Top Banner
LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) MEMBUAT KERAJINAN GELANG DAN KALUNG DARI MONTE UNTUK PASIEN ISOLASI SOSIAL DAN HARGA DIRI RENDAH DESA BANDUNGREJO KEC. BANTUR KAB. MALANG Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa Oleh: Yananda Maulina 105070200111007 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
29

Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Jan 24, 2016

Download

Documents

jiwa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

MEMBUAT KERAJINAN GELANG DAN KALUNG DARI MONTE UNTUK PASIEN ISOLASI

SOSIAL DAN HARGA DIRI RENDAH

DESA BANDUNGREJO KEC. BANTUR KAB. MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa

Oleh:

Yananda Maulina

105070200111007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

MEMBUAT KERAJINAN GELANG DAN KALUNG DARI MONTE UNTUK PASIEN ISOLASI

SOSIAL DAN HARGA DIRI RENDAH DI DESA BANDUNGREJO KEC. BANTUR KAB.

MALANG

Diajukan Untuk Memenuhi Kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN

Oleh :

Yananda Maulina

105070200111007

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari :

Tanggal :

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik Perseptor Akademik

Ns. Soebagijono, S.Kep, M.M. Kes Ns. Retno Lestari, S.Kp, MNNIP. 19681009 1999003 1003 NIP. 19800914 200502 2001

Page 3: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan

dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas. Dalam

berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang

efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat

menghasilkan perubahan individu diantaranya perubahan nilai budaya, perubahan

system kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar idealism dan realita

yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional. Tidak semua

orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan menimbulkan

ketegangan atau stress yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi faktor pencetus

dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang dapat

mempengaruhi stress adalah pengaruh genetic, pengalaman masa lalu dan kondisi saat

ini (suliswati, 2005).

Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stressor psikologis. Yang

merupakan suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan

dalam kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi

dalam mengulangi stressor tersebut. Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik

sering kali hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan apapun. Hal ini yang

dapat menyebabkan pasien dikucilkan dalam masyarakat. Harga diri rendah pada

pasien gangguan jiwa dapat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari. Harga diri rendah tampak dari ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

apapun secara mandiri.

Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa

dengan harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok dengan membuat kerajinan

gelang kerajinan gelang dari monte dan jepit rambut dengan berbagai kreasi.

1.2 Tujuan

Tujuan umum TAK membuat kerajinan gelang dan kalung dari monte dengan berbagai

kreasi yaitu peserta dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas dan

merangsang kembali kemampuan motorik halus.

Page 4: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Tujuan khususnya adalah:

1. Peserta mampu memperkenalkan diri

2. Peserta mampu membuat kerajinan gelang dan kalung dari monte dengan

berbagai kreasi.

3. Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang

telah dilakukan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Klien

Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan isolasi social dan harga diri

rendah agar mempunyai kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali

kemampuan klien.

1.3.2 Manfaat Bagi Terapis

Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistik.

Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan strategi

pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien.

1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidkan

Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan,

khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental

Health Nurse yang optimal pada klien dengan isolasi sosial dan harga diri rendah.

1.3.4 Manfaat Bagi Ponkesdes Bandungrejo

Sebagai masukan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistic pada pasien

dengan harga diri rendah dan isolasi social pada khususnya sehingga diharapkan

keberhasilan terapi yang optimal.

Page 5: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Menyendiri OtonomiBekerjasamaInterdependen

ManipulasiImpulsifNarcissisme

Menarik diriDependensiCuriga

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 ISOLASI SOSIAL

2.1.1 DEFINISI

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin

merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain

(Keliat et al, 2005).

2.1.2 RENTANG

Menurut Stuart tentang respons klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan sosial

merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan maladaptif sebagai

berikut :

Respon Adaptif Respons Maladaptif

(Stuart. 2006)

2.1.3 RESPON

Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas, menarik diri termasuk dalam transisi

antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir kearah negatif.

1) Adaptif

Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana

individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.

a. Menyendiri (Solitude)

Respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah

dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri

dan menentukan langkah berikutnya.

b. Otonomi

Page 6: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan

perasaan dalam hubungan sosial.

c. Bekerjasama (Mutuality)

Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu

untuk saling memberi dan menerima, merupakan kemampuan individu yang

saling membutuhkan satu sama lain.

d. Interdependen

Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina

hubungan interpersonal.

2) Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.

a. Menarik diri

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara

terbuka dengan orang lain, merupakan gangguan yang terjadi apabila

seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk

mencari ketenangan sementara waktu.

b. Ketergantungan (Dependen)

Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau

kemampuannya untuk berfungsi secara sukses sehinggan tergantung dengan

orang lain.

c. Curiga

Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain

d. Manipulasi

Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu, hubungan

terpusat pada masalah pengendalian dan berorientasi pada diri sendiri atau

pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain sehingga tidak dapat membina

hubungan sosial secara mendalam.

e. Impulsif

Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari

pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan

cenderung memaksakan kehendak.

f. Narcissisme

Page 7: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika

orang lain tidak mendukung.

2.1.4 PENYEBAB

Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan isolasi sosial dibedakan menjadi 2, yaitu

faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

1) Faktor predisposisi

a. Faktor tumbuh kembang

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu

dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,

maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah

tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin

hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan

kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman

yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa

ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada

orang lain maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi

yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa

diperlakukan sebagai objek.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting dalam

mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhan/hostilitas,

sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu

mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan, kurang memperhatikan

ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota

keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam

pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah,

ekspresi emosi yang tinggi, double bind, dua pesan yang bertentangan

disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya

meningkat.

c. Faktor sosial budaya

Page 8: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh

karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti

anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu

menunjukkan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini,

namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.

Adanya faktor genetic inheritance

Hipotesis dopamin, dimana gejala muncul terutama karena aktivitas

hiperdopaminergik.

Studi neuroanatomik, temuan adalah pembesaran ventrikular, atropi

serebellar, fungsi premorbid buruk, respons terapi buruk, dan kerusakan

kognitif.

2) Faktor presipitasi

a. Faktor eksternal

Stress sosiokultural

dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit keluarga seperti

perceraian, berpisah dari orang yang berarti, kehilangan pasangan pada usia

tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara.

Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

b. Faktor internal

Stress Psikologis

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya.Tuntutan untuk berpisah dengan orang

terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan

dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi

Page 9: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

2.1.5 POHON MASALAH

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif

(Iyus, 2009)

2.1.6 TANDA DAN GEJALA

1. Gejala Subjektif :

Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain

Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

Respon verbal kurang dan sangat singkat

Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

Klien merasa tidak berguna

Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya

Klien merasa ditolak

2. Gejala Objektif :

Klien banyak diam dan tidak mau bicara

Kurang spontan

Apatis, ekspresi wajah sedih, afektif datar

Ekspresi wajah kurang berseri

Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

Komunikasi verbal menurun/tidak ada

Tidak memiliki teman dekat

Mengisolasi diri

Aktivitas menurun

Kepribadian yang kurang sehat

Page 10: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Tidak ada kontak mata, sering menunduk

Asyik dengan pikirannya sendiri

Lebih senang menyendiri

Menyendiri/berdiam di kamar

Tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim

Tidak ada rasa percaya diri

Tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain

Mondar-mandir, melakukan gerakan berulang/sikap mematung

2.2 HARGA DIRI RENDAH

2.2.1 Definisi

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya

perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan

sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998).

2.2.2 Penyebab

(1) Faktor Predisposisi

a. Penolakan orang tua

b. Harapan orang tua yang tidak realistis

c. Kegagalan yang berulang kali

d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal

e. Ketergantungan pada orang lain

f. Ideal diri yang tidak realistis

(2) Faktor Presipitasi

a. Kehilangan bagian tubuh

b. Perubahan penampilan atau bentuk tubuh

c. Kegagalan atau produktivitas yang menurun

Cara Terjadinya:

Hasil riset Malhi (2008) menyimpulkan bahwa Harga Diri Rendah diakibatkan oleh

rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini menyebabkan berkurangnya tantangan dalam

Page 11: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendahKerancuan identitas Depersonalisasi

mencapai tujuan.Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah.Selanjutnya

hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.

Secara umum gangguan konsep diri Harga Diri Rendah dapat terjadi secara situasional

dan kronik (Iyus Yosep, 2010).

a. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya kecelakaan, putus sekolah,

perceraian, PHK, perasaan malu karena sesuatu terjadi pada dirinya (perkosaan

atau pernah dipenjara), termasuk dirawat di rumah sakit yang dapat terjadi karena:

- Privasi klien yang kurang diperhatikan

- Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh tidak sesuai harapan karena

penyakit yang dialami

- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai privacy klien misalnya:

berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan sebelumnya.

b. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung sebelum sakit/dirawat,

dimana klien mempunyai cara berpikir yang negatif.

2.2.3 Rentang Respon

2.2.4 Tanda dan Gejala

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit

Rasa bersalah terhadap diri sendiri

Merendahkan martabat

Gangguan hubungan sosial

Percaya diri kurang

Mengalami gejala fisik

Kurang memperhatikan perawatan diri

(Iyus Yosep, 2010)

Page 12: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

2.2.5 Pohon Masalah

2.2.6 Data yang Perlu Dikaji

Data dapat diperoleh dari pengkajian dengan cara melihat tanda dan gejala yang

terdapat pada klien yang mengalami harga diri rendah. Berikut ini adalah tanda dan gejala

harga diri rendah:

Mengejek dan mengkritik diri sendiri

Perasaan tidak mampu

Pandangan hidup yang pesimis

Penurunan produktifitas

Penolakan terhadap kemampuan diri

Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri

Menunda keputusan

Sulit bergaul

Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas

Menarik diri dari realitas, halusinasi

Cemas, panik, cemburu, curiga

Tidak menerima pujian

RISIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

STRESSOR (FAKTOR PENYEBAB)

Page 13: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

(Iyus Yosep, 2010)

Mengkritik orang lain

Mudah tersinggung dan marah yang berlebihan

Ketegangan peran yang dirasakan

Pandangan hidup yang bertentangan

(Stuart, 2006)

Selain data di atas, pengkajian dapat juga dilakukan dengan mengamati

penampilan seseorang dengan harga diri rendah, yang terlihat dari kurang

memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, tidak

berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada

suara lemah. Klien dengan harga diri rendah juga dapat dikaji keadaan

fisiknya.Biasanya gejala fisik yang muncul misalnya tekanan darah tinggi dan gangguan

penggunaan zat. Seseorang dengan harga diri rendah berisiko untuk merusak/melukai

diri sendiri atau orang lain sehingga perlu dilakukan pengkajian dalam hal ini (Iyus

Yosep, 2010).

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok

a. Definisi kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain,

saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001).

Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus

ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,

kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan

laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika

anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai

interaksi yang terjadi dalam kelompok.

b. Tujuan dan fungsi kelompok

Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain

serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada

pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.

Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu

satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok

merupakan laboratorium tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan

Page 14: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota

kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok

yang lain.

c. Jenis terapi kelompok

1. Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam

rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.

Fokus terapi kelompok adalah adalah membuat sadar diri (self-awareness),

peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.

2. Kelompok terapeutik

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,

tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil

yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan dan penyakit terminal. Banyak

kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group.

Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :

a) Mencegah masalah kesehatan

b) Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok

c) Mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling

membantu dalam menyelesaikan masalah

3. Terapi Aktivitas Kelompok

TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk menfasilitasi seseorang

serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan

sebagai terapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, music, menari, dan

literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu terapi aktivitas

kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,

terapi aktivitas kelompok stimulasi realita.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih mempersiapkan

stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami, diharapkan

respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.TAK

sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.TAK orientasi realita

melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien.Terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk membantu klien melakukan stimulasi

sensori dengan individu yang ada disekitar klien.

Page 15: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

BAB III

PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

3.1 KARAKTERISTIK KLIEN DAN PROSES SELEKSI

Karakteristik Klien

a. Klien yang tidak memiliki gangguan fisik

b. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekkannya

c. Klien dengan harga diri rendah

d. Klien yang mudah diajak berinteraksi

Proses Seleksi

a. Mengobservasi klien dengan riwayat harga diri rendah

b. Mengumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah harga diri

rendah dan isolasi social untuk mengikuti TAK

3.2 TUGAS DAN WEWENANG

1. Tugas Leader dan Co-leader

- Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan

- Menjelaskan peraturan dan membuat kontak dengan klien

- Memberikan motivasi kepada klien

- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan

- Memberikan reinforcemen positif terhadap klien

2. Tugas fasilitator

- Ikut serta dalam kegiatan kelompok

- Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien

- Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung

- Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif

- Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya

- Membantu melakukan evaluasi hasil

3. Tugas Klien

- Mengikuti seluruh kegiatan

- Berperan aktif dalam kegiatan

Page 16: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

- Mengikuti proses evaluasi

3.3 PERATURAN KEGIATAN

1) Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hingga akhir

2) Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan

3) Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi: peringatan lisan

3.4 TEKNIK PELAKSANAAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI

SESI 1: Membuat Gelang dan Kalung dari Monte dengan Berbagai Kreasi

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Sasaran : Pasien harga diri rendah dan Isolasi Sosial

Hari/ tanggal :

Waktu : 45 menit

Tempat : Rumah masing-masing pasien

Terapis :

1. Leader : Yananda Maulina

2. Fasilitator 1 : Alvin Rois A

A. Tujuan

Klien dapat membuat gelang dan kalung dari monte dengan berbagai kreasi.

Klien dapat menentukan kesesuaian warna pada kreasi gelang dan kalung.

Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.

B. Sasaran

1. Kooperatif

2. Tidak terpasang restrain

C. Nama Klien

1.

2.

3.

Page 17: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

D. Setting

Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran

Ruangan nyaman dan tenang

E. MAP

Keterangan :

L : Leader

F : Fasilitator

K : Klien

F. Alat

Monte

Senar gelang

Pengait kalung

Gunting

Jarum

G. Metode

Dinamika kelompok

Diskusi dan tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien.

b. Evaluasi/validasi

K

K

LF

Page 18: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

1) Menanyakan perasaan klien saat ini.

2) Menanyakan masalah yang dirasakan.

3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.

c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan

2) Menjelaskan aturan main berikut:

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin

kepada terapis.

- Lama kegiatan 45 ment.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

Membuat gelang dari monte

a. Ambil monte sesuai warna pilihan yang akan dirangkai menjadi gelang

berjumlah sesuai yang diinginkan.

b. Siapkan senar gelang yang akan digunakan untuk merangkai gelang.

c. Rangkai monte sesuai warna / selera.

d. Kemudian ikat menjadi satu kedua ujung senar.

e. Gelang selesai dibuat, dan dapat digunakan.

Membuat kalung dari monte

a. Ambil monte sesuai warna pilihan yang akan dirangkai menjadi kalung sejumlah

yang diinginkan

b. Siapkan senar kalung yang akan digunakan untuk merangkai kalung

c. Rangkai monte dan bandul kalung sesuai warna / selera

d. Kemudian ikat dengan pengait kalung

e. Kalung selesai dibuat dan dapat digunakan

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan membuat kreasi kalung dan

gelang dan mendiskusikannya pada orang lain.

2. Membuat jadwal membuat kreasi kalung dan gelang.

Page 19: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.

2. Menyepakati waktu dan tempat.

Page 20: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

BAB IV

HASIL EVALUASI

a. Kemampuan verbal

No. Aspek yg dinilaiNama klien

1 Menyebutkan nama lengkap

2 Menyebutkan nama panggilan

4 Menyebutkan hobi

5 Menanyakan nama lengkap

6 Menanyakan nama panggilan

8 Menanyakan hobi

Jumlah

b. Kemampuan nonverbal

No. Aspek yg dinilaiNama klien

1 Kontak mata

2 Duduk tegak

3 Menggunakan bahasa tubuh yg

sesuai

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir

Jumlah

a. Kemampuan Membuat Gelang dari Manik-manik dan Kreasi Jepit Rambut

No. Aspek yg dinilaiNama klien

1 Menggunting senar

2 Mengisi senar dengan manik-

manik

3 Mengaitkan menjadi satu senar

Page 21: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

yang sudah terisi manik-manik

4 Menempelkan hiasan pada jepit

rambut

Jumlah

Page 22: Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,

Widya Medika, Jakarta.

Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan,

Edisi 5, Erlangga, Jakarta.

Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung

Seto, Jakarta.

Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,

Mosby, St. Louis.

Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,

St.Louis.