca : Cerah

Waktu : 11.20 WIB

Morfologi : Sungai yang terdapat antiklin pada bagian

pinggirnya

Bentuk lahan : Sungai

Litologi : Batuan sedimen (batu lanau)

Warna : Abu-abu

Struktur : Non struktural

Tekstur : Subrounded, sortasi baik, kemas tertutup

Nama batuan : Batulanau

Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas,

kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan

21

Page 22: Geologi struktur 2

sebelumnya yang mengalami transportasi jauh

sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan

sebagian hancur kemudian terkumpul dan

terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan

laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami

pengangkatan dan membentuk daratan selajutnya

karena aliran air permukaan maka lapisan batuan

ini muncul dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah

jenis batuan sedimen.

Bentang Alam : Fluvial

Struktur Geologi : Antiklin (lipatan asimetri)

Strike/dip antiklin : N 2900 E / 470

N 1450 E / 300

Tingkat pelapukan : Sedang

Vegetasi : Pohon jati, pohon bambu kuning, dan semak-

semak

Tataguna lahan : Sumber air, dan pengairan

Potensi positif : Tempat penelitian

Potensi negatif : Banjir dan erosi

Morfogenesa : STA III / LP I merupakan daerah dengan litologi

batuan berwarna abu-abu dengan struktur

perlapisan.Tekstur dari batuan ini kebundarannya

baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth),

sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini

adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama

karbonat.STA ini terbentuk akibat adanya uplift

atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang

membuat litologi disekitar termasuk bukitnya

memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan

batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan

22

Page 23: Geologi struktur 2

ini disebakan karena adanya gaya tektonik

lempeng yang saling bertumbukan sehingga

mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan

dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena

adanya pengaruh dari air permukaan maka

perlapisan pada batuan ini tergerus dan

membentuk sungai. Dan dari hasil penggerusan

tersebut terlihat bidang perlapisan yang jelas dan

perlapisan yang dijumpai berupa lipatan asimetri.

Gambar 4.3 Antiklin Pada Lokasi Pengamatan 1

4.3.2 Lokasi Pengamatan 2

Lokasi : Kali Banyumeneng

Cuaca : Cerah

Waktu : 11.30 – 11.50 WIB

Morfologi : Meander sungai yang

terdapat sesar geser (dekstral)

Bentuk lahan : Sungai

Litologi : Batuan sedimen (batu lanau)

23

Page 24: Geologi struktur 2

Warna : Abu-abu

Struktur : Non struktural

Tekstur : Subrounded, sortasi baik, kemas tertutup

Nama batuan : Batu gamping

Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas,

kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan

sebelumnya yang mengalami transportasi jauh

sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan

sebagian hancur kemudian terkumpul dan

terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan

laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami

pengangkatan dan membentuk daratan selajutnya

karena aliran air permukaan maka lapisan batuan

ini muncul dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah

jenis batuan sedimen.

Bentang Alam : Fluvial

Struktur Geologi : Sesar Geser (Dekstral)

Strike/dip sesar geser : N 3410 E / 78 0

N 3280 E / 670

N 3340 E / 790

N 3340 E / 790

N 3300 E / 780

Tingkat pelapukan : Rendah

Vegetasi : Pohon jati, pohon bambu kuning, dan semak-

semak

Tataguna lahan : Sumber air, dan pengairan

Potensi positif : Tempat penelitian

Potensi negatif : Banjir dan erosi

Morfogenesa : STA III / LP II merupakan daerah dengan litologi

batuan berwarna abu-abu dengan struktur

24

Page 25: Geologi struktur 2

perlapisan.Tekstur dari batuan ini kebundarannya

baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth),

sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini

adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama

karbonat. STA ini terbentuk akibat adanya uplift

atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang

membuat litologi disekitar termasuk bukitnya

memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan

batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan

ini disebakan karena adanya gaya tektonik

lempeng yang saling bertumbkan sehingga

mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan

dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena

adanya pengaruh dari air permukaan maka

perlapisan pada batuan ini tergerus dan

membentuk sungai. Dan karena adanya gaya

tektonik susulan mengakibatkan bidang perlapisan

pada STA ini mengalami rekahan dan rekahan

tersebut akhirnya mengalami pergeseran dengan

arah geser horizontal dengan bidang berser ke

kanan atau sering disebut singkapan sesar geser

dekstral.

25

Page 26: Geologi struktur 2

Gambar 4.4 Sesar Dekstral Pada Lokasi Pengamatan 2

26

Page 27: Geologi struktur 2

BAB V

PEMBAHASAN

Pada pengamatan tanggal 17 November 2012 di daerah Kali Banyu

Meneng, Desa Banyu Meneng, Kecamatan Mranggen, Jawa Tengah dimana

waktu keberangkatan pukul 07.00 dari gedung Pertamina Sukowati Universitas

Diponegoro. Dengan cuaca cerah akan tetapi di perjalanan terdapat halangan yaiut

jalan yang dikatakan sangat buruk dan berbatu. Perjalanan menuju kali Banyu

Meneng memerlukan sekitar waktu ±45 menit, dilanjutkan dengan berjalan kaki

menuruni bukit hingga sampai di daerah tujuan. Pada pengamatan daerah ini

terdapat tiga STA yang harus diamati. Jarak dari daerah pengamatan satu dengan

yang lain cukup jauh dan memiliki jalan berbatu.

5.1 Analisa Sayatan Peta Topografi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap daerah ini

dan penggabungkan data lapangan dengan teori yang sudah ada serta geologi

regional daerah ini maka dapat dilakukan interpretasi peta topografi sebagai

berikut ini.Sayatan pada peta topografi yang melalui Sungai Banyumeneng

ternyata pada daerah tersebut dikelilingi oleh bukit-bukit yang sedang atau agak

curam.Sayatan menyilang ini melewati puncak Gunung Magerdjenu dan melewati

beberapa puncak bukit yang lebih rendah dari Gunung Magerdjenu. Puncak bukit

ini berada tepat disebelah sungai Banyumeneng sehingga daerah di pinggir sungai

banyumeneng terkesan beupa bukit-bukit yang agak curam. Namun kecuraman itu

tidak sama antara sisi kanan dan sisi kiri sungai Banyumeneng. Sisi lainnya yang

tersayat cenderung lebih landai dibandingkan sisi yang dekat dengan puncak bukit

dekat Gunung Magedjenu.

5.2 Litologi

Pada Stasiun Pengamatan pertama ditinjau dari deskripsi megaskropis

batuan di atas, kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan sebelumnya yang

mengalami transportasi jauh sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan

sebagian hancur kemudian terkumpul dan terendapkan serta tersedimentasi di

lingkungan laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami pengangkatan dan

27

Page 28: Geologi struktur 2

membentuk daratan dan karena permukaannya yang lebih tinggi dari daerah

sekitar maka terbentuk lereng.

Gambar 5.1 Batu Gamping Pada STA 1

Pada Stasiun Pengamatan kedua, daerah ini memiliki litologi yang

didominasi oleh batuan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur non

perlapisan. Tekstur dari batuan ini yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya

lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah

jenis batuan sedimen dengan semen utama karbonat.

Pada Stasiun Pengamatan LP I,daerah ini memiliki litologi yang

didominasi oleh batuan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur

perlapisan. Tekstur dari batuan ini yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya

lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah

jenis batuan sedimen dengan semen utama karbonat. Pada daerah pengamatan

ketiga LP II, daerah ini memiliki litologi yang didominasi oleh batuan dengan

ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur perlapisan. Tekstur dari batuan ini

yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth), sortasinya

baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semen

utama karbonat.

28

Page 29: Geologi struktur 2

Gambar 5.2 Batu lempung ( kiri ) dab Batu pasir ( kanan)

5.3 Geologi Struktur

Pada STA 1 ini ditemukan struktur geologi yaitu adanya sesar turun.

Dimana sesar yang terdapat pada singkapan ini memunyai hanging wall turun

oleh sebab itu dinamakan sesar turun. Pada sesar ini kami melakukan pengukuran

sebanyak dua kali dan didapatkan hasil N 1200 E / 450 dan N1270 E / 500. Selain

mengukur strike and dip dari sesar turunnya kami juga melakukan pengukuran

strike and dip dari perlapisannya sebanyak dua kali dan didapatkan hasil N 3200 E

/ 320 dan N 3220 E / 360.

Sesar turun

Gambar 5.3 sesar turun

Selain terdapatnya sesar pada singkapan ini juga terdapat adanya kekar

yaitu suatu struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang

bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Kekar yang

terdapat pada singkapan ini adala kekar tarik atau extension fracture karena

rekahan yang ada pada singkapan ini tergolong terbuka.

29

Page 30: Geologi struktur 2

Gambar 5.4 gambar kekar tarik atau extention fracture

Pada STA 1 kita menemukan batu sedimen, dimana batuan sedimen

berupa batu gamping karenaa jaman dahulu daerah sekitar semarang berupa

lautan, dengan berjalannya waktu dan adanya pergerakan tektonik dalam bumi

terjadi uplift pada permukaan ini, sehingga terangkatlah bagian permukaan ini.

Oleh karenaa itu, bekas lautan ini yang meninggalkan batuan sedimen berupa batu

gamping, dimana batuan gamping mengandung karbonat, karenaa daerah bekas

daerah laut.

Struktur geologi geologi yang kami dapatkan pada STA 2 yaitu sesar

geser, dimana sesar geser yang kami amati adalah sesar geser sinistral yaitu sesar

yang arah prgeserannya berlawanan dengan jarum jam. Pada sesar ini kami

mengukur strike and dipnya, pada sesar yang pertama kami melakukan

pengukuran strike and dip perlapisan dan didapatkan N1440 E / 540

Sesar geser Sinistral

Gambar 5.5 Sesar geser sinistral

30

Page 31: Geologi struktur 2

Dan pada sesar geser sinistral kami melakukan pengukuran strike and

dipnya sebanyak 2 kali dan didapatkan N 1450 E / 500 dan N 3400 E / 70. Selain

mengukur strike and dip dari sesar sinistral, kami juga melakukan pengukuran

strike and dip dari biddang sesarnya dan kami melakukan sebanyak dua kali dan

didapatkan hasil N 350 E / 650 dan N 460 E / 690 .

Ditinjau dari vegetasi yang berada di sekitar singkapan terdiri atas pohon

jati, pohon bambu kuning, dan semak-semak dan tata guna lahan dari singkapa

pada STA 2 ini adalah sebagai sumber air bagi daerah sekitar. Untuk potensi

positif dari singkapan ini menurut kami yaitu sebagai tempat observasi geologi

karenaa di daerah ini terdapat struktur geologi dan adanya batuan gsedimen dan

dari potensi negatifnya yaitu dapat menyebabkan banjir karenaa daerah ini

merupakan daerah fluvial.

Proses terjadinya struktur geologi pada singkapan ini yaitu sesar adalah

dikarenakan adanya tenaga endogen dari dalam perut bumi yang disebut sbagai

tenaga tektonik dan gempa yang dangkal.

Pada STA III / LP I tergolong kedalam bentang alam struktural-fluvial.Hal

ini dibuktikan dengan pembentukan daerah ini yang terjadi akibat adanya uplift

atau pengangkatan dasar laut. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya

tektonik lempeng yang saling bertumbukan sehingga mendesak dasar laut untuk

muncul ke permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. Kemudian karena

adanya pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan

lama kelamaan membentuk sungai (salah satu bentang alam fluvial). Karena

adanya gaya tektonik yang melampuai batas limit elstik maka perlapisan batuan

pada STA tidak dapat kembali seperti keadaan semula. Gaya tektonik yang

dialami oleh lapisan batuan ini mengakibatkan pengangkatan pada bagian tertentu,

pengangkatan tersebut mengakibatkan terbentuknya lipatan asimetri yang terlihat

akibat adanya pengaruh air permukaan yang terus-menerus menggerus lapisan

yang menutupinya.

STA III LP / II tergolong kedalam bentang alam struktural-fluvial,hal ini

dibuktikan dengan pembentukan daerah ini yang terjadi akibat adanya uplift atau

pengangkatan dasar laut. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya tektonik

31

Page 32: Geologi struktur 2

lempeng yang saling bertumbukan sehingga mendesak dasar laut untuk muncul ke

permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. Kemudian karena adanya

pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan lama

kelamaan membentuk sungai (salah satu bentang alam fluvial). Karena adanya

gaya tektonik susulan yang mempunyai daya besar sehingga mengakibatkan

bidang perlapisan mengalami deformasi tahap ketiga yaitu fracture yang artinya

batas limit elastik dan ducktile deformasi terlampaui oleh gaya tektonik sehingga

lapiasan batuan mengalami rekahan yang tidak kembali lagi dan rekahan tersebut

mengalami pergeseran dengan arah geser horizontal dengan bidang kanan

bergeser ke depan atau sering disebut singkapan sesar geser dekstral. Kejadian-

kejadian inilah yang membuat litologi di sekitar termasuk bukitnya memiliki

komposisi karbonat yang tinggi dan batuannya berjenis batuan sedimen.

Gambar 5.6 Antiklin Gambar 5.7 Sesar dekstral

BAB VI

32

Page 33: Geologi struktur 2

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

6.1.1 STA 1 memiliki morfologi yang berada di daerah tebing yang

curam, terdapat beberapa struktur geologi berupa sesar turun dan

kekar.

6.1.2 STA 2 memiliki morfologi sungai yang bermeander. Dan memiliki

litologi batuan sedimen, serta memiliki struktur geologi yaitu sesar

geser sinistral.

6.1.3 STA 3 memiliki merfologi daerah sungai yang memiliki meander.

Terdapat struktr geologi berupa lipatan antiklin dan sesar geser

dextral.

6.2 Saran

6.2.1 Praktikan harus fokus saat asisten menjelaskan konsep materi.

6.2.2 Praktikan bisa membaca refrensi untuk mendukung pemahaman

konsep saat dilapangan.

6.2.3 Praktikan harus lebih komunikatif dengan Asisten Praktikum

DAFTAR PUSTAKA

33

Page 34: Geologi struktur 2

Endarto,Danang.2005.Pengantar Geologi Dasar.Surakarta : Lembaga

Pengembangan Pendidikan

Tim Asisten Geologi Dasar.2012.Buku Panduan Praktikum Geologi

Dasar.Semarang : Universitas Diponegoro

Tim Asisten Mineralogi.2012.Buku Panduan Praktikum Mineralogi.Semarang

: Universitas Diponegoro

Http://www.adipedia.com/20122/04/sesar-mendatar-strike -dip-slip-dan-

sesar.html(Diakses Pada 1 Desember 2012 pukul 22.30)

34