Top Banner
KELOMPOK 2 Khalifatisifa Ramadhani Mazidah Qurrotu Aini Miftahuzakiyyah Selly Octavani
32

Genetika penentuan jenis kelamin

Jul 14, 2015

Download

Education

Mazidah Aini
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Genetika penentuan jenis kelamin

KELOMPOK 2

Khalifatisifa Ramadhani

Mazidah Qurrotu Aini

Miftahuzakiyyah

Selly Octavani

Page 2: Genetika penentuan jenis kelamin

• Faktor lingkungan

Keadaan fisiologis kadar hormon/pengedarannya tdk

seimbang perubahan fenotip

• Faktor Genetik

Bahan genetik di dlm kromosom perbedaan jenis

kelamin di komposisi kromosom

Page 3: Genetika penentuan jenis kelamin

I. Tipe XY

1. Pada Lalat buah Drosophila melanogaster

Mempunyai 8 buah kromosom

- 6 Autosom ( 6 A atau 3 AA )

- 2 Kromosom kelamin : ( XX & XY )

3 AAXX = betina ( Homogametik)

3 AAXY = Jantan ( Heterogametik )

Page 4: Genetika penentuan jenis kelamin

• Dalam keadaan normal lalat betina membentuk

satu macam sel telur bersifat haploid (3AX),

setelah dibuahi maka menjadi diploid

• Lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa

yg haploid (3AX) dan (3AY)Terkadang diwaktu meiosis, sepasang kromosom kelamin tidak

memisahkan diri melainkan tetap berkumpul ( Non-disjunction),

dan membuat 2macam sel telur 3AXX (membawa 2 kromosom)

dan 3A0 ( tanpa kromosom X ): 3AXX dan 3A0

Page 5: Genetika penentuan jenis kelamin

a) 3AXX + 3AX menghasilkan 3AAXXX (lalat

betina super)

b) 3AXX + 3AY menghasilkan 3AAXXY (lalat

betina fertil)

c) 3A0 + 3AX menghasilkan33AAX0 (lalat jantan

steril)

d) 3A0 + 3AY menghasilkan 3AAY0 ( LETAL )

Page 6: Genetika penentuan jenis kelamin

• a. Lalat ginandromorf, lalat yang separuh tubuhnya terdiri dari jaringan lalat betina sedangkan separuh lainnya terdiri dari jaringan lalat jantan. Lalat ini tidak mempunyai formula kromosom.

• b. Lalat interseks, lalat yang jaringan tubuhnya merupakan mosaik (campuran yang tak teratur) dari jaringan lalat betina dan jantan. Lalat ini steril. Triploid pd autosom 3n(3AAAXX)

• c. Lalat jantan super, lalat yang sebenarnya akan menjadi lalat jantan akan tetapi triploid (3n) untuk autosomnya (3AAAXY) dan steril.

• d. Lalat dengan kromosom X yang melekat adalah lalat betina tetapi kedua kromosom X saling melekat pada salah satu ujungnya atau attached-X chromosome dengan formula 3AAXXY.

Page 7: Genetika penentuan jenis kelamin

• Pada umumnya lalat XX adalah betina dan XY jantan

akan tetapi kenyataanya dengan adanya nondisjunction,

tidak selalu kromosom Y pada lalat tidak mempunyai

pengaruh penentuan jenis kelamin , kenyataanya:

• A) Lalat 3 AAXXY memeliki kromosom Y, tetapi lalat ini

betina

• B) lalat 3 AAXO tidak memiliki kromosom Y tetapi lalat ini

jantan

Page 8: Genetika penentuan jenis kelamin

• Penyelidikan C.B. Bridges pada lalat Drosophila

menyatakan bahwa faktor penentu betina terdapat dalam

kromosom –X sedangkan faktor penentu jantan terdapat

dalam autosom . Berhubung dengan itu Bridges

berpendapat bahwa jenis kelamin pada lalat buah

Drosophila lebih tepat didasarkan atas teori perimbangan

tentang penentuan jenis kelamin

Banyaknya kromosom X / banyaknya stel autosom

(X/A)

Page 9: Genetika penentuan jenis kelamin
Page 10: Genetika penentuan jenis kelamin

• Inti sel tubuh manusia mengandung 46 buah kromosom ,

terdiri dari 44 (=22 pasang ) autosom dan 2 (=1 pasang)

kromosom kelamin.

• Seorang perempuan memiliki 22 pasang autosom dan 1

pasang kromosom- X (22AAXX)

• Seorang laki-laki memiliki 22 pasang autosom 1 +

kromosom- X + kromosom-Y (22AAXY) laki-laki

membentuk 2 macam spermatozoa,yaitu :

1. Spermatozoa memiliki 22 autosom dan sebuah

(22AX)dinamakan ginospermium

2. Spermatozoa memiliki 22 autosom dan sebuah

(22AY)dinamakan androspermium

Page 11: Genetika penentuan jenis kelamin

• M.L. Barr dan Bertram dalam tahun 1940 menemukan

badan kromatin dalam sel-sel saraf dari kucing betina,

tetapi tidak dapat menemukannya pada kucing jantan.

Penyelidikan dilanjutkan pada manusia dengan

memeriksa sel-sel epitel tunika mukosa mulut (selaput

lendir mulut) dan sel-sel darah putih (leukosit). Inti sel

selaput lendir mulut dari orang perempuan mengandung

badan kromatin letaknya di tepi dekat dinding inti ,

bentuknya bulat. Orang laki-laki tidak memilikinya . Juga

leukosit akan tetapi bentuknya “drumstick”. Badan

kromatin (badan barr) pada orang normal digunakan

untuk membedakan jenis kelamin, maka badan kromatin

dinamakan kromatin kelamin atau seks kromatin.

Page 12: Genetika penentuan jenis kelamin
Page 13: Genetika penentuan jenis kelamin

• Mary F. Lyon (1962) berpendapat bahwa kromatin

kelamin sesungguhnya adalah salah satu dari sepasang

kromosom-X yang mengalami piknosa

(mengembun)setelah pembelahan mitose. kromosom-X

yang mengalami perubahan ini dapat yang berasal dari

ibu atau ayah dan kehilangan aktivitas genetiknya.

Pendapat ini terkenal sebagai hipotesa Lyon. Maka

banyaknya kromatin kelamin yang dapat dijumpai pada

suatu individu adalah sama dengan 1. perempuan

normal XX, maka 1 kromatin kelamin, sebaliknya laki-laki

XY maka tidak memiliki kelamin, tetapi laki-laki XXY

memiliki 1 kromatin kelamin, perempuan XXX memiliki 2

kromatin kelamin

Page 14: Genetika penentuan jenis kelamin

• 1. Seperti halnya pada lalat Drosophila, maka kromosom-

X pada manusia membawa gen-gen yang menentukan

sifat perempuan. Akan tetapi, fungsi kromosom-Y pada

Drosophila. Jenis kromosom-Y pada Drosophila sama

sekali tidak mempengaruhi jenis kelamin lalat, maka

pada manusia kromosom-Y I memiliki gen –gen untuk

sifat laki-laki. berapun banyak kromosom yang dimiliki

seseorang asal disampingnya ada sebuah kromosom-Y

maka orang itu adalah laki-laki

• 2. autosom pada manusia sama sekali tidak berpengaruh

pada jenis kelamin, sedangkan pada Drosophila turut

mempengaruhi

Page 15: Genetika penentuan jenis kelamin

1. Sindrom Turner

2. Sindrom Klinefelter

3. Wanita Super

4. Pria XYY

Page 16: Genetika penentuan jenis kelamin

Istilah sindrom biasanya digunakan apabila ada

kelainan pada susunan kromosom.

Sifat-sifat penderita :

A. Pada perempuan, ia kehilangan sebuah kromosom X

B. Dada lebar, pinggul lebih sempit

C. Sifat seksual sekunder tidak tumbuh sempurna

D. Tidak mengalami haid, karena itu ia mandul

Page 17: Genetika penentuan jenis kelamin

Sifat-sifat panderita:

A. Individunya laki-laki, ia kelebihan sebuah kromosom X

B. Kaki dan lengan kelihatan panjang

C. Setelah mencapai akil-balig, payudara nampak mulai

membesar, tetapi testis mengecil

D. Mandul (steril)

E. Kemungkinan terjadi karena nondisjunction diwaktu

ayahnya atau ibunya membentuk gamet-gamet

Page 18: Genetika penentuan jenis kelamin

Wanita ini kelebihan sebuah kromosom X, sehingga

memiliki 47 kromosom, dengan formula kromosom

22AAXXX atau biasa disingkat sebagai wanita XXX.

Page 19: Genetika penentuan jenis kelamin

Laki-laki ini memiliki 47 kromosom (22AAXYY).

Seorang laki-laki normal yang mengalami nondisjunction

pada meiosis II menghasilkan spermatozoa YY. Apabila

spermatozoa YY ini membuahi sel telur X, terjadilah zigot

XYY yang akan tumbuh menjadi pria XYY.

Page 20: Genetika penentuan jenis kelamin

Kelainan pada autosom dapat dijumpai pada pria dan wanita karena autosom dimiliki oleh pria dan wanita.

Contoh, Sindrom Down ( Ditemukan oleh Langdon Down, 1866 )

Sifat-sifat :

1. Laki-laki, Perempuan

2. Tubuh pendek atau puntung

3. Bentuk muka bulat

4. Terdapat lipatan epikantus

Page 21: Genetika penentuan jenis kelamin

5. Iris mata kadang berbintik-bintik ( Brushfield )

6. Mulut biasanya terbuka, ujung lidah membesar keluar dari lubang mulut.

7. Hidung lebar dan datar

8. Pada telapak tangan ( salah satu atau kedua tangan ) terdapat sebuah garis horizontal. Normal, terdapat beberapa garis.

9. IQ sangat rendah ( 20-50 )

10. Memperlihatkan wajah gembira

11. Kelebihan kromosom nomor 21

12. Kebanyakan anak terakhir karena usia ibu ketika melahirkan sudah terlalu tua atau dapat juga lahir dari seorang perempuan yang menikah terlalu lambat.

Page 22: Genetika penentuan jenis kelamin
Page 23: Genetika penentuan jenis kelamin
Page 24: Genetika penentuan jenis kelamin

Penentuan jenis kelamin mengikuti sistem XY.

Hewan betina XX dan yang jantan XY

Page 25: Genetika penentuan jenis kelamin

Mengikuti sistem XY

Tanaman betina XX, sedang yang jantan XY

Namun, kebanyakan tumbuh-tumbuhan tidak

dapat dibedakan jenis kelaminnya,

hermafrodit.

Page 26: Genetika penentuan jenis kelamin

Serangga dari ordo Orthoptera Heteroptera,

seperti belalang, tidak terdapat kromosom Y, jadi

belalang jantan hanya memiliki sebuah kromosom

X saja, jadi XO.

Berbeda dengan lalat Drosophila jantan XO, maka

belalang jantan XO adalah subur, sedangkan lalat

Drosophila jantan XO mandul.

Belalang betina memiliki sepasang kromosom X,

XX.

Page 27: Genetika penentuan jenis kelamin

Pada beberapa jenis kupu, ikan, reptil, aves :

- Jantan ZZ ( homogametik )

- Betina ZW ( heterogametik )

Jadi, semua spermatozoa mengandung

kromosom kelamin Z, sedang sel telurnya ada

kemungkinan mengandung kromosom

kelamin Z/W.

Page 28: Genetika penentuan jenis kelamin

Pada unggas ( ayam, itik, dll ) :

- Jantan sepasang kromosom kelamin sama bentuknya ZZ ( homogametik )

- Betina, hanya memiliki sebuah kromosom kelamin, ZO ( heterogametik )

Jadi, spermatozoa membawa satu macam kromosom, Z. Sedangkan sel telurnya ada dua macam, mungkin membawa kromosom Z, mungkin tidak memiliki kromosom kelamin sama sekali.

Page 29: Genetika penentuan jenis kelamin

Pada serangga, ordo hymenoptera ( lebah madu, semut ) :

- Penentuan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kromosom kelamin.

- Jantan, terjadi karena pertenogenese yaitu terbentuknya makhluk dari sel telur tanpa didahului pembuahan. Jantan = haploid = 16 kromosom

- Betina ( ratu lebah dan pekerja ), sel telur yang dibuahi, masing-masing dilpoid = 32 kromosom. Karena perbedaan tempat dan makanan maka lebah ratu fertil, pekerja steril.

Page 30: Genetika penentuan jenis kelamin

• Penentuan jenis kelamin dari beberapa mahluk dipengaruhi oleh kegiatan yang berlainan dari gen-gen tunggal, misalnya pada tanaman jagung zea mays merupakan tanaman berumah satu ( bunga jantan dan bunga betina berada pada satu tanaman ). Jika gen (ba) homozigotik maka tongkol yang biasanya merupakan bunga betina akan berubah menjadi benang sari, maka malai yang merupakan bunga jantan akan berubah menjadi putik dan tidak menghasilkan serbuk sari. Tanaman yang bergenotip babatsts adalah betina dan yang babaTsTs adalah jantan. Peritiwa ini menunjukan bahwa tanaman berumah satu dapat menjadi tanaman berumah dua atau sebaliknya yang disebabkan oleh mutasi dari dua gen. Ba menjadi ba dan Ts menjadi ts.

Page 31: Genetika penentuan jenis kelamin

• Pada beberapa hewan tingkat penentuan jenis kelamin bykan dari genetik melainkan dari pengaruh lingkungannya, karen jantan dan betinanya bergenotip sama. Contohnya dalah cacing laut Bonellia yang jantan kecil mengalami degenerasi namun tidak dengan alat reproduksinyay sehingga masih bisa membuahi sel telur.

• Menurut penyelidikan oleh F. Baltzer, bahwa setiap cacing yang didapatkan dari sel telur akan terisolisir menjadi cacing betina,. Jika cacing yg baru dilepaskan di dalam air yg mengandung cacing2 betina dewasa maka, beberapa cacing muda tadi tertarik olehh cacing dewasa betina dan hidup didalam rahim cacing betina dewasa. Diduga bahwa faktor genetik untuk kedua jeniskelamin itu terdapat pada cacing muda. Ekstrak dari cacing betina akan mempengauhi cacing-cacing muda untuk berkembang menjadi cacing jantan.

Page 32: Genetika penentuan jenis kelamin

• Crew (1923) menemukan bahwa jenis kelamin ayam betina dapat berubah menjadi ayam jantan, ini dinyatakan bahwa pada ayam betina terdapat dua gonada/ovarium yang sebelah kiri berkembang namun yang sebelah kanan akan degenerasi. Ketika ayam betina terkena penyakit tuberkulose maka ovarium yang sebelah kanan berkembang menjadi kelamin jantan. Jenis kelaminnya membalik namun struktur kromosomnya tetap sama yaitu ZO.

• Perkawinan antara ayam betina yang membalik kelamin nya menjadi jantan dengan ayam betina normal diharapkan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 ayam jantan

• : 2 ayam betina. Telur yang tidak memiliki kromosom sama sekali telurnya tidak menetas.