Top Banner

of 17

GE RST Anak Poli

Jan 09, 2016

Download

Documents

GE
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

GASTROENTERITIS

DEFINISI

Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996)Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011).

KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1) Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, danEnterotolitis nektrotikans.b) Diare non spesifik : diare dietetis.2) Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis.3) Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.b) Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB BK GAI) ke 1 di Palembang, disetujui bahwa definisi diare kronik dalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990).

PATOFISIOLOGI

FAKTOR RESIKO

Penyebab gastroenteritis diantaranya yaitu:1. Makanan dan Minuman0. Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis, banyak serat atau dapat juga karena kekurangan zat putih telur. 0. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi. 0. Keracunan makanan

1. Infeksi atau Investasi Parasit Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: 1. Vibrio cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. 1. Enterovirus (Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. 1. Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas hominis. Gastroenteritis yang disebabkan oleh virus berlangsung selama satu sampai dua hari. Sementara itu, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri berlangsung dalam periode yang lebih lama.1. Jamur (Candida albicans) 1. Infeksi diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis Media Akut radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru). 1. Perubahan udaraPerubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis. 1. Faktor Lingkungan Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:a.Diare Sekresi(secretory diarrhoea), disebabkan oleh:1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:a)Infeksi bakteri misalnyaEscherichia coli, Shigella dysentriae.b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.c)Infeksi Parasit misalnyaEntamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.b.Diare Osmotik(Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

MANIFESTASI KLINIK

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal danbase excesssangat negatif. Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnostik Klinik berdasarkan fkuii.org1. Pemeriksaan FesesKultur feses tidak diperlukan (no-cost-effective) kecuali jika ada kecurigaan penyebabnya adalah bakteri.0. kultur feses rutin biasanya hanya mengidentifikasi species Campylobacter, Shigella, Salmonella, Aeromonas, dan Yersinia bila terdapat darah atau leukosit dalam feses merupakan indikasi kuat diare inflamasi. Fecal leukosit hadir pada 80 90% semua pasien dengan infeksi Shigella, Salmonella, C. jejuni, invasive E.coli, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus, dan Aeromonas atau P. shigelloides tapi jarang ada pada Campylobacter dan Yersinia. Tapi pada umumnya E.coli dan E.histolytica punya minimal fecal leukosit (leukosit dalam feses yang sedikit).0. Test untuk patogen lain, seperti spesies vibrio, enterohemorrhagic E.coli 0157:H7, dan bakteri memproduksi shigatoxin lain membutuhkan media spesial misal agar MacConkey, agar sorbitol untuk E.coli 0157:H7.1. Tes Laboratorium Rutin1. Test dapat berguna sebagai indikator beratnya penyakit, terutama pada asien yang bayi dan lanjut usia. 1. Hitung leukosit biasanya meningkat pada infeksi Salmonella tapi normal atau rendah dengan sedikit kenaikkan pada infeksi Shigella. Eosinophilia dapat hadir pada infeksi parasit.1. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)2. Immunofluorescent antibodi dan enzim immunoassay terseidia untuk organisme Giardia dan Cryptosporidium assay toxin C difficile dapat dilakukan jika diare yang disebabkan oleh antibiotik.2. Rotavirus: Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) tersedia dalam kurang dari 2 jam tapi tidak cukup sensitive pada dewasa.2. Giardia: dapat dilakukan ELISA dengan sensitifitas 90%

PENATALAKSANAAN SECARA MEDISPanduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Dalam garis besar pengobatan diare dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu :

a.Pengobatan CairanUntuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiroet.al.,2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:a)Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntahb) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

b. AntibiotikPemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasienimmunocompromised.Contoh antibiotic untuk diareCiprofloksasin 500mg oral(2x sehari, 3 5 hari),Tetrasiklin 500 mg(oral 4x sehari, 3 hari),Doksisiklin 300mg(Oral, dosis tunggal),Ciprofloksacin 500mg,Metronidazole 250-500 mg(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 harioral atauIV).

c. Obat anti diare Kelompok antisekresi selektifTerobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luasracecadotrilyang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzimenkephalinasesehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Kelompok opiatDalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan. Kelompok absorbentArang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit. Zat HidrofilikEkstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dariPlantago oveta,Psyllium, Karaya (Strerculia),Ispraghulla, CoptidisdanCatechudapat membentuk kolloid dengan cairandalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet. ProbiotikKelompok probiotik yang terdiri dariLactobacillusdanBifidobacteria atauSaccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

ASUHAN KEPERAWATAN PengkajianPengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah : Identitas klien. Riwayat keperawatan. Awalan serangan : ,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare. Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. Riwayat kesehatan masa lalu.Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi. Kebutuhan dasar. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

Pemerikasaan fisik. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat. Pemeriksaan sistematik : Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan. Perkusi : adanya distensi abdomen. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis. Auskultasi : terdengarnya bising usus. Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.

Pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

Diagnosa Keperawatan1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANDiagnosa 1Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan ditandai dengan klien berak cair lebih dari 3 sehari, mual, muntah, klien lemah, turgor kulit menurun. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawan selama 3 x 24 jam diharapkan keseimbangan cairan pasien kembali normal.Kriteria hasil :- Intake dan output seimbang- Diare berhenti.- Turgor kulit baik- Tidak mual dan muntah- Mukosa bibir lembab- Kadar elektrolit dalam batasan normal :* Natrium = 3,5 5,5 mEq/l* Kalium = 135-145 mEq/l

Intervensi :1. Lakukan pendekatan pada penderita.R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi faces yang keluar.R : memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi selanjutnya.3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).R : untuk mengganti caiaran yang hilang.4. Kolaborasai dengan tim dokter dalam pemberian obat dan infus.R : terapi yang tepat dan cepat dapat mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi secara dini.5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.R : mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.6. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang timbulnya diare.R : untuk mencegah diare lebih lama lagi.

Diagnosa 2Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d absorbsi yang tidak adekuat ditandai dengan klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan porsi makan yang disajikanTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi.Kriteria hasil : - Intake nutrisi yang adekuat.- Mual, muntah tidak ada.- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan.- Hb dalam batas normal = 12-17 gr%- Klien tidak terlihat anemisIntervensi1.Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.2.Kaji tingkat nutrisi klien.R : untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.3.Beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering.R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.2. Hitung BB.R: untuk mengetahui apakah ada penurunan berat badan selama perawatan.3. Kolaborasi dengan tim medis (kokter) dalam pemberian terapi.R: untuk mengetahui jenis obat yang dapat diberikan

Diagnosa 3Gangguan istirahat tidur b/d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol serta kram abdomen ditandai dengan klien sering terbangun, pucat, gelisah dan lemah. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2 x 24 jam, diharapkan pasien dapat istirahat tidur dengan tenang.Kriteria Hasil:- Dapat istirahat tidur dengan tenang.- Kram abdomen tidak ada.- Diare berhenti.Intervensi :1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.2. Berikan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.R : dapat membantu kenyamanan dan ketenangan klien.3. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian obat. R : membantu proses kesembuhan.

Diagnosa 4Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan integritas kulit dapat teratasi.Kriteria hasil:- Integritas kulit kembali normal.- iritasi tidak ada.- tanda-tanda infeksi tidak adaIntervensi: Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

Diagnosa 5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan pengetahuan keluarga tentang penyakit meningkat.Kriteria hasil :- Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.Intervensi :- Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.- R: pemberian informasi mengenai kesehatan sangat bermanfaat bagi klien untuk bisa menerapkan dalam kesehariannya.

REFERENSIDochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America : Mosby.Guyton & Hall. 2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGCNurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah. Ratnawati, Dwi. 2008.Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo.Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wicaksono, Arridho D. 2011.Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Winarsih, Biyanti D. 2011.Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, IntervensiPeningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia. Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004.Diare Akut Disebabkan Bakteri.Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara.

LAPORAN PENDAHULUANGASTROENTERITIS

OLEH 4B:METI VERDIAN YUNISA115070200111045

JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014