BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pindah silang atau crossing over merupakan suatu proses yang menyebabkan bagian dari kromosom homolog saling bertukar, menghasilkan rekombinansi baru gen-gen pada kromosom yang sama. Pindah silang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, temperatur, jarak ke sentromer, dan lain-lain. Faktor- faktor tersebut akan berpengaruh pada laju pindah silang. Pindah silang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang biasanya terjadi pada setiap proses gametogenesis pada kebanyakan mahkluk, misalnya pada tumbuhan, hewan dan manusia. Pada umumya pindah silang terjadi pada kromatid-kromatid tengah, yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid yang lain (Suryo, 2008). Praktikum kali ini akan diadakan peragaan suatu proses imitasi terjadinya pindah silang dimana strand dibentuk dengan menggunakan malam atau lilin lembek. Lilin lembek atau malam digunakan sebagai imitasi dari segmen-segmen kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog beserta sentromernya. Berdasarkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pindah silang atau crossing over merupakan suatu proses
yang menyebabkan bagian dari kromosom homolog saling
bertukar, menghasilkan rekombinansi baru gen-gen pada
kromosom yang sama. Pindah silang ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, temperatur, jarak ke
sentromer, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan
berpengaruh pada laju pindah silang. Pindah silang terjadi pada
saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah
silang biasanya terjadi pada setiap proses gametogenesis pada
kebanyakan mahkluk, misalnya pada tumbuhan, hewan dan
manusia. Pada umumya pindah silang terjadi pada kromatid-
kromatid tengah, yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad
kromatid. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya pindah
silang pada kromatid yang lain (Suryo, 2008).
Praktikum kali ini akan diadakan peragaan suatu proses
imitasi terjadinya pindah silang dimana strand dibentuk dengan
menggunakan malam atau lilin lembek. Lilin lembek atau malam
digunakan sebagai imitasi dari segmen-segmen kromatid bukan
saudara dari sepasang kromosom homolog beserta
sentromernya. Berdasarkan praktikum ini kita akan dapat
mengetahui proses pindah silang atau penukaran segmen dari
kromatid-kromatid dengan cara yang sederhana, mudah
dilakukan dan mudah dipahami.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum pindah silang ini adalah
bagaimana cara menirukan imitasi tentang terjadinya pindah
silang serta bagaimana cara mengetahui persen rekombinan
yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum pindah silang ini adalah untuk
mengetahui cara menirukan secara imitasi tentang terjadinya
pindah silang dan mengetahui perhitungan persen rekombinan
yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromosom
Kromosom adalah kromatin yang merapat, memendek dan
membesar pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti sel
(nucleus), sehingga bagian–bagiannya dapat terlihat dengan
jelas di bawah mikroskop biasa. Kromosom berasal dari kata
chroma = berwarna, dan soma = badan. Terdapat di dalam
plasma nucleus, berupa benda–benda berbentuk lurus seperti
batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok, terdiri dari
bahan yang mudah mengikat zat warna. Kromosom terdiri dari 2
(dua) bagian, yaitu :
1. Sentromer, disebut juga kinetochore, merupakan bagian
kepala kromosom. Sentromer berfungsi sebagai tempat
berpegangan benang plasma dari gelendong inti (spindle)
pada stadium anafase. Sentromer tidak mengandung
kromonema dan gen.
2. Lengan, ialah badan kromosom sendiri. Mengandung
kromonema dan gen. Lengan kromosom memiliki 3 daerah,
yaitu :
a. Selaput, ialah lapisan tipis yang menyelimuti badan
kromosom
b. Kandung/matrix, mengisi seluruh lengan, terdiri dari cairan
bening.
c. Kromonema, ialah benang halus berpilin–pilin yang
terendam dalam kandung, dan berasal dari kromonema
kromatin sendiri. Di dalam kromonema terdapat kromomer
(pada manusia tidak jelas) (Elvita, 2008).
Kromosom merupakan pembawa bahan keturunan. Pada
makhluk tingkat tinggi, sel somatis mengandung satu stel
kromosom yang diterimanya dari kedua induk. Kromosom-
kromosom yang berasal dari induk betina bentuknya serupa
dengan yang berasal dari induk jantan. Maka sepasang
kromosom tersebut dinamakan kromosom homolog. Karena itu
jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n). Sel
kelamin (gamet) hanya mengandung separuh dari jumlah
kromosom yang terdapat didalam sel somatis, karena itu jumlah
kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n) (Suryo, 2008).
Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom tubuh) dan
kromosom kelamin (kromosom seks). Kecuali beberapa hewan
tertentu, maka kebanyakan makhluk memiliki sepasang
kromosom kelamin dan sisanya autosom. Manusia memiliki 46
kromosom, terdiri dari 44 autosom dan 2 kromosom kelamin
(Suryo, 2008).
2.2 Gen
Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Besarnya
diperkirakan 4-50 m. Gen menumbuhkan serta mengatur
berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik maupun psikis.
Gen sebagai faktor keturunan tersimpan di dalam kromosom,
yaitu di dalam manik–manik yang disebut kromomer atau
nukleusom dari kromonema. Gen terdiri dari DNA yang diselaputi
dan diikat oleh protein. Jadi secara kimia dapat disebut bahwa
bahan genetis itu adalah DNA (Elvita, 2008).
2.3 ADN
Kromosom tersusun atas nucleoprotein, yaitu
persenyawaan antara asam nukleat (asam organik yang banyak
terdapat didalam inti sel) dan protein seperti histon dan atau
protamin. Yang membawa keterangan genetik hanyalah asam
nukleat saja. Asam nukleat dibedakan atas ADN dan ARN (Suryo,
2008).
Asam deoksiribonukleat atau disingkat ADN merupakan
persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup,
yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari
makhluk dalam keseluruhannya dari makhluk dalam
keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Semua makhluk hidup kecuali beberapa virus memiliki ADN. Di
dalam sel, bagian terbesar dari ADN terdapat didalam nukleus,
terutama dalam kromosom (Suryo, 2008).
DNA atau Deoxyribonucleic Acid terbentuk dari empat tipe
nukleotida, yang berikatan secara kovalen membentuk rantai
polinukleotida (rantai DNA atau benang DNA) dengan tulang
punggung gula-fosfat tempat melekatnya basa-basa. Dua rantai
polinukleotida saling berikatan melalui ikatan hydrogen antara
basa-basa nitrogen dari rantai yang berbeda. Struktur DNA terdiri
dari :
1. Gula pentosa, yang dikenal deoksiribosa
2. Asam fosfat
3. Basa nitrogen, yang dapat dibedakan atas dua tipe dasar:
a. Pirimidin, basa ini dibedakan lagi atas Sitosin (S) dan Timin
(T)
b. Purin, basa ini dibedakan lagi atas Adenin (A) dan Guanin
(G)
Molekul ADN merupakan sebuah polimer panjang dari nukleotida,
yang dinamakan polinukleotida. Gugus fosfat yang terikat pada
5’- c dari gula berhubungan dengan 3’- c dari gula milik
nukleotida berikutnya. Begitu seterusnya, hingga terdapat seri
tulang punggung gula-fosfat yang terbentuk (Suryo, 2008).
Molekul DNA membawa informasi hereditas dari sel dan
komponen protein (molekul-molekul histon) dari kromosom
mempunyai fungsi penting dalam pengemasan dan pengontrolan
molekul DNA yang sangat panjang sehingga dapat dimuat di
dalam nucleus dan mudah diakses ketika dibutuhkan. Selama
reproduksi, jumlah kromosom yang haploid dan material genetik
DNA hanya separuh dari masing-masing parental, dan disebut
sebagai genom (Fatchiyah, 2006).
2.4 PINDAH SILANG
Yang dimaksud dengan pindah silang (bahasa Inggris:
“crossing over”) ialah proses penukaran segmen dari
kromatid-kromatid bukan kakak beradik (bahasa Inggris:
“nonsister chromatids”) dari sepasang kromosom homolog
(Gambar X- 6).
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap
gametogenese pada kebanyakan makhluk, seperti tumbuh-
tumbuhan, hewan dan manusia. Pindah silang terjadi ketika
meiose I (akhir profase I atau permulaan metafase I), yaitu pada
saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromotid.
Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu
pada anafase I), kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat
dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat
pada kromatid sebelahnya secara timbal balik. Berhubung
dengan itu gen-gen yang terletak pada bagian yang pindah itu
akan berpindah pula tempatnya ke kromatid sebelah.
Pindah silang dibedakan atas:
1. Pindah silang tunggal, ialah pindah silang yang terjadi pada
satu tempat.
Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4
macam gamet. Dua macam gamet memiliki gen-gen yang
sama dengan gen-gen yang dimiliki induk (parental), maka
dinamakan gamet-gamet tipe parental. Dua gamet lainnya
merupakan gamet-gamet baru, yang terjadi sebagai akibat
adanya pindah silang. Gamet-gamet ini dinamakan gamet-
gamet tipe rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental
dibentuk jauh lebih banyak dibandingkan dengan gamet-
gamet tipe rekombinasi.
Gambar X- 6. Terjadinya pindah silang tunggal dan gamet-gamet
yang dihasilkan.
2. Pindah silang ganda, ialah pindah silang yang terjadi pada
dua tempat. Jika pindah silang ganda (dalam bahasa Inggris:
“double crossing over”) berlangsung diantara dua buah gen
yang terangkai, maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak
akan nampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang
dibentuk hanya dari tipe parental saja atau dari tipe
rekombinasi saja atau dari tipe parental dan tipe rekombinasi
akibat pindah silang tunggal
(Gambar X- 7).
Akan tetapi andaikata diantara gen A dan B masih ada
gen ketiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang
ganda antara gen A dan B akan nampak (Gambar X- 8).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pindah silang
Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Temperatur. Temperatur yang melebihi atau kurang dari
temperatur biasa dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
pindah silang.
Gambar X- 7. Akibat dari berbagai macam pindah silang ganda antara
gen A dan B.
Jika diperhatikan macam-macamnya gamet, maka terjadinya pindah
silang ganda tidak nampak.
Gambar X- 8. Pindah silang ganda yang terjadi pada 3 buah gen
yang terangkai, yaitu gen A,B dan C.
2. Umur. Makn tua suatu individu, makin kurang mengalami
pindah silang.
3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah
silang.
4. Penyinaran dengan sinar-X dapat memperbesar
kemungkinan pindah silang.
5. Jarak antara gen-gen yang terangkai. Makin jauh letak
satu gen dengan gen lainnya, makin besar kemungkinan
terjadinya pindah silang.
6. Jenis kelamin. Pada umumnya pindah silang dijumpai pada
makhluk betina maupun jantan. Namun demikian ada
perkecualian, yaitu pada ulat sutera (Bombix mori) yang
betina tidak pernah terjadi pindah silang, demikian pula pada
lalat Drosophila yang jantan. Yang terakhir ini dibuktikan oleh
T.H. Morgan dan C.B. Bridges sebagai berikut:
+ = gen dominan untuk mata merah (normal)
P = gen resesip untuk mata ungu (jenis mutan)
+ = gen dominan untuk sayap panjang (normal)
v = gen resesip untuk sayap kisut (jenis mutan)
Gen-gen tersebut terangkai pada autosom. Simbol +
merupakan pengganti dari huruf besar.
Waktu lalat jantan mata merah sayap normal homozigotik
dikawinkan dengan lalat betina mata ungu sayap kisut,
didapatkan lalat-lalat F1 yang semuanya normal (mata merah
sayap normal). Kemudian dilakukan dua macam ujisilang
(testcross) pada lalat F1 dihibrid ini (Gambar X-9), yaitu:
1. Lalat F1 betina dikawinkan dengan lalat jantan yang dobel
resesip (mata ungu sayap kisut). Ujisilang ini menghasilkan
lalat-lalat F2 sebagai berikut:
382 lalat bermata merah, sayap normal
16 lalat bermata merah, sayap kisut
22 lalat bermata ungu, sayap normal
353 lalat bermata ungu, sayap kisut
2. Lalat F1 jantan dikhawatirkan dengan lalat betina yang dobel
resesip (mata ungu sayap kisut). Ujisilang ini ternyata hanya
menghasilkan dua macam lalat-lalat F2, yaitu:
74 lalat bermata merah, sayap normal
72 lalat bermata ungu, sayap kisut
Perbedaan pada keturunan F2 dari kedua macam uji silang
tadi menunjukkan bahwa pada lalat betina terjadi pindah silang,
sehingga didapatkan perbandingan n:1:1:n (sebab gen-gen pada
dihibrid terangkai dalam susunan sis, yaitu ++¿pv
¿), sedangkan
pada lalat jantan tidak terjadi pindah silang.
Gambar X- 9. Percobaan Morgan dan Bridges pada lalat Drosophila
melanogaster, yang membuktikan tidak adanya pindah silang pada
lalat jantan. Jika pada ujisilang digunakan lalat dihibrid yang jantan,
hanya dihasilkan 2 macam kelas fenotip saja yang mirip lalat-lalat tipe
parental. Jika digunakan lalat dihibrid yang betina, dihasilkan lalat-lalat
tipe parental dan tipe rekombinasi.
Nilai (persentase) pindah silang
Telah diketahui bahwa dengan adanya peristiwa pindah
silang, dalam keturunan dibedakan tipe parental (tipe orang tua)
dan tipe rekombinasi (tipe kombinasi baru). Adapun yang
dimaksud dengan nilai pindah silang (nps) ialah angka yang
menunjukkan besarnya persentase kombinasi baru yang
dihasilkan akibat terjadinya pindah silang.
Nps = jumlahtipe rekombinasijumlah seluruh individu
x 100%
Nps pada contoh di muka = 16 x22773
x 100% = 4,90%
Ini berarti bahwa kekuatan pindah silang antara gen-gen
yang terangkai itu ialah 4,90%. Tipe parental banyaknya 100% -
4,90% = 95,10%.
Tentunya nilai pindah silang tidak akan melebihi 50%,
biasanya bahkan kurang dari 50%, karena:
a.) hanya dua dari empat kromatid saja ikut mengambil bagian
pada peristiwa pindah silang
b.) pindah silang ganda akan mengurangi banyaknya tipe
rekombinasi yang dihasilkan.
PETA KROMOSOM
Yang dimaksud dengan peta kromosom ialah gambar
skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis
lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada
kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasanya dianggap
sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka nol). Pada lokus
setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara
gen itu dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan
yang lain (Gambar X- 10). Jarak itu diberi ukuran unit dan 1 unit
= 1% pindah silang.
Misalnya pada lokus gen p tertulis angka 6,2. Ini berarti
bahwa jarak antara sentromer ke gen p ialah 6,2 unit. Pada lokus
gen q tertulis
Gambar X- 10. Contoh peta kromosom
angka 10, berarti bahwa jarak antara sentromer dengan gen q
ialah 10 unit. Dengan sendirinya dapat diketahui jarak antara
gen p dan q, ialah 10 - 6,2 = 3,8 unit.
Jarak antara gen p dan gen q disebut jarak peta. Peta
kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer dinamakan peta
relatip.
Gambar diatas memperlihatkan peta relatip. Jarak antara
gen r - s = 4,7 unit; s - t = 8,5 unit; r - t = 13,2 unit.
Sekarang sudah dapat dibuat peta kromosom (walaupun
belum lengkap) dari lalat Drosophila (Gambar X- 11), tanaman
tertentu (seperti jagung), hewan ternak dan manusia.
Saat dimulainya pembuatan peta kromosom dilakukan
pada tahun 1920 oleh para ahli genetika Drosophila seperti T.H.
Morgan, C.B. Bridges dan A.H. Sturtevant.
Membuat peta kromosom dengan gen rangkap tiga
Di muka telah diketahui bahwa dengan menggunakan dua
gen yang terangkai, adanya pindah silang ganda tidak dapat
diketahui dari keturunan hasil ujisilang. Berhubung dengan itu
untuk membuat peta kromosom seyogyanya kita menggunakan
gen rangkap tiga diwaktu dilakukan ujisilang (dalam bahasa
Inggris: “Three-point cross”).
Contohnya sebagai berikut:
Mula-mula kita mengawinkan lalat Drosophila betina
homozigotik untuk gen-gen resesip cu (sayap berkeluk), sr
(tubuh bergaris) dan e (tubuh hitam) dengan lalat jantan tipe liar
(normal) homozigotik, yaitu Cu (sayap lurus), Sr (tubuh tak
bergaris) dan E (tubuh kelabu).
Gen-gen tersebut terdapat pada kromosom no.III. Lalat-
lalat betina F1 (yang berbentuk trihibrid) kemudian diujisilang
dengan lalat jantan yang sama sekali resesip, yaitu sayap
berkeluk, tubuh bergaris, tubuh hitam. Hasilnya berupa lalat-lalat
F2 yang dapat dilihat pada Gambar X- 12.
Setelah kita mendapatkan lalat-lalat F2 sebagai hasil
ujisilang itu,
Gambar X- 11. Peta kromosom dari lalat Drosophila. Tidak semua gen
dicantumkan pada peta itu. Huruf singkatan adalah nama gen. Lokasi
gen tertera dengan angka-angka di sebelah kiri.
kita mengambil langkah sebagai berikut:
1). Tetapkan genotip-genotip parental dengan jalan:
a). jika mungkin mengadakan rekontruksi perkawinan lalat-
lalat parental
b). memperhatikan kelas fenotip yang paling banyak dalam
keturunan itu. Akan tetapi cara ini tidak cermat untuk
Gambar X- 12. Ujisilang pada lalat Drosophila dengan gen rangkap
tiga. Cara ini merupakan dasar untuk pembuatan peta kromosom.
menetapkan genotip-genotip parental. Hanya berguna
apabila data tentang parentalnya tidak diketahui.
2). Tetapkanlah tipe-tipe rekombinasi yang dihasilkan oleh
adanya pindah silang ganda. Tipe- tipe ini ditandai oleh kelas-
kelas fenotip yang paling sedikit.
Kemudian kita tetapkan urutan letak gen yang sebenarnya,
dengan membandingkan genotip tipe-tipe parental dengan
genotip tipe-tipe rekombinasi hasil pindah silang ganda. Tentu
ada satu gen yang berbeda dan gen inilah yang sebenarnya
terletak di tengah. Pada contoh ini, Cu Sr E dan cu sr e
merupakan tipe-tipe parental. Tipe-tipe rekombinasi hasil pindah
silang ganda adalah Cu sr E dan cu Sr e. Disini nampak bahwa
letak gen sr pada tipe rekombinasi berbeda dengan pada tipe
parental. Berhubung dengan itu gen sr letaknya di tengah, yaitu
diantara gen cu dan e. Urutan letak gen yang benar ialah cu sr e
atau e sr cu. Pada contoh ini kebetulan urutan letak gen itu
sudah benar.
3). Setelah urutan letak gen yang sebenarnya diketahui, maka
dicari jarak peta antara gen-gen tersebut.
Pindah silang (disingkat: Ps) antara gen cu dan sr
menghasilkan kelas fenotip 3,4,7 dan 8. Jumlah tipe
rekombinasi dari kelas-kelas ini ialah 107 + 97 + 1 + 2 = 207.
Karena itu Ps antara cu dan sr = 207/1926 = 10,75%.
Ps antara gen sr dan e menghasilkan kelas fenotip 5,6,7
dan 8. Jumlah tipe rekombinasi dari kelas-kelas ini ialah 86 +
94 + 1 + 2 = 183. Karena itu Ps antara sr dan e = 183/1926 =
9,50%.
Jadi : jarak antara gen cu – sr = 10,75 unit
jarak antara gen sr – e = 9,50 unit
4). Gambar peta kromosom relatip adalah sebagai berikut:
Kita tidak melukiskan letak gen-gen itu sesungguhnya, karena
tidak disebutkan tentang letak titik 0 (sentromer), sehingga jarak
salah satu gen itu dari sentromer pun tidak diketahui. Untuk
mendapatkan letak titik 0 diperlukan percobaan dengan ribuan
macam perkawinan.
Penggunaan gen rangkap tiga ini hanya akan bermanfaat
apabila letak gen satu dengan lainnya yang terangkai tidak
terlalu dekat, sehingga masih dimungkinkan berlangsungnya
pindah silang ganda. Para ahli genetika Drosophila telah
menetapkan bahwa batas minimum itu adalah 10 unit. Jadi
apabila jarak antara satu gen dengan lainnya kurang dari 10 unit,
maka tidak akan terjadi pindah silang ganda.
Koinsidens dan interferensi
Terjadinya pindah silang antara segmen-segmen dari
kromosom tertentu kebanyakan merupakan fenomena secara
kebetulan saja, tetapi distribusinya tidak acak-acakan.
Berdasarkan hukum kemungkinan, maka terjadinya dua pindah
silang secara simultan sama dengan hasil perkalian dari
besarnya kemungkinan untuk tiap pindah silang yang
berlangsung secara terpisah di dua tempat itu. H.J. Muller dalam
tahun 1916 membuktikan bahwa pindah silang ganda yang
sebenarnya adalah kurang frekuensinya dibandingkan dengan
yang diharapkan berdasarkan perhitungan distribusi acak-
acakan. Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang
terjadi pada suatu tempat tentu menghambat terjadinya pindah
silang lainnya yang berdekatan. Inilah yang dinamakan
interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi, terlebih
dahulu harus dicari koefisien koinsidens (disingkat KK), yaitu
perbandingan antara banyaknya pindah silang ganda yang
sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda yang
diharapkan.
Singkatnya:
KK = banyaknya pindahsilang ganda yang sesungguhnyabanyaknya pindah silang ganda yangdiharapkan
Koefisien interferensi (disingkat KI) = 1 – KK
Jadi apabila terdapat interferensi lengkap, tidak akan
menghasilkan pindah silang ganda, dan koinsidens dengan nol.
Sebaliknya, apabila tidak terjadi interferensi, maka KK = 1.
Pada contoh di muka (Gambar X- 12) maka:
- pindah silang ganda yang sesungguhnya = 1+21926
= 0,0016
- pindah silang ganda yang diharapkan = 0,1075 x 0,095 =
0,0102
KK = 0.00160,0102
= 0,16
KI = 1 – 0,16 = 0,84
Ini berarti bahwa pindah silang ganda yang terjadi itu
hanya 16% saja dari pindah silang ganda yang diharapkan.
Interferensi akan kecil apabila gen-gen yang bersangkutan
letaknya saling berjauhan. Apabila KK melebihi 1, maka
interferensi menjadi negatip.
Contoh lain:
Pada tanaman jagung (Zea mays) dikenal gen-gen yang
terangkai, misalnya:
+ (atau Bm) = gen yang menyebabkan tulang daun berwarna
hijau (normal)
bm = gen yang menyebabkan tulang daun coklat (mengandung
zat antosian)
+ (atau Pr) = gen yang menyebabkan biji berwarna kuning
(normal)
pr = gen yang menyebabkan biji berwarna merah
+ (atau V) = gen yang menyebabkan daun berwarna hijau
(normal)
v = gen yang menyebabkan daun berwarna hijau pucat
Ujisilang dari tanaman trihibrid (♀+++¿bm pr v
¿ X ♂ bm pr vbm pr v
)
menghasilkan keturunan sebagai berikut:
+ pr v . . . . . . . . . 57 tanaman bm + v . . . . . . . . . 2
tanaman
bm pr v . . . . . . .434 tanaman + + v . . . . . . . . . . 1