Top Banner
67

Gema Industri Kecil Juni 2007

Jun 06, 2015

Download

Documents

andisboediman

Media Informasi dan Promosi Industri Kecil
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Gema Industri Kecil Juni 2007
Page 2: Gema Industri Kecil Juni 2007
Page 3: Gema Industri Kecil Juni 2007
Page 4: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20072

induSTRi KERAJinAn PERAK GiAnYAR MEnAnTi “dEWA PEnYELAMAT”

induSTRi KERAJinAn PERAK GiAnYAR MEnAnTi “dEWA PEnYELAMAT”

Info Utama

Sejak akhir 2002 lalu industri kerajinan perak Indonesia, khususnya di Gianyar, mengalami stagnasi pasca keluarnya kebijakan pengenaan PPN 10% pada bahan baku perak. Perjuangan untuk penghapusan terus dilakukan tapi sayang hingga kini belum ada jalan keluar.

Page 5: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20073

industri kerajinan perak di Kabupaten Gianyar Bali merupakan urat nadi masyarakat daerah sentra produk

seni dan kerajinan di pulau dewata tersebut. dari sekitar 422.186 jumlah penduduknya, menurut Susenas 2004, sektor industri kecil dan perak menyerap sebanyak 60.972 orang atau 79,44% dari total tenaga kerja sektor industri di Kabupaten Gianyar.

Sentra kerajinan perak di Gianyar ini

terdapat di desa Celuk, Batubulan, dan Singapadu di Kecamatan Sukawati. Tapi yang terbesar terdapat di desa Celuk. di desa yang punya luas wilayah 247,56 hektar dan berpenduduk 2.749 jiwa itu 90% penduduknya bekerja di bidang kerajinan perak. di sana terdapat sekitar 700-an unit usaha di bidang industri kerajinan perak yang mayoritas berskala ekspor.

Masyarakat Celuk sudah sangat te-rampil dan terlatih di dalam membuat dan mendesain perak, baik kalung, cincin, gelang, liontin, souvenir dan sebagainya. Mereka punya telenta seni yang diwarisi dari nenek moyang. Ciri khas desain perak Celuk adalah paduan ‘jawan’. Jawan adalah butiran-butiran kecil bulat yang menempel di setiap jenis produk perak.

desain dan ukiran kerajinan perak yang bermotifkan tradisional Bali inilah yang menjadi keunggulan perajin perak desa Celuk. Sehingga kini masih mampu bersaing dengan daerah-daerah lain. Selain Celuk tidak ada daerah lain yang dapat membuat jawan, termasuk Jogja.

Ciri lain perak Celuk Gianyar adalah warnanya yang agak kehitam-hitaman atau tidak putih bersih seperti perak produksi Kota Gede Jogja. Soal ini, menurut nyoman Rupadane, salah seorang perajin, bukan dikarenakan bahan baku-nya yang jelek tapi memang sengaja dibuat agak kehitam-hitaman.

Soal kapan perak Celuk mulai berkembang hingga hari ini tidak ada catatan yang mampu menjelaskan hal itu. Cuma perak Celuk mulai mengalami “booming” kira-kira tahun 1970-an, yaitu saat me-reka mengenal pasar asing/ekspor.

Terdapat sekitar 40 negara tujuan ekspornya, di antaranya Thailand, Amerika Serikat, Kanada, inggris, irlandia, Perancis, Jerman, Spanyol, Austria, Belgia, Ceko, denmark, Hongaria, italia, Turki,

dan Jepang. Omzetnya pun lumayan besar, berkisar antara 100 juta hingga 400 jutaan per bulan untuk setiap perajin.

Kekhasan dan keunikan perak Gianyar ini tidak hanya disukai para turis mancanegara, tapi juga oleh para petinggi negeri ini. Sebut saja, mantan Presiden Megawati sangat menyukai perhiasan perak produksi Gianyar.

Munculnya permasalahanTapi sayang, sejak 3-4 tahun terakhir

industri kerajinan perak Celuk Gianyar mengalami gonjang-ganjing, sehingga mempengaruhi volume produksinya. Selain karena faktor bom Bali 1 dan 2 yang sangat mempengaruhi turunnya angka penjualan lantaran berkurangnya kunjungan turis mancanegara ke Bali, faktor yang tidak kalah berpengaruhnya adalah pengenaan Pajak Pertambahan nilai (PPn) 10% pada bahan baku perak yang dipasok dari PT Aneka Tambang (Antam).

Ketika Rini Soewandi menjabat Menperindag, para perajin perak Celuk diminta untuk membentuk koperasi, sehingga mereka membentuk koperasi yang bernama Koperasi Perajin Perak Celuk (KPPC). KPPC ini kemudian dijalinkan kerjasama dengan PT Aneka

Berbagai souvenir dari perak Gianyar: Ekspor sampai ke 40 negara

Page 6: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20074

Tambang untuk memasok bahan baku perak. Sehingga setiap minggu koperasi ini mendapat pasokan sebanyak 0,5 ton bahan baku perak dari Antam.

Meski harga di luar koperasi kerap tidak stabil, tapi di koperasi harganya tetap stabil, sehingga KPPC berfungsi sebagai penyeimbang. Koperasi ini berjalan bagus selama 2 tahun. Waktu itu harga bahan baku perak dipatok Rp 2100/gram, ini sesuai dengan harga yang berlaku di pasar internasional.

Peran koperasi mulai turun ketika pemerintah mengenakan PPn sebesar 10% sejak akhir 2002. Akibat kebijakan ini harga perak begitu sampai ke koperasi sudah tinggi. Anehnya, kebijakan ini tidak berlaku merata, karena di luar koperasi

masih terdapat perak yang kodenya sama (logam mulia) atau sejenis tapi harganya masih lebih murah.

Menurut Ketua Koperasi Perajin Perak Celuk, i nyoman Rupadane, faktor pengenaan PPn 10% sangat menampar industri kerajinan perak Celuk. Gara-gara itu kapasitas produksi dan harga jual “emas putih” ini mengalami persoalan yang

sangat serius. Bahkan terdapat beberapa unit usaha yang tidak mampu berproduksi lagi karena sulitnya mencari pasar lantaran harga yang tidak kompetitif lagi.

Memang hingga kini masih banyak unit usaha yang tetap berproduksi karena mereka masih bisa mendapatkan bahan baku dari black market yang terdapat di denpasar. Cuma masalahnya, meski harga dari black market lebih murah, tapi kualitasnya tidak sebagus yang dipasok dari BuMn spesialis logam tersebut.

ni Made Wartari, pemilik artshop Aristya Silver, yang menjadi langganan mantan Presiden Megawati, juga mengakui hal itu. Pengenaan PPn 10% sangat mempengaruhi usahanya. untungnya, usahanya tidak hanya difokuskan pada perhiasan perak tapi juga emas dan permata. dengan pola tersebut usahanya tetap bertahan, karena di saat produk perhiasan perak mengalami kelesuan terbantu oleh lonjakan penjualan emas dan permata.

Rupadane, juga punya siasat lain. untuk mengurangi biaya produksi dia menyiasatinya dengan mengurangi kadar perak pada setiap jenis produknya serta memadukannya dengan ornamen lain, seperti kerang, agar tetap terlihat cantik dan menarik. dengan cara ini harganya dipastikan bisa terjangkau oleh calon pembeli.

Selain itu, Rupadane dan ni Made

Page 7: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20075

Wartari juga semakin rajin menjajakan produknya ke beberapa negara dengan mengikuti setiap event pameran yang digelar di sana. Praktisnya produk perak ini dibawa, karena cukup hanya dengan satu koper, menjadikan mereka bisa melalangbuana ke berbagai negara.

Tidak hanya itu, mereka juga melengkapi trik marketingnya dengan membuat website khusus untuk display aneka produk peraknya plus email. dari situ calon pembeli, terutama buyer asing, bisa dengan mudah mengetahui jenis produk, desain, dan harga dari setiap produk perak mereka.

Calon pembeli yang berminat dan tertarik dengan produk-produk mereka cukup kirim email pemesanan barang plus transfer pembayaran ke rekening perusahaan, maka barang pun segera didatangkan ke tempat tujuan pembeli.

Perjuangan tak hentiuntuk menyelamatkan industri kerajinan

perak di Gianyar, dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten tersebut terus memperjuangkan pengha-pus an atau penurunan PPn 10%. “Kita akan terus berjuang hingga 0%,” tandas drs. Gede Widarma Suharta MM, Kadis Perindagkop Gianyar.

Bahkan, menurutnya, perjuangan yang dilakukan sudah sampai ke Presiden Megawati waktu itu. Tapi sayang, lagi-lagi mentok di tingkat pembahasan Tim Tarif dan dPR. “Saat pertemuan seluruh Kepala dinas dengan Menteri Perindustrian Bapak Fahmi idris beberapa waktu lalu persoalan ini juga sudah kami laporkan,” tambahnya.

Saking seriusnya dinas Perindagkop untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan ini, pengurus Asosiasi Perak Gianyar pernah diajak keliling Kalimantan Tengah, untuk melihat kemungkinan terdapat perak rakyat di sana yang kemudian bisa dibeli dan dijadikan bahan baku.

Belum berhasilnya perjuangan mereka hingga kini, disinyalir oleh Gede Widarma, karena gaung perjuangan pelaku industri perak tidak terlalu kuat. Maklum sentra industri kerajinan perak di Tanah Air yang besar hanya Gianyar dan Jogja. Bandingkan dengan industri kerajinan emas yang hampir merata di seluruh indonesia. “Aneh memang, emas tidak kena PPn, tapi perak justru kena. Padahal perak itu kan hasil sampingan dari emas,” keluh Gede Widarma.

Melihat kenyataan ini, direktorat industri Kerajinan, direktorat Jenderal industri Kecil dan Menengah departemen Perindustrian sendiri tidak tinggal diam. Mereka juga selalu membantu perjuangan kalangan industri kerajinan perak untuk menghapuskan PPn 10% tersebut.

Hanya itu, lagi-lagi mentok di ditjen Pajak. “nasib perak memang tidak sebagus nasib emas,” kata Tri Reni Budiharti, direktur industri kerajinan departemen Perindustrian. Sebelum ini perak pernah terkena PPn tapi kemudian bebas, lalu terkena lagi hingga kini.

Emas bisa tidak terkena PPn, menurut Reni, karena barang ini masuk kategori hedging too/ atau instrumen investasi yang sewaktu-waktu bisa dijual kembali. Sementara perak tidak masuk kategori hedging tool karena tidak dapat dijual lagi.

Terlepas dari itu semua, yang jelas perjuangan untuk membantu kalangan industri kerajinan perak agar tetap survive dan menjadi kebanggaan negeri sebagai warisan budaya bangsa yang bercita rasa tinggi, plus sebagai sumber pendapatan daerah dan nasional harus tetap kita perjuangkan. Adakah yang sanggup jadi “dewa penyelamat”? dhorifi Zumar

Cincin dan anting perak:Desainnya menarik, tidak kalah dengan emas

G

Page 8: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20076

Perajin perak di Gianyar, terutama di dalam keterampilan desain dan membuat perak mereka sudah

sangat terlatih. Mereka punya telenta seni yang diwarisi dari nenek moyang. Ciri khas desain perak Celuk pakai ‘jawan’. Jawan adalah butiran-butiran kecil bulat yang menempel di sisi setiap produk perhiasan. Selain Celuk tidak ada yang bisa membuat

jawan, termasuk Jogja. di desa Celuk ini 90% penduduknya

bekerja di bidang kerajinan perak. Soal kapan perak Celuk mulai berkembang hingga hari ini tidak ada catatan yang bisa menjelaskan hal itu. Cuma kalau perak Celuk mengalami “booming” itu kira-kira tahun 1970-an, mulai mengenal pasar asing.

Kalau masalah modal, di Celuk ini tidak menjadi masalah krusial. Karena para perajin rata-rata sudah punya dana untuk membeli bahan baku perak. Cuma yang menjadi kendala adalah bahan baku perak. ini terjadi sejak pemerintah pusat memberlakukan PPn (Pajak Pertambahahn nilai) sebesar 10% sejak tahun 2002/2003.

Bahan baku perak di lapangan sebenarnya ada dalam jumlah yang banyak. Hanya saja harganya sering tidak terjangkau oleh perajin karena sering “dimainkan”. Ketika perajin banyak mendapat order maka perak hilang dari pasaran, sehingga mereka mengalami kesulitan mendapatkannya.

Perjuangan untuk penghapusan PPn perak yang dilakukan pengurus Asosiasi Perak Gianyar (APG) dan Koperasi Perajian Perak Gianyar (KPPG) sebenarnya sudah sampai ke Presiden Megawati waktu itu. Tapi lagi-lagi pembahasannya mentok di Tim Tariff dan dPR.

Saat pertemuan kepala-kepala dinas Perindag seluruh indonesia dengan Bapak Menteri Perindustrian, Fahmi idris juga sudah pernah kami sampaikan soal PPn 10% perak tersebut. Tapi beliau sendiri tampaknya agak kesulitan, karena mesti

PERAJIN PERAK MEMANG SERING “DIMAINKAN”

Drs. Gede Widarma Suharta MM (Kepala dinas Perindagkop Gianyar):

Perajin perak di Gianyar, cukup terlatih dalam hal desain dan membuat produk. Tapi mereka mendapat kendala dalam masalah bahan baku dengan diberlakukannya PPN 10% untuk bahan baku perak.

Page 9: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20077

berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti depkeu, ditjen Pajak maupun dPR.

Ternyata gaung pebisnis perak kalah kuat dibanding pebisnis emas karena emas toh tidak terkena PPn 10%. Mungkin karena sentra perak yang besar hanya dua daerah, yaitu Gianyar dan Jogja, sehingga kurang kuat, sementara emas hampir seluruh indonesia.

Selain soal PPn, masalah lain yang ada di industri kerajinan perak Gianyar adalah soal sistem pengerjaan. Ketika perajin menerima order perak khas Bali dalam jumlah besar dalam waktu yang sempit, maka mereka rata-rata menyerah karena kesulitan. Misalnya, mendapatkan order 100 pieces dalam waktu seminggu, maka mereka tidak bisa mengerjakan, karena mereka tidak bisa membuat dalam bentuk massal.

ini karena perajin perak Celuk belum terlatih untuk membuat mass product. Sehingga sekarang kita latih untuk bisa menggunakan mesin casting agar mereka bisa memproduksi dengan cepat dalam jumlah besar.

Saat ini pemasaran perak Celuk kalau hanya mengandalkan artshop, atau menunggu tamu datang sudah tidak mungkin lagi karena dalam sehari belum tentu pengunjung datang. Terutama setelah tragedi Bom Bali 1 dan 2. Sekarang upaya yang dilakukan para perajin adalah berjualan ke luar negeri. Mereka pasarkan lewat website atau online trading. dan lewat cara ini sangat membentu para perajin. Berkat terobosan ini mereka bisa survive.

nilai ekspor perak Gianyar kalau dinilai masih lebih rendah dari kayu. nilainya kira-kira 40% dari total ekspor produk kerajinan Gianyar. Tapi kalau

perbandingan antara nilai penjualan untuk pasar lokal/nasional dan ekspor, maka hampir 85% perak Gianyar untuk pasar ekspor.Yang terbanyak adalah Thailand, Jepang, Amerika dan Eropa.

Peran dinas untuk membantu perma-salahan perajin perak Gianyar adalah dengan mencoba membangkitkan stake-holder, membangkitkan dan memfa si-litasi pembentukan asosiasi, atau mem-bangkitkan koperasi perak. Jadi lebih banyak ke fungsi fasilitasi.

dalam proses pemberdayaan mereka, kita bagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok besar, menengah dan kecil. Pola pemberdayaan masing-masing berbeda. Kalau yang kecil kita latih dari

mereka belum tahu perak sampai tahu dan sampai bisa membuat. ini motivatornya banyak dari kita.

Kalau kelompok menengah karena mereka sudah bisa membuat, maka yang kita lakukan adalah menyambungkan dengan asosiasi. Juga mereka kita beri subsidi untuk pameran. Kalau yang kecil kita berikan subsidi pameran secara penuh, tapi kalau yang menengah sekadar diberi subsidi.

Sementara yang besar tingkatan pembinaannya sudah ke level deregulasi. Mereka perlu apa, perizinan atau sertificate of origin (SKA) dalam satu hari, akan kita bantu.Bahkan jika mereka kesulitan kapal bisa kita bantu. untuk eksportir kita buatkan forum eksportir Gianyar. ini tempat mereka berkumpul dan berkomunikasi. Jadi di Gianyar ini setiap kelompok perain kita buatkan asosiasi sebagai wadah komunikasi antar mereka. dhorifi Zumar

Counter barang kerajinan perak: Harga sering tidak stabil

G

Page 10: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20078

Yogyakarta adalah salah satu kota wisata di indonesia yang banyak dikunjungi wisman (wisatawan

mancanegara). daya tarik dari kota “Gudeg” ini selain berbagai peninggalan bersejarahnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, dan candi yang lainnya, juga karena pantainya yang indah, parangtritis serta tempat wisata lainnya. di kota yang juga terkenal dengan sebutan kota

pelajar ini juga terdapat sentra perak, yang keberadaannya sudah ada sejak kerajaan Mataram.

Hasil kerajinan perak yang berpusat di “Kota Gede” ini, diantaranya berupa perhiasan, peralatan rumah tangga, dan hiasan interior cukup diminati para turis mancanegara. disamping disainnya cukup antik, harganya juga tergolong murah.

Pasang surutProduk-produk kerajinan perak di

Jogja dapat ditemukan di sepanjang jalan Malioboro. namun jika Anda ingin lebih puas lagi memilih dan melihat proses pembuatannya, datang ke Kota Gede. Kota Gede sudah terkenal sejak lama sebagai pusat kerajinan logam, khususnya perak. Menurut sejarah daerah ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram sebelum pindah ke Kartasura.

Walaupun kemudian Mataram terpecah

menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, namun beberapa perajin memilih menetap di tempat ini. Lalu pada masa perang dunia ke ii, aktivitas Kota Gede sebagai pusat kerajinan perak sempat terhenti.

Baru setelah merdeka, usaha kerajinan perak dimulai kembali. namun dengan kembalinya Belanda menjajah indonesia atau yang dikenal sebagai masa “Revolusi Fisik” antara 1947-1949 usaha kerajinan perak di Kota Gede kembali terhenti. Saat itu sebagian besar rakyat indonesia berkonsentrasi menghadapi agresi-agresi yang dilakukan oleh pasukan militer Belanda. Setelah kondisi keamanan membaik, sekitar 1949 perajin perak Kota Gede mulai merintis kembali usahanya. Kemudian pada 1952 pemerintah indonesia mulai memberlakukan izin usaha dan mendorong tumbuhnya kegiatan perekonomian rakyat.

Digemari wismanPeriode 1950-1960 setelah

kemerdekaan banyak tenaga asing yang membantu pembangunan di indonesia. diantara mereka ada yang berkunjung ke Kota Gede, dan tertarik dengan produk kerajinan peraknya. Mulai saat itulah hasil kerajinan perak Kota Gede dikenal dan diminati konsumen luar negeri. “Waktu itu

PERAJIN PERAK “KotA GEDE” Butuh PERhAtIANIndustri perak di Kota Gede, yang sudah eksis sejak zaman Kerajaan Mataram, kini nasibnya memprihatinkan. Tragedi bom Bali serta bencana gempa di Yogya dan Jateng ditambah pajak 10% bagi perajin perak, melengkapi penderitaan perajin perak khususnya di Kota Gede, Yogya.

Page 11: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 20079

banyak orang asing yang berkunjung ke Kota Gede, mereka tertarik dengan produk seperti teaset atau coffeeset. Boleh dibilang kerajinan perak kota Gede saat itu mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bapak saya sudah memiliki karyawan 28 orang,” cerita Moeljopratono, seorang perajin yang mewarisi usaha kerajinan perak dari bapaknya.

Kota Gede makin berkibar, setelah pemerintah menetapkan kota ini sebagai tujuan wisata. “Karena industri perak erat kaitannya dengan pariwisata, maka nama Kota Gede juga ikut terangkat,” tambah Moeljopratono. Meski di Bali dan Lombok juga terkenal dengan industri peraknya, namun Kota Gede, Yogya tetap ramai dikunjungi wisatawan asing dan domestik yang tertarik dengan kerajinan perak.

Butuh perhatian pemerintahSekarang ini kondisi perindustrian

perak yang ada di Kota Gede sedang mengalami kelesuan. “Kalau dulu kita bisa mempekerjakan puluhan bahkan

ada yang sampai ratusan karyawan, sekarang banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan,” ungkap Alono pemilik Onycs Silver. ditambah lagi peristiwa bom Bali (2002) makin membuat wisman takut berkunjung ke indonesia, dan hal ini berdampak terhadap industri perak di Kota Gede.

Bencana gempa bumi yang baru saja melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah, makin menambah penderitaan perajin perak. “Tidak sedikit perajin perak yang gulung tikar, sebab kondisinya memang tidak menguntungkan” tambah Alono lagi.

Memang pernah ada bantuan dari pemerintah kepada para perajin perak. namun sayang bantuan itu kurang bermanfaat. Karena bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. “Hal itu terjadi karena kurangnya komunikasi antara pihak pengusaha (perajin) dengan pemerintah mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh industri perak Kita diberikan mesin untuk produksi, namun sayang mesin-mesin

Perajin perak (kiri bawah), patung membajak sawah ( kanan atas), patung kuda dan replika vespa:Dibutuhkan jaringan pemasaran

tersebut kualitasnya sangat rendah. Sehingga tidak banyak membantu. Padahal yang kami butuhkan saat ini adalah jaringan pemasaran dan promosi tentang produk perak Kota Gede” ucap Priyo, pemilik Salim Silver. dalam kondisi sulit seperti ini hanya pengusaha yang memiliki jaringan buyer yang bisa bertahan, tambahnya.

Jadi, lanjut Priyo, kalaupun saat ini masih ada perajin yang produksi tidak lain hanya untuk mempertahankan diri saja. Apalagi dengan diberlakukannya pajak sebesar 10% terhadap perajin perak, jelas makin memberatkan. “Kami merasa keberatan dengan pajak itu. Apalagi pajak itu hanya berlaku pada kami, jika ada pembeli bahan baku perak dari luar negeri mereka tidak dibebankan pajak. Jadi dalam persaingan dengan produsen perak dari negara asing kita sudah kalah duluan,” ungkap Sutojo, Ketua i Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta. irwansyah G

Page 12: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200710

diantara perajin perak di Kota Gede, yang masih tetap eksis adalah Salim Silver. ia mendapatkan pelanggan

tetap untuk pasar internasional. Hampir 70% customer-nya berasal dari Amerika Serikat, dan akan dikembangkan ke pasar Eropa. “untuk pasar domestik saya tidak terlalu khawatir, karena pasarnya tetap ada,” ujar Priyo pemilik Salim Silver.

Teknik asli Kota Gede Menurut Priyo, perbedaan produk

SAlIM SIlvER BERtAhAN DENGAN tEKNIK lAMAPriyo meneruskan usaha perak warisan orang tua, dengan teknik pengolahan perak ala Kota Gede.

Salim Silver dengan yang lain terletak pada desain dan teknik pembuatannya. “Kami terus mengeluarkan desain terbaru, seperti replika becak atau andong,” tutur Priyo. Sedang teknik yang digunakan adalah teknik usapan yang sudah jarang digunakan. Kami menawarkan melalui katalog desain yang telah disiapkan. Kami juga menerima motif khusus pesanan pelanggan dan menjamin hak cipta pelanggan tersebut, tambahnya.

Hak cipta atas desain memang sering menjadi permasalahan dikalangan industri perak khususnya di Kota Gede. “Kadang ada orang yang datang melihat-lihat lalu menawar. Tapi dengan berbagai alasan lantas membatalkan transakasi. Ternyata orang ini memesan motif yang dilihat pada perajin lain. Kami tentu akan menerima dengan senang hati,” ujar Priyo.

Kendala tentang mis komunikasi dengan pemerintah soal bantuan juga dialami oleh

Priyo. “Kita diberikan mesin untuk produksi, namun sayang mesin-mesin tersebut kualitasnya sangat rendah sehingga tidak begitu banyak membantu. Padahal yang kami butuhkan saat ini adalah jaringan pemasaran dan promosi tentang produk perak Kota Gede” ucap Priyo.

Sehingga tambah Priyo, dalam kondisi sulit seperti sekarang hanya perajin yang memiliki jaringan buyer

yang bisa bertahan. Selain itu Priyo juga merasa bahwa pemberlakuan pajak sebesar 10% terhadap perajin perak sangat memberatkan. “Kalau kondisi ini dibiarkan terus maka saya yakin nama besar Kota Gede sebagai produsen perak akan tenggelam,” imbuh Priyo yakin. irwansyah

Produk Salim Silver (kiri) dan Priyo (insert) pemilik Salim Silver: Tetap eksis pasarnya luar negeri

G

Page 13: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200711

Onyc’s Silver dianta-ra perajin perak yang terkena

imbas bom Bali dan gempa bumi. “industri perak Kota Gede pasti bergantung pada iklim pariwisata di indonesia. Bom Bali dan gempa bumi yang melanda Yogya berpengaruh cukup besar pada wisatawan yang berkunjung khususnya ke industri perak Kota Gede, Yogya,” ucap Alono pemilik Onyc’s Silver.

Tetap bertahanSadar bahwa kondisi yang kurang

kondusif tidak bisa hanya dengan diratapi, Alono melakukan berbagai inovasi dalam produksinya. “untuk tetap bisa bertahan saya mencoba memproduksi kerajinan non perak” tuturnya.

Jika sebelum tragedi bom dan gempa, Onyc’s Silver dalam satu bulan mampu menghabiskan hingga 30-45 kg perak mentah, tapi kini hanya menghabiskan 18 kg saja. “Selain karena sepinya order, juga karena faktor pajak 10% yang ditetapkan oleh pemerintah. Keinginan kami para pelaku industri perak kalau bisa pajak-pajak yang memberatkan dihapuskan. Karena jika tidak, berarti kami harus menaikkan harga maka bisa saja para

oNyc’S SIlvER MEMADuKAN DENGAN uKIRAN KAyuUntuk menyiasati sepinya order, Onyc’s Silver membuat inovasi baru memadukan dengan ukiran kayu.

buyer beralih ke produsen dari negara lain,” ujarnya.

untuk mengantisipasi kondisi sepi, Alono mene-rap kan strategi de ngan meningkatkan kuali tas pro-duk. Selain itu Onyc’s Silver juga menciptakan desain-desain baru ser ta mengikuti tren konsumen. “dari sisi lain juga harus ada usaha bersama an tar perajin

seperti de ngan mengadakan pameran bersama, pemasaran bersama, atau sharing order. dengan begitu secara bersama-sama para perajin juga bisa saling menguatkan,” ujar Alono lagi.

Saat awal buka pada 1980, Onyc’s Silver memperkerjakan sekitar 60 karyawan. “dalam kondisi normal, kita memasarkan hingga Jakarta, Bali dan Amerika Serikat. namun dengan kondisi lesu begini, pemasaran makin sulit. Akhirnya banyak pekerja yang beralih profesi menjadi kuli bangunan,” papar Alono.

Meski kini pasar perak sedang lesu, namun Alono tetap survive dan bertekad tetap menjalankan usaha perak sebagai bisnis utamanya. “Saya sedang mencoba memadukan perak dengan ukiran kayu. Ya ini bagian dari inovasi untuk menyiasati keadaan,” ujarnya sambil memegang ukiran kayu berbentuk cicak besar. irwansyah

Alono pemilik Onyc’s Silver (kiri) dan produk perak Onyc’s: Pasar makin sepi

G

Page 14: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200712

Memasuki workshop perak Md Silver, milik Moeljopranoto tam-pak sekelompok lelaki tua tengah

asyik mengukir perak, sambil ngobrol berbahasa jawa. Suasana ruangan workshop kental dengan nuansa budaya Jawa. di salah satu dinding terpampang gambar Sri Sultan Hamengkubuwono iX, dan beberapa gambar lelaki dengan pakaian bangsawan Jawa. disudut lain terpampang sertifikat keluaran pemerintah nederland indie yang menerangkan penerimanya adalah orang yang ahli.

Md Silver sendiri berdiri pada 1917. “Saat itu Eyang Lurah Wirjosudarmo membuka usaha yang bergerak di bidang kerajinan logam seperti kuningan dan tembaga,” papar Moeljopranoto. Lantas pada 1936 saya membuka usaha kerajinan emas, namun kemudian dialihkan pada

kerajinan perak. Awalnya, Md Silver hanya untuk menu-

tupi kebutuhan hidup sehari-hari. Seiring perkembangan dan banyak orang Belanda yang tertarik akhirnya perusahaan dikelola lebih baik. “namun karena situasi indonesia, khususnya Yogya saat itu selalu berubah-ubah maka perusahaan ini juga mengalami pasang surut. Jika kondisi keamanan baik penjualan meningkat begitupula sebaliknya,” tutur Moeljopranoto.

Menembus pasar ekspordengan digalakannya industri pariwi-

sata oleh pemerintah pada 1978, Md Silver mengalami perkembangan yang cukup pesat. “Kami sanggup melayani pemesanan mulai dari kerajinan untuk souvenir tamu negara sampai ekspor

MD SIlvER BERtAhAN SEJAK 1917MD Silver milik Moeljopranoto, pernah mencapai kejayaan hingga dianugerahi Piala Upakarti dari Presiden Suharto. Karyanya menjadi cinderamata tamu-tamu negara. Tapi kini butuh perhatian pemerintah.

ke mancanegara, terutama dari Eropa. umumnya pesanan mereka berbentuk peralatan makan dan minum,” ungkap Moeljopratono.

namun kini kondisinya cukup memprihatinkan. “Banyak faktor yang membuat industri perak secara umum menjadi lesu, termasuk Md Silver. Selain sektor pariwisata yang agak sepi menyusul peristiwa bom Bali dan gempa bumi Yogya, kondisi diperparah dengan diberlakukannya PPn 10% untuk industri perak lokal saat membeli perak mentah. Anehnya pajak ini tidak dikenakan pada importir,” ucap Moeljopranoto.

namun, Moeljopranoto tetap optimis bahwa industri perak Kota Gede masih memiliki peluang untuk maju. Karena Md Silver sudah cukup dikenal dengan produk-produk yang khas. “Saya yakin

kondisi lesu tidak akan lama, apalagi kalau didu-kung kebijakan pemerin-tah yang berpihak pada perajin perak,” tambah Moeljopranoto.

irwansyah

Moelyopranoto dan karya seninya: Masih optimis kerajinan perak Yogya akan berjaya lagi

G

Page 15: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200713

Hampir satu tahun kota Sidoarjo terkena musibah bencana lumpur panas Lapindo. dampaknya hampir

semua sendi-sendi ekonomi berhenti. Pada hal sebelumnya nama Tanggulangin di Sidoarjo cukup terkenal sebagai tempat belanja tas kulit dengan model luar negeri.

Sebenarnya tidak semua daerah di Tanggulangin tenggelam karena lumpur, hanya sebagian kecil saja. namun dengan luberan lumpur yang menggenangi jalanan, banyak usaha yang terganggu. Para pembeli maupun wisatawan enggan mampir untuk belanja. Sehingga omzet sentra iKM di kawasan ini turun drastis sampai 80%. Total kerugian iKM yang terendam lumpur mencapai Rp 480 miliar. Jadi jika sebelumnya rata-rata omzet pengusaha Rp 3-5 miliar tinggal Rp 1 miliar per bulan. Selain itu banyak tenaga kerja yang terpaksa dirumahkan.

Berdasarkan data dari dinas Perindustrian dan Perdagangan Sidoarjo, total industri iKM ada 2.449 unit usaha, yang terendam lumpur sebanyak 209 unit usaha. Khusus iKM di Tanggulangin, dari 650 unit usaha, terdapat 46 unit usaha yang terendam lumpur, yang lainnya tetap berproduksi karena lokasinya jauh dari luapan lumpur.

Sejauh ini upaya yang telah ditem-puh Pemprov Jatim adalah merelokasi unit-unit usaha yang terendam lumpur ke

sembilan wilayah yang telah disewa untuk program relokasi sementara. Relokasi ini khusus industri kerupuk, rotan hingga pengolahan beton pratekan.

Potensi IKM Sidoarjo

Sebagai wujud perhatian Pemerintah, departemen Perindustrian bekerjasama dengan dinas Perindustrian dan Perda- ga ngan Provinsi Jatim dan Kabupaten Sidoarjo khususnya iKM Tanggulangin mengge lar “Pameran dan Penjualan Produk iKM Tanggulangin Sidoarjo” di Plasa Pameran industri deperin. Pa-meran diikuti 54 perusahaan, dengan memamerkan berbagai produk seperti koper, tas, dompet, sepatu, jaket, akse-sori serta aneka bordiran dan batik. Melalui pameran ini, diharapkan para perajin dapat mempromosikan dan me-

nunjukkan kepada masyarakat luas bahwa keberadaan sentra iKM tas dan koper Tanggulangin masih produktif.

Menteri Perindustrian Fahmi idris, dalam sambutannya mengatakan bahwa Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah produktif, cukup banyak industri yang operasional di wilayah ini. namun akibat musibah yang merusak sejumlah infrastruktur, terjadi penurunan produktivitas di sektor iKM dan sejumlah industri besar.

Sebelum bencana lumpur, Kabupaten Sidoarjo adalah seba gai salah satu penyangga Provinsi Jatim. Berbagai potensi industri kecil dan menengah, perdagangan, sektor pariwi sata, ikut memberikan kontribu- si terhadap pendapatan daerah. Bahkan Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian regional. Faras

Dari 2.449 IKM yang terdata oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yang terendam lumpur sebanyak 209 unit usaha. Khusus IKM di Tanggulangin, dari 650 unit usaha, terdapat 46 unit yang terendam lumpur, yang lainnya tetap eksis.

IKM SIDoARJo MASIh EKSIS

Pameran produk kulit produksi IKM: Salah satu komoditi unggulan dari Sidoarjo

G

Page 16: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200714

Batik, bordir, dan tempe:Batik dan bordir pasarnya sampai luar negeri, untuk tempe dipasarkan disekitar Sidorajo

PoTenSI Dan ProDuK unGGulan DI BeBeraPa KecaMaTan SIDoarjo

No Kecamatan Industri Keterangan

1. Sidoardjo Batik Tulis Sentra ini banyak terdapat di Desa Sidoklumpuk, Jetis, dan Lemahputro. Batik tulis Sidoarjo yang terkenal adalah batik tulis Kenongo. Anyaman Bambu Kerajinan anyaman bambu berada di desa Sumput Kecamatan Sidoarjo. Alat Peraga Kerajinan pembuatan alat peraga ini berada di Anatomi Manusia desa Sumput Kecamatan Sidoarjo. 2. Tanggulangin Industri Kulit Tanggulangin berdiri sejak tahun 1976. Selain memproduksi tas dan koper juga sepatu, ikat pinggang, dompet, dll. Koperasi Intako mempunyai anggota tahun 2001 sebanyak 132 orang. Koperasi ini telah membuka showroom di desa Kedensari Tanggulangin. Pemasaran tas dan koper selain konsumedatang sendiri, juga dipasarkan di dalam negeri atau keluar negeri antara lain Jepang, Arab Saudi dan Eropa. Industri Bordir Bordir Hasanah terletak di desa Kludan, Kecamatan Tanggulangin. Usaha bordir ini mempelopori kerajinan dan ketrampilan bordir di desa Ketegan, Kedung Pandan, Trompoasri, Kedung Rejo, Kludan, dan Boro. Bordir Hasanah terkenal karena kualitas tinggi dengan harga bersaing. Pemasaran produk bordir tersebut selain di dalam negeri juga diekspor.

3. Porong Sentra Industri Terletak di desa Kesambi Kecamatan Alat-alat dapur Porong. Jumlah unit usaha pada 2001 berjumlah dari aluminium 122 unit dengan tenaga kerja 689 orang. Jumlah produksi sebanyak 4.088.030 buah dengan nilai Rp 13.124.053.00,-. Nilai bahan baku maupun bahan penolong yang digunakan sebear Rp. 8.705.800.00,- Alat-alat dapur ini dipasar kan di pulau Jawa, Madura, Bali, NTT dan Luar Jawa.

4. Jabon Sentra IK Tempe Terletak di desa Kedung Cangkring Kecamatan Jabon berkembang cukup pesat. Jumlah unit usaha pada tahun 2001 ada 110 unit usaha dengan tenaga kerja 420 orang. Jumlah produksi yang dihasilkan sbanyak 1.800.030 kg dengan nilai Rp. 2.700.000.000,- Tempe yang dihsilkan dipasarkan di Sidoarjo, Surabaya, Pasuruan dan Mojokerto. Sentra Industri Bordir Terletak di Kecamatan Jabon berada di desa Kedung Pandan, Kedung Rejo dan Trompoasri. Produk dipasarkan di Bangil, Surabaya, Bali, Jawa Tengah, Jakarta. Sentra IK Konveksi Terletak di Kecamatan Jabon berada di desa Pejarakan. Jumlah unit usaha pada tahun 2001 berjumlah 21 unit, dengan tenaga kerja 30 orang. Jumlah produksi yang dihasilkan

Page 17: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200715

No Kecamatan Industri Keterangan

Industri tekstil, produk kulit, dan tambak: Tumbuh dan tetap eksis

75.600 potong dengan nilai produksi Rp. 26.600.000,- Sentra Udang Windu Berada di desa Kedung Pandan Kecamatan Jabon. Hasil produksi dipasarkan dan diekspor ke USA, Jepang, Taiwan, Hongkong, dan Arab Saudi. Setra Industri Ikan Berada di desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon. Krupuk ikan ini dipasarkan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan.

5. Krian Sentra IK Sepatu Terletak di desa Kemasan Kecamatan Krian Sentra IK Tahu, Terletak di desa Tropodo berada Sapi Perah dan Kereman dalam pengelolaan PRIM KOPTI “Ngudi Mulyo”. Jumlah unit usaha pada tahun 2001 ada 75 unit dengan tenaga kerja 294 orang. Jumlah produksi per tahun sebesar 3.600.000 kg dengan nilai produksi Rp. 4.680.000.000,-. Produk dipasarkan ke Sidoarjo, Gresik, Surabaya, dan Mojokerto.

6. Candi Sentra Industri Sayangan Sentra ini merupakan penghsil alat- alat kebutuhan rumah tangga yang terbuat dari bahan alumunium. Kerajinan Kulit Seni kerajinan kulit adalah membuat barang-barang kerajinan yang terbuat dari bahan kulit. Yang dibuat antara lain adalah wayang kulit, lukisankulitdankaligrafi.

Penghasil udang windu Banyak berasal dari desa Kedung Peluk Kec.Candi. Penghasil kupang, Kupang adalah merupakan hasil petis kupang dan krupuk alam yang didapat dari perairan di Kecamatan Candi. Kupang biasa diolah sebagai lauk - pauk pada makanan dan biasa dicampur dengan lontong yang disebut lontong kupang. Selain untuk lauk-pauk kupang juga dipakai sebagai bahan pembuatan petis dan krupuk.

Sentra IK Tempe Sentra ini terletak di desa Sepande dan Somokali Kecamatan Candi. Kerajinan Cermin Penghasil kerajinan cermin berasal dari desa Kedungbendo Kecamatan Candi.

7. Waru Sentra IK Logam Industri kecil logam yang ada di Kecamatan Waru berada dalam pengelolaan Koperasi Logam Waru BuanaPutra,desa Ngingas Kecamatan Waru. Jumlah anggoanya pada tahun 2001 mencapai 128 orang. Koperasi ini telah mendapat penghargaan pada tahun 1989 berupa Upakarti Kepeloporan. Sentra IK Sandal Terletak di desa Wedoro Kecamatan Waru. Jumlah unit usaha pada rtahun 2001 sebanyak 147 unit dengan tenaga kerja 882 orang.

Page 18: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200716

No Kecamatan Industri Keterangan

MENGENAl lEBIh JAuh SIDoARJoSecara geografis Sidoarjo terletak antara batas sebelah utara adalah

Kotamadya Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah selatan adalah kabupaten Pasuruan, sebelah timur adalah selat Madura dan sebelah barat adalah kabupaten Mojokerto.

Kabupaten Sidoarjo mempunyai 18 kecamatan, dengan luas 591,59 km persegi dan berpenduduk 1.682.000 jiwa (2003). Secara keseluruhan merupakan daerah dataran rendah. Wilayah bagian Timur dengan ketinggian 0-3 meter dari permukaan laut, merupakan daerah pantai. Bagian Tengah berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter, merupakan daerah pemukiman, perdagangan dan pemerintahan. Wilayah bagian Barat dengan ketinggian 10-25 meter, merupakan daerah pertanian.

Wilayah Sidoarjo berupa: flora (tanaman pangan dan holtikultura), dan fauna (perikanan dan perternakan). Sumber daya mineral, bahan galian dan

bahan tambang golongan C. data 2001, peluang investasi yang ada adalah.

Industri & Perdagangan1. Pengembangan usaha perdagangan sebagai pendukung pertanian: alat-

alat pertanian, hasil pertanian, dll.2. Pusat Konsultasi Bisnis dan informasi pasar.3. Pembangunan Pusat pembelanjaan. Pertambangan1. Penambangan gas bumi, terdapat di Kec. Porong dan Krembung dengan

produksi sementara 2,5 MMSCFd per tahun. Terdapat 24 sumur yang dibor baru 2 sumur yang beroperasi

2. Penambangan yodium. Hasil survey dan eksplorasi menunjukkan kandungan yodium di Kab. Sidoarjo cukup tinggi dengan luas areal 10.900 ha. di kec. Tarik, Tulangan, Porong dan Krembung

3. Pengelolaan garam rakyat.

Jumlah produksi per tahun 352.800 kodi dengan nilai Rp. 10.584.000.000. Ekspor per tahun 70.560 kodi dengan nilai Rp. 2.116.800.000. Negara tujuan pemasaran ekspor adalah Spanyol, Polandia, Panama, Dubai, Iran, dan Swiss.

8. Sukodono Mainan Anak Penghasil kerajinan permainan anak di Kecamatan Sukodono berasal dari desa KebonAgung.

9. Gedangan Kerajinan Topi Penghasil kerajinan topi di Kecamatan Gedangan berasal dari desa Panggul. 10. Sedati Ikan Asin Penghasil ikan asin di Kecamatan Sedati berasal dari desa Gisik Cemandi. Bandeng Penghasil ikan bandeng di Kecamatan Sedati be rasal dari desa Kalanganyar. Udang Windu Penghasil udang windu di Kecamatan Sedati be rasal dari desa Kalanganyar.

11. Prambon Pengrajin Mente Pengrajin Mente berasal dari desa Kedungsugo Kecamatan Prambon

Krupuk Penghasil krupuk berasal dari desa Jati Kalang Kecamatan Prambon.

12. Krembung Jamur Merang Budidaya jamur merang berada di desa Kedung Rawan Kecamatan Krembung. Jamur ini dipasarkan di Surabaya dan Malang.

13. Tulangan Sentra Buah Blimbing Buah blimbing banyak ditanam di desa Sudimoro Kecamatan Tulangan. Buah ini dipasarkan ke Sidoarjo dan Surabaya. Sentra Krupuk Ikan Sentra ini terletak di desa Telasih kecamatan tulan gan. Produk ini dipasarkan ke Jatim, Jateng dan Kalimantan.

Page 19: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200717

departemen Perindustrian (deperin) menetapkan target pertumbuhan iKM sebesar 12,2%, yang kemu-

dian diharapkan akan meningkatkan kontribusi terhadap PdB sektor industri yang selama ini hanya 38% menjadi 54% pada tahun 2005. untuk mewujudkan target tersebut, mulai 2006 deperin telah menetapkan kebijakan melalui program : pertama, Perkuatan Pro gram, kedua, Perkuatan Pendampingan Langsung, ketiga, Perkuatan Kelembagaan, keempat, Perkuatan Sumber daya Manusia, kelima,

Perkuatan Teknologi dan Mesin Peralatan, keenam, Perkuatan jejaring kerja dan ketujuh, Perkuatan Anggaran. Ketujuh program ini harus saling terkait.

di era otonomi daerah, dirjen iKM menyerahkan wewenang operasional pembangunan industri, khususnya dalam rangka pembinaan dan bimbingan iKM sepenuhnya kepada Pemerintah daerah (Pemda), melalui pendekatan kebijakan APBn dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Kebijakan “desentralisasi” atau “dekonsentrasi” ini memberikan

keleluasaan kepada Pemda untuk melak-sanakan tugas pemerintahannya secara otonomi dengan tetap meng utamakan kepentingan nasional.

dalam pelaksanaan tugas dekon-sentrasi dan tugas pembantuan di bidang industri, mengacu pada pertama, program atau kegiatan yang akan dikelola oleh dinas industri Propinsi dalam rangka dekonsentrasi, serta program/kegiatan yang dikelola oleh dinas industri Kabupaten, Kota dan desa dalam rangka tugas pembantuan. Kedua,

DEKoNSENtRASI DAN tuGAS PEMBANtuAN IKM IKM memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pada 2005 terdapat lebih dari 3,5 juta IKM dan mampu menyerap tenaga kerja 8,5 juta orang. Untuk itu pemerintah menetapkan tujuh program target pertumbuhan IKM

Rapat koordinasi: Dalam rangka meningkatkan & penyusunan program IKM sektor industri

Page 20: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200718

adanya pengalokasian APBn deperin kepada Propinsi/ Kabupaten/ Kota/ desa untuk mendanai pelaksanaan program atau kegiatan dalam rangka tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Prinsip penyelenggaraan program Program dekonsentrasi diperuntukkan

bagi pelaksanaan kegiatan parameter capain yang kinerjanya bersifat non fisik (tidak berwujud). Selain itu menjamin keberlanjutan daur hidup eksistensi indus-tri yang sudah ada (existing) karena Pemerintah Pusat sangat berkepentingan untuk mengamankan per tum-buhan eko nomi na sio -nal, kesem pat an kerja, penghasilan devi sa dan terjaminnya aliran pasokan barang dari produsen ke konsumen.

Lalu dalam pers-pek tif manajemen pem ba ngunan, tugas dekonsentrasi lebih tepat kalau bobot p e n u g a s a n n y a difokuskan kepada aspek penanganan koordinasi, yang bersifat lintas daerah Kabupaten/Kota, seperti; Koordinasi penyusunan rencana/program/kegiatan pembinaan dan pengembangan industri, Penyediaan data dan informasi perkembangan industri besar, industri menengah dan industri kecil di daerah (lintas

Kebupaten/Kota). Selain itu Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P3dn terutama pengadaan barang dan jasa yang dananya dibiayai dari APBn/ APBd, baik proyek-proyek Propinsi maupun kabupaten/Kota, Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana/program/kegiatan pengembangan industri di Kabupaten/Kota, Koordinasi penanganan dan penyelesaian masalah yang menghambat perkembangan industri di daerah dan terakhir Menyediakan data dan informasi sumber daya pendukung industri lintas Kabupaten/ Kota seperti

Rapat koordinasi menyusun anggaran (atas), IKM menjadi tar-get pemerintah dalam pembangunan (bawah).

bahan baku, infrastruktur, dan lain-lain.Tugas Pembantuan merupakan program

pengembangan industri yang diwujudkan dalam kegiatan bersifat fisik. Misalnya pertama pembangunan kawasan industri (termasuk pengembangan kawasan industri kecil) yang diarahkan untuk mengantisipasi peningkatan utilisasi kapasitas industri, pertumbuhan industri baru, penyebaran kegiatan industri ke luar Pulau Jawa dan peningkatan basis produksi di pedesaan. Kedua, pengembangan pusat-pusat produktivitas industri, melalui revitalisasi

uPT, LPT indak, dan pendirian Pusat desain Kerajinan. Ketiga, pengembangan layanan informasi produk dan faktor produksi. Keempat, pemanfaatan Balai diklat industri (Bdi) sebagai pusat peningkatan kompetensi dan ketrampilan SdM industri dan aparatur. Kelima, pengembangan proyek-proyek rintisan (pilot project), pengembangan industri berbasis sumber daya lokal/ unggulan daerah dalam rangka pengembangan kom petensi inti daerah.

Penyelenggaraan program pengem- bangan industri yang dilaksanakan berdasarkan azas tugas dekonsentrasi maupun tu gas pembantuan terma suk dana APBn yang dipergunakan harus menga lir pada saat yang tepat (tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas). dana dikelola se ca-ra transparan dan akuntabel, karena tujuan nya untuk membantu pertumbuhan industri/ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan.

Page 21: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200719

Mekanisme penyusunan program dan anggaran

dekonsentrasi adalah kegiatan yang berlokasi di daerah dimana wewenang dan pengelolaannya dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah. Selain itu dinas Perindag Propinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi menyusun rencana kegiatan untuk dibahas bersama di bawah koordinasi Gubernur yang selanjutnya diajukan usulan rencana kegiatan kepada Menteri Perindustrian cq. dirjen yang bersangkutan. Selanjut-nya Menteri Perindustrian dengan mempertimbangkan usulan Gubernur menetapkan usulan tersebut menjadi kegiatan dekonsentrasi dengan ”Kepu-tusan Presiden”. Berdasarkan Keppres ini Menteri Perindustrian mengusulkan rencanannya kepada Menteri Keuangan untuk selanjutnya menjadi dasar penyu-sunan satuan anggaran.

Sedang Tugas Pembantuan pertama, adalah kegiatan yang berlokasi di daerah dengan sumber dana dari APBn yang pelaksanaannya merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur/ Bupati/ Walikota/ Kepala desa. Kedua, dinas Perindag yang melaksanakan tugas pembantuan menyusun rencana kegiatan untuk dibahas bersama di bawah koordinasi Gubernur yang selanjutnya diajukan usulan rencana kegiatan kepada Menteri Perindustrian cq. dirjen terkait.

Pengawasan, pertanggungjawaban dan pelaporan

Pengawasan sesuai dengan pasal 26 Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2005 adalah tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah daerah, inspektorat Jenderal departemen Perindustrian akan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, karena dana yang dialokasikan bersumber dari APBn. Kalau ada unsur dana APBd-nya, maka pengawasan dapat diselenggarakan oleh Bawasda. dalam rangka pembinaan, kegiatan pengawasan dapat diselenggarakan secara bersama-sama dengan Bawasda Propinsi/Kabupaten/ Kota.

1. Dana Dekonsentrasi :a) Penatausahaan kemampuan dalam

pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari penatausahaan kemampuan dalam pelaksanaan tugas Pembantuan dan desentralisasi

b) SKPd menyelenggarakan penatausaha-an uang/barang dalam rangka dekon-sentrasi secara tertib.

c) SKPd menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi kepada gubernur.

d) Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban seluruh pelaksa-na an kegiatan dekonsentrasi kepada Menteri/Pimpinan Lembaga yang memberikan pelimpahan wewenang.

e) Menteri menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Presiden.

2. Tugas Pembantuan :a) Penatausahaan keuangan dalam

pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan secara terpisah dari penatausahaan keuangan dalam pelaksanaan dekonsentrasi /

Hasil produksi IKM: Perlu pendampingan konsultan dan akses pasar

Tugas Pembantuan merupakan program pengembangan industri yang diwujudkan dalam kegiatan fisik.

Page 22: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200720

desentralisasi.b) SKPd menyelenggarakan penatausa-

haan uang/barang dalam rangka Tugas Pembantuan secara tertib.

c) SKPd menyampaikan laporan pelaksa-naan kegiatan Tugas Pembantuan kepada Gubernur, Bupati atau Walikota.

d) Kepala daerah menyampaikan Laporan Pertanggungjawabannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga.

e) Menteri/Pimpinan Lembaga menyam -pai kan Laporan Pertanggung-jawabannya kepada Presiden

Implementasi dan hasil evaluasi Hasil evaluasi inspektorat Jenderal

deperin berkaitan dengan implementasi APBn dekonsentrasi maupun tugas pembantuan kesimpulannya:1. Sesuai ketentuan yang berlaku, pelaksa-

naan tugas dekonsentrasi di bidang industri belum memenuhi persyaratan prosedural dan legal formal.

2. dilihat dari sisi program/ kegiatan yang dilaksanakan terdapat kecen derungan adanya kegiatan yang

TaBel KoMPoSISI KewenanGan PenGelolaan aPBn 2006 -2007

Sumber : Bag. Program DJIKM

Alokasi Anggaran (milyar)

No. T. A Pusat Dekon- Tugas Keterangan sentrasi Pembantuan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 2006 204,3 75,3 - -

2 2007 322,8 139 20 18 kab/kota

Wewenang pembangunan industri, khususnya dalam rangka pembinaan dan bimbingan IKM ada pada Pemda.

IKM bordir: Butuh bantuan modal dan akses pasar.

Percepatan pembangunan Papua

PenerIMa BanTuan PeralaTan No Provinsi Kabupaten/Kota Jenis Peralatan/mesin

I Papua Barat Kab. Sorong Pengolahan kayu Kota Sorong Pengolaha kayu Kab. Teluk Bintuni Peng. kayu , minyak atsiri (minyak lawang dan minyak masoi) Kab. Fakfak Pengolahan ikan II Papua Kota. Jayapura Batako/paving, kayu dan kakao Kab. Kirom kakao (coklat) Kab. Jayapura Peng. kayu, kakao Kab. Yapen Waropen Pengolahan kopi Kab. Nabire Pengolahan kopi Kab. Painai Pengolahan kopi Kab. Jayawijaya Pengolahan kopi Kab. Merauke Peng. pinyak atsiri (kayu putih) Kab. Biak Nuvor Pengolahan kayu kelapa

Tahun Anggaran 2007 dirjen iKM mengalokasikan program dan kegiatan dalam rangka percepatan pembangunan di Papua dan Papua Barat. Hasil kesepakatan dengan Bappeda Provinsi Papua, ditetapkan bahwa alokasi program pengembangan iKM memprioritaskan pengadaan peralatan/mesin produksi untuk unit Pelayanan Teknis (uPT) serta dalam rangka mendukung kapasitas potensi iKM Pangan dan Kimia dan Bahan Bangunan. nilai bantuan program tersebut sebesar Rp 17 milyar dengan komposisi Rp 12 milyar untuk pengembangan komoditi kimia dan bahan bangunan, dan Rp 5 milyar untuk komoditi pangan. Rincian lokasi penempatan bantuan peralatan / mesin terlihat dalam tabel disamping.

Page 23: Gema Industri Kecil Juni 2007

Info Utama

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII - Juni 200721

IKM pemintalan dan konveksi: Butuh bantuan pembinaan dan bimbingan.

sama dan alokasi anggaran yang sama di setiap Propinsi.

3.. Program/ kegiatan dekonsentrasi belum mengarah kepada kegiatan yang memprioritaskan kepada pengembangan potensi daerah yang benar-benar dibutuhkan.

4. Belum adanya program andalan spesifik sebagai model program yang dapat diterapkan pada daerah potensial, kemudian dirumuskan indikator keberhasilannya.

5. Oleh karena itu, program-program yang dirancang untuk dilaksanakan dengan pendekatan dekonsentrasi maupun tugas pembantuan, seyogyanya dirumuskan secara terintegrasi yang mampu menjawab atas berbagai masalah industri di pusat/ di daerah.

6. di administrasi masih ada ketidaktertiban sehingga perlu dilakukan pembenahan.

dirjen iKM dalam merealisasikan program pembinaan dan pengembang-an iKM melalui implementasi alokasi APBn dekonsentrasi/desentralisasi maupun tu gas pembantuan disesuai-kan dengan kebutuhan pembangunan di daerah. ukuran kebutuhan itu berdasarkan usulan Bupati/ Walikota mapun dPRd, serta tokoh masyarakat dengan urgensi yang relevan untuk pembangunan iKM di wilayahnya.

dari tahun ke tahun perubahan komposisi dan alokasi pelimpahan wewenang pengelolaan APBn dalam rangka pembinaan dan pengembangan iKM dekonsentrasi maupun tugas pembantuan terus meningkat. Sebagaimana terlihat pada tabel Komposisi Keuangan Pengelolaan APBn 2006-2008.

Gunawan usamahG

Page 24: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200722

Calon Konsultan DIaGnosIs IKM

Menteri Perindustrian RI, Fahmi Idris: Menyematkan tanda peserta pelatihan.Berpesan agar para peserta tekun dan rajin dalam mengikuti pelatihan Shindan Shi.

Pelatihan Shindan Shi, calon Konsultan Diagnosis IKM angkatan II selama lima bulan. Konsultan Diagnosis ini nantinya mendampingi IKM untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi IKM.

Page 25: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200723

Menteri Perindustrian, Fahmi Idris membuka pelatihan Shindan Shi, calon Konsultan Diagnosis IKM

angkatan ke II selama 5 (lima) bulan di Cisarua-Bogor. Konsultan Diagnosis ini nantinya mendampingi IKM untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang mungkin timbul dalam usahanya. Pelatihan yang dimulai pada 16 April 2007 ini diikuti 100 peserta, hasil perekrutan dan seleksi 216 peserta dari 23 propinsi diseluruh Indonesia. Peserta akan menyelesaikan 702 JPL.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian berpesan agar para peserta tekun dan rajin dalam mengikuti pelatihan. Sehingga nanti dapat berperan dilapangan, melakukan tugas pendampingan kepada pengusaha IKM. Diharapkan para Shindan Shi mampu merumuskan hasil diagnosis penyakit atau penghambat usaha IKM secara cermat. Sehingga rekomendasi atau pengobatan yang diberikan dapat “menyembuhkan penyakit” pada usaha tersebut.

Hasil diagnosis tersebut, lanjut Menteri, jika dianalogikan dengan praktek kedokteran benar-benar menghasilkan usulan terapi lanjut yang dapat menyembuhkan suatu penyakit. Kalau penyakit/permasalahan tergolong ringan perlu dikasih obat ringan, sebaliknya jika hasil diagnosis merekomendasikan terkena penyakit berat maka perlu ada uji laboratorium yang kemudian dilakukan terapi lanjutan. “Kriteria ideal petugas pendampingan dikatakan berhasil, jika keberadaannya memberikan nilai tambah atas pada perusahaan dan usahanya menjadi meningkat,” katanya. Sebagaimana yang pernah dilakukan di sentra gerabah “Kasongan, Bantul” oleh seorang seniman besar asal Jogja almarhum Sapto Hudoyo, sentra yang semula sangat tradisional dan kumuh telah

dirubah menjadi sentra percontohan di Daerah Istimewa Yogyakarta, tambahnya.

Peresmian pelatihan ditandai dengan penyematan kartu pengenal kepada 2 peserta, Iwansyah dari Kab. Pidie NAD dan Merce Kalue dari Sorong, Papua. Shindan Shi sendiri merupakan metode dan kurikulum pembelajaran asal Jepang yang diadopsi dan ditetapkan menjadi salah satu rujukan standar kompetensi profesi sesuai Standar Kompetensi Keterampilan Nasional yang ditetapkan Badan Nasional Sertifikasi Profesi . Seorang calon Shindan Shi atau Konsultan Diagnosis meskipun sudah lulus pelatihan masih harus menempuh satu tahapan lagi untuk memiliki standar kompetensi profesi dengan mengikuti uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifi-kasi Profesi yang diakui Badan Nasional SertifikasiProfesi (BNSP). Boedi Sawitri

Menteri Perindustrian Fahmi Idris bersama Dirjen IKM Sakri Widhianto: Menghadiri acara pelatihan Shindan Shi.

Menteri Perindustrian, Fahmi Idris: Mengucapkan selamat kepada tenaga ahli dari Jepang

G

Page 26: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200724

Dalam memecahkan masalah internal maupun eksternal yang membelit IKM di Indoneisa, Dirjen

IKM mengadopsi sistem dari Jepang, yang disebut Shindan atau Konsultan Diagnosis. Prinsip kerjanya, melakukan pendampingan dan konsultansi dalam bentuk analisa dan diagnosa masalah yang dihadapi oleh IKM.

Untuk mencapai target pertumbuhan IKM yang telah ditetapkan Departemen Perindustrian sebesar 12,2%, dibutuh-kan terobosan kebijakan yang mendasar. Data laju pertumbuhan IKM dalam perekono-mian nasional pada 2005 baru sekitar 8,8% dengan jumlah unit usaha lebih dari 3,5 juta, dan tenaga kerja yang diserap se-banyak 8,5 juta orang.

Sarat masalahKondisi IKM sendiri

hingga saat ini masih sarat dengan berbagai masalah, baik internal maupun eksternal. Ma-salah internal biasanya lemah dibidang per-modalan, teknologi, manajemen, keter-ampilan sumber daya manusia termasuk lemah mengakses pemasaran. Sedang

sisi eksternal, IKM lemah dalam posisi ta-war, lemah bersaing dengan produk peru-sahaan besar maupun produk impor.

Realitasnya bahwa industri kecil memang masih sulit keluar dari lingkaran permasalahan, meskipun sudah banyak program dan skema pembinaan yang diberikan. Diantara penyebabnya, kurang pembinaan secara komprehensif, dan tidak berkesinambungan. Salah satunya berkaitan dengan program pendampingan langsung kepada IKM. Oleh karena itu program dan kegiatan pendampingan

langsung perlu diintensifkan.Untuk program pendampingan IKM,

Dirjen IKM mengadopsi sistem atau pola dari negara Jepang. Program yang di negara asalnya ini disebut Shindan, di Indonesia diterjemahkan sebagai Kon-sultan Diagnosis, karena prinsip kerjanya adalah melakukan pendampingan dan konsultansi dalam bentuk analisa dan di-agnosa masalah yang dihadapi oleh peru-sahaan khususnya IKM. Tugas utamanya adalah memberikan rekomendasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi IKM

tersebut. Untuk mencari tenaga

konsultan pendamping dengan kualifikasi ahli di-agnosa penyakit atau ma-salah yang dihadapi IKM, Dirjen IKM Deperin men-jalin kerjasama dengan JICA, dengan membentuk program pelatihan bagi pegawai negeri sipil pusat dan daerah, utamanya Pe-jabat Fungsional Penyuluh Perindustrian (PFPP) dilatih selama 6 bulan. Tahap awal semua tenaga instruktur (pengajar) di-datangkan dari Jepang.

Program Pendampingan Langsung juga diberikan kepada profesional ”konsul-tan spesialis” yang dapat menindaklanjuti

uPl HaRaPan PEnGusaHa IKMIKM di Indonesia umumnya sulit keluar dari lingkaran permasalahan, baik masalah internal maupun eksternal. Untuk memecahkan masalah tersebut Ditjen IKM mengadopsi sistem dari Jepang.

Pelatihan Shindan:Untuk membantu memecahkan permasalahan di IKM

Page 27: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200725

rekomendasi konsultan diagnosis berkai-tan dengan pembinaan dan pengemban-gan IKM yang bermasalah. Selain itu pelu-ang pendampingan juga diberikan kepada profesional yang bergabung di lembaga atau perusahaan konsultan untuk ber-peran membimbing perusahaan yang berkelompok dalam suatu sentra. Secara parsial profesi pendampingan yang di-lakukan para konsultan ini terbagi men-jadi tiga, pertama pendampingan bidang analisa dan diagnosa oleh konsultan di-agnosis. Kedua pendampingan bersifat spesifik, oleh konsultan spesialis, dan ketiga pendampingan sentra IKM yang dilakukan oleh lembaga atau perusahaan konsultan

Untuk mengelola sistim dan mekanisme kerja program dan pelaksanaan kegiatan pendampingan dibuat unit kerja sebagai pengelola administrasi sekaligus mengorganisasikan kegiatan di lapangan dengan nama Unit Pendampingan Langsung (UPL). UPL ini adalah unit kerja yang berkedudukan di lingkungan

menye diakan sarana dan prasarana ker ja pelaksanaan kegiatan, menyusun dan mengajukan program di wilayah kerjanya. Kedua, melaksanakan pro-gram pendampingan langsung sesuai alokasi kegiatan (DIPA) tahun yang bersangkutan. Ketiga, melakukan iden-tifikasi dan menentukan industri kecil dan menengah yang menjadi target pendampingan. Keempat, menunjuk dan menugaskan PFPP (Pejabat Fungsional Penyuluh Perindustrian) atau Konsultan Pendampingan dalam rangka pelaksanaan pendampingan. Kelima, menyediakan fasilitas dan dukungan kerja. Keenam, mengkoordinasikan dan mengadministrasikan tugas PFPP, konsultan diagnosis IKM dan konsultan spesialis di wilayahnya serta melakukan monitoring dan evaluasi laporan. Ketujuh, UPL Provinsi memberikan pendampingan IKM dengan nilai investasi peralatan dan mesin antara Rp 200 juta sampai Rp 10 milyar. Sedang-kan UPL Kabupaten/Kota memberikan pendampingan IKM dengan nilai investasi peralatan dan mesin dibawah Rp 200 juta.

Untuk membentuk UPL yang perlu diperhatikan pertama, UPL termasuk pengelolanya ditetapkan oleh Kepala Dinas yang menangani bidang indus-tri di Provinsi/Kabupaten/Kota. Kedua, pengelola UPL terdiri dari seorang ketua Posisi Tenaga Penyuluh Perindustrian

Dilingkungan Dinas Perindag Tingkat Provinsi

Ditjen IKM dan di lingkungan Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota. Tugasnya meng ko ordinasikan, mengadministrasikan proses pelaksanaan program/kegiatan pendampingan langsung yang dilakukan para pejabat fungsional penyuluh industri, konsultan diagnosis maupun para konsultan profesional secara individu atau kelembagaan. Oeh karena itu unsur pokok pelaksana unit ini terdiri dari Pejabat Fungsional Penyuluh, Konsultan Diagnosis, Konsultan Spesialis dan Lembaga Konsultan.

Peran, fungsi dan tugas UPL berperan menjadi fasilitator,

komunikator, motivator, dinamisator, koordinator, administrator pelaksanaan program/kegiatan pendampingan. Se-dang fungsinya meliputi; layanan teknis dan non teknis, layanan informasi timbal balik, memberi dorongan atas dinamika dan kreativitas keusahawanan disamping ikut memecahkan masalah.

Sementara tugas UPL pertama

Perajin batu:Kurang pembinaan secara konprehensif

PERKUATAN OPERASIONAL PENDAMPINGANDINAS PERINDAG PROVINSI

KABID UPL - IKM

KASI PENYULUHPERINDUSTRIAN

KEPALA DINAS PROVINSI

TUPOKSI:- Perencanaan- Pengendalian- Monitoring- Pelaporan- Koordinasi antar instansi Pusat provinsi Kab / Kotaa, Asosiasi, perusahaan- Pelaksanaan DIPA (Pelatihan, Seminar, Pameran, Raker, pengadaan, dsb)- Pemecahan masalah aktual (Kebijakan & Program)

TUPOKSI:- Diagnosis masalah- Pendampingan perusahaan (GMK, AMT, CEFE, ISO 9000)- Pendampingan pihak III yg ditugasi- Pengendalian UPT- Pemecahan masalah aktual di lapangan

Page 28: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200726

dan sedikitnya 2 (dua) anggota. Ketiga pengelola UPL harus Pejabat Fungsion-al Penyuluh Perindustrian (PFPP) atau PNS yang sudah mengikuti pelatihan konsultan diagnosis. Keempat, ketua UPL adalah koordinator kegiatan dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan DIPA/APBN Dekonsentrasi Provinsi tem-pat bertugas. Kelima, memiliki ruang kerja, sarana dan prasarana.

Pendampingan perusahaan.Mekanisme pendampingan terbagi

menjadi dua model yakni pendampingan perusahaan dan pendampingan sentra. Sedang mekanisme pendampingan terhadap perusahaan tertentu dilaksanakan oleh Konsultan Individu (PFPP, Konsultan Diagnosis dan Konsultan Spesialis)

melalui tahapan pertama, verifikasi. Yakni mendata calon yang akan didampingi baik administratif maupun teknisnya. Kedua, pelaksanaan diagnosis merupakan tahap operasional diagnosis atas perusahaan yang direkomendasikan dengan tujuan mengidentifikan serta menganalisa permasalahan yang ditemukan serta rumusan terapi yang perlu direkomendasikan untuk tindak lanjut pendampingan dilapangan.

Ketiga, tahap konsultasi. Yakni tahap operasional pendampingan yang dilaksanakan atas ketetapan Surat Perintah Kerja dari Pejabat Pembuat Komitmen, termasuk penetapan be sar an honorarium pelaksanaan pen dam pingan. Keempat, tahap pembayaran. Yakni penetapan hak yang diberikan kepada konsultan baik diagnosis maupun spesialis.

Untuk Konsultan Diagnosis cu kup ditetapkan oleh Peja-bat Pembuat Komitmen Provinsi, sementara untuk Konsultan Spesialis diatur berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 37/2005 yang menetapkan bahwa 10% biaya pendampingan dibebankan kepada perusahaan IKM, sisanya (90%) ditanggung pemerintah dalam hal ini Dirjen IKM.

Pendampingan sentra Pendampingan terhadap

kelompok IKM dalam satu lokasi sentra harus dilakukan oleh Lembaga/Perusahaan Konsultan dengan tahapan pertama, Kepala Dinas Provinsi U.p Ketua UPL menugaskan Konsultan IKM (PFPP, Konsultan Diagnosis) melakukan diagnosis ke

Sentra IKM. Kedua, hasil diagnosis sentra yang layak ditindaklan- juti pembinaannya disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi U.p Ketua UPL untuk melakukan persiapan pelelangan jasa konsultan. Ketiga, Kepala Dinas Provinsi U.p. PPK Provinsi (DIPA Dekonsentrasi) melakukan persiapan pelelangan.

Keempat, Kepala Dinas Provinsi U.p. PPK Provinsi memerintahkan kepada Tim Pengadaan Jasa Konsultan untuk melakukan pelelangan. Kelima, tim pengadaan jasa konsultan melakukan pengadaan jasa konsultan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Keenam, tim pengadaan jasa konsultan menyampaikan hasil penetapan pemenang jasa konsultan (perusahaan konsultan) kepada Kepala Dinas Provinsi U.p. PPK Provinsi (Dekonsentrasi) untuk menerbitkan surat perjanjian kerjasama (kontrak).

Ketujuh, perusahaan konsultan melaksanakan tugas pendampingan sentra. Kedelapan, perusahaan konsultan menyampaikan laporan hasil tugas pendampingan sentra kepada Kepala Dinas Provinsi U.p. PPK Provinsi dilampiri dokumen Berita Acara Penyerahan dan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan termasuk kwitansi penagihan pembayaran.

Kesembilan, Kepala Dinas Provinsi U.p. PPK meneliti dokumen dan menyetujui pembayaran jasa konsultansi melalui KPKN setempat.

Ditetapkannya UPL sebagai lembaga pengelola program pendampingan, serta dukungan dana Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan sebagai amanat APBN harus benar-benar tepat sasaran. Tujuannya untuk ”membangkitkan IKM dari lilitan masalah yang tak kunjung usai” menuju kemandirian yang sehat dan tangguh. Gunawan Usamah

Konveksi:Butuh bantuan akses pasar

G

Page 29: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200727

Hubungan dagang antara Indonesia dan India telah berlangsung cukup lama, sejak Indonesia

merdeka 1945. Namun untuk menghadapi perdagangan global, hubungan ini dirasa masih perlu ditingkatkan lagi. Upaya yang dilakukan diantaranya melalui penyelenggaraan pameran atau ekspo. Seperti yang baru-baru ini diselenggarakan “Expo Indonesia” di kota Mumbai India, tepatnya di World Trade Centre pada 6-8 April 2007. Instansi yang ikut mendukung ekspo kali ini dari Departemen Luar Negeri, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, BKPM, BKPMD DKI Jakarta

dan Yayasan Mutu Manikam, yang terbagi dalam 62 stand dengan menampilkan aneka produk industri.

Expo Indonesia 2007 dibuka pada 6 April 2007, oleh Menteri Keuangan Ma-harastra India, Shri Jayantrao bersama Konsul Jenderal RI di Mumbai, Toto Dos Santos Baptista, yang didampingi ketua Asosiasi Bisnis India-Indonesia (IIBA) DR. Naresh Bedi, Direktur Jenderal ILMTA Ansari Bukhari dan Dirjen Pariwisata, Thamrin

Expo yang diprakarsai oleh Konjen RI di Mumbai bekerjasama dengan IIBA ini, bertujuan untuk meningkatkan peluang pasar produk Indonesia di India,

sekaligus memantapkan hubungan bisnis antara pengusaha India dan Indonesia serta hubungan bilateral kedua negara yang berkelanjutan. Diharapkan dengan ekspo ini, produk-produk asal Indonesia dikenal di India secara lebih luas. Yang selanjutnya ada transaksi pembelian. “Perlunya dukungan pemerintah men-dirikan Trading House Indonesia di Mumbai, India untuk mendorong realisasi bisnis yang berkelanjutan,” kata Tito Dos Santos Baptista, Konjen RI di Mumbai.

Tampilkan produk unggulan Ikut tampil dalam Expo Indonesia

2007, diantaranya pengusaha IKM yang difasilitasi oleh Ditjen IKM dengan me-nampilkan aneka produk unggulan seperti kerajinan dan minyak atsiri. Dan mereka mendapatkan tanggapan cukup bagus, beberapa diantaranya telah berhasil melakukan transaksi “potensial order”, khususnya produk minyak atsiri mendapat banyak perhatian dari pengunjung Expo.

Diantara perusahaan minyak atsiri Indonesia yang ikut expo, PT. Kelma Niaga Sempurna (KNS), menampilkan produk minyak atsiri meliputi Patchouli oil, Nutmeg oil, Java glove oil, Sandalwood oil, Cananga oil, Cinnamon Bark oil, serta gambir, damar, dan ramuan spa. Dalam ekpo ini KNS berhasil melakukan transaksi penjualan langsung dan potensial order.

ExPo InDonEsIa 2007 DI MuMbaI-InDIaUntuk meningkatkan hubungan dagang antara Indonesia-India, Indonesia menyelenggarakan Expo Indonesia 2007 di Mumbai, India. Hasilnya, telah terjadi transaksi dagang antar pengusaha Indonesia dan India. Kedepan perlu terus ditindaklanjuti.

Konsul Jenderal RI di Mumbai, Toto Dos Santos Baptista bersama Menteri Keuangan Maharastra India, Shri Jayantrao:Meresmikan pameran.

Page 30: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200728

Lantas PT Scent Indonesia dan PT. Aromatika Botanika, menampilkan 21 je-nis minyak atsiri meliputi yang Patchouli oil, Vertiver oil, Nutmeg oil, Glove leaf oil, Curcuma oil, Hydroxyl citronella, Gajeput oil, Turmeric oil, Massoia Bark oil, Ylang-Ylang oil, Kaffir lime oil, Gurjun Balsam oil, Glove Bud oil, Ginger oil, Glove Stem oil, Cintonella oil, Agarwood oil, Cubeb oil, Engenol USP, java Cananga oil, Cin-namon Bark oil. PT Aromatika Botanika, mendapatkan “potensial order” untuk jen-

is Patchouli oil, Vertiver oil, Es-sential oil dari Perusahaan Pari Chemical India, Agricul-ture System Keva dan Ajmal Perfume.

PT. Van Aroma, perusa-

haan ini melakukan promosi dan trans-aksi pesanan, untuk produk Patchouli oil, Nutmeg oil dan Vertiver oil. Sedang untuk potensial order-nya adalah jenis Patchouli oil dan Vertiver oil serta Patchouli oil dan nutmeg oil.

Ada tindak lanjutHarapan buyer dari India, Perancis

dan Inggris, selaku wholesales maupun eksportir, ingin berlanjut menjalin ker-

jasama perdagangan dengan pengusaha Indonesia. Diharapkan para pengusaha IKM Indonesia mampu memenuhi per-mintaan para buyer yang telah disepakati dalam expo ini. Sedang instansi terkait diharapkan tetap memberi dukungan pro-gram pembinaan berkelanjutan demi ter-jalin hubungan dagang antara Indonesia dan India yang langgeng.

Sebagai informasi, industri minyak atsiri di India sekarang ini sangat maju. Mereka menguasai pangsa pa sar dunia, dan dapat mempengaruhi harga. Hal ini karena produsen minyak atsiri di India telah didukung dengan peralatan modern dan telah melakukan penganekaragaman produk turunan berbasis minyak atsiri. Oleh karena itu perlu dilakukan tindak lanjut baik da lam hubungan dagang maupun transfer teknologi dalam mengolah produk hilir minyak atsiri di Indonesia. Elim Lolodatu

Salah satu upaya pemerintah meningkatkan perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)

diseluruh Propinsi Kab/Kota, yakni melalui pemberian Bantuan Mesin Peralatan. Bantuan itu tentunya disesuaikan dengan potensi sumber daya alam di masing–masing daerah

GoRontalo EKsIs ManfaatKan bantuan MEsIn PERalatan Sejak 2004 Propinsi Gorontalo menerima bantuan mesin peralatan dari Direktorat Jenderal IKM. Pemda dan Dinas Perindagkop Gorontalo menempatkan dalam satu Kawasan Industri Agro Terpadu (KIAT).

agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas, mempunyai daya saing tinggi dan memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkan. Sehingga selain akan memberikan nilai tambah bagi IKM itu sendiri, juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat didaerah tersebut.

Propinsi Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menerima bantuan mesin peralatan yang disalurkan oleh Departemen Perindustrian melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Bantuan yang diberikan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam yang menjadi unggulan Propinsi Gorontalo yakni

G

Transaksi:Pengusaha mebel rotan asal Cirebon mendapat pesanan

Page 31: Gema Industri Kecil Juni 2007

Lintas sektoraL

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200729

ikan, kelapa, jahe, jagung, dan rotan. Sejak 2004 Propinsi Gorontalo telah

menerima bantuan dari instansi pembina seperti Menekop, Dep. Perindustrian, melalui Direktorat Jenderal Industri Ke-cil dan Menengah berupa bantuan me-sin peralatan industri pembuatan bakso ikan, industri emping jagung, industri cabe bubuk, industri saus tomat, industri jahe instant dan industri pakan ternak. Untuk memaksimalkan penggunaan mesin peralatan tersebut, Pemerintah Daerah dan dinas Perindagkop Goron-talo menghimpun seluruh bantuan ini dalam satu Kawasan Industri Agro Ter-padu (KIAT) di atas lahan seluas 6 hek-tar, di areal Danau Perintis. Lokasi ini tidak hanya berfungsi sebagai kawasan industri saja, tapi juga berfungsi menjadi lokasi wisata yang cukup menarik bagi masyarakat Gorontalo.

Meningkatkan mutu produkPenempatan mesin peralatan dalam

KIAT dimaksudkan untuk memaksimal-kan penggunaan mesin peralatan bagi pengolahan produk IKM yang berkualitas dibawah pengawasan tenaga ahli dan fasilitas uji mutu laboratorium. Diharap-kan produk yang dihasilkan dikawasan ini akan menjadi produk unggulan daerah yang mempunyai nilai jual tinggi dan men-

BANTUAN MESIN PERALATANDI PROPINSI GORONTALO No MESIN PERALATAN KAPASITAS PRODUKSI KAPASITAS LISTRIK

1 2 3 4

123.4.5. 6.7.

Pengolahan Cabe Bubuk Pembuatan PakanTernak Pengolahan saus tomatVirgin coconut oil(VCO)Pembuatan Jahe Instant Bakso IkanEmping Jagung

180 kg 500 kg 75 botol (600ml) 160 btl 100 kg 100 kg 30 kg

.9000 watt30.000 watt7500 watt2.200 watt9000 watt14.500 wat13 PK

jadi sumber penghasilan bagi IKM. Pengelolaan dan mekanisme

kerja yang ada di KIAT, sifatnya masih dalam tahap pembinaan oleh Dinas Perindagkop dengan dibantu beberapa karyawan yang direkrut sesuai kebutuhan unit usaha yang ada dilokasi KIAT. Sementara, pemanfaatan mesin peralatan yang ada masih mengerjakan produk–produk yang sifatnya masih dalam tahap penyempurnaan baik segi kualitas maupun teknik pengolahan.

Masa mendatang mesin peralatan ini diharapkan dapat berfungsi maksimal seiring dengan peningkatan produktifitas para pengelolanya. Dengan demikian pengelola KIAT

dapat melakukan pembinaan kepada IKM yang berminat mengembangkan usaha sesuai dengan potensi wilayahnya.

Keberadaan KIAT ini diharapkan dapat memberikan fungsi pada pe-ning katan aspek e ko nomi, sosial dan ekologi bagi kalangan IKM dan masyarakat. Untuk masa mendatang

kawasan KIAT diharapkan mendapat bantuan rumah Kemasan, sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk yang mempunyai identitas khusus mudah dikenal sebagai produk dari KIAT. Sistim yang dilakukan di Propinsi Gorontalo ini dapat dijadi kan contoh bagi daerah lain agar bantuan yang diterima lebih berdayaguna dan berhasilguna. Lusiana Mohi G

Bantuan mesin: Untuk memaksimalkan pengolahan produk bagi IKM

Page 32: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200730

Bangkit Dengan Bantuan Mesin Peralatan

Kabupaten Konawe yang masuk dalam propinsi Sulawesi Tenggara, masih tergolong daerah tertinggal.

Kondisi masyarakatnya masih cukup memprihatinkan. Untuk itu pemerintah lewat Departemen Perindustrian (Deperin) menempatkan Konawe sebagai salah satu daerah prioritas yang mendapatkan bantuan mesin peralatan.

Daerah yang berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tengah (sebelah utara), berbatasan dengan laut Banda dan laut Maluku (sebelah timur), disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe

Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka ini kondisi masyarakatnya memang rata-rata berpendapatan tergolong masih rendah.

Mengacu komoditi unggulanSpesifikasi jenis mesin yang

diberikan ke daerah Konawe menga cu kepada komoditi unggulan di daerah tersebut. Melihat kondisi geografis Kabupaten Konawe yang umumnya bergunung dan berbukit, sebagian lagi berupa lautan dan daratan rendah. Maka tidak heran komoditi unggulannya

berupa rotan, kelapa, dan ikan. Di Konawe sendiri industri terbesar yang ada adalah industri pengolahan rotan. Dari data Diperindag Kabupaten Konawe, di daerah ini terdapat sekitar 70 unit usaha.

Untuk produksi rotan, Konawe termasuk salah satu sentra rotan di Indonesia. Tersedia lahan sekitar 6.800 hektar yang bisa dikembangkan untuk budidaya tanaman rotan di enam kecamatan (Latoma, Abuki, Meluhu, Lasolo, Asera, dan Wawonii).

Jadi berdasarkan pemetaan kebutuhan dan industri yang berkembang di Konawe, jenis mesin atau peralatan yang diberikan meliputi mesin pengolahan ikan, mesin pengolahan sabut kelapa, dan mesin atau peralatan pengolahan rotan.

Untuk mesin pengolahan ikan terdiri dari tiga item mesin, pertama mesin penanganan dan pengolahan ikan terdiri atas empat jenis yakni ice flaker (1 unit), peti insulas (cold box / 5 unit), pisau pemisah daging ikan (5 unit), dan vacuum sealer (1 unit). Kedua, pengolahan abon ikan terdiri dari grater machine (1 unit), mollen /mixer (1 unit), frying apparatus (1 unit), meja kerja (1 unit), impulse

Kabupaten Konawe mendapat bantuan mesin peralatan pengolahan ikan, mesin pengolahan sabut kelapa dan mesin pengolahan rotan.

Arwahid, Kadis Perindag Konawe: Untuk serabut kelapa sedang mencari pasar

Konawe

Page 33: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200731

sealer (2 unit). Ketiga, mesin pengolahan dan pengasapan ikan terdiri ruang pengasapan (1 unit), pembangkit asap (1 unit), dan genset (1 unit).

Sedang untuk mesin pengolahan sabut kelapa yang diberikan dalam rangka pengembangan komoditi prioritas daerah Konawe terdiri mesin pelunak sabut (crhusher / 1 unit), mesin penyerat (decorticator / 1 unit), mesin saring serabut (revolving screen coco fibre / 1 unit), mesin pres serabut (hydraulic press coco fibre / 1 unit), peralatan pendukung (straight band / 1 paket), timbangan beras, alat angkut gabus, dll (1 paket).

Kapasitas produksi dari mesin pengolahan sabut kelapa ini sekitar 2000 ton per bulan. Saat ini sudah beroperasi, tapi produksinya belum bisa rutin, karena pasarnya belum ada. Pemda sedang membantu mencarikan buyer atau pasar yang bisa pesan rutin dengan harga bersaing.

Sementara mesin atau peralatan pengolahan rotan terdiri mesin pembelah rotan ukuran 6’(spilt /2 unit), mesin pembelah rotan usuran 3,5’(spilt /2 unit), mesin pelurus (untuk meluruskan rotan - 2 unit), mesin penipis (untuk menipiskan rotan - 2 unit), mesin poles (untuk menghilangkan kulit ari dari rotan - 2

Mesin pembelah rotan dan produk rotan:Komoditi unggulan di Konawe

unit), dan generator set (sebagai tenaga pembangkit listrik/ open type - 2 unit).

Kapasitas produksi dari mesin pengolahan rotan tersebut rata-rata per bulan bisa mencapai 200 ton. Pada tahun ini (2007) kapasitas produksinya akan ditingkatkan guna mendukung peningkatan produksi yang berorientasi ekspor.

Dikelola UPT

Sistem atau pola pengoperasian mesin bantuan tersebut diserahkan kepada UPT (Unit Pelayanan Teknis) setempat. UPT ini yan g akan menghimpun kelompok perajin untuk menjadi anggotanya.

Proses kemitraannya adalah bahan baku yang dijual petani dibeli oleh UPT kemudian UPT akan menjualnya kembali kepada perajin atau pengolah. KadriG

Page 34: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200732

Kabupaten Takalar yang berpenduduk 235.565 jiwa dan memiliki 7 kecamatan merupakan salah

satu daerah di Sulawesi Selatan yang merupakan sentra industri, terutama industri kerajinan anyaman serat lontar yang bahan baku utamanya adalah serat/pelepah dari pohon lontar.

Anyaman serta lontar ini merupakan suatu industri yang sejak zaman dahulu dikenal dan merupakan industri warisan nenek moyang yang tersebar pada beberapa desa, dimana sentra dari kerajinan anyaman serat lontar ini berada di desa Bontokassi dan Sawakong Kecamatan Galesong Selatan.

Industri kerajinan anyam-an serat lontar yang berada di kecamatan Galesong Selatan mempunyai poten-si cukup besar dalam pengembangannya. Ini da-pat dilihat dari segi SDM maupun bahan bakunya.

Dari segi SDM pada dasarnya masyarakat Galesong Selatan mem-punyai keterampilan yang sudah turun-temurun dalam hal menganyam serat lontar, khususnya menganyam topi/songkok. Saat ini di sana terdapat 12 unit usaha dengan 300 perajin dan 500 tenaga kerja.

Sementara dari segi bahan baku, cukup banyak tersedia di daerah ini dan sampai sekarang belum pernah memasok bahan baku dari luar daerah. Semua bahan baku yang digunakan masih bahan lokal, dimana serat dari pelepah lontar ini mempunyai keunggulan yakni kuat dan lentur.

Pemanfaatan serat lontar sebagai bahan baku anyaman telah mengubah sesuatu yang tidak bermanfaat menjadi produk yang bernilai tinggi. Kegiatan industri kerajinan anyaman serat lontar ini mewarnai gerak kehidupan masyarakat

Galesong Selatan sebagai sumber lapangan kerja yang cukup besar dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi secara

umum. Sentra industri anyaman serat lontar dengan keberadaannya kental dengan seni budaya setempat.

Pada tahun 1985 industri kerajinan anyaman serat lontar ini mulai mengalami banyak perubahan dan mampu menghasilkan beberapa produk, antara lain topi/songkok, guci anyaman, tempat pulpen, keranjang, gantungan kunci, dan gelang tangan.

Produk yang ditampilkan dari hasil karya para perajin memiliki nilai estetika dan kearifan lokal serta diversifikasi produk setelah mendapat sentuhan pembinaan langsung melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Takalar yang disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat konsumen masa kini.

Setiap bulan para perajin mampu memproduksi sekitar 1500-3000 buah untuk dipasarkan ke wilayah Jakarta, yakni di Tanah Abang dan Blok M. Sementara untuk daerah lokal di

geliat INDUSTRI ANYAMAN serat lOntar Di takalar Sulawesi Selatan memiliki sentra industri kerajinan anyaman yang cukup terkenal, yakni di Kabupaten Takalar. Produk anyamannya memiliki nilai estetika yang tinggi karena dibuat dari serat lontar. Bagaimana kondisinya sekarang?

M. Dahlan Beta (inzet) dan perajin anyaman lontar:Memiliki nilai estetika tinggi

Page 35: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200733

Makassar yakni di toko-toko kerajinan setempat. Omzet yang didapat para perajin rata-rata 50 juta setiap bulannya.

Produk Unggulan DaerahKabupaten Takalar menjadikan produk

kerajinan serat lontar sebagai produk unggulan daerah. Hal ini terlihat dari setiap ada acara pameran yang diselenggarakan oleh daerah Takalar, anyaman serat lontar selalu diikutsertakan sebagai kerajinan khas Takalar.

Bahkan pemerintah Kabupaten Takalar memberikan bantuan kepada para perajin untuk lebih meningkatkan kualitas produknya. Bupati Takalar, H. Ibrahim Rewa, meminta kepada para perajin agar memanfaatkan bantuan itu dengan sebaik-baiknya guna meningkatkan kesejahteraan mereka.

M. Dahlan Beta, Ketua Kelompok Usaha Bersama Anyaman Serat Lontar “Pattinggalong”, sebagai penggerak perajin anyaman serat lontar di Takalar, juga terus berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi pengembangan kerajinan anyaman serat lontar di Takalar.

Dahlan yang mulai bergelut di kerajinan anyaman serat lontar pada 1989 ini merasa terpanggil untuk memberdayakan kerajinan anyaman serat lontar. Pasalnya, bahan baku lontar yang terdapat di Takalar sangat banyak, namun pemberdayaannya masih sangat kurang.

Industri kerajinan anyaman serat lontar di Takalar pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1990-an, di mana produk-produk anyaman Takalar sudah mulai dikenal oleh penduduk luar daerah, di antaranya adalah Jakarta. Bahkan pada tahun 1992 produk anyaman Takalar sudah sampai ke mancanegara, seperti Singapura, Jepang dan Belanda.

Ada satu produk yang menjadi ciri khas anyaman Takalar adalah topi adat

Takalar, yaitu songkok guru. Biasanya topi ini digunakan untuk acara-acara adat atau acara pernikahan di Sulawesi Selatan.

Bertahannya kerajinan anyaman serat lontar di Takalar hingga kini tak lepas dari kiprah salah seorang yang peduli dengan anyaman serat lontar, yaitu Daeng Toto (alm.). Daeng Toto dikenal sebagai orang yang mengenalkan modifikasi anyaman topi dari serat lontar sehingga memiliki banyak ragam.

Meski begitu, para perajin anyaman serat lontar di Takalar selama ini memiliki kendala dalam hal teknik cepat

memisahkan dari bahan pelepah hingga menjadi serat yang bisa dianyam. Alat ini, menurut Dahlan, pernah dijanjikan oleh pemerintah untuk diberikan, namun hingga kini belum ada realisasinya. “Jadi selama ini kami masih menggunakan alat tradisional yaitu pisau,” kata Dahlan.

Tak hanya mesin, para perajin anyaman di Takalar juga mengalami kendala dalam pemasaran. Selama ini pemasaran yang dilakukan oleh para perajin masih pasif. Biasanya hanya melalui pameran saja. Selebihnya melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten. Fiki

Produk anyaman lontar:Untuk acara adat

G

Page 36: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200734

Bunga kenanga yang identik dengan pemakaman, karena biasanya tum-buh dilokasi pemakaman ternyata

bisa dijadikan sebagai peluang bisnis. Sukar yang tinggal di desa Petogogan, Srengat, Blitar diantara yang berhasil mengolah bunga kenanga menjadi minyak atsiri kenanga. Bahkan minyaknya sudah diekspor ke Perancis, sebagai bahan baku parfum.

Proses penyulinganAwalnya Sukar hanya sebagai pemetik

bunga kenanga. Lantas seiring dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi pengumpul untuk kemudian menjual ke-

pada yang membutuhkan. Merasa punya kemampuan mengolah bunga kenanga menjadi minyak, Sukar berusaha mem-produksi minyak bunga kenanga.

Untuk keperluan produksi, Sukar menciptakan alat sendiri, yaitu dengan membeli plat eiyser, paku keling dan bor tangan. Kemudian dibuat tangki kecil berkapasitas 150 kg bunga. Merasa produksi

makin meningkat, tangki penampungan ditambah satu lagi, sehingga kapasitas menjadi 300 – 500 kg bunga. Dari bahan baku 500 kg ini setelah disuling menjadi 6 kg minyak kenanga.

Dengan dibantu 4 karya-wan, Sukar melakukan proses penyulingan dengan cara yang masih sederhana. Prosesnya tangki diisi air sebanyak 50% dari volume tangki, kemudian dididihkan. Sebaiknya bahan bakar yang digunakan bonggol jagung dan kayu, biayanya lebih murah. Setelah air mendidih bunga dimasukkan lalu ditutup rapat, dengan kondisi api tetap menyala selama 40 - 50 jam

atau dua hari dua malam. Kemudian uapnya disuling, dialirkan ke pipa, didinginkan kemudian tetes demi tetes menjadi minyak kenanga.

Sukar mulai menyuling minyak kena-nga sejak 1969. Dalam perjalanan, dilihat usahanya cukup Sukar mendapat ban-tuan peralatan dan pelatihan manajemen dari Petrokimia Gresik. Bahkan diangkat menjadi “anak angkat” Petrokimia Gresik. Untuk bantuan peralatan sifatnya bantuan

“Srengat” Sampai peranciSBunga kenanga bisa dijadikan sebagai peluang bisnis, diolah menjadi minyak atsiri kenanga. Sukar telah membuktikan dan hasilnya diekspor ke Perancis sebagai bahan baku parfum.

Minyak Kenanga

Sukar (atas) dan bunga kenanga (bawah):Dapat sebagai bahan parfum

Page 37: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200735

lunak dengan bunga 6% setahun. Selain dapat pembinaan dari “bapak

angkat”, Sukar juga dapat pembinaan dari Departemen Perindustrian pada 1980, berupa studi banding ke Bengkulu dan beberapa daerah di Jawa Timur.

Kini usahanya terus berkembang, dan bisa menghasilkan rata-rata 5 ton minyak kenanga per tahun atau sekitar 40 kg per bulan. Selain mengolah minyak kenanga, Sukar juga memproduksi minyak nilam. Untuk keperluan bahan bakunya, dengan cara menanam pohon nilam di sawah. Tapi karena harga minyak nilam turun dan pada 2006 lalu terjadi kemarau panjang maka sekarang tidak memproduksi minyak nilam lagi.

Butuh danaUntuk mengembangkan usaha, Sukar

butuh penambahan modal. Selama ini hanya mengandalkan modal yang ada, dan diputar terus. Modal sendiri yang dikeluarkan sekitar Rp 50 juta dan ma-sih membutuhkan tambahan sekitar Rp 50 – Rp.60 juta lagi untuk memproduksi sekitar 200 kg minyak kenanga. “Seka-rang katanya kredit dari bank untuk IKM sudah mudah. Tapi kenyataannya masih susah untuk mendapatkan,” paparnya sambil emosi. Kecuali kalau pakai jaminan, baru bisa. Itupun cairnya uang lama sekali sampai 2 bulan belum turun, tambahnya.

Yang menjadi harapan Sukar sebagai pengusaha minyak atsiri kenanga, adalah agar pemerintah dapat memproses sendiri produk lanjutan dari minyak atsiri yang selama ini diekspor antara lain sebagai bahan baku parfum. Kalau di Indonesia bisa mempunyai SDM yang ahli dan mempunyai teknologi tinggi untuk memproduksi produk lanjutan minyak atsiri, Indonesia akan memperoleh nilai tambah yang sangat tinggi dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wagu F.

Potensi kerajinan gerabah/keramik ternyata tidak hanya menjadi dominasi daerah-daerah di Jawa, semisal Kasongan (DIY), Melikan (JawaTengah), Dinoyo (Jatim), dan Plered (Jabar) maupun Banyumulek (NTB), tetapi

potensi itu sekarang juga mulai tumbuh di daerah lain. Seperti yang saat ini sedang menggeliat di tanah Minahasa, Sulawesi Utara.

Potensi besar sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di desa Pulutan-Remboken, Minahasa, Sulawesi Utara untuk kerajinan gerabah dan keramik hias tentu perlu terus untuk dikembangkan. Terdapat sekitar 100 lebih Unit Usaha gerabah/keramik di sana.

Sayangnya, perhatian pemerintah terhadap potensi mereka, khususnya program penguatan yang menyeluruh di desa tersebut, masih belum maksimal. Baru-baru ini kondisi riil industri kerajinan gerabah/keramik di sana ditinjau oleh Komisi VI DPR-RI.

Kerajinan yang didapat masyarakat setempat secara turun-temurun ini ter-masuk sangat lambat berkembang. Hal ini dikarenakan beberapa faktor ken-dala, antara lain desain/bentuk gerabah yang ada belum baik, masih sebatas

keraMik Minahasa Menanti“sentuhan”Minahasa ternyata punya potensi besar kerajinan gerabah/keramik. Sayang belum dikembangkan secara maksimal. Perlu perhatian serius dari semua pihak.

Industri Gerabah

Perajin gerabah:Kerajinan secara turun temurun

G

Page 38: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200736

selera lokal di Kabupaten Minahasa atau-pun Manado.

Selain itu, kerajinan gerabah belum menjadi unggulan penghidupan, terbukti di antara mereka terkadang masih berkebun jika tidak ada pesanan. Kemudian, pasar masih sangat terbatas untuk lokal, beberapa pesanan memang ada yang datang dari Gorontalo ataupun Makassar tetapi tidak kontinyu. Selanjutnya, infrastruktur yang ada belum memadai untuk dapat dilintasi truk-truk besar yang menghubungkan kota propinsi (Manado).

Padahal, seperti diketahui bahwa untuk industri gerabah/keramik, desain merupakan faktor yang sangat menentu-kan. Desain yang baik akan menentukan pasar, sehingga Gorontalo, Sulawesi Se-latan, dan daerah-daerah lain dapat me-

manfaatkan keunggulan gerabah/keramik di Sulut tersebut.

Bentuk-bentuk dasar yang ada masih sebatas untuk barang-barang keperluan rumah tangga (houseware/terakota) dan kebutuhan taman hias (pot-pot bunga), sedangkan pasar yang ada sudah jauh berkembang untuk kebutuhan kelengkapan/asesoris atau interior baik untuk rumah tinggal, hotel-hotel, restoran, dan gedung-gedung perkantoran yang telah mengutamakan kenyamanan optimal dan tidak sebatas fungsi tempat semata.

Peran aktif Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat tentunya sangat diharapkan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak terkait. Kerjasama yang

dimaksud, antara lain pengadaan ”de-sainer” keramik dan ”tenaga ahli” pema-saran. Lebih lanjut dapat dikembangkan pula kerjasama dan permintaan bantuan dengan negara lain seperti pemerintah Jepang (JICA) dan Kanada yang sudah ikut mengembangkan keramik tersebut sejak 1999.

Program magang ke beberapa dae-rah potensial seperti Plered (Jawa Barat) dan Kasongan (Yogyakarta) juga menjadi salah satu pilihan tepat bagi mereka yang benar-benar serius untuk mengembang-kan kerajinan gerabah/keramik sebagai tumpuan hidupnya. Bambang Irt

Proses pembuatan gerabah dan produk gerabah:Desain sangat menentukan pasar

G

Page 39: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200737

Pembinaan industri kecil dan menengah telah menempuh jalan panjang, sepanjang sejarah

keberadaan industri kecil itu sendiri. Ini menunjukkan kepedulian dan perhatian pemerintah saat itu pada perkembangan usaha industri yang memegang peran penting dalam perekonomian lokal, regional maupun nasional. Sejak dulu, pembinaan diarahkan kepada existing industri atau industri yang sudah ada, dan sedikit yang ditujukan bagi tumbuhnya wirausaha baru.

Era Probinkra dan BIPIKBerbagai lembaga atau institusi pernah

dibentuk, kemudian bubar dan dibentuk lagi lembaga baru, Proyek Pembinaan Kerajinan atau Probinkra. Saat itu industri kecil disebut sebagai kerajinan. Probinkra berhasil mengembangkan industri kecil dan kerajinan, bahkan mendirikan sebuah unit usaha yang cukup monumental seperti Unit Pembinaan Teknis (UPT) pande besi di Sewulan, Madiun, kemudian UPT Logam Probinkra di Tegal. Tapi sayang kesemuanya itu tinggal puing-puing berupa besi tua dan bangunan yang tidak terurus.

Lantas era Probinkra berakhir, digan-tikan “Proyek Bimbingan dan Pembinaan Industri Kecil (BIPIK) “ diseluruh Indonesia yang dimulai awal Pelita tiga. Di era BIPIK ini dibangun Unit Pelayanan Teknis (UPT) di sentra-sentra produksi. Tidak kurang dari

146 UPT dari bermacam komoditi pernah dibangun saat itu yang mengemban fungsi transfer pengetahuan dan teknologi kepa-da industri kecil, bantuan sarana produksi, bantuan sarana pelatihan, bantuan pro-mosi dan pemasaran yang kesemuanya terintegrasi didalam UPT.

UPT yang masih berjalan hingga seka-rang ini diantaranya UPT logam di Tegal Jawa Tengah, UPT kayu di Pasururan Jawa Timur, dan UPT produk kulit di Cibaduyut Jawa Barat. Banyak UPT yang tidak mam-pu lagi menjalankan fungsinya karena peralatan dan mesinnya sudah ketingga-

PERAN UNIT PELAYANAN TEKNIS Unit Pelayanan Teknis (UPT) dibangun pada era “Proyek Bimbingan dan Pembinaan Industri Kecil” (BIPIK). Perannya adalah transfer pengetahuan dan teknologi kepada industri kecil, bantuan sarana produksi, bantuan sarana pelatihan, bantuan promosi dan pemasaran.

lan jaman. Peralatan dan mesin milik UPT kalah bersaing dengan milik industri kecil. Disisi lain SDM pengelolanya banyak yang beralih menjadi pegawai negeri dan men-duduki jabatan struktural.

Era LIK/PIK/SUIKPada era BIPIK juga dibangun

Lingkungan Industri Kecil (LIK), Perkampungan Industri Kecil (PIK) dan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK). Masing-masing LIK, PIK dan SUIK menyediakan Unit Pelayanan Teknis. Pada era BIPIK direkrut Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL),

UPT Kerajinan Batu Aji, di Kuta Cane - Aceh Tenggara:Belum direnovasi

Page 40: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200738

dimana tugasnya memberikan penyuluhan kepada perusahaan industri kecil yang bersifat umum, dan Tenaga Penyuluh Lapangan Spesialis yang memberikan penyuluhan kepada perusahaan industri kecil yang bersifat spesifik seperti TPLS bidang logam, bidang kulit, bidang kayu dan sebagainya.

Dari segi institusi juga dikembangkan Pusat Pengembangan Industri Kecil (PPIK) di 9 wilayah utama, yang tugas dan fungsinya adalah membina industri kecil. Sebagai institusi pembinaan, PPIK merupakan unit kerja tersendiri dan mempunyai pengurus, serta sarana kerja sendiri. Pengembangan industri kecil melalui PPIK meniru model yang dilakukan di Philipina karena saat itu pembinaan industri kecil di bantu oleh UNIDO dengan menempatkan tenaga ahli di Indonesia.

Peran TPL/TPLS Untuk pelaksanaan pembinaan di

lapangan, direkrut Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) dan Tenaga Penyuluh Lapangan Spesialis (TPLS). Bagi daerah yang mempunyai UPT, maka basis kerja TPL dan TPLS adalah di UPT. Model penggunaan TPL dan TPLS mirip dengan model yang dilaksanakan di Departemen Pertanian saat itu berupa Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian yang tersebar di pedesaan.

Koordinasi pelaksanaan pembinaan industri kecil oleh TPL dan TPLS dilakukan oleh PPIK di 9 wilayah utama, sedangkan di provinsi lain yang tidak mempunyai PPIK dilakukan oleh Proyek BIPIK setempat.

Keberadaan UPT di sentra dan TPL serta TPLS sebagai ujung tombak pem-binaan industri kecil di lapangan. Selama periode ini, industri kecil tumbuh dan berkembang secara signifikan hingga seperti sekarang. Status TPL dan TPLS saat itu adalah tenaga honorer kontrak

yang diperbaharui setiap tahun. Sementara, pembinaan TPL dan TPLS

diarahkan ke dua opsi. Pertama bagi yang mempunyai kinerja baik dan terdapat formasi, maka dapat diangkat menjadi pegawai negeri. Kedua, bagi yang ingin menjadi wirausaha atau pengusaha, maka pembinaan industri kecil merupakan masa magang yang menyediakan wahana untuk mencari pengalaman, pengetahuan dan networking.

Era kejayaan UPT dan TPL/TPLS merupakan masa kejayaan industri kecil. Keberadaannya didalam sistem pembi-naan yang tepat. Namun sayang masa keemasan itu berakhir dengan surutnya peran UPT serta habisnya TPL/TPLS. Hal ini bisa terjadi, karena pada saat jumlah pembina lapangan mulai habis diangkat menjadi pegawai negeri atau sebagian keluar menjadi pengusaha, tapi tidak di-barengi dengan recruitment tenaga la-pangan yang baru.

Era PIKMSurutnya peran UPT, karena lebih

kepada misinya dalam transfer of technology kepada industri kecil telah selesai dan tidak ada pembaharuan mesin, peralatan serta SDM pengelola. Setelah sekian lama UPT tidak mempunyai peran, seiring dengan datangnya era otonomi daerah (Otda) semua pengelolaan UPT diserahkan kepada Pemda, untuk dilakukan pembaharuan peralatan dan mesin serta digunakan sebagai sarana pembinaan karena sudah menjadi tugas daerah.

Apa yang terjadi kemudian, jauh dari harapan. Beberapa UPT yang kemudian direhabilitasi oleh daerah berfungsi seba-gi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang salah satu fungsinya adalah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Sebagian UPT yang lain tetap merana, peralatannya rusak, teknologinya keting-galan jaman, dan SDM pengelolanya rela-

tif tidak bisa mengoperasikan peralatan dan mesin. Bagaimana bisa memberikan pelayanan pembinaan kepada industri kecil. Bahkan beberapa UPT malah men-jadi tempat “pembuangan” bagi pegawai yang tidak tertampung di kantor dinas. Ini sungguh memprihatinkan.

Melihat kondisi seperti ini, pemerintah pusat mengambil kebijakan untuk merevitalisasi UPT, walaupun sebenarnya sudah bukan menjadi tugas dan fungsi pemerintah pusat. Menurut Undang-Undang nomor 32, fungsi pemerintah pusat hanya dalam penyusunan norma, kriteria, standar, kebijakan, menyusun pedoman dan melakukan monitoring serta evaluasi.

Revitalisasi UPTRevitalisasi UPT berarti meningkatkan

fungsi UPT sebagai unit pelayanan kepada IKM dalam bentuk perbaikan sarana fisik, pembaharuan peralatan atau mesin, peningkatan kemampuan pengelola agar mempunyai kompetensi dibidang pelayanan, serta melakukan networking.

UPT yang bisa direvitalisasi adalah yang mempunyai tujuan dan rencana ke depan yang jelas bagi peningkatan IKM yang akan dilayani, mempunyai manfaat teknis sosial dan ekonomis yang jelas khususnya bagi IKM, dan umumnya bagi perekonmian dae-rah. Usulannya juga harus jelas baik ten-tang jenis, spesifikasi dan harga peralatan (mesin) yang di-minta, ketersediaan dan kesiapan bangunan untuk menempatkan peralatan dan mesin, daya listrik, akses menuju lokasi penempatan, operator, ke- tersediaan dan kesiapan personil penge-lola, serta tenaga administrasi. Tingkat pendidikan dan pengalaman bagi petugas UPT juga harus memadai.

Selain itu, sistim pelayanan dan tarif sewa juga harus jelas. Begitu pula soal ketersediaan dan kesiapan biaya operasional, biaya pengadaan bahan

Era kejayaan UPT dan TPL atau TPLS merupakan masa kejayaan industri kecil.

Page 41: Gema Industri Kecil Juni 2007

Dari Sentra KeSentra

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200739

penolong, kejelasan pihak yang akan memanfaatkan, kejelasan pihak yang akan bertanggung jawab atas mesin dan peralatan, rencana pemanfaaatan mesin dan peralatan dalam rangka peningkatan efisiensi, produktifitas serta peningkatan mutu dan perluasan pasar. Dan tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari Pemda dalam bentuk komitmen penuh untuk memberdayakan UPT sebagai unit pelayanan kepada IKM, adanya share biaya revitalisasi dari Pemda melalui APBD atau sumber lain untuk renovasi bangunan, biaya listrik, telepon, gaji (honor) pengelola.

Terdapat 66 UPT yang direvitalisasi, terdiri dari logam dan permesinan 18 UPT, kayu dan rotan 24 UPT, sandang dan kulit 10 UPT, kemasan akan dibangun 3 UPT, serta kerajinan 11 UPT. Lingkup kegiatan revitalisasi meliputi fasilitas pengetahuan kepada pengelola UPT tentang IKM (pasar, teknologi, keuangan), peningkatan kemampuan SDM pengelola UPT untuk mengenal lebih dalam kondisi dan karakteristik IKM yang dilayani, menguasai teknologi peralatan dan proses produksi bagi IKM yang dilayani, sistem akuntansi perusahaan yang sesuai bagi IKM yang dilayani, penyusunan Bisnis Plan UPT, pengembangan networking, pengadaan mesin peralatan dengan teknologi lebih maju (alat produksi dan alat uji), pelatihan teknis untuk operator UPT, pelatihan pengelolaan UPT, pembuatan prototype mesin peralatan (R&D sederhana) dan pendampingan tenaga ahli.

Sharing peran Revitalisasi UPT dilakukan oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah de ngan sharing Pemda menyediakan atau meningkatkan kualitas bangunan

(bangunan UPT, sarana diklat, sarana promosi, kantor, daya listrik, telepon, gudang, lahan parkir dll), memperbaharui peralatan dan mesin UPT, menyediakan tenaga pengelola yaitu tenaga teknis dan tenaga manajemen / administrasi, meningkatkan kualitas SDM dan kualitas pelayanan kepada IKM, menyediakan biaya operasional UPT, melakukan pengelolaan UPT guna melayani IKM berdasarkan pedoman yang ada.

Sedang Pemerintah Pusat, menyusun norma, standar, pedoman pengelolaan UPT sebagai bahan acuan pengelola dalam memberikan pelayanan kepada IKM, mem-fasilitasi peningkatan pengetahuan penge-lola UPT tentang karakteristik IKM, tentang pasar produk IKM, tentang stakeholder yang dilayani UPT, tentang pengetahuan teknologi, pengetahuan keuangan IKM, pe-nyusunan Bisnis Plan UPT sebagai acuan pengembangan UPT ke depan, pengem-bangan kemampuan SDM pengelola UPT serta SDM perusahaan IKM baik pemilik

maupun tenaga kerja, pengembangan networking UPT dengan berbagai stake-holder yang terkait seperti lembaga uji yang kompeten, sumber tek nologi terbaru, lembaga keuangan, lem baga research and development, menye diakan mesin pera-latan dengan teknologi lebih maju untuk mengganti peralatan dan mesin yang su-dah rusak, memberikan pelatihan teknis untuk operator guna meningkatkan ke-mampuan menjalankan dan menggunakan mesin / peralatan, memberikan pelatihan pengelolaan UPT agar dapat memberikan pelayanan prima kepada IKM, pembuatan prototype mesin peralatan yang diperlukan oleh IKM, pendampingan tenaga ahli guna memberikan konsultasi kepada pengelola UPT maupun IKM yang dilayani yang akan dilakukan oleh konsultan IKM.

Perkembangan revitalisasi hingga saat ini dan berbagai permasalahan yang dihadapi akan disajikan dalam tulisan ba-gian kedua terbitan berikutnya.

MN/GU/ES

Mesin UPT Tresobo -Sidoarjo: Sudah direnovasi

G

Page 42: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 40

Dalam Rapat Kerja Departemen Per-industrian yang diselenggarakan pada 17 Januari 2007, dipimpin

oleh Wapres Jusuf Kalla, salah satu kepu-tusannya adalah menetapkan sepuluh industri prioritas untuk 2007, salah sa-tunya adalah industri minyak kelapa sawit mentah (CPO).

Menteri Perindustrian, Menteri Perta-nian, dan Menteri Perdagangan menyusun aturan pendukung peningkatan produksi CPO. Hal ini berkaitan dengan tujuan pemerintah yang berniat untuk mengop-timalkan industri hilir kelapa sawit.

Banyak hal yang harus dikoordinasi-kan dengan instansi lain, seperti menge-nai ketersediaan lahan untuk menunjang kebutuhan tambahan produksi CPO, mau-pun perbaikan produktifitas perkebunan.

Pada industri hilir, sampai 2010 mem-butuhkan tambahan pasokan minyak sawit mentah (CPO) sebesar 5 juta ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, termasuk untuk kebutuhan pengemban-gan bahan bakar nabati (BBN).

Hingga 2010 mendatang, diperkirakan kebutuhan pasokan CPO untuk industri pangan dalam negeri akan meningkat menjadi 10,5 juta ton dari 8 juta ton (2007). Peningkatan itu untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng sekitar 9,9 juta ton dan produk turunan CPO lainnya seperti margarin dan shortening sebesar 750.000 ton.

Sedangkan kebutuhan CPO untuk in-dustri nonpangan seperti fatty acid, fatty alcohol dan glyserin mencapai sekitar 150 ribu ton serta kebutuhan untuk BBN

sebesar 2,01 juta ton.Untuk meningkatkan efisiensi, ke

depan pengembangan perkebunan ke-lapa sawit harus bisa terintegrasi, tidak terpencar-pencar seperti sekarang ini yang akhirnya menimbulkan biaya tinggi. Disamping itu riset pengembangan harus lebih diberdayakan, termasuk untuk me-ningkatkan produktifitas perkebunan kela-pa sawit yang masih rendah yaitu 3,4 juta ton per ha dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai 4,2 juta ton per ha.

Diversifikasi industri hilir CPOMenteri Perindustrian, Fahmi Idris

menjelaskan bahwa struktur industri hulu dan hilir produk CPO akan diperkuat se-cara keseluruhan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah. Deperin telah menyiapkan sejumlah rencana aksi antara lain mempromosikan diversifikasi produk hilir CPO dari 17 jenis menjadi 30 jenis, mendorong pembangunan fasilitas pelabuhan dan tangki timbun di sejumlah sentra produksi, mengembangkan aliansi strategis oleokimia dengan perusahaan multinasional (MNC).

Kebijakan diversifikasi produk juga perlu lebih didorong. Dalam hal ini diversifikasi minyak sawit menjadi bahan dasar utama yang lebih khusus.

Pemerintah menetapkan sepuluh industri prioritas untuk 2007, salah satunya adalah industri minyak kelapa sawit mentah (CPO). Pada industri hilir, sampai 2010 dibutuhkan tambahan pasokan sebesar 5 juta ton per tahun.

IndustrI HIlIr CPO PrOsPeKtIf

Industri CPO:Perlu membuat diversifikasi produk

Page 43: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 41

Misalnya pembuatan asam lemak dengan spesifikasi khusus untuk pembuatan minyak pelumas (lubricant), tinta, fluxing agent, pembuatan biosurfuktan dari minyak dengan bantuan mikroorganisme, pembuatan produk monogliserida, etil alkohol, asam lemak amida, alkyl resin, plasticizer, dan lain-lain.

Kebijakan pengembangan industri hilir minyak sawit dengan nilai tambah lebih tinggi juga perlu segera direalisasikan untuk menghadapi kompetisi dari industri CPO negara lain dan industri minyak/lemak asal kedelai, jagung, kelapa dan lain-lain. Misalnya industri hilir yang menghasilkan produk shortenings, minyak salad, beta-karoten, vitamin E, vegetable ghee, cocoa butter substitute (CBS) atau cocoa butter equivalent (CBE), minyak termodifikasi dan produk oleokimia.

Ditinjau dari prospeknya industri yang mungkin bisa dikembangkan di Indonesia untuk skala menengah adalah industri minyak salad, industri etil-alkohol dan in-dustri CBS dan CBE.

Permintaan produk olekimia dan derivat-derivatnya mengalami pening katan, terutama dari beberapa negara importir seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Uni Sovyet, Jepang, Korea dan negara-negara Timur Tengah. Untuk produk-produk derivat oleokimia yang perlu dikembangkan industrinya adalah industri pembuatan amina ethoksilat, amina azelat, asam undeklonat, ammo nium kuartener khlorida, alkohol lemak sulfat, ether fosfat, alkil resin, dan fatty acid alkanol amides.

Di Malaysia telah terjalin hubungan bisnis dengan negara konsumen produk-produk hilir sawit seperti Inggris Jerman, Perancis, Belanda, Belgia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Cina, India, Taiwan, dan Australia. Pola kerja sama antara pro-dusen dan konsumen tersebut telah me-macu perkembangan industri hilir sawit di Malaysia. Wagu F

No Produk Bahan baku Tingkat Perkiraan Pertambahan Teknologi Investasi Nilai

1. Olein dan stearin CPO Menengah Rp300-700 M 20%

2. Asam-asam lemak CPO, PKO, katalis Tinggi Rp300-700 M 50%

3. Ester Palmitat, miristat Tinggi Rp200-500 M 150%

4. Surfaktan,emulsifier Stearat,oleat,sorbi

tol,gliserol Tinggi Rp250-700M 200%

5. Sabunmandi CPO,PKO,NaOH

pewarna, parfum Sederhana Mulai dari 1 M 300%

6. Lilin Stearat Sederhana Mulai dari 1 M 300%

7. Kosmetik(lotion

cream),shampo Surfaktan,esteramida Sederhana Rp10-200M 600%

Jenis inDustri, Perkiraan investasi Dan Pertumbuhan nilai inDustri hilir berbasiskan minyak sawit

Sumber:Poeloenganetal(2000)

G

Page 44: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 42

Keberadaan jamu tradisional sudah tidak asing bagi masyarakat kita. Sejak zaman dahulu, nenek moyang

kita telah mengkonsumsi jamu tradisional untuk menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dewasa ini, dengan kesadaran back to nature (kembali ke alam), konsumsi jamu tradisional yang berbahan baku alami semakin meningkat tajam.

Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan jamu tradisional di Indonesia cukup melimpah. Hasil riset LIPI menye-butkan, Indonesia memiliki 30.000 spesies tanaman obat dari total 40.000 spesies yang ada di seluruh dunia. Negara kita baru memanfaatkan sekitar 180 spesies dari 950 spesies bahan baku alami yang berkhasiat sebagai obat. Fakta ini mengungkapkan bahwa dari segi ketersediaan bahan baku,

industri jamu tradisional tidak memiliki ketergantungan impor.

Bahan baku pembuatan jamu tra-disional disebut sebagai simplisia. Sim-plisia yang digunakan adalah dalam bentuk kering sehingga tidak diperlukan proses pencucian dan pengeringan lagi. Proses pengeringan pun dilakukan oleh pemasok bahan baku. Jenis bahan baku yang digunakan untuk pembuatan jamu

Negara kita dikenal sebagai gudangnya bahan baku jamu tradisional. Faktor keunggulan ini tentu harus dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengusaha jamu kita untuk dapat memenangkan pasar, baik lokal maupun internasional.

JAMu trAdIsIOnAlBerBAHAn BAKu AlAMI seBAGAI MInuMAn KeseHAtAn MOdern

Tanaman obat:Masyarakat mulai beralih pada pengobatan herbal

Page 45: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 43

tradisional antara lain kapulaga, jahe, kencur, kunyit, laos, temulawak, sambiloto, puyang, kedawung, daun sirih, tapal liman, kayu manis, adas, kayu secang, pulosari, ginseng, delima, kayu rapat, jati belanda, lada hitam, cabe jawa, pinang dan brotowali.

Kualitas bahan baku/simplisia akan sangat menentukan kualitas jamu yang dihasilkan. Oleh karena itu pemilihan bahan baku yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak hanya semata didasarkan atas harga yang murah. Secara umum kualitas simplisia yang baik dilihat dari tingkat kebersihan, kekeringan, warna, ketebalan, dan keseragaman ukurannya.

Selain untuk konsumsi nasional, jamu tradisional juga berpotensi untuk di ekspor. Negara tujuan ekspor, menu-rut data Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu), yaitu Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Vietnam, Hongkong, Taiwan, Afrika Se-latan, Nigeria, Arab Saudi, Timur Tengah, Rusia dan Chile. Ekspor jamu tradisional tersebut sebagian besar masih dilakukan oleh industri jamu yang cukup besar.

Untuk memproduksi jamu tradisional dibutuhkan mesin/peralatan produksi antara lain mesin penggiling, mesin penyaring, timbangan besar, timbangan duduk, alat pengepres, alat pengukur kadar air, tampah, rak besar, dan lainnya.

Proses ProduksiProses produksi yang dilakukan pada

industri jamu tradisional masih menggu-nakan teknologi yang relatif sederhana/tradisional, dan biasanya produk yang dihasilkan dalam bentuk serbuk. Secara umum proses produksi (jamu bentuk ser-buk) meliputi tahapan sebagai berikut :

Tahap pertama, persiapan bahan baku. Bahan baku biasanya datang dari pemasok dalam bentuk kering. Bahan

baku sebelum dibeli harus diadakan pengambilan sampel, jika kualitasnya cocok baru diadakan pembelian.

Tahap kedua, sortasi bahan baku. Yakni memisahkan bahan baku yang baik dengan yang tidak baik yang terlihat se-cara fisik, misalnya daun yang sudah layu. Sortasi juga dilakukan untuk memisah-kan benda asing yang mungkin terdapat dalam bahan baku tersebut, misalnya ko-toran atau tanah.

Tahap ketiga, pengukuran kadar air. Menurut aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), setiap industri jamu harus memiliki alat laboratorium, minimal alat untuk mengukur kadar air bahan baku jamu. Sebaiknya simplisia kering yang akan digunakan untuk pembuatan jamu memiliki kadar air maksimal 11%. Jika ternyata kadar air simplisia tersebut di atas 11% maka dilakukan proses pengeringan/penjemuran.

Tahap keempat, penimbangan. Penim-bangan bahan baku sesuai kebutuhan, dengan menggunakan timbangan duduk.

Tahap kelima, penggilingan simpli-sia menjadi serbuk. Simplisia yang telah ditimbang lalu digiling dengan menggu-nakan mesin penggiling yang digerakkan oleh mesin penggerak. Sebaiknya jenis atau ukuran pisau pada mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling daun dan rimpang berbeda. Pisau pada mesin penggiling harus selalu diganti setiap 3

bulan untuk menjamin hasil gilingan selalu dalam ukuran yang seharusnya.

Tahap keenam, Penyaringan/penga-yakan dengan saringan 120 mesh. Proses penyaringan dilakukan untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran yang halus dan seragam. Dari proses penyaringan ini, pada umumnya serbuk yang tidak lolos adalah sekitar 15 - 20 %.

Tahap ketujuh, peramuan/pencampuran sesuai komposisi yang diinginkan. Serbuk jamu yang telah disaring kemudian diramu dengan jumlah dan komposisi yang disesuaikan . Tahap kedela pan, pengukuran kadar air serbuk jamu. Sebelum dikemas, dilakukan pengukuran kadar air serbuk jamu untuk menjamin tingkat kekeringan serbuk tersebut. Kualitas serbuk yang baik adalah yang memiliki kadar air tidak lebih dari 5 %.

Tahap kesembilan, pengemasan dalam bentuk sachet dan pak. Serbuk jamu dimasukkan dengan ukuran rata-rata 7-8 gram ke dalam kemasan sachet kemudian dipres dengan alat pengepres dan dilakukan secara manual. Setiap 10 sachet dipak dalam kemasan plastik. Beberapa pak jamu dikemas lagi dalam plastik bening dengan ukuran besar. Ter-dapat beberapa jenis serbuk jamu yang tidak dikemas dalam bentuk sachet, tetapi dikemas secara kiloan dengan kemasan plastik yang lebih besar.

Tahap kesepuluh, penyimpanan produk jadi sebelum dijual. Jamu yang

Jalur PemasaraN PrOduk Jamu TradisiONal

Petani Pengepul/Pengumpul Pengusaha

agen penjualan/Pedagang

Pengumpul/Pengecer

konsumenlangsung

Page 46: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 44

siap dijual disimpan terlebih dahulu dalam rak-rak besar secara teratur. Gudang penyimpanan jamu harus kering dan ti-dak lembab sehingga tidak menurunkan kualitas jamu yang telah dihasilkan. Rak-rak penyimpanan tidak boleh menempel pada dinding, tetapi harus ada sedikit jarak sehingga jamu tersebut tidak men-jadi lembab.

Tahap kesebelas, distribusi produk jadi pada konsumen. Tahap ini meru-pakan proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Pada tahap ini pun harus diperhatikan aspek higienis

dan pengaturan peletakannya, baik pada saat pengangkutan maupun penyimpanan di kios / di toko.

Jalur Pemasaran ProduksiProduk jamu dijual melalui agen pen-

jualan, pedagang pengumpul, ataupun langsung dijual ke konsumen. Pengusaha jamu pada umumnya melakukan kemitraan dengan pengepul dan agen penjualan, jenis kemitraan ini berbentuk dagang umum. Manfaat yang didapat dari adanya kemitraan ini adalah adanya kemudahan proses penjualan karena sudah rutin

Bahan baku obat & produk akhir:Harus kreatif dan inovatif

dilak sanakan, peningkatan omzet/volume produksi, pengembangan usaha, serta publikasi yang jelas dan menambah pelanggan.

Peluang pasarDi Indonesia, industri jamu memiliki

asosiasi yang diakui pemerintah sebagai asosiasi bagi pengusaha jamu dan obat bahan alam di Indonesia yaitu Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam In-donesia (GP Jamu). Anggota GP Jamu ter-diri dari produsen, penyalur dan pengecer. Hingga saat ini GP Jamu menghimpun 908 anggota, yang terdiri dari 75 unit industri besar (Industri Obat bahan alam/IOT) dan 833 industri kecil (Industri Kecil Obat ba-han alam/IKOT).

Dengan aset jumlah unit yang cukup banyak jumlahnya dan dengan lokasi yang menyebar, usaha jamu tradisional mem-punyai peran yang cukup strategis dalam menopang perekonomian nasional pada umumnya dan masyarakat setempat pada khususnya. Untuk masa yang akan datang diharapkan dapat menjadi salah satu aset wisata andalan Indonesia.

Untuk dapat memenangkan per saingan, setiap pengusaha harus cukup kreatif dan mempunyai strategi dalam me-ningkatkan kualitas produk dan meningkat-kan penjualan. Strategi usaha yang dapat dilakukan adalah senantiasa melakukan peningkatan kualitas/mutu jamu, kualitas kemasan, dan mencari bahan baku yang murah dan berkualitas baik.

Selain itu untuk perluasan pasar, sebaiknya melakukan promosi yang gencar seperti pengadaan bonus, potongan harga, kemudahan pembayaran, iklan di media cetak maupun elektronik, serta yang paling penting adalah membangun lo yalitas dan komitmen pada konsumen. Hal ini perlu dilakukan mengingat persaingan yang ada saat ini cukup ketat dan berat.

Elly Nirmala/dari berbagai sumber

Yang harus dilakukan pengusaha jamu adalah meningkatkan mutu, kemasan, serta bahan baku yang berkualitas.

G

Page 47: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 45

Nama Pondok Pesantern Ummusshabri yang diresmikan oleh Menteri Agama RI Prof. Dr. H.

A. Mukti Ali pada 9 Januari 1974, memiliki makna yang mulia “puncak kesabaran” atau “kesabaran yang tinggi”. Pesantren yang terletak di pusat kota Desa Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara ini berada dibawah pembinaan Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI). Dengan pendiri Mayor

Jenderal Eddy Sabhara (Almarhum), Mukhtarum SH, KH Baedhawie (Almarhum) mantan Ka. Kanwil Departemen Agama Sulawesi Tenggara, Drs. H. Abdullah Silandoe (Almarhum), Brigjen. H. Madjid Joenoes (Almarhum), H.A. Karim Aburaera SH, Drs. H. Djalate P, Drs. H.A. Zainul Arifin, P. Rafiuddin (Almarhum), Nurdin Daeng Magassing, Drs. H. Abdul Rahiem Munier (Almarhum), H. Muh. Amin (Almarhum) dan Ir. Muh. Saleh. Sejak berdiri hingga

sekarang pemimpin pesantren dipegang oleh Drs. Baso Suamir

Pesantren yang berdiri di atas lahan 72 hektar ini, memiliki prasaran dan sarana yang cukup memadai. Lahan yang untuk bangunan sarana da’wah dan pendidikan sekitar 6.500 M2, terdiri ruang belajar 25 lokal, masjid dan 76 kamar hunian untuk asrama santri putra dan putri. Sebagian lahan lagi dikelola untuk keperluan berbagai usaha bisnis pesantren seperti

uMMussHABrI

MeMBAnGun KeMAndIrIAn PesAntren lewAt KOPerAsI

Pesantren ummusshabri selain sebagai sarana belajar juga menjalankan aktivitas bisnis. Bisnis yang dijalankan seperti budidaya perikanan air tawar, usaha pertokoan, jasa dan industri kecil menengah.

Pesantren Ummusshabri.:Melatih dan membina santri mandiri

Page 48: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 46

usaha budidaya perikanan air tawar, usaha pertokoan, jasa dan industri kecil menengah.

Jenjang pendidikanJenjang pendidikan formal di pesantren

ini meliputi jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (Roudlotul Athfal), Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Untuk jenjang Perguruan Tinggi masih dalam persiapan.

Saat ini pesantren Ummusshabri memiliki 829 orang santri, dengan jumlah pengasuh (ustadz) sebanyak 83 orang. Dari catatan data alumni pesantren, sebgaian besar para alumnus pesantren sudah menempati posisi jabatan PNS serta di jajaran TNI, bahkan ada yang telah mencapai jenjang pendidikan tingkat sarjana S2 maupun S3.

Pendidikan non formal atau khusus kepesantrenan yang dilaksanakan diluar jam belajar seperti sore, malam dan pagi (subuh) ini meliputi pendalaman kitab klasik (kuning), Tahfidz dan Qiroatul

Qur’an, Takhasus bahasa Arab dan Inggris, keterampilan T.I, olahraga dan kegiatan latihan bermasyarakat (bhakti sosial)

kegiatan bisnis Pesantren Ummusshabri mempunyai

berbagai usaha ekonomi yang sudah cukup mapan, dikelola oleh sebuah unit

usaha koperasi yang didirikan sejak 1995, ”Koperasi Bustanil Arifin”, dengan ketua Drs. Pairin MA. Bisnis yang dikelola meliputi Usaha Simpan Pinjam, Warung Serba Ada (Waserda), Warung Telekomunikasi (Wartel), Jasa Foto Copy dan usaha industri pengolahan. Industri pengolahan berskala kecil dan menengah berhasil dikembangkan dengan memproduksi berbagai jenis produk antara lain; Virgin Coconut Oil (VCO), Sabun Mandi, Minyak Goreng dan makanan/minuman olahan Aneka Sirup, Nata de Coco, Saos Tomat / Cabe dan lain-lain.

Untuk usaha industri pengolahan ini pesantren telah menginvestasikan dananya sekitar Rp 500 juta. Koperasi ini juga membina pengusaha/perajin. Kini telah berhasil dibina 10 orang perajin untuk membuat produk sejenis di luar lingkungan pesantren. Untuk koperasi sendiri mempekerjakan sebanyak 19 orang sebagai tenaga operasional.

Masalah pemasaran, selain untuk memenuhi kebutuhan lokal dan dalam negeri, khusus untuk produk VCO tengah dirintis ekspor ke Korea. Produk VCO sangat prospektif dan kecenderungannya terus meningkat dari tahun ketahun dengan omzet produksi rata rata 300 botol dengan nilai Rp 15 juta pada 2004. Pada 2005 meningkat menjadi 500 botol atau senilai Rp 25 juta. Tahun 2006 meningkat lagi mencapai 1.500 botol atau senilai Rp 60 juta.

bantuan mesin dan peralatan.Pengolahan VCO yang masih dilakukan

secara manual, menjadi kendala terhadap pasokan atas permintaan yang terus meningkat. Departemen Perindustrian Cq Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mengalokasikan bantuan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Tahun 2006 Pesantren Ummusshabri memperoleh bantuan

Dirjen IKM Deperin, Sakri Widhianto: Memberikan pengarahan kepada peserta pelatihan kerja di Koperasi Pesantren Ummussabhri

Pengolahan VCO yang masih

dilakukan secara manual,

menjadi kendala terhadap

pasokan atas permintaan yang terus meningkat.

Page 49: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 47

mesin dan peralatan VCO yang terdiri dari Pengepres, Pemarut, Sentrifius, Vacuum dan Filter Press, serta peralatan produksi Nata de Coco ditambah dengan alat Press Cup dan Mesin Potong otomatis.

Ke depan, pesantren ini mempro-gramkan pendirian usaha industri pengo-lahan bersifat terpadu dengan industri yang sudah ada seperti membangun unit usaha pengolahan tepung ampas kelapa, sabut kelapa (coco sheet dan coco fibre), arang briket dan

asap cair. Departemen Agama RI juga pernah mengucurkan bantuan berupa uang sebesar Rp 20 juta, pada 2005. Begitu pula Kementerian Koperasi dan UKM pernah memberi bantuan untuk pembangunan sarana, peralatan dan modal kerja koperasi sebesar Rp 150 juta pada akhir 2006.

Khusus pengembangan produk VCO, Koperasi ”Bustanul Arifin” akan menjalin kerjasama dengan Improvement Institute dan UD Sumber Rezeki dari Jakarta maupun dengan Asosiasi Produsen Kelapa

Proses produksi: Kedepan produksi pesantren Ummusshabri bersifat terpadu

Olahan (APKO) Sulawesi Tenggara dengan target memenuhi permintaan ekspor VCO ke Korea dan Polandia sebanyak 30 ton setiap bulan.

Kini Koperasi ”Bustanil Arifin” dibawah naungan Pondok Pesantren Ummusshabri, merupakan salah koperasi di Indonesia yang memiliki kinerja cukup bagus. Fungsi pesantren yang selain sebagai salah satu lembaga pendidikan dan da’wah Islamiyah, juga sebagai agen pembaharu masyarakat khususnya di sekitar koperasi. Boedi SawitriG

Page 50: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 48

Industri kerajinan nasional Indone-sia yang merupakan terbesar di Asia Tenggara mempunyai prospek sangat

cerah, baik di pasar nasional maupun in-ternasional. Salah satunya adalah industri kerajinan anyaman bambu.

Saat ini industri kerajinan anyaman bambu mengalami kemajuan yang cukup pesat, sesuai dengan kemajuan teknologi dan penciptaan desain-desain baru yang banyak diminati oleh pasar lokal maupun mancanegara.

Ditinjau dari aspek nilai seni/artistik, produk kerajinan bambu Indonesia tidak kalah dengan produk dari negara lain. Akan tetapi bila ditinjau dari aspek bahan baku, seringkali belum sesuai standar yang diharapkan.

Masih banyak keluhan/komplain yang sering kita dengar terhadap produk-produk kerajinan kita dari para kon-sumen/buyer asing. Komplain itu biasa-nya seputar barang mudah rusak, warna mudah pudar dan sebagainya.

Nah, berikut ini dipaparkan beberapa cara membuat produk anyaman bambu agar tetap berkualitas, bernilai seni dan

jual yang tinggi.

Perlu diawetkanUntuk mendapatkan kualitas produk

kerajinan bambu yang bagus, maka bam-bu perlu diawetkan. Pengawetan bambu dikerjakan dengan cara menghilangkan cairan cell dan atau memasukkan obat/racun ke dalam bambu. Pengawetan ada dua macam, yaitu secara alami dan se-cara kimiawi.

Bambu dapat diawetkan dengan menghilangkan getah/minyak bambu un-tuk menambah daya lenting/lentur, agar jika diirat atau dianyam tidak muda patah. Di samping itu supaya bambu tidak mudah dimakan bubuk/insekta.

Secara alami pengawetan dapat di-lakukan dengan cara perendaman, di-anginkan, pendiangan dan cara perebu-san.

Pengawetan bahan anyaman secara kimiawi, biasanya dilakukan pada bambu yang sudah menjadi iratan maupun pada

produk-produk anyaman. Cara ini ada 5 macam, yaitu: (a) dengan bahan sulfat tembaga atau prusi, (b) dengan bahan hidroksi natrium atau kostik soda, (c) de- ngan bahan karbonat natrium atau soda abu, dan (d) dengan wolsfat atau pijar.

Pemutihan bambu dapat dilakukan dengan cara perebusan dan cara pengasapan dengan gas belerang dioksida, juga dapat dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan pengelantang.

Perlu pewarnaanSelain itu, bahan anyaman bambu

perlu dilakukan proses pewarnaan. Pewarnaan ini dapat dilakukan baik se-cara alami maupun kimiawi. Pewarnaan secara alami dapat menggunakan bahan pewarna alamiah, seperti daun jati muda, daun jarak, kulit pohon dan lumpur. Se-dangkan pewarnaan secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara merendam dengan zat warna asam, zat warna ba-sis dan zat warna langsung. Pewarnaan

juga dapat dilaku-kan dengan menge-cat atau dengan vernis. Faras

MeMBuAt PrOduK AnYAMAn BAMBuAGAr tetAP dIMInAtI PAsArPohon bambu di sekitar kita sangat melimpah. aneka jenis produk anyaman, baik untuk peralatan rumah tangga maupun mebel, pun dapat dibuatnya. Tapi bagaimana caranya agar produk-produk bambu tetap bernilai seni tinggi dan diminati pasar?

Produk anyaman bambu:Pasarnya makin prospektif

Gnilai eksPOr “hanDiCraFt” 2006

(dalam juta dollar AS)- Kayu, bambu, rotan, dan sejenisnya 212,04- Logam 98,25- Batu dan Keramik 15,96- Tekstil 7,13- Aneka (kulit, mutiara, dll) Sumber: ASPHI, diolah BPS

Page 51: Gema Industri Kecil Juni 2007

Peluang usaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 49

Bambu termasuk suku rumput-rumputan (gramineae). Diperkirakan terdapat 600-

700 jenis bambu di dunia. Di antara jumlah itu sebagian terdapat di Indonesia. Beberapa yang terdapat di Indonesia adalah:1. Bambu tali/apus (cigantochoa apus).

Banyak digunakan untuk anyaman dan alat-alat rumah tangga. Bambu tersebut mempunyai kekuatan, keawetan dan daya lentur yang tinggi, sehingga cocok untuk bahan anyaman dan kerajinan anyaman.

2. Bambu hitam (wulung). Dapat digunakan sebagai bahan anyaman, tetapi hanya pada kulitnya saja. Bambu wulung kurang liat dan kurang kuat, daya lenturnya kurang, tetapi ukurannya (batangnya) lebih besar.

3. Bambu betung (dandrocalamus asper). Bambu ini tidak digunakan untuk anya-man, karena tidak bisa diirat. Jenis bam-bu ini ukurannya besar, sehingga cocok untuk tiang-tiang rumah, dan untuk jem-batan darurat.

4. Bambu duri (bambusespinosa). Je-nis bambu ini banyak durinya, sehingga sering untuk pertahanan suatu kampung. Pada umumnya berdinding tebal dan co-cok untuk bahan pembuatan kertas. Re-bungnya dapat untuk sayur.

5. Bambu ampel (bambusa vulgaris). Jenis ini tidak dapat digunakan untuk anyaman maupun kerajinan lain, melainkan hanya untuk tanaman batas-batas pekarangan dan untuk pagar saja, karena lekas lapuk dan mudah terserang insekta.

6. Bambu tutul. Disebut tutul karena pada kulitnya terdapat tutul-tutul, hitam, coklat tua, dan warna dasarnya kuning sehing-

ga baik untuk hiasan ruangan. Tidak bisa untuk anyaman, karena keras dan bagian dindingnya terbatas.

7. Bambu gading. Jenis ini hampir sama dengan bambu tutul, bedanya hanya di warna kulit. Bambu gading tidak ada tutul dan kulitnya lebih mengkilat. Sifat bambu gading yaitu keras dan dinding-nya tipis, maka tidak dapat untuk bahan anyaman.

8. Bambu cendani (cina). Jenis ini tidak dapat dibuat untuk bahan anyaman, karena batangnya kecil, dagingnya pa-dat dan keras, tetapi ruasnya panjang-panjang. Sifat bambu cendani yaitu keras, bagian dagingnya tebal dan ulet atau tidak mudah pecah. Banyak digu-nakan untuk hiasan, tangkai lembing dan tangkai sapu lantai.

9. Bambu wuluh. Jenis ini hampir sama dengan bambu cendani, tidak dapat untuk bahan anyaman. Sifat bambu ini yaitu batangnya kecil, keras, mudah pecah, pada bagian dinding tipis-tipis. Bambu ini banyak digunakan untuk seruling, mainan anak-anak dan untuk hiasan-hiasan.

10.Bambu mahoni. Jenis bambu ini ter-masuk jenis terkecil, biasanya hanya untuk hiasan dan banyak ditanam di halaman rumah. Bambu tersebut hanya memperindah halaman, tidak untuk ba-han anyaman, karena batangnya tidak dapat besar, liat dan lunak, ruasnya pendek dan bagian dindingnya tipis. Bambu ini juga tidak bisa tinggi seperti bambu yang lain.

JenIs-JenIs BAMBu

Peluangusaha

Page 52: Gema Industri Kecil Juni 2007

Profil Pengusaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200750

Di Pontianak, Kalimantan Barat, jenis anyaman akar keladi air merupa-kan produk unggulan selain rotan.

Produk anyaman akar keladi air ini tidak ada duanya di daerah lain. Teksturnya yang lembut dan tidak mudah patah men-jadikan produk ini sangat disukai para konsumen.

Adalah Rachmidar yang menjadi-

Kerajinan anyaman akar keladi air yang kini menjadi produk unggulan Pontianak ternyata tak lepas dari sentuhan tangan Rachmidar. Dialah yang mempopulerkan produk kerajinan tersebut.

MEMPOPULERKAN ANYAMAN AKAR KELADI AIR

Rachmidar

ProfilPengusaha

kan kerajinan anyaman akar keladi air berkembang seperti sekarang hingga di-minati masyarakat Pontianak. Akar keladi air yang banyak terdapat di hutan-hutan Kalimantan ternyata bisa dikembangkan menjadi produk anyaman menarik yang bisa dijual sebagai cendera mata maupun kebutuhan rumah tangga.

Rachmidar mengaku dalam sebulan

bisa memproduksi lebih dari 10.000 buah. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 200 ribu per buah. Harga ini akan mengalami peningkatan saat dijual di Malaysia. Adapun produk yang diminati konsumen adalah tempat parcel, topi dan keranjang.

Keberhasilan yang telah diraih Rachmidar tak lepas dari campur tangan

Page 53: Gema Industri Kecil Juni 2007

Profil Pengusaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200751

Rachmidar: Mempopulerkan anyaman keladi air

pemerintah daerah setempat. Karena me-lalui bimbingan dan pembinaan yang di-lakukan oleh dinas terkait, terutama Dinas Perindustrian dan Perdagangan, menjadi-kan produknya dikenal banyak orang, lan-taran sering diikutsertakan dalam acara pameran-pameran, baik yang digelar di daerah maupun di Jakarta.

Selain peran pemerintah, keberhasilan Rachmidar tak bisa dilepaskan dari peran seorang ibu bernama Jamilon, sebagai orang yang pertama kali mengenalkan kerajinan anyaman akar keladi air di Pontianak pada tahun 1980-an. Namun karena Jamilon pindah daerah dan tidak mengembangkannya lagi, akhirnya Rachmidar terketuk untuk mengembangkannya hingga kini.

Sebelum Rachmidar hadir memberi-kan warna anyaman akar keladi air, ke-beradaan anyaman di Pontianak masih sangat tradisional. Pemasarannya pun juga berkisar di daerah sendiri, belum sampai ke luar daerah apalagi ke man-canegara.

Korban perang sukuRachmidar adalah korban perang

suku antara suku Dayak dan Madura yang terjadi para tahun 1999. Wanita yang bersuamikan orang Madura ini terpaksa kalang kabut mencari tempat berlindung dari serangan orang dayak. Hingga pada akhirnya, ia bersama suaminya berhasil selamat dan tinggal di Pontianak.

Di Pontianak ia bersama keluarganya mengadu nasib. Berbagai upaya untuk bisa tetap hidup terus dilakukan. Mulai menjual makanan, kue hingga menjual hasil anyaman karyanya sendiri, berupa akar keladi air.

Keterampilan menganyam akar keladi air didapat dari tetangganya yang bisa menganyam. Ia pun belajar kepada bebe- rapa orang yang ada di Tanjung Hulu Pon-tianak. “Saya belajar tanpa malu dan min-

der meski hanya menganyam,” katanya. Dengan ketekunan dan keyakinannya

dalam menggeluti usaha kerajinan anyaman, ia akhirnya dapat berhasil dan bangkit dari kesedihan yang selama ini menderanya. Beberapa bulan belajar menganyam, ia berhasil membuat karya sendiri. Saat itu hanya bisa membuat 5 buah, itu pun ukurannya kecil. Berbekal 5 buah anyaman inilah Rachmidar menjajakan karyanya di pasar setempat.

Rachmidar tak putus asa. Meskipun ia tergolong orang pendatang di desa terse-but, ia tetap nekad dan yakin dagangan-nya akan terjual. Dengan nada nelangsa ia menawarkan ke beberapa pembeli di pasar meski usaha itu ternyata tidak mudah.

Namun dengan penuh keyakinan dan optimis barang daganganya akan terjual, akhirnya waktu yang dinantinya tiba, dagangannya laku Rp 125 ribu. “Saya dengan nada menangis menjual anyaman saya hanya untuk membeli beras untuk makan sehari-hari,” kisahnya.

Barang pun terjual, hati menjadi gembi-ra karena hari itu ia bisa membeli beberapa kebutuhan untuk menyambung hidupnya. Ia pun kembali belajar menganyam. Kali ini ia belajar anyaman yang lebih besar lagi agar hasil penjualannya lebih besar.

Usaha yang dilakukan Rachmidar tak sia-sia. Perjuangannya untuk bisa hidup dari keterpurukan akibat perang etnis Dayak-Madura mulai terbayar. Ke-tika menjajakan dagangannya, ia bertemu dengan salah seorang pegawai UKM dari pemerintahan setempat. Lalu dari hasil pertemuan itu, dirinya dikenalkan dengan pegawai bagian Perindustrian setempat.

Gayung pun bersambut, pertemuan demi pertemuan akhirnya mengantarkan dirinya bisa bertemu dengan para peda-gang dari Malaysia. Dari situlah, ia mulai mendapatkan order menganyam, dan ia pun harus mengangkat karyawan seba-nyak 3 orang untuk membantu memper-

cepat pekerjaannya. Melalui pertemuan dengan para

pe da gang dari Malaysia, dirinya mulai mengenal partner bisnisnya secara lebih luas. Biasanya para pedagang Malaysia melakukan transaksi jual beli di daerah perbatasan Malaysia dan Indonesia, tepatnya di Entikong. Di sinilah barang-barang dari Indonesia, khususnya dari Kalimantan dijual ke pedagang pengumpul dari Malaysia.

Seiring dengan perkembangannya, usaha anyaman Rachmidar kian berkem-bang. Tenaga kerja yang hanya 3 orang akhirnya bertambah menjadi 20 orang. Hal ini untuk memenuhi target pemesanan atau pembelian dari buyer Malaysia. Kare-na permintaan barang terus meningkat, membuat Rachmidar beruntung besar, dalam wak tu seminggu dirinya bisa me-ngantongi untung hingga Rp 5 juta.

Tak heran, jika dari hasil usahanya ini ia bisa membeli rumah dan menempatinya bersama keluarganya serta membeli 6 ruko. “Saya bersyukur usaha yang saya lakukan selama ini tak sia-sia, memang semua perlu perjuangan,” ujarnya dengan mata berbinar-binar. Yuana G

Page 54: Gema Industri Kecil Juni 2007

Profil Pengusaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200752

Neliwati Dalimo:Bisnis kue khas Bengkulu

Wanita asli Bengkulu, Neliwati Dalimo, sukses menekuni usaha ma-kanan ringan khas Bengkulu,

kue Ende. Sebetulnya bisnis yang dirintis sejak 2001 ini, lebih karena panggilan hati. Ingin memperkenalkan makanan khas dae-rahnya ke seluruh Indonesia dan dunia. “Bila tidak diperkenalkan kepada pasar, lama-kelamaan makanan ini akan dilupakan,” ungkap wanita yang memulai usaha dengan modal Rp 100 ribu. Sebelumnya saya mem-buat keripik bawang, dan dititipkan ketoko kue. Baru kemudian membuat kue kering.

Rasa dan penampilanUntuk kue khas

Bengkulu ini, jika pakai resep yang asli seperti Perut Punai, Tat agak keras sehingga tidak sukai. “Rasa-nya enak tapi karena keras, jadi orang malas untuk mengkonsumsi,” keluh Neliwati. Untuk mening-katkan kualitas

Awalnya hanya ingin melestarikan kue khas daerahnya, Bengkulu. Setelah ditekuni ternyata menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Kiatnya, resep disesuaikan dengan kebutuhan dan tren konsumen.

UtamaKan Kemasan dan Rasa

saya merubah resep, sehingga rasa kue menjadi lembut. Bahan-bahan lainnya juga menggunakan yang bagus.

Dengan komposisi bahan baku yang bagus, membuat harga kuenya jadi ma-hal mulai Rp 5000 per 1,5 ons sampai Rp 35 ribu per kg per pieces. “Saat ini saya membuat lebih dari sepuluh macam kue snack, yang semuanya khas Bengkulu. Tapi yang paling laku kue bawang, perut punai dan tat,” paparnya.

Proses pembuatannya masih secara tradisional. “Agar tahan lama dan tetap gurih kemasannya harus benar-benar ke-dap udara. Maksimal kue saya bertahan

Page 55: Gema Industri Kecil Juni 2007

Profil Pengusaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200753

sampai dua bulan,” katanya berpro-mosi.

Setiap hari Neliwati memproduksi sebanyak 25 kg kue. Untuk penger-jaannya dibantu oleh dua belas kar-yawan yang dibayar harian. Sedang pemasarannya, selain dijual outlet mi-liknya juga dijual ke toko kue dengan sistem beli putus.

Sementara untuk omzet mencapai Rp 25 juta setiap bulan. “Saya belum memasarkan langsung ke luar daerah hanya lewat buyers saja,” ungkapnya. Saat ini saya sedang mencoba masuk pasar ritel dan luar negeri. Sudah ada permintaan dari China, khususnya kue keripik bawang, tambahnya.

Untuk masuk pasar ritel dan luar, lajut Neliwati tidak hanya mengandal-kan citarasa saja, tapi kemasannya juga harus diperhatikan. Jika kemasannya tidak diperbaiki meski rasa makanan-nya enak, tetap akan kalah bersaing dengan produk yang penampilannya menarik. Rachma Utami

desaIneR mUda meRdI sIhombInG

menGanGKat dan mempopUleRKan KaIn badUy

G

Midian Sefnat Sihombing, yang akrab dipanggil Merdi Sihombing, adalah desainer muda yang se-

dang naik daun dalam jajaran desainer papan atas negeri ini, terutama parti-sipasinya dalam mengangkat produk tekstil berbasis etnik Baduy. Ia dikenal sangat peduli dalam mengembangkan dan mempopulerkan kain tenun, su-laman serta berbagai bentuk kerajinan khas Baduy yang sangat berkarakter dan dinamis.

Pria kelahiran Medan, 21 Mei 1970 ini, pernah meraih berbagai penghargaan, antara lain Pemenang Kostum Terbaik di Grand Final Video Musik Indonesia tahun 1999 / 2000 dan Appointed Designer for World Harp Ensemble tahun 2002 di Jakarta. Juga pernah mendapat perhargaan di ajang Coffee Morning ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2003.

Dalam membantu percepatan pe ngembangan kain Baduy, Merdi menuangkan ide hasil dari inspirasinya dengan melalui berbagai cara, yakni selembar kain biru diolah, ditata,

Kain etnik Baduy yang menonjolkan warna biru dan hitam memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Desainer muda Merdi Sihombing mencoba mengangkat dan mempopulerkan di kancah fashion nasional.

digunting, dipayet, lalu dijahit tangan. Metode lain adalah tenun asli Baduy

yang dinamakan Suat Songket, di-print di atas kain rayon dalam jumlah banyak namun tidak meninggalkan identitasnya yang asli. Ini dilakukan karena dia melihat tenaga terampil saat ini sudah langka, di mana untuk menyelesaikan 1 lembar

Page 56: Gema Industri Kecil Juni 2007

Profil Pengusaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200754

G

kain dengan panjang 2 meter dibutuhkan waktu yang lama.

“Kain Baduy dapat dijadikan icon Baduy,” ujar Merdi penuh semangat. Menurutnya, seluruh motif yang tertuang dalam kain Baduy harus dilestarikan dan dilindungi. Tidak hanya kain Suat Songket Baduy yang layak diangkat untuk dilestarikan dan diperkenalkan pada dunia, tapi pelah atau kain tenun terbuat dari serat daun rotan pun cukup menarik untuk

dikembangkan. Bagi seorang

Mer di, membantu masya rakat Baduy bukan hanya untuk mengembangkan kain mereka menjadi produk modern, tapi juga sekaligus mengangkat kesejahteraan masya-rakat Baduy. Lang -kah yang dilakukan de sainer muda ini terjun langsung ke daerah terpencil perlu diapresiasi, karena ma sih banyak daerah lain yang memiliki keunikan yang belum tergali dan tersentuh oleh para desainer. Padahal tidak tertutup kemungkinan ke depan produk-pro duk yang ada di pedalaman menjadi produk yang transaksional dan disukai pecinta

busana. Kenapa Merdi yang pencinta travelling

ini menyukai suku dan kain Baduy? Ini tidak lain, karena suku Baduy yang berdomisili di pedalaman provinsi Banten ini memiliki keunikan budaya tersendiri, dimana masyarakatnya sering berjalan kaki tanpa alas, serta berpakaian hitam dengan tas selempang yang terbuat dari kulit kayu (tereub) ketika menyusuri jalanan ibu kota.

Bahkan, sebagian dari mereka masih banyak yang hidup terasing di pedalaman sana dan cenderung tertutup dari ma-suknya budaya luar. Sehingga suku Baduy sampai saat ini masih mengundang ba-nyak hal yang belum terungkap. Uniknya, kaum wanitanya memiliki kebiasaan me-nenun kain khas Baduy yang berciri warna kebiruan (indigo).

Bagi seorang Merdi memandang kain Baduy terasa memiliki kharisma tersendiri apalagi dilakoni dengan pergi ke tanah Baduy menyusuri bukit dengan berjalan kaki, bergabung dalam ke-hidupan langsung penduduknya, serta mengamati cara pembuatan kain-kain biru dan melihat gaya penampilan se-hari-hari mereka. ”Wow sungguh meng-esankan,” cetusnya.

Wanita Baduy, kebiasaan dalam sehari-hari mengenakan sarung, blus atasan, tas, sisir, gelang dan kalung manik-manik, tampil sungguh artistik sehingga memberi keunikan dan kha-risma tersendiri. Pemandangan inilah yang membuat naluri Merdi untuk terus kembali ke tanah Baduy dan menelu-suri seluk beluk kain Baduy, sekaligus mengangkat produk tenun mereka menjadi sebuah lembaran kain-kain indah berselera tinggi, terus diminati dan sejajar dengan produk unggulan fashion nasional maupun internasional kelak. Mawarzi Idris

Page 57: Gema Industri Kecil Juni 2007

Profil Pengusaha

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200755

Fashion: Menampilkan gaya etnik manfaatkan kain khas baduy

Profil Pengusaha

Page 58: Gema Industri Kecil Juni 2007

Standar & teknologi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200756

Sudah banyak hasil penelitian dari Balai Besar Industri Agro Departe-men Perindustrian (BBIA) yang

sudah diproduksi oleh masyarakat. Dian-taranya VCO, buah merah, jahe merah, fruit leather j. merah, fruit leather j. sirsak, mengkudu, apel segar, minuman cincau hitam, dan tiwul instan. Produk-produk tersebut dipamerkan dalam pameran in-dustri makanan dan minuman yang dise-lenggarakan oleh Departemen Perindus-trian pada tanggal 2-5 April 2007.

Selain penelitian jasa lain yang diberi-kan BBIA. berupa riset, pengujian, ka-librasi, konsultasi, pelatihan, dan sertifi-kasi. Kini ada sekitar 85 perusahaan yang

Balai Besar Industri Agro Deperin (BBIA) punya 4 lembaga sertifikasi: Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (ABIQA), Lembaga Sertifikasi Produk (ABI-Pro), Lembaga Sertifikasi HACCP (ABI-HACCP), dan Lembaga Sertifikasi Inspeksi (ABITIS).

BBIA MItrA BIsnIs KoMpeten

telah memanfaatkan jasa BBIA antara lain perusahaan Bogasari Flour Mills, Indofood Sukses Makmur, Indomilk, Sucofindo, dan PT Unilever.

Sementara fasilitas laboratorium yang dimiliki BBIA antara lain laboratorium pengujian untuk makanan olahan, mikro-biologi, air, minuman, pakan dan bahan baku serta laboratorium untuk limbah. Selain itu juga tersedia laboratorium kali-brasi dan laboratorium proses pengolahan pangan dan non pangan. Sedang fasilitas perpustakaan cukup luas sekitar 300 m², dengan koleksi khusus industri agro dan buku-buku referensi lainnya. Untuk koleksi hasil penelitian BBIA tersedia dalam

Standar&teknologi

Page 59: Gema Industri Kecil Juni 2007

Standar & teknologi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200757

BBIA MItrA BIsnIs KoMpeten

bentuk buku maupun majalah, dan bisa diakses melalui website: www.bbia.go.id.

Industri hasil pertanianBalai Besar yang bernaung dibawah

Departemen Perindustrian ini didirikan pada 1909, dengan nama Biro Analisis Pertanian dan Perdagangan (Bureau voor Landbouven Handel Analyse) yang kemu-dian berganti menjadi Balai Penyelidikan Kimia pada 1945. Selanjutnya pada 1980 namanya berganti lagi menjadi Balai Besar Industri Hasil Pertanian, hingga akhirnya sejak 29 November 2002 diubah lagi menjadi Balai Besar Industri Agro (BBIA) yang secara struktural berada dibawah Badan Penelitian dan Pengem-bangan Industri (BPPI).

BBIA yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor ini merupakan institusi yang memberikan jasa pelayanan teknis kepada masyarakat industri, khususnya industri hasil pertanian, dalam rangka mewujudkan pengembangan industri yang berdaya saing kompetitif baik secara na-sional maupun internasional.

Visi BBIA sendiri adalah menjadi insti-tusi yang profesional, mandiri dan terke-muka dalam memberikan jasa pelayanan teknis dibidang industri agro. Adapun Misi yang diemban adalah, pertama melak-sanakan jasa pelayanan teknis dalam bi-dang riset, pengujian, kalibrasi, pelatihan, konsultasi, sertifikasi, rancang bangun dan perekayayasaan industri. Kedua, membantu pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan IKM dan pembi-naan industri agro. Ketiga, melakukan pengkajian, riset, pengembangan dan pemdalaman teknologi ekstraksi secara berkesinambungan untuk membantu mengembangkan industri agro.

Jasa sertifikasi BBIABila Anda mempunyai perusahaan

yang memproduksi suatu barang un-

tuk dipasarkan baik kepada konsumen personal, industri, distributor, domestik atau ekspor, ada beberapa persyaratan keamanan, dan layak untuk dikonsumsi yang harus dipenuhi. Untuk menjamin produk Anda sudah aman dikonsumsi harus ada sertifikasinya, baik Sertifikasi ISO 9000, Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI, Sertifikat Keamanan Pangan dan Sertifikat Inspeksi Kecukupan Panas dan Lingkungan.

Balai Besar Industri Agro mempunyai empat lembaga sertifikasi yaitu Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bernama ABIQA (Agro-Based Industry Quality Assurance), Lembaga Sertifikasi Produk yang bernama ABI-Pro (Agro-Based Industry - Products Certifacation), Lembaga Sertifikasi HACCP bernama ABI-HACCP (Agro-Based Industry-HACCP System Certification), dan Lembaga Sertifikasi Inspeksi Teknis bernama ABITIS (Agro-Based Industry Technical Inspection Services)

Untuk lembaga ABIQA merupakan lembaga sertifikasi ISO 9000 yang mem-fokuskan pada sertifikasi industri-industri hasil pertanian. Sejak 1994, ABIQA telah masuk dalam jaringan akreditasi nasional/internasional yang dibentuk oleh Komite Akreditasi Nasional Badan Sertifikasi Na-sional (KAN/BSN)

Sedang ABI-Pro merupakan lembaga sertifikasi produk yang dibentuk oleh Pemerintah RI c.q. Balai Besar Industri Agro (BBIA) berlokasi di Bogor. ABI-Pro melayani jasa sertifikasi untuk mem-peroleh Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI secara profesional. ABI-Pro telah terakreditasi dalam jaringan akredi-tasi nasional/internasional yang dibentuk oleh Komite Akreditasi Nasional Badan Sertifikasi Nasional (KAN/BSN).

Keuntungan dengan telah mendapat tanda SNI, pertama reputasi dan pen-gakuan secara nasional bahwa produk

telah bermutu, sesuai dengan kriteria SNI. Kedua, produk telah legal untuk dipasar-kan, bila tergolong dalam produk wajib laku SNI. Ketiga, akses informasi yang luas terhadap informasi SNI dan standar produk lainnya serta peraturan pemerin-tah lainnya. Keempat, lembaga Kalibrasi terakreditasi, Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu ISO 9000 atau HACCP terakreditasi, lembaga Inspeksi teknis terakreditasi, Lembaga Training dan Lembaga Kon-sultasi. Kelima, sertifikasi produk dilaku-kan bersamaan dengan sertifikasi sistem mutu ISO 9000 atau HACCP.

Aseptabilitas produk makanan, minuman, dan olahan pangan lainnya, selain ditentukan oleh karakteristik mutu organoleptik juga ditentukan oleh keamanan (health & safety) produk tersebut bila dikonsumsi.

Untuk sistem manajemen yang mem-fokuskan pada upaya jaminan keamanan dikenal dengan Hazard Analysis Critical Point (HCCP). Sistem HACCP ini meru-pakan metode identifikasi dini dari unsur-unsur yang membahayakan kesehatan (hazards) dan mengendalikannya dalam suatu mekanisme sistem manajemen.

Dalam sistem HACCP, higiene dan sanitasi diseluruh rantai proses pengolahan menjadi tulang punggung (backbone) sistem yang dioperasikan melalui 7 (tujuh) prinsip yakni analisa hazards, penentuan titik kendali kritis, penetapan batas kritis, monitoring, tindak koreksi, rekaman/dokumentasi, dan verifikasi.

Bila perusahaan mengoperasikan sistem manajemen keamanan pangan mengacu sistem HACCP, maka akan mem-peroleh pengakuan nasional/internasional atas prestasi-prestasi yang telah dicapai dalam menjamin keamanan pangan yang diproduksi dalama bentuk sertifikat HACCP.

Sementara Lembaga Inspeksi Teknis yang bernama ABITIS, menerbitkan Serti-fikat Inspeksi Kecukupan Panas, Inspeksi

Page 60: Gema Industri Kecil Juni 2007

Standar & teknologi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200758

Visual Makanan dalam kaleng, Inspeksi Mutu Produk Makanan dan Minuman dan Inspeksi Udara Ambien.

Ruang lingkup ABITIS terakreditasi meliputi pertama, Inspeksi Kecukupan Pa-nas untuk Produk Makanan dan Minuman dalam kaleng, botol dan plastik pouch, (cornet beef dalam kaleng, udang dalam kaleng, kerang dalam kaleng, sardin me-dia saus tomat dalam kaleng, nata dalam kemasan, buah-buahan dalam kaleng, dan lain-lainnya). Kedua, Inspeksi Visual dalam kaleng. Ketiga, Inspeksi Produk Makanan dan Minuman. Keempat, Inspeksi Udara Ambien meliputi: Pengambilan Contoh

1. Alat dan mesin pembuatan VCO teknologi IMC (tahun 2003) (Mesin Pemarut, Mesin Pengering, Alat Jack Pres, Tangki Pencuci, Separator,

Tangki Vakum, Filter Pres)2. Alat dan mesin pengolahan minyak kelapa system HOID (Screw Pres, Tungku Bata Api, Mesin Parut, Bak Peniris)3. Alat dan mesin pengolahan buah-buahan (Penggoreng Vakum, Mixer, Pulper, Pengolah Jeruk (Juicer), Alat Pasteurisasi).4. Alat dan mesin pengolahan nata (Mesin Seset Nata, Mesin Pemotong Nata).5. Alat penyangrai6. Alat dan mesin pengolah kripik (Pengupas Kulit Umbi, Alat Pengiris, Oven Peniris, Penggoreng Otomatis, Coat-

ing Mollen).7. Alat dan mesin pengolah bubuk coklat (Tahun 2004) (Mesin Penyangrai, Mesin Pengepres Hidrolik, Mesin Penggiling, Alat Pengay-

ak, Mesin Alkalisasi, Alat Penampung Kakao).8. Alat dan mesin pakan ternak (Hammer Mill, Pembangkit Uap, Mixer Pakan, Ayakan, Mesin Pelet, Mesin

Crumble, Alat pendingin).9. Alat pengaduk dodol (Tahun 2003)10. Mini Cold Storage (Tahun 2004)11. Peralatan penyulingan minyak atsiri (Steam Generator, Ketel/Vessel, Bak Pendingin, Pemisah Minyak Atsiri).12. Mesin pencacah sampah (Tahun 2004)13. Penggoreng Vakum14. Alat Pres Gabus Kelapa15. Pembuatan Keripik Buah-Buahan16. Pembuatan Nata De Soya17. Pembuatan Nata De Coco

TEKNOLOGI TEPAT GUNA HASIL LITBANG BALAI BESAR INDUSTRI AGRO

udara ambien, pengukuran sulfur diok-sida (SO2), pengukuran nitrogen dioksida (NO2), pengukuran oksida (O2); pengu-kuran debu, pengukuran hidrogen sulfida (H2S), dan pengukuran amonia (NH3).

Teknologi tepat gunaUntuk mengatasi persoalan keter-

batasan akses informasi, Badan Litbang Industri Deperin melalui 9 Balai Besar berskala nasional dan 13 Balai Litbang Industri berskala regional bekerja sama dengan Biro Umum dan Humas menerbit-kan Buku Kumpulan Informasi Teknologi Tepat Guna (2006). Wagu F.

Standar&teknologi

Gedung BBIA, sketsa mesin, dan produk dari BBIA: Teknologi tepat guna

Jasa yang diberikan BBIA antara lain riset, pengujian, kalibrasi, konsulta-si, pelatihan, dan sertifikasi.

G

Page 61: Gema Industri Kecil Juni 2007

Standar & teknologi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200759

Indonesia termasuk negara yang me-miliki keanekaragaman hayati dan budaya yang sangat kaya di dunia.

Dari keanekaragaman tersebut telah dikembangkan berbagai produk berbasis budaya dari masing-masing daerah de-ngan ciri khas tertentu. Produk-produk tersebut memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat setempat khu-susnya dan bangsa Indonesia umumnya, bahkan bisa menjadi barang komersial yang bernilai tinggi.

produK IndIKAsI GeoGrAfIs HArus MendApAt HAKI

Untuk mencegah produk-produk ber-basis tradisional knowledge yang ada di Indonesia diklaim jadi milik negara lain dan dimanfaatkan secara ekonomis tanpa ijin, maka produk-produk tersebut ha-rus mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan indikasi geografis di dalam sistem HKI adalah salah satu bentuk per-lindungan hukum yang dapat diterapkan untuk melindungi produk-produk terse-but. Fungsi indikasi geografis sendiri adalah mengindentifikasi produk-produk

yang punya ciri khas tertentu.

Wayang kulit Salah satu produk yang dapat dilindu

ngi oleh HKI untuk kategori indikasi geo-grafis diantaranya adalah Tatah Sungging atau wayang kulit di Propinsi Yogyakarta. Wayang sendiri berasal dari kata wayang -an yaitu sumber ilham dalam meng-gambar wujud tokoh dan cerita sehingga bisa tergambar jelas dalam batin si peng gambar.

Salah satu hasil produk budaya yang juga termasuk produk indikasi geografis Indonesia adalah Wayang. Untuk pelestariannya harus dilindungi dengan HAKI

Page 62: Gema Industri Kecil Juni 2007

Standar & teknologi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200760

maupun skenario jalan cerita pertun-jukkan wayang tersebut sedikit banyak menyesuaikan dengan perubahan/mo-dernisasi jaman.

Potensi produksi dan pasarPopulasi pembuat wayang saat ini khu-

susnya di daerah Bantul Yogyakarta sudah mulai berkurang. Kalau dahulu di kawasan wisata tatah sungging di Bantul hampir setiap rumah di se pan jang jalan terdapat showroom dan bengkel pembuatan wayang kulit, saat ini hampir semua sudah gulung tikar. Hal ini disebab-kan oleh makin sepinya peminat/pembeli cinderamata wayang yang datang berkunjung dan membelinya. Menurunnya wi-satawan asing yang datang berkunjung juga disebab-kan oleh faktor pertahan-an dan keamanan negara kita yang mulai disangsikan oleh pihak luar negeri. Ba-nyak dari para perajin ini beralih profesi menjadi pedagang karena di-anggap lebih meng-untungkan. Kini hanya ada beberapa saja yang masih ber-tahan memproduksi kerajinan wayang, itupun umunya ber-dasarkan pesanan dan tidak hanya wayang s a j a yang d i -

p r o d u k s i tetapi juga peralatan rumah tangga dan souvenir dari ba-han kulit seperti kipas, kap lam-pu, wayang-wayang dalam ukuran

kecil, dll.Sebelum terjadi krisis moneter, produk

wayang-wayang ini sempat menjadi ko-moditi ekspor ke Amerika Serikat dan di dalam negeri sendiri pasarnya ke hampir seluruh propinsi. Saat ini ekspor produk wayang ini nyaris terhenti dan permintaan dari dalam negeri pun berkurang hanya ke Jakarta, Bali, Surabaya dan Kalimantan dengan jumlah yang terbatas.

Nah kegiatan wayangannya ini adalah bagian dari kegiatan religi animisme pada abad ke 8, yakni menyembah kepada ‘Sang Hyang’ yang dilakukan antara lain saat panenan atau taneman dalam bentuk upacara merti desa. Tujuannya agar panen berhasil atau agar desa terhindar dari segala bala. Kini Wayang sudah menjadi wayang purwa namun masih tetap ditujuan untuk menyembah para’Sang Hyang’ seperti yang tertulis dalam prasasti balitung. Pada dasarnya wayang adalah perlambang kehidupan manusia sehari-hari.

Masa-masa awal abad ke 10, ke-percayaan animisme mulai digeser oleh pengaruh agama Hindu. Pada awal abad ke 15, wayang adalah merupakan koleksi para Raja. Fungsinya adalah sebagai alat penyebaran informasi, berita ataupun pengumuman secara tidak langsung dari Raja kepada rakyatnya. Pada awal abad ke 16 berdirilah kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam.

Wayang pun digunakan oleh para Wali untuk menyebarkan agama Islam di Jawa karena di dalam ajaran Islam tidak boleh menggunakan media patung/arca. Maka dibuatlah wayang yang dibuat dari kulit kerbau yang ditipiskan dan gambarnya dibuat menyamping, tangannya dipanjang-kan, digapit dengan penguat dari tanduk kerbau dan disimping. Pada jaman Kerajaan Pajang wayang kulit mulai ditatah 3 dimensi. Bentuk wajah dan rambut ditatah semakin halus dan pada pundak, siku dan pergelangan tangan diberi sendi sgar wayang dapat digerakkan lebih leluasa.

Pada saat ini pertunjukkan wayang bisa dikatakan sudah menjurus bersifat komersil walaupun secara garis besar masih mempertahankan nilai-nilai budaya lama. Munculnya ide-ide untuk memo-dernkan tata panggung atau kostum para penyanyi karawitan, pembawa dagelan

Page 63: Gema Industri Kecil Juni 2007

Standar & teknologi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juni 200761

Aspek komersilPada sekitar tahun + tahun 1979

s/d 1997, konsumen yang banyak memi-nati produk wayang kulit ini adalah orang asing sekitar 75 % dan 25 % wisatawan lokal dari jumlah wisatawan yang berkun-jung ke Yogyakarta. Setelah adanya krisis moneter, jumlah itu menyusut bahkan hanya tinggal sekitar 25 % baik untuk wi-satawan asing maupun lokal. Harga jual wayang ini bervariasi, untuk wayang yang buatannya halus (kls 1) menggunakan warna- warna emas harganya berkisar Rp 800.000,- per satu buah wayang. Yang menggunakan warna bron biasa berkisar Rp. 250.000,-. Untuk wayang yang bua-tannya kasar (kls 2) dijual seharga 30-50 ribu rupiah per wayang. Wayang kelas 1 banyak diminati oleh para kolektor dan

orang asing. Sedangkan wisatawan lokal lebih memilih cinderamata wa-

yang kelas 2 yang harganya jauh lebih murah. Hal ini menunjuk-

kan bahwa minat konsumen dalam negeri terhadap

produk wayang kulit ma-sih bertahan. Bila pihak

perajin, budayawan dan pemerintah

lebih gencar mengada-kan promosi khususnya untuk produk wayang kulit

ini, diharapkan pasar baik DN maupun LN akan kembali bergai-rah dan pen-jualan produk

wayang kulit ini akan kembali meningkat bahkan diekspor yang akan menambah devisa negara.

Aspek teknologi prosesPembuatan wayang kulit sendiri

ada standar pedomannya yang sudah dibakukan. Pembuatannya pun masih menggunakan proses manual. Dimulai dari bahan baku kulit kerbau yang direndam di air mengalir agar tidak kaku selama 24 jam lalu dikerok dan dikeringkan selama 1 hari. Setelah kering dipola atau digambar langsung pada kulit tersebut. 1 lembar kulit bisa untuk membuat 2 wayang ukuran besar atau 30 wayang ukuran kecil. Pemotongannya bebas tidak mengikuti serat kulit dengan menggunakan tatah/pisau khusus lalu dipahat dan diwarnai, proses ini memakan waktu 1 minggu. Cat yang digunakan adalah cat acrylic agar tidak luntur. Pengangannya dibuat dari tanduk kerbau sedangkan sendi/engsel padawayang terbuat dari emas, perak, kuningan atau plastik. Bentuk fisik dari wayang itu sendiri sudah standar dan menjadi ciri khas masing-masing tokohnya, misalnya untuk arjuna digambarkan sebagai laki-laki yang tampan mempunyai ukiran simping yang khas. Dilihat dari proses pembuatannya wayang kulit ini cukup sederhana dan dikerjakan secara manual karena untuk membuat ukiran pada wayang diperlukan keterampilan khusus, sehingga untuk pembuatannya tidak diperlukan teknologi canggih/masinal.

Aspek substansi HaKISetiap produk yang dijual tentu

memerlukan merek sebegai tanda pengenal dan untuk mengetahui siapa dan darimana produk itu berasal. Begitu juga dengan produk wayang kulit bisa menggunakan merek dagang untuk

Pembuatan wayang kulit sudah ada standar pedomannya. Menggunakan bahan baku kulit kerbau.

G

mebedakan hasil produksi satu perajin/pengusaha dengan hasil produksi perajin lainnya.

Wayang kulit tatah sungging dari Yog yakarta ini juga bisa dimasukkan dalam kategori produk Indikasi Geografis karena merupakan karya seni yang punya ciri khas (ukiran) sendiri. Sedang dari segi Hak Cipta, wayang kulit tatah sungging juga bisa dimasukkan dalam kategori Folklor. Yakni sebagai hasil karya seni berupa kerajinan tangan yang telah turun temurun.

Tatah sungging atau wayang kulit khas Yogyakarta merupakan salah satu karya seni anak bangsa yang harus dilindungi kelestariannya. Pasarnya cukup bagus untuk menambah pemasukan devisa negara, terbukti dengan telah diekspornya produk ini ke luar negeri dan banyak wisatawan asing yang menggemari produk yang bernilai seni tinggi ini.

Hanya sejak adanya krisis moneter dan penetapan Otda, pamasaran dan penjualan produk ini cenderung menurun. Krisis moneter dan situasi keamanan Indonesia menjadi salah satu faktor enggannya wisatawan mancanegara dan lokal untuk berjunjung, sehingga menimbulkan banyak kerugian dan bahkan banyak perajin yang gulung tikar dan beralih profesi. Lalu dari pihak Pemda baik Kab. Bantul maupun Propinsi DI Yogyakarta belum meberikan perhatian yang besar pada produk wayang kulit ini baik dari segi promosi di DN maupun LN atau dalam pemberian bantuan tambahan modal usaha. Pada akhirnya memang diperlukan upaya nyata baik dari perajin sendiri, budayawan dan pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM serta Dinas Pariwisata setempat agar memajukan kembali usaha wayang kulit ini dan yang terpenting melestarikannya, karena merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Tia

Page 64: Gema Industri Kecil Juni 2007

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juli 200762

SERB

A S

ERBI

Serba Serbi

BANTUAN PERALATAN UNTUK IKM MUSIBAH BANJIR : Menteri Perindustrian, Fahmi Idris menyerahkan bantuan peralatan mesin kepada IKM yang terkena musibah banjir

PAMERAN INACRAFT: Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, meninjau pameran Inacraft di Jakarta International Convention Center (JICC).

Page 65: Gema Industri Kecil Juni 2007

Serba Serbi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juli 200763

PAMERAN PRODUK LANGKA: Ketua Dekranas Hj. Mufidah Jusuf Kalla meninjau pameran produk kerajinan langka Tgl 19-23 Juni 2007, di Plasa Pameran Industri Deperin

PAMERAN PRODUK KULIT: Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, meninjau pameran produk kulit di Plasa Pameran Industri, Deperin

Page 66: Gema Industri Kecil Juni 2007

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juli 200764

SERB

A S

ERBI

Ibu Mutia Hatta (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI), Ho, O.Z. Muchinguri (Menteri Urusan Perempuan Zimbabwe), Hon, F. Buka (Menetri Pembangunan Masyarakat Republik Zimbabwe) serta delegasi mengunjungi Pemeran Kulit di Plasa Pameran Industri pada tanggal 24 Mei 2007. Kedua Menteri Zimbabwe sangat antusias melihat produk-produk kulit yang dipameran serta kagum dengan konsep Plasa Pameran Industri yang dibangun guna memanfaatkan lobi Departemen Perindustrian

Kunjungan Tamu Malaysia

Kunjungan Tamu Zimbabwe

Pertemuan antara Majelis Reka Bentuk Malaysia dengan Pusat Desain Nasional dalam rangka penjajagan Kerjasama Pertukaran Hasil Seleksi Desain kedua lembaga tersebut.

Tujuannya adalah mendorong produsen dalam memanfaatkan desain produk sebagai unsur penting daya saing dalam merebut pasar. Kerjasama dalam bentuk Memorandum Of Understanding akan ditindaklanjuti melalui pembahasan khusus kedua lembaga tersebut dalam satu agenda pada event pertemuan Asian Design Network Conference

akhir t ahun ini di Kuala Lumpur, Malaysia.

Page 67: Gema Industri Kecil Juni 2007

Serba Serbi

Gema Industri Kecil. Edisi XVIII/Juli 200765

Kunjungan tamu dari negeri Cina ke Indonesia dalam rangka menawarkan kerjasama promosi produk IKM ke Cina

Kunjungan Tamu Cina

Direktur Jenderal IKM Deperin, Sakri Widhianto dan Direktur IKM Pangan Ir. A. Sufiardi menerima kunjungan Silaturahim DPRD Kabupaten Aceh Utara didampingi Kepala Dinas Perindag. Drs. H.M Nur Ibrahim MBA, berkenaan dengan rencana realisasi pemberian bantuan peralatan/mesin untuk sentra industri kecil gerabah dan pande besi.

Kunjungan DPRD Aceh Utara