Top Banner
Page | 1 Tinjauan Pustaka GENERAL ANAESTHETIC Definisi Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidak sadaran, analgesia, relaxasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien. Sejarah Anestesi Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun [[1777], dan berselang dua tahun
46

General Anaesthetic

Aug 09, 2015

Download

Documents

putrimona

anestesi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: General Anaesthetic

P a g e | 1

Tinjauan Pustaka

GENERAL ANAESTHETIC

Definisi

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi,

kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit

ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit

pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada

tahun 1846.

Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya

kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidak

sadaran, analgesia, relaxasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.

Sejarah Anestesi

Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam

dunia kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol,

Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali

disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang

ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun

1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun [[1777],

dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida

dalam menghilangkan rasa sakit.

Sebelum tahun 1844, gas eter maupun nitrogen-oksida banyak digunakan untuk pesta mabuk-

mabukan. Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari menghirup gas ini

membuat orang tertawa dan lupa segalanya.

Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran

sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia

bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat

dicabut giginya. Sayangnya usahanya mempertontonkan di depan mahasiswa kedokteran

Page 2: General Anaesthetic

P a g e | 2

John C. Warren di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston gagal, bahkan mendapat

cemoohan. Usahanya diteruskan William Thomas Green Morton.

Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada

tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus

1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun

kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di Baltimore College of Dental Surgery. Morton

meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun

karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth

Whitman dan kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan

memasang gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara

menghilangkan rasa sakit.

Morton berpikir untuk menggunakan gas nitrogen-oksida dalam praktiknya sebagaimana

yang dilakukan Wells. Kemudian ia meminta gas nitrogen-oksida kepada Charles Jackson,

seorang ahli kimia ternama di sekolah kedokteran Harvard. Namun Jackson justru

menyarankan eter sebagai pengganti gas nitrogen-oksida.

Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas nitrogen-oksida. Bahkan pada

tahun 1846 Morton mendemonstrasikan penggunaan eter dalam pembedahan di rumah sakit

umum Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah siap, Morton mengeluarkan gas eter

(atau disebutnya gas letheon) yang telah dikemas dalam suatu kantong gas yang dipasang

suatu alat seperti masker. Sesaat pasien yang mengidap tumor tersebut hilang kesadaran dan

tertidur. Dokter Warren dengan sigap mengoperasi tumor dan mengeluarkannya dari leher

pasien hingga operasi selesai tanpa hambatan berarti.

Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi

Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-

besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia

bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia

diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh

dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.

Page 3: General Anaesthetic

P a g e | 3

Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat

anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari

paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia.

Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing mengklaim zat

anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W.

Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun sebelum

Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah mengunakan eter di setiap operasi

bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-

pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai

besar kepala, dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.

Wells, Morton, dan Jackson menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari dunia bahwa zat

anestesi merupakan hasil temuannya. Morton selama dua puluh tahun menghabiskan waktu

dan uangnya untuk mempromosikan hasil temuannya. Ia mengalami masalah meskipun ia

telah mendaftarkan hak patennya di lembaga paten Amerika Serikat (U.S. Patent No. 4848,

November 12, 1846). Ketika tahun 1847 dunia kedokteran mengetahui, zat yang digunakan

adalah eter yang telah digunakan sejak abad 16, Morton tidak memiliki dasar hukum yang

kuat untuk mendapat keuntungan dari patennya. Jackson juga mengklaim, dirinya juga

berhak atas penemuan tersebut.

Ketika Akademi Kedokteran Prancis menganugerahkan penghargaan Monthyon yang bernilai

5.000 frank di tahun 1846, Morton menolak untuk membaginya dengan Jackson. Ia

mengklaim, penemuan tersebut adalah miliknya pribadi. Sementara itu, Wells mencoba

eksperimen dengan zat lain (kloroform) sebagai bahan anestesi.

Selama bertahun-tahun Morton menghabiskan waktu dan materi untuk mengklaim patennya.

Ia mulai stres dan tidak memedulikan lagi klinik giginya. Morton meninggal tanggal 15 Juli

1868 di usia 49 tahun di Rumah Sakit St. Luke's, New York. Begitu juga dengan Jackson

yang meninggal dalam keadaan gila dan Wells yang meninggal secara mengenaskan dengan

cara bunuh diri.(Dewi Marthaningtyas:"Terbius Memburu Paten Gas Tertawa", Cakrawala,

2005).

Page 4: General Anaesthetic

P a g e | 4

Tujuan Anastsi Umum:

Anestesi umum menjamin hdp pasien, yg memungkinkan operator melakukan

tindakan bedah dg leluasa dan menghilakan rasa nyeri.

Anestesiologis dengan Empat Rangkaian Kegiatan:

Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis

anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena

sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.Empat

rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:

Mempertahankan jalan napas

Memberi napas bantu

Membantu kompresi jantung bila berhenti

Membantu peredaran darah

Mempertahankan kerja otak pasien.

Syarat Ideal Anastesi Umum:

Memberi induksi yg halus dan cepat.

Timbul situasi px tak sadar / tak berespons

Timbulkan keadaan amnesia

Hambat refleks-refleks

Timbulkan relaxasi otot skeletal, tp bukan otot pernafasan.

Hambat persepsi rangsang sensorik shg timbul analgesia yg cukup unt Tx operasi.

Berikan keadaan pemulihan yg halus cepat dan tak timbulkan ESO yg berlangsung

lama

Kontra Indikasi Anastesi Umum

Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan, (harus hindarkan

pemaiakaian obat)

Hepar : obat hepatotoksik, dosis dikurangi/ obat yang toksis terhadap hepar/dosis obat

diturunkan

Page 5: General Anaesthetic

P a g e | 5

Jantung: obat-obat yang mendespresi miokard/ menurunkan aliran darah koroner

Ginjal : obat yg diekskresi di ginjal

Paru : obat yg merangsang sekresi Paru

Endokrin : hindari obat yg meningkatkan kadar gula darah/ hindarkan pemakaian obat

yang merangsang susunan saraf simpatis pada diabetes penyakit basedow, karena bias

menyebabkan peninggian gula darah

Komplikasi

Komplikasi (penyulit) kadang-kadang datangnya tidak diduga kendatipun tindakan anestesi

sudah dilaksanakan dengan baik. Komplikasi dapat dicetuskan oleh tindakan anesthesia

sendiri atau kondisi pasien. Penyulit dapat timbl pada waktu pembedahan atau kemudian

segera ataupun belakangan setelah pembedahan (lebih dari 12jam).

1. Komplikasi Kardiovasklar

a) Hipotensi : tekanan systole kurang dari 70mmHg atau turun 25% dari sebelumnya.

b) Hipertensi : umumnya tekanan darahdapat meningkat pada periode induksi dan

pemulihan anestesia. Komplikasi ini dapat membahayakan khususnya pada penyakit

jantung, karena jantung akan bekerja keras dengan kebutuhan o2 mokard yang

meningkat, bila tak tercukupi dapat timbl iskemia atau infark miokard. Namun bila

hipertensi karena tidak adekuat dapat dihilangkan dengan menambah dosis anestetika.

c) Aritmia Jantung : anestesi ringan yang disertai maniplasi operasi dapat merangsang

saraf simpatiks, dapat menyebabkan aritmia. Bradikardia yang terjadi dapat diobati

dengan atropin

d) Payah Jantung : mungkin terjadi bila pasien mendapat cairan IV berlebihan.

2. Penyulit Respirasi

a) Obstruksi jalan nafas

b) Batuk

c) Cekukan (Hiccup)

d) Intubasi endobronkial

e) Apnu (Henti Nafas)

f) Atelektasis

Page 6: General Anaesthetic

P a g e | 6

g) Pnemotoraks

h) Muntah dan Regurgitas

3.Komplikasi Mata

a) Laserasi Kornea

b) Menekan bola mata terlalu kuat

4.Perubahan Cairan Tubuh

a) Hipovolemia

b) Hipervolemia

5.Komplikasi Neurologi

a) KonvulsiTerlambat sadar

b) Cidera saraf tepi (perifer)

6.Komplikasi Lain-Lain

a) Menggihil

b) Gelisah setelah anestesi

c) Mimpi buruk

d) Sadar selama operasi

e) Kenaiakn suhu tubuh

f) Hipersensitif

Macam-Macam Obat Anestesi Umum

Obat anestesi umum dibagi menurutbentuk fisiknya dibagi terdiri dari 3 golongan:

1. Obat Anestetika gas

2. Obat Anestetikayang menguap

3. Obat Anestetika yang diberikan secara intravena

1. Anestetik gas

Page 7: General Anaesthetic

P a g e | 7

Pada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya digunakan untuk induksi dan

operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut dalam darah sehingga tekanan parsial dalam

darah cepat meningkat. Batas keamanan antara efek anesthesia dan efek letal cukup lebar.

Contoh :

1.1 Nitrogen monoksida (N2O)

Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan lebih

berat daripada udara. N2O biasanya tersimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi dalam

baja, tekanan penguapan pada suhu kamar ± 50 atmosfir. N2O mempunyai efek analgesic

yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin.

Kadar optimum untuk mendapatkan efek analgesic maksimum ± 35% . gas ini sering

digunakan pada partus yaitu diberikan 100% N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa

sakit hilang tanpa mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi untuk

mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara intermiten untuk

mendapatkan analgesic pada saat proses persalinan dan Pencabutan gigi. H2O digunakan

secara umum untuk anestetik umum, dalam kombinasi dengan zat lain.

1.2 Siklopropan

Siklopropan merupakan anestetik gas yang kuat, berbau spesifik, tidak berwarna, lebih berat

daripada udara dan disimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi. Gas ini mudah terbakar

dan meledak karena itu hanya digunakan dengan close method. Siklopropan relative tidak

larut dalam darah sehingga menginduksi dengan cepat (2-3 menit). Stadium III tingkat 1

dapat dicapai dengan kadar 7-10% volume, tingkat 2 dicapai dengan kadar 10-20% volume,

tingkat 3 dapat dicapai dengan kadar 20-35%, tingkat 4 dapat dicapai dengan kadar 35-50%

volume. Sedangkan pemberian dengan 1% volume dapat menimbulkan analgesia tanpa

hilangnya kesadaran. Untuk mencegah delirium yang kadang-kadang timbul, diberikan

pentotal IV sebelum inhalasi siklopropan. Siklopropan menyebabkan relaksasi otot cukup

baik dan sedikit sekali mengiritasi saluran nafas. Namun depresi pernafasan ringan dapat

terjadi pada anesthesia dengan siklopropan.

Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas otot jantung, curah jantung dan tekanan arteri

tetap atau sedikit meningkat sehingga siklopropan merupakan anestetik terpilih pada

Page 8: General Anaesthetic

P a g e | 8

penderita syok. Siklopropan dapat menimbulkan aritmia jantung yaitu fibrilasi atrium,

bradikardi sinus, ekstrasistole atrium, ritme atrioventrikular,ekstrasistole ventrikel dan ritme

bigemini. Aliran darah kulit ditinggikan oleh siklopropan sehingga mudah terjadi perdarahan

waktu operasi. Siklopropan tidak menimbulkan hambatan terhadap sambungan saraf otot.

Setelah waktu pemulihan sering timbul mual, muntah dan delirium. Absorpsi dan ekskresi

siklopropan melalui paru. Hanya 0,5% dimetabolismedalam badan dan diekskresi dalam

bentuk CO2 dan air. Siklopapan dapat digunakan pada setiap macam operasi. Untuk

mendapatkan efek analgesic digunakan 1,2% siklopropan dengan oksigen. Untuk mencapi

induksi siklopropan digunakan 25-50% dengan oksigen, sedangkan untuk dosis penunjang

digunakan 10-20% oksigen.

2. Anestetik yang menguap

Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar yang sama yaitu

berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sfat anestetik kuat pada kadar rendah dan

relative mudah larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan

jaringan dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlawatinya induksi, untuk

mengatasi hal ini diberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang

diinginkan sudah tercapai kadar disesuaikan untuk mempertahankan stadium tersebut. Untuk

mempercepat induksi dapat diberika zat anestetik lain yang kerjanya cepat kemudian baru

diberikan anestetik yang menguap.

Umumnya anestetik yang menguap dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan eter

misalnya eter (dietileter) dan golongan hidrokarbon halogen misalnya halotan, metoksifluran,

etil klorida, trikloretilen dan fluroksen. Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah

menguap, berbau mudah terbakar, mengiritasi saluran nafas dan mudah meledak. Eter

merupakan anestetik yang sangat kuat sehingga penderita dapat memasuki setiap tingkat

anesthesia. Sifat analgesic kuat sekali, dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg % sudah

terjadi analgesia tetapi penderita masih sadar.

Eter pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot karena efek sentral dan

hambatan neuromuscular yang berbeda dengan hambatan oleh kurare, sebab tidak dapat

dilawan oleh neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotic

seperti neomisin, streptomisin, polimiksin dan kanamisin. Eter dapt merangsang sekresi

Page 9: General Anaesthetic

P a g e | 9

kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan eter menimbulkan salvias, tetapi pada

stadium yang lebih dalam, salvias akan dihambat dan terjadi depresi nafas.

Eter diabsorpsi dan disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air

susu, keringat dan difusi melalui kulit utuh.

Efluran merupakan anestetik eter berhalogen yang tidak mudah terbakar dan cepat melewati

stadium induksi tanpa atau sedikit menyebabkan eksitasi. Kecepatan induksi terhambat bila

penderita menahan nafas atau batuk. Sekresi kelenjar saliva dan bronkus hanya sedikit

meningkat sehingga tidak perlu menggunakan medikasi preanestetik yaitu atropin. Kadar

yang tinggi menyebabkan depresi kardiovaskuler dan perangsangan SSP, untuk menghindari

hal ini enfluran diberikan dengan kadar kadar rendah bersama N2O. Efluran kadar rendah

tidak banyak mempengaruhi system kardiovaskuler, meskipun dapat menurunkan tekanan

darah dan meningkatkan frekuensi nadi. Efluran menyebabkan sensitisasi jantung terhadap

ketekolamin yang lebih lemah dibandingkan dengan halotan tetapi efluran membahayakan

penderita penyakit ginjal. Pada anestesi yang dalam dan hipokapnia, efluran dapat

menyebabkan kejang tonik-klonik pada otot muka dan ekstremitas. Hal ini dapat dihentikan

tanpa gejala sisa dengan mengganti obat anestesi, melakukan anestesi yang tidak terlalu

dalam dan menurunkan ventilasi semenit untuk mengurangi hipokapnia. Efluran jangan

digunakan pada anak dengan demam berumur kurang dari 3 tahun.

Isofluran merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi mirip

dengan efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam sehingga

membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan

nafas dan batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik stadium induksi dapat dilalui

dengan lancer dan sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O dan O2. isofluran merelaksasi

otot sehingga baik untuk intubasi. Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab isofluran tidak

menyebabkan sensiitisasi jantung terhadap ketokolamin. Peningkatan frekuensi nadi dan

takikardiadihilangkan dengan pemberian propanolol 0,2-2 mg atau dosis kecil narkotik (8-10

mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah hipoksia atau hipertemia diatasi terlebih dulu.

Penurunan volume semenit dapat diatasi dengan mengatur dosis. Pada anestesi yang dalam

dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pemberian enfluran. Isofluran

meningkatkan aliran darah otak pada kadar labih dari 1,1 MAC (minimal Alveolar

Concentration) dan meningkatkan tekanan intracranial.

Page 10: General Anaesthetic

P a g e | 10

Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak

mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak,

tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic. Karet larut dalam halotan,

sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat

khusus yang disebut fluotec. Efek analgesic halotanlemah tetapi relaksasi otot yang

ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi

sehinggamempercepat digunakan kadar tinggi (3-4 volume %). Kadar minimal untuk anestesi

adalah 0,76% volume.

Metoksifluran merupakan cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti buah, tidak mudah

meledak, tidak mudah terbakar di udara atau dalam oksigen. Pada kadar anestetik,

metoksifluran mudah larut dalam darah. Anestetik yang kuat dengan kadar minimal 0,16

volume % sudah dapat menyebabkan anestesi dalam tanpa hipoksia. Metoksifluran tidak

menyebabkan iritasi dan stimulasi kelenjar bronkus, tidak menyebabkan spasme laring dan

bronkus sehingga dapat digunakan pada penderita asma. Metoksifluran menyebabkan

sensitisasi jantung terhadap ketokolamin tetapi tidak sekuat kloroform, siklopropan, halotan

atau trikloretilan. Metoksifluran bersifat hepatoksik sehingga sebaiknya tidak diberikan pada

penderita kelainan hati.

Etilklorida merupakan cairan tak berwarna, sangat mudah menguap, mudah terbakar dan

mempunyai titik didih 12-13°C. Bila disemprotkan pada kulit akan segera menguap dan

menimbulkan pembekuan sehingga rasa sakit hilang. Anesthesia dengan etilklorida cepat

terjadi tetapi cepat pula hilangnya. Induksi dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu

pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian anesthesia dihentikan. Karena itu etilkloretilensudah

tidak dianjurkan lagi untuk anestetik umum, tetapi hanya digunakan untuk induksi dengan

memberikan 20-30 tetes pada masker selama 30 detik. Etilkloroda digunakan juga sebagai

anestetik local dengan cara menyemprotkannya pada kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit

yang beku sukar dipotong dan mudah kena infeksi Karena penurunan resistensi sel dan

melambatnya penyembuhan.

Trikloretilen merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas

sepertikloroform, tidak mudah terbakardan tidak mudah meledak. Induksi dan waktu

pemulihan terjadi lambat karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic

trikloretilen cukup kuat tetapi relaksasi otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik , maka

sering digunakan pada operasi ringan dalam kombinasi denganN2O. untuk anestesi umum,

Page 11: General Anaesthetic

P a g e | 11

kadar trikloretilen tidak boleh lebih dari 1% dalam campuran 2:1 denganN2O dan oksigen.

Trikloretilen menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin dan sensitisasi

pernafasan pada stretch receptor. Sifat lain trikloretilen tidak mengiritasi saluran nafas.

3. Anestetik yang diberikan secara intravena (anestetik perenteral)

Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan untuk : induksi anesthesia, induksi dan

pemeliharaan anesthesia bedah singkat, suplementasi hypnosis pada anesthesia atau analgesia

local, dan sedasi pada beberapa tindakan medic. Anestesi intravena ideal membutuhkan

criteria yang sulit dicapai oleh hanya satu macam obat yaitu cepat menghasilkan efek

hypnosis, mempunyai efek analgesia, disertai oleh amnesia pascaanestesia, dampak yang

tidak baik mudah dihilangkan oleh obat antagonisnya, cepat dieliminasi dari tubuh, tidak atau

sedikit mendepresi fungsi restirasi dan kardiovasculer, pengaruh farmakokinetik tidak

tergantung pada disfungsi organ. Untuk mencapai tujuan di atas, kita dapat menggunakan

kombinasi beberapa obat atau cara anestesi lain. Kebanyakan obat anestetik intravena

dipergunakan untuk induksi. Kombinasi beberapa obat mungkin akan saling berpotensi atau

efek salah satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain.

Barbiturate menghilangkan kesadaran dengan blockade system sirkulasi (perangsangan) di

formasio retikularis. Pada pemberian barbiturate dosis kecil terjadi penghambatan system

penghambat ekstra lemnikus, tetapi bila dosis ditingkatkan system perangsang juga dihambat

sehingga respons korteksmenurun. Pada penyuntikan thiopental. Barbiturate menghambat

pusat pernafasan di medulla oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi

dihambat oleh barbiturattetapi tonus vascular meninggi dan kebutuhan oksigen badan

berkurang, curah jantung sedikit menurun. Barbiturate tidak menimbulkan sensitisasi jantung

terhadap katekolamin.

Barbiturate yang digunakan untuk anestesi adalah

Natrium thiopental dosis yang dibutuhkan untuk induksi dan mempertahankan anestesi

tergantung dari berat badan, keadaan fisik dan penyakit yang diderita. Untuk induksi pada

orang dewasa diberikan 2-4 ml larutan 2,5% secara intermitten setiap 30-60 detik sampai

tercapai efek yang diinginkan. Untuk anak digunakan larutan pentotal 2% dengan interval 30

detik dengan dosis 1,5 ml untuk berat badan 15 kg,3 ml untuk berat badan 30 kg, 4 ml untuk

berat badan 40 kg dan 5 ml untuk berat badan 50 kg. Untuk mempertahankan anesthesia pada

Page 12: General Anaesthetic

P a g e | 12

orang dewasa diberikan pentotal 0,5-2 ml larutan 2,5%, sedangkan pada anak 2 ml larutan

2%. Untuk anesthesia basal pada anak, biasa digunakan pentotal per rectal sebagai suspensi

40% dengan dosis 30 mg/kgBB.

Natrium tiamilal dosis untuk induksi pada orang dewasa adalah 2-4 ml larutan 2,5%,

diberikan intravenasecara intermiten setiap 30-60 detik sampai efek yang diinginkan tercapai,

dosis penunjang 0,5-2 ml larutan 2,5% a tau digunakan larutan 0,3% yang diberikan secara

terus menerus (drip)

Natrium metoheksital dosis induksi pada orang dewasa adalah 5-12 ml larutan 1% diberikan

secara intravena dengan kecepatan 1 ml/5 detik, dosis penunjang 2-4 ml larutan 1% atau bila

akan diberikan secara terus menerusdapat digunakan larutan larutan 0,2%.

Ketamin merupakan larutan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif

aman. Ketamin mempunyai sifat analgesic, anestetik dan kataleptik dengan kerja singkat.

Sifat analgesiknya sangat kuat untuk system somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral.

Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.

Ketamin akan meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan curah jantung sampai ± 20%.

Ketamin menyebabkan reflek faring dan laring tetap normal.Ketamin sering menimbulkan

halusinasi terutama pada orang dewasa.

Sebagian besarketamin mengalami dealkilasi dan dihidrolisis dalam hati, kemudian

diekskresi terutama dalam bentuk utuh. Untuk induksi ketamin secara intravena dengan dosis

2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium operasi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk

mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis ulangan setengah dari semula. Ketamin

intramuscular untuk induksi diberikan 10 mg/kgBB, stadium operasi terjadi dalam 12-25

menit.

Droperidol dan fentanil tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan untuk

menimbulkan analgesia neuroleptik. Induksi dengan dosis 1 mm/9-15 kg BB diberikan

perlahan-lahan secara intravena (1 ml setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O atau O2 bila

sudah timbul kantuk. Sebagai dosis penunjang digunakan N2O atau fentanil saja (0,05-0,1

mg tiap 30-60 menit) bila anesthesia kurang dalam. Droperidol dan fentanil dapat diberikan

dengan aman pada penderita yang dengan anestesi umum lainnya mengalami hiperpireksia

maligna.

Page 13: General Anaesthetic

P a g e | 13

Diazepam menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara

lambat, tetapi tidak berefek analgesic. Juga tidak menimbulkan potensiasi terhadap efek

penghambat neuromuscular dan efekanalgesik obat narkotik. Diazepam digunakan untuk

menimbulkan sedasi basal pada anesthesia regional, endoskopi dan prosedur dental, juga

untuk induksi anestesia terutama pada penderita dengan penyakit kardiovascular.

Dibandingkan dengan ultra short acting barbiturate, efek anestesidiaz-epam kurang

memuaskan karena mula kerjanya lambat dan masa pemulihannya lama. Diazepam juga

digunakan untuk medikasi preanestetik dan untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan obat

anestesi local.

Etomidat merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk induksi anestesi. Obat ini

tidak berefek analgesic tetapi dapat digunakan untuk anestesi dengan teknik infuse terus

menerus bersama fentanil atau secara intermiten. Dosis induksi eto-midat menurunkan curah

jantung , isi sekuncup dan tekanan arteri serta meningkat-kan frekuensi denyut jantung akibat

kompensasi. Etomidat menurunkn aliran darah otak (35-50%), kecepatan metabolism otak,

dan tekanan intracranial, sehingga anestetik ini mungkin berguna pada bedah saraf.Etomidat

menyebabkan rasa nyeri ditempat nyeri di tempat suntik yang dapat diatasi dengan

menyuntikkan cepat pada vena besar, atau diberikan bersama medikasi preanestetik seperti

meperidin.

Propofolsecara kimia tak ada hubungannya dengan anestetik intravena lain. Zat ini berupa

minyak pada suhu kamar dan disediakan sebagai emulsi 1%. Efek pemberian anestesi umum

intravena propofol (2 mg/kg) menginduksi secara cepat seperti tiopental. Rasa nyeri kadang

terjadi ditempat suntikan, tetapi jarangdisertai dengan thrombosis. Propofol menurunkan

tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi

perifer daripada penurunan curah jantung. Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi

trakea. Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolism otak,

dan tekanan intracranial akan menurun. Biasanya terdapat kejang.

Obat-obat yang sering digunakan(pramedikasi)

Narkotik Analgetika:

Narkotik : morfin, dosis dewasa biasa 8-10 mg i.m. obat ini digunakan untuk

mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang pembedahan. Morfin

Page 14: General Anaesthetic

P a g e | 14

adalah depresan susunan syarafpusat. Bila rasa nyeri telah ada sejak sebelm tindakan

bedah merpakan obat pilihan.Memberikan pemeliharaan anastesia yang mulus, bila

memakai premedikasi morfin pada penggunaan anestetika lemah. Kerugiaan

penggnaan morfim, pulih pasca bedah lebih lama. Penyempitan bronks dapat timbul

pada paasien asma. Mual dan muntah pasca bedah ada.

Pethidin : dosis 1mg/kg bb dewasa, sering digunakan sebagai premedikasi seperti

morfin dan menekan tekanan darah dan pernafasan dan juga merangsang otot polos.

Barbiturat : Pentobartital dan sekobarbital sering digunakan untuk menimbulkan

sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi. Obat ini dapat diberikan

secara oral atau intra muscular, pada dewasa dosis 100-200mg dan pada bayi dan

anak-anak dosis 2mg/kg bb. Yang mudah didapat Phenobarbital. Obat ini mempunyai

kerja depresan yang lemah terhadap pernafasan dan sirklasi serta jarang

menyebabakan mual dan muntah. Pasien yang mendapat barbiturate sebagai

premedikasi biasanya bangun lebih cepat daripada bila menggunakan narkotika.

Tranquilizer : bermacam-macam enis turunan fenotiasin dan penenang yang

digunakan sebagai premedikasi. Obat-obat ini digunakan oleh karena kera sedative,

anti arrytmia, antihistamin, dan kerja antiemetik, kadang-kadang kombinasi dengan

barbiturate atau narkotika. Kombinasi ini memberikan sedasi yang kuat. Contoh:

phenergan 25 mg untuk dewasa.

Antikolinergik : penggunaan hiosin dan atropine efektif sebagai anti mual dan

muntah, tetapi bila hiosin dikombinasikan dengan morfin atau papaveratum

menambah sedasi sementara atropine cenderung menambah kecemasan. Pemberian

suntikan atropine secara rutin telah dikeritik oleh Holt (1962) dan semakin lusnya

penggunaan anestetika yang merangsang. Tetapi masih digunakan untuk mengurangi

bradikardi selama anesthesia.

Macam-Macam Teori Anastesi :

Teori Membran

Kerja dr anastetika umumatas dasar perubahan struktur molekul membran. Tak ada

reseptor spesifik, tak ada antagonis yg bekerja scr langsung.

Ok perubahan sturktur membran, mk membran syasaf tak dpt cpt merubah konfigurasi

proteinunt transmisi rangsang (impuls) syaraf perpindahan ion, pelepasn neuro

transmiter dg reseptor.

Page 15: General Anaesthetic

P a g e | 15

Teori Neurofisiologis

Timbulnya teori ini ok teori membran tak dpt jelaskan perubahan selektif kesadaran,

persepsi nyeri, dan relaksasi otot.

Teori ini bcr ttrg titik tangkap kerja di ssp dan jalur syaraf yg dipengruhi nu.

Laminadorsalis dr sumsum tl belakang (substansia gelatinosa), sistim retikuler, dan

nukleus pemancar sensorik talamus mrpkan daerah yg peka thd nu

Mecencephalic reticular prn menerima rangsang sensorik non spesifik jg pussat

pengatur kesiagaan dan kesadaran. If RAS dihambat mk pengaruh ke sistim limbikdan

struktur kortikal menurun hingga ilang kesadaran

Formasi Retikuler penting dlm pengaruhi nu wlo neuron berikan respon berbeda.

Barbiturat, eter n halotan, aktifitas spontan dihambat, efluran dan siklopropan

meningkatkan aktifitas sedangkan ketamin merubah pola rangsang (firing) All nu

ngeblok respon neuron thd rangsang sensorik

Teori Lipid

Hubungan antara kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anesthesia.

Makin larut anestetik dalam lemak, makin kuat sifat anestetiknya.

Teori Koloid

Pemberian zat anestetik terjadi penggumpalan sel koloid yang menimbulkan

anesthesia yang bersifat reversible diikuti dengan proses pemulihan.

Behavioral Theories (Depresan anesthsis theory)

Pada teori ini dijelaskan bahwa anestesi dibagi dalam 4 stadium.

1. Stadium 1= std analgesia,

Dimulai dr pemberian NU sd hilang kesadaran

Px dpt ikuti perintah, timbul analgesia (rs skt ilang)

Std 1 yg dpt dilakukan pembedahan ringan spt cabut gigi, biopsi dan partus.

2. Stadium 2 = std delirium

Page 16: General Anaesthetic

P a g e | 16

Mulai hilang sadar sd awl dilakukan pembedahan

Tanda2: exitasi, gerakan yg tak nurut kehendak, tertawa, teriak, nangis, nyanyi,

nafas tak teratur, kadang apne dan hiperapne, tonus m skeletal meningkat,

inkontinensia urin, muntah, midrasi, hipertensi, takikardi. Hal ini bs terjadi ok

hambatan pd pusat hambatan

Pd st ini bs terjadi mati ok itu hrs cpt dilalui dg pemberian premedikasi

3. Stadium 3 = std anestesi surgical (tdr dr 4 plane)

Tanda-tanda : nafas teratur (st 2 tak teratur),reflek kelopak mata dan conjungtiva

hilang, tangan dpt jatuh bebas tanpa tahana, gerakan bola mata mrpk tanda awal

std 3.

Ada 4 plane :

a) P1: nafas teratur juga ant dada dan perut seimbang, spontan, gerakan bola

mata yg tak turut kehendak, miosis,relaxasi m bergaris-

b) P2 nafas teratur tp <>

c) P3 nafas perut > dada, ok m interkos tal paralisis, relaxasi m sempurna, pupil

> lebar P2 tp blm sempurna.

d) P4 nafas prt sempurna ok m interkosta, tdpupil >> , refleks thd cahaya

hilang.. deep nafas, dan pupil lebar.

4. Stadium 4 =paralisa moduler.

Nafas perut melemah, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung stop

meninggal.

Metode anastesi umum dilihat dari cara pemberian obat

I.Parenteral

Anastesi umum yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun intra muscular

biasanya digunakan untuk tindakan yang singkat/ untuk tindakan yang singkat atau untuk

indikasi anesthesia. Keuntungan pemberian anestetik intravena adalah cepat dicapai induksi

Page 17: General Anaesthetic

P a g e | 17

dan pemulihan, sedikit komplikasi pasca anestetikjarang terjadi, tetapi efek analgesic dan

relaksasi otot rangka sangat lemah. Obat yang umum dipakai adalah thiopental, barbiturat,

ketamin, droperidol dan fentanil. Kecuali untuk kasus-kasus tertentu dapat digunakan

ketamin, diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama biasanya dikombinasi dengan obat

anestetika lain.

II.Perektal

Anastesi umum yang diberikan melalui rectal kebanyakan dipakai pada anak, terutama untuk

induksi anesthesia atau tindakan singkat.

III. Perinhalasi, melalui pernafasan

Anastesia inhalasi ialah anesthesia dengan menggunakan gas atau cairan anestetika yang

mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui dara pernafasan. Zat

anestetika yang dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat

anestetika tersebut tergantung dari tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan kekuatan

daya Anastasia, zat anastetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial rendah sudah mampu

memberi anastesia yang adekuat. Anestetik inhalasi berbentuk gas atau cairan yang menguap

berbeda-beda dalam hal potensi, keamanan dan kemampuan untuk menimbulkan analgesia

dan relaksasi otot rangka.

Anastesia inhalasi masuk dengan inhalasi atau inspirasi melalui peredaran darah sampai ke

jaringan otak. Inhalasi gas (N2O etilen siklopropan) anestetika menguap (eter, halotan,

fluotan, metoksifluran, etilklorida, trikloretilen dan fluroksen)

Factor-faktor lain seperti respirasi, sirkulasi dan sifat-sifat. Fisik zat anestetika mempengaruhi

kekuatan manapun kecepatan anastesia.

Page 18: General Anaesthetic

P a g e | 18

STRUMA

Struma atau goiter adalah suatu pembesaran kelanjar tiroid akibat defisiensi yodium terutama

pada daerah pegunungan.

Penyebab Struma:

Defisiensi iodium : endemik goiter, gravid

Auto imun : tiroiditis hashimoto

Goitrogenes : terlalu banyak anti-tiroid drugs

Idiopatik : struma riedel, neoplasma

Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan:

1. Hiperplasi dan hipertrofi

Setiap organ apabila dipacu untuk bekerja akan mengalami kompensasi dengan jalan

hipertrofi dan hiperplasi. Demikian juga dengan kelenjar tiroid pada saat pertumbuhan akan

dipacu untuk bekerja memproduksi hormone tiroksin sehingga lama kelamaan akan

membesar, misalnya pada saat pubertas.

2. Inflamasi/ infeksi

a. Tiroiditis akut

b. Tiroiditis sub akut (de Quervain)

c. Tiroiditis kronis (Hashimoto’s disease & Riedel’s struma)

3. Neoplasma

a. Jinak (adenoma)

b. b. Ganas (adenokarsinoma)

Klasifikasi berdasarkan klinik

1. Non-Toksik → eutiroid dan hipotiroid

a. Difusa : endemik goiter, gravid

Page 19: General Anaesthetic

P a g e | 19

b. Nodusa : neoplasma

2. Toksik → hipertiroid

Difusa : grave, tirotoksikosis primer

Nodusa : tirotoksikosis sekunder

Penyebab pembengkakan kronis tiroid

Struma non neoplastik

a. Simple

Hyperplastic diffuse

Coloid diffuse

Nodular local atau diffuse

Dyshormogenesis: terjadi karena defisiensi enzyme karena defek genetic. Jika berat,

selain menyebabkan struma juga dapat menyebabkan hipotiroid.

b. Toxic

Primer : diffuse

Sekunder : noduler

Macamnya:

Struma Hyperplastica Diffusa

Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine absolut atau relatif. Ini terjadi selama

pubertas, pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Akibat kekurangan iodine kelenjar menjadi

hiperplasi untuk menghasilkan tiroksin untuk memenuhi kebutuhan asupan iodine yang

terbatas. Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan koloid pucat.

Pada saat puber, pertumbuhan, laktasi dan kehamilan, tubuh memerlukan iodine dalam

jumlah besar. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan terjadi defisiensi iodine,

akibatnya jumlah hormon tiroksin berkurang. Untuk mengkompensasi hal ini maka tiroid

akan berhiperplasi. Apabila kemudian intake iodine dicukupi, ataupun kebutuhan iodine

tubuh yang menurun, maka tiroid akan masuk ke fase istirahat.

Page 20: General Anaesthetic

P a g e | 20

Struma Colloides Diffusa

Akibat involusi vesikel tiroid, defisiensi iodine terbantu melalui hiperplasi, kelenjar kembali

normal karena mengalami evolusi dan ukuran kelenjar membesar. Involusi adalah

kembalinya suatu organ atau kelenjar ke ukuran semula setelah sebelumnya mengalami

pembesaran. Pada saat kebutuhan fisiologis tubuh meningkat, misalnya karena pubertas,

laktasi, kehamilan dan stres, ataupun pada saat terjadi defisiensi iodine, maka kebutuhan

tiroid tubuh akan terbantu oleh hiperplasi kelenjar tiroid. Setelah itu kelenjar akan kembali

normal dan mengalami involusi. Akibatnya vesikel akan mengalami distensi dengan koloid

dan ukuran kelenjar membesar.

Struma Nodular

Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sekuel dari struma colloides.

Diakibatkan oleh kebutuhan berlebihan yang lama dari tiroksin. Tiap folikel normal

mengalami siklus sekresi dan istirahat untuk memenuhi kebutuhan tiroksin tubuh. Saat satu

golongan sekresi, golongan lain istirahat untuk aktif kemudian. Pada struma nodduler,

kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi sehingga hanya segolongan kecil

yang mengalami hiperplasi. Yang lainnya mengalami hiperinvolusi (involusi yang

berlebihan/ jadi mengecil).

Struma Nodular Soliter

Meskipun kelihatannya hanya terdapat satu nodul, namun ternyata di klinis hampir 50%

pasien yang menunjukkan struma satu nodul, setelah diperiksa ternyata merupakan struma

multinoduler. Akibatnya sering sukar untuk menegakkan diagnosis dari keadaan klinis seperti

itu. Sebenarnya sebagian besar struma ini benigna, tetapi karena adanya kemungkinan toksik

atau ganas, maka perlu tindakan pembedahan.

Pemeriksaan dengan Thyroid Imaging tidak hanya untuk mendeteksi adanya nodul tapi juga

untuk penegakan diagnosis fungsi.

Struma ini dibagi 3 menurut penampilan radionucleidnya, yaitu:

1. Hot Nodule

2. Warm Nodule

Page 21: General Anaesthetic

VC

P a g e | 21

3. Cold Nodule

Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid

Susp Benigna

Nodul Tiroid

Klinis

Susp Maligna

Susp Maligna

Folikuler pattern

Hurthle Cell

Isthmolobekto

AnaplastikMedulareFolikularePapilare

Membesar Tidak ada Perubahan

Mengecil

Radiasi Eksterna/ Kemoterapi

Resiko Rendah Tidak Ada

DebulkingObservasi

Resiko Tinggi

Total Tiroidektomi

FNABOperabelInoperabel

Lesi Jinak

Biopsi Insisi

Benigna

Supresi TSH 6 bulan

Page 22: General Anaesthetic

P a g e | 22

Diagnosis :

Anamnesa

1. Pasien datang dengan keluhan benjolan pada leher bagian tengah

2. Usia dan jenis kelamin → nodul timbul pada usia < 20th atau > 50th dan jenis

kelamin laki-laki → resiko malignancy 20-70%

3. Riwayat radiasi daerah leher & kepala pada masa anak-anak → malignancy 33-37%

4. Kecepatan tumbuh tumor → nodul jinak membesar lama (tahunan), nodul ganas

membesar dengan cepat (minggu/bulan), misalnya tipe anaplastik pertumbuhannya

sangat cepat dan diikuti rasa sakit terutama pada penderita usia lanjut

5. Gangguan menelan, sesak nafas, suara serak dan nyeri → akibat desakan dan atau

infiltrasi tumor, sebagai pertanda telah terjadi invasi ke jaringan atau organ di

sekitarnya (n.rekurens, esofagus dan trakea)

Tes Kocher : suatu cara untuk mengetahui pendesakan. Tekan lobus lateralis yang membesar

dari arah lateral pelan-pelan, bila ada obstruksi akan terdengar stridor.

6. Asal dan tempat tinggal (pegunungan dan pantai)

7. Riwayat penyakit serupa pada famili/ keluarga → bila ada harus curiga adanya

malignancy tiroid tipe medulare.

8. Struma Toksik/ Hipertiroid:

Kurus, irritable, keringat dingin

Gelisah

Palpitasi

Hipertoni simpatikus (kulit basah, dingin dan tremor)

9. Struma Non Toksik/ Hipotiroid:

Kulit kering, berat badan bertambah/ gemuk Malas dan banyak tidur

Gangguan pertumbuhan

Page 23: General Anaesthetic

P a g e | 23

Pemeriksaan Fisik

Secara klinis sulit membedakan nodul tiroid yang jinak dengan nodul tiroid yang ganas.

Nodul tiroid dicurigai ganas bila:

1. Konsistensi keras

2. Permukaan tidak rata

3. Batas tak tegas

4. Sulit digerakkan dari jaringan di sekitarnya

5. Adanya perubahan warna kulit/ ulkus

6. Didapati pembesaran kelenjar getah bening

7. Adanya benjolan pada tulang pipih atau ditemukan adanya metastase di paru.

Kecenderungan keganasan pada nodul tungggal lebih besar daripada multi nodusa.

Pemeriksaan Penunjang

Mengukur fungsi tiroid

Pemeriksaan menggunakan RIA (Radioimmuno-assay) dan ELISA (Enzyme-Linked

Immunoassay) dalam serum atau plasma darah.

1. TT4 (Tiroksin Total)

2. TT3 (Tri-iodotironin Total)

3. FT4 (Free Tiroksin)

4. TSH (Thyroid Stimulating Hormone)

5. PBI, THBT

Mencari penyebab gangguan fungsi tiroid

Ditemukan 5 macam antigen-antibodi spesifik pada tiroid:

1. Antibodi tiroglobulin → miksedema, Graves, Hashimoto dan kanker tiroid

2. Antibodi mikrosomal → tiroid autoimmun, kanker tiroid

3. Antibodi CA2 → tiroiditis de Quervain

Page 24: General Anaesthetic

P a g e | 24

4. Antibodi permukaan sel

5. TSAb (Thyroid Stimulating Antibodies) → Graves, Hashimoto

Radiologi

Thorax → deviasi trakea, retrosternal struma, coin lession (papiler), cloudy (folikuler)

Leher AP lateral → evaluasi jalan nafas untuk intubasi pembiusan

USG

1. Menentukan jumlah nodul

2. Menentukan lesi kistik (echolusent) atau solid (neoplasma)

3. Mengukur volume nodul

4. Pada kehamilan, di mana sidik tiroid adalah kontraindikasi

5. Sebagai guide biopsi pada nodul

Sidik Tiroid

Metabolisme hormon tiroid berhubungan dengan metabolisme yodium, sehingga yodium

yang dimuati bahan radioaktif, bisa diamati aktifitas kelenjar tiroid maupun bentuk lesinya.

Menggunakan radio-isotop I131, I123, Tc99m pertechnrtate. Radiasi Gamma untuk diagnostik,

sedangkan Beta untuk terapi.

Terapi :

Konservatif (medika mentosa)

Indikasi:

1. Usia tua

2. Pasien sangat awal

3. Recurensi pasca bedah

4. Pada persiapan operasi

5. Pada kehamilan misalnya pada trimester ke-3

Struma non toksik → yodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl

Page 25: General Anaesthetic

P a g e | 25

Struma toksik:

Bed rest

PTU (propilthiourasil) 100-200 mg

Merupakan obat anti tiroid, di mana bekerja dengan mencegah sintesis tiroksin (T4).

Diberikan dosis 3 x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila mencapai eutiroid

dosis maintenance 2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.

Efek samping:

Penderita resisten

Leukopeni, urtikaria, demam, anemia (penekanan sumsum tulang)

Tidak dipakai pada struma retrosternal → vaskularisasi bertambah, kelenjar membesar

menimbulkan penekanan

Sekarang dipakai neomercazol 10-20 mg tds yang kurang toksik. Tiroksin 0,2 mg per hari

hendaknya diberikan untuk mencegah defisiensi tiroid atau bertambah besarnya struma.

Lugol 5-10 tetes

Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi serta kerapuhan

kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Saat ini tidak dipakai lagi karena

Propanolol lebih baik dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-

10 mg/hari (14 hari). Waktu pengobatan dari 18 bulan – 2 tahun.

Iodium/ I131

Radioterapi → Eksterna & Interna (I131)

Menggunakan I131 yang diberikan pada penderita yang telah diterapi dengan obat antitiroid

telah menjadi eutiroid.

Page 26: General Anaesthetic

P a g e | 26

Indikasi:

Resiko tinggi operasi

Rekurensi hipotiroid

Kontraindikasi → wanita hamil

Operatif

Indikasi:

1. Struma diffusa toxica dengan medika mentosa gagal

2. Struma nodusa kemungkinan keganasan

3. Pembesaran kelenjar tiroid dengan gejala penekanan berupa gangguan menelan,

gangguan pernapasan dan suara parau

4. Kosmetik

Kontraindikasi:

1. Struma toksika yang belum dipersiapkan operasi

2. Struma dengan dekompensasi kordis, penyakit sistemik (DM, hipertensi)

3. Struma besar kemungkinan keganasan anaplastik

4. Struma (karsinoma) disertai vena cava superior syndrome

Persiapan operasi pada struma toksika

Pasien harus sudah dalam kondisi eutiroid dengan cara:

Diberi minum lugol (fortir) 3 x 10 tts/hari selama 7-10 hari

PTU atau Neomercazole tetap diminum selama menunggu operasi

Pasca operasi lugol dihentikan, tetapi PTU tetap diberikan sampai 2 hari pasca

operasi.

Macam Teknik Operasi:

Isthmulobectomy → mengangkat isthmus

Lobectomy → mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram

Page 27: General Anaesthetic

P a g e | 27

Tiroidectomy total → semua kelenjar tiroid diangkat

Tiroidectomy subtotal bilateral → mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian

kiri, sisa jaringan 2-4 gram di bagian posterior untuk mencegah kerusakan paratiroid

atau n. rekurens laryngeus. Biasanya dilakukan pemeriksaan Frosen Section

Near Total Tiroidectomy

Isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra atau sebaliknya, sisa jaringan tiroid

1-2 gram. Mengangkat semua nodi yang terlibat.

RND (Radical Neck Dissection)

Mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan

n.assesorius, v.jugularis eksterna dan interna, m.sternocleidomastoideus dan m.omohyoideus

dan kelenjar ludah submandibularis dan tail parotis.

Ada 3 modifikasi:

Modifikasi 1 → mempertahankan n.assesorius

Modifikasi 2 → mempertahankan n.assesorius dan v.jugularis interna

Fungsional → n.assesorius, v.jugularis interna, m.sternocleidomastoideus

Komplikasi Operasi

Dini

Perdarahan → a.tiroidea superior

Dispneu

Paralisis n.rekurens laryngeus

Nervus ini berfungsi menginervasi otot-otot laring. Jika rusak maka terjadi paralisis.

Paralisis n.laryngeus superior

Akibatnya suara penderita menjadi lebih lemah dan sukar mengontrol suara nada tinggi,

karena terjadi pemendekan pita suara oleh karena relaksasi m.krikotiroid. Kemungkinan

nervus terligasi durante operasi.

Page 28: General Anaesthetic

P a g e | 28

Tracheomalasia/ trachea collaps

Adalah perlunakan kartilago trakealis. Kartilago ini berbentuk seperti cincin dan menyusun

dinding trakea. Karena melunak, organ-organ yang berdekatan dapat menekan trakea.

Haemorrhagi

Krisis Tiroid

Terjadi 8-24 jam pasca operasi. Biasanya pada operasi struma toksika di mana persiapan

operasi tidak adekuat. Angka kematian 75%. Mekanisme dari keadaan ini kemungkinan

disebabkan oleh:

1. Pengeluaran T3/T4 meningkat akibat palpasi berlebihan pada tiroid, penghentian PTU

2. Berkurangnya pengikatan hormon tiroid pada keadaan stres, di mana FT4 meningkat

3. Peningkatan katekolamin

Tanda-tanda:

Gelisah, kulit hangat dan basah

Nadi > 160 x/menit

Tekanan darah naik

Suhu > 38 C

Gangguan saluran gastrointestinal

Kelenjar paratiroid terangkat → hipokalsemia → tetani (sindrom carpopedal: kejang fokal

pada tangan dan kaki), biasanya timbul hari ke-3.

Gejalanya:

Chvostek-Weiss sign

Mengetuk daerah pangkal n.fasialis (depan meatus akustikus eksternus) akan timbul

twitching pada wajah ipsi lateral.

Page 29: General Anaesthetic

P a g e | 29

Trousseasu’s sign

Spygmomanometer dipasang di lengan atas, pompa sampai 200 mmHg, terjadi tetani lengan

bawah diikuti spasme jari-jari disertai nyeri.

Kedua gejala tersebut timbul bila kadar kalsium di bawah 8 mg/dl. Untuk itu periksa kadar

kalsium hari ke-2 pasca operasi tiap 12 jam.

Pengobatan emergensi diberikan Ca glukonas 10% atau Ca glukonas 5% 25cc i.v. atau per

infus dalam waktu 10 menit. Selanjutnya drip 1,5 ml/kg BB dalam dekstrose 5%.

Hipotiroid → setelah 2 tahun

Pencegahan dengan pemberian Euthyox atau Thyrax dosis 1 x 50 mg/hari berangsur-angsur

diturunkan dosisnya.

Page 30: General Anaesthetic

P a g e | 30

Contoh Kasus

GENERAL ANESTESI PADA STRUMA NODOSA DENGAN TINDAKAN

ISTHMOLOBEKTOMI

PENDAHULUAAN

Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri

secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Struma

adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar

gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak, sedangkan isthmolobektomi

dekstra adalah pengangkatan satu sisi lobus tiroid dekstra sekaligus dengan isthmusnya.

ISI

Pasien wanita 45 tahun datang dengan keluhan ±3 tahun yang lalu muncul benjolan pada

leher, namun tidak sakit atau nyeri. ± 1 bulan terakhir pasien mengeluh nyeri pada benjolan

tersebut disertai rasa pusing. Pada keluarga tidak terdapat keluhan serupa. Pada pemeriksaan

didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/90 mmHg,

nadi 120 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 37,6oC. Status Lokalis Regio Coliinya adalah

pada inspeksi terdapat benjolan di leher dengan ukuran 8x5x5 cm tidak terdapat eritem,

darah, luka, pus.Pada palpasi didapatkan benjolan di leher dengan ukuran 8x5x5 cm dengan

konsistensi kenyal batas tegas dan mobile. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 13,6; Ht 42;

AL 10,6 x 103 /ul; Trombosit 352 x 103/ul; LED 1 jam 90 mm; LED 2 jam 100 mm; T3 0,51

ng/ml; T4 6,13 µg/dl; TSH 1,753 µIu/ml

DIAGNOSIS

Status fisik ASA I pada pasien Struma nodosa dengan tindakan isthmolobektomi dekstra

TERAPI

Saat pre operasi diberikan Infus RL 20 tetes per menit kemudian propanolol tablet pada jam

10 malam dan jam 6 pagi serta diinjeksi vicilin(ampicillin) 1 gr 1 jam sebelum operasi.

Teknik anestesi yang digunakan adalah balance anesthesia, respirasi terkontrol dengan

endotracheal tube nomor 7,5. Pre medikasi yang dipakai adalah Sulfas Atropin 0,25 mg,

Page 31: General Anaesthetic

P a g e | 31

Sedacum(midazolam) 2 mg, Fentanyl 50 mg. Induksi yang diberikan adalah

Trivam(propofol) 100 mg dan Atracurium 25 mg +10 mg. Pemeliharaan yang diberikan

adalah Halothan 1%, oksigen, N2O sedangkan obat-obatan lain yang diberikan adalah

Onetic(ondansentron) 2 mg, Antrain(natrium metamizole) 1gr, kalnex (tranexamic acid) 1 gr.

Saat post operasi terapinya adalah oksigenasi sampai pasien sadar penuh, infus RL 20 tetes

per menit, antrain(natrium metamizole) 1 gr /8 jam i.v, apabila sadar penuh diet bebas.

DISKUSI

Dari pemeriksaan fisik dan penunjang, diperoleh gambaran mengenai status pasien. Status

fisik pra anestesi masuk dalam kategori ASA I, yaitu pasien dalam keadan sehat yang

memerlukan operasi. Berdasarkan status fisik pasien tersebut, jenis anestesi yang paling baik

digunakan dalam operasi isthmolobektomy adalah general anestesi. Teknik anestesi umum

yang dipilih pada pasien ini adalah teknik balance anesthesia, respirasi terkontrol dengan

endotracheal tube nomor 7,5. Fase tindakan anestesi meliputi premedikasi berupa sedasi dan

analgesi, induksi yang merupakan fase awake (sadar) menjadi tidak sadar dan merupakan

fase paling berbahaya karena pada proses ini disertai dengan hilangnya kontrol fungsi vital

(respirasi, kardiovaskular, SSP) akibat dari efek obat – obat induksi anestesi, serta fase

pemeliharaan yaitu mempertahankan stadium anestesi, sehingga pembedahan dapat

berlangsung dengan aman dan optimal. Premedikasi yang diberikan pada pasien ini adalah

Sulfas Atropin 0,25 mg, Sedacum(midazolam) 2 mg, Fentanyl 50 mg. Induksi yang diberikan

adalah Trivam(propofol) 100 mg dan Atracurium 25 mg +10 mg. Pemeliharaan yang

diberikan adalah Halothan 1%, oksigen, N2O, sedangkan obat-obatan lain yang diberikan

adalah Onetic(ondansentron) 2 mg, Antrain(natrium metamizole) 1gr, kalnex(tranexamic

acid)1 gr.

KESIMPULAN

Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri

secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.

Komponen dalam anestesi umum antara lain hipnotik, analgesi dan relaksasi Otot. Fase

Tindakan Anestesi Umum adalah premedikasi, induksi dan pemeliharaan.

Page 32: General Anaesthetic

P a g e | 32

REFERENSI

1. Boulton, T.B dan Blogg, C.E. 1994. Anestesiologi. Edisi 10. EGC. Jakarta.

2. Latief, SA., Suryadi, KA., Dachlan, R. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif. FKUI. Jakarta.

3. Mangku, Gde dan Senapathi, Tjokorda GA. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan

Reanimasi. Indeks Jakarta. Jakarta

4. Pramono, Ardi, Sp.An, dr. 2008. Study Guide Anestesiologi dan Reanimasi. FK

UMY. Yogyakarta

5. Saputro, Uud, Sp.An, dr. 2011. Anestesi Umum. RSUD Djojonegoro. Temanggung

6. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. 1989. Anestesiologi. Jakarta :

CV. Info Medika

7. Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology).

Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I. Jakarta

8. Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik (Basic Clinical

Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta: Salemba Medika