LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI I GEL OLEH : NAMA : FITRI PUTRI RIFAI (151501027) ATIKA SARI SIHOMBING (151501028) DHEA NUR FADHILAH (151501029) WINA NOVA ZEANA (151501030) ULFAH POPPY HASANAH (151501031) RAMADHANI SIREGAR (151501032) RENNA MELATI (151501033) KELOMPOK/HARI : 5/KAMIS TANGGAL PERCOBAAN : 25 FEBRUARI 2016 ASISTEN : ANNISA 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI I
GEL
OLEH :
NAMA : FITRI PUTRI RIFAI (151501027)
ATIKA SARI SIHOMBING (151501028)
DHEA NUR FADHILAH (151501029)
WINA NOVA ZEANA (151501030)
ULFAH POPPY HASANAH (151501031)
RAMADHANI SIREGAR (151501032)
RENNA MELATI (151501033)
KELOMPOK/HARI : 5/KAMIS
TANGGAL PERCOBAAN : 25 FEBRUARI 2016
ASISTEN : ANNISA
LABORATORIM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI 1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
1
2016BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gel merupakan semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik kecil atau molekul organic besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan
sebagai sistem dua fase ( gel alumunium hidroksida ). Dalam system 2 fase, jika
ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar disebut Magma (Anief, 2004).
Gel kadang disebut jelly merupakan sistem semipadat (massa lembek)
terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri atas
jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase
(misalnya gel alumunium hidroksida). Dalam sistem dua fase jika ukuran partikel
dari fase terdispersi relative besar, massa gel kadang dinyatakan sebagai magma
(misalnya magma bentonit), dimana massanya bersifat tiksotropik, artinya massa
akan mengental jika didiamkan dan akan mencair kembali jika dikocok. Jika
massanya banyak mengandung air, gel itu disebut jelly (Syamsuni, 2007).
Gel dapat diberikan untuk penggunaan topical atau dimasukkan kedalam
lubang tubuh. Penyimpanannya didalam wadah yang tertutup dengan baik, dalam
botol mulut lebar yang terlindung dari sinar matahari dan cahaya, dan ditempat
sejuk. Pada kemasan sediaan, pada etiket harus tertera label “Kocok Dahulu”
(Syamsuni, 2007).
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan
berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.
Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi diikatan silang antar dipolimer
(Anief, 2004).
Jenis sediaan topikal, yaitu sediaan gel berbasis HPMC. Sediaan gel
mempunyai keuntungan diantaranya tidak lengket, mudah mongering dan
membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci. HPMC dapat menghasilkan gel
2
yang netral jernih dan tidak nerwarna, stabil pada pH 3-11. Zat-zat pembentuk gel
digunakan sebagai pengikat dalam granulasi (Sprowls, 1970).
1.2 Prinsip Percobaan
Sediaan salep yang lebih halus, umumnya mengandung sedikit atau tanpa
lilin, digunakan sebagai basis yang mempunyai resistensi yang baik terhadap
serangan mikroba.
1.3 Tujuan Percobaan
Mengetahui basis yang digunakan dalam sediaan gel
Mengetahui bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan gel
Mengatahui syarat pembuatan gel
Mengetahui cara evaluasi gel
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gel merupakan salah satu bentuk sediaan yang cukup digemari sebagai
hand sanitizer. Pada penelitian ini digunakan carbomer sebagai basis gel karena
carbomer sering digunakan pada sediaan gel topikal. Carbomer memiliki sifat
mengiritasi yang sangat rendah pada penggunaan berulang. Carbomer cocok
untuk formulasi sediaan gel yang mengandung air dan alkohol. Bahan antiseptik
yang digunakan dalam formula sediaan gel biasanya dari golongan alkohol
(etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi ± 50% sampai 70% dan jenis
disinfektan yang lain seperti klorheksidin, triklosan (swetman, 2002).
Alkohol sebagai disinfektan mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja
terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Akan tetapi
karena merupakan pelarut organik maka alkohol dapat melarutkan lapisan lemak
dan sebum pada kulit, dimana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung
terhadap infeksi mikroorganisme (swetman, 2002).
Golongan fenol yang digunakan dalam sediaan antiseptik tangan adalah
triklosan. Triklosan memiliki sebagian besar sifat antibakteri (membunuh atau
memperlambat) pertumbuhan bakteri. Triklosan yang paling sering digunakan
untuk membunuh bakteri pada kulit. Kadar triklosan yang dipilih pada penelitian
ini adalah 0,5% dan 1% karena peneliti ingin mengetahui berapa persen daya
antiseptik yang dihasilkan dengan menggunakan formula gel dalam basis
carbomer yang mengandung triklosan pada kadar 0,5% dan 1% serta pengujian
daya antiseptik dilakukan dengan menggunakan ibu jari. Untuk menguji sediaan
dilakukan tes pada pH, bobot jenis, viskositas dan sifat alir (swetman, 2002).
suatu bentuk formulasi sediaan yang dapat mempermudah masyarakat
mendapatkan khasiat antijerawat dari umbi Bakung, yaitu dalam bentuk gel.Gel
dipilih karena tidak mengandung minyak sehingga tidak akan memperburuk
jerawat, bening, mudah mengering membentuk lapisan film yang mudah dicuci,
juga bentuk sediaan gel cocok untuk terapi topikal pada jerawat terutama
penderita dengan tipe kulit berminyak (Voigt, 1994).
Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi
yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
4
besar dan saling diresapi cairan. Makromolekul pada sediaan gel disebarkan
keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel
satu fase. Jika massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang
berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering pula
disebut magma atau susu. Gel dianggap sebagai dispersi koloid karena masing-
masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid (Voigt, 1994).
Gel secara luas digunakan pada berbagai produk obat-obatan, kosmetik
dan makanan,juga pada beberapa proses industri. Dalam bidang pengobatan, gel
dapat digunakan sebagai bahan dasar (pembawa) dalam pembuatan sediaan
topikal. Keuntungan dari gel dibandingkan dengan bentuk sediaan topikal lainnya
yaitu memungkinkan pemakaian yang merata dan melekat dengan baik, mudah
digunakan, mudah meresap, dan mudah dibersihkan oleh air. Penyimpanan gel
harus dalam wadah yang tertutup baik terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk
(Voigt, 1994).
Dalam sediaan farmasi, gel digunakan untuk sediaan oral sebagai gel
murni, atau sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin, untuk obat topical
yang langsung dipakai pada kulit, membran mukosa atau mata, ataupun untuk
sediaan dengan kerja yang lama yang disuntikkan secara intramuskular. Zat
pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid pelindung
dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria. Dalam
kosmetik, gel digunakan dalam berbagai ragam dan aneka produk seperti:
shampo, sediaan pewangi, pasta gigi dan sediaan untuk perawatan kulit dan
rambut (swetman, 2002).
Karakteristik gel harus digunakan dengan tujuan penggunaan sediaan. Zat
pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi: inert, aman, tidak bereaksi
dengan komponen farmasi lain. Inkompatibilitas yang potensial dapat terjadi
dengan mencampur obat yang bersifat kation, pengawet, surfaktan dengan
senyawa pembentuk gel anionic (swetman, 2002).
Senyawa polieter menunjukkan antaraksi dengan fenol dan asam
karboksilat. Pemilihan bahan pembentuk gel dalam setiap formulasi bertujuan
membentuk sifat seperti: padatan yang cukup baik, selama penyimpanan mudah
dipecah bila diberikan daya pada sistem. Tujuan utama penggunaan obat pada
5
terapi dermatologi adalah untuk menghasilkan efek terapeutik pada tempat-tempat
spesifik di jaringan epidermis. Daerah yang terkena umumnya epidermis dan
dermis, sedangkan obat-obat topikal tertentu seperti emoliens, antimikroba, dan
deodorant terutama bekerja pada permukaan kulit saja. Apabila suatu sistem obat
digunakan secara topikal, maka obat akan keluar dari pembawanya dan berdifusi
ke permukaan jaringan kulit, ada 3 jalan masuk yang utama melalui daerah
kantung rambut, melalui kelenjar keringat, dan stratum korneum yang terletak
diantara kelenjar keringat dan kantung rambut (swetman, 2002).
Faktor-faktor dalam penetrasi kulit yaitu pada dasarnya sama dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi saluran cerna dengan laju difusi yang
sangat tergantung pada sifat fisika-kimia obat, dan hanya sedikit tergantung pada
zat pembawa, pH, dan konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit,
yakni apakah kulit dalam keadaan baik atau terluka, umur kulit, daerah kulit yang
diobati, ketebalan fase pembatas kulit, perbedaan spesies dan kelembapan yang
dikandung oleh kulit (swetman, 2002).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus
cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Gel dibuat dengan
peleburan atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat
mengembang dari gel. Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel
meliputi gom alam agar, pektin, tragacanth, serta bahan-bahan sintesis dan
semisintesis seperti metilselulosa, karboksimetilselulosa dan karbopol yang
merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi.
Carbomer 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya
suatu zat-zat alkali seperti trietanolamin atau diisopropanolamin untuk
membentuk suatu sediaan semipadat. Gel juga dapat dibentuk oleh selulosa seperti
hidroksipropilselulosa dan hidroksipropilmetilselulosa (Lachman, 1994).
Viskositas menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.
Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya sehingga cairan akan
semakin sulit mengalir. Tujuan dari penetapan viskositas adalah untuk mngetahui
konsistensi gel. Gel dibuat dengan peleburan atau diperlukan suatu prosedur
khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel. Alat yang digunakan untuk
menetapkan viskositas disebut viakotester RION (swetman, 2002).
6
Dalam membuat sediaan masalah stabilitas sediaan merupakan masalah
yang harus diatasi pertama kali dan kemudian formulasinya sebagai sediaan
minuman kesehatan yang dapat diterima dengan balk oleh konsumen. Kebenaran
khasiat minuman tersebut semata-mata bergantung pada proses produksinva.
Meski sudah banyak orang melakukan studi ini, tetapi kebanyakan masih
dirahasiakan dalam bentuk paten dan tidak dipublikasikan secara terbuka
(Sprowls, 1970).
Gel adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair.
Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun
pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir).
Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka
juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, dan
gel rambut. Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy) : menjadi
cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang.
Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan
dengan gas dimungkinkan pula untuk membentuk aerosel ('gel udara'), yang
merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas
permukaan yang sangat besar, dan isolator panas yang sangat baik (Sprowls,
1970).
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari
suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel, kadang-kadang disebut jeli,
merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Produk gel mempunyai karakteristik aesthetic
positive dan itu sekarang lebih cocok dan lebih popular pada produk kosmetik
perawatan (swetman, 2002).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase