Top Banner
3.3.3. Gambaran Umum Wilayah Kepulauan Riau Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002, terdiri dari dua Kota dan tiga Kabupaten yang ibukota Tanjungpinang. Pada tahun 2003 Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan Riau (menjadi Kabupaten Bintan tahun 2006). Tahun 2008 Kabupaten Natuna mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Dengan Motto: “Berpancang Amanah, Bersauh Marwah”, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, berakhlak mulia, dan ramah lingkungan. Wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang letak satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh perairan/ laut. Beberapa pulau yang relatif besar diantaranya adalah Pulau Bintan dimana Ibukota Provinsi (Tanjungpinang) dan Kabupaten Bintan berlokasi; Pulau Batam yang merupakan Pusat Pengembangan Industri dan Perdagangan; Pulau Rempang; dan Pulau Galang yang merupakan kawasan perluasan wilayah industri Batam; Pulau Karimun, Pulau Kundur di Karimun, Pulau Lingga, Pulau Singkep di Lingga, Pulau Bunguran di Natuna, serta Gugusan Pulau Anambas (di Kepulauan Anambas). Selain itu Provinsi Kepulauan Riau memiliki pulau-pulau kecil yang hampir tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada, termasuk diantaranya pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah perbatasan Negara Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat memiliki kerentanan terhadap masalah keamanan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.
69

Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Oct 25, 2015

Download

Documents

Didit Pamungkas

Wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari gugusan pulau-pulau besar
dan kecil yang letak satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh perairan/ laut. Beberapa pulau yang relatif besar diantaranya adalah Pulau Bintan dimana Ibukota Provinsi (Tanjungpinang) dan Kabupaten Bintan berlokasi; Pulau Batam yang merupakan Pusat Pengembangan Industri dan Perdagangan; Pulau Rempang; dan Pulau Galang yang merupakan kawasan perluasan wilayah industri Batam; Pulau Karimun, Pulau Kundur di Karimun, Pulau Lingga, Pulau Singkep di Lingga, Pulau Bunguran di Natuna, serta Gugusan Pulau Anambas (di Kepulauan Anambas).

Kota Tanjungpinang yang terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 2001 sebagai daerah otonom kota terdiri dari 4 kecamatan dan 18 kelurahan

potensi pengembangan perekonomian kreatif yang ada di balik dunia kepariwisataan di Tanjungpinang sementara ini belum mampu dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut tak terlepas dari belum terbukanya pola pikir masyarakat di sekitar objek wisata, seperti Pulau Penyengat dan Kota Rebah, mengenai peluang ekonomi yang tersedia pada kepariwisataan di daerahnya. Hal ini tentunya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta pihak-pihak lain yang terkait, untuk menciptakan dan membangun mindset masyarakat mengenai pengembangan ekonomi kreatif di Kota Tanjungpinang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

3.3.3. Gambaran Umum Wilayah Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor

25 Tahun 2002, terdiri dari dua Kota dan tiga Kabupaten yang

ibukota Tanjungpinang. Pada tahun 2003 Kabupaten Kepulauan Riau

dimekarkan menjadi Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan Riau

(menjadi Kabupaten Bintan tahun 2006). Tahun 2008 Kabupaten Natuna

mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Natuna dan Kabupaten

Kepulauan Anambas. Dengan Motto: “Berpancang Amanah,

Bersauh Marwah”, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk

membangun menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian

nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu

yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, berakhlak mulia, dan

ramah lingkungan.

Wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari gugusan pulau-pulau besar

dan kecil yang letak satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh

perairan/ laut. Beberapa pulau yang relatif besar diantaranya adalah

Pulau Bintan dimana Ibukota Provinsi (Tanjungpinang) dan Kabupaten

Bintan berlokasi; Pulau Batam yang merupakan Pusat Pengembangan

Industri dan Perdagangan; Pulau Rempang; dan Pulau Galang yang

merupakan kawasan perluasan wilayah industri Batam; Pulau Karimun,

Pulau Kundur di Karimun, Pulau Lingga, Pulau Singkep di Lingga, Pulau

Bunguran di Natuna, serta Gugusan Pulau Anambas (di Kepulauan

Anambas). Selain itu Provinsi Kepulauan Riau memiliki pulau-pulau kecil

yang hampir tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada, termasuk

diantaranya pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah perbatasan

Negara Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini perlu mendapat

perhatian khusus mengingat memiliki kerentanan terhadap masalah

keamanan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan

hidup.

Page 2: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

3.3.3.1.Kondisi Umum Wilayah Makro

Kedudukan Provinsi Kepulauan Riau dalam Konteks Regional

dan Global

Kejayaan kawasan Semenanjung telah diawali dengan berdirinya

Kerajaan Johore-Riau (1511-1824), yang terkenal dengan tiga “wilayah

kembar” yang sangat masyhur yakni: Singapura-Johor-Riau, yang

kemudian lebih dikenal dengan Kesultanan Melaka. Pada masa itu

sektor perdagangan, kebudayaan dan ekonomi serantau berkembang

pesat, tidak saja di kawasan Asia Tenggara tetapi juga bergemah ke

seluruh penjuru dunia, terutama di sentero Benua Eropa.

Pada akhir abad ke-18, ketika Eropa mulai menancapkan pengaruhnya

di Asia, kesultanan ini mengalami kesuraman karena ketiga wilayah

strategis ini mulai menjadi incaran negara Barat sehingga mulai

terpecah-pecah. Tahun 1819 melalaui Perjanjian Anglo-Dutch, Singapura

dinyatakan berada dibawah kekuasaan Inggeris yang kemudian

diserahkan pada negara tersebut tahun 1824.

Johor akhirnya merupakan bagian dari koloni Inggeris di Semenanjung

Malaka. Kemudian Riau pun terpisah dari Johor dan Singapura, lalu

menjadi bagian dari Kesultanan Riau-Lingga di bawah kekuasaan

Belanda. Wilayah ini bagaikan terbiarkan dan lebih dipengaruhi oleh

kebijakan Belanda di Jawa dan Sumatera. Setelah Perang Dunia II

ketiga wilayah ini menjadi bagian dari masing-masing negara merdeka

yakni Singapura , Malaysia dan Indonesia.

Replika dari kejayaan Kesultanan Melaka pada masa lalu, kiranya dapat

dijadikan inspirasi untuk membentuk format “cetak biru” baru kerjasama

serumpun Singapura- Johor–Kepulauan Riau (SIJORI) yang lebih

pragmatis dan realistis. Karena melihat kondisi ketiga wilayah tersebut

dewasa ini; Kepulauan Riau dengan Free Trade Zone Batam, Bintan

Karimun (FTZ-BBK), Singapura sebagai megapolitan, dan Johor yang

memiliki Iskandar Development Region (IDR), sangat memungkinkan

dilakukan kerjasama yang saling melengkapi (complementarity) antar

Page 3: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

wilayah, sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat diproyeksikan sebagai

kawasan-kawasan pertumbuhan baru, atas dasar potensi masing-masing

wilayah yang beragam.

Pada tahun awal tahun 1990 kerjasama ekonomi sub-regional dalam

lingkup ASEAN telah dibangun sejak disepakatinya kerjasama SIJORI

(Singapore - Johor - Riau). Kerjasama SIJORI tersebut dalam

perjalanannya telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,

sehingga selanjutnya diperluas cakupan lokasi dan program

kerjasamanya dalam wilayah Sumatera bagian tengah dalam bentuk

kerjasama ekonomi sub-regional Indonesia Malaysia Singapore Growth

Triangle (IMS-GT). SIJORI sendiri adalah suatu bentuk kerja sama

ekonomi yang diprakarsai oleh Singapura, Malaysia, dan Indonesia.

SIJORI tumbuh karena adanya kebutuhan yang komplementer antara

ketiganya. SIJORI tumbuh karena adanya kebutuhan yang

komplementer antara ketiganya.

Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR) yang merupakan

pengembangan lebih lanjut dari kerjasama SIJORI. Indonesia pada

gilirannya diwakili oleh Provinsi Kepulauan Riau melalui deklarasi

Pertemuan Tingkat Menteri (Ministrial Meeting) di Lhokseumawe Aceh

pada tanggal 20 Maret 1997. Tujuan KESR adalah untuk mendorong

pembangunan dan meningkatkan kerjasama ekonomi kawasan di bidang

perdagangan, pariwisata, pertanian, industri dan kegiatan ekonomi

lainnya di wilayah Segitiga Pertumbuhan dengan pelaku utama kalangan

dunia usaha swasta dan pemerintah selaku fasilitator. Visi ke depan dan

program-program KESR adalah mewujudkan sektor swasta sebagai

“engine of growth” dalam pengembangan ekonomi kawasan, didukung

oleh berbagai kemudahan layanan yang profesional oleh masing-masing

pemerintah peserta KESR.

Konsep Segitiga Pertumbuhan tersebut merupakan pengembangan lebih

lanjut dari konsep Segitiga Pertumbuhan SIJORI (Singapura-Johor-Riau)

berupa kerjasama ekonomi dengan memanfaatkan lokasi strategis serta

Page 4: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

potensi masing-masing wilayah untuk saling melengkapi dengan

membentuk Satu Wilayah Investasi (One Investment Region) yang

bermakna seolah-olah ketiga wilayah tersebut tidak dibatasi secara

administrasi. Pokok pikiran yang terkandung dalam konsep ini adalah:

a. Singapura sebagai salah satu pusat perekonomian dunia dalam

bidang pelayaran, perdagangan, industri padat modal, jasa, dan

komunikasi akan menjadi penggerak, dinamisator dan berperan

sebagai pintu gerbang bagi kawasan segitiga pertumbuhan.

b. Indonesia dan Malaysia akan bertindak sebagai penyedia berbagai

kebutuhan bagi terlaksananya konsep pertumbuhan dalam bidang

tenaga kerja, lahan, infrastruktur, dan sumber daya air.

Sosial Ekonomi Kepulauan Riau

Sementara itu, Perekonomian Kepulauan Riau saat ini masih didorong

oleh dua sektor utama, yaitu Sektor Industri Pengolahan dan Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Di tengah kondisi perekonomian

global yang menunjukkan penurunan, perekonomian Kepulauan Riau

masih menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang cukup baik. Salah

satu pendorong peningkatan tersebut adalah masih diminatinya Provinsi

Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global.

Hal tersebut didukung oleh pedikat “investment grade” yang dicapai

oleh Indonesia. Namun demikian kondisi perekonomian global yang

masih belum menunjukkan kinerja positif memerlukan langkah

penyesuaian struktural, terutama perbaikan iklim investasi dan

akselerasi pembangunan infrastruktur agar momentum peningkatan

investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan investasi dapat terus

berlanjut.

Walaupun perekonomian Kepulauan Riau mengalami pertumbuhan

positif dengan akselerasi yang cukup tinggi, namun perlu diwaspadai

kondisi perekonomian global yang masih belum menunjukkan kinerja

positif sehingga memerlukan langkah penyesuaian struktural, terutama

perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan infrastruktur agar

Page 5: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

momentum peningkatan investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan

investasi dapat terus berlanjut.

Dalam hubungan kerjasama ekonomi, Indonesia dan Singapura saling

melengkapi dan memiliki tingkat komplementaritas yang tinggi.

Indonesia memilki sumberdaya alam dan mineral yang melimpah serta

tersedianya sumber daya manusia yang besar sedangkan Singapura

memiliki kemampuan pengetahuan dan tehnologi tinggi, jaringan

ekonomi serta sumber daya keuangan yang besar. Kondisi ini

menjadikan Indonesia dan Singapura saling membutuhkan dan saling

melengkapi satu sama.

Sebagai negara yang wilayahnya kecil, pasar domestiknya sangat

terbatas dan sumber daya alamnya langka, Singapura sangat

menggantungkan perekonomiannya pada perdagangan luar negeri. Oleh

karena itu pula Singapura sangat berkepentingan terhadap sistem

perdagangan internasional yang terbuka dan bebas di bawah naungan

WTO. Guna mengamankan kepentingannya, Singapura tidak hanya

mengandalkan pada proses negosiasi multilateral, sejak 1999 Singapura

telah mulai menjajagi bentuk-bentuk pengaturan perdagangan bilateral.

Belakangan dengan tersendatnya proses negosiasi di WTO, Singapura

semakin gencar menempuh langkah-langkah bilateral dan regional yang

diyakini dapat mengakselerasi proses liberalisasi perdagangan dan

memperkuat sistem perdagangan multilateral.

Pada dasarnya hubungan bilateral Indonesia-Singapura memiliki fondasi

yang sangat kuat yang dibuktikan dengan telah ditandatanganinya

berbagai Kesepakatan ataupun Perjanjian antara kedua negara. Selain

itu, untuk fondasi kerjasama ekonomi khususnya antara Singapura

dengan Batam dan Riau, kedua negara memiliki Legal Framework yang

kokoh dengan ditandatanganinya beberapa Persetujuan antara lain:

1. Basic Agreement on Economic and Technical Cooperation yang

ditandatangani di Singapura 29 Agustus 1974;

2. Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknik RI-Singapura (1977);

Page 6: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

3. Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknik untuk Pengembangan

Pulau Batam (31/10/1980);

4. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda/P3B (1990);

5. Persetujuan Kerjasama Ekonomi dalam rangka Pengembangan

Propinsi Riau (28/81990);

6. Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal

(P4M/IGA) ditandatangani pada 16/2/2005. Indonesia meratifikasi

pada Februari 2006;

7. Framework Agreement on Economic Cooperation in the Island of

Batam, Bintan Karimun (SEZ’s), 25 Juni 2006.

Pemberdayaan sektor swasta juga sudah kembali meningkat yang

ditandai dengan cukup tingginya kegiatan kunjungan antara para pelaku

usaha kedua negara. Sebagai hasilnya, semakin meningkatnya transaksi

perdagangan dan investasi kedua negara. Sesuai dengan data dari

International Enterprise Singapore Indonesia merupakan mitra dagang

terbesar ke-5 Singapura.

Tenaga kerja Indonesia di Singapura sebagian besar masih tergolong

pada unskilled labor yaitu Penata Laksana Rumah Tangga, dengan

perkiraan jumlah mencapai sekitar 50.000 orang. Meskipun Singapura

masih ketergantungan pada tenaga kerja asing (TKA) mengingat relatif

kecilnya jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja, namun tenaga

skilled ataupun semi-skilled dari Indonesia masih belum dapat

memanfaatkan peluang-peluang yang cukup besar di Singapura.

Pemerintah Singapura masih lebih mengutamakan tenaga kerja kasar

(unskilled labor) dari Malaysia, Bangladesh, China, India, yang notabene

merupakan bagian dari struktur penduduk Singapura.

Pengembangan kerjasama ekonomi dalam Kawasan Ekonomi Khusus/

Special Economic Zones (KEK/SEZs) antar kedua negara diadakan di

pulau Batam, Bintan dan Karimun, serta kemungkinan serupa di lokasi

lainnya di Indonesia.Hal ini pertama kali diatur dalam Keputusan

Page 7: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Presiden RI tentang Tim Koordinasi Segitiga Pertumbuhan Indonesia –

Malaysia-Singapura (27 tahun 1995) dan (31 dan 74 Tahun 1996).

Peluang yang paling jelas adalah bagi industri galangan kapal dan

produksi peralatan dan jasa perminyakan. Sekitar 80% dari bisnis

perlatan perminyakan di Indonsia sudah berlokasi di Batam, seperti

permbuatan pipa dan casing, konstruksi dan perekayasaan drilling rig.

Selain pengembagan sektor industri, kerjasama kedua negara ini juga

akan membawa keuntungan-keuntungan lainnya di bidang pariwisata

dan jasa seperti pengembangan resor dan fasilitas serta jasa pameran,

konferensi, pertanian dan perikanan.

Sosial Budaya Kepulauan Riau

Persebaran jumlah penduduk di Provinsi Kepulauan Riau dapat

dikategorikan tidak merata. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk Kota

Batam sebesar 737.533 jiwa atau 50,7 % dari jumlah penduduk

provinsi. Ketimpangan jumlah penduduk ini disebabkan oleh pesatnya

pertumbuhan ekonomi Kota Batam sebagai kota industri yang mampu

menarik pencari kerja yang berasal dari luar Provinsi Kepulauan Riau.

Peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun ke

tahun terjadi cukup signifikan. Menurut data yang ada, kepadatan

penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2003 adalah 112

jiwa/km2 naik menjadi 137 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kenaikan tingkat

kepadatan penduduk juga terjadi di setiap kabupaten yang ada di

Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten atau kota yang menjadi terpadat

adalah Kota Batam dengan tingkat kepadatan 957 jiwa/km2 , sedangkan

yang paling rendah adalah Kabupaten Natuna 36 jiwa/km2.

Pembangunan bidang seni, budaya dan olah raga sangat terkait erat

dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Sesuai dengan 2 (dua)

sasaran capaian pembangunan bidang sosial budaya dan keagamaan

yaitu (1) mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya dan beradab: (2) mewujudkan bangsa

Page 8: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan

sejahtera.

Jumlah Sanggar Seni Budaya Menurut kabupaten dan Kota di ProvinsiKepulauan Riau

No. Kabupaten/ Kota Jumlah

1. Tanjungpinang 26

2. Batam 15

3. Bintan 14

4. Karimun 15

5. Lingga 16

6. Natuna 13

7. Kepulauan Anambas 6

Jumlah 105Sumber: RPJMD Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2015

Kota Tanjungpinang menjadi daerah yang paling banyak memiliki

sanggar seni dan budaya yaitu berjumlah 26 sanggar. Selanjutnya diikuti

oleh Kabupaten Lingga dengan jumlah sanggar 16 sanggar. Sanggar

seni paling sedikit terdapat di Kepulauan Anambas adalah 6 sanggar

seni.

Potensi Seni dan Budaya di Provinsi Kepulauan Riau

No. Kabupaten/ Kota Potensi Kesenian Potensi Budaya

1. Tanjungpinang Tari Zafin Penyengat Gazal/ Tari Tradisi &

Kreasi Bangsawan

Sembahyang Laut Mandi Safar Bentuk bangunan dan

Arsitektur

2. Batam Teater Makyong Tari Jogi

Mandi Safar Cukur Rambut Sunat Rosul

3. Bintan Tari Malemang Teater Makyong Tari Dangkong

Sampan Kolek/ FestivalLaut Melayu

Gasing Jong Ziarah Mandi Safar

4. Karimun Zapin Kompang Melayu Dangkong

Pinang Meminang Perkawinan Menyambut Tamu Cukur Rambut Saiful

Anam

5. Lingga Cacah Inai Tari Tradisi Tari Kreasi Seni Bangsawan

Mandi Safar Basemah Sunat Rosul Berzanji Gasing Layang-layang

Page 9: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

No. Kabupaten/ Kota Potensi Kesenian Potensi Budaya

Tepun Tawar

6. Natuna Mendu Hadrah Ayam Sudur Lang-lang Buana Kompang Zapin Berzanji Beredah Topeng Gendang Serasan Ratip Tumbuk Suluk Gubang

Gasing Sarang Nyok Ringkep Pacu Kolek & Jongkong Cek Le-Le Deng Deng Pucuk Mati-mati Lu-Lu Cina Buta Tarik Tambang Silat Kerriyan Jung Kate Canang Alu Tepung Tawar Berbalas Pantun Makan Sirih Tabur Beras Kuning Khitanan Khatam Al –Quran Beirisik & Buang Ancak Pusung Tangan Mandi Tolak Bala Malok Sagug

7. Kepulauan Anambas Gendang Siantan(Nyabuk)

Tanan Topeng(Gubang)

Mendu/ SandiwaraRakyat

Kehidupan Suku Laut

Sumber: RPJMD Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2015

Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah yang sangat banyak

memiliki potensi kesenian dan potensi budaya. Hal ini terjadi karena

Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi dimana kebudayaan

melayu berasal.

Kampung Adat dan Rumah Adat di Provinsi Kepulauan Riau

No.Kabupaten/

Kota

NamaKampung/

Rumah Adat

Objek Wisata

Lokasi/ NamaObjek

Jenis Wisata

1. Tanjungpinang Pulau Penyengat danSenggarang

Sejarah Agama

Pulau Terkulai, PulauBayan dan PulauDompak

Wisata Bahari

Melayu Square Pusat Makanan Rakyat

Tepi Laut Permainan Rakyat

Hanaria Taman PermainanAnak-anak

Bintan Mall, Bestarimall dan Ramayana

Pusat Belanja danSouvenir

Page 10: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

No.Kabupaten/

Kota

NamaKampung/

Rumah Adat

Objek Wisata

Lokasi/ NamaObjek

Jenis Wisata

2. Batam Rumah Limas Bulan Bintang (BekasKerajaan Lingga,Makam pengungsiVietnam, Camppengungsi Vietnam,Candi Vihara Chua AinQ Huang, Pagoda,Vihara, Cetva TnDharma), PulauGalang (Gereja NhaTho Due Me VoNhiem, Sisa kapal-kapal bekas, JembatanBelerang, Pantai PasirPutih, Marina) danPantai Batam (Kabil,Melur, Tanjung Pinggirdan Setoko)

Sejarah

Nagoya, Jodoh Pusat Perbelanjaan

Occarina Taman Permainan/Rekreasi

3. Bintan Lagoi Resort Resort

Desa Wisata SebongPereh

Wisata Budaya & Bahari

Pantai Wisata SebongPereh, Pantai Trikora,Lahan Wisata KM.35,54,52, PantaiSakera, Sungai Lepah,Teluk Tabik, TelukPenepat, PulauPanjang, Pulau Bungin

Wisata Bahari

Makam Datuk Penaon,Makam SulthanAbdurrahman MuhayatSyah

Sejarah

Air Terjun GunungBintan, Goa GunungBintan, Danau BekasGalian Boukist, ddanAir Terjun GunungLengkuas

Wisata Alam

4. Karimun Kampung AdatDesa Parit

Pantai PongkarPelawan, Pantai AirDagang, PantaiSawang, PantaiGading, Pantai Lubuk,Batu Limau

Wisata Bahari

Rumah AdatRumpun MelayuBersatu (RMB)

Air Panas Alam, AirTerjun Tebing, BatuBetulis, TanjungMelolo, MakamSebidang

Wisata Alam

Rumah AdatLembaga AdatMelayu (LAM)

Wisata Budaya

Kampung AdatMoro

Wisata Budaya

5. Lingga Gedung NasionalMeriam Tegak, Meriamdilapangan Merdeka,Mesjid Al Zulfa, CetiyaDharma Ratna, ReflikaIstana Dammah, SitusSejarah Pondasi Bilik

Page 11: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

No.Kabupaten/

Kota

NamaKampung/

Rumah Adat

Objek Wisata

Lokasi/ NamaObjek

Jenis Wisata

44, Situs SejarahPeninggalan IstanaDamanah, SitusSejarah PeninggalanIstana Robart, SitusPeninggalan MesjidLama, Benteng KubuParit, Benteng BukitCaning, Benteng diPulau Mepar, MusiumMini Langgam Cahaya,Rumah TahanPeninggalan ZamanBelanada, MesjidSultan Lingga, CetiyaLoka Shanti, Kelentengdi Pulau Penuba,Klenteng Sambau diCenteng, KomplekMakam di BelakangMesjid Sultan Lingga,Makam yang diPertuan Muda X RiauRaja MuhammadYusuf Al Ahmadi,Komplek Makam BukitCengkeh, KomplekMakam KeluargaTemenggungJamaluddin dan DatukKaya Montel,Pemandian TengkuAmpuan Jahara.

Pantai Batu Berdaun,Pantai IndahSerenggang Laut,Pantai Nusantara,Pantai Penat, PantaiTajung Sawang, PantaiSerang, Pulau Lalang,Pulau Berhala, PulauLampu, PantaiDungun, PantaiSekanah, PantaiLundang, PantaiMentulat di DesaDuara, Pasar Pancur,Pantai Laboh, PantaiBenan, Pantai DipulauPenaah, Pulau Penaah,Pulau Belading, PulauMensanak, PulauDuyung, Pulau Buaya,Pulau Mesemut, PulauBurung, PulauPekajang,Perkampungan SukuLaut, Pantai PasirPendek di Desa Mepar,Pantai Pasir PanjangKarang Bersulam,Pantai Teluk Empuk,Pantai Seriam, PantaiPenarik, PantaiMentanak, PantaiTeluk Andang.

Wisata Bahari

Page 12: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

No.Kabupaten/

Kota

NamaKampung/

Rumah Adat

Objek Wisata

Lokasi/ NamaObjek

Jenis Wisata

Air Terjun BatuAmpar, Air TerjunBedegam, PemandianAir Panas Balerang, ,Air Terjun Cik Latif,Sumur Hangtuah,Bukit Tumang

Wisata Alam

Perkampungan SukuLaut Pulau Lipan,Perkampungan SukuLaut Pulau Tembuk,Perkampungan SukuLaut Desa Kelumu,

Wisata Budaya/ Alam

Pasar Dabo, MakamDatuk Penaon,Ratif Saman, AirTerjun Resun

Wisata Budaya

6. Natuna Pulau Karang Aji,Pulau Perayun, PulauDatuk Serasan, PulauSepadi, Pulau Bungli,,Pulau Ayam, PulauLetung, Pulau Kelong,Pulau Batu Alam,Pulau Midai, PulauTimau, Pulau Jelek,Pulau Antu, PulauKukop, Pulau Tanjung,Segeram, PulauSedanau, PantaiPanjang, PantaiTepian, Pulau Laut,Pulau Seluan, PulauPenjaul, PulauPunjong

Wisata Bahari

Bunker Jepang,Meriam Tua, RumahTua

Wisata Sejarah

Gunung Ranai Wisata Alam

7. KepulauanAnambas

Desa Mengkait Air Tejun Temurun Wisata Alam

Desa Candi

Desa Mampok

Desa Langir

Sumber: RPJMD Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2015

Beberapa kegiatan kebudayaan di Kepulauan Riau telah dilakukan

secara bersama-sama dengan negara Malaysia dan Singapura. Namun,

secara umum, upaya pelestarian dan pengembangan daya tarik budaya

melayu dan budaya lokal masih sangat rendah. Hal ini bisa ditunjukkan

dari masih belum optimalnya pemberdayaan kelompok masyarakat

potensial dan lembaga adat, serta pembinaan potensi dan kreativitas

masyarakat dalam mengembangkan seni dan budaya daerah.

Page 13: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Hal ini disebabkan antara lain peran dan dukungan dunia usaha, pihak

swasta dan masyarakat untuk bekerjasama dalam pembinaan seni dan

budaya masih rendah, termasuk dalam pengembangan sejarah dan

budaya daerah. Akibatnya, aktivitas seni dan budaya dalam event baik

lokal, regional maupun internasional terutama dalam membangkitkan

kembali semangat Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu belum

berjalan secara optimal.

Menurunnya pengamalan nilai agama, nilai budaya dan ketaatan

terhadap hukum dan perundang-undangan baik dalam lembaga

pendidikan, organisasi kemasyarakatan dan aparatur pemerintah,

sehingga jati diri anak negeri (Melayu) mulai tergerus oleh budaya

luar/asing. Di sisi lain dukungan yang nyata dari daerah/negara

serumpun tentang peranan dan kedudukan Kepulauan Riau sebagai

Bunda tanah Melayu juga belum ada. Untuk itu perlu ada upaya

berkesinambungan dalam memelihara, membina dan mengembangkan

nilai budaya Melayu disamping budaya-budaya lain yang hidup

berkembang di Kepulauan Riau.

Pariwisata Kepulauan Riau

Berkembang dan lestarinya budaya daerah terutama dengan

memberdayakan nilai-nilai budaya Melayu untuk meningkatkan

pemahaman dan pengamalan nilai-nilai tersebut melalui peningkatan

pemakaian simbol dan atribut budaya Melayu dalam kehidupan

masyarakat dan lembaga pemerintahan secara terus menerus termasuk

pengembangan kesenian dan budaya daerah melalui peningkatan event

kesenian dan budaya yang mendukung kegiatan pariwisata dan

sebaliknya pariwisata yang mendorong berkembangnya nilai dan budaya

Melayu.

Prioritas pengembangan wisata adalah untuk mewujudkan pariwisata

yang mendukung ekonomi daerah serta didukung oleh pembangunan,

peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan infrastruktur.

Page 14: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki

keanegaraman hayati yang cukup tinggi yang berupa sumber daya alam

yang berlimpah, baik di daratan maupun di perairan. Potensi Obyek dan

Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang terdapat di Provinsi Kepulauan

Riau antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian

budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan

sejarah/ budaya yang secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Sebagai daerah provinsi yang didominasi kepulauan, maka

pengembangan wisata diarahkan melalui pariwisata bahari. Pariwisata

bahari merupakan kegiatan yang diminati komunitas sosial masyarakat

Indonesia maupun internasional yang menyediakan keindahan,

kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai

berpasir putih. Kegiatan wisata bahari antara lain berenang, berselancar,

menyelam , mendayung, memancing, dan snorkeling.

Secara umum pemanfaatan potensi dalam pengembangan wisata

termasuk potensi budaya, potensi wisata bahari dan wisata minat

khusus di kawasan pulau kecil di Kepulauan Riau, belum optimal

dilakukan. Hal ini bisa ditunjukkan dari belum berkembangnya pusat-

pusat wisata baru dan even-even wisata baru yang didukung oleh

keamanan lingkungan yang kondusif dengan memanfaatkan potensi

alam dan budaya.

Permasalahan pariwisata tersebut disebabkan antara lain oleh (i) masih

belum terbinanya pelaku wisata dalam kepariwisataan, (ii) masih

terbatasnya infrastruktur kepariwisataan seperti jalan, sarana angkutan,

telekomunikasi dan fasilitas umum termasuk cinderamata khas

dikawasan-kawasan wisata, (iii) belum adanya perencanaan

pembangunan pariwisata budaya dan bahari yang partisipatif dan

terintegrasi, (iv) belum optimalnya pengembangan dan pemeliharaan

objek wisata budaya dan bahari yang sudah ada, dan (v) minimnya

kegiatan-kegiatan promosi budaya dan bahari, serta pelaksanaannya

yang belum terintegrasi baik promosi melalui website maupun lainnya.

Page 15: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Arahan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau diimplementasikan ke

dalam 6 (enam) Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata, yang terdiri

dari:

1. Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata A (Kota Batam)

pengembangannya diarahkan untuk pengembangan wisata

konferensi/ Meeting, Incentive, Conferrence, Exhebition (Kawasan

Nagoya), wisata belanja (Kawasan Nagoya, Jodoh, Batu Aji, Batam

Centre, Muka Kuning), wisata terpadu (Kawasan Batu Ampar),

wisata bahari (Kawasan Pulau Abang, Pulau Segayang, Kawasan

Nongsa), wisata sejarah/budaya (Camp Pengusngsian Vietnam

Pulau Galang), ekowisata (Kawasan Nongsa) dan wisata minat

khusus (Kawasan Pulau Abang).

2. Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata B (Kota Tanjungpinang dan

Kabupaten Bintan), pengembangannya diarahkan pada:

a. Kota Tanjungpinang diarahkan untuk pengembangan wisata

budaya/sejarah/religi (Kawasan Pulau Penyengat, Kota Piring,

Kawasan Kota Rebah) dan wisata belanja.

b. Kabupaten Bintan diarahkan untuk pengembangan wisata

terpadu (Kawasan Lagoi), ekowisata (Kawasan Gunung Bintan)

wisata religi/sejarah (Kawasan Kota Kara dan Bukit Batu) wisata

bahari (Kawasan Lagoi, Kawasan Sakera Tanjung Uban,

Kawasan Trikora) dan wisata minat khusus (Kawasan Lagoi,

Pulau Nikoi dan sekitarnya).

3. Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata C (Kabupaten Karimun),

pengembangannya diarahkan untuk pengembangan wisata budaya

(Kawasan Makam Datok Badang, Cagar Budaya Makam Moyang

Seraga, Mesjid Jami’ Pulau Buru, situs Batu Tulis), wisata bahari

(Pantai Pongkar, Pelawan, Pantai Lubuk Tanjung Batu, Pantai

Berangan dan Telunas di Moro).

4. Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata D (Kabupaten Lingga),

pengembangannya diarahkan pada pengembangan wisata budaya

dan sejarah (Kawasan Istana Damnah, Makam Merah, Kawasan

Bukit Cening, Kawasan Bilik 44, Kawasan Mesjid Sultan Lingga),

Page 16: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

pengembangan wisata minat khusus (Kawasan Pulau Benan dan

Kawasan Pulau Penaah) serta ekowisata (Desa Resun).

5. Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata E (Kabupaten Natuna),

pengembangannya diarahkan pada pengembangan wisata bahari

(Kawasan Kecamatan Pulau Tiga dan Kawasan Pantai Tanjung),

wisata budaya (Kawasan Keramat Binjai, Komplek Makam Segeram,

Rumah Peradilan/Rumah Orang Kaya Suan, Rumah Datuk Kaya

Wan Muhammad Benteng, Benteng Kawasan Pertahanan Portugis

dan Jepang) serta wisata minat khusus (Kawasan Pulau Tiga).

6. Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata F (Kabupaten Kepulauan

Anambas), pengembangannya diarahkan pada pengembangan

wisata bahari dan wisata minat khusus (Kawasan Pulau Bawah,

Pulau Penjalin, Pulau Kelong dan Pulau Semut, Pulau Berhala dan

Tukong Atap).

3.3.3.2.Kondisi Umum Wilayah Mikro

Kota Tanjungpinang berada di Bagian Selatan Pulau Bintan terletak pada

00 50’ 25,93” LU - 00 58’ 54,62” LU dan 1040 23’ 23,40” BT - 1040 34’

49,9” BT dengan luas wilayah adalah + 239.50 Km2 yang terdiri dari

daratan, lautan dan beberapa pulau seperti Pulau Dompak, Pulau

Penyengat, Pulau Terkulai, Pulau Los, Pulau Basing, Pulau Sitakap dan

Pulau Bayan. Luas wilayah Kota Tanjungpinang dari luas tersebut, terdiri

dari daratan dengan luas + 131.54 Km2 dan lautan + 107.96 Km2.

Secara administratif, Kota Tanjungpinang yang terbentuk berdasarkan

Undang-undang No. 5 Tahun 2001 sebagai daerah otonom kota terdiri

dari 4 kecamatan dan 18 kelurahan dan berbatasan langsung dengan

Kota Batam dan Kabupaten Bintan, yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara dengan : Kecamatan Teluk Bintan dan Kecamatan

Bintan Utara Kabupaten Bintan

Sebelah Selatan dengan : Kecamatan Mantang dan Kecamatan

Bintan Timur Kabupaten Bintan

Page 17: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Sebelah Barat dengan : Kecamatan Galang Kota Batam dan

Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten

Bintan

Sebelah Timur dengan : Kecamatan Bintan Timur dan Kecamatan

Teluk Bintan Kabupaten Bintan

Gugusan pulau-pulau yang di kenal dengan Kepulauan Riau sudah sejak

berabad-abad yang lalu diketahui telah memegang peranan penting

dalam sejarah perkembangan kawasan ini. Hal ini terutama karena

letaknya yang strategis pada posisi perdagangan dan pelayaran dunia

antara Timur dan Barat serta antara Samudera Hindia dengan Laut Cina

Selatan. Kedudukan strategis itu telah mendorong Kepulauan Riau

menjadi salah satu sentra perdagangan dan pelayaran di Kawasan Selat

Malaka.

Menurut sumber-sumber sejarah tempatan, jauh sebelum berdirinya

kerajaan Melayu Malaka di Semenanjung Timur Melayu pada awal abad

XV, di pulau terbesar dari gugusan Kepulauan Riau yaitu Pulau Bintan

telah berdiri sebuah kerajaan. Kerajaan tersebut bernama “Kerajaan

Bentan” yang berpusat di Bukit Batu, di tepi Sungai Bintan, yang

diperkirakan berdiri pada awal abad XI. Kerajaan Bentan selain diketahui

merupakan pusat perdagangan dan pelayaran juga telah menjalin

hubungan luas dengan negara-negara lain serta sudah mempunyai

tradisi dan adat istiadat yang tinggi.

Kedudukan dan peranan ekonomis yang penting itu telah mendorong

Pulau Bintan dan kawasan sekitarnya tumbuh dan berkembang menjadi

tempat yang ramai dikunjungi dan dikenal luas, terutama kalangan

pelaut. Salah satu tempat yang diduga ikut berperan sebagai daerah

pendukung (hinterland), sebagai titik navigasi dan fungsi maritim

lainnya adalah Tanjungpinang yang terletak di bagian Timur Teluk

Bintan dan merupakan salah satu pintu masuk ke pusat Kerajaan

Bentan. Tanjungpinang dengan posisinya yang agak ke dalamtempat

Page 18: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

yang ideal bagi armada pelayaran untuk berlindung dari serangan badai,

atau untuk berlabuh sementara mengambil air dari perbekalan.

Menjelang berdirinya Kerajaan Riau (1722), Tanjungpinang telah

menjadi kubu pertahanan Raja Kechik dalam perang saudara

memperebutkan tahta Kerajaan Johor melawan Tengku Sulaiman dan

sekutunya. Setelah berdiri Kerajaan Riau, kedudukan Tanjungpinang

sebagai pusat pertahanan semakin jelas ketika Riau bersiap menghadapi

perang melawan Belanda antar tahun 1782-1784. Benteng Riau di

Tanjungpinang dan sekitarnya sangat berjasa dalam menahan rencana

serbuan armada Belanda ke pusat Kerajaan Riau.

Semenjak Tahun 1784, Tanjungpinang mulai tumbuh sebagai sebuah

tempat pemukiman dan kemudian menjadi sebuah kota yang juga

berperan sebagai Bandar dagang. Fungsi dan kedudukan sebagai pusat

perdagangan menjadi Tanjungpinang sebagai kota penting di Sumatera

bagian Timur setelah Medan dan Palembang. Selain itu Tanjungpinang

ditetapkan sebagai ibukota keresidenan Belanda untuk wilayah yang

cukup luas sampai ke sebagian Sumatera bagian Tengah dan sebagian

Sumatera bagian Utara.

Tahun 1983 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1983

tanggal 18 Oktober 1983 telah dibentuk Kota Administratif

Tanjungpinang. Selanjutnya pada tahun 2001 sesuai dengan SK

Mendagri Nomor 5 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, Kota Administratif

Tanjungpinang ditingkatkan statusnya menjadi Kota Otonom. Setelah

Kota Tanjungpinang menjadi kota otonom yang semula terdiri dari dua

kecamatan dimekarkan menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan

Bukit Bestari, Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kecamatan

Tanjungpinang Kota dan Kecamatan Tanjungpinang Barat. Jumlah

kelurahan bertambah dari 10 menjadi 18 kelurahan.

Lebih jelasnya luas wilayah Kota Tanjungpinang per kecamatan sebagai

berikut :

Page 19: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Luas Wilayah Administrasi Kota Tanjungpinang

No. KECAMATAN/KELURAHANLUAS(KM2)

PERSENTASE(%)

1. Kecamatan Bukit Bestari 69.00 28.81

a. Kelurahan Tanjungpinang Timur 7.00 2.92

b. Kelurahan Tanjung Unggat 10.50 4.38

c. Kelurahan Tanjung Ayun Sakti 10.50 4.38

d. Kelurahan Dompak 30.50 12.73

e. Kelurahan Sei Jang 10.50 4.38

2. Kecamatan Tanjungpinang Timur 83.50 34.86

a. Kelurahan Kampung Bulang 11.50 4.80

b. Kelurahan Melayu Kota Piring 13.00 5.43

c. Kelurahan Air Raja 13.00 5.43

d. Kelurahan Pinang Kencana 23.00 9.60

e. Kelurahan Batu Sembilan 23.00 9.60

3. Kecamatan Tanjungpinang Kota 52.50 21.92

a. Kelurahan Tanjungpinang Kota 1.50 0.63

b. Kelurahan Penyengat 4.00 1.67

c. Kelurahan Kampung Bugis 24.00 10.02

d. Kelurahan Senggarang 23.00 9.60

4. Kecamatan Tanjungpinang Barat 34.50 14.41

a. Kelurahan Tanjungpinang Barat 11.00 4.59

b. Kelurahan Kamboja 7.00 2.92

c. Kelurahan Kampung Baru 6.50 2.71

d. Kelurahan Bukit Cermin 10.00 4.18

JUMLAH 239.50 100,00

Sumber : Draft RTRW Kota Tanjungpinang 2013-2033

Status Hukum Internasional di Wilayah Laut Kota

Tanjungpinang

Status hukum internasional di wilayah laut Kota Tanjungpinang terletak

pada aplikasi dari tanggung jawab Pemerintah Indonesia terhadap

pelaksanaan rezim hukum laut internasional. Aspek tanggung jawab dari

Pemerintah Indonesia adalah bagaimana pemerintah Indonesia c.q.

pemerintah daerah Kota Tanjungpinang bisa menjamin pelaksanaan

dan pemenuhan hukum atas klaim-klaim yang ada pada zona-zona

maritim dan keadaan khusus di laut wilayahnya secara efektif yang

digunakan oleh negara lain (user states).

Page 20: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Dalam hukum laut internasional, kepentingan negara penguna juga

memiliki dasar hukum yang kuat dengan diterima dan diakuinya hak

lintas damai (innocent passage), hak lintas damai kepulauan

(archipelagic sea lanes passage) dan hak transit (transit passage).

Tanggung jawab ini mengandung arti bahwa laut harus bebas dari

ancaman kekerasan, laut harus bebas dari ancaman navigasi, laut harus

bebas dari ancaman pencemaran dan pengerusakan ekosistem dan laut

harus bebas dari pelanggaran hukum. Konteks keamanan laut ini

memiliki arti bahwa negara pengguna dan pemerintah daerah (yang

merupakan aparatur negara Indonesia sebagai (coastal State) memiliki

hak dan kewajiban yang koordinatif satu dengan yang lain dalam

pemenuhan kewajiban ini.

Wilayah laut Kota Tanjungpinang bersinggungan dengan status khusus

dengan rezim hukum laut internasional, yaitu:

1. Berbatasan langsung Selat Singapura yang merupakan Selat-Selat

yang digunakan untuk pelayaran internasional. Akibat hukumnya

adalah kapal-kapal asing memiliki hak untuk lintas damai dan lintas

transit di wilayah laut Kota Tanjungpinang di Sebelah barat dan

selatan. Aplikasi hak lintas damai di perairan Indonesia diatur dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2002

tentang Hak Dan Kewajiban Kapal Asing Dalam Melaksanakan

Lintas Damai Melalui Perairan Indonesia;

2. Berbatasan langsung dengan Selat Karimata yang digunakan

sebagai zona maritim bagi pelaksanaan hak lintas damai kepulauan

(archipelagic sea lanes passage/Alur Laut Kepulauan Indonesia) I

dari Selat Malaka-Selat Singapura-Selat Karimata-Selat Sunda-

Samudera Hindia atau sebaliknya, atau dari Laut Cina Selatan-Selat

Karimata-Selat Sunda-Samudera Hindia atau sebaliknya. Alur Laut

Kepulauan I yaitu titik IA-1 yang merupakan awal ALKI I dari Selat

Singapura menuju titik I-3 terus ke Titik I-4. Aplikasi Hak Lintas

Damai di Alur Laut Kepulauan Indonesia diatur dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2002 tentang Hak

Dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing Dalam

Page 21: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Melaksanakan Lintas Alur Laut Kepulauan Melalui Alur Laut

Kepulauan Yang Ditetapkan.

Sifat hukum yang melekat pada hak lintas damai dan lintas transit di

wilayah laut Kota Tanjungpinang menurut hukum internasional adalah

eksklusif dan limitatif. Eksklusivismenya terletak pada adanya jaminan

pelaksanaan hak lintas damai dan hak tansit bagi kapal dan pesawat

asing yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun termasuk aparatur

Pemda Kota Tanjungpinang, serta bebas dari ancaman yang mungkin

timbul dari ancaman kekerasan, dari ancaman navigasi, dan dari

pelanggaran hukum terhadap kapal dan pesawat asing yang sedang

melaksanakan hak lintas dan hak transit di wilayah laut Kota

Tanjungpinang. Limitasinya terletak pada pelaksanaan yurisdiksi yang

ketat oleh pemerintah Indonesia terhadap kapal atau pesawat asing

yang sedang melaksanakan hak lintas dan hak transit di wilayah Laut

Kota Tanjungpinang.

Zona Ekonomi Ekslusif

Pengumuman pemerintah negara tentang Zona Ekonomi Eksklusif

terjadi pada 21 Maret 1980. Batas ZEE adalah selebar 200 mil yang

dihitung dari garis dasar laut wilayah Indonesia. Alasan-alasan yang

mendorong Pemerintah mengumumkan ZEE adalah :

Persediaan ikan yang semakin terbatas

Kebutuhan untuk pembangunan Nasional Indonesia

ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional

Melalui perjuangan panjang di Forum Internasional,akhirnya konferansi

PBB tentang Hukum Laut II di New York 30 April 1982 menerima “The

United Nation Convention on the Law of the Sea” (UNCLOS) yang

kemudian ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay,

Jamaica oleh 117 negara termasuk Indonesia.Konvensi tersebut

mengakui asas negara Kepulauan (Archipelagic State Principles) serta

menentapkan asas-asas pengukuran ZEE. Pemerintah dan DPR negara

RI kemudian menetapkan UU No.5 tahun 1983 tentang ZEE, serta UU

Page 22: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

No.17 tahun 1985 tentang ratifikasi UNCLOS sejak 3 Februari 1986

Indonesia telah tercatat sebagai salah satu negara yang telah

meratifikasinya.

Prospek Perkembangan Laut Natuna/Laut Cina Selatan

Laut Cina Selatan merupakan salah satu perairan yang semi tertutup

(semi enclosed) yang memiliki jalur-jalur laut yang sangat vital dan

ramai yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Dengan letaknya yang sangat strategis tersebut, Laut Cina Selatan

selalu penuh dengan konflik antar negara yang ada di wilayah

sekitarnya, contohnya adalah dengan Vietnam yang memperebutkan

kepulauan Paracel, dengan Filipina dan Malaysia yang memperebutkan

Pulau Kalayaan dan Terumbu Laksamana, dan dengan Filipina yang

memperebutkan empat Pulau yaitu Pulau Pugat, Rurok, Binago dan

Sand Cay.

Sengketa mengenai Laut Cina Selatan dimulai pada bulan Mei tahun

1996 ketika Cina mengumumkan secara unilateral mengenai Konsep

Lidah Cina di laut Cina Selatan berdasarkan aplikasi Konsep ”Adjacent

Sea” berdasarkan the Law of the People’s Rebublic of china on the

Territorial Sea and the Contigous Zone (25th February 1992). Konsep ini

diterapkan Cina di gugus kepulauan dan karang-karang laut di Laut Cina

dengan pertimbangan pada alasan pertahanan dan keamanan dan

kepentingan ekonomi terutama klaim atas 200 mil laut di sebelah timur

Laut Natuna Besar kedalam wilayah kedaulatan Cina (ZEE Cina).

Akibatnya adalah terjadinya tumpang tindih Zona Ekonomis Esklusif

antara Indonesia dan Cina.

Adjecent Sea merupakan suatu istilah untuk menyebutkan suatu

keadaan dimana terdapat dua negara atau lebih yang letaknya sangat

berdekatan dengan wilayah perbatasan antar negara yang berupa

wilayah laut (Jalal dalam Rachmat: 1996). Namun demikian, dasar klein

adjecent sea ini tidak pernah diberikan penjelasan dan definisi yang

jelas dan akurat dari Cina. Dari sisi hukum laut internasional, klaim Cina

Page 23: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

yang didasari oleh Peta Nasional Cina tahun 1947, Deklarasi Cina tahun

1958 dan Undang-undang Cina tahun 1992 hanyalah didasari dengan

alasan historis belaka dan tidak mengupayakan dan mengedepankan

cara-cara yang dikenal dalam hukum laut internasional yaitu melalui

persetujuan bilateral/multilateral dengan negara-negara tetangga yaitu

Vietnam, Philipina, Malaysia dan Indonesia. Disamping itu, penarikan

garis putus-putus di wilayah Laut Cina Selatan yang menyerupai lidah

naga tidak dikenal dalam rezim hukum laut internasional dalam Konvensi

Hukum Laut 1982.

Pasal 310 Konvensi menentukan bahwa suatu negara diperbolehkan

membuat suatu deklarasi/peryataan dengan maksud untuk

menyelaraskan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

nasional, akan tetapi pernyataan atau deklarasi yang dibuat tersebut

tidak boleh bertentangan dengan semangat dan isi dari Konvensi Hukum

Laut 1982. Dari segi aplikasi, penarikan sembilan garis putus-putus yang

menyerupai lidah naga yang tidak memiliki letak koordinat yang pasti di

wilayah Laut Cina Selatan tidak dikenal dalam rezim penarikan garis

pangkal suatu negara dalam Konvensi Hukum Laut.

Selama hampir satu dekade, klaim wilayah laut oleh Cina di laut Cina

Selatan hampir secara de facto dan de jure tidak ada kontak taktis,

diplomatis dan yuridis dari Cina walaupun Pemerintah Indonesia aktif

dalam melakukan pengusaan de facto dan de jure atas wilayah di ZEE

Laut Natura timur. Klaim Cina tersebut bisa dipatahkan secara hukum

oleh Indonesia, yaitu:

1. Berdasarkan perspektif historis, Deklarasi Juanda pada tahun 1957

yang memasukan wilayah Kepulauan Natuna dan Laut disebelah

luarnya dilaksanakan terlebih dahulu dari pada klaim Cina tahun

1996 tersebut;

2. Berdasarkan perspektif legal, Indonesia memiliki dan telah

menetapkan beberapa peraturan nasional yang merupakan

inkorporasi ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982 yang menjadi

landasan yuridis penetapan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif

Page 24: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Indonesia yaitu, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona

Ekonomi Eksklusif, Undang-Undang 17 tahun 1985 tentang

Ratifikasi Konvensi hukm Laut 1982, Undang-undang Nomor 6

tahun 1996 tentang Perairan Indonesia dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat

Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia yang

memasukan dan menentukan koordinat-koordinat definitif di Laut

natuna;

3. Berdasarkan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan ZEE di

wilayah laut Natuna, Indonesia telah melaksanakannya secara lebih

efektif dibandingkan dengan Cina. Hal ini terbukti dengan

perjanjian-perjanjian kerjasama pengelolaan dan eksplorasi wilayah

ZEE dengan Exxon pada tahun 1997 dan Mobil Oil USA. Sejauh ini,

pemerintah Cina tidak pernah menyampaikan protes terhadap

eksplorasi tersebut baik secara diplomatik dan secara langsung.

Dengan demikian, secara implisit Cina mengakui penguasaan dan

pemanfaatan ZEE di Laut Natuna sebelah timur oleh Indonesia.

Prinsip efetivitas secara de facto ini telah diterima oleh hukum

internasional sebagai suatu jurisprudensi dalam menentukan siapa

pemilik atau siapa yang berdaulat atas suatu wilayah yang menjadi

sengketa.

Dengan demikian, klaim Cina atas wilayah laut di Laut Cina Selatan dan

Laut Natuna tidak sah menurut hukum laut internasional dan posisi

Indonesia secara legal yuridis dan teknis lebih kuat dibandingkan

dengan Cina. Walaupun berpengaruh pada hak berdaulat RI di wilayah

ZEE Laut Cina Selatan namun kenyataannya klaim Cina tersebut tidak

berpengaruh pada pelaksanaan hak berdaulat RI di wilayah ZEE Laut

Cina Selatan.

Kenyataan tersebut berimplikasi pada pelaksanaan hak-hak berdaulat

oleh Indonesia terlebih lagi oleh Daerah. Daerah memiliki landasan

hukum yang kuat dalam melaksanakan kegiatan ekslporasi dan

pemanfaatan laut di sekitar Laut Natuna dan terutama ZEE di sekitar

Page 25: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Laut Natuna. Justru peran daerah terutama Kabupaten Natuna dan Kota

Tanjungpinang menjadi ujung tombak pelaksanaan atau kontrol efektif

atas wilayah Laut Natuna.

Kondisi Kelautan dan Perkembangan Kegiatan Transportasi di

Selat Malaka dan Selat Singapura

Kota Tanjungpinang memiliki posisi secara kelautan di antara Selat

Malaka dan Selat Singapura yang digunakan sebagai selat pelayaran

internasional dengan panjang hampir mencapai 1.000 Km atau kurang

lebih 600 mil. Selat ini menghubungkan dua samudera yaitu Samudera

Hindia dan Samudra Pasifik. Kedua samudera ini merupakan pusat

energi dunia di negara-negara yang berada di Samudera Hindia sebagai

raw material BBM seperti negara-negara Arab dan sebagai pusat

perdagangan dan industri dunia di negara-negara yang berada di

Samudera Pasifik. Secara tidak langsung lalu lintas transportasi energi

dan hasil produksi industri akan melalui Selat Malaka dan Selat

Singapura. Karenanya masyarakat internasional melalui PBB dan IMO

diharuskan untuk ikut bertanggung jawab terhadap selat yang

digunakan sebagai pelayaran internasional. sedangkan negara

Indonesia, Malaysia dan Singapura bertanggungjawab secara langsung

terhadap keselamatan pelayaran dengan mengatur lalulintas (traffic)

transportasi laut dan menetapkan traffic separation scheme di Selat

Malaka dan Selat Singapura. ditentukan bahwa kapal yang melebihi

draft yang disyaratkan disarankan melalui ALKI I Selat Sunda dan ALKI

II Selat Lombok.

Perkembangan lalulintas laut di Selat ini mencapai 7,8 % pertahun

dengan lalulintas rata-rata per tahun mencapai 70.000 unit atau 200

unit per hari dan yang membawa BBM dari timur tengah ke Pasifik

mencapai 20.000 unit per tahun berupa super tanker. Lalulintas laut

dengan intensitas yang tinggi ini menyebabkan adanya pilihan potensi,

peluang, ancaman dan hambatan bagi egara Indonesia dan khususnya

terhadap Kota Tanjungpinang.

Page 26: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Kegiatan lalulintas laut yang melintasi Selat Singapura memiliki

permasalahan dan peluang pendapatan dari pelayanan jasa pelabuhan,

adapun kegiatan tersebut adalah :

1. Transhipment di pelabuhan Singapura, Tanjung Pelepas, Pulau

Batam dan Tanjung Balai Karimun

2. Menuju dari/ke Pelabuhan Singapura, Tanjung Pelepas, Pulau

Batam dan Tanjung Balai Karimun

3. Berlabuh di perairan untuk bunkering BBM, air bersih, ship

chandling, ship to ship, resting area untuk ABK dan sebagainya.

Kegiatan lalulintas laut di Selat Singapura tersebut memiliki

permasalahan dan peluang sebagai berikut :

1. Potensi

Memiliki lokasi strategis yaitu di pelabuhan Singapura, Tg. Pelepas,

Batam, Tg. Balai Karimun dan Sambu, karenanya sebagai antisipasi

Tg. Pelepas dan Singapura telah mengatur ruang perairan di

sepanjang TSS (traffic separation scheme) sebagai kegiatan

pelabuhan.

2. Peluang

Karena keterbatasan tempat labuh (anchorage) kapal di Singapura

dan Tanjung Pelepas maka dilakukan pemanfaatan perairan di

sepanjang jalur TSS untuk peletakkan pipa gas, kabel telkom dan

lain-lain yang tidak teratur.

Evolusi pemanfaatan lahan dan perairan di Singapura yang berubah

mengakibatkan berpindahnya aktivitas ke pelabuhan yang kotor dan

memanfaatkan ruang luas ke Batam dan Tanjung Balai Karimun.

3. Ancaman

Meningkatnya lalulintas laut berpotensi terhadap kecelakaan kapal

(tubrukan) sebagaimana yang telah terjadi beberapa kali tubrukan

kapal pengangkut BBM yang beresiko tumpahnya minyak sehingga

mengakibatkan pencemaran dan kerusakan perairan.

4. Kelemahan

Kelemahan dalam pengelolaan lalulintas laut di Selat Singapura

adalah keterbatasan fasilitas Pelabuhan di Batam, Tanjung Balai

Page 27: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Karimun dan Sambu, kemudian keterbatasan software dan

brainware kepelabuhan di Batam, Tanjung Balai Karimun dan

Sambu.

Strategi pembangunan yang dilakukan untuk mengatasi pelayanan

kegiatan jasa kepelabuhan di sekitar Selat Singapura salah satunya

dengan penyusunan rencana sistem kepelabuhan (Rencana Induk) yang

terintegrasi dengan jalur TSS. Adapun rencana tersebut meliputi :

1. Pengaturan ruang perairan di sepanjang jalur TSS bagi kegiatan

kepelabuhan (seperti Singapura) di sisi Utara jalur TSS secara

terpadu dalam bentuk pengaturan zonsi perairan untuk kegiatan

kepelabuhan.

2. Pengaturan fasilitas kepelabuhan di darat yang harus dibangun

secara terpadu berupa hirarki peran dan fungsi Tanjung Balai

Karimun, Sambu, Batam (Sekupang, Batu Ampar, Nongsa Kabil).

3. Pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalulintas laut di jalur

TSS serta dari dan ke pelabuhan di sekitar kawasan tersebut,

berupa pemanduan kapal dan pemasangan SBNP.

4. Pengembangan dan peningkatan institusi dan sumberdaya manusia

sesuai dengan sistem kepelabuhan yang direncanakan.

Kegiatan perencanaan tersebut merupakan peningkatan kinerja

pelayanan jasa pelabuhan. Peningkatan pelayanan jasa pelabuhan ini

memerlukan dan yang tinggi dan potensial, karenanya dalam

pelaksanaan investasi dapat dijalin kerja sama antara pemerintah,

swasta dan BUMN/D untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Page 28: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Sosial Ekonomi

Struktur perekonomian Kota Tanjungpinang didominasi oleh sektor tersier

yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa-jasa.

Sektor ini memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB daerah

sebesar 63.36 % pada tahun 2008 dan mengalami penurunan pada tahun

2012 menjadi sebesar 62.17%. Fenomena perubahan struktur ekonomi

Kota Tanjungpinang yang terjadi pada sektor tersier menunjukkan

pergeseran yang mengarah pada sektor perdagangan dan pengangkutan

serta sektor jasa-jasa.

Distribusi PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Sektor Tahun 2008 –2012, Atas Dasar Harga Berlaku

Distribusi PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Sektor Tahun 2008 –2012, Atas Dasar Harga Berlaku

2008 2009 2010 2011 2012

SEKTOR PRIMER 2.17 2.00 1.89 1.80 1.74

SEKTORSEKUNDER

34.47 34.93 35.42 36.02 36.09

SEKTOR TERSIER 63.36 63.07 62.70 62.19 62.17

Sumber: Diolah dari Buku PDRB Kota Tanjungpinang 2012

0,00

500.000,00

1.000.000,00

1.500.000,00

2.000.000,00

2.500.000,00

3.000.000,00

3.500.000,00

4.000.000,00

4.500.000,00

2008 2009 2010 2011 2012

Sektor Primer

Sektor Sekunder

Sektor Tersier

Page 29: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Perkembangan tersebut merupakan kecenderungan yang lazim terjadi di

berbagai kota, namun bisa menimbulkan permasalahan jika tidak

diantisipasi berbagai hal berikut, yang pertama, kesiapan infrastruktur Kota

Tanjungpinang dalam mengantisipasi perkembangan sektor ini, karena

dampaknya cukup besar, seperti terhadap konsentrasi penduduk,

kelancaran lalu lintas, masalah lingkungan seperti meningkatnya volume

sampah dan masih banyak lagi. Kedua adalah seberapa besar peran

masyarakat Kota Tanjungpinang dalam sektor ini, sehingga tidak

memberikan keuntungan bagi masyarakat kelompok tertentu dan

masyarakat dari luar Kota Tanjungpinang. Bila hal ini sampai terjadi, maka

yang akan memperoleh manfaat dari kemajuan sektor tersier ini akan

keluar dari Kota Tanjungpinang. Ketiga, terwujudnya Kota Tanjungpinang

sebagai kota perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan di

kemudian hari, seharusnya juga dapat mengangkat dan berdampak positif

bagi sektor lainnya, dan bukan sebaliknya.

Sementara dari jumlah Pasar Tradisional sampai saat ini belum ada

peningkatan hal ini disebabkan pasar yang ada masih memadai baik dari

segi fisik maupun pelayanan terhadap konsumen. Sedangkan pertumbuhan

pasar modern yang mencakup swalayan, mini market terjadi peningkatan

pada tahun 2011 sebanyak 23 unit dibandingkan pada tahun 2010 yang

hanya 21 unit selanjutnya pada tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 27

unit. Hal ini disebabkan tingginya tingkat investasi dan kemampuan para

wiraswasta baru dalam menciptakan peluang usaha seiring dengan

pertumbuhan penduduk.

Adapun sektor primer (pertanian dan pertambangan), selama kurun waktu

2008 hingga 2012 mengalami penurunan. Apabila pada tahun 2008 sektor

ini masih memberikan peran 2.17 %, maka di tahun 2012 sektor ini hanya

memberikan kontribusi sebesar 1.89 %. Semakin menurunnya peran sektor

ini lebih disebabkan pada semakin menyempitnya lahan untuk pertanian

dan peternakan yang berdampak pada peralihan kegiatan perekonomian

masyarakat ke sektor lainnya, khususnya perdagangan dan jasa sehingga

menyebabkan menurunnya produktifitas pada sektor ini.

Page 30: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Sektor sekunder, khususnya dari sektor industri pengolahan dan bangunan

masih cukup besar peranannya terhadap PDRB Kota Tanjungpinang dan

proporsinya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama untuk

sektor bangunan dimana sejak ditetapkannya Kota Tanjungpinang sebagai

ibukota Provinsi Kepulauan Riau dan seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk, maka kebutuhan akan rumah semakin meningkat juga,

sehingga sektor bangunan pada Tahun 2012 menjadi sektor kedua terbesar

kontribusinya dalam pembentukan PDRB Kota Tanjungpinang setelah

sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bila pada tahun 2008 kontribusi

sektor sekunder mencapai 34.47 %, pada tahun 2012 kontribusinya

meningkat menjadi 36.09 %. Masih tingginya peran sektor industri

pengolahan ini perlu mendapat perhatian, terutama keterkaitannya dengan

semakin menurunnya peran sektor primer. Ini dapat menggambarkan

bahwa dominasi bahan baku untuk industri khususnya industri makanan

berasal dari luar wilayah. Bila hal ini terjadi, maka ketergantungan pada

daerah lain akan semakin meningkat, sedangkan dari sisi biaya produksi

akan memicu kenaikan yang berdampak pada daya saing hasil industri

pengolahan dari Kota Tanjungpinang.

Kondisi daerah yang baik harus didukung dengan kestabilan dan

pertumbuhan perekonomian yang baik pula. Dalam kurun waktu 5 tahun

terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang mengalami

perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukkan dengan

pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang yang mencapai 7.09% pada

tahun 2012, dimana nilai pertumbuhan tersebut berada diatas

pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sekitar 6.23 %. Hal ini bisa

terjadi karena langkah-langkah yang dilakukan oleh pelaku ekonomi baik

pemerintah maupun pihak swasta dengan berbagai inovasi program dan

ide-ide yang tepat sehingga memacu seluruh sektor-sektor ekonomi

mencapai hasil yang maksimal.

Selama periode tiga tahun terakhir, pertumbuhan tertinggi terjadi pada

tahun 2012 mencapai 7,09 %, menurut perhitungan BPS Kota

Tanjungpinang hal ini disebabkan seiring dengan membaiknya kondisi

Page 31: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

finansial global meskipun tetap perlu diantisipasi adanya kemungkinan

krisis baru.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tanjungpinang Tahun 2008 –2012 atas dasar harga konstan tahun 2000

dari Buku PDRB Kota Tanjungpinang 2012

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tanjungpinang Tahun 2008–2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

2009 2010 2011 2012

SEKTOR PRIMER 2.91 2.80 3.46 3.57

SEKTOR SEKUNDER 7.29 7.61 7.85 8.22

SEKTOR TERSIER 6.91 6.90 6.68 6.48

LPE 6.97 7.08 7.06 7.09Sumber: Diolah dari Buku PDRB Kota Tanjungpinang 2012

Pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang ke depan membutuhkan

pondasi ekonomi yang lebih kuat lagi, sehingga pertumbuhan yang ada

dapat stabil dan memiliki kecenderungan yang meningkat. Berdasarkan

data terakhir, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi justru sektor

sekunder (tumbuh sebesar 8.22 %), sedangkan sektor tersier tumbuh

sebesar 6.48 % dan primer hanya 3.57 %. Tingginya pertumbuhan sektor

sekunder disebabkan oleh pertumbuhan yang tinggi pada sektor

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2009 2010 2011 2012

Pe

rse

nta

se

SEKTOR PRIMER

SEKTOR SEKUNDER

SEKTOR TERSIER

LPE

Page 32: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

bangunan/konstruksi. Sedangkan pada sektor tersier, pertumbuhan

tertinggi ditemukan pada sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sosial Budaya

Etnis merupakan suku bangsa yang menempati suatu wilayah. Mayoritas

etnis yang ada di seluruh kelurahan yang ada di Kota Tanjungpinang

adalah etnis melayu yang merupakan suku asli dari daerah Kepulauan

Riau, kemudian ada beberapa kelurahan yang mayoritas etnis yang ada

di Kelurahan tersebut berasal dari suku Jawa yaitu Kelurahan Sei Jang,

Batu Sembilan dan Pinang Kencana, sedangkan kelurahan yang

mayoritas etnisnya berasal dari Tionghoa yaitu Kelurahan

Tanjungpinang Kota, Kelurahan Senggarang dan Kelurahan Kemboja.

Dengan luas wilayah 239.50 Km2, berdasarkan sensus penduduk pada tahun

2012, Kota Tanjungpinang dihuni oleh 229.396 jiwa, dengan sex ratio

penduduk laki-laki terhadap perempuan sebesar 96.52. Jumlah ini

mengalami penurunan sebesar 984 jiwa dari tahun 2011 yang mencapai

230.380 jiwa, hal ini menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Tanjungpinang disebabkan adanya pemutakhiran data penduduk

Tahun 2011. Menurut perhitungan BPS, laju pertumbuhan penduduk (LPP)

Kota Tanjungpinang dalam 5 tahun terakhir menempati posisi kedua setelah

Kota Batam dengan nilai rata-rata sebesar 5.48%, dengan laju pertumbuhan

rata-rata tertinggi di kecamatan Tanjungpinang Timur sebesar 13.54% dan

terendah di Kecamatan Bukit Bestari sebesar 2.09% .

Jumlah Penduduk Kota Tanjungpinang 2010-2012 (Jiwa)

NO KECAMATANLUAS

(Km2)2010 2011 2012

1 BUKIT BESTARI 69,00 61.873 63.800 62.970

2 TPI TIMUR 83,50 75.419 81.452 83.890

3 TPI KOTA 52,50 23.253 23.635 23.490

4 TPI BARAT 34,50 60.137 61.493 59.546

KOTA TANJUNGPINANG 239,50 220.682 230.380 229.896

Sumber: Tanjungpinang Dalam Angka Tahun 2010-2012

Page 33: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang 2010-2012 (Jiwa/Km2)

NO KECAMATAN 2010 2011 2012

1 BUKIT BESTARI 897 925 912.61

2 TPI TIMUR 903 975 998.68

3 TPI KOTA 443 450 447.43

4 TPI BARAT 1.743 1.782 1.725.97

KOTA TANJUNGPINANG 921 962 957.81

Sumber: Tanjungpinang Dalam Angka Tahun 2010-2012

Pariwisata

Sejalan dengan arahan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau yang

diimplementasikan ke dalam 6 (enam) Unit Pengembangan Wilayah

Pariwisata, Kota Tanjungpinang termasuk ke dalam Unit Pengembangan

Wilayah Pariwisata B (Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan),

dengan pengembangannya diarahkan pada pengembangan wisata

budaya/sejarah/religi, wisata belanja dan wisata kuliner.

Alokasi lahan untuk kegiatan wisata budaya/sejarah/religi

diarahkan di lokasi-lokasi wisata yang telah ada, yaitu Pulau

Penyengat, Kota Piring, Pulau Bayan, Klenteng Senggarang,

Kawasan Makam Sultan Yang Dipertuan Muda, Taman Budaya,

Pulau Basing dan Kawasan Kota Rebah. Untuk wisata belanja

dan kuliner diarahkan pada kawasan pusat kota (Kota Lama dan

Kawasan Senggarang) dengan fungsi utama sebagai salah satu pintu

gerbang dan pusat transit wisatawan di wilayah Pulau Bintan.

Selain itu, beberapa potensi wisata alam yang dapat dikembangkan di

Kota Tanjungpinang diarahkan pada pengembangan potensi ekowisata

dan wisata bahari. Berdasarkan potensi yang dimiliki maka rencana

pengembangan kawasan ekowisata dan wisata bahari adalah sebagai

berikut :

1) Pengembangan Ekowisata

Ekowisata yang terdapat di Kota Tanjungpinang berupa wisata

hutan mangrove dan hutan wisata. Kawasan wisata mangrove di

Kota Tanjungpinang terdapat di Sungai Dompak, Sungai Terusan,

Page 34: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Sungai Carang, dan Sungai Gesek. Sedangkan kawasan hutan

wisata di Kota Tanjungpinang direncanakan di Bukit Manuk.

2) Pengembangan Wisata Bahari

Kawasan di sekitar Kota Tanjungpinang yang direncanakan untuk

dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari meliputi Pulau

Tekulai, Pulau Sekatap, Pantai Kelam Pagi, Tanjung Siambang dan

Pulau Los.

Potensi wisata lainnya yang merupakan salah satu daya tarik

pariwisata Kota Tanjungpinang yang dapat dikembangkan adalah

wisata kuliner. Wisata kuliner di Kota Tanjungpinang terdapat di

Pantai Barat Kota Tanjungpinang (tepi laut), Kota Lama

Tanjungpinang, dan Kawasan Senggarang.

Jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Kota Tanjungpinang secara

riil belum dapat ditampilkan, hal ini disebabkan kunjungan wisatawan

lokal/domestik melalui banyak pintu masuk yang kedatangannya sulit

untuk diperoleh. Namun jika diambil parameter kunjungan ke suatu

tempat wisata misalnya di lokasi Wisata Sejarah Pulau Penyengat bisa

dikatakan jumlah kunjungan wisatawan domestik selalu meningkat dari

tahun ke tahun terutama pada hari-hari besar keagamaan dan musim

libur sekolah.

Sementara untuk jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota

Tanjungpinang mengalami pasang surut. Hal ini lebih disebabkan oleh

efek krisis ekonomi global yang melanda dunia yang berimbas secara

langsung pada sektor pariwisata. Pada tahun 2008 jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara telah melampaui target yang ditetapkan,

sementara untuk tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan jumlah

kunjungan yang diperkirakan akibat krisis global. Dan pada tahun 2011

jumlah kunjungan wisatawan mengalami sedikit peningkatan akibat

telah teratasinya krisis global. Dan sampai akhir tahun 2012 jumlah

kunjungan wisatawan telah mencapai angka 40.170 kunjungan dan

Page 35: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

diharapkan sampai akhir tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara akan lebih meningkat lagi.

Kunjungan Wisatawan Tahun 2008-2012

Sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB secara umum tidak terlalu

besar. Pada tahun 2008 sektor pariwisata (hotel, restoran, dan jasa

hiburan) memberi kontribusi pada PDRB Kota Tanjungpinang sebesar

Rp.82.133,23 (dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2009 meningkat

menjadi Rp.87.341,27 (dalam jutaan rupiah) dan terus meningkat pada

tahun 2010 menjadi Rp.91.882,84 (dalam jutaan rupiah). Melihat trend

angka-angka tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi

peningkatan secara kontinyu dan konsisten kontribusi sektor pariwisata

pada PDRB Kota Tanjungpinang.

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan Kota Tanjungpinang

sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Industri serta Pusat Budaya

Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis sejahtera Lahir dan

Bathin Pada Tahun 2020, maka pembangunan disektor parawisata

harus terus ditingkatkan. Kota Tanjungpinang merupakan wilayah yang

dikelililingi oleh lautan, namun walaupun demikian pemanfaatan

terhadap potensi lautan untuk kawasan wisata di Kota Tanjungpinang

belum bisa dilakukan secara optimal, belum ada satu kelurahan yang

memanfaatkan lautan untuk tujuan wisata laut.

2008 2009 2010 2011 2012

Kunjungan 114.615 96.267 90.370 95.467 40.170

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

Page 36: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Objek wisata yang ada di Kota Tanjungpinang, diantaranya merupakan

wisata sejarah dan agama, hal ini dikarenakan Kota Tanjungpinang

menurut sejarah dulunya merupakan pusat kerajaan Riau Lingga.

Peninggalan sejarah ini bisa dilihat di Kelurahan Penyengat Kecamatan

Tanjungpinang Kota. Peninggalan sejarah yang masih ada diantaranya

yaitu Gedung lstana, Kantor Gedung Tengku Bilik, Mesjid Penyengat,

Makam Engku Putri dan Makam Raja Haji. Keberadaan peninggalan

bersejarah itu perlu dijaga kelestariannya agar tidak mengalami

kepunahan karena merupakan salah satu daya tarik yang mampu

menarik minat wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk

datang ke Tanjungpinang. Selain di Kelurahan Penyengat, wisata

agama lainnya ada di kelurahan Senggarang, dikelurahan tersebut

terdapat Klenteng yang menjadi tempat yang wajib dikunjungi oleh

masyarakat Kong hu cu baik dari Kota Tanjungpinang maupun umat

Kong hu cu dari luar negeri seperti dari Singapura dan Malaysia.

Potensi wisata sejarah dan agama lainnya yang bisa dikembangkan

yaitu Makam Sultan Sulaiman dan Biram Dewa di Kelurahan Batu

sembilan dan Komplek Makam Belanda di Kelurahan Kemboja

Kecamatan Tanjungpinang Barat. Selain wisata sejarah dan Agama, di

Kelurahan Air Raja Kecamatan Tanjungpinang Timur terdapat taman

rekreasi yang cukup potensial dikembangkan, yaitu Taman Rekreasi

Hanaria, yang mengoleksi berbagai binatang diantaranya burung

kasuari, danau buatan dan kolam renang.

Obyek Wisata Di Kota Tanjungpinang

Kecamatan Objek Wisata Jenis Objek Wisata

Tanjungpinang TimurMakam Sultan Sulaiman danBiram Dewa

Sejarah/Budaya/Agama

Taman Rekreasi Hanaria Wisata Alam/Buatan

Tanjungpinang Kota

Gedung Istana Sejarah/Budaya/Agama

Kantor Gedung Tengku Bilik Sejarah/Budaya/Agama

Mesjid Penyengat Sejarah/Budaya/Agama

Makam Engku Putri Sejarah/Budaya/Agama

Makam Raja Haji Sejarah/Budaya/Agama

Kelenteng Senggrang Sejarah/Budaya/Agama

Page 37: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Kecamatan Objek Wisata Jenis Objek Wisata

Tanjunpinang Barat Kuburan Belanda Sejarah/Budaya/Agama

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang Tahun 2008

Potensi pariwisata merupakan obyek dan daya tarik wisata yang belum

mendapatkan penanganan sehingga secara ekonomi dan sosial belum

memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat maupun bagi Kota

Tanjungpinang. Untuk itu pembangunan kepariwisataan di Kota

Tanjungpinang perlu lebih mendapat perhatian mengingat Kota

Tanjungpinang merupakan wilayah bahari yang memiliki potensi

pengembangan wisata bahari.

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Yang Datang Melalui PelabuhanTanjungpinang Berdasarkan Kewanegaraan dan Fasilitas Kunjungan Tahun2005-2008

No Kewarganegaraan UsahaSosial

BudayaWisata

PasporDiplomatik/

Dinas

BebasVisa

Jumlah

1 Singapura 605 44 0 1 83.552 84.202

2 Inggris 46 0 3 0 798 847

3 Malaysia 95 25 0 0 15.821 15.941

4 USA 7 0 7 0 823 837

5 Australia 6 4 4 0 698 712

6 Jepang 14 2 0 0 209 225

7 Taiwan 4 1 10 0 193 208

8 Jerman 4 2 4 0 632 642

9 Philipina 2 0 0 0 707 709

10 Perancis 13 1 10 0 526 550

11 Belanda 9 0 2 0 314 325

12 Kanada 10 0 0 0 204 214

13 Korea selatan 5 3 4 0 1.649 1.661

14 Thailand 1 0 0 0 157 158

15 Selandia Baru 0 0 0 0 110 110

16 Lainnya 135 55 141 0 6.648 6.979

2008 956 137 185 1 113.041 114.320

2007 960 324 266 2 117.956 119.513

2006 915 381 387 6 128.043 129.732

2005 991 784 566 1 138.185 142.095

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang Tahun 2008

Page 38: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Persentase Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung Ke TanjungpinangTahun 2008

No Negara AsalJumlah Wisatawan

Mancanegara (jiwa)Persentase (%)

1 Singapura 84.220 73,67

2 Inggris 847 0,74

3 Malaysia 15.941 13,94

4 USA 837 0,73

5 Australia 712 0,62

6 Jepang 225 0,20

7 Taiwan 208 0,18

8 Jerman 642 0,56

9 Philipina 709 0,62

10 Perancis 550 0,48

11 Belanda 325 0,28

12 Kanada 214 0,19

13 Korea selatan 1.661 1,45

14 Thailand 140 0,12

15 Selandia Baru 110 0,10

16 lainnya 6.979 6,10

Jumlah 114.320 100,00

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang Tahun 2008

Kawasan Kepurbakalaan Pulau Penyengat

Pulau Penyengat1 terletak di sebelah Barat Kota Tanjungpinang dan

Pulau Bintan merupakan pulau yang sarat dengan peninggalan sejarah.

Secara astronomis Pulau Penyengat terletak pada 0056’ Lintang Utara

dan 104029’ Bujur Timur. Pulau penyengat panjangnya 2 km dan

lebarnya kurang dari 1 km2 dengan waktu 10 s.d 20 tempuh dari

Dermaga Tanjungpinang Kondisi geogafisnya berbukit terdiri dari pasir

bercampur kerikil, dan pantainya pada umumnya landai dan berbatu. Di

Pulau Penyengat terdapat beberapa kampung yang tergabung da-lam

satu desa atau Kepenghuluan Pulau Penyengat. Penduduknya sebagian

besar bersuku Melayu, dan berbahasa Melayu Riau. Mata pencaharian

1 Menurut informasi dari masyarakat, kata penyengat berasal dari binatang sejenis lebah yang menyengat,karena dulunya para pelaut sering mengambil air tawar yang benyak tersedia dipulau itu. Nama penyengatdikaitkan dengan peristiwa para pealut waktu mengambil air diserang oleh penyengat sejenis lebah. Makasejak itu nama penyengat menjadi nama dari pulau itu. Sewaktu menjadi pusat kerajaan melayu pulau inidinamakan Pulau Penyengat Indera Sakti. Untuk lebih jelasnya baca R. Hamzah Yunus, “ Peninggalan-Peninggalan Sejarah di Pulau Penyengat, (Tanjungpinang: 2003).

2 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, op-cit. Hal. 137

Page 39: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

penduduk antara lain: nelayan, buruh lepas, pegawai negeri, pegawai

swasta dan rata-rata bekerja di Tanjungpinang.

Pulau Penyengat juga merupakan salah satu benteng pertahanan oleh

Raja Kecil atas serangan Sultan Sulaiman yang berkedudukan di Hulu

Sungai Riau tahun 1719. Kemudian Peran benteng yang terdapat di

Pulau Penyengat (benteng Bukit Kursi, benteng Tanjungnibung,dan

benteng Bukit Penggawa) sangat besar artinya bagi Kerajaan Melayu

Riau sebagai tempat pertahanan yang sangat strategis saat perang

antara Kerajaan Riau dengan Belanda (1782-1784).3 Tahun 1803,

setelah pernikahan antara Sultan Mahmud Syah dengan Engku Puteri

Raja Hamidah binti Raja Haji, Pulau Penyengat dijadikan tempat tinggal

dan dikenal dengan nama Pulau Penyengat Indera Sakti atau Pulau

Maskawin. Istilah Pulau Maskawin, karena pulau ini merupakan

maskawin Sultan Mahmud Syah untuk Engku Puteri Raja Hamidah.

Pada tahun 1803 Pulau Penyengat dipergunakan sebagai tempat

kedudukan Kerajaan Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga, dan

pada tahun 1900 baru dipergunakan sebagai tempat Kesultanan Riau-

Lingga. 4

Pada tahun 1911 peranan Pulau Penyengat berakhir pada saat Sultan

Riau-Lingga terakhir (Abdul Rahman Muazam Syah) meninggalkan pulau

tersebut mengungsi ke Singapura, dikarenakan tidak bersedian

menandatangani kontrak dan perjanjian yang menghilangkan hak dan

kekuasaan Sultan dan pembesar-pembesarnya oleh Belanda. Maka

untuk menghindari perampasan oleh Belanda atas semua harta benda

termasuk istana, gedung-gedung dan lainnya milik kerajaan dan

pejabat-pejabat lainnya Sultan dan pembesar-pembesarnya

memerintahkan kepada rakyatnya yang tinggal di Pulau Penyengat

menghancurkan bangunan-bangunan yang ada untuk tidak dikuasai oleh

3 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, “Panduan Benda Cagar Budaya Kota Tanjungpinang” (Tanjungpinang:2005). Hal. 13

4 Ibid.

Page 40: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Belanda. Sekarang tinggal beberapa bangunan yang masih tersisa

diantaranya: Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, empat buah

kompleks makam raja, dua bekas istana dan beberapa gedung,

benteng, sumur/perigi dan runtuhan bangunan lainnya. Peninggalan

kepurbakalaan di Pulau Penyengat mencakup peninggalan pada masa

Kerajaan Malayu Riau Lingga. Peninggalan disini mencakup bangunan

dan makam.

No Nama Situs Alamat

1. Masjid Sultan RiauKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

2.Kompleks Makam Raja Haji fi Sabilillah (YDMRIV)

Bukit Bahjah Kel. PenyengatKec. Tanjungpinang Kota

3.Kompleks Makam Engku Puteri Raja Hamidah(Permaisuri Sultan Mahmudsyah III)

Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

4.Kompleks Makam Raja Jaa’far (YDMR VI) danRaja Ali

Jalan Raja Jaafar Kel.Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

5.Kompleks Makam Raja Abdurrahman (YDMRVII)

Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

6.Kompleks Makam Embung Fatimah (PermaisuriYDMR X Raja Muhammad Yusuf)

Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

7. Istana Engku BilikKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

8.Situs Istana Kedaton (Istana SultanAbdurrahman Muazzamsyah)

Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

9. Gedung HakimKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

10.Kompleks Situs Istana Bahjah ( Dapur Umum,Istana Bahjah dan Taman Pantai)

Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

11. Istana Ali Marhum KantorKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

12. Gedung Tabib Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

13. Gudang Mesiu Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

14. Perigi PutriKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

15.Situs Tapak Percetakan Kerajaan dan RusydiahClub

Kel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

16. Benteng Bukit KursiKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

17. Benteng Bukit PenggawaKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

18. Kompleks Makam BaqaKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

19. Kompleks Makam Datuk Kaya MaiparKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

20. Saluran LamaKel. Penyengat Kec.Tanjungpinang Kota

1. Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat

Page 41: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat

Penyengat, Kecamatan Tanjung

tahun 1832 semasa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VI Raja

Jaafar (1806

Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rachman (Marhum Ka

Bulang) 1833

ditopang oleh 4 buah tiang dbeton. Pada keempat sudut bangunan

dibuat menara tempat bilal mengumandangkan azan. Terdapat pula

13 buah kubah, jumlah kubah dan menara 17 buah melambangkan

rakaat shalat.

Penyengat pembangunan masjid juga menggunakan putih telur

yang dicampur kapur, pasir, dan tanah liat untuk memperkuat

struktur dinding /tembok. Luas lahan 54,5x23,5 m dengan dikelilingi

tembok. Pint

Di sebelah kiri dan kanan masjid terdapat bangunan yang disebut

Rumah Sotoh.

5 Ibid. Hal. 13. Baca Juga Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006), op6 Pemerintahan Kota Tanjungpinang. (Tanjungpinang

Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat terletak di Kelurahan

Penyengat, Kecamatan Tanjung-pinang Kota. Masjid dibangun pada

tahun 1832 semasa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VI Raja

Jaafar (1806-1831) dan dilanjutkan pada masa pemerintahan Yang

Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rachman (Marhum Ka

Bulang) 1833-1844.5 Bangunan utama berukuran 20 x 18 m yang

ditopang oleh 4 buah tiang dbeton. Pada keempat sudut bangunan

dibuat menara tempat bilal mengumandangkan azan. Terdapat pula

13 buah kubah, jumlah kubah dan menara 17 buah melambangkan

kaat shalat. Berdasarkan informasi dari masyarakat Pulau

Penyengat pembangunan masjid juga menggunakan putih telur

yang dicampur kapur, pasir, dan tanah liat untuk memperkuat

struktur dinding /tembok. Luas lahan 54,5x23,5 m dengan dikelilingi

tembok. Pintu utama di bagian depan mempunyai 13 anak tangga.

Di sebelah kiri dan kanan masjid terdapat bangunan yang disebut

Rumah Sotoh. 6

Ibid. Hal. 13. Baca Juga Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006), op-Pemerintahan Kota Tanjungpinang. (Tanjungpinang: 2005). Hal. 13

terletak di Kelurahan

pinang Kota. Masjid dibangun pada

tahun 1832 semasa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VI Raja

1831) dan dilanjutkan pada masa pemerintahan Yang

Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rachman (Marhum Kampung

Bangunan utama berukuran 20 x 18 m yang

ditopang oleh 4 buah tiang dbeton. Pada keempat sudut bangunan

dibuat menara tempat bilal mengumandangkan azan. Terdapat pula

13 buah kubah, jumlah kubah dan menara 17 buah melambangkan

Berdasarkan informasi dari masyarakat Pulau

Penyengat pembangunan masjid juga menggunakan putih telur

yang dicampur kapur, pasir, dan tanah liat untuk memperkuat

struktur dinding /tembok. Luas lahan 54,5x23,5 m dengan dikelilingi

u utama di bagian depan mempunyai 13 anak tangga.

Di sebelah kiri dan kanan masjid terdapat bangunan yang disebut

-cit. Hal. 140.

Page 42: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

2. Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau IV Raja Haji

Fisabilillah (Marhum Teluk Ketapang)

Raja haji Fisabilillah merupakan anak dari Daeng Celak (YDMR IV).

semasa hidupnya dikenal sebagai Yang Dipertuan Muda Riau IV

(1777-1794). Dia dilantik oleh Datu bendahara Tun Abdul Majid di

Pahang mewakili Sultan Mahmudsyah III.7 Sebagai Yang dipertuan

Muda juga membangun Istana Kota Piring di Pulau Beram Dewa,

dan meninggal di Teluk Ketapang dalam peperangan lautnya

melawan armada Belanda di bawah pimpinan Jacob van Braam.

Peperangan Raja Haji beserata pasukannya melawan armada

Belanda ini dikenal dengan sebutan Perang Riau, dan merupakan

peperangan bahari yang sangat besar pada saat itu.8

Makam Raja Haji sebelum dipindahkan oleh anaknya Raja Jakfar

Yang Dipertuan Muda VI (1844-1857) ke Pulau Penyengat di Bukit

Bahjah, makam beliau terletak di Malaka. Makam tersebut pernah

dipugar pada tahun 1972, dan dipugar kembali oleh Pemda Tk.II

Kabupaten Kepulauan Riau pada tahun 1986. Atas jasa-jasanya

dalam upaya melindungi dan membela negeri pada perang bahari,

oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui keputusan Presiden RI

Nomor: 072/TK/1997 tanggal 11 Agustus menganugerah-kan

Pahlawan Nasional kepada Raja Haji fi Sabilillah.9

Sebagai penghargaan dan penghormatan kemudian Pemerintah

Daerah Tk. II Kabupaten Kepulauan Riau pada tahun 1997

membangun sebuah monumen di Tanjungbuntung Kota

Tanjungpinang. Di atas monumen tersebut di-bangun lima patung

dan diantaranya patung Raja Haji fi Sabilillah sedang memedang

badiik terhunus dan teracung ke laut.

7 M. Amin Yacob, op-cit. Hal. 93-94.8Ahmad Yusuf. Et-al, Op.cit. hal. 92-93.9 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006). Hal. 141.

Page 43: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Namun pada tahun 2004 patung tersebut patah dan jatuh.

Pemerintah Kota Tanjungpinang kemudian mengganti seluruh

patung tersebut dengan bangunan baru, namun keberadaannya

tetap mencitraka

pasukannya dalam perang melawan Belanda yang dikenal dengan

Perang Riau.

Namun pada tahun 2004 patung tersebut patah dan jatuh.

Pemerintah Kota Tanjungpinang kemudian mengganti seluruh

patung tersebut dengan bangunan baru, namun keberadaannya

tetap mencitrakan perjuangan Raja Haji fi Sabilillah beserta

pasukannya dalam perang melawan Belanda yang dikenal dengan

Perang Riau.

Namun pada tahun 2004 patung tersebut patah dan jatuh.

Pemerintah Kota Tanjungpinang kemudian mengganti seluruh

patung tersebut dengan bangunan baru, namun keberadaannya

n perjuangan Raja Haji fi Sabilillah beserta

pasukannya dalam perang melawan Belanda yang dikenal dengan

Page 44: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

3. Makam Engku Puteri Raja Hamidah, Permaisuri Sultan Riau

III Sultan Mahmud Syah

Makam Engku Puteru Raja Hamidah, terletak di Pulau Penyengat,

Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota

Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau. Engku Putri Raja Hamidah

adalah anak Raja Haji fi Sabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV.10

Ketika terjadi pepe-rangan Raja Haji tewas melawan Belanda,

kemudian perlawanan dilanjutkan oleh Raja Ali ibni Daeng Kemboja

dan membawa Engku Putri Raja Hamidah ke Sukadana dan Siantan,

Mempaweh, Kalimantan Barat hingga kembali di Pulau Penyengat

pada tahun 1844. Setelah pernikahan Engku Putri Raja Hamidah

dengan Sultan Mahmudsyah III, dan Pulau Penyengat sebagai

maskawinnya maka yang sebelumnya sebagai kubu pertahanan,

Pulau penyengat menjadi tempat kediaman permaisuri Sultan

Kerajaan Riau-Lingga.

Engku Putri dikenal sebagai pemegang regalia (alat-alat pusaka)

kerajaan11, dan dalam adat istiadat merupakan tokoh kunci yang

melegitimasi pengangkatan seorang sultan. Perkawinannya juga

merupakan simbol pemersatu bagi pihak yang bertikai karena ulah

Belanda pada masa kekacauan antara Riau dan Belanda sekitar

tahun 1782-1784. Beliau meninggal pada 29 Rajab 1260 Hijirah.12

Selain Makam Engku Putri pada kompleks makam tersebut terdapat

makam Makam Raja Ali Haji yang terkenal dengan karyanya

Gurindam Dua Belas dengan Kitab pengetahuan bahasa dan Butanul

Al Katibin, dan telah dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional. Di

kompleks tersebut terdapat pula makam Raja Ahmad, Raja Abdullah

YDM Riau IX, Raja Abdullah (Abu Muhammad Adnan), Raja Aisyah,

dan Encik Maryam dan makam lainnya. Makam Raja Hamidah

Engku Putri terletak di daerah yang disebut "Dalam Besar".

10 M. Amin Yacob. op-cit. Hal 9711 Aswandi Syafri dan Raja Murad, “Cogan : Regalia kerajaan Johor-Riau-Lingga dan Pahang” (Tanjungpinang:2006). Hal. 7.12 Hasan Yunus 2003 hal. 53..

Page 45: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Makamnya berada di dalam bangunan cungkup beton di sekitarnya

dibatasi dengan tembok keliling di dalam cungkup. Di luar cungkup

terdapat makam

makam yang ada

gada untuk laki

4. Kompleks Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VI Raja

Ja’far

Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VI Raja Ja’far terletak di Pulau

Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota

Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau.

Muda Riau VI adalah raja Riau yang mengembangk

di Singkep, masa pemerintahannya berlangsung pada saat Belanda dan

Inggris memperebutkan wilayah jajahan. Beliau meninggal di Daik

dan kemudian dimakamkan di Pulau Penyengat. Raja Ja’far memerintah

pada tahun 1805

VIII yang memerintah pada tahun 1845

13 R. Hamzah Yunus, op-cit. Hal. 15

Makamnya berada di dalam bangunan cungkup beton di sekitarnya

dibatasi dengan tembok keliling di dalam cungkup. Di luar cungkup

terdapat makam-makam yang dibatasi oleh dinding tembok. Seluruh

makam yang ada nisannya menggunakan batu andesit dengan tipe

gada untuk laki-laki dan pipih untuk wanita.

Kompleks Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VI Raja

Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VI Raja Ja’far terletak di Pulau

Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota

Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau. Raja Ja’far atau Yang Dipertuan

Muda Riau VI adalah raja Riau yang mengembangkan pertambangan timah

di Singkep, masa pemerintahannya berlangsung pada saat Belanda dan

Inggris memperebutkan wilayah jajahan. Beliau meninggal di Daik

dan kemudian dimakamkan di Pulau Penyengat. Raja Ja’far memerintah

pada tahun 1805-1832. Sedangkan Raja Ali adalah Yang Dipertuan Muda

VIII yang memerintah pada tahun 1845- 1857.13

cit. Hal. 15-16.

Makamnya berada di dalam bangunan cungkup beton di sekitarnya

dibatasi dengan tembok keliling di dalam cungkup. Di luar cungkup

makam yang dibatasi oleh dinding tembok. Seluruh

nisannya menggunakan batu andesit dengan tipe

Kompleks Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VI Raja

Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VI Raja Ja’far terletak di Pulau

Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota

Raja Ja’far atau Yang Dipertuan

an pertambangan timah

di Singkep, masa pemerintahannya berlangsung pada saat Belanda dan

Inggris memperebutkan wilayah jajahan. Beliau meninggal di Daik-Lingga

dan kemudian dimakamkan di Pulau Penyengat. Raja Ja’far memerintah

an Raja Ali adalah Yang Dipertuan Muda

Page 46: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Di dalam komplek makam ini terdapat pula makam Raja Ali atau Yang

Dipertuan Muda Riau VIII (1844

Makam kedua tokoh ini berdamping

sebuah bangunan dengan atap berbentuk kubah. Pada bagian luar

terdapat ‘kolah’ atau tempat air untuk bersuci. Kedua Nisan makam raja ini

berupa nisan berbentuk gada.

5. Kompleks Makam Yang Dipertuan Muda

Raja Abdul Rahman

Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VII Raja Abdul Rahman

terletak pada sebuah lereng bukit sekitar 300 meter dari masjid

Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau.

Raja Abdul Rahman adalah Yang Dipertuan Muda Ke VII yang

memerintah pada tahun 1832

Dipertuan Muda Riau VII dikenal dengan sebutan Marhum Kampung

Bulang. Menurut catatan sejarah Masjid Sultan Riau Pulau

14 Ibid. baca juga, M. Amin Yacob, op

Di dalam komplek makam ini terdapat pula makam Raja Ali atau Yang

Dipertuan Muda Riau VIII (1844-1857). Raja Ali ini anak dari Raja Haji.

Makam kedua tokoh ini berdampingan. Kedua makam ini berada di dalam

sebuah bangunan dengan atap berbentuk kubah. Pada bagian luar

terdapat ‘kolah’ atau tempat air untuk bersuci. Kedua Nisan makam raja ini

berupa nisan berbentuk gada.

Kompleks Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VII

Raja Abdul Rahman

Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VII Raja Abdul Rahman

terletak pada sebuah lereng bukit sekitar 300 meter dari masjid

Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau.

Abdul Rahman adalah Yang Dipertuan Muda Ke VII yang

memerintah pada tahun 1832-1844. Setelah meninggal Yang

Dipertuan Muda Riau VII dikenal dengan sebutan Marhum Kampung

Bulang. Menurut catatan sejarah Masjid Sultan Riau Pulau

Ibid. baca juga, M. Amin Yacob, op-cit. Hal. 93-94.

Di dalam komplek makam ini terdapat pula makam Raja Ali atau Yang

1857). Raja Ali ini anak dari Raja Haji.14

an. Kedua makam ini berada di dalam

sebuah bangunan dengan atap berbentuk kubah. Pada bagian luar

terdapat ‘kolah’ atau tempat air untuk bersuci. Kedua Nisan makam raja ini

(Raja) Riau VII

Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau VII Raja Abdul Rahman

terletak pada sebuah lereng bukit sekitar 300 meter dari masjid

Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau.

Abdul Rahman adalah Yang Dipertuan Muda Ke VII yang

1844. Setelah meninggal Yang

Dipertuan Muda Riau VII dikenal dengan sebutan Marhum Kampung

Bulang. Menurut catatan sejarah Masjid Sultan Riau Pulau

Page 47: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Penyengat dibangun oleh Yang

Abdul Rahman).

Kompleks makam Raja Abdul Rahman terletak pada sebuah tanah

yang berbukit. Di kompleks makam ini terdapat 50 makam lainnya

yang terbagi menjadi dua bagian yaitu makam

terdapat di dalam pagar tembo

di luar tembok. Makam Raja Abdul Rahman terletak di depan pintu

gerbang dan posisinya di tengah arah pandang pintu gerbang. Jirat

dan nisannya terbuat dari batu granit. Nisannya ditutupi dengan

kain kuning sebagai tanda berk

6. Makam Embung Fatimah

Makam Embung Fatimah terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan

Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Propinsi Kepulauan

Riau. Embung Fatimah adalah anak Sultan Mahmud Syah IV, dan

15 Ibid. Hal. 17-18.

Penyengat dibangun oleh Yang Dipertuan Muda Riau VII (Raja

Abdul Rahman).15

Kompleks makam Raja Abdul Rahman terletak pada sebuah tanah

yang berbukit. Di kompleks makam ini terdapat 50 makam lainnya

yang terbagi menjadi dua bagian yaitu makam

terdapat di dalam pagar tembok dan makam-makam yang terdapat

di luar tembok. Makam Raja Abdul Rahman terletak di depan pintu

gerbang dan posisinya di tengah arah pandang pintu gerbang. Jirat

dan nisannya terbuat dari batu granit. Nisannya ditutupi dengan

kain kuning sebagai tanda berkaulnya para peziarah.

Makam Embung Fatimah

Makam Embung Fatimah terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan

Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Propinsi Kepulauan

Riau. Embung Fatimah adalah anak Sultan Mahmud Syah IV, dan

Dipertuan Muda Riau VII (Raja

Kompleks makam Raja Abdul Rahman terletak pada sebuah tanah

yang berbukit. Di kompleks makam ini terdapat 50 makam lainnya

yang terbagi menjadi dua bagian yaitu makam-makam yang

makam yang terdapat

di luar tembok. Makam Raja Abdul Rahman terletak di depan pintu

gerbang dan posisinya di tengah arah pandang pintu gerbang. Jirat

dan nisannya terbuat dari batu granit. Nisannya ditutupi dengan

aulnya para peziarah.

Makam Embung Fatimah terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan

Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Propinsi Kepulauan

Riau. Embung Fatimah adalah anak Sultan Mahmud Syah IV, dan

Page 48: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

dia permaisuri Yang Dipertuan Muda Riau IX Raja Muhammad Yusuf

Al-Ahmady.

Perkawinannya dengan Raja Mohammad Yusuf Al

mempererat persekutuan antara raja

keturunan Bugis yang sebelumnya retak karena adanya konflik

kekuasaan.

Makam Embung Fatimah terletak di Bukit Bahjah, tidak jauh dar

menuju Makam Raja Haji fi Sabilillah. Selain makam Embung Fatimah di

kompleks ini masih terdapat makam

berjumlah 21 makam yang dibatasi dengan bangunan tembok dan

bercungkup.

7. Gedung Tengku Bilik

Gedung Tengku Bilik terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan

Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota. Dahulunya bangunan

ini milik Tengku Bilik, beliau adalah adik Sultan Riau

terakhir bersuami Tengku Abdul Kadir.

16 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006) Hal. 143.17 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2005). Hal. 24.

dia permaisuri Yang Dipertuan Muda Riau IX Raja Muhammad Yusuf

Ahmady. 16

Perkawinannya dengan Raja Mohammad Yusuf Al

mempererat persekutuan antara raja-raja Melayu dengan raja

keturunan Bugis yang sebelumnya retak karena adanya konflik

kekuasaan.

Makam Embung Fatimah terletak di Bukit Bahjah, tidak jauh dar

menuju Makam Raja Haji fi Sabilillah. Selain makam Embung Fatimah di

kompleks ini masih terdapat makam-makam lainnya yang seluruhnya

berjumlah 21 makam yang dibatasi dengan bangunan tembok dan

bercungkup.

Gedung Tengku Bilik

Gedung Tengku Bilik terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan

Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota. Dahulunya bangunan

ini milik Tengku Bilik, beliau adalah adik Sultan Riau

terakhir bersuami Tengku Abdul Kadir. 17

Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006) Hal. 143.Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2005). Hal. 24.

dia permaisuri Yang Dipertuan Muda Riau IX Raja Muhammad Yusuf

Perkawinannya dengan Raja Mohammad Yusuf Al-Ahmady telah

raja Melayu dengan raja-raja

keturunan Bugis yang sebelumnya retak karena adanya konflik

Makam Embung Fatimah terletak di Bukit Bahjah, tidak jauh dari jalan

menuju Makam Raja Haji fi Sabilillah. Selain makam Embung Fatimah di

makam lainnya yang seluruhnya

berjumlah 21 makam yang dibatasi dengan bangunan tembok dan

Gedung Tengku Bilik terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan

Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota. Dahulunya bangunan

ini milik Tengku Bilik, beliau adalah adik Sultan Riau-Lingga yang

Page 49: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Bentuk bangunan ini merupa

pada akhir abad ke

Gelam), di Johor dan tempat lainnya di semenanjung Malaysia.

Bangunan ini masih relatif baik dan utuh dibandingkan dengan

bangunan lainnya yang terdapat di Pul

8. Situs Istana Kedaton

Syah

Sisa bangunan iIstana Sultan Abdul Rahman Syah memerintah pada

tahun 1886

bangunan dan pintu gerbang.

Istana ini

berbeda dengan Gedung Daerah di Tanjungpinang.

bangunan ini sekarang sudah ditumbuhi pohon dan semak belukar,

sedangkan bekas alun

sekarang sudah berdiri SD Negeri Pulau Penyengat.

18 Ibid.

Bentuk bangunan ini merupakan ciri khas milik bangsawan Melayu

pada akhir abad ke-19 seperti di Singapura (Istana kampung

Gelam), di Johor dan tempat lainnya di semenanjung Malaysia.

Bangunan ini masih relatif baik dan utuh dibandingkan dengan

bangunan lainnya yang terdapat di Pulau Penyengat.

Situs Istana Kedaton-Istana Sultan Abdul Rahman Muazam

Sisa bangunan iIstana Sultan Abdul Rahman Syah memerintah pada

tahun 1886-1991 ini sudah tidak tampak hanya sisa

bangunan dan pintu gerbang.18

Istana ini juga disebut Istana Kedaton. Arsitekturnya tidak jauh

berbeda dengan Gedung Daerah di Tanjungpinang.

bangunan ini sekarang sudah ditumbuhi pohon dan semak belukar,

sedangkan bekas alun-alun (padang sewen) istana kedaton

sekarang sudah berdiri SD Negeri Pulau Penyengat.

kan ciri khas milik bangsawan Melayu

19 seperti di Singapura (Istana kampung

Gelam), di Johor dan tempat lainnya di semenanjung Malaysia.

Bangunan ini masih relatif baik dan utuh dibandingkan dengan

au Penyengat.

Istana Sultan Abdul Rahman Muazam

Sisa bangunan iIstana Sultan Abdul Rahman Syah memerintah pada

1991 ini sudah tidak tampak hanya sisa-sisa struktur

juga disebut Istana Kedaton. Arsitekturnya tidak jauh

berbeda dengan Gedung Daerah di Tanjungpinang. Kondisi

bangunan ini sekarang sudah ditumbuhi pohon dan semak belukar,

alun (padang sewen) istana kedaton

sekarang sudah berdiri SD Negeri Pulau Penyengat.

Page 50: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

9. Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah

Gedung hakim

Raja Abdullah. Raja Abdullah ini dikenal dengan sebagai Abu

Muhamad Adnan yang mengarang beberapa kitab.

Sisa bangunan bergaya kolonial ini sudah tidak beratap, bagian

depan bangunan terdapat empat buah pilar

sedangkan pada bagian belakang terdapat empat buah pilar dengan

bentuk persegi. Bangunan bagian depan lebih ditinggikan sekitar

satu meter, pada bangunan bagian belakang masih nampak ruang

ruang dan terdapat sumur.

Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah

Gedung hakim mahkamah syariah merupaka tempat tinggal dari

Raja Abdullah. Raja Abdullah ini dikenal dengan sebagai Abu

Muhamad Adnan yang mengarang beberapa kitab.

Sisa bangunan bergaya kolonial ini sudah tidak beratap, bagian

depan bangunan terdapat empat buah pilar berbentuk silinder

sedangkan pada bagian belakang terdapat empat buah pilar dengan

bentuk persegi. Bangunan bagian depan lebih ditinggikan sekitar

satu meter, pada bangunan bagian belakang masih nampak ruang

ruang dan terdapat sumur.

Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah

mahkamah syariah merupaka tempat tinggal dari

Raja Abdullah. Raja Abdullah ini dikenal dengan sebagai Abu

Sisa bangunan bergaya kolonial ini sudah tidak beratap, bagian

berbentuk silinder

sedangkan pada bagian belakang terdapat empat buah pilar dengan

bentuk persegi. Bangunan bagian depan lebih ditinggikan sekitar

satu meter, pada bangunan bagian belakang masih nampak ruang-

Page 51: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

10. Situs Sisa Istana Bahjah

Sisa Istana Bahjah

Gelam, Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau.

Raja Ali Kelana bin Yang Di

Ahmadi. adalah seorang tokoh dalam Perhimpunan yang dikenal

dengan Rusydiyah Klub. Ia juga membuat tulisan jurnalistik berupa

laporan perjalanan ke Pulau Tujuh, dan laporan tersebut dikenal

dengan Laporan Perhimpunan tah

Istana Raja Ali Kelana (Istana Bahjah) merupakan kediaman

seorang kelana atau calon Yang Dipertuan Muda.

dari dinding berjendela dengan pintu ger

anak tangga yang menyatu dengan gedung Raja Haji Abullah.

Bangunan ini juga tersambung ke tapak bangunan yang memenuhi

bukit Kampung Gelam.

19 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2005). Hal 21

Sisa Istana Bahjah-Istana Raja Ali Kelana

Sisa Istana Bahjah-Istana Raja Ali Kelana yang terletak di Kampung

Gelam, Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau.

Raja Ali Kelana bin Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al

Ahmadi. adalah seorang tokoh dalam Perhimpunan yang dikenal

dengan Rusydiyah Klub. Ia juga membuat tulisan jurnalistik berupa

laporan perjalanan ke Pulau Tujuh, dan laporan tersebut dikenal

dengan Laporan Perhimpunan tahun 1313 H/1898 M.

Istana Raja Ali Kelana (Istana Bahjah) merupakan kediaman

seorang kelana atau calon Yang Dipertuan Muda.19 Bangunan terdiri

dari dinding berjendela dengan pintu ger-bang masuk menelusuri

anak tangga yang menyatu dengan gedung Raja Haji Abullah.

Bangunan ini juga tersambung ke tapak bangunan yang memenuhi

bukit Kampung Gelam.

Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2005). Hal 21-22

Istana Raja Ali Kelana

Istana Raja Ali Kelana yang terletak di Kampung

Gelam, Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau.

pertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al

Ahmadi. adalah seorang tokoh dalam Perhimpunan yang dikenal

dengan Rusydiyah Klub. Ia juga membuat tulisan jurnalistik berupa

laporan perjalanan ke Pulau Tujuh, dan laporan tersebut dikenal

un 1313 H/1898 M.

Istana Raja Ali Kelana (Istana Bahjah) merupakan kediaman

Bangunan terdiri

bang masuk menelusuri

anak tangga yang menyatu dengan gedung Raja Haji Abullah.

Bangunan ini juga tersambung ke tapak bangunan yang memenuhi

Page 52: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

11. Istana Raja Ali Marhum kantor

Istana Kantor adalah istana Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau

VIII (1844

Istana ini berada di bagian tengah Pulau Penyengat sekitar 150

meter sebelah barat daya Masjid Raya Sul

Penyengat. Istana Raja Ali sebagian sudah hancur yang tersisa

hanya bangunan induknya. Bangunan utamanya merupakan

bangunan bertingkat dua yang pada mulanya merupakan kantor

dari Raja Ali.

Seluruh areal bangunan dibatasi dengan tembok kel

mempunyai tiga buah pintu masuk dari arah barat, utara dan

timur. Pintu gapura barat berupa gapura yang sekaligus berfungsi

sebagai penjagaan dan pengintaian. Pintu gerbang utara

merupakan pintu gerbang untuk menuju tempat kolam

pemandian. Sedan

biasa yang seolah

20 Pemerintahan Kota Tanjungpinang

Istana Raja Ali Marhum kantor

Istana Kantor adalah istana Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau

VIII (1844-1857) atau yang kemudian disebut Marhum Kantor.

Istana ini berada di bagian tengah Pulau Penyengat sekitar 150

meter sebelah barat daya Masjid Raya Sultan Riau Pulau

Penyengat. Istana Raja Ali sebagian sudah hancur yang tersisa

hanya bangunan induknya. Bangunan utamanya merupakan

bangunan bertingkat dua yang pada mulanya merupakan kantor

dari Raja Ali. 20

Seluruh areal bangunan dibatasi dengan tembok kel

mempunyai tiga buah pintu masuk dari arah barat, utara dan

timur. Pintu gapura barat berupa gapura yang sekaligus berfungsi

sebagai penjagaan dan pengintaian. Pintu gerbang utara

merupakan pintu gerbang untuk menuju tempat kolam

pemandian. Sedangkan pintu gerbang timur berupa pintu gerbang

biasa yang seolah-olah hanya meru-pakan pintu darurat. Di

Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006). Hal. 143.

Istana Kantor adalah istana Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau

1857) atau yang kemudian disebut Marhum Kantor.

Istana ini berada di bagian tengah Pulau Penyengat sekitar 150

tan Riau Pulau

Penyengat. Istana Raja Ali sebagian sudah hancur yang tersisa

hanya bangunan induknya. Bangunan utamanya merupakan

bangunan bertingkat dua yang pada mulanya merupakan kantor

Seluruh areal bangunan dibatasi dengan tembok keliling yang

mempunyai tiga buah pintu masuk dari arah barat, utara dan

timur. Pintu gapura barat berupa gapura yang sekaligus berfungsi

sebagai penjagaan dan pengintaian. Pintu gerbang utara

merupakan pintu gerbang untuk menuju tempat kolam

gkan pintu gerbang timur berupa pintu gerbang

pakan pintu darurat. Di

Page 53: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

halaman ba

sisa-sisa lantai bangunan.

12. Gedung Tabib

Sisa bangunan Gedung

Tabib terletak

Penyengat,

Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota,

Kota Tanjungpinang,

Propinsi Kepulauan Riau.

Sisa bangunan ini merupakan tempat kediaman Engku Haji Daud

yang dikenal sebagai tabib kerajaan. Bangunan ini terletak di

tengah-tengah pem

Gedung ini dulunya merupakan tempat ting

menyimpan banyak obat

bangunan ba

halaman ba-gian dalam tembok keliling ini masih terdapat bekas

sisa lantai bangunan.

Gedung Tabib

Sisa bangunan Gedung

Tabib terletak di Pulau

Penyengat, Kelurahan

Penyengat, Kecamatan

Tanjungpinang Kota,

Kota Tanjungpinang,

Propinsi Kepulauan Riau.

Sisa bangunan ini merupakan tempat kediaman Engku Haji Daud

yang dikenal sebagai tabib kerajaan. Bangunan ini terletak di

tengah pemukiman masyarakat Kampung Jambat.

Gedung ini dulunya merupakan tempat ting-gal tabib kerajaan yang

menyimpan banyak obat-obatan. Bangunan ini merupakan

bangunan ba-ta yang terdiri dari dua lantai. Saat ini bangunan

gian dalam tembok keliling ini masih terdapat bekas

Sisa bangunan ini merupakan tempat kediaman Engku Haji Daud

yang dikenal sebagai tabib kerajaan. Bangunan ini terletak di

ukiman masyarakat Kampung Jambat.

gal tabib kerajaan yang

obatan. Bangunan ini merupakan

ta yang terdiri dari dua lantai. Saat ini bangunan

Page 54: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Gedung Tabib Kerajaan sudah hancur

dengan rangka pintu dan jendela dan di atasnya ditumbuhi pohon

beringin.

Pada beberapa rangka pintu dan jendela masih tersisa kusen

kayu. Dinding bangunan yang masih ada berukuran panjang 15,80

meter dan lebar 9,90 meter.

13. Gedung Mesiu

Dahulu bangunan ini digunakan sebagai gudang tempat menyimpan

mesiu (obat bedil).

buah gedung tempat menyimpan mesiu di Pulau Penyengat, tetapi

sekarang tinggal satu buah yang terletak di sebelah Selatan Masjid

Raya Sultan Riau Pulauan Penyengat. Bangunan ini berdiri di atas

tanah kerajaan ya

sebagai tanah antalmal. Seluruh bangunannya merupakan

bangunan tembok beton berbentuk segi empat dengan atap

berbentuk runcing dari tembok. Pintu masuk terdapat di sebelah

utara dengan bentuk lengkung dari ka

besi Bangunan ini dikenal juga sebagai gedung obat bedil.

21 Ibid. Hal. 22

Gedung Tabib Kerajaan sudah hancur tinggal sisa

dengan rangka pintu dan jendela dan di atasnya ditumbuhi pohon

beringin.

Pada beberapa rangka pintu dan jendela masih tersisa kusen

kayu. Dinding bangunan yang masih ada berukuran panjang 15,80

meter dan lebar 9,90 meter.

Gedung Mesiu

Dahulu bangunan ini digunakan sebagai gudang tempat menyimpan

mesiu (obat bedil).21 Pada masa kejayaan Kerajaan Riau terdapat 4

buah gedung tempat menyimpan mesiu di Pulau Penyengat, tetapi

sekarang tinggal satu buah yang terletak di sebelah Selatan Masjid

Raya Sultan Riau Pulauan Penyengat. Bangunan ini berdiri di atas

tanah kerajaan yang diserahkan pada pengurus masjid atau dikenal

sebagai tanah antalmal. Seluruh bangunannya merupakan

bangunan tembok beton berbentuk segi empat dengan atap

berbentuk runcing dari tembok. Pintu masuk terdapat di sebelah

utara dengan bentuk lengkung dari kayu, jendela kecil dengan jeruji

besi Bangunan ini dikenal juga sebagai gedung obat bedil.

tinggal sisa-sisa dinding

dengan rangka pintu dan jendela dan di atasnya ditumbuhi pohon

Pada beberapa rangka pintu dan jendela masih tersisa kusen-kusen

kayu. Dinding bangunan yang masih ada berukuran panjang 15,80

Dahulu bangunan ini digunakan sebagai gudang tempat menyimpan

Pada masa kejayaan Kerajaan Riau terdapat 4

buah gedung tempat menyimpan mesiu di Pulau Penyengat, tetapi

sekarang tinggal satu buah yang terletak di sebelah Selatan Masjid

Raya Sultan Riau Pulauan Penyengat. Bangunan ini berdiri di atas

ng diserahkan pada pengurus masjid atau dikenal

sebagai tanah antalmal. Seluruh bangunannya merupakan

bangunan tembok beton berbentuk segi empat dengan atap

berbentuk runcing dari tembok. Pintu masuk terdapat di sebelah

yu, jendela kecil dengan jeruji

besi Bangunan ini dikenal juga sebagai gedung obat bedil.

Page 55: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

14. Perigi Puteri/Perigi Kunci

Perigi22

masa Kerajaan Melayu Riau.

sumur tua yang dilindungi oleh bangunan berbentuk segi empat

dengan kubah pada bagian atapnya, berfungsi sebagai tempat

mandi dan mencuci pakaian para putri raja.

Di dalam kubah tersebut terdapat sumur yang sekaligus kolam

sebagai sumber airnya dan tempat duduk atau mencuci menyerupai

kursi panjang dari plesteran semen dengan bagian pegangan

tangganya dihiasi ukiran. Pintu masuk satu buah di bagian utara,

tanpa jendela dan lubang angin. Sampai saat ini kolam yang ada di

dalam bangunan ini masih dimanfaatkan oleh penduduk.

22 Perigi dapat diartikan dengan sumur atau tempa

Perigi Puteri/Perigi Kunci

Puteri adalah tempat pemandian bagi kaum wanita pada

masa Kerajaan Melayu Riau. Bangunan ini merupakan bangunan

sumur tua yang dilindungi oleh bangunan berbentuk segi empat

dengan kubah pada bagian atapnya, berfungsi sebagai tempat

mandi dan mencuci pakaian para putri raja.

Di dalam kubah tersebut terdapat sumur yang sekaligus kolam

sebagai sumber airnya dan tempat duduk atau mencuci menyerupai

kursi panjang dari plesteran semen dengan bagian pegangan

tangganya dihiasi ukiran. Pintu masuk satu buah di bagian utara,

tanpa jendela dan lubang angin. Sampai saat ini kolam yang ada di

lam bangunan ini masih dimanfaatkan oleh penduduk.

Perigi dapat diartikan dengan sumur atau tempat mandi

Puteri adalah tempat pemandian bagi kaum wanita pada

Bangunan ini merupakan bangunan

sumur tua yang dilindungi oleh bangunan berbentuk segi empat

dengan kubah pada bagian atapnya, berfungsi sebagai tempat

Di dalam kubah tersebut terdapat sumur yang sekaligus kolam

sebagai sumber airnya dan tempat duduk atau mencuci menyerupai

kursi panjang dari plesteran semen dengan bagian pegangan

tangganya dihiasi ukiran. Pintu masuk satu buah di bagian utara,

tanpa jendela dan lubang angin. Sampai saat ini kolam yang ada di

lam bangunan ini masih dimanfaatkan oleh penduduk.

Page 56: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

15. Sisa Bangunan Rusydiah Klub dan Tapak Percetakan

Kerajaan

Rusydiah Klab merupakan organisasi para cendekiawan Melayu di

Pulau penyengat yang dbentuk pada tahun 1884.

banyak menulis, menterjemahkan dan mencetak berbagai jenis

karya tulisnya, seperti syair, ekhwal agama, adat istiadat dll. Pada

tahun 1890

meminta Rusydiah Klub untuk mencetak dan menerbitkan b

karya anggotanya.

Rusdiyah Club sudah ada jauh sebelum organisasi Budi Utomo.

Sejalan dengan perjalanan waktu organisasi ini tidak disukai oleh

penjajah, karena tujuan dari organisasi ini menentang penjajah

Belanda.

Rusdiyah Club menempati sebua

hanya tinggal pondasinya saja. Tapak bangunan ini menyatu

dengan tapak percetakan kerajaan.

16. Benteng Bukit Kursi

Benteng Bukit Kursi ini berada persisi ditengah

Penyengat. Benteng pertahanan ini dibangun menjelang perang

antara Kerajaan Riau dengan Belanda pada tahun 1782

tepatnya pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau IV,

23 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006). Hal. 145

Sisa Bangunan Rusydiah Klub dan Tapak Percetakan

Kerajaan

Rusydiah Klab merupakan organisasi para cendekiawan Melayu di

Pulau penyengat yang dbentuk pada tahun 1884.

banyak menulis, menterjemahkan dan mencetak berbagai jenis

karya tulisnya, seperti syair, ekhwal agama, adat istiadat dll. Pada

tahun 1890-an sebuah percetakan bernama Mathba’atul Riauwiyah

meminta Rusydiah Klub untuk mencetak dan menerbitkan b

karya anggotanya.

Rusdiyah Club sudah ada jauh sebelum organisasi Budi Utomo.

Sejalan dengan perjalanan waktu organisasi ini tidak disukai oleh

penjajah, karena tujuan dari organisasi ini menentang penjajah

Belanda.

Rusdiyah Club menempati sebuah bangunan, tetapi saat sekarang

hanya tinggal pondasinya saja. Tapak bangunan ini menyatu

dengan tapak percetakan kerajaan.

Benteng Bukit Kursi

Benteng Bukit Kursi ini berada persisi ditengah

Penyengat. Benteng pertahanan ini dibangun menjelang perang

antara Kerajaan Riau dengan Belanda pada tahun 1782

tepatnya pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau IV,

Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006). Hal. 145

Sisa Bangunan Rusydiah Klub dan Tapak Percetakan

Rusydiah Klab merupakan organisasi para cendekiawan Melayu di

Pulau penyengat yang dbentuk pada tahun 1884.23 Anggotanya

banyak menulis, menterjemahkan dan mencetak berbagai jenis

karya tulisnya, seperti syair, ekhwal agama, adat istiadat dll. Pada

an sebuah percetakan bernama Mathba’atul Riauwiyah

meminta Rusydiah Klub untuk mencetak dan menerbitkan berbagai

Rusdiyah Club sudah ada jauh sebelum organisasi Budi Utomo.

Sejalan dengan perjalanan waktu organisasi ini tidak disukai oleh

penjajah, karena tujuan dari organisasi ini menentang penjajah

h bangunan, tetapi saat sekarang

hanya tinggal pondasinya saja. Tapak bangunan ini menyatu

Benteng Bukit Kursi ini berada persisi ditengah-tengah Pulau

Penyengat. Benteng pertahanan ini dibangun menjelang perang

antara Kerajaan Riau dengan Belanda pada tahun 1782-1784,

tepatnya pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau IV,

Page 57: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Raja Haji.

pembenahan.

Benteng pertahanan ini terletak di Bukit Kursi dikelililngi oleh parit

pertahanan berstruktur bauksit dengan kedalaman kurang lebih 3

meter. Benteng ini dibangun untuk melindungi pusat kerajaan

pada saat itu berada di Hulu Sungai Riau dan Kota Piring di Pulau

Biram Dewa.

Benteng Bukit Kursi merupakan bagian dari sistem pertahanan

Penyengat. Benteng Bukit Kursi merupakan benteng alam terbuka

yang dibuat dari susunan batu

dikelilingi parit selebar 2 meter. Benteng ini juga dilengkapi dengan

meriam sebanyak 8 buah. Meriam

penjuru mata angin, antara lain di tenggara dua buah, di timur laut

satu buah, di barat daya dua buah, di barat sa

dua buah meriam. Di sudut barat daya dan tenggara benteng,

masih terlihat bentuk bastion. Di sisi barat dan timur terdapat

dinding benteng berbentuk setengah lingkaran.

24 Ahmad Yusuf, et.al. op-cit. Hal 9225 Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006). Hal. 144

Raja Haji.24 Pada pemerintahan Raja Ali, benteng ini mengalami

pembenahan.

Benteng pertahanan ini terletak di Bukit Kursi dikelililngi oleh parit

pertahanan berstruktur bauksit dengan kedalaman kurang lebih 3

meter. Benteng ini dibangun untuk melindungi pusat kerajaan

pada saat itu berada di Hulu Sungai Riau dan Kota Piring di Pulau

Biram Dewa.25

Benteng Bukit Kursi merupakan bagian dari sistem pertahanan

Penyengat. Benteng Bukit Kursi merupakan benteng alam terbuka

yang dibuat dari susunan batu-batu bauksit tanpa

dikelilingi parit selebar 2 meter. Benteng ini juga dilengkapi dengan

meriam sebanyak 8 buah. Meriam-meriam tersebut tersebar di

penjuru mata angin, antara lain di tenggara dua buah, di timur laut

satu buah, di barat daya dua buah, di barat satu buah, di barat laut

dua buah meriam. Di sudut barat daya dan tenggara benteng,

masih terlihat bentuk bastion. Di sisi barat dan timur terdapat

dinding benteng berbentuk setengah lingkaran.

cit. Hal 92Pemerintahan Kota Tanjungpinang, (Tanjungpinang: 2006). Hal. 144

pemerintahan Raja Ali, benteng ini mengalami

Benteng pertahanan ini terletak di Bukit Kursi dikelililngi oleh parit

pertahanan berstruktur bauksit dengan kedalaman kurang lebih 3

meter. Benteng ini dibangun untuk melindungi pusat kerajaan yang

pada saat itu berada di Hulu Sungai Riau dan Kota Piring di Pulau

Benteng Bukit Kursi merupakan bagian dari sistem pertahanan

Penyengat. Benteng Bukit Kursi merupakan benteng alam terbuka

batu bauksit tanpa plester yang

dikelilingi parit selebar 2 meter. Benteng ini juga dilengkapi dengan

meriam tersebut tersebar di

penjuru mata angin, antara lain di tenggara dua buah, di timur laut

tu buah, di barat laut

dua buah meriam. Di sudut barat daya dan tenggara benteng,

masih terlihat bentuk bastion. Di sisi barat dan timur terdapat

Page 58: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

17. Benteng Bukit Penggawa

Riwayat pembangunan

benteng

diketahui dengan pasti.

Kemungkinan benteng

ini sezaman dengan

Benteng Bukit Kursi yang

diperkirakan dibangun

pada abad ke

pada masa pemerintahan YDMR IV (Raja Haji) dan YDMR V (Raja

Ali). Pada masa pemerintahan Raja Ali, beliau melakuk

pembenahan terhadap benteng

melanjutkan peperangan. Benteng Bukit Penggawa terletak di

bagian timur Pulau Penyengat. Benteng ini lebih tepat disebut ‘kubu’

karena berukuran lebih kecil daripada ukuran biasa sebuah benten

Kubu pertahanan biasanya dipakai sebagai lapis pertama setelah

benteng. Kubu Bukit Penggawa merupakan sebuah benteng berparit

yang disusun dari batu bauksit. Pada sudut di timur laut masih

terlihat bentuk bastion

Potensi Siput Gonggong

Kota Tanjungpin

besar wilayahnya

perairan laut yang berbatasan

langsung dengan negara

tetangga Singapura,

dan Vietnam serta berada di

selat malaka dan laut cina

selatan. luasnya

tersebut memberikan andil atas pembentukan menu mak

yang sebagian besar berasal dari laut.

Salah satu menu makanan yang khas dari kepulauan Riau adalah

Siput gonggong, siput gonggong merupakan hewan siput laut yang hanya

Benteng Bukit Penggawa

Riwayat pembangunan

benteng ini tidak

diketahui dengan pasti.

Kemungkinan benteng

ini sezaman dengan

Benteng Bukit Kursi yang

diperkirakan dibangun

pada abad ke-18, yaitu

pada masa pemerintahan YDMR IV (Raja Haji) dan YDMR V (Raja

Ali). Pada masa pemerintahan Raja Ali, beliau melakuk

pembenahan terhadap benteng-benteng di Pulau Penyengat untuk

melanjutkan peperangan. Benteng Bukit Penggawa terletak di

bagian timur Pulau Penyengat. Benteng ini lebih tepat disebut ‘kubu’

karena berukuran lebih kecil daripada ukuran biasa sebuah benten

Kubu pertahanan biasanya dipakai sebagai lapis pertama setelah

benteng. Kubu Bukit Penggawa merupakan sebuah benteng berparit

yang disusun dari batu bauksit. Pada sudut di timur laut masih

terlihat bentuk bastion

Potensi Siput Gonggong

Kota Tanjungpinang sebagian

besar wilayahnya adalah

perairan laut yang berbatasan

langsung dengan negara

tetangga Singapura, Malaysia,

dan Vietnam serta berada di

selat malaka dan laut cina

selatan. luasnya wilayah laut

tersebut memberikan andil atas pembentukan menu mak

yang sebagian besar berasal dari laut.

Salah satu menu makanan yang khas dari kepulauan Riau adalah

gonggong, siput gonggong merupakan hewan siput laut yang hanya

pada masa pemerintahan YDMR IV (Raja Haji) dan YDMR V (Raja

Ali). Pada masa pemerintahan Raja Ali, beliau melakukan

benteng di Pulau Penyengat untuk

melanjutkan peperangan. Benteng Bukit Penggawa terletak di

bagian timur Pulau Penyengat. Benteng ini lebih tepat disebut ‘kubu’

karena berukuran lebih kecil daripada ukuran biasa sebuah benteng.

Kubu pertahanan biasanya dipakai sebagai lapis pertama setelah

benteng. Kubu Bukit Penggawa merupakan sebuah benteng berparit

yang disusun dari batu bauksit. Pada sudut di timur laut masih

tersebut memberikan andil atas pembentukan menu makanan warganya

Salah satu menu makanan yang khas dari kepulauan Riau adalah

gonggong, siput gonggong merupakan hewan siput laut yang hanya

Page 59: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

terdapat di sekitar perairan pulau Bintan. Permintaan pasar yang terus

meningkat dan juga harga siput gonggong yang terus melonjak naik

menjadikan hewan ini sangat potensial untuk meningkatkan pendapatan

penduduk maupun menjadi cumber pemasukan bagi Provinsi Kepulauan

Riau.

Namun seiring dengan sohornya kelezatan siput gonggong, populasinya

di alam pun tents merosot. Tingginya permintaan berimbas pada makin

maraknya perburuan. Siput-siput itu diambil tanpa pandang bulu, dari

yang masih berukuran kecil sampai yang besar termasuk betina produktif

yang tengah bertelur sehingga memutus mata rantai pengembangbiakan.

Hal ini menyebabkar potensi dan populasi siput gonggong semakin

berkurang. Apabila keadaan ini di biarkan maka lambat laun akan

mengakibatkan siput gonggong menjadi langka dan bahkan punah.

Untuk mengatasi dan mengantisipasi permasalahan diatas perlu

adanya penanganan dan penanggulangan secara serius, salah

satunya adalah dengan budidaya. Kegiatan budidaya dirasakan paling

ampuh untuk mengatasi permasalahan ini karena selain dapat di kontrol

langsung dengan tangan manusia, kegiatan ini juga dirasa paling ampuh

untuk meningkatkan produktivitas siput gonggong.

Budidaya siput gonggong akan dapat menghasilkan siput gonggong

yang unggul baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Sehingga

diharapkan akan dapat mengantisipasi siput gonggong dari kepunahan.

Dengan adanya kegiatan budidaya tentunya kita dapat menjamin

ketersediaan siput gonggong secara berkelanjutan. Dengan

demikian tentunya kegiatan ini akan sangat mendatangkan

banyak keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dan bahkan

dapat menjadi sumber pemasukan bagi daerah Provinsi Kepulauan

Riau.

Untuk merealisasikan serta mengimpentasikan hal diatas perlu

adanya dukungan dari pihak-pihak terkait. Pihak-pihak tersebut

diantaranya: Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai penyelenggara

Page 60: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

penyuluhan, pelatihan dan pengenalan mengenai budidaya siput

gonggong kepada masyarakat; Universitas/ institut dan kalangan

akdemisi sebagai pelaku riset untuk mendukung budidaya siput

gonggong; pihak swasta sebagai investor sekaligus pelaku budidaya

siput gonggong; masyarakat untuk ikut melestarikan lingkungan

sekaligus sebagai pelaku budidaya.

Gongong selain menjadi bahan baku untuk kuliner di Kota

Tanjungpinang, juga dapat sebagai bahan baku cinderamata. Cangkang

Gongong dapat di bentuk dan diolah menjadi sebuah cinderamata khas

Tanjungpinang. Selain itu, ada juga batik gonggong yang terinspirasi

dari bentuk gongong tersebut. Corak batik ini berupa gonggong sudah

mulai marak di produksi di Kota Tanjungpinang. Maka dari itu, gagasan

Gonggong menjadi salah ikon Kota Tanungpinang harus di imbangi

dengan ussaha dari pemerintah daerah Kota Tanjungpinang beserta

pihak-pihak lain yang terkait (masyarakat dan swasta) untuk

mengembangkan potensi ini menjadi lebih baik lagi pada masa yang

akan datang.

Makanan Olahan dari Gonggong (Siput Laut)

Page 61: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Cinceramata berbahan dasar dari Gonggong (Siput Laut)

Bati Tanjungpinang bercorak Gonggong (Siput Laut)

Seni Pertunjukan Budaya

Tari Zapin

Zapin adalah tarian tradisional yang menggunakan alat musik gambus

dan marwas, lelaki dan perempuan menari bersama. Zapin adalah

khazanah tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus sarat pesan

agama dan pendidikan. Tari ini memiliki kaidah dan aturan yang tidak

boleh diubah namun dari masa ke masa namun keindahannya tak

lekang begitu saja. Nikmati dendang musik dan syairnya yang legit bak

sajian megah langit biru dan jernihnya laut di Kepulauan Riau.

Tari zapin dikembangkan berdasarkan unsur sosial masyarakat dengan

ungkapan ekspresi dan wajah batiniahnya. Tarian ini lahir di lingkungan

masyarakat Melayu Riau yang sarat dengan berbagai tata nilai. Tarian

indah dengan kekayaan ragam gerak ini awalnya lahir dari bentuk

permainan menggunakan kaki yang dimainkan laki-laki bangsa Arab dan

Persia. Dalam bahasa Arab, zapin disebut sebagai al raqh wal zafn. Tari

Page 62: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Zapin berkembang di Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama

Islam yang dibawa pedagang Arab dari Hadramaut.

Tari zapin tertua di Indonesia tercatat ada di Flores, Nusa Tenggara

Timur, Ternate dan Ambon, serta rupanya juga berkembang di

Pontianak, Kalimantan dengan sebutan Japin. Di Indonesia bagian Barat,

tari zapin awalnya dikenal di Jambi baru kemudian tumbuh di Riau dan

kepulauan sekitarnya. Di Riau tari zapin awalnya hanya dilakukan penari

lelaki dapat mengangkat status sosialnya di masyarakat. Saat itu

penarinya akan menjadi incaran para orang tua untuk dijodohkan

kepada anak perempuannya.

Zapin mempertontonkan gerak kaki cepat mengikuti hentakan pukulan

pada gendang kecil yang disebut marwas. Harmoni ritmik instrumennya

semakin merdu dengan alat musik petik gambus. Karena mendapat

pengaruh dari Arab, tarian ini memang terasa bersifat edukatif tanpa

menghilangkan sisi hiburan. Ada sisipan pesan agama dalam syair

lagunya. Biasanya dalam tariannya dikisahkan keseharian hidup

masyarakat melayu seperti gerak meniti batang, pinang kotai, pusar

belanak dan lainnya. Anda akan melihat gerak pembuka tariannya

berupa gerak membentuk huruf alif (huruf bahasa Arab) yang

melambangkan keagungan Tuhan.

Page 63: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Awalnya tari zapin hanya ditarikan penari lelaki tetapi namun penari

perempuan juga ditampilkan. Kadang juga tampil penari campuran laki-

laki dengan perempuan. Dahulu tari zapin ditarikan di atas tikar madani

dan tikar tersebut tidak boleh bergoyang atau bergeser sedikitpun

sewaktu menarikan tari zapin tersebut.

Gerak dan ritme tari zapin merupakan media utama untuk

mengungkapkan ekspresi penarinya. Darinya Anda dapat meresapi

pengalaman kehidupan, peristiwa sejarah, dan keadaan alam yang

menjadi sumber gerak dalam tari zapin.

Kostum dan tata rias para penari zapin lelaki mengenakan baju kurung

cekak musang dan seluar, songket, plekat, kopiah, dan bros. Sementara

untuk penari perempuan berupa baju kurung labuh, kain songket, kain

samping, selendang tudung manto, anting-anting, kembang goyang,

kalung, serta riasan sanggul lipat pandan dan conget.

Teater Makyong

Seperti juga teater rakyat (tradisional) lainnya, pementasan Makyong

tidak menuntut set properti, dekorasi, atau layar untuk pergantian

babak. Bila Makyong dipentaskan di lapangan terbuka, tempat pentas

harus diberi atap yang menggunakan bubungan dengan enam buah

tiang penyangga. Pada kayu yang melintang dihiasi daun kelapa muda.

Page 64: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Bila dimainkan di istana, Makyong dipentaskan di panggung beton

berbentuk segi enam. Setelah Ketua Panjak yang disebut Bomo

mendapatkan tempat yang tepat untuk pertunjukan Makyong, ia harus

melakukan serangkaian upacara sebelum pementasan dilakukan. Mula-

mula dilaksanakan upacara mengasap alat-alat yang terdiri dari sebuah

gendang penganak, sebuah gendang pengibu, dua buah tawak-tawak

atau gong, dua buah mong atau kromong, sebuah geduk-geduk, sebuah

canang, sebuah serunai, dan sebuah rebab. Upacara mengasap

dilanjutkan pada alat-alat bermain (properti) lainnya, termasuk canggai

(kuku-kuku palsu yang panjang).

Upacara selanjutnya disebut buang bahasa atau buka tanah dengan

menanam sebutir telur ayam, segenggam beras basuh, segenggam

beras kuning, bertih, sirih sekapur, dan sebatang rokok daun nipah.

Setelah sang Bomo memerintahkan pembantunya menanam benda-

benda tersebut, ia mulai menaburkan bertih dan beras basuh ke

sekeliling tempat bermain, sambil membaca serapah atau mantra yang

diiringi bunyi musik berirama magis. Setelah itu Bomo menekankan

ujung jarinya ke langit-langit mulutnya, kemudian menekankan jari itu

pada tanah.

Selama upacara berlangsung, para pelakon/pemain duduk berderet di

depan pemain musik. Begitu Bomo selesai mengadakan upacara buka

tanah atau buang bahasa, para pemain segera mengambil satu atau dua

butir bertih dan beras basuh yang ditaburkan sang Bomo untuk

dikunyah, dengan maksud agar lakon mereka lancar.

Pertunjukan Makyong pun dimulai. Dengan diiringi musik, seorang

pemain wanita berpakaian lelaki yang memerankan Pakyong atau

Cikwang berdiri. Dia bertelekan pada kedua lutut dan perlahan-lahan

berdiri sambil menyanyikan lagu “Betabik”. Nyanyian Pakyong disambut

oleh para pemain wanita yang memerankan inang dan dayang. Mereka

berdiri, kemudian ikut menari dan menyanyi bersama Pakyong. Setelah

Page 65: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

selesai membawakan lagu Betabik, para dayang dan inang duduk

kembali. Pakyong yang masih berdiri di tengah area pertunjukan segera

memanggil Si Awang atau Peran. Di sudut lokasi itu Awang atau Peran

menyahut panggilan Pakyong sambil memantrai topeng yang sedang

dipegangnya. Topeng dipakai dan ia pun mendekati Pakyong dengan

gerakan teatral khas Makyong, yaitu melenggang dengan tangan

bergetar. Dalam teater Makyong, Awang atau Peran merupakan pemain

yang amat penting. Dia menjadi pelawak, pengiring raja, pengiring anak

raja (pangeran), dan kadang-kadang juga disebut Pakyong Muda.

Pergantian babak atau adegan dalam teater Makyong ditandai dengan

nyanyian dan dialog yang diucapkan para pemain atau dengan duduk

dan berdirinya para pemain di pinggir ruang pertunjukan, sedangkan

pertukaran peran dilakukan dengan menukar topeng yang dikenakan

pemain. Seorang pemain boleh membawakan lebih dari satu peran,

bahkan tiga atau empat peran dengan cara menukar topengnya.

Jalan pertunjukan Makyong agak lamban. Cerita dapat bersambung

terus selama lima malam, kadang-kadang sampai tujuh malam.

Pertunjukan biasanya dimulai setelah Isya dan berakhir menjelang

Subuh.Cerita yang disajikan dalam pementasan Makyong sebagian besar

sudah dikenal secara luas, karena cerita dalam Makyong berasal dari

folktale atau warisan dari tukang cerita istana. Tidak ada peninggalan

tertulis tentang lakon Makyong. Semua lakon ditularkan melalui tradisi

lisan. Di antara cerita-cerita Makyong yang sangat terkenal ialah Tuan

Putri Ratna Emas, Nenek Gajah dan Daru, Cerita Gondang, Wak Peran

Hutan, Gunung Intan, Dewa Muda, Dewa Indra Dewa, Megat Muda,

Megat Sakti, Megat Kiwi, Bungsu Sakti, Putri Timun Muda, Raja Muda

Laleng, Raja Tingkai Hati, Raja Dua Serupa, Raja Muda Lembek, dan

Gading Betimbang. Kadang-kadang juga dipentaskan cerita yang berasal

dari Mahabarata, Ramayana, cerita Panji, dan Pagarruyung. Cerita dan

bahan yang disebut terakhir sudah beda jauh dari aslinya, sehingga

hanya dapat dikenal dari bingkai atau polanya saja. Sebagai contoh

adalah cerita Koripan yang berasal dari cerita Panji.

Page 66: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Jika dalam pewayangan (wayang purwa) dikenal cerita-cerita yang tabu

dipentaskan tanpa sesaji atau semah dan upacara khusus, Makyong pun

memiliki ceritera seperti itu, yaitu lakon Nenek Gajah dan Daru. Cerita

ini mengisahkan tentang seekor hewan mitologis Melayu bernama Gajah

Mina di Pusat Tasik Pauh Janggi yang bertempur dengan bermacam-

macam ular dan naga. Anggota kelompok Makyong dan masyarakat di

sekitar Mantang Arang percaya bahwa jika cerita ini dipentaskan tanpa

semah dan upacara tertentu, hal itu akan mendatangkan badai dahsyat.

Tokoh pertunjukan Makyong terdiri dari: Pakyong atau Raja, Pakyong

Muda atau Pangeran, Makyong atau Permaisuri yang disebut juga Mak

Senik, Putri Makyong atau Putri Raja, Awang Pengasuh atau pelayan

raja yang berjumlah lebih dari satu orang, Orang tua, Dewa, Jin dan

Raksasa, dan para Pembatak. Peran-peran wanita ialah Makyong, Putri,

Inang, dan Dayang. Pakyong merupakan tokoh pria, namun dibawakan

oleh wanita. Peran-peran seperti Awang, Mak Perambun, Wak Petanda

Raja, Wak Nujum, Dewa, Jin, Pembatak, dan Raksasa dibawakan oleh

pria.Dalam teater Makyong dikenal lagu Tabuh, Betabik, Awang Nak

Bejalan, Selendang Awang, Colak Adik Hitam, Sedayung Makyong,

Gendang Tinggi, Jalan Masuk, Mengulit Kasih, Cik Poi, Lenggang

Tanduk, Cik Milik, Lagu Rancak, Bunga Kuning, Timang Welo, Lagu

Sabuk, Gemalai Lagu Kelantan, dan Ikan Kekek yang diringi dengan

alat-alat musik. Lagu-lagu ini dibawakan dengan tari dan dengan atau

tanpa lirik. Dalam pertunjukan Makyong, para pelakon/pemain berjalan

dengan gerak tari sederhana. Gerakan yang sederhana itu

menggambarkan watak para pelakon.Jenis tari yang terdapat dalam

teater Makyong yaitu tari pembukaan yang disebut Betabik, tari berjalan

jauh atau dekat, tari ragam atau tari gembira, dan tari perang atau

gerak silat. Tari hiburan yang dilakukan oleh inang dan dayang berupa

tari Inai, yaitu tari untuk upacara perkawinan dan tari Bersenang Hati di

Taman, yaitu tari untuk menghibur tuan putri.

Page 67: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Tanjungpinang

Sebelum berbicara mengenai pengembangan industri dan ekonomi

kreatif di Tanjungpinang, kita harus melihat fakta bahwa di

Tanjungpinang saat ini terdapat lebih dari 73.000 jiwa usia angkatan

kerja. Atau jika dipersentasekan jumlahnya sekitar 52 persen dari total

jumlah penduduk. Jumlah angkatan kerja yang besar ini merupakan

potensi, tapi juga sekaligus dapat dianggap sebagai suatu permasalahan

jika lapangan kerja sektor formal tidak mampu menampungnya.

Berbeda dengan karakteristik industri secara umum, industri kreatif lebih

mengutamakan eksploitasi ide, gagasan, dan kekayaan intelektual. Jika

industri secara umum membutuhkan porsi tenaga atau fisik yang lebih

besar, industri kreatif justru lebih membutuhkan pemikiran pelakunya.

Industri kreatif memiliki peranan penting ketika industri dan lapangan

kerja di sektor formal belum mampu menampung kelompok usia

angkatan kerja, yang jumlahnya setiap tahun terus bertambah.

Industri kreatif, atau yang juga lazim disebut dengan ekonomi kreatif,

dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan

penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Sementara

industri secara umum dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas

ekonomi yang terkait dengan bahan baku dan produk.

Industri atau ekonomi kreatif sebenarnya sama sekali tidak dapat

dipisahkan dari industri itu sendiri. Namun ekonomi kreatif lebih

berperan pada bagaimana proses menciptakan suatu produk industri

memiliki nilai jual yang lebih tinggi, karena ada unsur kreativitas di

dalamnya. Atau dapat juga dikatakan bahwa ekonomi kreatif adalah

proses untuk memoles, “membedaki”, dan memberikan sentuhan kreatif

pada suatu produk.

Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan

kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan

mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Page 68: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

Beberapa usulan program yang disusun dan diusulkan dalam

pengembangan industri dan ekonomi kreatif di Kota Tanjungpinang

antara lain : penyediaan sarana dan prasarana ruang kreatif,

pelaksanaan workshop sektor-sektor yang masuk dalam kategori

ekonomi kreatif, dan peningkatan program-program kerja yang telah

berjalan sebelumnya.

Tentang sejauhmana keberadaan dan perkembangan pelaku-pelaku

ekonomi kreatif di Tanjungpinang, mungkin kita dapat melihat atau

mengacu pada hasil pelaksanaan Festival Seni Kreatif yang dilaksanakan

oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang pada

Juni 2013 lalu.

Festival yang dilaksanakan selama 5 hari di lapangan Pamedan A Yani

itu menampilkan kreasi produk sanggar-sanggar seni, rumah produksi,

komunitas perupa, komunitas fotografi, komunitas videografi, fashion,

kelompok musik dan, pelaku ekonomi kreatif lainnya dengan jumlah

peserta sebanyak 56 kelompok. Dengan tranksasi ekonomi mencapai

lebih dari Rp. 35.000.000,-. Terlihat bahwa sebenarnya Tanjungpinang

menyimpan potensi pengembangan ekonomi kreatif.

Dari 15 sub sektor ekonomi kreatif, sektor penerbitan/percetakan

merupakan usaha ekonomi kreatif terbanyak di Tanjungpinang dengan

jumlah lebih dari 29 unit. Kemudian sub sektor game interaktif sebanyak

27 usaha, dan tentu saja sub sektor kuliner yang sulit dipastikan berapa

jumlahnya.

Korelasi antara ekonomi kreatif dengan pariwisata terlihat jelas pada

kerajinan, cinderamata, oleh-oleh, kuliner, seni pertunjukan budaya

yang biasanya dicari dan ingin dinikmati oleh wisatawan. Jika produk

kreatif yang dilihat, dinikmati, dan dirasakan oleh wisatawan tersebut

betul-betul berkesan, tentunya wisatawan tersebut akan terjadi

tranksasi ekonomi, perdagangan, dan bahkan dapat ditingkatkan

Page 69: Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat

menjadi suatu investasi. Masyarakat di sekitar objek wisata jelas dapat

memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuka peluang-peluang usaha

kepariwisataan. Tentu saja hal tersebut harus diikuti dengan syarat-

syarat dan kondisi-kondisi yang disenangi oleh wisatawan. Jadi terlihat

jelas bahwa kepariwisataan memiliki keterkaitan yang sangat erat

dengan seluruh sub sektor ekonomi kreatif.

Namun potensi pengembangan perekonomian kreatif yang ada di balik

dunia kepariwisataan di Tanjungpinang sementara ini belum mampu

dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut tak terlepas dari belum

terbukanya pola pikir masyarakat di sekitar objek wisata, seperti Pulau

Penyengat dan Kota Rebah, mengenai peluang ekonomi yang tersedia

pada kepariwisataan di daerahnya. Hal ini tentunya menjadi sebuah

tantangan tersendiri bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

serta pihak-pihak lain yang terkait, untuk menciptakan dan membangun

mindset masyarakat mengenai pengembangan ekonomi kreatif di Kota

Tanjungpinang. Ke depan, berbagai kebijakan, program, dan kegiatan

pemerintah diharapkan mampu disinergikan untuk mengembangkan

ekonomi kreatif secara lebih optimal.