Top Banner

of 32

Gentamisin Sulfat

Oct 08, 2015

Download

Documents

hhhhhhhhhhhh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDASediaan Krim Gentamisin Sulfat

Disusun oleh:

Ella Masliana DewiP17335113005

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNGJURUSAN FARMASI 2014SEDIAAN KRIM GENTAMISIN SULFAT

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan krim Gentamisin Sulfat.2. Menentukan hasil evaluasi sediaan krim Gentamisin Sulfat.

II. PENDAHULUAN

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%).Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina.Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan perubahan suhu dan perubahan komposisi ( adanya penambahan salah satu fase secara berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran yang cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 (satu) bulan.Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasium, setil alkohol, stearil alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propilparaben (nipasol) 0,02-0,05%.Cara pembuatan krim : bagian lemak dilebur diatas tangas air kemudian tambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim. (Syamsuni, 2006; 74-75)Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu, kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering, dan lain-lain, atau efek khusus dari bahan obat yang ada. Preparat ini dijual bebas, sering mengandung campuran dari bahan obat yang digunakan dalam pengobatan kondisi tertentu seperti, infeksi kuli yang ringan, gatal-gatal, luka bakar, merah bekas popok, sengatan dan gigitan serangga, kutu air, mata ikan, penebalan kulit dan keras, kutil, ketombe, jerawat, penyakit kulit kronis (psoriasis), dan eksim. Pemakaian obat pada kulit yang memerlukan resep, umumnya mengandung bahan obat tunggal yang dimaksudkan untuk melawan kondisi diagnosis khusus.Walaupun pada umumnya diinginkan dalam pengobatan penyakit kulit, untuk obat dalam pemakaiannya mengandung bahan obat supaya meresap melalui permukaan dan masuk kedalam kulit, biasanya tidak dimaksudkan (kecuali untuk sistem pengobatan melalui kulit) bahwa pengobatan masuk kedalam sirkulasi umum. Bagaimanapun juga sekali obat ini melalui epidermis, akan sampai ke pembuluh darah kapiler dan mengisi jaringan subkutan dan absorpsinya masuk kedalam sirkulasi umum ini bukan tidak mungkin. Pada kenyataannya, absorpsi seperti itu biasanya terjadi sesudah pemakaian preparat tertentu secara topikal, seperti dibuktikan deteksi kadar obat dalam darah dan ekskresi obat atau hasil metabolitnya dalam urin. Untungnya kebanyakan bahan untuk pemakaian topikal jumlah diabsorbsi pada umumnya tidak cukup beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.Absorpsi PerkutanAbsorpsi bahan dari luar kulit ke posisi bawah kulit tercakup masuk ke dalam aliran darah, disebut sebagai absorpsi perkutan. Pada umunya, absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada preparat dermatologi seperti cairan, gel, salep, krim atau pasta tidak hanya bergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja, tapi juga pada sifat apabila dimasukkan ke dalam pembawa farmasetika dan pada kondisi dari kulit. Cukup dikenal bahwa walaupun pembawa farmasetika tidak dapat lebih jauh menembus kulit, atau membawa bahan obat melalui kulit, terhadap kadar dan tingkat penembus kulit, pembawa tidak mempengaruhi laju dan derajat penetrasi zat obat, dan derajat serta laju penetrasi variasi dengan berbedanya obat dan berbedanya pembawa. Oleh karena itu untuk absorpsi perkutan dan efektivitas teurapeutik, tiap kombinasi obat harus diuji secara sendiri-sendiri.KulitPada permukaan kulit ada lapisan dari bahan yang diemulsikan terdiri dari campuran kompleks dari cairan berlemak, keringat dan lapisan tanduk yang dapat terkelupas, yang terakhir dari lapisan sel epidermis yang tealah mati yang disebut lapisan tanduk atau stratum corneum dan letaknya langsung dibawah lapisan yang diemulsikan. Dibawah lapisan tanduk yang teratur terdapat lapisan penghalang epidermis yang hidup atau stratum germinativum, dan dermis atau kulit sesungguhnya. Pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut syaraf timbul dari jaringan lemak subkutan masuk ke dalam dermis dan sampai pada epidermis. Kelenjar keringat berada pada jaringan subkutan menghasilkan produknya dengan cara pembuluh keringat menemukan jalannya ke permukaan kulit. Kelenjar lemak dan folikel rambut yang berpangkal pada dermis dan lapisan subkutan juga menemukan jalannya ke permukaan dan nampak seperti pembuluh dan rambut berturut-turut.Penetrasi Kulit oleh ObatMungkin obat dapat berpenetrasi kulit yang utuh setelah pemakaian topikal melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat atau kelenjar lemak atau antara sel-sel dari selaput tanduk. Sebenarnya bahan obat yang dipakai mudah memasuki kulit yang rusak atau pecah-pecah, akan tetapi sesungguhnya penetrasi semacam itu bukan absorpsi perkutan yang benar.Apabila kulit utuh, maka cara utama untuk penetrasi obat umumnya melalui lapisan epidermis, lebih baik pada folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan terakhir lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung elemen anatomi ini. Selaput yang menutupi lapisan tanduk umumnya tidak terus-menerus dan sebenarnya tidak mempunyai daya tahan terhadap penetrasi. Karena susunan dari bermacam-macam selaput dengan proposi lemak dan keringat yang di produksi dan derajat daya lepasnya melalui pencucian serta penguapan keringat, selaput bukan penghalang yang sesungguhnya terhadap pemindahan obat selama tidak memiliki komposisi, ketebalan atau kelanjutan tertentu. Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung obat melalui stratum corneum, tebal lapisan datar mengeringkan sebagian demi sebagian jaringan mati yang membentuk permukaan kulit paling luar. Stratum corneum terdiri dari kurang lebih 40% protein (pada umumnya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa perimbangannya terutama sebagai trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Kandungan lemak dipekatkan dalam fase ekstraseluler stratum corneum dan sebegitu jauh akan membentuk membran mengelilingi sel. Komponen lemak dipandang sebagai faktor utama yang secara langsung bertanggung jawab terhadap rendahnya penetrasi obat melalui stratum corneum. Sekali molekul obat melalui stratum corneum kemudian dapat terus melalui jaringan epidermis yang lebih dalam dan masuk ke dermis apabila obat mencapai lapisan pembuluh kulit maka obat tersebut siap untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi umum. Stratum corneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semi permeable, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif. Jadi, jumlah obat yang pindah menyebrang lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat, kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya. Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum corneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit. Walaupun kulit telah dibagi secara histologi ke dalam stratum korneum, epidermis yang hidup, dan dermis secara bersama-sama dapat dianggap merupakan lapisan penghalang. Penetrasi lapisan ini dapat dengan cara difusi melalui :1. Penetrasi Transseluluer (menyebrangi sel)2. Penetrasi interseluluer ( antarsel)3. Penetrasi transappendagel. ( melalui folikel rambut, keringat, kelenjar lemak, dan perlengkapan pilo sebastian). (Ansel, 1989)Tampilan dan perasaan sediaan krimSifat fisika sediaan krim

Kedap cahaya, kental, tidak berlemak atau berlemak lemah, kebanyakan cenderung menguap atau diabsorpsi jika dioleskan pada kulit.Menunjukkan dua atau lebih transisi pada TGA mengindikasikan sekurang-kurangnya sistem 2 fasa, menunjukkan sifat aliran plastik.

Basis pada krim dan salep adalah sama, terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:A. Basis berminyak/hidrokarbon (oleagenous)Basis hidrokarbon juga dikenal sebagai basis berminyak, bebas air, inkoporasi air hanya dalam jumlah kecil dan dengan kondisi yang cukup sulit. Peran utama untuk basis ini meliputi efek emuliensa (melunakkan), dapat bertahan pada kulit untuk periode waktu yang cukup lama, mencegah penguapan kelengasan kelembaban dari kulit menuju atmosfer dan tidak mudah tercuci. Basis hidrokarbon berkerja pula sebagai pembalut oklusif sehingga meningkatkan hidrasi kulit dengan cara menurunkan kecepatan hilangnya air permukaan. Juga tidak mengering atau berubah pada proses penuaan. Basis hidrokarbon semisolida meliputi hidrokarbon cair C16 hingga C30 rantai lurus dan bercabang, terjerat dalam matriks kristal halus dari hidrokarbon solida berbobot molekul tinggi.

B. Basis absorpsi (absorption base)Basis absorpsi bersifat hidrofilik, material anhidrous atau basis hidrous (emulsi A/M) yang mempunyai kemampuan mengabsorpsi air tambahan. Dengan penambahan lanolin, lanolin isolat, kolesterol, lanosterol atau sterol terasetilasi membuat basis hidrokarbon menjadi hidrofil. Campuran hidrofil tersebut dikenal sebagai basis absorpsi, hanya saja kata absorpsi kurang tepat. Walaupun basis mengabsorpsi larutan air dianggap emulsi A/M, sebetulnya basis absorpsi tidak mengabsorpsi air pada saat berkontak, hanya sesudah cukup diagitasi basis absorpsi menjadi salap konvesional yang mengandung pengemulsi A/M dalam jumlah yang cukup besar.

C. Basis tercuci air (water removable base)Kelompok ini merupakan basis emulsi yang luas digunakan karena dapat tercuci dari kulit atau pakaian dengan air. Dapat mengandung komponen larut air atau tidak larut air. Dari sudut teurapeutik, basis tercuci air menunjukkan kemampuan mengabsorpsi buangan serum (serous) pada kondisi dermatologi.Basis tercuci air membentuk lapis tipis (film) semi permeabel pada lokasi aplikasi sesudah penguapan air. Dalam hal ini basis terdiri dari 3 bagian komponen; fasa minyak, pengemulsi, dan fasa air. Fasa minyak merupakan fasa internal, terdiri dari petrolatum atau liquid petrolatum. Komponen lain yang ditambahkan ke dalam fasa minyak, seperti setil dan stearil alkohol, membentuk fasa minyak secara menyeluruh.

D. Basis larut air (water soluble base)Basis ini hanya mengandung komponen larut air. Basis larut air diacu juga sebagai bebas lemak (minyak) karena tidak mengandung minyak (oleagenious). Inkoporasi larutan air sulit dilakukan karena sistem akan segera melunak dengan penambahan air, baik digunakan untuk bahan nonair maupun bahan padat. Mayoritas komponen basis terdiri dari polietilenglikol yang merupakan basis larut air. (Agoes, 2012)

Gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida dan memilikiaksi bakterisidal terhadap banyak bakteri aerob Gram - negatifdan terhadap beberapa strain stafilokokus .Mekanisme aksi. Aminoglikosida yang diambilke dalam sel bakteri sensitif oleh transpor aktifproses yang dihambat dalam anaerobik, asam ataulingkungan hiperosmolar. Dalam sel mereka mengikatmenjadi 30S, dan sampai batas tertentu menjadi 50S, subunitribosom bakteri, menghambat sintesis protein dankesalahan dalam transkripsi kode genetik. Cara di mana kematian sel yang disebabkan yang tidak dipahami kode genetik, dan mekanisme lain mungkin berkontribusi, termasuk efek pada permeabilitas membran.

Spektrum aktivitas. Organisme patogen berikut biasanya sensitif terhadap banyak strain dari bakteri Gram -negatif termasuk spesiesBrucella, Calymmatobacterium, Campylobacter, Citrobacter, Escherichia, Enterobacter, Francisella, Klebsiella, Proteus, Providencia, Pseudomonas, Serratia, Vibrio, dan Yersinia. Beberapa aktivitas telah dilaporkan terhadap isolat Neisseria, meskipun aminoglikosida jarang digunakan secara klinis dalam infeksi Neisserial. Di antara organisme Gram-positif banyak strain Staphylococcus aureus sangat sensitif terhadap gentamisin. Listeria monocytogenes dan beberapa strainStaph. epidermidis mungkin juga sensitif terhadap gentamisin,tapi enterococci dan streptokokus biasanya sensitif terhadap gentamisin. Beberapa actinomycetes dan mycoplasmas telah dilaporkan peka terhadap gentamisin, tetapi mycobacteria tidak peka pada konsentrasi klinis dicapai ; organisme anaerobik, ragi, dan jamur yang resisten.

Gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida yang digunakan, sering dengan antibakteri lain, untuk mengobati infeksi sistemik yang parah karena organisme Gram-negatif dan lainnya.

Gentamisin juga telah diterapkan topikal untuk infeksi kulitdalam konsentrasi 0,1%, tetapi penggunaan tersebut dapatmenyebabkan timbulnya resistensi dan dianggapdisarankan. Konsentrasi 0,3% digunakan dalam sediaanaplikasi topikal untuk mata dan telinga. (Sweetman, 2009;284)

Dosis pemakaian krim gentamisin sulfat yaitu 2 sampai 3 kali sehari, dioleskan. (Formularium Nasional, 1978; 135)Pada pembuatan sediaan krim ini dibuat krim dengan tipe emulsi M/A karena sediaan ini ditujukan ke pembuluh darah.

III. FORMULASI1. Bahan aktifZat AktifGentamisin Sulfat

Struktur(Martindale 36th, hal 282)

Rumus molekul(British Pharmacopoeia 2009, hal 2751)

Titik lebur

PemerianSerbuk; putih sampai kuning gading.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 266)

KelarutanMudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 266)

StabilitasAda 16% hilangnya potensi rata-rata gentamisin sulfat dari larutan yang mengandung 10 dan 40 mg / mL bila disimpan pada suhu 4 atau 25 dalam jarum suntik plastik sekali pakai selama 30 hari, dan endapan coklat yang terbentuk di beberapa kasus. Penyimpanan dalam gelas sekali pakai jarum suntik selama 30 hari menghasilkan 7% kehilangan potensi rata-rata, yang dianggap dapat diterima, namun penyimpanan lebih lama mengakibatkan dalam pembentukan endapan dalam beberapa kasus dan tidak dianjurkan.

Inkompabilitas Aminoglikosida yang aktif dalam vitrooleh berbagai penisilin dan sefalosporin melalui interaksi dengancincin beta - laktam , tingkat inaktivasi tergantung pada suhu ,konsentrasi , dan durasi kontak. perbedaanaminoglikosida bervariasi dalam stabilitas mereka , dengan amikasin rupanya yang paling tahan dan tobramycin paling rentan terhadap inaktivasi ; gentamisin dan netilmisin adalah stabilitas menengah.Beta laktam juga bervariasi dalam kemampuan mereka untuk menghasilkan inaktivasi,dengan ampisilin , benzilpenisilin , penisilin dan antipseudomonalseperti karbenisilin dan tikarsilin memproduksi inaktivasi ditandai .Inaktivasi juga telah dilaporkan dengan asam klavulanat .Gentamisin juga tidak sesuai dengan furosemid , heparin , sodiumbikarbonat ( pH asam larutan gentamisin mungkin membebaskankarbon dioksida ) , dan beberapa solusi untuk nutrisi parenteral .Interaksi dengan persiapan memiliki pH basa ( sepertisulfadiazin sodium ) , atau obat yang tidak stabil pada pH asam ( misalnya eritromisin garam ) , yang cukup dapat diharapkan .Mengingat potensi mereka untuk ketidakcocokan , gentamisin dan lainnya aminoglikosida harus umumnya tidak dicampur dengan obat lain dalam jarum suntik atau larutan infus atau diberikan melalui intravena yang samaline. Ketika aminoglikosida diberikan dengan betalaktam , mereka umumnya harus diberikan pada lokasi terpisah .

Keterangan lainAntibiotik

PenyimpananDalam wadah tertutup rapat.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 267)

Kadar penggunaan0.1%

2. Vaselin AlbumZat Vaselin Album

SinonimMerkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene; Snow White; Soft White; vaselinum flavum; yellow petrolatum; yellow petroleum jelly.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

Struktur

Rumus molekul

Titik lebur 3860 C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

PemerianMasa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir tidak berasa.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 633)

KelarutanPraktis tidak larut dalam aseton, etanol. Etanol (95%) panas atau dingin, gliserin, dan air ; larut dalam benzene, karbon disulfide, kloroform, eter, heksana, dan minyak atsiri.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

StabilitasPetrolatum merupakan bahan pada dasarnya stabil berkat tidak aktif sifat komponen hidrokarbon; sebagian besar masalah stabilitas terjadi karena adanya sejumlah kecil kotoran. padapaparan cahaya, kotoran ini dapat dioksidasi menjadi menghitamkan petrolatum dan menghasilkan bau yang tidak diinginkan. Luasnya oksidasi bervariasi tergantung pada sumber petrolatum dan tingkat perbaikan. Oksidasi dapat dihambat olehdimasukkannya antioksidan yang sesuai seperti butylated hydroxyanisole, hydroxytoluene butylated, atau alpha tocopherol.Petrolatum tidak boleh dipanaskan untuk waktu yang lama di atasSuhu yang diperlukan untuk mencapai fluiditas lengkap (sekitar70 C).

Inkompabilitas Merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur dengan banyak bahan.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

Keterangan lainEmolien, basis salep(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

PenyimpananHarus disimpan di wadah tertutup, terlindungi dari cahaya, dalam tempat sejuk dan kering.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

Kadar penggunaanEmolien krim topikal : 10-30%Emulsi topikal : 4- 25%Salep topikal : sampai 100%(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

3. Butylated Hydroxytoluene (BHT)Zat Butylated Hydroxytoluene

SinonimAgidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol; butylhydroxytoluene;butylhydroxytoluenum; Dalpac; dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-di-tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP;Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

Struktur(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

Rumus molekulC15H24O(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

Titik lebur 70C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

PemerianPutih atau kristal kuning pucat atau serbuk dengan karakteristik bau seperti fenol.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

KelarutanPraktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan alkali hidroksida dan larutan asam mineral. Larut dalam aseton, benzena, etanol 95% eter, metanol, toluena, minyak. Lebih larut daripada butil hidroksil anisol dalam minyak pada makanan dan lemak.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 76)

StabilitasMenguap, rentan terhadap cahaya dari panas menyebabkan perubahan warna dan aktifitasnya berkurang.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 76)

Inkompabilitas Tidak kompatible dengan antioksidan kuat seperti peroksida dan permanganat. Kontak dengan antioksida lain dapat menyebabkan pembakaran yang spontan. Garam besi menyebkan perubahan warna dan aktivitas.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 76)

Keterangan lainAntioxidant.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

PenyimpananWadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tempat sejuk dan kering.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 76)

Kadar penggunaanb-Carotene 0,01%Minyak nabati 0,01%Minyak atsiri dan agen pemberi rasa 0,02-0,5%Lemak dan minyak 0,02%Minyak ikan 0,01-0,1%Inhalasi 0,01%Suntikan IM 0.03%IV suntikan 0,0009-0,002%Formulasi topikal 0,0075-,1%Vitamin A : 10 mg per juta unit(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

4. Metil ParabenZat Metil Paraben

SinonimAseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)

Struktur

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 441)

Rumus molekulC8H8O3(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 441)

Titik lebur 125 128 C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 443)

PemerianSerbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 378)

KelarutanLarut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas.((Farmakope Indonesia Edisi III, hal 378)

StabilitasLarutan mengandung metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada 120 OC selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan air pada pH 8 atau lebih dapat terhidrolisis cepat (10% atau lebig setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 443)

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben lainnya adalah sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti Polisorbat 80 sebagai akibat dari micellization. Namun, propilenglikol (10%) berpotensi mengurangi aktivitas antimikroba dari paraben dengan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara Metil paraben dan polisorbat 80. Tidak kompatible dengan bahan lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin. Metil paraben berubah warna dengan adanya besi dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 443)

Keterangan lainPengawet antimikroba (Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 441)

PenyimpananWadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tempat sejuk dan kering. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 443)

Kadar penggunaanInjeksi IM, IV, SC : 0,065 0,25 %Larutan inhalasi : 0,025 0,07 %Injeksi intradermal : 0,10 %Larutan untuk hidung : 0,033 %Sediaan optalmik : 0,015 0,2 %Larutan oral dan suspensi : 0,015 0,2 %Sediaan rektal : 0,1 0,18 %Sediaan topikal : 0,02 0,3 %Sediaan vagina : 0,1 0,18%(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 442)

5. Propil ParabenZat Propil paraben

SinonimAseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propylester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform; propyl butex; Propyl Chemosept; propylis parahydroxybenzoas; propyl phydroxybenzoate; Propyl Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 569)

Struktur(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)

Rumus molekulC10H12O3(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)

Titik lebur 295 C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)

PemerianSerbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 535)

KelarutanAseton : mudah larutEtanol (95%) : 1:1,1Etanol (50%) : 1:5,6Eter : mudah larutGliserin : 1:250Minyak mineral : 1:3330Minyak kacang : 1:70Propilenglikol : 1: 3,9Propilenglikol 50% : 1:110Air 1: 4350 pada suhu 15 C, 1: 2500, 1: 225 pada 80 C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 597)

StabilitasLarutan propil paraben berair pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf, tanpa dekomposisi, sementara larutan pada pH 8 atau di atasnya akan terjadi hidrolisis yang cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari di suhu kamar).(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 597)

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba Propil paraben akan berkurang dengan adanya surfaktan nonionik sebagai akibat dari micellization. Propil paraben akan diserap oleh plastik, dengan jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik. Magnesium alumunium silikat, magnesium trisilikat, dan oksida besi kuning dan biru laut juga akan menyerap propil, sehingga mengurangi efektivitas pengawet. Propil paraben berubah warna dengan adanya besi dan akan terhidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 597)

Keterangan lainPengawet antimikroba(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)

PenyimpananWadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tempat sejuk dan kering.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)

Kadar penggunaanInjeksi IM, IV, SC : 0,005 0,2 %Larutan inhalasi : 0,015 %Injeksi intradermal : 0,02 0,26 %Larutan nasal : 0,017 %Sediaan optalmik : 0,005 0,01 %Larutan oral dan suspensi : 0,01 0,02 %Sediaan rektal : 0,02 0,1 %Sediaan topikal : 0,01 0,6 %Sediaan vagina : 0,02 0,1 %(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)

6. Paraffin LiquidumZat Paraffinum liquidum

SinonimAvatech; Drakeol; heavy mineral oil; heavy liquid petrolatum;liquid petrolatum; paraffin oil; paraffinum liquidum; Sirius; whitemineral oil.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 446)

Struktur

Rumus molekul

Titik lebur >360 C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 446)

PemerianCairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 474)

KelarutanPraktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 474)

StabilitasMinyak mineral mengalami oksidasi bila terkena panas dan cahaya. Oksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida, menunjukkan masa induksi. Dalam kondisi biasa, periode induksi dapat memakan waktu bulanan atau tahunan. stabilisator dapat ditambahkan untuk menghambat oksidasi, butylated hydroxyanisole, butylated hydroxytoluene dan alfa tocopherol adalah antioksidan yang paling umum digunakan. Minyak mineral dapat disterilkan dengan panas kering. Minyak mineral harus disimpan dalam wadah terrurup kedap, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 446)

Inkompabilitas Inkompatible dengan oksidator kuat.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 446)

Keterangan lainEmolien, pelarut(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 445)

PenyimpananDalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 475)

Kadar penggunaanSalep optalmik : 3,0 60,0%Sediaan otik : 0,5 3,0%Emulsi topikal : 1,0 32,0%Larutan topikal : 1,0 20,0%Salep topikal : 0,1 95,0%(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 446)

7. Cetostearyl AlcoholZat Cetostearyl Alcohol

SinonimStearil alkohol; setil stearil alkohol; Crodacol CS90; Lanette O; Speziol C16-18 Pharma; Tego Alkanol 1618; Tego Alkanol 6855.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

Struktur

Rumus molekul

Titik lebur 4956 C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

PemerianMassa putih atau warna krem, serpihan, pellet, atau granul. Mempunyai karakteristik aroma manis yang lemah. Pada pemanasan, cetostearil alcohol melebur menjadi cairan bebas bahan tersuspensi, jernih, tidak berwarna atau kuning pucat. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

KelarutanLarut dalam etanol (95%), eter dan minyak; praktis tidak larut dalam air.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

StabilitasCetostearil alkohol stabil di bawah kondisi normal penyimpanan. Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah tertutup baik, tempat sejuk dan kering. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

Inkompabilitas Inkompatibel dengan oksidator kuat dan garam logam.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

Keterangan lainEmolien, emulgator, peningkat viskositas (Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

PenyimpananDalam wadah tertutup baik, jauh dari oksidator kuat, di tempat sejuk dan kering. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

Kadar penggunaan25 %(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)

8. AquadestilataZat Aquadestilata

SinonimAqua; aqua purificata; hidrogen oksida.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)

Struktur

Rumus molekulH2O(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)

Titik lebur Titik didih : 100CTitik Beku : 0C(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)

PemerianCairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 96)

KelarutanLarut dengan sebagian besar pelarut polar.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)

StabilitasStabil pada semua keadaan fisik (padat, cair, gas)(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)

Inkompabilitas Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam adanya air atau uap air) pada lingkungan dan temperatur yang tinggi.Air dapat bereaksi dengan logam alkali, logam alkali dan oksida nya dengan cepat, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 768)

Keterangan lainPelarut(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)

PenyimpananAir untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang sesuai.(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)

Kadar penggunaan

IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIANNo.PermasalahanPenyelesaian

1Zat aktif ditujukan untuk penggunaan topikal Sediaan dibuat krim dan di tambahkan vaselinum album sebagai basis

2Vaselinum album merupakan basis krim yang mudah teroksidasi

Untuk mencegah teroksidasi, ditambahkan BHT sebagai antioksidan.

3Krim mengandung air tidak kurang dari 60%, sehingga merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroba.

Untuk menghambat pertumbuhan mikroba, ditambahkan campuran metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet.

4Sediaan dibuat krim tipe M/A

Digunakan aquadest sebagai pembawa

5.Krim ditujukan ke dalam pembuluh darahDigunakan basis tercuci air yaitu stearil alkohol.

6.Agar massa krim dapat mengembang dengan baik dan stabil.Digunakan mortir dan stamper yang panas (direndam dengan air panas).

V. PENDEKATAN FORMULANo.Nama BahanJumlahKegunaan

1Gentamisina Sulfat0,1%Bahan aktif

2Vaselinum album10%Basis

3Metil paraben0,6%Antimikroba

4Propil paraben0,3%Antimikroba

5BHT0,1%Antioksidan

6Paraffinum liquidum10%Emolien

7Cetostearyl Alcohol10%Emolien, emulgator

8Aquadest68,9 %Pembawa

VI. PENIMBANGANPenimbangan Dibuat sediaan 100 gram untuk 8 pot (@ 10 gram) = 80 gram

No.Nama BahanJumlah yang Ditimbang

1Gentamisin Sulfat0,1 gram

2Vaselinum album10 gram

3Metil paraben0,6 gram

4Propil paraben0,3 gram

5BHT0,1 gram

6Paraffinum liquidum10 gram

7Cetostearyl Alcohol10 gram

8Aquadest68,9 ml

VII. PROSEDUR PEMBUATAN1) Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.2) Dipanaskan mortir dan stamper dengan air panas, dengan cara menuangkan air panas ke dalam mortir dan merendam stamper diatas mortir.3) Ditimbang vaselinum album 10 gram, metil paraben 0,6 gram, propil paraben 0,3 gram, paraffinum liquidum 10 gram, cetostearil alkohol 10 gram dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian dicampurkan ke dalam beaker glass I (fase minyak). Dilebur diatas hotplate sampai homogen dan mencapai suhu 70 C dengan cara mengukur dengan termometer.4) Diukur aquadest sebanyak 68,9 ml dengan gelas ukur, dimasukan ke dalam beaker glass II (fase air). Dipanaskan diatas hotplate hingga mencapai suhu 70 C dengan cara mengukur dengan termometer.5) Pada keadaan suhu yang sama, dimasukkan fase air ke dalam mortir dan kemudian fase minyak ke dalam mortir yang telah dipanaskan secara bersamaan. Kemudian, digerus kuat sampai terbentuk massa krim.6) Ditimbang Gentamisin Sulfat 0,1 gram, dan BHT 0,1 gram dengan timbangan analitik. Masukan kedalam motir, digerus hingga homogen.7) Ditimbang pot krim kosong beserta tutupnya diatas timbangan analitik, dan dicatat beratnya.8) Dimasukkan krim ke dalam pot krim dengan berat @ 10 gram.

VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAANNoJenis evaluasiPrinsip evaluasiJumlah sampelHasil pengamatanSyarat

1

OrganoleptikPemeriksaan meliputi pengamatan warna, bau, dan struktur sediaan. 3 potWarna : PutihBau : Bau khas krimStuktur : BaikTidak terjadi perubahan warna, tidak berbau tengik, dan struktur harus merata.

2

Uji homogenitasPemeriksaan dengan mengoleskan diatas kaca arloji3 potHomogenTidak ada butiran zat aktif yang belum terdispersi.

3Uji pHPemeriksaan pH dengan kertas indikator pH3 pot pH 6-7HHHHHDalam setiap sediaan tidak ada perbedaan pH yang terlalu jauh.

4.Uji isi minimumDitimbang pot krim yang kosong beserta tutupnya dan kemudian ditimbang pot krim yang terdapat isi dan kemudian ditimbang.7 potPot 1 : 9,909 gPot 2 : 9,937 gPot 3 : 9,9961 gPot 4 : 9,986 gPot 5 : 9,948 gPot 6 : 9,934 gPot 7 : 9,889 gIsi sediaan tidak boleh < 95% dari yang tertera di etiket.

5.

Tipe EmulsiSediaan diuji dengan 3 cara yang berbeda yaitu dengan menambahkan metilen blue, air, dan minyak3 potM/A

IX. PEMBAHASAN

Pada laporan praktikum ini telah dibuat sediaan topikal krim gentamisin sulfat 0,1%. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%). (Syamsyuni, 2006; 74)Gentamisin sulfat dalam pembuatan krim ini berfungsi sebagai bahan aktif. Gentamisin adalah antibiotik aminogikosida yang digunakan, sering dengan antibakteri lain, untuk mengobati infeksi sistemik yang parah karena organisme Gram-negatif dan lainnya.Dosis yang dianjurkan untuk digunakan dalam pembuatan krim gentamisim ini adalah 0,1%, maka pada pembuatan krim ini dibuat sediaan dengan dosis 0,1%. Dengan cara pemakaian 2-3 kali sehari, dioleskan.Tipe krim yang dijadikan formula pada sediaan krim gentamisin sulfat ini adalah krim tipe minyak dalam air (M/A, O/W). tipe krim ini lebih disenangi karena pada penggunaannya tampak tidak berbekas, dapat dicuci dengan air, dan non-oklusif.Krim terdiri atas dua fase terpisah yaitu air dan minyak, sehingga diperlukan penambahan suatu emulgator yang dapat menyatukan kedua fase yang tidak saling bercampur tersebut menjadi emulsi yang homogen dan stabil. Pada formulasi krim gentamisin sulfat menggunakan emulgator yaitu cetostearil alkohol.Untuk mencegah tumbuhnya mikroba pada sediaan, maka digunakan kombinasi pengawet yaitu Metil paraben 0,6% dan Propilparaben 0,3%. Oksidasi dicegah atau dihambat dengan penambahan antioksidan Butylated Hidroksi Toluen sebanyak 0,1%.Pada pembuatan krim, yang perlu diperhatikan adalah proses pencampuran meliputi suhu dan waktu. Pencampuran kedua fase harus benar-benar pada suhu yang sama dan dalam waktu bersamaan. Kecepatan pengadukan harus konstan, stabil, dan seksama. Pencampuran berlangsung terus hingga campuran mengalami pendinginan dengan sendirinya hingga sekitar 25 C dan berubah konsistensinya menjadi massa krim setengah padat. Sebelum dibuat sediaan krim skala besar, dilakukan optimasi terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengamati ketepatan formulasi krim agar membentuk massa krim yang homogen dan stabil. Proses pembuatan krim optimasi sama dengan pembuatan krim utama, hanya jumlah optimasi dibuat sebanyak 30 g.. Pengamatan dilakukan selama 10-15 menit. Hasil optimasi krim yang baik adalah tetap stabil, homogen dan tidak memisah. Sedangkan bila terjadi sebaliknya, maka perlu dilakukan re-formulasi atau penyusunan ulang formulasi emulsi hingga diperoleh sediaan yang diinginkan. Selain itu diuji juga kehalusan partikel krim dengan cara mengoleskan krim optimasi di bagian kulit tangan.Sebelum pembuatan krim ini dilakukan optimasi dengan formulasi I tetapi sediaan krimnya menjadi terpisah dan tidak stabil setelah dingin. Berikut ini formulasi tersebut :No.Nama BahanJumlahKegunaan

1Gentamisina Sulfat0,1%Bahan aktif

2Vaselinum album10%Basis

3Metil paraben0,6%Antimikroba

4Propil paraben0,3%Antimikroba

5BHT0,1%Antioksidan

6Paraffinum liquidum10%Emolien

7Asam Stearat3%Emolien, emulgator

8Cetostearyl Alcohol3%Emolien, emulgator

9Propilen Glikol 15%Emolien

10Aquadest60 %Pembawa

Kemudian, Propilen glikol dan asam stearat tidak digunakan, karena ketika dilakukan optimasi sediaan menjadi stabil, homogen dan dapat tercucikan. Sehingga didapatkan formulasi :No.Nama BahanJumlahKegunaan

1Gentamisina Sulfat0,1%Bahan aktif

2Vaselinum album10%Basis

3Metil paraben0,6%Antimikroba

4Propil paraben0,3%Antimikroba

5BHT0,1%Antioksidan

6Paraffinum liquidum10%Emolien

7Cetostearyl Alcohol10%Emolien, emulgator

8Aquadest68,9 %Pembawa

Setelah itu dapat dibuat skala besar yaitu sebanyak 100 gram. Kemudian, dilanjutkan dengan evaluasi dengan didiamkan selama 7 hari. Berikut ini adalah jenis evaluasi yang dilakukan :1. Evaluasi organoleptikSetelah didiamkan selama 7 hari dalam suhu ruangan, sediaan krim diperiksa meliputi pengamatan warna, bau, dan struktur sediaan. Untuk evaluasi ini disiapkan 3 pot sediaan untuk di uji. Hasil evaluasinya yaitu warna putih, bau khas krim, dan strukturnya baik. Syarat untuk lulus evaluasi sediaan ini yaitu tidak terjadi perubahan warna, tidak berbau tengik, dan struktur harus merata.2. Evaluasi pHMasing-masing sediaan krim di periksa pHnya dengan indikator kertas pH. Untuk evaluasi sediaan ini disiapkan 3 pot untuk diuji. Dan didapatkan pH setiap pot-nya yaitu antara 6-7.

3. Evaluasi HomogenitasMasing-masing sediaan krim dilakukan pemeriksaan dengan cara mengoleskan krim diatas kaca arloji. Untuk evaluasi sediaan ini disiapkan 3 pot untuk diuji. Dan didapatkan hasil yaitu di setiap pot tidak ditemukan butiran zat aktif yang belum terdispersi, sehingga bisa disebut bahwa setiap sediaannya homogen.

4. Evaluasi Isi MinimumPada evaluasi ini pot sediaan ditimbang diatas timbangan analitik beserta volume dan tutupnya. Pada sebelum pengisian sediaan krim, pot kosong sudah ditimbang terlebih dahulu agar memudahkan perhitungan. Hati-hati jangan sampai tutup pot tertukar satu sama lain ketika penimbangan. Ketika evaluasi ini semua sediaan lulus uji karena berat sediaan tidak < 95% dari yang tercantum di etiket.

7. Evaluasi Tipe EmulsiPada evaluasi ini, dilakukan dengan 3 cara yg berbeda yaitu dengan menambahkan air, minyak, metilen blue. Sediaan ditaruh di kaca alorji dan diberikan beberapa tetes metilen blue/air/minyak. Jika metilen blue/air larut dalam sediaan menunjukkan bahwa sediaan adalah emulsi tipe o/w. Dari evaluasi ini dapat menunjukkan bahwa sediaan emulsi tipe o/w, karena metilen blue/air dapat bercampur dengan sediaan. Sedangkan jika ada fase terpisah berarti sediaan emulsi tipe w/o. Dan pada saat sebelum dilakukan evaluasi sediaan bertipe emulsi o/w, sehingga sediaan tidak terjadi inversi fase.

X. KESIMPULANFormulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.No.Nama BahanJumlahKegunaan

1Gentamisina Sulfat0,1%Bahan aktif

2Vaselinum album10%Basis

3Metil paraben0,6%Antimikroba

4Propil paraben0,3%Antimikroba

5BHT0,1%Antioksidan

6Paraffinum liquidum10%Emolien

7Cetostearyl Alcohol10%Emolien, emulgator

8Aquadest68,9 %Pembawa

XI. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional edisi II, Jakarta: Departemen Kesehatan.Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London : Pharmaceutical Press. Syamsuni, A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGCAnsel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Jakarta . UI Press.Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7). Bandung. Penerbit ITBSweetman, S.C., 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36. Pharmaceutical Press : London Chicago.