Top Banner
GAMBARAN TINGKAT PEMENUHAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI PABRIK PERSONAL WASH PT UNILEVER INDONESIA TBK RUNGKUT SURABAYA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M) Oleh: SUBHAN MAHMASSHONY 1110101000028 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
182

gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

Sep 11, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

GAMBARAN TINGKAT PEMENUHAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI

PABRIK PERSONAL WASH PT UNILEVER INDONESIA TBK RUNGKUT

SURABAYA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

Oleh:

SUBHAN MAHMASSHONY

1110101000028

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

i

Page 3: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

ii

Page 4: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi dengan judul “Gambaran Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi

Kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016” ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta,

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2016

Subhan Mahmasshony

Page 5: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Februari-November 2016

Subhan Mahmasshony, NIM: 1110101000028

GAMBARAN TINGKAT PEMENUHAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI

PABRIK PERSONAL WASH PT UNILEVER INDONESIA TBK RUNGKUT

SURABAYA TAHUN 2016

xviii + 137 halaman + 30 tabel + 3 bagan + 12 gambar + 7 lampiran

ABSTRAK

Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya merupakan

produsen sabun batang di Indonesia. Dari studi pendahuluan diketahui dalam kegiatan

produksinya memiliki potensi kebakaran yang tinggi akibat penggunaan peralatan yang dapat

menghasilkan suhu yang tinggi, penggunaan bahan-bahan mudah terbakar, serta penggunaan

listrik bertegangan tinggi. Data perusahaan menunjukkan pada tahun 2002 telah terjadi

kebakaran di Pabrik Personal Wash diakibatkan mesin ketel uap di area boiler tidak mampu

menahan tekanan dan panas yang tinggi.

Penelitian ini bersifat kualitatif yang menggambarkan tingkat pemenuhan sistem

proteksi kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya.

Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016. Pemilihan informan dilakukan secara

purposive sampling, yang terdiri dari 1 informan kunci, 1 informan utama, dan 1 informan

pendukung. Sumber data berupa data primer yang terdiri dari hasil observasi dan wawancara,

data sekunder berupa telaah dokumen milik perusahaan. Untuk meningkatkan kevaliditasan

data, peneliti menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran

keseluruhan di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya adalah

sebesar 76,07%, yang berarti sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi

dengan baik, tetapi terdapat sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna

atau kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Komponen proteksi

kebakaran yang diperiksa terdiri atas: akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran

dengan tingkat pemenuhan sebesar 40%, sarana penyelamatan jiwa dengan tingkat

pemenuhan sebesar 87,08%, sistem proteksi pasif dengan tingkat pemenuhan sebesar 75%,

sistem proteksi aktif dengan tingkat pemenuhan sebesar 87,41%, utilitas bangunan gedung

dengan tingkat pemenuhan sebesar 90,90%.

Untuk meningkatkan performa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan

kebakaran, disarankan perusahaan sebaiknya memberikan penandaan jalur khusus mobil

pemadam kebakaran, memindahkan perabotan yang menutupi atau melewati garis pembatas

jalur evakuasi, melakukan pengujian fungsi pencahayaan darurat setiap bulannya, mengganti

iluminasi tanda arah yang sudah mati, menyimpan rekaman hasil pengujian detektor hingga

jangka waktu lebih dari 5 tahun sebelumnya, memberikan penandaan pada pipa tegak dan

ruang pengendali kebakaran.

Kata kunci : kebakaran, proteksi kebakaran, pabrik

Daftar bacaan : 43 (1980-2016)

Page 6: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

v

FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCE,

STUDY PROGRAM OF PUBLICH HEALTH

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Undergraduate Thesis, February-November 2016

Subhan Mahmasshony, NIM: 1110101000028

DESCRIPTION THE COMPLIANCE LEVEL OF FIRE PROTECTION SYSTEM AT

PERSONAL WASH FACTORY OF PT UNILEVER INDONESIA TBK RUNGKUT

SURABAYA IN 2016

xviii + 137 pages + 30 tables + 3 graphics + 12 pictures + 7 appendixes

ABSTRACT

Personal Wash factory PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya is a producer of

soap bars in Indonesia. From preliminary studies are known in their production activities

have a high fire potential due to the use of equipment that can produce high temperatures, the

use of flammable materials, and the use of high-voltage electricity. Company data showed in

2002 there has been a fire in the engine caused Manufacturing Personal Wash boilers in the

boiler area are not able to withstand high pressure and heat.

This is a qualitative study that describes the level of compliance with the fire

protection system in Personal Wash factory PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya.

The study was conducted in February-March 2016. The selection of informants done by

purposive sampling, which consists of one key informant, one key informants, and one

informant support. The data source consist of primary data in the form of observations dan

interviews, secondary data review of documents of company. To increase the validity of data,

researchers used the method of triangulation and source triangulation.

The results showed the level of compliance with the fire protection system as a whole

in the Personal Wash Factory of PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya amounted to

76.07%, which means that most of the components of fire protection systems are functioning

properly, but there are some others components of the utility function is deficient or capacity

is less than specified in the specification. Protection system examined consists of: access and

water supply for firefighting with the level of compliance by 40%, means of saving lives with

the level of compliance by 87,08%, passive protection system with the level of compliance by

75%, active protection system with the level of compliance by 87,41%, utility buildings with

the level of compliance by 90,90%.

To improve performance in the prevention and control of fire, suggested the company

should provide marking a special line of fire trucks, moving furniture covering or crosses the

border evacuation routes, testing the function of emergency lighting every month, replacing

illumination direction sign dead, save recordings detector test results up to a period of more

than five years earlier, giving the marking on the standpipe and fire control room.

Key Words : fire, fire protection, factory

Reading list : 43 (1980-2016)

Page 7: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Subhan Mahmasshony

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir : Bondowoso, 25 Agustus 1989

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jalan Brigjen Katamso Nomor 29 Banyuwangi – Jawa Timur

Nomor Handphone : 0852 3617 4461

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2010 – sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2005 – 2008 : SMAN 1 Glagah Banyuwangi

2002 – 2005 : SMPN 1 Banyuwangi

1996 – 2002 : SDN Bugih 4 Pamekasan, SDN Penganjuran V Banyuwangi

1994 – 1996 : TK Pertiwi Pamekasan

Page 8: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

vii

KATA PENGANTAR

Besarnya puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa membimbing hamba-Nya,

serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu mendoakan dan

membawa umatnya menjadi umat yang terbaik. Dengan syukur penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran

di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tentu mendapatkan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini, penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Jakarta.

2. Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM selaku pembimbing fakultas dalam

penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan banyak waktunya dalam membimbing

dan memberikan pemahaman hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

3. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku pembimbing fakultas dalam penyusunan skripsi

ini, yang telah meluangkan banyak waktunya dalam membimbing dan memberikan

pemahaman hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T., M.KKK selaku penguji skripsi, yang telah memberikan

koreksi, arahan dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Nur Najmi Laila, SKM, M.KKK selaku penguji skripsi, yang telah memberikan

koreksi, arahan dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, M.KKK selaku penguji skripsi, yang telah memberikan

koreksi, arahan dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Patria Mahendra Datta, S.T. selaku staf SHE di Pabrik Personal Wash

sekaligus sebagai informan utama dalam penelitian ini.

8 Bapak Gian Tiara Putra, S.T. selaku staf SHE PT KAI Bandung sekaligus sebagai

informan kunci yang telah meluangkan waktunya untuk mendiskusikan terkait

penelitian.

9. Bapak Dodi Priambodo selaku staf security di Pabrik Personal Wash sekaligus

sebagai informan pendukung yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

informasi terkait penelitian.

Page 9: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

viii

10. Keluarga tercinta, Bapak Drs. Saidi; Ibu Siti Syamsiyah; Zuhairi Bharata Asbahi,

SHI, Saniswari Widyanata, SE, dan Henny, yang selalu mendukung penulis agar

selalu melangkah kedepan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, UIN Jakarta.

12. Teman-teman K3 2010 yang tak terlewatkan, God Bless You!

Akhir kata, penulis menyadari akan ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini,

penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, Desember 2016

Penulis

Page 10: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iii

ABSTRAK .................................................................................................................. iv

ABSTRACT................................................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................... 6

1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 6

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

1.5.1 Bagi Mahasiswa ............................................................................ 8

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ................................... 8

Page 11: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

x

1.5.3 Bagi Perusahaan ............................................................................ 8

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 10

2.1 Teori Dasar Api ......................................................................................... 10

2.1.1 Teori Segitiga Api ....................................................................... 10

2.1.2 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire) ............................ 10

2.2 Kebakaran.................................................................................................. 12

2.2.1 Pengertian Kebakaran .................................................................. 12

2.2.2 Klasifikasi Kebakaran ................................................................. 12

2.2.3 Penyebab Kebakaran ................................................................... 13

2.3 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran .......................................... 13

2.3.1 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran..................... 13

2.3.2 Sarana Penyelamatan Jiwa ........................................................... 14

2.3.3 Sistem Proteksi Pasif ................................................................... 18

2.3.4 Sistem Proteksi Aktif ................................................................... 19

2.3.5 Utilitas Bangunan Gedung ........................................................... 29

2.4 Teknik Skoring .......................................................................................... 32

2.5 Tingkat Pemenuhan ................................................................................... 33

2.6 Kerangka Teori .......................................................................................... 35

BAB II KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ................................... 36

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 36

3.2 Definisi Istilah ........................................................................................... 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 46

4.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 46

Page 12: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xi

4.3 Informan .................................................................................................... 46

4.3.1 Informan Kunci ........................................................................... 46

4.3.2 Informan Utama .......................................................................... 47

4.3.3 Informan Pendukung ................................................................... 47

4.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 48

4.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 49

4.5.1 Data Primer ................................................................................. 49

4.5.1 Data Sekunder ............................................................................. 50

4.6 Validasi Data ............................................................................................. 50

4.7 Analisis Data ............................................................................................. 52

BAB V HASIL ........................................................................................................... 55

5.1 Gambaran Umum Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya Tahun 2016 ................................................................. 55

5.1.1 Sejarah Singkat Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya .................................................................. 55

5.1.2 Gambaran Proses Produksi di Pabrik Personal Wash PT

Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya .................................... 56

5.1.3 Identifikasi Potensi Bahaya Kebakaran dan Program

Penanggulangan Kebakaran di Pabrik Personal Wash (PW) PT

Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 ................ 60

5.2 Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran ... 62

5.3 Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa ......................................... 66

5.4 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Pasif .................................................. 74

5.5 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Aktif ................................................. 76

5.6 Tingkat Pemenuhan Utilitas Bangunan Gedung ......................................... 92

Page 13: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xii

5.7 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran secara Keseluruhan .......... 98

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 100

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 100

6.2 Sistem Proteksi Kebakaran....................................................................... 101

6.3 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran ................................. 102

6.4 Sarana Penyelamatan Jiwa ....................................................................... 107

6.5 Sistem Proteksi Pasif ............................................................................... 111

6.6 Sistem Proteksi Aktif ............................................................................... 113

6.7 Utilitas Bangunan Gedung ....................................................................... 122

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 128

7.1 Simpulan ................................................................................................. 128

7.2 Saran ....................................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 133

LAMPIRAN

Page 14: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembobotan Sistem Proteksi Kebakaran ...................................................... 33

Tabel 2.2 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran ............................................................. 34

Tabel 3.1 Definisi Istilah ............................................................................................. 38

Tabel 4.1 Pemilihan Informan ..................................................................................... 46

Tabel 4.2 Triangulasi Sumber...................................................................................... 49

Tabel 4.3 Triangulasi Metode ...................................................................................... 50

Tabel 4.4 Pembobotan Sistem Proteksi Kebakaran ...................................................... 51

Tabel 4.5 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran ............................................................. 53

Tabel 5.1 Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran ..... 54

Tabel 5.2 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar ..................................................... 58

Tabel 5.3 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat ............................................................... 61

Tabel 5.4 Tingkat Pemenuhan Pencahayaan Darurat ................................................... 63

Tabel 5.5 Tingkat Pemenuhan Tanda Arah Evakuasi ................................................... 65

Tabel 5.6 Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa ........................................... 67

Tabel 5.7 Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api .................................................. 68

Tabel 5.8 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pasif .................................. 70

Tabel 5.9 Tingkat Pemenuhan Sistem Deteksi Kebakaran ........................................... 70

Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran ....................................................... 73

Tabel 5.11 Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual ................................................. 75

Tabel 5.12 Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik ....................................... 76

Tabel 5.13 Tingkat Pemenuhan Sistem Hidran ............................................................ 80

Tabel 5.14 Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak ..................................................... 82

Tabel 5.15 Tingkat Pemenuhan APAR ........................................................................ 84

Page 15: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xiv

Tabel 5.16 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Aktif................................ 88

Tabel 5.17 Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik .................................................. 89

Tabel 5.18 Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran ...................................... 92

Tabel 5.19 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir .................................................. 94

Tabel 5.20 Tingkat Pemenuhan Utilitas Bangunan Gedung ......................................... 95

Tabel 5.21 Pembobotan Sistem Proteksi Kebakaran .................................................... 96

Tabel 5.22 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Secara Keseluruhan ......... 97

Page 16: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alur Kerangka Teori ........................................................................ 35

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 37

Bagan 5.1 Proses Produksi di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya ....................................................................................................... 60

Page 17: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Segitiga Api .................................................................................... 10

Gambar 2.2 Teori Bidang Empat Api .......................................................................... 10

Gambar 5.1 Fire Pump ................................................................................................ 65

Gambar 5.2 Pintu Tahan Api ....................................................................................... 69

Gambar 5.3 Tanda Arah Evakuasi ............................................................................... 73

Gambar 5.4. Tulisan “EXIT” yang di iluminiasi .......................................................... 73

Gambar 5.5 Detektor Asap .......................................................................................... 78

Gambar 5.6 Titik Panggil Manual ............................................................................... 81

Gambar 5.7 Hidran ...................................................................................................... 85

Gambar 5.8 Pipa Tegak ............................................................................................... 88

Gambar 5.9 Apar Dry Chemical .................................................................................. 91

Gambar 5.10 Ruang Pengendali Kebakaran ................................................................. 96

Page 18: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AHP : Analytical Hierarchical Process

APAR : Alat Pemadam Api Ringan

IEC : International Electotechnical Commision

Permen PU : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PLN : Perusahaan Listrik Negara

OSHA : Occupational Safety and Health Administration

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PW : Personal Wash

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SHE : Safety Health dan Environment

SNI : Standar Nasional Indonesia

NFPA : National Fire Protection Association

SPP : Sistem Proteksi Petir

TKA : Tingkat Ketahanan Api

Page 19: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penerimaan Melakukan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Observasi

Lampiran 4. Pedoman Wawancara dengan Informan

Lampiran 5. Matriks Wawancara

Lampiran 6. Dokumentasi Komponen Proteksi Kebakaran

Lampiran 7. Sertifikat Pengesahan Komponen Proteksi Kebakaran

Page 20: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan suatu bencana yang sering terjadi hingga saat ini.

Menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000, kebakaran adalah suatu

fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi

secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap

air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau produk dan efek lainnya (SNI, 2000).

Menurut National Fire Protection Association, kebakaran adalah suatu peristiwa

oksidasi dimana dalam suatu waktu bertemu tiga buah unsur, yakni bahan yang

mudah terbakar, oksigen yang terdapat didalam udara, dan panas yang dapat berakibat

menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan kematian manusia (NFPA,

2010).

Pada dasarnya kebakaran adalah proses kimia yaitu reaksi antara bahan bakar

(fuel) dengan oksigen dari udara atas bantuan sumber panas (heat). Ketiga unsur api

tersebut dikenal sebagai segitiga api (fire triangle). Oleh karena itu, bencana

kebakaran selalu melibatkan bahan mudah terbakar dalam jumlah yang besar baik

yang berbentuk padat seperti kayu, kertas atau kain maupun bahan cair seperti bahan

bakar dan bahan kimia (Ramli, 2010).

Permasalahan kecelakaan terbesar dalam dunia industri salah satunya adalah

masalah kebakaran. Kerugian yang dialami apabila terjadi kebakaran di suatu industri

sangat besar karena menyangkut nilai aset yang tinggi, proses produksi dan peluang

kerja. Akibat terjadinya bencana kebakaran menyebabkan kerugian bagi beberapa

pihak, antara lain perusahaan, para pekerja, pemerintah ataupun masyarakat. Untuk itu

Page 21: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

20

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran sudah seharusnya menjadi program

dalam suatu kebijakan manajemen perusahaan serta dukungan banyak pihak (Ramli,

2010).

Menurut data yang bersumber dari Dinas Pemadam Kebakaran, terhitung per

tanggal 1 Januari 2015 sampai pada tanggal 20 Desember 2015 telah terjadi 467 kali

peristiwa kebakaran di wilayah Surabaya, dengan perkiraan kerugian material

mencapai Rp. 546,11 miliar (Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya, 2015).

Kebakaran memang merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diduga kapan

terjadinya (unpredictable). Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan akan melanda

sasaran apa saja. Namun sesungguhnya kebakaran merupakan sesuatu yang dapat

dicegah terjadinya atau preventable. Dengan kebakaran juga, hasil usaha dan upaya

yang sekian lama dikerjakan dapat menjadi hilang dalam waktu beberapa jam atau

beberapa menit saja. Masalah kebakaran disana-sini masih terjadi. Hal ini

menunjukkan, betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap kebakaran perlu

lebih ditingkatkan (Suma’mur, 2010).

Salah satu penyebab terjadinya kebakaran dan tingginya dampak kerugian

akibat kebakaran adalah dikarenakan tidak terpenuhinya mengenai sarana pencegahan

dan penanggulangan kebakaran secara memadai. Untuk itu sangat perlu dilakukan

upaya pemenuhan sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran sesuai

peraturan dan standar yang berlaku agar mampu dalam hal pencegahan kejadian

kebakaran, mengurangi frekuensi kejadian kebakaran, serta meminimalisasi dampak

kerugian akibat kebakaran.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008, sistem

proteksi kebakaran pada gedung bangunan dan lingkungan adalah sistem yang terdiri

atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada

Page 22: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

21

bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi

pasif, maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan

lingkungan terhadap bahaya kebakaran (Permen PU, 2008).

Evaluasi terhadap sistem merupakan salah satu penerapan utama dari tujuan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu continuous improvement.

Oleh karena itu sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui seberapa

efektif sistem yang sedang mereka jalankan. Dengan melakukan evaluasi terhadap

sistem, perusahaan dapat mengetahui kesesuaian sistem terhadap standar yang

berlaku, serta mengetahui seberapa besar tingkat pemenuhan sistem proteksi

kebakaran yang sedang dijalankan tersebut (Gercek, 2007).

PT. Unilever Indonesia Tbk. Rungkut Surabaya merupakan salah satu cabang

dari Pabrik PT. Unilever yang ada di Indonesia. Pabrik yang berada di jalan Rungkut

Industri IV no. 5-11 Surabaya, Jawa Timur merupakan bagian dari kawasan industri

SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) yang memproduksi sabun, pasta gigi dan

deodorant. Dalam lingkup PT. Unilever Indonesia Rungkut Surabaya terdapat dua

unit pabrik yang beroperasi. Pabrik pertama yaitu Personal Care (PC), adalah pabrik

yang memproduksi pasta gigi “Pepsodent” dan deodorant “Rexona”. Pabrik kedua

yaitu Personal Wash (PW), adalah pabrik yang memproduksi sabun batang

diantaranya sabun “Lifebuoy” dan “Lux”.

Dari hasil observasi dan wawancara pada studi pendahuluan yang telah

dilakukan peneliti dengan salah satu staf Unit Kerja SHE di Pabrik Personal Wash,

bahwasanya pabrik Personal Wash (PW) memiliki potensi untuk terjadi kebakaran

yang lebih tinggi daripada di Pabrik Personal Care, dimana dalam kegiatan

produksinya memiliki potensi yang tinggi untuk terjadi kebakaran (high risk) yang

melibatkan banyak peralatan yang menghasilkan suhu dan tekanan yang sangat tinggi,

Page 23: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

22

penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar, penggunaan listrik bertegangan

tinggi, serta ditemukan tidak adanya penandaan khusus untuk jalur mobil pemadam

kebakaran, dan terdapat tanda petunjuk arah evakuasi yang tidak diiluminasi ataupun

iluminasi tanda arah yang sudah mati. Data dari perusahaan menunjukkan bahwa pada

tahun 2002 telah terjadi kebakaran di Pabrik Personal Wash dikarenakan mesin ketel

uap (boiler) tidak mampu menahan tekanan berlebih (over-pressure) serta panas

berlebih (over-heat) sehingga mengakibatkan mesin tersebut meledak dan membakar

sebuah gedung di area boiler, menyebabkan satu orang meninggal. Peristiwa

meledaknya mesin boiler terjadi begitu saja atau secara tiba-tiba, sehingga sistem

deteksi kebakaran tidak sempat memberikan tanda peringatan saat sebelum terjadinya

ledakan yang mengakibatkan kebakaran. Alarm kebakaran bereaksi beberapa detik

kemudian saat setelah kebakaran menyala. (Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya, 2002).

Dari beberapa keterangan masalah yang telah disebutkan, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pemenuhan sistem

proteksi kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26

tahun 2008. Peneliti menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26

tahun 2008 sebagai standar acuan dikarenakan Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya termasuk dalam gedung kelas 8, yaitu bangunan

gedung yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produk, perakitan,

perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang

produksi dalam rangka penjualan atau perdagangan.

Page 24: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

23

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil observasi dan wawancara pada studi pendahuluan yang telah

dilakukan peneliti dengan salah satu staf Unit Kerja SHE di Pabrik Personal Wash,

bahwasanya pabrik Personal Wash (PW) memiliki potensi untuk terjadi kebakaran

yang tinggi, serta ditemukan tidak adanya penandaan khusus untuk jalur mobil

pemadam kebakaran, dan terdapat tanda petunjuk arah evakuasi yang tidak

diiluminasi ataupun iluminasi tanda arah yang sudah mati. Data dari perusahaan

menunjukkan bahwa pada tahun 2002 telah terjadi kebakaran di Pabrik Personal

Wash dikarenakan tekanan berlebih (over-pressure) serta panas berlebih (over-heat)

pada mesin ketel uap sehingga mengakibatkan mesin tersebut meledak dan membakar

sebuah gedung di area boiler, menyebabkan satu orang meninggal (Pabrik Personal

Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya, 2002).

Dari beberapa keterangan masalah yang telah disebutkan, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pemenuhan sistem

proteksi kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26

tahun 2008.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Permen PU

No.26/PRT/M/2008?

2. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa yang

terdiri dari sarana jalan keluar, pintu darurat, pencahayaan darurat, dan tanda

petunjuk arah evakuasi di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia

Page 25: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

24

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Permen PU

No.26/PRT/M/2008?

3. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran pasif yang

terdiri dari konstruksi tahan api di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Permen PU

No.26/PRT/M/2008?

4. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran aktif yang

terdiri dari sistem deteksi kebakaran, alarm kebakaran, titik panggil manual,

sistem springkler otomatik, sistem hidran, sistem pipa tegak, dan APAR di

Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya

Tahun 2016 berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008?

5. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan utilitas bangunan yang terdiri dari

sumber daya listrik, pusat pengendali kebakaran, dan sistem proteksi petir di

Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya

Tahun 2016 berdasarkan Permen PU No. 26/PRT/M/2008?

6. Bagaimana rata-rata tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di Pabrik

Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun

2016 berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi

kebakaran di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016.

Page 26: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

25

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan akses dan pasokan air

untuk pemadam kebakaran di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Permen PU

No.26/PRT/M/2008.

2 Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa

yang terdiri dari sarana jalan keluar, pintu darurat, pencahayaan

darurat, dan tanda petunjuk arah evakuasi di Pabrik Personal Wash

(PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008.

3. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran

pasif yang terdiri dari konstruksi tahan api di Pabrik Personal Wash

(PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008.

4. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran

aktif yang terdiri dari sistem deteksi kebakaran, alarm kebakaran, titik

panggil manual, sistem springkler otomatik, sistem hidran, sistem pipa

tegak, dan APAR di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Permen PU

No.26/PRT/M/2008.

5. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan utilitas bangunan yang

terdiri dari sumber daya listrik, pusat pengendali kebakaran, dan sistem

proteksi petir di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Permen PU

No.26/PRT/M/2008.

Page 27: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

26

6. Diketahuinya rata-rata tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di

Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Mahasiswa

1. Menambah referensi, wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi

mahasiswa dalam menyusun dan melaksanakan suatu kegiatan

penelitian.

2. Hasil dari penelitian ini dapat menambah referensi, wawasan dan

pengetahuan bagi mahasiswa mengenai evaluasi sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Sebagai bahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya mengenai

evaluasi sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan

lingkungan.

2. Sebagai bahan referensi bagi peminatan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3 Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pihak perusahaan

khususnya Unit Kerja Safety Health and Environment (SHE) Pabrik Personal

Wash (PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya dalam

mengevaluasi tingkat kesesuaian sistem proteksi kebakaran pada bangunan

gedung dan lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 26 Tahun 2008.

Page 28: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

27

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian dilakukan di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya pada bulan Februari – Maret Tahun 2016 untuk mengetahui

gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di Pabrik Personal Wash

(PW) PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008.

Penelitian dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah

dilakukan, bahwa dari kejadian kebakaran yang pernah terjadi sehingga menyebabkan

korban jiwa, kegiatan produksi yang sangat berpotensi untuk terjadinya kebakaran

(high risk), ditemukan tidak adanya penandaan khusus untuk jalur mobil pemadam

kebakaran, terdapat tanda petunjuk arah evakuasi yang tidak diiluminasi maupun

iluminasi tanda arah yang sudah mati, serta belum pernah dilakukan penelitian

sebelumnya mengenai evaluasi tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran.

Page 29: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Api

2.1.1 Teori Segitiga Api

Teori segitiga api (fire triangle) menjelaskan bahwa kebakaran terjadi

karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api, yaitu (Ramli, 2010):

a. Bahan bakar (fuel)

b. Sumber panas (heat)

c. Oksigen

Gambar 2.1

Teori Segitiga Api

Sumber: Ramli, 2010

Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi

satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat

terjadi (Ramli, 2010).

2.1.2 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)

Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan

ditemukannya unsur keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia.

Page 30: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

11

Konsep ini dikenal dengan teori tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan

berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan pemadam tepung kimia (dry

chemical) dan halon (halogenated hydrocarbon). Ternyata jenis bahan

pemadam ini mempunyai kemampuan memtus rantai reaksi kontinuitas api

(Geotsch, 2005).

Gambar 2.2

Teori Tetrahedron of Fire

Sumber: Geotsch, 2005

Teori tetrahedron of fire didasarkan bahwa dalam panas pembakaran

yang normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan

beberapa zat hasil pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap, dan gas. Hasil dari

reaksi ini adalah adanya radikal bebas dari atom oksigen dan atom hidrogen

dalam dalam bentuk hidroksil (OH). Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi

H2O dan radikal bebas O. O radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai

umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran berantai

(Geotsch, 2005).

Page 31: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

12

2.2 Kebakaran

2.2.1 Pengertian Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008,

bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman

potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran

hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan (Permen PU, 2008).

Menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000, kebakaran

adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur

kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan panas,

nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau

produk dan efek lainnya (SNI, 2000).

Kebakaran menurut National Fire Protection Association adalah suatu

peristiwa oksidasi dimana dalam suatu waktu bertemu tiga buah unsur, yakni

bahan yang mudah terbakar, oksigen yang terdapat didalam udara, dan panas

yang dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan

kematian manusia (NFPA, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran menurut National Fire Protection Association

(NFPA):

a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);

b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);

c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);

d. Kebakaran bahan logam (Golongan D), dan

e. Kebakaran akibat peralatan atau aktivitas memasak (Golongan K)

(NFPA, 2010).

Page 32: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

13

2.2.3 Penyebab Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang

kurang perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran.

b. Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli, 2010).

2.3 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran berdasarkan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008

2.3.1 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26 tahun 2008,

lingkungan perumahan, perdagangan, industri dan/atau campuran harus

direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia sumber air berupa hidran

halaman, sumur kebakaran atau reservoir air dan sebagainya yang

memudahkan instansi pemadam kebakaran menggunakannya, sehingga setiap

rumah dan bangunan gedung dapat dijangkau oleh pancaran air unit pemadam

kebakaran dari jalan di lingkungannya. Untuk melakukan proteksi terhadap

meluasnya kebakaran dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam

lingkungan bangunan gedung harus tersedia jalan lingkungan dengan

perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran (Permen

PU, 2008).

Berikut adalah persyaratan akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008:

Page 33: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

14

a. Tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau

reservoir air dan sebagainya.

b. Setiap lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana

komunikasi umum yang dapat dipakai setiap saat untuk memudahkan

penyampaian informasi kebakaran

c. Tersedia jalur akses mobil pemadam kebakaran

d. Tersedia jalan lingkungan perkerasan di dalam lingkungan bangunan

gedung harus agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran

e. Lebar lapis perkerasan pada jalur masuk yang digunakan untuk mobil

pemadam kebakaran lewat minimal 4 m.

f. Area jalur masuk kedua sisinya ditandai dengan warna yang kontras.

g. Area jalur masuk pada kedua Sisinya ditandai dengan bahan yang

bersifat reflektif.

h. Penandaan jalur pemadam Kebakaran diberi jarak antara tidak lebih

dari 3 m satu sama lain.

i. Penandaan jalur pemadam kebakaran dibuat di kedua sisi jalur

penandaan jalur pemadam kebakaran diberi tulisan “JALUR

PEMADAM KEBAKARAN - JANGAN DIHALANGI”. (Permen

PU, 2008)

2.3.2 Sarana Penyelamatan Jiwa

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008,

tujuan dibuatnya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk mencegah terjadinya

kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat keadaan

darurat terjadi. Sub komponen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan

Page 34: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

15

jiwa adalah sarana jalan keluar, pintu darurat, pencahayaan darurat, dan tanda

petunjuk arah evakuasi (Permen PU).

a. Sarana Jalan Keluar

Menurut Permen PU No. 26 tahun 2008, setiap bangunan

gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan ke luar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu

yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat

hal-hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat (SNI, 2000).

Berikut adalah persyaratan sarana jalan keluar dalam Permen

PU No. 26 Tahun 2008:

i. Terdapat koridor yang digunakan sebagai akses EXIT

ii. Sarana jalan keluar dipelihara terus menerus bebas dari segala

hambatan atau rintangan

iii. Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak diletakkan

sehingga menggangu EXIT, akses ke sana, jalan ke luar dari

sana atau mengganggu pandangan

iv. Tidak ada cermin yang dipasang di dalam atau dekat EXIT

manapun sedemikian rupa yang dapat membingungkan arah

jalan ke luar

v. Lebar akses EXIT ≥ 71 cm

vi. Jumlah sarana jalan keluar ≥ 2

vii EXIT berakhir pada jalan umum atau bagian luar dari EXIT

pelepasan (Permen PU, 2008).

Page 35: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

16

b. Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun

2008, setiap pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi

atau pintu ayun. Pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu

berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh.

Kunci-kunci, bila ada, harus tidak membutuhkan sebuah anak kunci,

alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya

dari dalam bangunan gedung. Sebuah grendel atau alat pengunci lain

pada sebuah pintu harus disediakan dengan alat pelepas yang

mempunyai metoda operasi yang jelas pada semua kondisi

pencahayaan. Mekanisme pelepasan untuk grendel manapun harus

ditempatkan sekurang- kurangnya 87 cm, dan tidak lebih dari 120 cm

di atas lantai (Permen PU, 2008).

Berikut adalah persyaratan pintu darurat dalam Permen PU No.

26 tahun 2008:

i. Pintu pada sarana jalan keluar dari jenis engsel atau pintu ayun

ii. Pintu dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari

posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

iii. Pintu darurat membuka ke arah jalur jalan keluar

iv. Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci, alat atau

pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya

dari dalam gedung

v. Grendel pintu darurat ditempatkan 87-120 cm di atas lantai

vi. Pintu darurat tidak dalam posisi terbuka setiap saat

Page 36: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

17

vii. Pintu darurat menutup sendiri atau menutup otomatis (Permen

PU, 2008)

c. Pencahayaan Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun

2008, pencahayaan darurat adalah suatu tingkat pencahayaan untuk

pelaksanaan evakuasi yang aman pada saat keadaan darurat (Permen

PU, 2008).

Persyaratan dari pencahayaan darurat menurut Permen PU No.

26 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

i. Iluminasi Jalan Keluar utama bukan merupakan pencahayaan

listrik yang dioperasikan dengan batere dan jenis lain dari

lampu jinjing atau lentera

ii. Tersedia pencahayaan darurat

iii. Pengujian fungsi pencahayaan darurat dilakukan dalam jangka

waktu 30 hari untuk sekurang-kurangnya 30 detik

iv. Rekaman tertulis dari inspeksi visual dan pengujian disimpan

oleh pemilik bangunan gedung (Permen PU, 2008).

d. Tanda Petunjuk Arah Evakuasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun

2008, eksit selain dari pintu eksit utama di bagian luar bangunan

gedung yang jelas dan nyata harus diberi tanda dengan sebuah tanda

yang disetujui yang mudah terlihat dari setiap arah akses eksit. Akses

ke eksit juga harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah

terlihat di semua keadaan di mana eksit atau jalan untuk mencapainya

tidak tampak langsung oleh para penghuni.

Page 37: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

18

Beberapa adalah persyaratan untuk tanda petunjuk arah

evakuasi dalam Permen PU No. 26 tahun 2008:

i. Terdapat tanda petunjuk arah pada saran jalan keluar

ii. Warna tanda petunjuk arah nyata dan kontras

iii. Pada setiap lokasi ditempatkan tanda arah dengan indikator

arah

iv. Tanda arah dengan iluminasi eksternal dan internal harus dapat

dibaca pada kedua mode pencahayaan normal dan darurat.

v. Setiap tanda arah diiluminasi terus menerus

vi. Tanda petunjuk arah terbaca “EXIT” atau kata lain yang tepat

dan berukuran ≥ 10 cm.

vii. Lebar huruf pada kata EXIT ≥ 5 cm kecuali huruf “I” Spasi

minimum antara huruf pada kata “EXIT” ≥ 1 cm (Permen PU,

2008)

2.3.3 Sistem Proteksi Pasif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008,

sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang

terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan

komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan

berdasarkan tingkat ketahanan api, serta perlindungan terhadap bukaan

(Permen PU, 2008).

a. Konstruksi Tahan Api

Konstruksi tahan api dalam Permen PU No. 26 tahun 2008

adalah terdiri dari penghalang api, dinding api, dinding luar dikaitkan

dengan lokasi bangunan gedung yang dilindungi, partisi penahan

Page 38: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

19

penjalaran api, dan penutup asap. Konstruksi tahan api tersebut harus

dipelihara dan harus diperbaiki, diperbaharui atau diganti dengan tepat

apabila terjadi kerusakan, perubahan, keretakan, penembusan,

pemindahan atau akibat pemasangan yang salah (Permen PU, 2008).

Berikut adalah persyaratan konstruksi tahan api dalam Permen

PU No 26 tahun 2008:

i. Terdapat dinding penghalang api untuk membagi bangunan

gedung untuk mencegah penyebaran api.

ii. Terdapat pintu tahan api

iii. Dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api

iv. Pintu tahan api harus mempunyai perlengkapan menutup

sendiri atau menutup secara otomatis (Permen PU, 2008)

2.3.4 Sistem Proteksi Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008,

sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara

lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun

otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa

tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan

kimia, seperti APAR dan pemadam khusus (Permen PU, 2008).

a. Sistem Deteksi Kebakaran (Fire Detector)

Menurut Permen PU No. 26 tahun 2008, Detector adalah alat

yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal

(Permen PU). Alat untuk mendeteksi api ini disebut detektor api (fire

detector) yang dapat digolongkan beberapa jenis yaitu :

Page 39: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

20

i. Detektor asap (smoke detector)

Detektor asap adalah sistem deteksi kebakaran yang

mendeteksi adanya asap. Menurut sifat fisiknya, asap

merupakan partikel-partikel karbon hasil pembakaran yang

tidak sempurna. Keberadaan ini digunakan untuk membuat

suatu alat deteksi asap. Detektor asap dapat dikelompokkan

atas 2 jenis yaitu jenis ionisasi dan photoelectric. Sesuai dengan

sifat tersebut, maka detektor asap sangat tepat digunakan di

dalam bangunan di mana banyak terdapat kebakaran kelas A

yang banyak menghasilkan asap. Namun kurang tepat

digunakan untuk kebakaran hidrokarbon atau gas (Ramli,

2010).

ii. Detektor panas (heat detector)

Detektor panas adalah peralatan dari detektor kebakaran

yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatic

yang secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas

yang diterimanya. Detektor panas ini sangat sesuai ditempatkan

di area dengan kelas kebakaran kelas B atau cairan dan gas

mudah terbakar seperti instalasi minyak dan kimia. Jenis-jenis

detektor panas antara lain:

1) Detektor suhu tetap

2) Detektor jenis peningkatan suhu

3) Detektor pemuaian (Ramli, 2010).

Page 40: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

21

iii. Detektor nyala (flame detector)

Api juga mengeluarkan nyala (flame) yang akan

menyebar ke sekitarnya. Api mengeluarkan radiasi sinar infra

merah dan ultra violet. Keberadaan sinar ini dapat dideteksi

oleh sensor yang terpasang dalam detektor. Sesuai dengan

fungsinya, detector ini ada beberapa jenis yaitu :

1) Detektor infra merah (infrared detector)

2) Detektor UV (ultra violet detector)

3) Detektor foto elektris (photo electric detector) (Ramli,

2010).

Berikut adalah persyaratan sistem detektor kebakaran menurut

Permen PU No. 26 yang berpedoman pada SNI 03-3985 (2000):

i. Terdapat detektor kebakaran yang dipasang di seluruh ruangan.

ii. Setiap detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik

iii. Detektor diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis.

iv. Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan.

v. Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan

pemeliharaan, harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi yang berwenang (SNI, 2000).

b. Alarm Kebakaran

Beberapa macam jenis alarm kebakaran, diantaranya :

Page 41: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

22

i. Bel

Bel merupakan alarm yang akan berdering jika terjadi

kebakaran. Dapat digerakkan secara manual atau dikoneksi

dengan sistem deteksi kebakaran Suara bel agak terbatas,

sehingga sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas seperti

kantor (Ramli, 2010).

ii. Sirene

Fungsi sama dengan bel, namun jenis suara yang

dikeluarkan berupa sirine. Ada yang digerakkan secara manual

dan ada yang bekerja secara otomatis. Sirine mengeluarkan

suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas seperti pabrik (Ramli, 2010).

iii. Pengeras suara (public address)

Dalam suatu bangunan yang luas di mana penghuni

tidak dapat mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu

dipasang jaringan pengeras suara yang dilengkapi dengan

penguatnya (Pre-amplifier) sebagai pengganti sistem bell, dan

horn. Sistem ini memungkinkan digunakannya komunikasi

searah kepada penghuni agar mereka mengetahui cara dan

sarana untuk evakuasi (Ramli, 2010).

iv. Horn

Horn juga berupa suara yang cukup keras namun lebih

rendah dibanding sirine (Ramli, 2010).

Berikut adalah persyaratan alarm kebakaran dalam Permen PU

No. 26 tahun 2008 yang menyeseuaikan dengan SNI 03-3985 (2000):

Page 42: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

23

i. Terdapat alarm kebakaran pada unit produksi

ii. Sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain (SNI, 2000)

c. Titik Panggil Manual

Menurut SNI 03-3985 (2000) titik panggil manual adalah suatu

alat yang dioperasikan secara manual guna memberi isyarat adanya

kebakaran. Titik panggil manual harus berwarna merah. Penempatan

titik panggil manual yang dipersyaratkan yaitu pada lintasan menuju ke

luar dengan ketinggian 1,4 meter dari lantai. Lokasi penempatan titik

panggil manual harus tidak mudah terkena gangguan, tidak

tersembunyi, mudah kelihatan, mudah dicapai serta ada pada jalur arah

ke luar bangunan. Selain itu, titik panggil manual beserta dengan bel

harus ditempatkan di dekat panel kontrol yang mudah dicapai serta

terlihat jelas (SNI, 2000).

Berikut adalah persyaratan titik panggil manual dalam Permen

PU No. 26 tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-3985 (2000):

i. Titik panggil manual harus bewarna merah & dipasang pada

lintasan menuju keluar

ii. Semua titik panggil manual dipasang pada lintasan menuju ke

luar dan dipasang pada ketinggian 1,4 meter dari lantai.

iii. Lokasi penempatan tidak mudah terkena gangguan, mudah

kelihatan & dicapai

iv. Jarak suatu titik sembarang ke posisi titik panggil manual

maksimum 30 m (SNI, 20000).

Page 43: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

24

d. Sistem Springkler Otomatik

Menurut SNI 03-3989 (2000), springkler adalah alat pemancar

air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata (SNI, 2000).

Berikut adalah persyaratan sistem springkler oromatik menurut

Permen PU No. 26 tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-3989

(2000):

i. Terpasang springkler otomatis

ii. Springkler tidak diberi ornament, cat, atau diberi pelapisan

iii. Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

menyebabkan korosi, tidak mengandung serat atau bahan lain

yang dapat mengganggu bekerjanya springkler

iv. Setiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan

dan berkapasitas cukup, dan harus dibawah penguasaan pemilik

gedung

v. Jarak minimum antara dua kepala springkler ≤ 2 m

vi. Kepala springkler yang terpasang merupakan kepala springkler

yang tahan korosi

vii. Kotak penyimpanan kepala springkler cadangan dan kunci

kepala springkler ruangan ditempatkan di ruangan ≤ 38 ˚C.

viii Jumlah persedian kepala springkler cadangan ≥ 36

ix Springkler cadangan sesuai baik tipe maupun temperature

rating dengan semua springkler yang telah dipasang. Tersedia

Page 44: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

25

sebuah kunci khusus untuk springkler (special springkler

wrench) (SNI, 2000)

e. Sistem Hidran

Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut

pancar untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi

keperluan pemadaman kebakaran (Ramli, 2010). Sistem hidran terdiri

dari:

i. Sumber persediaan air

ii. Pompa-pompa kebakaran

iii. Selang kebakaran.

iv. Kopling penyambung, dan perlengkapan lainnya.

Klasifikasi hidran kebakaran berdasarkan jenis dan

penempatannya, dibagi 2 jenis hidran, yaitu:

i. Hidran gedung (indoor hydrant)

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam

suatu bangunan/gedung dan instalasi serta peralatannya

disediakan serta di pasang dalam bangunan/gedung tersebut.

Hidran gedung menggunakan pipa tegak 4 inchi, panjang

selang minimum 15 m, diameter 1,5 inchi serta mampu

mengalirkan air 380 liter/menit.

ii. Hidran halaman (outdoor hydrant)

Hidran halaman adalah hidran yang terletak di luar

bangunan/gedung, sedangkan instalasi serta peralatannya

disediakan serta di pasang di lingkungan bangunan/ gedung

tersebut. Hidran halaman biasanya menggunakan pipa induk 4-

Page 45: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

26

6 inchi. Panjang selang 30 m dengan diameter 2,5 inchi serta

mampu mengalirkan air 950 liter/menit.

Berikut adalah persyaratan sistem hidran menurut Permen PU

No. 26 tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-1745 (2000):

i. Lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan

kebakaran

ii. Setiap lemari hidran dicat dengan warna yang menyolok

iii. Sambungan slang dan kotak hidran tidak boleh terhalang

iv. Slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan

v. Terdapat nozel

vi. Terdapat hidran halaman

vii. Hidran halaman dilekatkan di sepanjang halur akses mobil

pemadam kebakaran

viii. Jarak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran ≤ 50 m dari hidran 9. Hidran halaman bertekanan 3,5

bar (SNI, 2000)

f. Sistem Pipa Tegak

Menurut SNI 03-1745 (2000), sistem pipa tegak adalah suatu

susunan dari pemipaan, katup, sambungan slang, dan kesatuan

peralatan dalam bangunan, dengan sambungan slang yang dipasangkan

sedemikian rupa sehingga air dapat dipancarkan atau disemprotkan

melalui slang dan nozel, untuk keperluan memadamkan api, untuk

mengamankan bangunan dan isinya, serta sebagai tambahan

pengamanan penghuni. Ini dapat dicapai dengan menghubungkannya

ke sistem pasokan air atau dengan menggunakan pompa, tangki, dan

Page 46: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

27

peralatan seperlunya untuk menyediakan pasokan air yang cukup ke

sambungan slang. Komponen-komponen pada sistem pipa tegak

tersebut antara lain pipa dan tabung, alat penyambung, gantungan,

katup, kotak slang, sambungan slang, sambungan pemadam kebakaran,

dan tandapetunjuk (SNI, 2000).

Berikut persyaratan menurut Permen PU No. 26 tahun 2008

yang berpedoman pada SNI 03-1745 (2000):

i. Sambungan pemadam kebakaran minimal dua buah

ii. Sambungan pemadam kebakaran harus dipasang dengan

penutup untuk melindungi sistem dari kotoran-kotoran yang

masuk.

iii. Dilakukan pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak

iv. Sambungan pemadam kebakaran harus pada sisi jalan dari

bangunan, mudah terlihat dan dikenal dari jalan atau terdekat

dari titik jalan masuk peralatan pemadam kebakaran

v. Setiap sambungan pemadam kebakaran harus dirancang dengan

suatu penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm (1

inci) tingginya, di tulis pada plat yang terbaca : “PIPA

TEGAK”.

vi. Suatu penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang

dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem.

vii. Setiap pipa tegak harus dilengkapi dengan sarana saluran

pembuangan. Katup pembuangan dengan pemipaannya

dipasang pada titik terendah dari pipa tegak dan harus diatur

Page 47: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

28

untuk dapat membuang air pada tempat yang disetujui (SNI,

2000)

g. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang

bisa diangkut, diangkat, dan dioperasikan oleh satu orang (Ramli,

2010).

Menurut Peraruran Menteri PU Nomor 26 tahun 2008, kriteria

APAR yang tepat adalah sebagai berikut:

i. Tersedia Alat Pemadam Api Ringan

ii. Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api terbukti

efektif, didahului dengan angka (hanya kelas A dan kelas B)

yang menunjukkan efektifitas pemadaman relatif yang

ditempelkan pada APAR.

iii. APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah

dijangkau dan siap dipakai.

iv. APAR selain jenis APAR beroda dipasang kokoh pada

penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau

pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut,

atau ditempatkan dalam lemari atau dinding yang

konstruksinya masuk ke dalam.

v. Jarak antara APAR dengan lantai ≥ 10 cm

vi. Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat jelas

Page 48: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

29

vii. Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label pemeliharaan

enam tahun, label uji hidrostatik, atau label lain harus tidak

boleh ditempatkan pada bagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan APAR.

viii. APAR harus mempunyai label yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama manufaktur atau nama agennya,

alamat surat dan nomor telepon

ix. APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara

elektronik

x. APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari

xi. Arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan) disimpan

xii. Dilakukan pemeliharaan terhadap APAR pada jangka waktu ≤

1 tahun

xiii Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang dilekatkan

dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

xiv. Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas yang

melakukan pemeliharaan (Permen PU, 2008)

2.3.5 Utilitas Bangunan Gedung

a. Sumber Daya Listrik

Daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya

listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari dua sumber tenaga

listrik, yaitu dari PLN atau sumber daya listrik darurat berupa batere,

generator, dan lain-lain. Sumber daya listrik darurat harus

Page 49: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

30

direncanakan dapat bekerja secara otomatis apabila sumber daya listrik

utama tidak bekerja dan harus dapat bekerja setiap saat (Permen PU,

2008).

Menurut Peraturan Menteri No.26/PRT/M/2008, sumber daya

listrik yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

i. Daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya

listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari PLN atau

sumber daya listrik darurat.

ii. Bangunan gedung atau ruangan yang sumber daya listrik

utamanya dari PLN harus dilengkapi juga dengan generator

sebagai sumber daya listrik darurat.

iii. Semua kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik

darurat harus memenuhi kabel dengan Tingkat Ketahanan Api

(TKA) selama 1 jam (Permen PU, 20008)

b. Pusat Pengendali Kebakaran

Sarana yang ada di pusat pengendali kebakaran dapat

digunakan untuk melakukan tindakan pengendalian dan pengarahan

selama berlangsungnya operasi penanggulangan kebakaran atau

penangan kondisi darurat lainnya dan melengkapi sarana alat

pengendali, panel kontrol, telepon, mebel, peralatan dan sarana lainnya

(Permen PU, 2008).

Menurut Peraturan Menteri No.26/PRT/M/2008, pusat

pengendali kebakaran yang digunakan harus memenuhi kriteria

sebagai berikut.

Page 50: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

31

i. Pintu yang menuju ruang pengendali membuka ke arah dalam

ruang tersebut.

ii. Pintu pada ruang pengendali kebakaran dapat dikunci.

iii. Pintu tidak terhalang oleh orang yang menggunakan jalur

evakuasi dari dalam bangunan

iv. Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan panel

indikator kebakaran dan sakelar kontrol dan indikator visual

yang diperlukan untuk semua pompa kebakaran kipas

pengendali asap, dan peralatan pengamana kebakaran lainnya

yang dipasang di dalam bangunan.

v. Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan telepon

yang memiliki sambungan langsung.

vi. Luas lantai ruang pengendali kebakaran ≥ 10 m2.

vii. Panjang dari sisi bagian dalam ruang pengendali kebakaran ≥

2,5 meter

viii. Terdapat ventilasi di ruang pengendali kebakaran.

ix. Permukaan luar pintu yang menuju ke dalam ruang pengendali

diberi tanda dengan tulisan “Ruang Pengendali Kebakaran”

x. Huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran memiliki tinggi

≥ 50 mm

xi. Warna huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran kontras

dengan latar belakangnya (Permen PU, 2008)

c. Sistem Proteksi Petir

Menurut Permen PU No. 26 tahun 2008, bahwa setiap

bangunan gedung harus dilengkapi dengan instalasi sistem proteksi

Page 51: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

32

petir (SPP) yang melindungi bangunan, manusia dan peralatan di

dalamnya terhadap bahaya sambaran petir. Instalasi SPP bangunan

gedung di pasang dengan memperhatikan faktor letak, sifat geografis,

kemungkinan sambaran petir, kondisi petir dan densitas sambaran petir

ke tanah serta risiko petir terhadap peralatan dan lain-lain. Menurut

Peraturan Menteri No.26/PRT/M/2008, perencanaan, pelaksanaan dan

pengujian instalasi sistem proteksi petir dilakukan oleh tenaga yang

ahli (Permen PU, 2008).

Berikut adalah persyaratan sistem proteksi petir menurut

Permen PU No. 26 tahun 2008:

i. Tersedia sistem proteksi petir

ii. Perencanaan, pelaksanaan dan pengujian instalasi sistem

proteksi petir dilakukan oleh tenaga yang ahli

2.4 Teknik Skoring

Teknik skoring dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan secara

keseluruhan komponen dengan melihat kesesuaian item data dengan peraturan

perundang-undangan. Menurut Badan Penelitian Bangunan Departemen Pekerjaan

Umum Tahun 2005, pembobotan terhadap setiap komponen sistem proteksi

kebakaran tersebut dilakukan dengan metode Analytical Hierarchycal Process (AHP)

(Puslitbang Departemen PU, 2005).

Maka pembobotan komponen tersebut sebagai berikut:

Page 52: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

33

Tabel 2.1

Pembobotan Sistem Proteksi Kebakaran

No. Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan

Pembobotan

1 Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran 20%

2 Sarana penyelamatan jiwa 20%

3 Sistem proteksi kebakaran pasif 20%

4 Sistem proteksi kebakaran aktif 20%

5 Utilitas bangunan gedung 20%

Sumber: Puslitbang Departemen PU Tahun 2005

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 mengenai SMK3 menyebutkan

bahwa penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap mesin-mesin dan alat

produksi, alat-alat pengaman maupun sistem proteksi keadaan darurat, semuanya

telah ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang

berlaku. Sistem proteksi kebakaran, yang mencakup utilitas bangunan gedung, akses

dan pasokan air pemadam kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, sarana proteksi pasif

dan sarana proteksi aktif perlu diperiksa, dan diuji secara berkala. Kemudian hasil

tersebut didokumentasikan dan dianalisis untuk menentukan tingkat pemenuhan

sesusai dengan standar yang telah menjadi acuan (Peraturan Pemerintah Nomor 50,

2012).

2.5 Tingkat Pemenuhan

Menurut Saptaria dkk., dalam penelitiannya mengenai “Pemeriksaan

Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung” dimana untuk menentukan tingkat

keandalan keselamatan bangunan dilakukan dengan mengklasifikasikan berdasarkan

nilai keandalan sistem keselamatan bangunan yang didapatkan dari hasil pengukuran

kinerja sistem berdasarkan standar keselamatan bangunan yang berlaku (Saptaria dkk,

2005).

Maka didapatkan tingkat penilaian audit kebakaran sebagai berikut:

Page 53: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

34

Tabel 2.2

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran

Nilai Tingkat Keandalan Keterangan

>80% - 100%

Baik

Secara keseluruhan komponen sistem

proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam

spesifikasi

60% - 80% Cukup

Sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi

terdapat sebagian lain komponen utilitas

yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan

dalam spesifikasi

<60% Kurang

Sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran tidak berfungsi atau kapasitasnya

jauh dibawah dari yang ditetapkan dalam

spesifikasi

0% Tidak ada

Komponen sistem proteksi kebakaran tidak

memiliki kesesuaian sama sekali dari yang

ditetapkan dalam spesifikasi

Sumber : Puslitbang Departemen PU Tahun 2005

Page 54: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

35

2.6 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Bagan Alur Kerangka Teori

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008

Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 26 Tahun 2008

Akses dan pasokan air

untuk pemadam

kebakaran

Sarana Penyelamatan

Jiwa

Sistem Proteksi

Kebakaran Pasif

Sistem Proteksi

Kebakaran Aktif

Utilitas Bangunan

Gedung

a. Konstruksi tahan api

b. Bahan pelaspis

interior

c. Partisi penghalang

asap

d. Partisi penghalang

api

a. Sarana jalan keluar

b. Pintu darurat

c. Pencahayaan

darurat

d. Tanda petunjuk

arah evakuasi

a. Sistem detektor

kebakaran

b. Alarm kebakaran

c. Titik panggil manual

d. Sistem springkler

otomatik

e. Sistem hidran

f. Sistem pipa tegak

g. APAR

a. Sumber daya listrik

b. Pusat pengendali

kebakaran

c. Sistem proteksi petir

Page 55: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

36

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep mengacu pada komponen sistem proteksi kebakaran yang

diteliti, diantaranya akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran, sarana

penyelamatan jiwa, sistem proteksi kebakaran pasif, sistem proteksi kebakaran aktif,

dan utilitas bangunan gedung yang disesuaikan dengan standar acuan Peraturan

Menteri PU No. 26 tahun 2008.

Untuk sub komponen bahan pelapis interior, partisi penghalang asap, partisi

penghalang api pada komponen sistem proteksi kebakaran pasif tidak diperiksa

dikarenakan tidak terdapat pada bangunan yang diteliti. Berdasarkan keterangan dari

salah satu staf Unit Kerja SHE di Pabrik Personal Wash, bahwasanya untuk sub

komponen tersebut lebih optimal apabila diaplikasikan pada struktur bangunan

gedung dengan ruangan yang berlorong-lorong ataupun yang bersekat-sekat,

sedangkan pada struktur bangunan gedung ruangan utama (Unit Proses) yang

digunakan untuk kegiatan produksi di Pabrik Personal Wash memiliki ruangan yang

cukup luas dengan langit-langit yang cukup tinggi dan tanpa sekat ataupun lorong-

lorong, sehingga selain karena alasan yang kurang optimal, pengaplikasian sub

komponen tersebut juga akan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Berikut kerangka konsep dalam bagan 3.1.

Page 56: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

37

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Sistem Proteksi Kebakaran

Akses dan pasokan air

untuk pemadam

kebakaran

Sarana Penyelamatan

Jiwa

Sistem Proteksi

Kebakaran Pasif

Sistem Proteksi

Kebakaran Aktif

Utilitas Bangunan

Gedung

a. Konstruksi tahan api

a. Sarana jalan keluar

b. Pintu darurat

c. Pencahayaan

darurat

d. Tanda petunjuk

arah evakuasi

a. Sistem detektor

kebakaran

b. Alarm kebakaran

c. Titik panggil manual

d. Sistem springkler

otomatik

e. Sistem hidran

f. Sistem pipa tegak

g. APAR

a. Sumber daya listrik

b. Pusat pengendali

kebakaran

c. Sistem proteksi petir

Page 57: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

38

3.2 Definisi Istilah

Tabel 3.1

Definisi Istilah

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

1 Sistem

proteksi

kebakaran

Satu kesatuan peralatan yang

terdiri dari komponen-komponen

tertentu (akses dan pasokan air

untuk pemadam kebakaran, sarana

penyelamatan jiwa, sistem

proteksi kebakaran pasif, sistem

proteksi kebakaran aktif, dan

utilitas bangunan gedung) yang

saling berkaitan satu sama lainnya

dalam hal pencegahan dan

penanggulangan kebakaran.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No. 26 (2008),

WIPW 16-018 tentang

pemeliharaan fire water pump,

WIPW 17-85 tentang

pemeliharaan fire detector,

WIPW 11-102 tentang

pemeliharaan hidran, WIPW

39-102 tentang pemeliharaan

APAR, lembar inspeksi

APAR, WIPW 19-02 tentang

pemeliharaan SPP, laporan

hasil inspeksi dan pengujian

SPP, WIPW 20-08 tentang

pemeliharaan diesel generator,

WIPW 12-53 tentang

pemeliharaan emergency light,

laporan hasil inspeksi dan

pengujian emergency light

1. “baik” apabila seluruh komponen

memiliki tingkat kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila seluruh komponen

memiliki tingkat kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila seluruh komponen

memiliki tingkat kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila seluruh komponen

memiliki tingkat kesesuaian 0%

Page 58: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

39

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

2. Akses dan

Pasokan Air

untuk

Pemadam

Kebakaran

Akses dan pasokan air untuk

pemadam kebakaran adalah akses

jalan didalam area pabrik yang

dapat dilalui oleh mobil/truk

pemadam kebakaran dan sumber

air yang digunakan untuk kegiatan

penanggulangan kebakaran oleh

petugas pemadam kebakaran.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 16-018 tentang

pemeliharaan fire water pump,

WIPW 16-020 tentang

pemeliharaan water treatment

unit, laporan hasil inspeksi dan

pengujian fire water pump,

laporan hasil inspeksi dan

pengujian fire water

treatment)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

3. Sarana

Penyelamatan

Jiwa

Fasilitas didalam bangunan

gedung yang digunakan untuk

kegiatan evakuasi saat terjadi

kebakaran.

Observasi,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(laporan inspeksi dan

pengujian diesel generator)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

3.a Sarana Jalan

Keluar

Jalan didalam bangunan gedung

yang dapat diakses oleh karyawan

atau seseorang, yang digunakan

untuk kegiatan evakuasi saat

terjadi kebakaran dengan titik

muara berupa bagian luar dari

bangunan gedung atau tempat

terbuka.

Observasi Lembar observasi, digital

camera, meteran, Permen PU

No. 26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

Page 59: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

40

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

3.b Pintu darurat Pintu yang dapat melokalisir api

atau mencegah penyebaran api

karena kemampuannya yang dapat

menutup sendiri (pintu dengan

engsel berupa per, pegas atau

suspensi) dan bersifat tahan api

yang digunakan untuk kegiatan

evakuasi saat terjadi kebakaran.

Observasi Lembar observasi, digital

camera, Permen PU No.

26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

3.c Pencahayaan

darurat

Lampu yang akan hidup saat

terjadi kebakaran atau saat

pencahayaan utama mati yang

digunakan untuk kegiatan

evakuasi.

Observasi,

telaah

dokumen

Lembar observasi, digital

camera, laporan hasil inspeksi

dan pengujian diesel generator,

laporan hasil inspeksi dan

pengujian pencahayaan

darurat, Permen PU No.

26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

3.d Tanda

petunjuk arah

evakuasi

Tanda, gambar atau tulisan yang

ditempatkan di lokasi-lokasi

strategis atau di persimpangan

jalan didalam bangunan gedung

untuk mengarahkan karyawan

atau seseorang ke jalur evakuasi

atau bagian luar bangunan atau

tempat terbuka terdekat saat

terjadi keadaan darurat.

Observasi Lembar observasi, digital

camera, meteran, Permen PU

No. 26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

Page 60: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

41

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

4. Sistem

proteksi

kebakaran

pasif

Satu kesatuan alat, sarana atau

fasilitas yang saling berkaitan

yang dapat bekerja tanpa

membutuhkan pengoperasian

tertentu yang berfungsi untuk

mencegah penyebaran api atau

melokalisir api didalam bangunan

gedung.

Observasi,

wawancara

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

4.a Konstruksi

tahan api

Dinding didalam bangunan

gedung yang bersifat tahan api

yang membagi bangunan gedung

menjadi beberapa ruangan untuk

mencegah penyebaran api atau

melokalisir api.

Observasi,

wawancara,

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, Permen PU

No. 26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

5. Sistem

proteksi

kebakaran

aktif

Satu kesatuan alat atau fasilitas

yang saling berkaitan yang

membutuhkan pengoperasian

khusus dari seseorang, atau

membutuhkan suatu pemicu untuk

mengaktifkannya, yang digunakan

saat kegiatan penanggulangan

kebakaran.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 17-85 tentang

pemeliharaan fire detector,

laporan hasil inspeksi dan

pengujian detektor, WIPW 11-

102 tentang pemeliharaan

hidrant, laporan hasil inspeksi

dan pengujian hidran)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

Page 61: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

42

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

5.a Sistem

detektor

kebakaran

Satu kesatuan alat yang saling

berkaitan yang berfungsi untuk

mendeteksi potensi bahaya

kebakaran.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, Permen PU

No. 26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 17-85 tentang

pemeliharaan fire detector,

laporan hasil inspeksi dan

pengujian detektor)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

5.b Alarm

kebakaran

Alat yang berfungsi sebagai tanda

peringatan berupa bunyi kepada

seluruh karyawan atau seseorang

didalam area pabrik saat terjadi

keadaan darurat.

Observasi,

wawancara

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, Permen PU

No. 26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

5.d Sistem

springkler

otomatik

Satu kesatuan alat yang saling

berkaitan satu sama lain yang

apabila terpicu akan

memancarkan air secara otomatis

saat terjadi kebakaran.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

Page 62: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

43

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

5.e Sistem hidran Satu kesatuan alat yang saling

berkaitan satu sama lain yang

terdiri dari slang dan mulut pancar

atau nozzle yang digunakan untuk

mengalirkan air bertekanan dari

sistem pipa tegak saat terjadi

kebakaran

Observasi,

telaah

dokumen

Lembar observasi, digital

camera, Permen PU No.

26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 11-102 tentang

pemeliharaan hidrant, laporan

hasil inspeksi dan pengujian

hidran)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

5.f Sistem pipa Satu kesatuan alat yang saling

berkaitan satu sama lain yang

tersusun dari pemipaan, katup,

sambungan slang, pipa mengarah

keatas atau pipa tegak, dan

bertekanan air yang digunakan

untuk pemasangan terhadap slang

hidran ataupun slang dari mobil

pemadam kebakaran saat terjadi

kebakaran untuk memadamkan

api.

Observasi,

wawancara

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, Permen PU

No. 26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

5.g APAR Alat pemadam api yang bisa

diangkut, diangkat, dan

dioperasikan oleh satu orang.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, sound recorder,

digital camera, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 39-102 tentang

pemeliharaan APAR, lembar

inspeksi APAR)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

Page 63: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

44

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

6. Utilitas

bangunan

gedung

Sarana pendukung yang ada

dalam suatu bangunan gedung

yang digunakan untuk menunjang

proses kegiatan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 13-67 tentang

pemeliharaan diesel generator,

laporan hasil inspeksi dan

pengujian diesel generator,

WIPW 19-02 tentang

pemeliharaan SPP, Laporan

hasil inspeksi dan pengujian

SPP)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

6.a Sumber daya

listrik

Sarana atau fasilitas yang tersedia

untuk memasok atau menyediakan

daya listrik pada bangunan

gedung yang digunakan untuk

kegiatan proses produksi maupun

saat keadaan darurat.

Wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, sound recorder,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 13-67 tentang

pemeliharaan diesel generator)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

Page 64: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

45

No Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil Ukur

6.b Pusat

pengendali

kebakaran

Suatu ruangan khusus yang berisi

panel kontrol peralatan pengaman

kebakaran yang berfungsi untuk

memberikan peringatan keadaan

darurat secara manual,

mengaktifkan pompa air yang

digunakan untuk memasok air

pada sistem pipa tegak dan

springkler, alat untuk mendeteksi

kebakaran, dan pengoperasian

peralatan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

lainnya.

Observasi,

wawancara

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, meteran,

Permen PU No.

26/PRT/M/2008

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

6.c Sistem

proteksi petir

Satu kesatuan alat yang saling

berkaitan yang berfungsi untuk

mencegah atau menahan

sambaran petir agar tidak terjadi

kebakaran pada suatu bangunan

gedung ataupun akibat lain dari

sambaran petir.

Observasi,

wawancara,

telaah

dokumen

Lembar observasi, pedoman

wawancara, digital camera,

sound recorder, Permen PU

No. 26/PRT/M/2008, telaah

dokumen milik perusahaan

(WIPW 19-02 tentang

pemeliharaan SPP, Laporan

hasil inspeksi dan pengujian

SPP)

1. “baik” apabila memiliki tingkat

kesesuaian >80-100%,

2. “cukup” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 60-80%,

3. “kurang” apabila memiliki tingkat

kesesuaian <60%,

4. “tidak ada” apabila memiliki tingkat

kesesuaian 0%

Page 65: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

46

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif yang menggambarkan tingkat pemenuhan

sistem proteksi kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya Tahun 2016 berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 26 tahun 2008.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya pada bulan Februari – Maret Tahun 2016.

4.3 Informan

Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling, yaitu peneliti

mempunyai pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pengambilan informan sesuai

dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah yang mengetahui

secara mendalam atau profesional, bertangggungjawab dan berhubungan langsung,

berkenaan dengan sistem proteksi kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya.

4.3.1 Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam

atau profesional mengenai kajian suatu penelitian, namun tidak berkaitan

langsung secara struktural organisasi dengan objek penelitian yang sedang

diteliti untuk menghindari adanya subjektifitas pada hasil penelitian. Kepada

informan kunci dilakukan diskusi bersama dengan peneliti untuk menentukan

Page 66: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

47

dan menyempurnakan nilai ukur dari hasil tingkat pemenuhan sistem proteksi

kebakaran berdasarkan data yang telah diperoleh melalui kegiatan penelitian

sebelumnya oleh peneliti. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Gian

Tiara Putra, ST. yang merupakan salah seorang staf SHE di PT KAI Bandung.

Informan kunci tersebut membantu peneliti dalam memberikan penilaian

terhadap beberapa elemen sistem proteksi kebakaran yang kesesuaiannya

masih kurang dari yang ditetapkan dalam persyaratan standar acuan.

4.3.2 Informan Utama

Informan utama adalah informan yang paling mengetahui informasi

dan berkaitan langsung dengan objek penelitian. Informan utama dalam

penelitian ini adalah Patria Mahendra Data, ST. yang merupakan salah seorang

staf SHE di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya. Staf SHE dipilih sebagai informan utama dikarenakan staf SHE

yang paling mengetahui informasi, berkaitan langsung, dan berperan utama

dalam proses pengadaan, pemeriksaan, dan pemeliharaan terhadap sistem

proteksi kebakaran di Pabrik Personal Wash. Kepada informan utama

dilakukan wawancara mendalam oleh peneliti untuk mendapatkan data hasil

wawancara mengenai komponen sistem proteksi kebakaran yang diteliti, untuk

mendukung kevaliditasan data hasil observasi.

4.3.3 Informan Pendukung

Informan pendukung adalah informan yang secara struktural organisasi

terlibat dalam objek yang sedang diteliti. Informan pendukung dalam

penelitian ini adalah Dodi Priambodo yang merupakan salah seorang staf

security di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya. Staf security dipilih sebagai informan pendukung dikarenakan staf

Page 67: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

48

security merupakan Tim Inti Pemadam Kebakaran di Pabrik Personal Wash

yang telah berkualifikasi atau mendapatkan pendidikan dan pelatihan

mengenai tindakan saat keadaan darurat dan pengoperasian alat – alat

pemadam kebakaran (pompa air untuk hidran, sistem hidran, APAR, dll),

sehingga selain memiliki kapasitas informasi mengenai sistem proteksi

kebakaran, secara struktural juga terlibat langsung dalam proses pencegahan

dan penanggulangan kebakaran. Kepada informan pendukung dilakukan

wawancara mendalam oleh peneliti untuk mendapatkan data hasil wawancara

mengenai komponen sistem proteksi kebakaran yang diteliti, untuk

dibandingkan dan mendukung kevaliditasan data hasil wawancara dengan

informan utama.

Tabel 4.1

Pemilihan Informan

Informan Status Informan Metode Kode Informan

Staf SHE Utama Wawancara KI - 1

Staf security Pendukung Wawancara KI - 2

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu:

a. Lembar observasi, digunakan ketika melakukan pengamatan atau observasi

terhadap kondisi aktual dari komponen sistem proteksi kebakaran yang diteliti.

b. Pedoman wawancara, berisi daftar pertanyaan yang digunakan saat kegiatan

wawancara peneliti dengan informan utama dan informan pendukung.

c. Digital camera, digunakan untuk mendokumentasikan hasil observasi

terhadap komponen sistem proteksi kebakaran yang diteliti sebagai alat bukti

kondisi aktual.

Page 68: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

49

d. Sound recorder, digunakan untuk merekam kutipan hasil wawancara,

pernyataan, atau suara dari informan.

e. Meteran, digunakan untuk melakukan pengukuran jarak atau panjang pada

beberapa komponen sistem proteksi kebakaran yang diteliti, diantaranya: lebar

jalan jalur masuk yang dilalui mobil pemadam kebakaran, lebar akses EXIT,

ukuran panjang x lebar tanda petunjuk arah, ketinggian titik panggil manual

dari lantai, jarak antar titik panggil manual, jarak antar kepala springkler, jarak

antar hidran, jarak ketinggian peletakan APAR dari lantai, jarak antar APAR,

dan luas lantai ruang pengendali kebakaran.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder, dengan rincian sebagai berikut:

4.5.1. Data Primer

4.5.1.1 Data Observasi

Data observasi adalah data yang didapatkan dari hasil

pengamatan langsung oleh peneliti terhadap komponen sistem proteksi

kebakaran yang berpedoman pada instrumen penelitian berupa lembar

observasi dan didokumentasikan menggunakan digital camera.

4.5.1.2 Data Wawancara

Data wawancara adalah data yang didapatkan dari hasil

wawancara peneliti dengan informan sebagai metode untuk

meningkatkan kevaliditasan data atau memperkuat data observasi.

Wawancara ditujukan kepada Staf SHE, dan staf security di Pabrik

Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya, dengan

instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan sound recorder.

Page 69: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

50

4.5.2 Data Sekunder

4.5.2.1 Telaah Dokumen

Telaah dokumen adalah data yang didapatkan dari hasil

menelaah dokumen milik perusahaan yang berkaitan langsung dengan

komponen sistem proteksi kebakaran yang diteliti untuk mendukung

data observasi dan data wawancara (data primer). Data sekunder dalam

penelitian ini berupa telaah dokumen milik perusahaan yang berkaitan

dengan sistem proteksi kebakaran, diantaranya:

a. WIPW 16-018 tentang pemeliharaan fire water pump

b. WIPW 17-85 tentang pemeliharaan fire detector

c. WIPW 11-102 tentang pemeliharaan hidran

d Laporan hasil inspeksi dan pengujian hidran

e. WIPW 39-102 tentang pemeliharaan APAR

f. Lembar inspeksi APAR

g. WIPW 19-02 tentang pemeliharaan SPP

h Laporan hasil inspeksi dan pengujian SPP

i. WIPW 20-08 tentang pemeliharaan diesel generator

j. WIPW 12-53 tentang pemeliharaan emergency light

k. Laporan hasil inspeksi dan pengujian emergency light

4.6 Validasi Data

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara melakukan pengambilan

data wawancara kepada beberapa informan yang berbeda kemudian

dibandingkan dengan data observasi, untuk memastikan kesesuaian antara data

Page 70: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

51

observasi dengan data wawancara, ataupun untuk memastikan kesesuaian data

wawancara antar beberapa informan yang berbeda.

Tabel 4.2

Triangulasi Sumber

Komponen yang dilakukan triangulasi sumber Informan

Staf SHE Staf Security

Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran √ √

Konstruksi Tahan Api √

Sistem Detektor Kebakaran √

Alarm Kebakaran √ √

Sistem Springkler Otomatik √ √

Sistem Pipa Tegak √

APAR √ √

Sumber Daya Listrik √ √

Pusat Pengendali Kebakaran √ √

Sistem Proteksi Petir √

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mendapatkan data

penelitian dengan cara beberapa metode berbeda, diantaranya: observasi,

wawancara, dan telaah dokumen, yang kemudian dibandingkan antar satu

dengan lainnya untuk mendapatkan kesesuaian data antar data tersebut

(observasi, wawancara dan telaah dokumen). Pembandingan data dari antar

metode berbeda tersebut bertujuan untuk memastikan data yang diperoleh

merupakan hasil data yang tepat, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 71: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

52

Tabel 4.3

Validasi Data dengan Triangulasi Metode

No Komponen Sistem Proteksi Kebakaran

Triangulasi Metode

Observasi Wawancara Telaah

Dokumen

1 Akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran √ √ √

2 Sarana Penyelamatan Jiwa

a. Sarana jalan keluar √

b. Pintu darurat √

c. Pencahayaan darurat √ √

d. Tanda petunjuk arah evakuasi √

3 Sistem Proteksi Kebakaran Pasif

Konstruksi tahan api √ √

4 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

a. Sistem Detektor kebakaran √ √

b. Alarm kebakaran √ √ √

c. Titik panggil manual √

d. Sistem Springkler otomatik √ √

e. Sistem Hidran √ √

f. Sistem pipa tegak √ √

g. APAR √ √ √

5 Utilitas Bangunan Gedung

a. Sumber daya listrik √ √ √

b. Pusat pengendali kebakaran √ √

c. Sistem proteksi petir √ √ √

4.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 26 tahun 2008 sebagai standar acuan. Kegiatan analisis data ini

bertujuan untuk menentukan persentase tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran

secara keseluruhan. Secara rinci tahapan analisis data dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Melakukan pemberian keterangan “sesuai” dan “tidak sesuai” pada masing-

masing elemen sesuai dengan gambaran kondisi aktual berdasarkan hasil data

observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Pemberian keterangan “sesuai”

apabila kondisi aktual yang terpenuhi 60-100%, “tidak sesuai” apabila kondisi

aktual yang terpenuhi <60%.

Page 72: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

53

b. Melakukan penghitungan penjumlahan rata-rata persentase dari setiap nilai

elemen pada masing-masing komponen untuk mengetahui tingkat pemenuhan

di tingkat komponen.

c. Setelah diketahui nilai tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di tingkat

komponen, kemudian dilakukan penentuan tingkat pemenuhan secara

keseluruhan menggunakan teknik pembobotan berdasarkan metode Analytical

Hierarchycal Process (AHP) sesuai tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Pembobotan Sistem Proteksi Kebakaran

No. Komponen Sistem Proteksi Kebakaran Pembobotan

1 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran 20%

2 Sarana Penyelamatan Jiwa 20%

3 Sistem Proteksi Kebakaran Pasif 20%

4 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif 20%

5 Utilitas Bangunan Gedung 20%

Sumber: Puslitbang Departemen PU Tahun 2005

d. Untuk meningkatkan keakuratan nilai hasil ukur dari tingkat pemenuhan yang

telah dilakukan oleh peneliti, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan

informan kunci, yakni Gian Tiara Putra, ST. yang merupakan salah seorang

staf SHE di PT KAI Bandung untuk membantu peneliti dalam menentukan

dan menyempurnakan nilai ukur tingkat pemenuhan sistem proteksi

kebakaran.

Page 73: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

54

e. Melakukan pengkategorian tingkat keandalan berdasarkan nilai tingkat

pemenuhannya. Kategori tingkat keandalan tersebut dapat dilihat pada tabel

4.5 berikut:

Tabel 4.5

Tingkat Audit Kebakaran

Nilai Tingkat Keandalan Keterangan

>80% - 100%

Baik

Secara keseluruhan komponen sistem

proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam

spesifikasi

60% - 80% Cukup

Sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi

terdapat sebagian lain komponen utilitas

yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan

dalam spesifikasi

<60% Kurang

Sebagian besar komponen sistem proteksi

kebakaran tidak berfungsi atau kapasitasnya

jauh dibawah dari yang ditetapkan dalam

spesifikasi

0% Tidak ada

Komponen sistem proteksi kebakaran tidak

memiliki kesesuaian sama sekali dari yang

ditetapkan dalam spesifikasi

Sumber : Puslitbang Departemen PU Tahun 2005

Page 74: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

55

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016

5.1.1 Sejarah Singkat Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya

PT Unilever Indonesia Tbk merupakan bagian dari kelompok Unilever,

salah satu perusahaan terbesar di dunia dibidang barang kebutuhan dasar.

Unilever merupakan usaha gabungan Inggris - Belanda, mempunyai kantor

pusat yang berkedudukan di London dan Rotterdam, dan memiliki tenaga

kerja lebih dari 300,000 orang serta beroperasi di sekitar 75 negara. Pasaran

utama Unilever adalah detergen, pangan, dan barang kosmetika. Dalam skala

dunia, merek-merek barang yang dihasilkan Unilever lebih dikenal para

konsumen daripada nama Unilever sendiri. Berjuta-juta orang membeli

margarine BlueBand dan Flora, Es krim Conello, Magnum, Lipton, bubuk

detergen dan sabun krim Omo, sabun Sunlight, dan Lux, pasta gigi Pepsodent,

Pond’s, serta banyak lagi barang merek terkenal, tanpa sekalipun melihat

nama Unilever.

Unilever didirikan secara resmi pada tanggal 1 Januari 1930 dan

merupakan paduan antara “Margarine UNIon” dari negeri Belanda dan “Lever

Brothers” dari Inggris. Sementara Unilever Indonesia didirikan pada tanggal 5

Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeep Fabriken NV (LZF).

Pusat Unilever dunia berada di dua negara yaitu Inggris dan Belanda,

sedangkan pabrik terbesar ada di Belanda. Untuk kantor pemasaran PT

Page 75: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

56

Unilever Indonesia berpusat di Jakarta, sedangkan wilayah timur berada di

Surabaya. Unilever Indonesia - Rungkut Surabaya secara resmi berdiri pada

tanggal 20 Januari 1983 dengan nama Elida Gibbs. Kini, pabrik ini menjadi

PT Unilever Indonesia Tbk. Rungkut Factory atau biasa disebut ULI-Rungkut

yang terdiri dari Pabrik Personal Care dan Pabrik Personal Wash.

5.1.2 Gambaran Proses Produksi di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya

a. Unit Blending (Pencampuran)

Unit blending (pencampuran) ini adalah proses awal dalam

pembuatan sabun. Pada unit ini dilakukan pencampuraan minyak

kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak kelapa sawit stearin dengan

komposisi tertentu (tergantung sabun yang akan dibuat, Lux atau

Lifebouy).

Semua minyak tersebut dipompa ke dalam tangki blending

untuk dicampur selama 30 menit. Kapasitas tangki adalah 30 ton

minyak, tetapi hanya diisi sebanyak 26 ton. Tangki blending ini

dilengkapi dengan pengaduk untuk menjaga· agar pencampuran

minyak berlangsung sempurna. Selain itu, untuk menjaga agar minyak

di dalam tangki tidak mengeras, tangki blending juga dilengkapi

dengan pemanas untuk menjaga suhu tangki pada 60°C. Minyak hasil

pencampuran di tangki blending akan disimpan di dalam blended oil

tank sebelum diproses lebih lanjut di unit CSM.

b. Unit CSM (Continuous Soap Making)

Unit CSM adalah bagian penting dalam proses pembuatan

sabun. Pada unit ini, minyak hasil pencampurnn akan direaksikan

Page 76: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

57

dengan larutan NaOH secara kontinu yang akan menghasilkan sabun

dan gliserin. P.T. Unilever Indonesia di Rungkut, Surabaya memiliki 3

(tiga) unit CSM dengan kapasitas yang berbeda. Unit CSM-I memiliki

kapasitas sebesar 4 ton minyak/jam, sedangkan CSM-2 dan CSM-3

memiliki kapasitas sebesar 10 ten minyak/jam. Karena tingkat

produksi unit CSM-l yang lebih rendah dibandingkan dengan unit

CSM yang lain, maka sejak tabun 2004 unit CSM-l sudah tidak

beroperasi lagi, sehingga saat ini hanya ada 2 (dua) unit CSM yang

digunakan oleh P.T. Unilever Indonesia Surabaya, yaitu unit CSM-2

dan unit CSM-3.

Minyak hasil pencampuran dari blended oil tank dipompa

menuju oil constant level tank dengan kapasitas 2 m3. Ketinggian

minyak dalam oil constant level lank ini dijaga tetap konstan dengan

cara membuat minyak mengalami overflow, di mana minyak overflow

iii akan dialirkan kembali ke dalam blended oil tank. Hal yang sama

juga dilakukan terhadap larutan NaOH yang digunakan, di mana

larutan NaOH juga dialirkan ke dalam constant level tank. Fungsi dari

constant level tank sebagai penampungan sementara minyak dan

laruian NaOH adalah untuk menjaga agar laju alir minyak dan larutan

NaOH yang menuju ke dosing pump selalu konstan.

Sabun hasil pengendapan di scrap jitting tank utara akan

dialirkan menuju relay tank selatan dan dicampur dengan nat soap

yang berasal dati centrifuge dengan perbandingan 1:3. Karena sabun

yang dihasilkan dari scrap jitting tank ini berwarna gelap dengan

Page 77: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

58

kualitas yang lebih rendah, maka sabun ini hanya digunakan sebagai

campuran dalam pembuatan sabun Lifebuoy Red.

c. Unit Lye Treatment

Unit lye treatment merupakan tahap awal pengolahan gliserin

yang merupakan produk samping dari pembuatan sabun. Unit ini

berfungsi untuk mengolah terlebih dahulu lye yang akan digunakan

sebagai bahan baku pembuatan gliserin. Lye dari unit CSM ditampung

dalam spent lye tank, kemudian diolah dalam empat bak dengan

kapasitas masing-masing 50 ton. Tiap bak dilengkapi dengan pipa-pipa

yang terletak di dasar bak, di mana pada permukaan luar pipa-pipa ini

terdapat lubang keluarnya udara tekan. Pipa ini digunakan sebagai

pengaduk dalam bak agar diperoleh larutan yang homogen dalam bak.

d. Unit Crude Glycerin

Pada unit ini, kadar gliserin dalam lye sebesar 25% akan

dinaikkan menjadi 80% dengan cara menguapkan air dan

mengendapkan garam. Unit ini terdiri dari 2 jenis evaporator yaitu

evaporator Ghana-Lamr dan evaporator Port Sunlight. Evaporator

Ghana-Lama menggunakan empat buah evaporator yang disusun

menjadi dua sistem double effect evaporator yang tersusun seri, yaitu

evaporator Ghana-1, Lama-I, Lama-2, dan Ghana-2. Proses evaporasi

pada Wlit ini berlangsungg secara kontinu dengan kapasitas evaporator

sebesar 6 ton lye/jam dengan level ketinggian cairan 60-65% dari

ketinggian evaporator.

Page 78: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

59

e. Unit Drying

Unit drying bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam sabun

sehingga akan meningkatkan kadar TFM sabun dari 63 % (neat soap)

menjadi 77 % untuk Lux dan 76% untuk Lifebuoy. Unit drying

memiliki 5 buah dryer dengan kapasitas berbeda. Dryer 1, 2, 3 dan 5

memiliki kapasitas sebesar 4 ton neat soap/jam, sedangkan dryer 4

berkapasitas 7 ton neat soap/jam.

f. Unit Packing

Unit packing bertujuan untuk menyempurnakan warna,

kandungan, tekstur, dan bentuk dari chip soap yang dihasilkan dari unit

drying. Selain itu, unit ini juga meliputi proses pencetakan dan

pengernasan produk akhir berupa sabun yang siap dipasarkan. Unit

packing P.T. Unilever Indonesia di Rungkut, Surabaya memiliki 11

buah packing line yang masing-masing terhubung dengan sebuah silo

bin.

Tablet sabun yang sudah dicetak akan diambil oleh tangkai

yang dihubungkan dengan vakum dan dilepas di atas conveyor belt

dengan tekanan angin, kemudian dibawa ke wrapper. Di sini, sabun

akan dibungkus dengan stiffner dan wrapper. Sabun yang telah

dibungkus akan dipak secara manual ke dalam kardus yang dapat

memuat 144 tablet sabun dan disimpan dalam gudang penyimpanan.

Page 79: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

60

Bagan 5.1

Proses Produksi di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya

Sumber: Diolah Penulis

5.1.3 Identifikasi Potensi Bahaya Kebakaran dan Program Penanggulangan

Kebakaran di Pabrik Personal Wash (PW) PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya Tahun 2016

Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya

merupakan perusahaan swasta gabungan yang bergerak di bidang produksi

sabun batang dimana dalam kegiatan proses produksinya menggunakan bahan

dan peralatan yang berpotensi menimbulkan kejadian kebakaran. Salah satu

cara untuk mengidentifikasi bahaya kebakaran adalah dengan mengidentifikasi

komponen terbentuknya api, yaitu: Oksigen (O2), Sumber Api/Panas dan

Bahan Bakar di area kerja.

Dari hasil identifikasi potensi bahaya kebakaran yang telah dilakukan

oleh Unit Kerja SHE Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya, bahwasanya Pabrik Personal Wash memiliki potensi untuk

terjadi kebakaran yang tinggi (high risk), dimana dalam kegiatan produksinya

melibatkan banyak peralatan yang menghasilkan suhu dan tekanan yang

sangat tinggi, penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar, serta

Pencampuran/Blending

(minyak kelapa, minyak

kelapa sawit, dan minyak

kelapa sawit stearin)

Pencampuran

Lanjutan/Contonius

Soap Making

(ditambah NaOh)

Pengolahan

Gliserin/Lye

Treatment

Pengendapan

Gliserin/

Crude Glycerin

Pengeringan Sabun/

Drying

Pengepakan Produk/

Packing

Page 80: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

61

penggunaan listrik bertegangan tinggi, serta dampak yang ditimbulkannya

juga sangat besar.

Untuk faktor panas yang menjadi unsur terjadinya kebakaran, berasal

dari mesin-mesin yang digunakan untuk kegiatan produksi, percikan api yang

dihasilkan dari mesin-mesin dan kegiatan dari pekerja seperti mengelas,

menggerinda dan lain-lain, dan adanya hubungan singkat pada kabel ataupun

peralatan listrik. Untuk faktor bahan bakar, berasal dari bahan padat seperti

kayu, meja, kertas, dan lain-lain. Bahan gas dan cair berasal dari solar, gas

LNG, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kelapa sawit stearin.

Secara karakteristik, potensi bahaya kebakaran di Pabrik Personal Wash

termasuk dalam klasifikasi kebakaran kelas B dan C, yakni kebakaran akibat

bahan cair atau gas yang mudah terbakar (solar, gas LNG, minyak kelapa,

minyak kelapa sawit, minyak kelapa sawit stearin) dan instalasi bertegangan

(hubungan arus pendek atau korsleting listrik dari penggunaan tegangan listrik

yang tinggi) (Dokumen perusahaan dari Unit Kerja SHE Pabrik Personal

Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016 berupa JSA

dan identifikasi bahaya kebakaran).

Untuk program simulasi kebakaran di Pabrik Personal Wash PT

Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya melibatkan seluruh tenaga kerja.

Program simulasi kebakaran dilakukan bertujuan untuk menguji efektifitas

prosedur tanggap darurat kebakaran. Hal ini dimaksudkan agar seluruh pekerja

mengetahui prosedur keadaan darurat, tata cara evakuasi, dan memastikan

agar setiap pekerja mengerti instruksi yang diberikan ketika terjadi keadaan

darurat. Program simulasi kebakaran diadakan satu kali dalam setahun yaitu

pada bulan Februari. Simulasi kebakaran dilaksanakan sesuai dengan prosedur

Page 81: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

62

evakuasi darurat/kebakaran yang telah dibentuk. Sehingga, setelah simulasi

dilakukan, maka akan dilaksanakan diskusi evaluasi untuk melihat apakah

tindakan sudah sesuai prosedur (Wawancara pihak SHE dan telaah dokumen

perusahaan berupa Program Simulasi Kebakaran di Pabrik Personal Wash PT

Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya, 2016) .

Untuk program pelatihan dan pendidikan penanggulangan kebakaran

hanya diikuti oleh anggota Tim Tanggap Darurat yakni staf security yang

bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pihak SHE, hal-hal yang dilakukan didalam pelatihan

tersebut diantaranya adalah pelatihan cara memindahkan atau mengevakuasi

korban, cara melakukan pemadaman api dengan karung atau APAR dan

Hidran, serta cara penyampaian informasi saat terjadi kebakaran (Wawancara

pihak SHE Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya, 2016).

5.2 Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran dalam tabel 5.1

Tabel 5.1

Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran di Pabrik

Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1. Tersedia sumber air

berupa hidran halaman,

sumur kebakaran atau

reservoir air dan

sebagainya

Sumber air berasal dari air PDAM

kemudian diolah di water treatment plant

untuk mendapatkan kondisi air tertentu

agar aman untuk digunakan kegiatan

produksi maupun pasokan air untuk

hidran, disimpan di reservoir air

berkapasitas 500m3

Sesuai 100%

Page 82: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

63

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

2. Setiap lingkungan

bangunan gedung harus

dilengkapi dengan sarana

komunikasi umum yang

dapat dipakai setiap saat

untuk memudahkan

penyampaian informasi

kebakaran

Tersedia titik panggil manual diseluruh

area pabrik untuk menyampaikan

kejadian kebakaran, terdapat microphone

di ruang security yang dapat digunakan

untuk menginformasikan kepada pekerja

apabila terjadi kebakaran melalui

pengeras suara yang tersebar diseluruh

area pabrik, terdapat alarm kebakaran

diseluruh area pabrik, terdapat telepon

sambungan langsung di masing-masing

unit kerja yang dapat digunakan untuk

sarana komunikasi antar area

Sesuai 100%

3 Tersedia jalur khusus

mobil pemadam

kebakaran

Tidak terdapat jalur khusus mobil

pemadam kebakaran, melainkan jalur

mobil pemadam kebakaran menjadi satu

dengan atau melalui jalur kendaraan

umum

Tidak

sesuai

0%

4 Tersedia jalan

lingkungan perkerasan di

dalam lingkungan

bangunan agar gedung

dapat dilalui oleh

kendaraan pemadam

kebakaran

Akses untuk menuju ke semua area atau

jalan didalam lingkungan bangunan

pabrik telah berupa jalan perkerasan

berupa aspal dan paving

Sesuai 100%

5 Lebar lapis perkerasan

pada jalur masuk yang

digunakan untuk mobil

pemadam kebakaran

lewat minimal 4 m

Lebar lapis perkerasan pada jalur masuk

adalah 6,54 meter

Sesuai 100%

6 Area jalur masuk kedua

sisinya ditandai dengan

warna yang kontras.

Tidak ada penandaan khusus untuk jalur

pemadam kebakaran dikarenakan tidak

terdapat jalur khusus mobil pemadam

kebakaran

Tidak

sesuai

0%

7 Area jalur masuk pada

kedua sisinya ditandai

dengan bahan yang

bersifat reflektif.

Tidak ada penandaan khusus untuk jalur

pemadam kebakaran dikarenakan tidak

terdapat jalur khusus mobil pemadam

kebakaran

Tidak

sesuai

0%

8 Penandaan jalur

pemadam kebakaran

diberi jarak antara tidak

lebih dari 3 m

Tidak ada penandaan khusus untuk jalur

pemadam kebakaran dikarenakan tidak

terdapat jalur khusus mobil pemadam

kebakaran

Tidak

sesuai

0%

9 Penandaan jalur

pemadam kebakaran

dibuat di kedua sisi jalur

Tidak ada penandaan khusus untuk jalur

pemadam kebakaran dikarenakan tidak

terdapat jalur khusus mobil pemadam

kebakaran

Tidak

sesuai

0%

Page 83: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

64

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

10 Penandaan jalur

pemadam kebakaran

diberi tulisan “Jalur

pemadam kebakaran,

jangan dihalangi”

Tidak ada penandaan khusus untuk jalur

pemadam kebakaran dikarenakan tidak

terdapat jalur khusus mobil pemadam

kebakaran

Tidak

sesuai

0%

Tingkat Pemenuhan Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran 40%

Dari tabel 5.1, akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran memiliki

tingkat pemenuhan sebesar 40%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

komponen akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran tidak berfungsi atau

kapasitasnya jauh dibawah dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 10 elemen

yang diperiksa terdapat 4 elemen yang telah sesuai, dan 6 elemen yang tidak sesuai

dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai “tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur

kebakaran atau reservoir air dan sebagainya”, dari hasil observasi, wawancara dan

telaah dokumen milik perusahaan berupa WIPW 16-018 tentang pemeliharaan fire

water pump diketahui bahwa sumber air yang digunakan untuk pasokan air pemadam

kebakaran berasal dari air PDAM yang kemudian diolah di water treatment plant

untuk mendapatkan kondisi air tertentu agar aman digunakan sebelum disimpan di

reservoir air yang memiliki kapasitas 500m3. Air tersebut digunakan untuk kegiatan

produksi dan keperluan instalasi kebakaran. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian mengenai sumber air pemadam

kebakaran:

“...air buat hidran itu sumbernya dari air PDAM trus diolah masuk ke water

treatment plant, setelah itu disimpen di reservoir. Untuk memasok air dari reservoir

ke hidran itu kita pake pompa air khusus yang ada belakang dekat sama reservoirnya

juga...” (KI-1)

Page 84: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

65

Untuk elemen mengenai “setiap lingkungan bangunan gedung harus

dilengkapi dengan sarana komunikasi umum yang dapat dipakai setiap saat untuk

memudahkan penyampaian informasi kebakaran”, dari hasil observasi dan wawancara

diketahui bahwa tersedia titik panggil manual diseluruh area pabrik untuk

menyampaikan kejadian kebakaran, terdapat microphone di ruang security yang dapat

digunakan untuk menginformasikan kepada pekerja apabila terjadi kebakaran melalui

pengeras suara yang tersebar diseluruh area pabrik, terdapat alarm kebakaran

diseluruh area pabrik, terdapat telepon sambungan langsung di masing-masing unit

kerja yang dapat digunakan untuk sarana komunikasi antar area. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan:

“...untuk menginformasikan kalo ada kebakaran itu disini ada speaker ya

yang ada di seluruh area pabrik. Ngasi taunya lewat ruang security, microphonenya

disana. Juga di tiap-tiap ruang unit kerja itu ada telepon, jadi bisa saling ngasi tahu

kalo ada kebakaran atau keadaan darurat gitu...” (KI-1)

“...disini ada microphone yang bisa digunakan untuk memberitahu kepada

seluruh karyawan kalau ada kejadian kebakaran atau keadaan darurat yang lain...”

(KI-2)

Untuk elemen mengenai “Tersedia jalur khusus mobil pemadam kebakaran”,

dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa tidak terdapat jalur khusus mobil

pemadam kebakaran dengan alasan mobil pemadam kebakaran masih dapat

menggunakan jalur jalan perkerasan umum yang ada di dalam pabrik, selain itu

karena tidak adanya lahan lebih untuk membuat jalur khusus mobil kebakaran di

dalam pabrik. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:

“...untuk jalur khusus mobil pemadam kebakaran memang ga ada. Tapi kan

mobil kebakaran masih tetep bisa masuk lewat jalur umum di dalam pabrik kalau

terjadi kebakaran. Jadi menurut saya ya nggak terlalu bermasalah kalo jalur khusus

mobil pemadam kebakarannya nggak ada. Soalnya mau buat jalur khususnya juga

lahannya udah gak ada. Ya terpaksa mobil pemadam kebakarannya dilewatin ke

jalan umum didalam pabrik...” (KI-1)

Untuk elemen mengenai “Area jalur masuk kedua sisinya ditandai dengan

warna yang kontras; Area jalur masuk pada kedua sisinya ditandai dengan bahan yang

Page 85: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

66

bersifat reflektif; Penandaan jalur pemadam kebakaran diberi jarak antara tidak lebih

dari 3 m; Penandaan jalur pemadam kebakaran dibuat di kedua sisi jalur; Penandaan

jalur pemadam kebakaran diberi tulisan “Jalur pemadam kebakaran, jangan

dihalangi”, dari hasil observasi diketahui bahwa tidak ada penandaan khusus untuk

jalur pemadam kebakaran.

Gambar 5.1

Fire Pump di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

5.3 Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa

Komponen sarana penyelamatan jiwa terdiri dari sub komponen sarana jalan

keluar, pintu darurat, pencahayaan darurat, dan tanda petunjuk arah evakuasi. Berikut

adalah hasil penelitian pada masing- masing sub komponen tersebut.

5.3.1 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar

Berikut adalah hasil sarana jalan keluar dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2

Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Terdapat koridor yang

digunakan sebagai akses EXIT

Terdapat 6 koridor EXIT yang

digunakan sebagai EXIT

pelepasan

Sesuai 100%

Page 86: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

67

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

2 Sarana jalan keluar dipelihara

terus menerus bebas dari segala

hambatan atau rintangan

Terdapat perabot dipinggiran

pada jalur evakuasi yang

menutupi/melewati garis

pembatas jalur evakuasi. Hal ini

dapat menghambat jalannya

kegiatan evakuasi seperti

tersandung, terjatuh, dan

menabrak barang. Sarana jalan

keluar yang tidak terdapat

rintangan ini berjumlah 2 dari

total 6 sarana jalan keluar.

Tidak

sesuai

33,33%

3 Perabot, dekorasi atau benda-

benda lain tidak diletakkan

sehingga menggangu EXIT,

akses ke sana, jalan ke luar dari

sana atau mengganggu

pandangan

Terdapat lemari peralatan didekat

pintu EXIT pelepasan yang dapat

mengganggu akses dan

pandangan kesana. EXIT

pelepasan yang memenuhi

persyaratan ini berjumlah 2 dari

total 6 EXIT pelepasan.

Tidak

sesuai

33,33%

4 Tidak ada cermin yang dipasang

di dalam atau dekat EXIT

manapun sedemikian rupa yang

dapat membingungkan

Tidak terdapat cermin di sekitar

akses EXIT manapun

Sesuai 100%

5 Lebar akses EXIT ≥ 71 cm Lebar akses exit di bagian sisi

depan berupa pintu utama dengan

lebar 6,5m dan bagian sisi

belakang dengan lebar 6,2m,

bagian sisi samping dengan lebar

masing-masing 1,3m

Sesuai 100%

6 Jumlah sarana jalan keluar ≥ 2 Terdapat 6 sarana jalan keluar

yang masing-masing menuju exit

pelepasan/akhir

Sesuai 100%

7 EXIT berakhir pada jalan umum

atau bagian luar dari EXIT

pelepasan.

Seluruh exit pelepasan berakhir

pada bagian luar gedung berupa

jalan perkerasan yang ada

didalam lingkungan bangunan

gedung

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar 80,95%

Dari tabel 5.2, sub komponen sarana jalan keluar memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 80,95%. Dari 7 elemen terdapat 5 elemen yang telah

sesuai, dan 2 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan.

Page 87: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

68

5.3.2 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan pintu darurat dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3

Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Pintu pada sarana jalan keluar dari

jenis engsel atau pintu ayun

Seluruh pintu darurat berupa

jenis engsel atau pintu ayun

Sesuai 100%

2 Pintu dirancang dan dipasang

sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi

terbuka penuh

Seluruh pintu darurat dapat

terbuka penuh

Sesuai 100%

3 Pintu darurat membuka ke arah jalur

jalan keluar

Seluruh arah bukaan pintu

darurat adalah ke arah jalur

jalan keluar

Sesuai 100%

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci, alat atau

pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam gedung

Seluruh pintu darurat tidak

membutuhkan suatu alat

apapun

Sesuai 100%

5 Grendel pintu darurat ditempatkan

87-120 cm di atas lantai

Seluruh grendel pintu darurat

berada pada 95 cm dari atas

lantai

Sesuai 100%

6 Pintu darurat tidak dalam posisi

terbuka setiap saat

Seluruh pintu darurat tidak

dalam posisi terbuka karena

dapat berayun otomatis

Sesuai 100%

7 Pintu darurat menutup sendiri atau

menutup otomatis

Seluruh pintu darurat dapat

berayun otomatis atau

menutup sendiri

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat 100%

Dari tabel 5.3, sub komponen pintu darurat memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

sub komponen pintu darurat berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai

dengan ketetapan dalam spesifikasi yang berarti seluruh elemen yang

diperiksa telah sesuai dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai “Pintu pada sarana jalan keluar dari jenis

engsel atau pintu ayun”, dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa

Page 88: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

69

seluruh pintu darurat berupa jenis engsel atau pintu ayun. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara dengan informan:

“...iya, semuanya itu jenis pintu ayun...” (KI-1)

Untuk elemen mengenai “Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah

anak kunci, alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk

membukanya dari dalam gedung”, dari hasil observasi dan wawancara

diketahui bahwa seluruh pintu darurat tidak membutuhkan suatu alat apapun.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:

“...semua pintu darurat itu nggak dikunci. Setiap bulannya tim SHE itu

juga keliling buat inspeksi pintu darurat ini salah satunya...” (KI-1)

Gambar 5.2

Pintu Darurat di Unit Packing Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 89: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

70

5.3.3 Tingkat Pemenuhan Pencahayaan Darurat

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan pencahayaan darurat dalam

tabel 5.4.

Tabel 5.4

Tingkat Pemenuhan Pencahayaan Darurat di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Iluminasi jalan keluar utama

bukan merupakan pencahayaan

listrik yang dioperasikan dengan

batere dan jenis lain dari lampu

jinjing atau lentera

Sumber listrik utama berasal dari

PLN berkapasitas 5540 kVA

yang apabila mati digantikan

dengan generator cadangan

berkapasitas 400 kVA

Sesuai 100%

2 Tersedia pencahayaan darurat Seluruh area terdapat

pencahayaan darurat

Sesuai 100%

3 Pengujian fungsi pencahayaan

darurat dilakukan dalam jangka

waktu 30 hari untuk sekurang-

kurangnya 30 detik

Pengujian dilakukan setiap 6

bulan sekali atau setahun 2 kali

oleh tim engineering dan diawasi

oleh tim SHE.

Tidak

sesuai

0%

4 Rekaman tertulis dari inspeksi

visual dan pengujian disimpan

oleh pemilik bangunan gedung

Rekaman pengujian tertulis

disimpan di ruangan Unit Kerja

SHE

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Pencahayaan Darurat 75%

Dari tabel 5.4, sub komponen pencahayaan darurat memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 75%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sub

komponen pencahayaan darurat berfungsi dengan baik, tetapi terdapat

sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 4 elemen

yang diperiksa terdapat 3 elemen telah sesuai, dan 1 elemen tidak sesuai

dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai “Pengujian fungsi pencahayaan darurat

dilakukan dalam jangka waktu 30 hari untuk sekurang-kurangnya 30 detik”,

dari hasil wawancara dan telaah dokumen milik perusahaan berupa laporan

hasil inspeksi dan pengujian emergency light dan WIPW 12-53 tentang

Page 90: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

71

pemeliharaan emergency light, bahwa pengujian dilakukan setiap 6 bulan

sekali atau setahun 2 kali oleh tim engineering yang diawasi oleh tim SHE.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:

“...lampu emergency yang ngetes itu kan tim engineering, jadi itu lebih

ke wewenang mereka. Juga dari hasil rapat kesepakatan antara SHE dan tim

engineering kalo lampu emergency itu cukup di cek 2 kali setahun. Kalo setiap

bulan itu terlalu cepat menurut kami dan ga efisien...”(KI-1)

5.3.4 Tingkat Pemenuhan Tanda Arah Evakuasi

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan tanda arah evakuasi dalam

tabel 5.5

Tabel 5.5

Tingkat Pemenuhan Tanda Arah Evakuasi di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Terdapat tanda petunjuk

arah pada sarana jalan

keluar

Terdapat tanda petunjuk arah diseluruh

sarana jalan keluar

Sesuai 100%

2 Warna tanda petunjuk

arah nyata dan kontras

Warna tanda petunjuk arah adalah

hijau dengan tulisan berwarna putih

Sesuai 100%

3 Disetiap lokasi terdapat

tanda arah dengan

indikator arah

Disetiap lokasi terdapat tanda arah

dengan indikator arah

Sesuai 100%

4 Tanda arah dengan

iluminasi eksternal dan

internal harus dapat

dibaca pada kedua mode

pencahayaan normal dan

darurat.

Tanda arah berupa iluminasi internal

dapat dibaca pada kedua mode

pencahayaan normal dan darurat

Sesuai 100%

5 Tanda petunjuk arah

terbaca “EXIT” atau kata

lain yang tepat dan

berukuran ≥ 10 cm.

Tanda arah evakuasi pada sarana jalan

keluar berukuran 12 cm, sedangkan

tanda EXIT pada pintu keluar atau

EXIT pelepasan berukuran 15 cm

Sesuai 100%

6 Setiap tanda arah

diiluminasi terus menerus

Terdapat 14 tanda arah yang tidak

diiluminasi, 11 iluminasi tanda arah

sudah mati, dari jumlah keseluruhan

sebanyak 41 tanda arah

Tidak

sesuai

39,02%

7 Lebar huruf pada kata

EXIT ≥ 5 cm kecuali

huruf “I”

Lebar huruf EXIT pada tanda arah

adalah 6 cm

Sesuai 100%

Page 91: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

72

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

8 Spasi minimum antara

huruf pada kata “EXIT”

≥ 1 cm

Spasi antara huruf pada kata EXIT

adalah 2 cm

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Tanda Arah Evakuasi 92,40%

Dari tabel 5.5, sub komponen tanda arah evakuasi memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 92,40%, maka dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan sub komponen tanda arah evakuasi berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi. Dari 8 elemen yang

diperiksa terdapat 5 elemen yang telah sesuai, dan 1 elemen yang tidak sesuai

dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai “Setiap tanda arah diiluminasi terus

menerus”, dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa terdapat 14

tanda arah yang tidak diiluminasi, 11 iluminasi tanda arah sudah mati, dari

jumlah keseluruhan sebanyak 41 tanda arah. Berikut adalah hasil kutiapn

wawancara dengan informan:

“...ooh buat beberapa tanda iluminasi di area packing sama fisnishing

itu kan memang dari sononya sudah bersifat memantulkan sinar mas dan area

nya juga cukup terang, jadi menurut kami itu sudah nggak perlu untuk dikasih

pencahayaan khusus tanda itu. Iya itu yang sudah mati memang sebenarnya

sudah kami ajuin pas rapat-rapat tiap bulannya, tapi meskipun itu udah mati

masih bisa dilihat dengan jelas kok...” (KI-1)

Page 92: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

73

Gambar 5.3 Tanda Arah Evakuasi di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 5.4 Tulisan “EXIT” yang di Iluminasi di Pabrik Personal Wash

PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Berdasarkan pemaparan masing-masing sub komponen diatas, diketahui

bahwa komponen sarana penyelamatan jiwa yang terdiri dari sarana jalan keluar

memiliki tingkat pemenuhan sebesar 80,95%, pintu darurat memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 100%, pencahayaan darurat memiliki tingkat pemenuhan sebesar

75%, dan tanda arah evakuasi memiliki tingkat pemenuhan sebesar 92,40,%. Berikut

adalah rata-rata tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa dalam tabel 5.6.

Tabel 5.6

Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Elemen Tingkat Pemenuhan

1 Sarana Jalan Keluar 80,95%

2 Pintu Darurat 100%

3 Pencahayaan Darurat 75,00%

4 Tanda Arah Evakuasi 92,40%

Rata-rata 87,08%

Page 93: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

74

Dari tabel 5.6 didapatkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan sarana

penyelamatan jiwa adalah sebesar 87,08%.

5.4 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Pasif

Untuk komponen sistem proteksi pasif yang diperiksa terdiri dari sub

komponen konstruksi tahan api. Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan sistem

proteksi pasif.

5.4.1 Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan konstruksi tahan api dalam

tabel 5.7

Tabel 5.7

Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Terdapat dinding penghalang

api untuk membagi bangunan

gedung untuk mencegah

penyebaran api.

Terdapat dinding penghalang api

yang membagi ruangan utama

menjadi 3 bagian, yakni unit proses,

unit finishing, dan unit packing

Sesuai

100%

2 Terdapat pintu tahan api Terdapat pintu tahan api disetiap

sarana jalan keluar

Sesuai 100%

3 Dilakukan pemeliharaan

konstruksi tahan api

Tidak dilakukan pemeliharaan

terhadap konstruksi tahan api dan

pintu tahan api.

Tidak

sesuai

0%

4 Pintu tahan api harus

mempunyai perlengkapan

menutup sendiri atau menutup

secara otomatis.

Pintu tahan api dapat menutup

secara otomatis

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api 75%

Dari tabel 5.7, sub komponen konstruksi tahan api memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 75%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

komponen sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi atau kapasitasnya jauh

dibawah dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 4 elemen yang diperiksa

Page 94: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

75

terdapat 3 elemen yang telah sesuai, dan 1 elemen yang tidak sesuai dengan

persyaratan.

Untuk elemen mengenai “Terdapat dinding penghalang api untuk

membagi bangunan gedung untuk mencegah penyebaran api”, dari hasil

observasi dan wawancara, terdapat dinding penghalang api yang membagi

ruangan utama menjadi 3 bagian, yakni unit proses, unit finishing, dan unit

packing. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

dengan informan penelitian:

“...ada itu dua dinding penghalang api yang misahin ruangan utama

unit proses, unit finishing, sama unit packing...” (KI-1)

Untuk elemen mengenai “Dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan

api”, dari hasil wawancara, tidak dilakukan pemeliharaan terhadap konstruksi

tahan api dan pintu tahan api. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan informan penelitian:

“...kalau pemeliharaan khusus konstruksi tahan api sama pintu tahan

api itu nggak ada ya. Kayanya rusaknya lama itu makanya ngga dilakukan

pemeriksaan. Ya nunggu ada yang rusak aja atau udah nggak berfungsi, baru

kita akan buatin laporan buat diajukan. Ya nunggu nggak bisa berfungsinya

aja baru diganti...” (KI-1)

Berdasarkan hasil pemaparan diatas diketahui bahwa sistem proteksi

kebakaran pasif yang terdiri dari sub komponen konstruksi tahan api memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 50,00%. Berikut adalah rata-rata tingkat pemenuhan sarana

penyelamatan jiwa dalam tabel 5.8

Tabel 5.8

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Pasif di Pabrik Personal Wash PT

Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Sub Komponen Tingkat Pemenuhan

1 Konstruksi tahan api 75,00%

Rata-rata 75,00%

Page 95: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

76

Dari tabel 5.8 didapatkan bahwas rata-rata tingkat pemenuhan sistem proteksi

kebakaran pasif adalah sebesar 75,00%.

5.5 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

Komponen sistem proteksi kebakaran aktif yang diperiksa terdiri dari sub

komponen sistem detektor kebakaran, alarm kebakaran, titik panggil manual, sistem

springkler otomatik, sistem hidran, sistem pipa tegak, dan APAR. Berikut adalah hasil

tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran aktif.

5.5.1 Tingkat Pemenuhan Sistem Deteksi Kebakaran

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan sistem deteksi kebakaran

dalam tabel 5.9.

Tabel 5.9

Tingkat Pemenuhan Sistem Deteksi Kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Detektor kebakaran ada di

seluruh ruangan.

Terdapat detektor kebakaran jenis

smoke detector, gas detector dan

heat detector yang disesuaikan

dengan potensi bahaya kebakaran

diruangan tersebut

Sesuai 100%

2 Setiap detektor yang terpasang

dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodik

Setiap detektor dapat dijangkau

untuk pemeliharaan dan pengujian

Sesuai 100%

3 Detektor diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis.

Detektor tidak diproteksi Tidak

sesuai

0%

4 Dilakukan inspeksi, pengujian

dan pemeliharaan.

Inspeksi, pengujian, dan

pemeliharaan dilakukan setiap 1

tahun sekali oleh tim engineering

dan diawasi oleh tim SHE

Sesuai 100%

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi disimpan untuk jangka

waktu 5 tahun untuk

pengecekan oleh instansi yang

berwenang

Rekaman hasil dari semua inspeksi,

pengujian, dan pemeliharaan yang

disimpan hanya hingga 3 tahun

terakhir

Tidak

sesuai

0%

Tingkat Pemenuhan Sistem Deteksi kebakaran 60%

Page 96: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

77

Dari tabel 5.9, sistem deteksi kebakaran memiliki tingkat pemenuhan

sebesar 60%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sistem deteksi

kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi terdapat sebagian lain komponen

utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau kapasitasnya kurang dari yang

ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 5 elemen yang diperiksa terdapat 3 elemen

yang telah sesuai, dan 2 elemen tidak sesuai dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai “Detektor kebakaran ada di seluruh ruangan”,

dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa terdapat detektor

kebakaran jenis smoke detector, gas detector dan heat detector yang

disesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran diruangan tersebut. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan

penelitian:

“...disini itu ada detektor asap, gas, sama detektor panas. Kalau di

ruangan kantor itu pake detektor asap. Kalau di ruangan utama unit proses

itu pake detektor gas sama detektor panas. Unit finishing sama packing cuma

pake detektor panas soalnya ga ada mesin yang pake bahan bakar gas

disana...” (KI-1)

Untuk elemen mengenai “Detektor diproteksi terhadap kemungkinan

rusak karena gangguan mekanis”, dari hasil observasi dan wawancara

diketahui bahwa detektor tidak diproteksi. Berikut adalah hasil kutipan

wawancara dengan informan:

“...detektor itu kan tempatnya jauh diatas, ya menurut kami itu nggak

perlu dikasih pelindung, soalnya kemungkinan detektor rusak kesenggol

peralatan itu kecil sekali...” (KI-1)

Untuk elemen mengenai rekaman inspeksi detektor, dari hasil

wawancara dan telaah dokumen milik perusahaan berupa laporan hasil

inspeksi dan pengujian detektor, bahwa rekaman hasil dari semua inspeksi,

Page 97: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

78

pengujian, dan pemeliharaan yang disimpan hanya hingga 3 tahun terakhir.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:

“...sebenernya ada itu berkasnya mas yang 2013 kebawah, gak tau itu

ada beberapa yang kemana. Soalnya sering dibawa pas rapat bulanan,

biasanya dipinjem sama unit kerja lain buat nyusun laporan JSA..” (KI-1)

Gambar 5.5

Detektor Asap di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut

Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

5.5.2 Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan alarm kebakaran dalam tabel

5.10

Tabel 5.10

Tingkat Pemenuhan Alarm Kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Terdapat alarm

kebakaran

Alarm kebakaran jenis sirene yang

ditempatkan pada titik-titik tertentu tersebar

diseluruh area pabrik

Sesuai 100%

2 Sinyal suara alarm

kebakaran berbeda

dari sinyal suara yang

dipakai untuk

penggunaan lain.

Sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari

sinyal suara yang dipakai untuk penggunaan

lain, perusahaan menggunakan sirene dan

pengeras suara atau speaker untuk

menginformasikan kepada pekerja apabila

terjadi keadaan darurat

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Alarm kebakaran 100%

Page 98: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

79

Dari tabel 5.10, alarm kebakaran memiliki tingkat pemenuhan sebesar

100%. Berdasarkan tingkat pemenuhan 100%, maka dapat disimpulkan bahwa

secara keseluruhan komponen alarm kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi. Dari tingkat

pemenuhan 100%, hal ini berarti seluruh elemen yang diperiksa telah sesuai

dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai “ketersediaan alarm kebakaran”, dari hasil

observasi dan wawancara diketahui bahwa alarm kebakaran jenis sirene yang

ditempatkan pada titik-titik tertentu tersebar diseluruh area pabrik. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan

penelitian:

“...alarm kebakaran pake sirene, tempatnya nyebar di seluruh area...”

(KI-1)

“...kalo alarm kebakaran disini itu pake sirene...” (KI-2)

Untuk elemen mengenai “sinyal suara alarm”, dari hasil wawancara

diketahui bahwa sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain, perusahaan menggunakan sirene dan pengeras

suara atau speaker untuk menginformasikan kepada pekerja apabila terjadi

keadaan darurat. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan

peneliti dengan informan penelitian:

“...alarm kebakaran pake sirene, tempatnya nyebar di seluruh area.

Ada speaker lewat ruang security juga kalo buat ngasi tahu ada keadaan

darurat. Iya suara sinyal alarmnya beda sama penggunaan lain, kalo

pergantian shift itu pake bel kalo keadaan darurat pake sirene sama speaker

...” (KI-1)

“...kalo alarm kebakaran disini itu pake sirene. Terus juga disini ada

mic buat ngasi tau kalo seumpama ada keadaan darurat gitu...” (KI-2)

Page 99: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

80

5.5.3 Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan titik panggil manual dalam

tabel 5.11

Tabel 5.11

Tingkat Pemenuhan Titik Panggil Manual di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Titik panggil manual harus bewarna

merah

Seluruh titik panggil manual

berwarna merah

Sesuai 100%

2 Titik panggil dipasang pada lintasan

menuju jalan keluar

Titik panggil manual

dipasang pada lintasan

menuju jalan keluar

Sesuai 100%

3 Semua titik panggil manual dipasang

pada lintasan menuju ke luar dan

dipasang pada ketinggian 1,4 meter

dari lantai

Titik panggil manual

dipasang 1,4 meter dari lantai

Sesuai 100%

4 Lokasi penempatan tidak mudah

terkena gangguan, mudah kelihatan

& dicapai

Titik panggil manual

dipasang di lintasan menuju

keluar, tidak terhalang dan

diberi tanda petunjuk

Sesuai 100%

5 Jarak suatu titik sembarang ke posisi

titik panggil manual maksimum 30

m

Jarak titik panggil manual

satu dengan lainnya adalah

kurang dari 25 meter

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Titik panggil manual 100%

Dari tabel 5.11, titik panggil manual memiliki tingkat pemenuhan

sebesar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan titik panggil

manual berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam

spesifikasi yang berarti dari seluruh elemen yang diperiksa telah sesuai dengan

persyaratan.

Page 100: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

81

Gambar 5.6

Titik Panggil Manual di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

5.5.4 Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan sistem springkler otomatik

dalam tabel 5.12

Tabel 5.12

Tingkat Pemenuhan Sistem Springkler Otomatik di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Terpasang springkler otomatis Terdapat sistem springkler di

setiap ruangan pabrik

berjenis wet pipe system

Sesuai 100%

2 Springkler tidak diberi ornament, cat,

atau diberi pelapisan

Tidak terdapat aksesoris

lainnya pada springkler

Sesuai 100%

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang dapat

menyebabkan korosi, tidak

mengandung serat atau bahan lain

yang dapat mengganggu bekerjanya

springkler

Air berasal dari PDAM dan

diolah di water treatment

plant untuk mendapatkan

kondisi tertentu sehingga

aman untuk springkler

Sesuai 100%

4 Setiap sistem springkler otomatis

harus dilengkapi satu jenis sistem

penyediaan air yang bekerja secara

otomatis, bertekanan dan

berkapasitas cukup, dan harus

dibawah penguasaan pemilik gedung

Air berasal dari reservoir

yang bekerja secara otomatis

menggunakan pompa picu

untuk memberikan tekanan

pada springkler

Sesuai 100%

5 Jarak maksimum antar kepala

springkler adalah 3,7 m

Jarak antar kepala springkler

4,5 meter

Tidak

sesuai

0%

Page 101: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

82

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

6 Kepala springkler yang terpasang

merupakan kepala springkler yang

tahan korosi

Kepala springkler terbuat

dari bahan seng yang

dichrome tahan korosi

(Model: ZSTX15)

Sesuai 100%

7 Kotak penyimpanan kepala

springkler cadangan dan kunci

kepala springkler ditempatkan di

ruangan ≤ 38 ˚C.

Kepala springkler cadangan

dan kunci kepala springkler

disimpan di lemari gudang

unit kerja engineering

dengan suhu kamar 25oC

Sesuai 100%

8 Springkler cadangan sesuai baik tipe

maupun temperature rating dengan

semua springkler yang telah dipasang

Springkler cadangan sesuai

dengan springkler yang telah

dipasang

Sesuai 100%

9 Jumlah persediaan kepala springkler

cadangan ≥ 36

Persediaan kepala springkler

cadangan tersisa 9 buah

disimpan dilemari gudang

unit kerja engineering

Tidak

sesuai

25%

10 Tersedia sebuah kunci khusus untuk

springkler (special springkler

wrench)

Tersedia special springkler

wrench di ruang peralatan

unit kerja engineering

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Springkler otomatik 82,5%

Dari tabel 5.12, sistem springkler otomatik memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 82,5%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

springkler otomatik berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai dengan

ketetapan dalam spesifikasi. Dari 10 elemen yang diperiksa terdapat 8 elemen

yang telah sesuai, dan 2 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan standar

acuan.

Untuk elemen mengenai “Terpasang springkler otomatis”, dari hasil

observasi dan wawancara diketahui bahwa terdapat sistem springkler di setiap

ruangan pabrik berjenis wet pipe system. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:

“...ada sprinkler disemua ruangan. Kalo jenis sistem pipa buat nyalur

air itu disini pake wet pipe system, atau pipa basah. Jadi kalo kepala

sprinklernya pecah yo langsung keluar airnya...” (KI-1)

Page 102: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

83

Untuk elemen mengenai “Air yang digunakan tidak mengandung

bahan kimia yang dapat menyebabkan korosi, tidak mengandung serat atau

bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler”, dari hasil

wawancara diketahui bahwa air berasal dari PDAM dan diolah di water

treatment plant untuk mendapatkan kondisi tertentu sehingga aman untuk

springkler. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti dengan informan:

“...air buat springkler ya sama, dari air PDAM yang dikondisikan jadi

udah aman buat sprinkler...” (KI-1)

“...kalo air buat springkler itu langsung dari tanki penampungan air

yang ada dibelakang pabrik...” (KI-2)

Untuk elemen penyaluran air sprinkler, dari hasil wawancara, bahwa

air berasal dari reservoir yang bekerja secara otomatis menggunakan pompa

picu untuk memberikan tekanan pada springkler. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:

“...yo kalo buat nyalurin air itu ada itu loh pake pompa picu

dibelakang. Jadi pompanya itu jalan ootomatis buat ngasih tekanan air ke

setiap pipa-pipa sprinklernya...” (KI-1)

“...nyalurin air dari reservoir ke sprinkler itu pake pompa picu. Kalau

pompa picunya mati, ya kita hidupin manual pompa utamanya...” (KI-2)

Untuk elemen mengenai “Jarak maksimum antar kepala springkler

adalah 3,7 m”, dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa jarak antar

kepala springkler 4,5 meter. Berikut adalah hasil kutipan wawancara dengan

informan:

“...itu memang spek dari springklernya kalo jaraknya harus 4,5 meter.

Kalo kurang dari 3 meter, itu terlalu rapet, jatuhnya ga efisien malah...” (KI-

1)

Untuk elemen mengenai “kepala sprinkler tahan korosi”, dari hasil

wawancara dan telaah dokumen perusahaan berupa WIPW 17-85 tentang

pemeliharaan fire detector, bahwa kepala springkler terbuat dari bahan seng

Page 103: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

84

yang di chrome tahan korosi (Model: ZSTX15). Berikut adalah kutipan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:

“...iyalah pasti tahan korosi. Itu bagian luarnya kan di chrome mas...”

(KI-1)

Untuk elemen mengenai kesesuaian kepala sprinkler cadangan, dari

hasil wawancara, bahwa springkler cadangan sesuai dengan springkler yang

telah dipasang. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti dengan informan:

“...iya itu udah sama, sama kepala yang udah dipasang...” (KI-1)

Untuk elemen mengenai “Jumlah persediaan kepala springkler

cadangan ≥ 36 “, dari hasil observasi dan wawancara diketahui persediaan

kepala springkler cadangan tersisa 9 buah disimpan dilemari gudang unit kerja

engineering. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan:

“...dulu itu sebenarnya masih ada banyak mas, tapi lama-lama pas

kita inspeksi, dan menurut kami ada beberapa kepala springkler yang harus

diganti. Ya sekarang tinggal 9 itu. Ya nanti akan saya usulkan waktu rapat...”

(KI-1)

5.5.5 Tingkat Pemenuhan Sistem Hidran

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan sistem hidran dalam tabel 5.13

Tabel 5.13

Tingkat Pemenuhan Sistem Hidran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran.

Lemari hidran berisi nozel,

slang kebakaran, kunci hidran

Sesuai 100%

2 Setiap lemari hidran dicat dengan

warna yang menyolok

Setiap lemari hidran berwarna

merah menyolok

Sesuai 100%

3 Sambungan slang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sambungan slang dan kotak

hidran tidak terhalang

Sesuai 100%

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap untuk digunakan

Slang hidran dilekatkan dan siap

digunakan

Sesuai 100%

Page 104: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

85

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel di lemari hidran Sesuai 100%

6 Terdapat hidran halaman Terdapat 13 buah hidran

halaman

Sesuai 100%

7 Hidran halaman diletakkan di

sepanjang jalur akses mobil

pemadam kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses

kendaraan

Sesuai 100%

8 Jarak hidran di sepanjang akses

mobil kebakaran ≤ 50 meter dari

bangunan

Jarak hidran di sepanjang akses

mobil kebakaran adalah 10

meter dari bangunan

Sesuai 100%

9 Hidran halaman bertekanan

minimal 3,5 bar

Tekanan hidran halaman 10,5

bar

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sistem Hidran 100%

Berdasarkan tabel 5.13, sistem hidran memiliki tingkat pemenuhan

sebesar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sistem

hidran berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam

spesifikasi, hal ini berarti seluruh elemen yang diperiksa telah sesuai

persyaratan dalam standar acuan.

Gambar 5.7

Hidrant di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun

2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 105: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

86

5.5.6 Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan sistem pipa tegak dalam tabel

5.14

Tabel 5.14

Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Sambungan pemadam kebakaran

minimal dua buah

Sambungan pemadam

kebakaran 2 buah

Sesuai 100%

2 Sambungan pemadam kebakaran

harus dipasang dengan penutup untuk

melindungi sistem dari kotoran-

kotoran yang masuk.

Sambungan pemadam

kebakaran dipasang

penutup

Sesuai 100%

3 Dilakukan pemeliharaan terhadap

sistem pipa tegak

Dilakukan pemeliharaan

setiap 6 bulan sekali oleh

tim engineering dan

diawasi oleh tim SHE

Sesuai 100%

4 Sambungan pemadam kebakaran

harus pada sisi jalan dari bangunan,

mudah terlihat dan dikenal dari jalan

atau terdekat dari titik jalan masuk

peralatan pemadam kebakaran

Sambungan pemadam

kebakaran berada pada sisi

jalan, dan mudah terlihat

Sesuai 100%

5 Setiap sambungan pemadam

kebakaran harus dirancang dengan

suatu penandaan dengan huruf besar,

tidak kurang 25 mm (1 inci)

tingginya, di tulis pada plat yang

terbaca : “PIPA TEGAK”.

Tidak terdapat penandaan

khusus terhadap pipa tegak

Tidak

sesuai

0%

6 Suatu penandaan juga harus

menunjukkan tekanan yang

dipersyaratkan pada inlet untuk

penyaluran kebutuhan sistem.

Tidak terdapat penandaan

khusus tekanan pada pipa

tegak

Tidak

sesuai

0%

7 Katup pembuangan dengan

pemipaannya dipasang pada titik

terendah dari pipa tegak dan harus

diatur untuk dapat membuang air

pada tempat yang disetujui

Katup pembuangan

dipasang di titik terendah

dan sarana pembuangan air

adalah selokan yang ada di

dekat pipa tegak

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak 71,42%

Dari tabel 5.14, sistem pipa tegak memiliki tingkat pemenuhan sebesar

71,42%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sistem pipa tegak

berfungsi dengan baik, tetapi terdapat sebagian lain komponen utilitas yang

Page 106: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

87

berfungsi kurang sempurna atau kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan

dalam spesifikasi. Dari 7 elemen yang diperiksa terdapat 5 elemen yang telah

sesuai, dan 2 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam standar

acuan.

Untuk elemen mengenai “setiap sambungan pemadam kebakaran harus

dirancang dengan suatu penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm (1

inci) tingginya, di tulis pada plat yang terbaca : “PIPA TEGAK”; suatu

penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang dipersyaratkan pada inlet

untuk penyaluran kebutuhan sistem”, dari hasil observasi dan wawancara

diketahui bahwa tidak terdapat penandaan khusus terhadap pipa tegak dan

tidak terdapat penandaan khusus tekanan pada pipa tegak. Berikut adalah

kutipan wawancara dengan informan:

“...menurut kami itu hidrant sama pipa tegaknya gak perlu buat

dikasih tanda-tanda an. Soalnya kan udah sangat kelihatan, warnanya merah

mencolok. Dan kalo penandaan tekanan itu juga nggak perlu, soalnya kan

udah ada tanda tekanan air yang terkoneksi ke seluruh springkler sama pipa

tegak yang ada di pusat pengendali kebakaran...”

Untuk elemen “Dilakukan pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak”,

dari hasil wawancara, bahwa dilakukan pemeliharaan setiap 6 bulan sekali

oleh tim engineering dan diawasi oleh tim SHE. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:

“...pipa tegak itu diperiksa sama orang engineering dan kita yang

ngawasin aja tiap 6 bulan. Kalo ada part-part yang rusak kita ajuin keatasan

biar diganti...” (KI-1)

Page 107: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

88

Gambar 5.8

Pipa Tegak di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya

Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

5.5.7 Tingkat Pemenuhan APAR

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan APAR dalam tabel 5.15.

Tabel 5.15

Tingkat Pemenuhan APAR di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Tersedia Alat Pemadam Api Ringan Terdapat APAR yang

tersebar diseluruh area pabrik

sebanyak 46 buah (25 APAR

jenis dry chemical, 9 APAR

jenis CO2, 7 APAR jenis

Pasca Halon, 5 APAR jenis

Foam)

Sesuai 100%

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang menunjukkan

kelas api di mana alat pemadam api

terbukti efektif, didahului dengan

angka (hanya kelas A dan kelas B)

yang menunjukkan efektifitas

pemadaman relatif yang ditempelkan

pada APAR.

Terdapat klasifikasi APAR

yang ditempelkan pada

tabung APAR

Sesuai 100%

3 APAR diletakkan di tempat yang

terlihat mata, mudah dijangkau dan

siap dipakai.

APAR diletakkan pada

tempat yang mudah terlihat,

mudah dijangkau dan siap

digunakan

Sesuai 100%

5 Jarak antara APAR dengan lantai ≥

10 cm

Jarak terendah APAR dengan

lantai 64 cm

Sesuai 100%

Page 108: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

89

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

6 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan dari

APAR dan harus terlihat jelas

Instruksi pengoperasian

diletakkan dibagian depan

APAR dan terlihat jelas

Sesuai 100%

7 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya, label pemeliharaan enam

tahun, label uji hidrostatik, atau label

lain harus tidak boleh ditempatkan

pada bagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR.

Label identifikasi bahaya

digantungkan pada APAR

dan tidak ditempatkan

dibagian depan dari APAR

Sesuai 100%

8 APAR harus mempunyai label yang

ditempelkan untuk memberikan

informasi nama manufaktur atau

nama agennya, alamat surat dan

nomor telepon

Label manufaktur yang berisi

nama manufaktur, alamat,

dan nomor telepon

ditempelkan pada tabung

APAR

Sesuai 100%

9 APAR diinspeksi secara manual atau

dimonitor secara elektronik

APAR diinspeksi secara

manual oleh tim SHE

Sesuai 100%

10 APAR diinspeksi pada setiap interval

waktu kira-kira 30 hari

APAR diinspeksi setiap satu

bulan oleh tim SHE

Sesuai 100%

11 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan korektif

yang dilakukan) disimpan

Arsip laporan APAR

disimpan di Unit Kerja SHE

Sesuai 100%

12 Dilakukan pemeliharaan terhadap

APAR pada jangka waktu ≤ 1 tahun

Pemeliharaan APAR

dilakukan setahun sekali oleh

pihak supplier PT.

Hanselindo

Sesuai 100%

13 Setiap APAR mempunyai kartu atau

label yang dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

label yang menunjukkan

bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai 100%

14 Pada label pemeliharaan terdapat

identifikasi petugas yang melakukan

pemeliharaan.

Label pemeliharaan APAR

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan

pemeliharaan

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan APAR 100%

Dari tabel 5.15, APAR memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100%,

maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sistem hidran berfungsi

sempurna atau kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi. Dari

tingkat pemenuhan sebesar 100%, hal ini berarti seluruh elemen yang

diperiksa telah sesuai persyaratan dalam standar acuan.

Page 109: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

90

Untuk elemen mengenai tersedia APAR, dari hasil observasi dan

wawancara, terdapat APAR yang tersebar diseluruh area pabrik sebanyak 46

buah (25 APAR jenis dry chemical, 9 APAR jenis CO2, 7 APAR jenis Pasca

Halon, 5 APAR jenis Foam). Berikut adalah kutipan hasil wawancara oleh

peneliti dengan informan:

“...ada APAR jenis dry chemical powder, pasca halon, foam, sama

CO2 disini..” (KI-1)

“...di PW nggak pake apar jenis halon mas, tapi apar pasca halon, gas

pengganti halon, isinya gas halotron. Soalnya apar jenis halotron atau pasca

halon ini menurut kami sangat perlu disediakan di unit PW karena banyak

mesin-mesin yang rentan rusak kalo pake apar jenis lain...” (KI-1)

“...APAR yang dipake disini yang saya tahu itu ada, jenis serbuk

bubuk, yang berbusa, gas pasca halon, sama gas karbon dioksida...” (KI-2)

Untuk elemen mengenai inspeksi APAR, dari hasil wawancara dan

telaah dokumen milik perusahaan berupa lembar inspeksi APAR, bahwa

APAR diinspeksi secara manual oleh tim SHE. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara oleh peneliti dengan informan:

“...APAR diinspeksi sama kita aja..” (KI-1)

Untuk elemen mengenai jangka waktu pemeriksaan APAR, dari hasil

wawancara dan telaah dokumen milik perusahaan berupa lembar inspeksi

APAR, bahwa APAR diinspeksi setiap satu bulan oleh tim SHE. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara oleh peneliti dengan informan:

“...kalo diinspeksi itu tiap bulan..” (KI-1)

Untuk elemen mengenai Arsip APAR, dari hasil wawancara, arsip

laporan APAR disimpan di Unit Kerja SHE. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara oleh peneliti dengan informan:

“...arsip ada sama kita..” (KI-1)

Untuk elemen mengenai Jangka waktu pemeliharaan APAR, dari hasil

wawancara dan telaah dokumen milik perusahaan berupa WIPW 39-102

Page 110: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

91

tentang pemeliharaan APAR, pemeliharaan APAR dilakukan setahun sekali

oleh pihak supplier PT. Hanselindo. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

oleh peneliti dengan informan:

“...kalo ngganti isinya itu bukan kita, tapi dari pihak supplier

langsung tiap tahun...” (KI-1)

Gambar 5.9 APAR Dry Chemical di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Berdasarkan pemaparan dari masing-masing sub komponen, sistem proteksi

kebakaran aktif yang terdiri dari sistem detektor kebakaran memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 60,00%, alarm kebakaran memiliki tingkat pemenuhan sebesar

100%, titik panggil manual memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100%, springkler

otomatik memiliki tingkat pemenuhan sebesar 82,50%, sistem hidran memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 100%, sistem pipa tegak memiliki tingkat pemenuhan sebesar

71,42%, APAR memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100%. Berikut adalah rata-rata

tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran aktif dalam tabel 5.16.

Page 111: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

92

Tabel 5.16

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Aktif di Pabrik Personal Wash PT

Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Elemen Tingkat Pemenuhan

1 Detektor Kebakaran 60,00%

2 Alarm Kebakaran 100%

3 Titik Panggil Manual 100%

4 Springkler Otomatik 82,50%

5 Sistem Hidran 100%

6 Sistem Pipa Tegak 71,42%

7 APAR 100%

Rata-rata 87,41%

Dari tabel 5.16 didapatkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan komponen

sistem proteksi kebakaran aktif adalah sebesar 87,41%.

5.6 Tingkat Pemenuhan Utilitas Bangunan Gedung

Sub komponen dari komponen utilitas bangunan yang diperiksa terdiri dari

sumber daya listrik, pusat pengendali kebakaran, dan sistem proteksi petir. Berikut

adalah hasil rata-rata tingkat pemenuhan utilitas bangunan gedung.

5.6.1 Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik

Berikut adalah hasil sumber daya listrik dalam tabel 5.17

Tabel 5.17

Tingkat Pemenuhan Sumber Daya Listrik di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Daya listrik yang dipasok untuk

mengoperasikan sistem daya listrik

darurat diperoleh sekurang-

kurangnya dari PLN atau sumber

daya listrik darurat.

Daya listrik berasal dari PLN

berkapasitas 5540 kVA yang

apabila mati digantikan dengan

generator cadangan

berkapasitas 400 kVA

Sesuai 100%

2 Bangunan gedung atau ruangan

yang sumber daya listrik utamanya

dari PLN harus dilengkapi juga

dengan generator sebagai sumber

daya listrik darurat.

Daya listrik darurat berupa

generator diesel cadangan

berkapasitas 400 kVA

Sesuai 100%

Page 112: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

93

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

3 Semua kabel distribusi yang

melayani sumber daya listrik

darurat harus memenuhi kabel

dengan Tingkat Ketahanan Api

(TKA) selama 1 jam.

Kabel distribusi listrik darurat

menggunakan kabel jenis

XLPE type N2XRY dengan

TKA 90 menit

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sumber daya listrik 100%

Dari tabel 5.17, komponen sumber daya listrik memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 100%, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan

komponen sumber daya listrik berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai

dengan ketetapan dalam spesifikasi, hal ini berarti secara keseluruhan elemen

telah sesuai dengan persyaratan dalam standar acuan.

Untuk elemen sumber listrik utama, dari hasil wawancara dan telaah

dokumen milik perusahaan berupa WIPW 13-67 tentang pemeliharaan diesel

generator, diketahui bahwa daya listrik berasal dari PLN berkapasitas 5540

kVA yang apabila mati digantikan dengan generator cadangan berkapasitas

400 kVA. Berikut adalah kutipan hasil wawancara oleh peneliti dengan

informan:

“...sumber listrik disini itu dari PLN, tapi kalo dari PLN nya mati

masih ada generator cadangan...” (KI-1)

“...sumber listrik dari PLN ya, tapi kalo mati lampu itu disini masih

ada generator diesel dibelakang...” (KI-2)

5.6.2 Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran

Berikut adalah hasil tingkat pemenuhan pusat pengendali kebakaran

dalam tabel 5.18

Page 113: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

94

Tabel 5.18

Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran di Pabrik Personal Wash PT

Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Pintu yang menuju ruang

pengendali membuka ke arah

dalam ruang tersebut.

Pintu ruang kendali membuka ke

arah dalam ruangan

Sesuai 100%

2 Pintu pada ruang pengendali

kebakaran dapat dikunci.

Pintu ruang pengendali

kebakaran dapat dikunci

Sesuai 100%

3 Pintu tidak terhalang oleh orang

yang menggunakan jalur

evakuasi dari dalam bangunan

Pintu ruang pengendali

kebakaran berada jauh dari jalur

evakuasi dikarenakan ruang

pengendali kebakaran adalah

menjadi satu dengan ruang

security yang terletak diarea

depan lingkungan bangunan

sehingga tidak terhalang oleh

orang yang menggunakan jalur

evakuasi

Sesuai 100%

4 Ruang pengendali kebakaran

harus terdapat indikator

kebakaran dan sakelar kontrol

dan indikator visual yang

diperlukan untuk semua pompa

kebakaran kipas pengendali

asap, dan peralatan pengamanan

kebakaran lainnya yang

dipasang di dalam bangunan.

Di ruang pengendali kebakaran

terdapat panel kontrol semua

indikator detektor, titik panggil

manual, dan sakelar yang

digunakan untuk mengaktifkan

pompa utama ataupun pompa

cadangan untuk tekanan air pada

instalasi kebakaran

Sesuai 100%

5 Ruang pengendali kebakaran

harus dilengkapi dengan telepon

yang memiliki sambungan

langsung.

Ruang pengendali kebakaran

memiliki telepon dengan

sambungan langsung antar

ruangan unit kerja

Sesuai

100%

6 Luas lantai ruang pengendali

kebakaran ≥10m2.

Luas lantai ruang pengendali

kebakaran adalah 19,63 m2

Sesuai 100%

7 Panjang dari sisi bagian dalam

ruang pengendali kebakaran ≥

2,5m

Ruang pengendali kebakaran

memiliki panjang 6,84 meter dan

lebar 2,87 meter

Sesuai 100%

8 Terdapat ventilasi di ruang

pengendali kebakaran.

Ruang pengendali kebakaran

memiliki ventilasi

Sesuai 100%

9 Permukaan luar pintu yang

menuju ke dalam ruang

pengendali diberi tanda dengan

tulisan “Ruang Pengendali

Kebakaran”

Tidak terdapat tanda tulisan

“Ruang Pengendali Kebakaran”

Tidak

sesuai

0%

10 Huruf pada tanda ruang

pengendali kebakaran memiliki

tinggi ≥ 50 mm

Tidak terdapat tanda tulisan

“Ruang Pengendali Kebakaran”

Tidak

sesuai 0%

Page 114: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

95

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

11 Warna huruf pada tanda ruang

pengendali kebakaran kontras

dengan latar belakangnya.

Tidak terdapat tanda tulisan

“Ruang Pengendali Kebakaran”

Tidak

sesuai 0%

Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran 72,72%

Dari tabel 5.18, komponen pusat pengendali kebakaran memiliki

tingkat pemenuhan sebesar 72,72%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi

terdapat sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 11 elemen

yang diperiksa terdapat 8 elemen yang telah sesuai, dan 3 elemen yang tidak

sesuai dengan persyaratan dalam standar acuan.

Untuk elemen mengenai Pintu dapat dikunci, dari hasil wawancara,

pintu ruang pengendali kebakaran dapat dikunci. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara oleh peneliti dengan informan:

“...iya bisa...” (KI-1)

“...iya dong bisa dikunci...” (KI-2)

Untuk elemen Ketersediaan panel kontrol alat pemadam kebakaran,

dari hasil observasi dan wawancara, di ruang pengendali kebakaran terdapat

panel kontrol semua indikator detektor, titik panggil manual, dan sakelar yang

digunakan untuk mengaktifkan pompa utama ataupun pompa cadangan untuk

tekanan air pada instalasi kebakaran. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

oleh peneliti dengan informan:

“...ruang pengendali kebakaran itu jadi satu sama ruang security.

Soalnya orang-orang securitynya itu juga tim inti pemadam kebakaran di

personal wash. Mereka udah dapet pelatihan khusus untuk menangani

keadaan darurat sama penanggulangan kebakaran kayak pengoperasian

APAR, hidran dan lain-lain udah dapet. Jadi orang-orang security itu udah

berkualifikasi...” (KI-1)

Page 115: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

96

“...iya, ruang security ini emang jadi satu sama ruang pengendali

kebakaran. Microphone buat ngasi tau kesemua pekerja kalo ada keadaan

darurat, panel kontrol sistem keadaan darurat, indikator alarm kebakaran,

pengoperasian manual pompa elektrik, itu semuanya udah disini. Kita yang

mengoperasikan...” (KI-2)

Untuk elemen Telepon sambungan langsung, dari hasil wawancara,

ruang pengendali kebakaran memiliki telepon dengan sambungan langsung

antar ruangan unit kerja. Berikut adalah kutipan hasil wawancara oleh peneliti

dengan informan:

“...ada, tiap2 unit kerja itu ada teleponnya masing-masing...” (KI-1)

“...iya ini ada telepon, kalo ada keperluan apa-apa sama orang

didalam kita ga usah kesana, lewat telepon ini aja...” (KI-2)

Untuk elemen mengenai "Permukaan luar pintu yang menuju ke dalam

ruang pengendali diberi tanda dengan tulisan “Ruang Pengendali Kebakaran”;

Huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran memiliki tinggi ≥ 50 mm;

Warna huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran kontras dengan latar

belakangnya”, dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa tidak

terdapat tanda tulisan “Ruang Pengendali Kebakaran”. Berikut adalah kutipan

wawancara dengan informan:

“...itu ruang pengendali kebakaran kan memang jadi satu sama

ruangan security mas. Jadi ya nggak dikasih tulisan ruang pengendali

kebakaran. Tulisannya ya security itu didepan ruangannya...” (KI-1)

Gambar 5.10

Ruang Pengendali Kebakaran di Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia

Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 116: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

97

5.6.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir

Berikut adalah hasil sistem proteksi petir dalam tabel 5.19.

Tabel 5.19

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/

Tidak

Sesuai

Nilai

1 Terdapat instalasi sistem

proteksi petir.

Terdapat 2 instalasi SPP:

1. Merk : Neo Flash, Type : TZ.05,

Radius : +/- 150m, tinggi 59m

2. Merk : GENT, Type : A, Radius :

+/- 150m, tinggi 48m

Sesuai 100%

2 Perencanaan, pelaksanaan,

pengujian instalasi sistem

proteksi petir dilakukan oleh

tenaga yang ahli.

Perencanaan, pelaksanaan, dan

pengujian instalasi dilakukan oleh

pihak supplier PT Megah Alam

Semesta yang diawasi oleh tim SHE

Sesuai 100%

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir 100%

Dari tabel 5.19, komponen sistem proteksi petir memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

komponen sistem proteksi petir berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai

dengan ketetapan dalam spesifikasi yang berarti secara keseluruhan elemen

telah sesuai dengan standar acuan.

Untuk elemen mengenai Ketersediaan SPP, dari hasil observasi dan

telaah dokumen milik perusahaan berupa WIPW 19-02 tentang pemeliharaan

SPP, terdapat 2 instalasi SPP diantaranya:

1. Merk : Neo Flash, Type : TZ.05, Radius : +/- 150m, tinggi 59m

2. Merk : GENT, Type : A, Radius : +/- 150m, tinggi 48m

Untuk elemen Pemeliharaan SPP, dari hasil wawancara, dan telaah

dokumen milik perusahaan berupa laporan hasil inspeksi dan pengujian SPP,

bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian instalasi dilakukan oleh pihak

Page 117: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

98

supplier PT Megah Alam Semesta yang diawasi oleh tim SHE. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:

“...penangkal petir disini ada dua, disebelah utara sama selatan. Kalo

pemeliharaannya itu dilakukan sama supplier langsung tiap tahunnya,

didampingi sama kita sebagai pengawas aja...” (KI-1)

Berdasarkan pemaparan dari masing-masing sub komponen, komponen utilitas

bangunan gedung yang terdiri dari sumber daya listrik memiliki tingkat pemenuhan

sebesar 100%, pusat pengendali kebakaran memiliki tingkat pemenuhan sebesar

72,72%, dan sistem proteksi petir memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100%. Berikut

adalah rata-rata tingkat pemenuhan utilitas bangunan gedung dalam tabel 5.20

Tabel 5.20

Tingkat Pemenuhan Utilitas Bangunan Gedung di Pabrik Personal Wash PT Unilever

Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No Sub Komponen Tingkat Pemenuhan

1 Sumber daya listrik 100%

2 Pusat pengendali kebakaran 72,72%

3 Sistem proteksi petir 100%

Rata-rata 90,90%

Dari tabel 5.20 didapatkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan utilitas

bangunan gedung adalah sebesar 90,90%.

5.7 Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran secara Keseluruhan

Berdasarkan pemaparan dari hasil tingkat pemenuhan dari masing-masing

komponen sistem proteksi kebakaran, maka secara umum dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran memiliki tingkat

pemenuhan sebesar 40%.

2. Sarana penyelamatan jiwa memiliki tingkat pemenuhan sebesar 87,08%.

3. Sistem proteksi kebakaran pasif memiliki tingkat pemenuhan sebesar 75,00%.

4. Sistem proteksi kebakaran aktif memiliki tingkat pemenuhan sebesar 87,41%.

Page 118: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

99

5. Utilitas bangunan gedung memiliki tingkat pemenuhan sebesar 90,90%.

Untuk mengetahui tingkat pemenuhan secara keseluruhan maka perlu

dilakukan teknik skoring data menurut Badan Penelitian Bangunan Departemen

Pekerjaan Umum Tahun 2005, dimana pembobotan terhadap setiap komponen sistem

proteksi kebakaran tersebut dilakukan dengan metode Analytical Hierarchycal

Process (AHP) yang dapat dilihat dalam tabel 5.22.

Tabel 5.22

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Keseluruhan di Pabrik Personal Wash

PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya Tahun 2016

No. Komponen Sistem Proteksi

Kebakaran

Tingkat

Pemenuhan

Pembobotan Hasil

1 Akses dan pasokan air untuk pemadam

kebakaran

40% 20% 8,00%

2 Sarana penyelamatan jiwa 87,08% 20% 17,41%

3 Sarana proteksi kebakaran pasif 75,00% 20% 15,00%

4 Sarana proteksi kebakaran aktif 87,41% 20% 17,48%

5 Utilitas bangunan gedung 90,90% 20% 18,18%

Rata-rata Tingkat Pemenuhan 76,07%

Dari tabel 5.22 dapat diambil kesimpulan bahwasanya tingkat pemenuhan

sistem proteksi kebakaran keseluruhan adalah sebesar 76,07% maka termasuk dalam

kategori “Cukup”, yang berarti sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran

berfungsi dengan baik, tetapi terdapat sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi

kurang sempurna atau kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi.

Page 119: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

100

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan

penelitian, yaitu:

1. Peneliti tidak dapat melakukan pengukuran dan pengujian langsung

terhadap beberapa komponen proteksi kebakaran (volume reservoir air,

APAR, springkler, hidran, pipa tegak, titik panggil manual)

dikarenakan akan mengganggu jalannya kegiatan proses produksi.

2. Dalam melakukan wawancara terkadang proses wawancara terganggu

dengan kondisi sekitar diantaranya kebisingan, kegiatan pihak

informan di perusahaan, kegiatan penerimaan tamu klien, pertemuan

dengan tim unit kerja lain dan serangkaian aktifitas rutin lainnya yang

menyebabkan kegiatan wawancara secara mendalam terhadap

informan tidak dapat dilakukan secara maksimal.

3. Peneliti tidak dapat mengetahui informasi lebih mendalam mengenai

hasil laporan pemeliharan pada komponen pipa tegak, isi tabung

APAR, hidrant, dan sistem proteksi petir, yang kesemua komponen

tersebut pemeliharaannya dilakukan oleh pihak supplier, dikarenakan

peneliti tidak dapat melakukan wawancara terhadap pihak supplier,

sehingga peneliti tidak dapat mengetahui informasi yang lebih

mendalam mengenai laporan pemeliharaan komponen tersebut dari

pihak supplier.

Page 120: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

101

6.2 Sistem Proteksi Kebakaran

Dalam menentukan tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran, peneliti

menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008 sebagai

standar acuan dikarenakan Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk

Rungkut Surabaya termasuk dalam gedung kelas 8 (bangunan gedung yang

dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produk, perakitan, perubahan,

perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam

rangka penjualan atau perdagangan) atau kriteria gedung yang wajib memenuhi

persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan menteri ini, sehingga peraturan ini

sesuai atau tepat sasaran untuk digunakan sebagai standar acuan dalam penelitian ini.

Tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran didapatkan melalui hasil

pengkalkulasian dari tingkat pemenuhan masing-masing komponen tersebut dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchycal Process (AHP). Berdasarkan tabel

5.22, diketahui bahwasanya secara keseluruhan tingkat pemenuhan sistem proteksi

kebakaran adalah sebesar 76,07%, maka termasuk kategori “Cukup”, yang berarti

sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi

terdapat sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi (Puslitbang Departemen

PU, 2005).

Berdasarkan tabel 5.22, maka didapatkan hasil rekomendasi berdasarkan

tingkat pemenuhan sebesar 76,07%, atau kategori “Cukup” menurut Departemen

Pekerjaan Umum (Puslitbang Departemen PU, 2005), yakni:

a. Perawatan dan perbaikan berkala

b. Penyetelan/perbaikan elemen

Page 121: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

102

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwasanya sistem proteksi kebakaran di

Pabrik Personal Wash masih perlu untuk dilakukan peningkatan yang berkelanjutan

agar tercapai tingkat penilaian yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

oleh Furness dan Mucket (2007), bahwa dalam manajemen keselamatan kebakaran

dibutuhkan peningkatan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan

manajemen keselamatan kebakaran dalam sebuah komunitas. Dengan melakukan

peningkatan berkelanjutan, suatu komunitas dapat mengetahui bilamana terdapat

ketidaksesuaian dalam suatu sistem manajemen keselamatan kebakaran dan dapat

segera melaksanakan tindakan untuk penanggulangannya yang dimaksudkan untuk

menjaga tingkat keamanan keselamatan kebakaran komunitas tersebut. Salah satu cara

untuk melaksanakan peningkatan yang berkelanjutan adalah dengan melakukan

pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala (Furness dan Mucket, 2007).

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti

menyimpulkan bahwa tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran keseluruhan

termasuk dalam kategori “cukup”, sehingga saran yang dapat diberikan oleh peneliti

secara umum untuk meningkatkan performa pencegahan dan penanggulangan

kebakaran diantaranya adalah masih perlu dilakukan perawatan dan perbaikan secara

berkala; serta perbaikan beberapa elemen lain yang rusak agar dapat difungsikan atau

agar kapasitasnya sesuai dari yang ditetapkan dalam spesifikasi.

6.3 Akses dan Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1, didapatkan hasil tingkat

pemenuhan akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran adalah sebesar 40%.

maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar komponen akses dan pasokan air

untuk pemadam kebakaran tidak berfungsi atau kapasitasnya jauh dibawah dari yang

Page 122: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

103

ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 10 elemen yang diperiksa terdapat 4 elemen yang

telah sesuai, dan 6 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai “tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur

kebakaran atau reservoir air dan sebagainya”, dari hasil penelitian diketahui bahwa

sumber air yang digunakan untuk pasokan air pemadam kebakaran berasal dari air

PDAM yang kemudian diolah di water treatment plant untuk mendapatkan kondisi air

tertentu agar aman digunakan sebelum disimpan di reservoir air yang memiliki

kapasitas 500m3. Air tersebut digunakan untuk kegiatan produksi dan keperluan

instalasi kebakaran. Sejalan dengan itu, menurut Latifah dan Pamungkas (2013),

ketersediaan pasokan air pada suatu wilayah sangat dibutuhkan ketika kegiatan

pemadaman, sehingga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kerentanan

bencana kebakaran (Latifah dan Pamungkas, 2013).

Selain itu, menurut Novianty (2012), sumber air lingkungan dapat berupa

sumur arthesis, reservoir/tangki penampungan air untuk kebakaran. Sumber air

dilingkungan memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan dan pemadaman

kebakaran (Novianty, 2012). Penyediaan air yang cukup juga tentunya dapat

membantu proses pemadaman jika terjadi kebakaran pada gedung. Pihak pemadam

kebakaran akan terbantu dengan penyediaan air, sehingga lebih mudah untuk mencari

sumber air yang tersedia disekitar lokasi kejadian kebakaran (Satria, 2014). Dengan

tersedianya sumber air untuk pemadam kebakaran yang ditampung di reservoir dan

tersedia pompa untuk menyalurkan atau memberikan tekanan air, menurut peneliti hal

ini dapat mendukung bagi kelancaran proses penanggulangan kebakaran dikarenakan

petugas pemadam kebakaran dapat lebih mudah dalam mencari dan menggunakan

sumber air untuk memadamkan kebakaran.

Page 123: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

104

Untuk elemen mengenai sarana komunikasi kebakaran, dari hasil penelitian

diketahui bahwa tersedia titik panggil manual di seluruh area pabrik untuk

menyampaikan kejadian kebakaran, terdapat microphone di ruang security yang dapat

digunakan untuk menginformasikan kepada pekerja apabila terjadi kebakaran melalui

pengeras suara yang tersebar diseluruh area pabrik, terdapat alarm kebakaran

diseluruh area pabrik, terdapat telepon sambungan langsung di masing-masing unit

kerja yang dapat digunakan untuk sarana komunikasi antar area.

Sejalan dengan itu, menurut Permen PU No. 26 (2008), titik panggil manual

adalah suatu alat yang dioperasikan secara manual guna memberi isyarat adanya

kebakaran (Permen PU, 2008). Selain itu menurut Ramli (2010), dalam suatu

bangunan yang luas di mana penghuni tidak dapat mengetahui keadaan darurat secara

cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara yang dilengkapi dengan penguatnya

(Pre-amplifier) sebagai pengganti sistem bell, dan horn. Sistem ini memungkinkan

digunakannya komunikasi searah kepada penghuni agar mereka mengetahui cara dan

sarana untuk evakuasi (Ramli, 2010). Dengan terdapat pengeras suara dan sirene,

maka hal ini telah sesuai dan dapat digunakan sebagai penyampian informasi kejadian

kebakaran. Selain itu tersedianya titik panggil manual, pengeras suara, alarm

kebakaran, telepon dengan sambungan langsung, maka akan lebih memudahkan

dalam menyampaikan informasi terjadinya kebakaran ataupun saat kegiatan

penanggulangan kebakaran, sehingga penyampaian informasi kebakaran akan lebih

cepat tersampaikan.

Untuk elemen jalur khusus mobil pemadam kebakaran, dari hasil penelitian

tidak terdapat jalur khusus mobil pemadam kebakaran dengan alasan mobil pemadam

kebakaran masih dapat menggunakan jalur jalan perkerasan umum yang ada di dalam

pabrik, selain itu karena tidak adanya lahan lebih untuk membuat jalur khusus mobil

Page 124: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

105

kebakaran di dalam pabrik. Sejalan dengan itu dalam SNI 03-1735 (2000), tujuan dari

jalan lingkungan dan akses mobil pemadam kebakaran ke bangunan gedung adalah

agar penyelamatan dan operasi pemadaman kebakaran dapat dilakukan seefektif

mungkin (SNI, 2000).

Sejalan dengan itu menurut Juwana (2005), dengan adanya jalur khusus

kendaraan pemadam kebakaran akan terhindar dari kemungkinan kendaraan pemadam

kebakaran tidak dapat masuk akibat terhalang oleh kendaraan lain atau akibat lain

(Juwana, 2005). Dengan tidak adanya jalur khusus mobil pemadam kebakaran

didalam lingkungan bangunan, maka akan menyebabkan kegiatan penanggulangan

kebakaran tidak dapat dilakukan secara efektif yang diakibatkan oleh mobil pemadam

kebakaran tidak dapat masuk akibat kemungkinan terhalang kendaraan lain atau

akibat lain.

Untuk elemen jalan lingkungan bangunan, dari hasil penelitian, akses untuk

menuju ke semua area atau jalan didalam lingkungan bangunan pabrik telah berupa

jalan perkerasan berupa aspal dan paving. Sejalan dengan itu dari dalam penelitian

Hesna (2009), jalan lingkungan yang tersedia dapat meningkatkan efisiensi waktu

masuknya kendaraan pemadam kebakaran, sehingga proses pemadaman kebakaran

dapat lebih cepat dilaksanakan oleh pemadam kebakaran (Hesna, 2009).

Selain itu menurut Saptaria (2005), dengan jalan lingkungan sebesar 6m dan

diberi pengerasan, mobil pemadam kebakaran lebih mudah memasuki area gedung,

sehingga proses pemadaman kebakaran akan menjadi lebih cepat (Saptaria, 2005).

Dengan tersedianya jalan perkerasan didalam lingkungan bangunan, maka akan

memudahkan dan mempercepat proses dari mobil kebakaran untuk menjangkau

seluruh area dalam lingkungan bangunan untuk penanggulangan kebakaran.

Page 125: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

106

Untuk elemen mengenai penandaan jalur khusus mobil pemadam kebakaran

berwarna kontras; penandaan jalur khusus mobil pemadam kebakaran bersifat

reflektif; jarak antar penandaan; penandaan jalur khusus mobil pemadam kebakaran

terdapat pada kedua sisi jalur; penulisan penandaan jalur khusus mobil pemadam, dari

hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada penandaan khusus untuk jalur pemadam

kebakaran, dikarenakan tidak terdapatnya jalur khusus mobil pemadam kebakaran.

Sejalan dengan itu menurut Juwana (2005), lapis perkerasan (hard standing) dan jalur

akses masuk (acces way) khusus kendaraan pemadam kebakaran harus diberi

penandaan jalur untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran untuk mengetahui

posisi area tersebut terlebih pada malam hari (Juwana, 2005).

Selain itu menurut Novianty (2012), sebaiknya diberikan suatu penandaan

khusus untuk jalur pemadam kabakaran. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi

kebakaran pada malam hari, jalur untuk mencapai bangunan-bangunan dapat terlihat

dengan jelas (Novianty, 2012). Penandaan jalur pemadam kebakaran berfungsi untuk

memudahkan dalam mengarahkan pengemudi kendaraan pemadam kebakaran menuju

jalur kendaraan pemadam kebakaran didalam pabrik. Tanpa adanya tanda khusus jalur

pemadam kebakaran, pengemudi kendaraan pemadam tidak dapat mengetahui dengan

pasti jalan mana yang harus dilewati saat berada didalam area jalan bangunan.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai komponen akses dan

pasokan air untuk pemadam kebakaran yang telah disebutkan sebelumnya, maka

saran yang mampu diberikan oleh peneliti adalah perusahaan agar memberikan

penandaan yang bersifat reflektif atau memantulkan cahaya pada bibir jalan atau pada

pembatas jalan, agar saat terjadi keadaan darurat khususnya pada malam hari dimana

kemungkinan besar aliran listrik akan terputus yang menyebabkan lampu penerangan

didalam pabrik padam. Dengan adanya penandaan yang bersifat reflektif tersebut,

Page 126: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

107

pengemudi mobil pemadam kebakaran dapat mengetahui dengan pasti jalur mana saja

yang harus ditempuh saat berada di dalam pabrik meski tidak terdapat lampu

penerangan.

6.3 Sarana Penyelamatan Jiwa

Berdasarkan tabel 5.6, didapatkan hasil tingkat pemenuhan sarana

penyelamatan jiwa sebesar 87,08%, maka dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan sub komponen pintu darurat berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai

dengan ketetapan dalam spesifikasi.

Berikut adalah pembahasan pada masing-masing sub komponen sarana

penyelamatan jiwa yang terdiri dari sarana jalan keluar, pintu darurat, pencahayaan

darurat, dan tanda petunjuk arah evakuasi.

6.3.1 Sarana Jalan Keluar

Berdasarkan tabel 5.2, didapatkan hasil tingkat pemenuhan sarana jalan

keluar sebesar 80,95%, dari 7 elemen terdapat 5 elemen yang telah sesuai, dan

2 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai lebar akses exit, dari hasil penelitian diketahui

bahwa lebar akses exit di bagian sisi depan berupa pintu utama dengan lebar

6,5m dan bagian sisi belakang dengan lebar 6,2m, bagian sisi samping dengan

lebar masing-masing 1,3m. Hal ini sesuai dengan persyaratan dalam Permen

PU No. 26 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa Lebar akses EXIT ≥ 71 cm

(Permen PU, 2008). Sejalan dengan itu menurut Juwana (2005), lebar pintu

darurat (akses exit) minimal 70 cm (Juwana, 2005). Dengan lebar akses exit

yang cukup, maka penghuni bangunan gedung dapat dengan mudah dan cepat

menggunakan akses exit saat keadaan darurat. Akses exit yang sempit atau

Page 127: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

108

kurang dari 71 cm menurut aturan akan menyebabkan terhambatnya proses

evakuasi penghuni bangunan gedung untuk keluar dengan cepat.

Untuk elemen mengenai sarana jalan keluar bebas hambatan dan

rintangan, dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perabot dipinggiran

pada jalur evakuasi yang menutupi/melewati garis pembatas jalur evakuasi.

Hal ini tidak sesuai dengan Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang menyebutkan

sarana jalan keluar dipelihara terus menerus bebas dari segala hambatan atau

rintangan (Permen PU, 2008). Perabotan yang menutupi atau melewati garis

pembatas jalur evakuasi dapat mengganggu proses evakuasi diantaranya

tersandung, menabrak, terjatuh, akibat keberadaan perabotan tersebut di

sekitar jalur evakuasi.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai sarana jalan

keluar, maka saran yang mampu diberikan adalah perusahaan sebaiknya

memindahkan perabotan yang menutupi atau melewati garis pembatas jalur

evakuasi, dikarenakan hal ini dapat mengganggu proses evakuasi terhadap

penghuni bangunan diantaranya tersandung, tertabrak, terjatuh, akibat

keberadaan perabotan tersebut di jalur evakuasi.

6.3.2 Pintu Darurat

Berdasarkan tabel 5.3, didapatkan hasil tingkat pemenuhan pintu

darurat sebesar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sub

komponen pintu darurat berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai dengan

ketetapan dalam spesifikasi, hal ini berarti seluruh elemen yang diperiksa telah

sesuai dengan persyaratan.

Untuk elemen mengenai tipe engsel pintu, dari hasil penelitian bahwa

Seluruh pintu darurat dapat berayun otomatis atau menutup sendiri. Hal ini

Page 128: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

109

sesuai dengan persyaratan dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang

menyebutkan bahwa Pintu darurat menutup sendiri atau menutup otomatis

(Permen PU, 2008). Menurut Juwana (2005), syarat yang perlu dipenuhi oleh

pintu kebakaran salah satunya adalah alat penutup pintu otomatis (door closer)

(Juwana, 2005). Pintu darurat yang dapat berayun otomatias, maka fungsi dari

pintu darurat dalam melokalisir api dapat lebih terjamin. Pintu darurat yang

tidak dapat berayun otomatis akan mengurangi fungsi dari pintu darurat itu

sendiri dalam menahan penjalaran api, dikarenakan tidak semua orang yang

menggunakan menutup kembali pintu tersebut untuk menahan api.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan maka saran yang

mampu diberikan adalah perusahaan agar tetap mempertahankan tingkat

keandalan komponen pintu darurat dengan tetap melakukan pemeliharaan

pintu darurat dari kemungkinan tidak dapat terbuka secara penuh akibat

terhalang benda. Selain itu perusahaan agar secara berkala tetap memeriksa

kondisi pintu darurat dari kemungkinan rusak pada engsel yang dapat

menyebabkan pintu darurat tidak dapat membuka-tutup dengan sebagaimana

mestinya.

6.3.3 Pencahayaan Darurat

Berdasarkan tabel 5.4, didapatkan hasil tingkat pemenuhan

pencahayaan darurat sebesar 75%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar sub komponen pencahayaan darurat berfungsi dengan baik, tetapi

terdapat sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 4 elemen

yang diperiksa terdapat 3 elemen telah sesuai, dan 1 elemen tidak sesuai

Page 129: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

110

dengan persyaratan yakni mengenai jangka waktu pengujian pencahayaan

darurat.

Untuk elemen mengenai jangka waktu pengujian pencahayaan darurat,

dari hasil penelitian diketahui bahwa pengujian dilakukan setiap 6 bulan sekali

atau setahun 2 kali oleh tim SHE. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan

dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa Pengujian

fungsi pencahayaan darurat dilakukan dalam jangka waktu 30 hari untuk

sekurang-kurangnya 30 detik (Permen PU, 2008). Sejalan dengan itu menurut

SNI 03-6574 (2000), jangka waktu uji fungsi peralatan lampu darurat

harus dilakukan pada setiap 30 hari, selama 30 detik. Uji tahunan harus

dilakukan dengan waktu uji selama 1½ jam. Peralatan harus beroperasi

penuh selama jangka waktu pengujian (Badan Standardisasi Nasional, 2000).

Pengujian terhadap pencahayaan darurat adalah untuk memastikan bahwa

kondisi dari pencahayaan darurat tersebut dalam keadaan baik atau tidak

rusak, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan maka saran yang

mampu diberikan adalah perusahaan sebaiknya melakukan pengujian fungsi

pencahayaan darurat setiap bulannya untuk memastikan pencahayaan darurat

tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat.

6.3.4 Tanda Arah Evakuasi

Berdasarkan tabel 5.5, didapatkan hasil tingkat pemenuhan tanda arah

evakuasi sebesar 92,40%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

sub komponen tanda arah evakuasi berfungsi sempurna atau kapasitasnya

sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi. Dari 8 elemen yang diperiksa

Page 130: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

111

terdapat 5 elemen yang telah sesuai, dan 1 elemen yang tidak sesuai dengan

persyaratan yakni mengenai setiap tanda arah diiluminasi terus menerus.

Untuk elemen mengenai setiap tanda arah diiluminasi terus menerus,

dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 14 tanda arah yang tidak

diiluminasi, 11 iluminasi tanda arah sudah mati, dari jumlah keseluruhan

sebanyak 41 tanda arah. Sejalan dengan itu menurut Juwana (2005), tanda

“EXIT” harus diberi lampu dengan kuat cahaya minimal 54 lux (Juwana,

2005). Selain itu dalam penelitian Novianty (2012), sebaiknya tanda exit

(iluminasi) yang sudah mati dan tredup tersebut diganti, serta selalu diinsepksi

secara berkala (Novianty, 2012). Berdasarkan pemaparan yang telah

disebutkan , menurut peneliti dengan iluminasi pada tanda arah akan

memudahkan penghuni bangunan gedung untuk membacanya terutama saat

kondisi ruangan yang gelap.

Dari keterangan yang telah disebutkan maka saran yang mampu

diberikan oleh peneliti adalah perusahaan agar segera mengganti iluminasi

tanda arah yang sudah mati agar saat terjadi keadaan darurat penghuni gedung

dapat dengan jelas melihat kemana arah yang harus ditempuh untuk

menyelamatakan diri.

6.4 Sistem Proteksi Pasif

Berdasarkan tabel 5.8, didapatkan hasil tingkat pemenuhan sistem proteksi

pasif sebesar 75%. Berikut adalah pembahasan pada komponen dari sistem proteksi

pasif yang terdiri dari konstruksi tahan api.

6.4.1 Konstruksi Tahan Api

Berdasarkan tabel 5.7, didapatkan hasil tingkat pemenuhan tanda arah

evakuasi sebesar 75%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

Page 131: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

112

komponen sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi atau kapasitasnya jauh

dibawah dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 4 elemen yang diperiksa

terdapat 3 elemen yang telah sesuai, dan 1 elemen yang tidak sesuai dengan

persyaratan yakni mengenai dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api

Untuk elemen mengenai dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api,

dari hasil penelitian bahwa tidak dilakukan pemeliharaan terhadap konstruksi

tahan api dan pintu tahan api. Sejalan dengan itu menurut Suprapto (2007),

dengan dilakukannya pemeliharaan secara berkala, maka diharapkan

konstruksi tahan api tersebut tetap memiliki keandalan yang baik sebagai

upaya melindungi bangunan dari penyebaran api dan dari keruntuhan serentak

akibat kebakaran, memberi waktu penghuni untuk menyelamatkan diri, serta

melindungi keselamatan petugas pemadam kebakaran saat operasi pemadaman

dan penyelamatan (Suprapto, 2007). Berdasarkan pemaparan yang telah

disebutkan sebelumnya, menurut peneliti dengan tidak dilakukannya

pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api, maka penghuni bangunan tidak

dapat mengetahui dengan pasti mengenai komponen tersebut dapat berfungsi

tidak dalam menahan penjalaran api.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai kontsruksi

tahan api, maka saran yang mampu diberikan adalah perusahaan sebaiknya

melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan berkala terhadap konstruksi tahan

api dari kemungkinan rusak (lapuk, getas, keropos) untuk memastikan

kelayakannya digunakan dalam melindungi bangunan dari penyebaran api dan

dari keruntuhan serentak akibat kebakaran, memberi waktu penghuni untuk

menyelamatkan diri, serta melindungi keselamatan petugas pemadam

kebakaran saat operasi pemadaman dan penyelamatan.

Page 132: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

113

6.5 Sistem Proteksi Aktif

Berdasarkan tabel 5.16, didapatkan hasil tingkat pemenuhan sistem proteksi

aktif sebesar 85,44%, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi. Berikut adalah pembahasan

pada masing-masing elemen dari sistem proteksi aktif yang terdiri dari elemen sistem

detektor kebakaran, alarm kebakaran, titik panggil manual, sistem springkler

otomatik, sistem hidran, sistem pipa tegak, dan APAR.

6.5.1 Sistem Detektor Kebakaran

Berdasarkan tabel 5.9, didapatkan hasil tingkat pemenuhan sistem

detektor kebakaran sebesar 60%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar sistem deteksi kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi terdapat sebagian

lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau kapasitasnya

kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 5 elemen yang diperiksa

terdapat 3 elemen yang telah sesuai, dan 2 elemen tidak sesuai dengan

persyaratan yakni mengenai detektor diproteksi terhadap kemungkinan rusak

karena gangguan mekanis; Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan

pemeliharaan, harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk pengecekan

oleh instansi yang berwenang.

Untuk elemen detektor diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis; dari hasil penelitian diketahui bahwa detektor tidak

diproteksi. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan dalam Permen PU No. 26

Tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-3985 (2000) yang menyebutkan

bahwa detektor harus diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis (Permen PU, 2008). Dengan adanya protektor pada

Page 133: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

114

detektor, maka akan mengurangi kemungkinan rusak karena gangguan

mekanis.

Untuk elemen mengenai rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian,

dan pemeliharaan, harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk

pengecekan oleh instansi yang berwenang, dari hasil penelitian diketahui

bahwa rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan yang

disimpan hanya hingga 3 tahun terakhir. Hal ini tidak sesuai dengan

persyaratan dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa

keharusan rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan,

harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang (Permen PU, 2008). Dengan rekeman yang disimpan untuk

jangka waktu 5 tahun maka sangat penting sebagai masukan atau referensi

oleh instansi yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan ataupun saran

dalam peningkatannya.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai detektor

kebakaran, maka saran yang mampu diberikan oleh peneliti adalah perusahaan

sebaiknya menyimpan rekaman hasil pengujian detektor hingga jangka waktu

lebih dari 5 tahun untuk keperluan pengecekan dari pihak yang berwenang.

6.5.2 Alarm Kebakaran

Berdasarkan tabel 5.10, didapatkan hasil tingkat pemenuhan tanda arah

evakuasi sebesar 100%, maka peneliti menyimpulkan bahwa secara

keseluruhan komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi.

Untuk elemen mengenai ketersediaan alarm kebakaran, dari hasil

penelitian bahwa Alarm kebakaran jenis sirene yang ditempatkan pada titik-

Page 134: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

115

titik tertentu tersebar diseluruh area pabrik. Hal ini sesuai dalam Permen PU

No. 26 Tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-3985 (2000) yang

mempersyaratkan terdapat alarm kebakaran (Permen PU, 2008). Dengan

adanya alarm kebakaran, maka dapat memudahkan penyampaian informasi

pada seluruh penghuni bangunan apabila terjadi kebakaran.

Untuk elemen mengenai sinyal suara alarm, dari hasil penelitian bahwa

sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara yang dipakai untuk

penggunaan lain, perusahaan menggunakan sirene dan pengeras suara atau

speaker untuk menginformasikan kepada pekerja apabila terjadi keadaan

darurat. Sejalan dengan itu menurut Ramli (2010), sirine mengeluarkan suara

yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat kerja yang luas seperti

pabrik (Ramli, 2010). Dengan penggunaan sirene maka hal ini sudah tepat

digunakan pada Pabrik Personal Wash yang merupakan tempat kerja yang

luas.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai alarm

kebakaran, maka saran yang mampu diberikan oleh peneliti adalah perusahaan

agar tetap mempertahankan dalam melakukan pemeriksaan secara berkala

terhadap alarm kebakaran, untuk memastikan seluruh alarm kebakaran dapat

berfungsi sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat.

6.5.3 Titik Panggil Manual

Berdasarkan tabel 5.11, didapatkan hasil tingkat pemenuhan tanda arah

evakuasi sebesar 100%, maka peneliti menyimpulkan bahwa secara

keseluruhan komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi.

Page 135: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

116

Untuk elemen mengenai warna titik panggil manual, dari hasil

penelitian bahwa seluruh titik panggil manual berwarna merah. Hal ini sesuai

dengan persyaratan dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang berpedoman

pada SNI 03-3985 (2000) yang menyebutkan bahwa Titik panggil manual

harus bewarna merah (Permen PU, 2008). Dengan titik panggil manual

nerwarna merah, maka penghuni dapat dengan mudah melihatnya untuk

digunakan saat terjadi kebakaran.

Untuk elemen mengenai letak pemasangan titik panggil manual, dari

hasil penelitian bahwa Titik panggil manual dipasang pada lintasan menuju

jalan keluar. Hal ini sesuai dengan persyaratan dalam Permen PU No. 26

Tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-3985 (2000) yang menyebutkan

bahwa Titik panggil dipasang pada lintasan menuju jalan keluar (Permen PU,

2008). Dengan pemasangan titik panggil manual menuju jalan keluar maka

akan memudahkan penghuni bangunan untuk menggunakannya saat terjadi

kebakaran.

Untuk elemen mengenai ketinggian titik panggil manual dari lantai,

dari hasil penelitian bahwa Titik panggil manual dipasang 1,5 meter dari

lantai. Hal ini sesuai dengan persyaratan dalam Permen PU No. 26 Tahun

2008 yang berpedoman pada SNI 03-3985 (2000) yang menyebutkan bahwa

Semua titik panggil manual dipasang pada lintasan menuju ke luar dan

dipasang pada ketinggian 1,4 meter dari lantai (Permen PU, 2008). Dengan

dipasangnya titik panggil manual pada lintasan menuju ke luar dan dipasang

pada ketinggian 1,4 meter dari lantai, maka akan memudahkan penghuni

bangunan dalam mengakses dan menggunakannya saat terjadi kebakaran.

Page 136: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

117

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai titik panggil

manual, maka saran yang mampu diberikan oleh peneliti adalah perusahaan

agar tetap melakukan inspeksi secara rutin, memeriksa keberfungsian tuas dan

tombol penekan titik panggil manual, serta agar tetap memelihara titik panggil

manual tidak terhalang benda atau barang yang menyebabkannya tidak dapat

dijangkau dan tidak mudah dilihat, agar memudahkan bagi siapa saja yang

ingin menginformasikan keadaan darurat.

6.5.4 Sistem Springkler Otomatik

Berdasarkan tabel 5.12, didapatkan hasil tingkat pemenuhan springkler

otomatik sebesar 82,5%, maka peneliti menyimpulkan bahwa secara

keseluruhan komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi. Dari 10 elemen yang

diperiksa terdapat 8 elemen yang telah sesuai, dan 2 elemen yang tidak sesuai

dengan persyaratan standar acuan.

Untuk elemen mengenai jarak antar springkler, dari hasil penelitian

bahwa jarak antar kepala springkler 4,5 meter. Hal ini tidak sesuai dengan

persyaratan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 yang berpedoman pada SNI

03-3989 (2000) yang menyebutkan bahwa jarak maksimum antar kepala

springkler adalah 3,7 m (Permen PU, 2008). Dengan jarak antar kepala

springkler kurang dari 2 meter adalah untuk memastikan seluruh sela ruangan

mendapatkan pancaran air untuk memadamkan kebakarn.

Untuk elemen mengenai bahan springkler, dari hasil penelitian bahwa

kepala springkler terbuat dari bahan seng yang dichrome tahan korosi. Hal ini

sesuai dengan persyaratan dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang

berpedoman pada SNI 03-3989 (2000) yang menyebutkan bahwa kepala

Page 137: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

118

springkler yang terpasang merupakan kepala springkler yang tahan korosi

(Permen PU, 2008). Dengan kepala sprinkler yang tahan korosi adalah untuk

menjamin springkler dapat bekerja dengan baik dan terhindar dari

kemungkinan eror atau rusak seperti tersumbat akibat saluran sprinkler yang

berkarat.

Untuk elemen mengenai jumlah springkler cadangan, dari hasil

penelitian diketahui bahwa persediaan kepala springkler cadangan tersisa 9

buah disimpan dilemari gudang unit kerja engineering. Hal ini sesuai dengan

persyaratan dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa

Jumlah persediaan kepala springkler cadangan ≥ 36 (Permen PU, 2008).

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai sistem

springkler otomatik, maka saran yang mampu diberikan oleh peneliti adalah

perusahaan sebaiknya menambah jumlah persediaan kepala springkler

cadangan untuk memudahkan petugas dalam mengganti kepala springkler

yang rusak.

6.5.5 Sistem Hidran

Berdasarkan tabel 5.13, didapatkan hasil tingkat pemenuhan springkler

otomatik sebesar 100%, maka peneliti menyimpulkan bahwa secara

keseluruhan komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi.

Untuk elemen mengenai warna hidran, dari hasil penelitian bahwa

Setiap lemari hidran berwarna merah menyolok. Menurut NFPA 101 (2010),

hidran harus diwarnai dengan warna kuning chrome atau warna lain yang

mudah terlihat diantaranya warna putih, merah menyala, warna silver atau

Page 138: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

119

kuning lime (NFPA 101, 2010). Dengan adanya warna yang menyolok maka

hal ini akan memudahkan setiap orang untuk melihatnya.

Untuk elemen mengenai kotak hidran tidak terhalang, dari hasil

penelitian bahwa sambungan slang dan kotak hidran tidak boleh terhalang.

Sejalan dengan itu menurut Juwana (2005), kotak hidran bangunan harus

mudah dibuka, dapat terlihat, terjangkau dan tidak terhalang oleh apapun

(Juwana, 2005). Dengan adanya sambungan slang dan kotak hidran yang tidak

terhalang adalah untuk memastikan hidran dapat dengan diakses dan

digunakan sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

Untuk elemen mengenai peletakan hidran, dari hasil penelitian bahwa

hidran halaman diletakkan disepanjang jalur akses kendaraan. Sejalan dengan

itu menurut Juwana (2005), maksimal jarak antar hidran adalah 200 meter dan

penempatan hidran harus mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran

(Juwana, 2005). Dengan adanya peletakan hidran halaman di sepanjang jalur

akses mobil pemadam kebakaran adalah untuk memudahkan kegiatan

pemadaman kebakaran oleh petugas pemadam kebakaran.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai hidran, maka

saran yang mampu diberikan adalah perusahaan tetap melakukan pemeriksaan

rutin untuk memastikan hidran selalu siap digunakan dan dapat berfungsi

dengan baik saat diperlukan.

6.5.6 Sistem Pipa Tegak

Berdasarkan tabel 5.14, didapatkan hasil tingkat pemenuhan pipa tegak

sebesar 71,42%, maka peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar

komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi terdapat

sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau

Page 139: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

120

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 7 elemen

yang diperiksa terdapat 5 elemen yang telah sesuai, dan 2 elemen yang tidak

sesuai dengan persyaratan dalam standar acuan.

Untuk elemen mengenai penandaan pipa tegak dari hasil penelitian

diketahui bahwa tidak terdapat penandaan khusus pipa tegak. Sejalan dengan

itu dalam penelitian Novianty (2012), selain itu juga perlu dipasang suatu

tanda pada pipa tersebut agar petugas pemadam kebakaran dapat dengan

mudah menemukannya (Novianty, 2012). Dengan tidak adanya penandaan

khusus pipa tegak akan menyulitkan petugas pemadam kebakaran ataupun

seseorang untuk menemukannya terutama saat terjadi kebakaran.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai sistem pipa

tegak maka saran yang mampu diberikan adalah perusahaan sebaiknya

memberikan penandaan pada pipa tegak agar lebih mudah untuk

menemukannya saat terjadi keadaan darurat.

6.5.7 APAR

Berdasarkan tabel 5.15, didapatkan hasil tingkat pemenuhan APAR

sebesar 100%, peneliti menyimpulkan bahwa secara keseluruhan komponen

sistem proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai

dengan ketetapan dalam spesifikasi.

Untuk elemen mengenai ketersediaan APAR, dari hasil penelitian

bahwa terdapat APAR tersebar diseluruh area pabrik sebanyak 46 buah (25

APAR jenis dry chemical, 9 APAR jenis CO2, 7 APAR jenis Pasca Halon, 5

APAR jenis Foam). Sejalan dengan itu menurut Novianty (2012), dengan

adanya APAR maka dapat dilakukan pencegahan terhadap kebakaran awal

sebelum terjadinya kebakaran yang lebih besar (Novianty, 2012). Dengan

Page 140: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

121

ketersediaan APAR ditempat kerja, maka apabila terjadi kebakaran kecil dapat

dengan segera dicegah sebelum terjadi kebakaran yang lebih besar yang tidak

mungkin untuk dikendalikan.

Untuk elemen mengenai ketersediaan label klasifikasi kebakaran pada

APAR, dari hasil penelitian bahwa terdapat klasifikasi APAR yang

ditempelkan pada tabung APAR. Sejalan dengan itu menurut Hartanto (2013),

label klasifikasi kebakaran pada APAR berfungsi agar seseorang dapat

mengetahui peruntukan APAR tersebut berdasarkan penyebab kebakarannya

(Hartanto, 2013). Dengan tersedianya label klasifikasi kebakaran, maka

seseorang dapat mengetahui kesesuaian penggunaan APAR tersebut

berdasarkan penyebab kebakarannya.

Untuk elemen mengenai ketinggian APAR dari lantai, dari hasil

penelitian bahwa jarak terendah APAR dengan lantai 64 cm. Hal ini sesuai

dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang mempersyaratkan jarak antara

APAR dengan lantai ≥ 10 cm (Permen PU, 2008). Dengan peletakan

ketinggian APAR yang cukup, maka akan memudahkan APAR untuk terlihat,

sekaligus dapat lebih cepat digunakan dibandingkan dengan APAR yang

diletakkan dilantai.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai APAR, maka

saran yang mampu diberikan adalah perusahaan agar tetap menginspeksi

APAR setiap bulannya untuk memastikan APAR dapat digunakan saat terjadi

keadaan darurat, serta tetap melakukan pemeliharaan APAR dari

kemungkinan terhalang benda atau barang yang dapat menyebabkannya tidak

dapat dijangkau atau tidak mudah dilihat akibat terhalang benda.

Page 141: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

122

6.6 Utilitas Bangunan Gedung

6.6.1 Sumber Daya Listrik

Berdasarkan tabel 5.17, didapatkan hasil tingkat pemenuhan sumber

daya listrik sebesar 100%, maka peneliti menyimpulkan bahwa secara

keseluruhan komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi sempurna atau

kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi.

Untuk elemen mengenai sumber daya listrik utama, dari hasil

penelitian bahwa daya listrik berasal dari PLN berkapasitas 5540 kVA yang

apabila mati digantikan dengan generator cadangan berkapasitas 400 kVA.

Sejalan dengan itu menurut Juwana (2005), bangunan-bangunan yang

memiliki nilai fungsional yang besar seperti pusat pembelanjaan, hendaknya

memiliki sumber daya listrik darurat. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi

apabila listrik yang bersumber dari PLN sedang padam, maka listrik dalam

gedung dapat tetap menyala dengan adanya sumber listrik cadangan yang lain

(Juwana, 2005). Selain itu dalam penelitian Novianty (2012), penyediaan

sumber daya listrik sangat penting untuk mendukung sistem proteksi

kebakaran di bangunan gedung. Selain sumber daya listrik dari PLN, harus

disediakan juga generator sebagai sumber daya listrik darurat. Misalnya untuk

menghidupkan pompa hidran, pencahayaan darurat, dan sistem proteksi

kebakaran lainnya (Novianty, 2012).

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan, menurut peneliti

dengan adanya sumber daya listrik utama, maka kegiatan penanggulangan

kebakaran akan dapat dilakukan lebih baik dibandingkan dengan tidak

tersedianya sumber listrik, dikarenakan disaat proses penanggulangan

Page 142: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

123

kebakaran, petugas pemadam kebakaran menggunakan alat-alat pemadam

kebakaran yang beberapa membutuhkan daya listrik.

Untuk elemen mengenai ketersediaan generator listrik cadangan, dari

hasil penelitian bahwa daya listrik darurat berupa generator diesel cadangan

berkapasitas 400 kVA. Sejalan dengan itu menurut Juwana (2005), sumber

tenaga listrik darurat ini adalah batere atau generator. Sumber daya listrik

darurat harus dapat bekerja secara otomatis sehingga dapat segera berfungsi

ketika sumber listrik utama mendadak padam (Juwana, 2005). Berdasarkan

keterangan yang telah disebutkan sebelumnya, menurut peneliti dengan

adanya sumber daya cadangan adalah untuk memastikan setiap instalasi

pemadam kebakaran dapat berfungsi terutama saat terjadi kebakaran yang

mana kemungkinan besar sumber listrik utama dari PLN terputus.

Untuk elemen mengenai kabel tahan api, dari hasil penelitian bahwa

kabel distribusi listrik darurat menggunakan kabel jenis XLPE type N2XRY

dengan TKA sekitar 90 menit. Hal ini sesuai dengan persyaratan dalam

Permen PU No. 26 Tahun 2008 yang mempersyaratkan semua kabel distribusi

yang melayani sumber daya listrik darurat harus memenuhi kabel dengan

Tingkat Ketahanan Api (TKA) selama 1 jam (Permen PU, 2008). Berdasarkan

keterangan yang telah disebutkan sebelumnya, menurut peneliti dengan

adanya kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik darurat memiliki

tingkat ketahanan api selama 90 menit, adalah untuk memastikan peralatan

penanggulangan kebakaran dapat terpasok listrik sehingga peralatan tersebut

tetap dapat difungsikan saat terjadi kebakaran atau saat jaringan listrik utama

tidak terpenuhi.

Page 143: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

124

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai sumber saya

listrik maka saran yang mampu diberikan adalah perusahaan agar tetap

melakukan pemeliharaan rutin terhadap generator cadangan untuk

memastikannya dapat digunakan sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat, dan

tetap melakukan pemeriksaan terhadap kabel tahan api dari kemungkinan

rusak untuk memastikan bahwa kabel-kabel tersebut tetap aman digunakan

saat terjadi keadaan darurat.

6.6.2 Pusat Pengendali Kebakaran

Dari tabel 5.18, komponen pusat pengendali kebakaran memiliki

tingkat pemenuhan sebesar 72,72%, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi

terdapat sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 9 elemen

yang diperiksa terdapat 6 elemen yang telah sesuai, dan 3 elemen yang tidak

sesuai dengan persyaratan dalam standar acuan.

Untuk elemen mengenai tanda tulisan ruang pengendali kebakaran,

lebar huruf tanda ruang pengendali kebakaran, warna huruf pada tanda ruang

pengendali kebakaran, dari hasil penelitian bahwa tidak terdapat tanda tulisan

“Ruang Pengendali Kebakaran”, dikarenakan ruang pengendali kebakaran

menjadi satu dengan ruang security. Sejalan dengan itu dalam penelitian Aziz

(2014), hal ini tidak sesuai dengan persyaratan bahkan dapat menimbulkan

kesalahan persepsi pada petugas atau karyawan lain, dikhawatirkan karyawan

lain dapat beranggapan bahwa ruangan ini hanya sebatas ruangan kantor

administrasi dari bagian PMK, padahal ruangan ini merupakan suatu ruangan

khusus untuk mengendalikan secara terpusat selama kegiatan penanggulangan

Page 144: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

125

kebakaran berlangsung (Aziz, 2014). Berdasarkan pemaparan yang telah

disebutkan sebelumnya, menurut peneliti dengan tidak adanya penandaan

untuk ruang pengendali kebakaran, maka akan menyebabkan petugas

pemadam kebakaran dari pihak luar penyelenggara bangunan kesulitan untuk

mencari keberadaan ruang pengendali kebakaran yang mana digunakan untuk

menunjang kegiatan penanggulangan kebakaran.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya maka saran

yang mampu diberikan adalah perusahaan sebaiknya memberikan tanda

tulisan “ruang pengendali kebakaran” pada ruang pengendali kebakaran agar

lebih mudah untuk ditemukan bagi siapa saja untuk keperluan pengoperasian

instalasi kebakaran saat keadaan darurat.

6.6.3 Sistem Proteksi Petir

Berdasarkan tabel 5.19 didapatkan hasil tingkat pemenuhan

pencahayaan darurat sebesar 100%, maka peneliti menyimpulkan bahwa

secara keseluruhan komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi sempurna

atau kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi.

Untuk elemen mengenai ketersediaan SPP, dari hasil penelitian

terdapat 2 instalasi SPP diantaranya:

1. Merk : Neo Flash, Type : TZ.05, Radius : +/- 150m, tinggi 59m

2. Merk : GENT, Type : A, Radius : +/- 150m, tinggi 48m

Hal ini sesuai dengan persyaratan dalam Permen PU No. 26 Tahun

2008 yang menyebutkan bahwa pada bangunan dan gedung harus terdapat

instalasi sistem proteksi petir (Permen PU No. 26, 2008).

Page 145: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

126

Menurut International Electrotechnical Commision (2000),

menyebutkan pengelompokan bangunan yang perlu diberi instalasi sistem

proteksi petir, diantaranya:

1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara, dan cerobong

2. Bangunan penyimpan bahan mudah meledak atau terbakar, misal

pabrik amunisi, gudang bahan kimia.

3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun,

bandara.

4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan estetika misal

mueseum, gedung arsip negara (IEC, 2000).

Berdasarkan pengelompokan bangunan yang perlu diberi instalasi

sistem proteksi petir, maka Pabrik Personal Wash termasuk dalam kelompok

bangunan 1 dan 2 yakni, bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara,

dan cerobong; dan bangunan penyimpan bahan mudah meledak atau terbakar.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya, menurut peneliti

dengan adanya sistem proteksi petir pada bangunan atau pabrik, maka upaya

pencegahan terhadap bahaya kebakaran akan lebih baik, khususnya bahaya

kebakaran yang diakibatkan oleh sambaran petir.

Untuk elemen mengenai pemeliharaan SPP, dari hasil penelitian,

bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian instalasi dilakukan oleh pihak

supplier PT Megah Alam Semesta yang diawasi oleh tim SHE. Sejalan dengan

itu menurut SNI 03-7015 (2004), tujuan inspeksi adalah untuk menjamin

bahwa SPP sesuai dengan rancangan, seluruh komponen SPP dalam kondisi

baik dan mampu berfungsi sesuai rancangannya dan tidak terjadi korosi, setiap

tambahan konstruksi atau instalasi baru yang telah terpasang kedalam ruang

Page 146: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

127

terproteksi secukupnya dengan pengikatan atau tambahan SPP (SNI, 2004).

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya, menurut peneliti

dengan pemeliharaan yang dilakukan oleh tenaga yang ahli adalah untuk

menjamin komponen sistem proteksi petir dapat berfungsi dengan baik dalam

melindungi manusia dan peralatan dilingkungan bangunan dari bahaya

sambaran petir.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai sistem

proteksi petir maka saran yang mampu diberikan adalah perusahaan agar tetap

melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap sistem proteksi petir untuk

memastikannya dapat berfungsi dengan baik dalam melindungi karyawan,

bangunan dan peralatan dari bahaya sambaran petir.

Page 147: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Tingkat pemenuhan akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran adalah

sebesar 40%. Terdapat 6 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam

standar acuan, yaitu mengenai:

a. Ketersediaan jalur khusus mobil pemadam kebakaran sebesar 0%.

b. Penandaan jalur mobil pemadam kebakaran berwarna kontras sebesar

0%.

c. Penandaan jalur mobil pemadam kebakaran bersifat reflektif sebesar

0%.

d. Jarak antar penandaan jalur mobil pemadam kebakaran sebesar 0%.

e. Penandaan jalur mobil pemadam kebakaran diletakkan pada kedua sisi

jalur, dan penulisan dalam penandaan mobil pemadam kebakaran

sebesar 0%.

2. Tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa adalah sebesar 87,08%. Sarana

penyelamatan jiwa terdiri dari sarana jalan keluar, pintu darurat, pencahayaan

darurat, dan tanda arah evakuasi.

a. Tingkat pemenuhan sarana jalan keluar adalah sebesar 80,95% yang

berarti secara keseluruhan telah sesuai dengan persyaratan dalam

standar acuan

b. Tingkat pemenuhan pintu darurat adalah sebesar 100%, yang berarti

secara keseluruhan telah sesuai dengan persyaratan dalam standar

acuan.

Page 148: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

129

c. Tingkat pemenuhan pencahayaan darurat adalah sebesar 75%.

Terdapat 1 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam standar

acuan, yaitu mengenai interval pengujian fungsi pencahayaan darurat.

d. Tingkat pemenuhan tanda arah evakuasi adalah sebesar 92,40%.

Terdapat 1 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam standar

acuan, yaitu mengenai setiap tanda arah diiluminasi terus-menerus.

3. Tingkat pemenuhan sistem proteksi pasif adalah sebesar 75%, yang termasuk

dalam kategori “cukup”. Sistem proteksi pasif yang diperiksa terdiri dari

konstruksi tahan api.

a. Tingkat pemenuhan konstruksi tahan api adalah sebesar 75%. Terdapat

1 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam standara cuan,

yaitu mengenai pemeliharaan konstruksi tahan api.

4. Tingkat pemenuhan sistem proteksi aktif adalah sebesar 87,41%, yang

termasuk dalam kategori “baik”. Sistem proteksi aktif terdiri dari detektor

kebakaran, alarm kebakaran, titik panggil manual, springkler otomatik, sistem

hidran, sistem pipa tegak, dan APAR.

a. Tingkat pemenuhan detektor kebakaran adalah sebesar 60%. Terdapat

2 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam standar acuan,

yaitu mengenai detektor diproteksi dari bahaya mekanis dan

penyimpanan hasil inspeksi detektor.

b. Tingkat pemenuhan alarm kebakaran adalah sebesar 100%, yang

berarti secara keseluruhan elemen telah sesuai dengan persyaratan

dalam standar acuan.

Page 149: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

130

c. Tingkat pemenuhan titik panggil manual adalah sebesar 100%, yang

berarti secara keseluruhan elemen telah sesuai dengan persyaratan

dalam standar acuan.

d. Tingkat pemenuhan springkler otomatik adalah sebesar 82,50%.

Terdapat 2 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam standar

acuan, yaitu mengenai jarak maksimum antar kepala springkler, dan

jumlah persediaan kepala springkler.

e. Tingkat pemenuhan sistem hidran adalah sebesar 100%, yang berarti

secara keseluruhan elemen telah sesuai dengan persyaratan dalam

standar acuan.

f. Tingkat pemenuhan sistem pipa tegak adalah sebesar 71,42%. Terdapat

2 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam standar acuan,

yaitu mengenai penulisan pipa tegak dan penandaan pipa tegak.

g. Tingkat pemenuhan APAR adalah sebesar 100% yang berarti secara

keseluruhan elemen telah sesuai dengan persyaratan dalam standar

acuan.

5. Tingkat pemenuhan utilitas bangunan gedung adalah sebesar 90,90%. Utilitas

bangunan gedung terdiri dari sumber daya listrik, pusat pengendali kebakaran,

dan sistem proteksi petir.

a. Tingkat pemenuhan sumber daya listrik adalah sebesar 100%, yang

berarti secara keseluruhan elemen telah sesuai dengan persyaratan

dalam standar acuan.

b. Tingkat pemenuhan pusat pengendali kebakaran adalah sebesar

72,72%. Terdapat 3 elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan

dalam standar acuan, yaitu mengenai penulisan ruang pengendali

Page 150: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

131

kebakaran, lebar huruf penulisan ruang pengendali kebakaran, dan

warna huruf pada ruang pengendali kebakaran.

c. Tingkat pemenuhan sistem proteksi petir adalah sebesar 100%, yang

berarti secara keseluruhan elemen telah sesuai dengan persyaratan

dalam standar acuan.

6. Tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran secara keseluruhan di Pabrik

Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya adalah sebesar

76,07%, maka termasuk kategori “cukup”, yang berarti sebagian besar

komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi dengan baik, tetapi terdapat

sebagian lain komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam spesifikasi.

7.2 Saran

7.2.1 Saran untuk Perusahaan

Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat

peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan sebaiknya memberikan penandaan jalur khusus mobil

pemadam kebakaran yang bersifat reflektif atau memantulkan cahaya

agar saat terjadi keadaan darurat khususnya pada malam hari dimana

kemungkinan besar aliran listrik akan terputus yang menyebabkan

lampu penerangan didalam pabrik padam. Dengan adanya penandaan

yang bersifat reflektif tersebut, pengemudi mobil pemadam kebakaran

dapat mengetahui dengan pasti jalur mana saja yang harus ditempuh

saat berada di dalam pabrik meski tidak terdapat lampu penerangan.

2. Perusahaan sebaiknya memindahkan perabotan yang menutupi atau

melewati garis pembatas jalur evakuasi, dikarenakan hal ini dapat

Page 151: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

132

mengganggu proses evakuasi diantaranya tersandung, menabrak,

terjatuh, akibat keberadaan perabotan tersebut di jalur evakuasi.

3. Perusahaan sebaiknya melakukan pengujian fungsi pencahayaan

darurat setiap bulannya untuk memastikan pencahayaan darurat

tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat.

4. Perusahaan sebaiknya segera mengganti iluminasi tanda arah yang

sudah mati atau redup agar saat terjadi keadaan darurat penghuni

gedung dapat dengan jelas melihat kemana arah yang harus ditempuh

untuk menyelamatakan diri.

5. Perusahaan sebaiknya menyimpan rekaman hasil pengujian detektor

hingga jangka waktu hingga lebih dari 5 tahun sebelumnya untuk

keperluan pengecekan dari pihak yang berwenang.

6. Perusahaan sebaiknya memberikan penandaan pada pipa tegak dan

ruang pengendali kebakaran agar lebih mudah ditemukan untuk

dioperasikan oleh petugas pemadam kebakaran saat terjadi keadaan

darurat.

7.2.2 Saran untuk Penelitian selanjutnya

1. Sebaiknya menggunakan standar acuan yang lebih kompleks dan

spesifik dalam mengevaluasi standar keselamatan kebakaran bangunan

agar dapat memberikan hasil dan pembahasan yang lebih terperinci

dan lebih luas.

2. Sebaiknya melakukan pengujian langsung pada seluruh alat proteksi

kebakaran untuk memastikan keberfungsian dari peralatan yang

diperiksa tersebut.

Page 152: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

133

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Yusuf al. Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran di Unit Amoniak PT

Petrokimia Gresik Tahun 2014. Skripsi. Ciputat: UIN Jakarta.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Ketentuan Desain Sistem Proteksi Kebakaran dan

ledakan Internal pada Reaktor Daya. Jakarta: Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya. Data Statistik Kebakaran tahun 2015. 2015. Surabaya:

Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya.

Furness, Andrew dan Martin Muckett. 2007. Introduction to Fire Safety Management.

Oxford: Elsevier Ltd..

Gercek, H..2007. Poission Ratio Values for Rocks. International journal of rock mechanics

and mining sciences. Oxford: Elsevier Ltd..

Hartanto, Martin. 2013. Kajian Jalur Evakuasi Darurat Di Pusat Perbelanjaan Ramayana

Mall Malioboro. Laporan Tugas Akhir. Yogyakarta: Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya

Hesna, Yervi. 2009. Evaluasi Penerapan Sistem Keselamatan Kebakaran pada Bangunan

Gedung Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Rekayasa Sipil Vol 5 No.2.

Padang: Fakultas Teknik Sipil

IEC (International Electrotechnical Commission). 2000. International Standards and

Conformity Assessment for all electrical, electronic and related technologies. Geneva:

IEC

ILO. 1989. Buku Pedoman Pencegahan Kecelakaan Seri Manajemen No. 132. Geneva: PPM.

Page 153: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

134

Jusuf, R.M.S. 1999. Tanggap Darurat. Indonesian Journal of Industrial Hygiene,

Occupational Health andn Safety Vol XXXII no 4. Jakarta: Indonesian Journal of

Industrial Hygiene, Occupational Health andn Safety

Jimmy S., Juwana. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi

Bangunan. Jakarta: Erlangga.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2000.

2000. Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1985. 1985. Ketentuan Pencegahan dan

Penanganan penanggulangan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. Jakarta:

Departemen Tenaga Kerja.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 158 Tahun 1972. 1972. Program Operasionil,

Serentak, Singkat, Padat, untuk Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.

Jakarta: Departemen Tenaga Kerja.

Latifah R.N. dan Pamungkas A. 2013. Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan terhadap

Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Liang Anggang. Banjarbaru: Jurusan Teknik

Pomits.

NFPA (National Fire Protection Association) 70. 2000. National Electrical Code (NEC)

Softbound.

NFPA (National Fire Protection Associaton) 101 .2010. National Fire Alarm and Signaling

Code.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novianty, Putri. 2012. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia

Page 154: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

135

OSHA. 2002. Design And Construction Requirements For Exit Routes. Occupational Safety

And Health Administration 1910.36 (OSHA 1910.36). United States:

Department Of Labor.

Pabrik Personal Wash PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya. 2002. Data Incident.

Surabaya: PT Unilever Indonesia Tbk Rungkut Surabaya.

Permenakertrans (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi). 1980. APAR. Jakarta:

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Permen PU (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum) Nomor 26 Tahun 2008. 2008. Persyaratan

Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta:

Departemen Pekerjaan Umum.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04 tahun 1980. 1980. Penempatan

APAR. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012. 2012. Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Jakarta: Peraturan Pemerintah

Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992. 1992. Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam

Wilayah DKI. Jakarta: Perda DKI Jakarta

Permenaker No. 02 tahun 1983. 1983. Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis. Jakarta:

Departemen Tenaga Kerja.

Poerbo, Hartono. 2005. Utilitas Bangunan. Jakarta: Djambatan.

Puslitbang Departemen PU. 2005. Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung.

Jakarta: Departemen PU

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, OHSAS

18001. Jakarta: Dian Rakyat

Saptaria, Erry. 2008. Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung. Jakarta: Pusat

Penelitian Bangunan Departemen Pekerjaan Umum.

Page 155: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

136

Santoso, Gempur. 2004. Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi

Pustaka

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2000. SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara Perencanaan

Sistem Proteksi Pasif Konstruksi Tahan Api untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran

pada Bangunan Rumah dan Gedung. Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2000. SNI 03-1745-2000 tentang Tata Cara Perencanaan

dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran

pada Bangunan Rumah dan Gedung. Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2000. SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan

Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan Jiwa. Jakarta: Badan Standar Nasional

Indonesia.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2000. SNI 03-3985-2000 tentang Tata Cara Perencanaan,

Pemasangan, dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standar Nasional

Indonesia.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2000. SNI 03-3989-2000 tentang Tata Cara Perencanaan

dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran

pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2004. SNI 03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir

Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia

Suma’mur. 2010. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan kerja. Jakarta: Gunung

Agung.

Suprapto. 1995. Ketentuan dan Persyaratan Teknis Proteksi Kebakaran pada Bangunan.

Indonesian Journal of Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety. Vol

XXXVIII no. 3. Jakarta: Occupational Health and Safety

Page 156: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

137

Sunarno. 2010. Kajian Terhadap Sarana “ Emergency Exit ” Pada Plasa Ambarukmo

Yogyakarta. Proyek Akhir. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Syahrir, Suryani. 2012. Studi Pengolahan Air melalui Media Filter Air Kuarsa. Universitas

Hasanudin. Makasar: Jurnal Teknik Sipil

Tanggoro, Dwi. 2000. Utilitas Bangunan. Jakarta: UI Press

Page 157: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

138

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penerimaan Melakukan Penelitian

Page 158: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

139

Lampiran 2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian

Page 159: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

140

Lampiran 3. Lembar Observasi

1. Akses dan Pasokan Air Pemadam Kebakaran

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur

kebakaran atau reservoir air dan sebagainya

Dilengkapi dengan sarana komunikasi umum yang dapat

dipakai setiap saat untuk memudahkan penyampaian

informasi kebakaran

Tersedia jalur akses mobil pemadam kebakaran

Tersedia jalan lingkungan perkerasan di dalam

lingkungan bangunan

Gedung harus dapat dilalui oleh kendaraan pemadam

kebakaran

Lebar lapis perkerasan pada jalur masuk yang digunakan

untuk mobil pemadam kebakaran lewat minimal 4 m

Area jalur masuk kedua sisinya ditandai dengan warna

yang kontras.

Area jalur masuk pada kedua sisinya ditandai dengan

bahan yang bersifat reflektif.

Penandaan jalur pemadam kebakaran diberi jarak antara

tidak lebih dari 3 m satu sama lain

Penandaan jalur pemadam kebakaran dibuat di kedua sisi

jalur

Penandaan jalur pemadam kebakaran diberi tulisan

“Jalur pemadam kebakaran, jangan dihalangi”

Tingkat Pemenuhan Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran

2. Sarana Penyelamatan Jiwa

a. Sarana Jalan Keluar

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Terdapat koridor yang digunakan sebagai akses EXIT

Sarana jalan keluar dipelihara terus menerus bebas dari

segala hambatan atau rintangan

Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak diletakkan

sehingga menggangu EXIT, akses ke sana, jalan ke luar

dari sana atau mengganggu pandangan

Tidak ada cermin yang dipasang di dalam atau dekat

EXIT manapun sedemikian rupa yang dapat

membingungkan arah jalan ke luar

Lebar akses EXIT ≥ 71 cm

Jumlah sarana jalan keluar ≥ dua

EXIT berakhir pada jalan umum atau bagian luar dari

EXIT pelepasan.

Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar

Page 160: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

141

b. Pintu darurat

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Pintu pada sarana jalan keluar dari jenis engsel atau

pintu ayun

Pintu dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun

dari posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka

penuh

Pintu darurat membuka ke arah jalur jalan keluar

Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci,

alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk

membukanya dari dalam gedung

Grendel pintu darurat ditempatkan 87-120 di atas lantai

Pintu darurat tidak dalam posisi terbuka setiap saat

Pintu darurat menutup sendiri atau menutup otomatis

Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat

c. Pencahayaan Darurat

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Iluminasi Jalan Keluar utama bukan merupakan

pencahayaan listrik yang dioperasikan dengan batere dan

jenis lain dari lampu jinjing atau lentera

Tersedia pencahayaan darurat

Pengujian fungsi pencahayaan darurat dilakukan dalam

jangka waktu 30 hari untuk sekurang-kurangnya 30 detik

Rekaman tertulis dari inspeksi visual dan pengujian

disimpan oleh pemilik bangunan gedung

Tingkat Pemenuhan Pencahayaan Darurat

d. Tanda Arah Evakuasi

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Terdapat tanda petunjuk arah pada sarana jalan keluar

Warna tanda petunjuk arah nyata dan kontras

Pada setiap lokasi ditempatkan tanda arah dengan

indikator arah

Tanda arah dengan iluminasi eksternal dan internal harus

dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal dan

darurat.

Tanda petunjuk arah terbaca “EXIT” atau kata lain yang

tepat dan berukuran ≥ 10 cm.

Setiap tanda arah diiluminasi terus menerus

Lebar huruf pada kata EXIT ≥ 5 cm kecuali huruf “I”

Spasi minimum antara huruf pada kata “EXIT” ≥ 1 cm

Tingkat Pemenuhan Tanda Arah Evakuasi

Page 161: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

142

3. Sistem Proteksi Pasif

a. Konstruksi Tahan Api

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Terdapat dinding penghalang api untuk membagi

bangunan gedung untuk mencegah penyebaran api.

Terdapat pintu tahan api

Dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api

Pintu tahan api harus mempunyai perlengkapan menutup

sendiri atau menutup secara otomatis.

Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

4. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

a. Detektor kebakaran

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Detektor kebakaran ada di seluruh ruangan.

Setiap detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik

Detektor diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis.

Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan.

Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan

pemeliharaan, harus disimpan untuk jangka waktu 5

tahun untuk pengecekan oleh instansi yang berwenang

Tingkat Pemenuhan Detektor kebakaran

b. Alarm kebakaran

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Terdapat alarm kebakaran

Sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain.

Tingkat Pemenuhan Alarm kebakaran

c. Titik panggil manual

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Titik panggil manual harus bewarna merah & dipasang

pada lintasan menuju keluar

Semua titik panggil manual dipasang padalintasan

menuju ke luar dan dipasang pada ketinggian 1,4 meter

dari lantai

Lokasi penempatan tidak mudah terkena gangguan,

mudah kelihatan & dicapai

Jarak suatu titik sembarang ke posisi titikpanggil

manualmaksimum 30 m

Tingkat Pemenuhan Titik panggil manual

Page 162: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

143

d. Springkler otomatik

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Terpasang springkler otomatis

Springkler tidak diberi ornament, cat, atau diberi

pelapisan

Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia

yang dapat menyebabkan korosi, tidak mengandung

serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya

springkler

Setiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi satu

jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis,

bertekanan dan berkapasitas cukup, dan harus dibawah

penguasaan pemilik gedung

Jarak minimum antara dua kepala springkler ≤ 2 m

Kepala springkler yang terpasang merupakan kepala

springkler yang tahan korosi

Kotak penyimpanan kepala springkler cadangan dan

kunci kepala springkler ruangan ditempatkan di ruangan

≤ 38 ˚C.

Springkler cadangan sesuai baik tipe maupun

temperature rating dengan semua springkler yang telah

dipasang

Jumlah persedian kepala springkler cadangan ≥ 36

Tersedia sebuah kunci khusus untuk springkler (special

springkler wrench)

Tingkat Pemenuhan Springkler otomatik

e. Hidran

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan

peralatan kebakaran.

Setiap lemari hidran dicat dengan warna yang menyolok

Sambungan slang dan kotak hidran tidak boleh terhalang

Slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan

Terdapat nozel

Terdapat hidran halaman

Hidran halaman dilekatkan di sepanjang jalur akses

mobil pemadam kebakaran

Tingkat Pemenuhan Hidran

f. Sistem pipa tegak

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Sambungan pemadam kebakaran minimal dua buah

Sambungan pemadam kebakaran harus dipasang dengan

penutup untuk melindungi sistem dari kotoran-kotoran

yang masuk.

Dilakukan pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak

Page 163: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

144

Sambungan pemadam kebakaran harus pada sisi jalan

dari bangunan, mudah terlihat dan dikenal dari jalan atau

terdekat dari titik jalan masuk peralatan pemadam

kebakaran

Setiap sambungan pemadam kebakaran harus dirancang

dengan suatu penandaan dengan huruf besar, tidak

kurang 25 mm (1 inci) tingginya, di tulis pada plat yang

terbaca : “PIPA TEGAK”.

Suatu penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang

dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan

sistem.

Setiap pipa tegak harus dilengkapi dengan sarana saluran

pembuangan.

Katup pembuangan dengan pemipaannya dipasang pada

titik terendah dari pipa tegak dan harus diatur untuk

dapat membuang air pada tempat yang disetujui

Tingkat Pemenuhan Sistem pipa tegak

g. APAR

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Tersedia Alat Pemadam Api Ringan

Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api

terbukti efektif, didahului dengan angka (hanya kelas A

dan kelas B) yang menunjukkan efektifitas pemadaman

relatif yang ditempelkan pada APAR.

APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah

dijangkau dan siap dipakai.

APAR selain jenis APAR beroda dipasang kokoh pada

penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR,

atau pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan

tersebut, atau ditempatkan dalam lemari atau dinding

yang konstruksinya masuk ke dalam.

Jarak antara APAR dengan lantai ≥ 10 cm

Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian

depan dari APAR dan harus terlihat jelas

Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label

pemeliharaan enam tahun, label uji hidrostatik, atau label

lain harus tidak boleh ditempatkan pada bagian depan

dari APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR.

APAR harus mempunyai label yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama manufaktur atau nama

agennya, alamat surat dan nomor telepon

APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30

hari

Arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk

Page 164: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

145

tindakan korektif yang dilakukan) disimpan

Dilakukan pemeliharaan terhadap APAR pada jangka

waktu ≤ 1 tahun

Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan

tahun dilakukannya pemeliharaan

Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan.

Tingkat Pemenuhan APAR

5. Utilitas Bangunan Gedung

a. Sumber daya listrik

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem

daya listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari

PLN atau sumber daya listrik darurat.

Bangunan gedung atau ruangan yang sumber daya listrik

utamanya dari PLN harus dilengkapi juga dengan

generator sebagai sumber daya listrik darurat.

Semua kabel distribusi yang melayani sumber daya

listrik darurat harus memenuhi kabel dengan Tingkat

Ketahanan Api (TKA) selama 1 jam.

Tingkat Pemenuhan Sumber daya listrik

b. Pusat pengendali kebakaran

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Pintu yang menuju ruang pengendali membuka ke arah

dalam ruang tersebut.

Pintu pada ruang pengendali kebakaran dapat dikunci.

Pintu tidak terhalang oleh orang yang menggunakan

jalur evakuasi dari dalam bangunan

Ruang pengendali kebakaran harus terdapat indikator

kebakaran dan sakelar kontrol dan indikator visual yang

diperlukan untuk semua pompa kebakaran kipas

pengendali asap, dan peralatan pengamanan kebakaran

lainnya yang dipasang di dalam bangunan.

Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan

telepon yang memiliki sambungan langsung.

Luas lantai ruang pengendali kebakaran ≥ 10 m2.

Panjang dari sisi bagian dalam ruang pengendali

kebakaran ≥ 2,5 m

Terdapat ventilasi di ruang pengendali kebakaran.

Permukaan luar pintu yang menuju ke dalam ruang

pengendali diberi tanda dengan tulisan “Ruang

Pengendali Kebakaran”

Huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran memiliki

Page 165: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

146

tinggi ≥ 50 mm

Warna huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran

kontras dengan latar belakangnya.

Tingkat Pemenuhan Pusat Pengendali Kebakaran

c. Sistem proteksi petir

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian Nilai

Terdapat instalasi sistem proteksi petir.

Perencanaan,pelaksanaan, pengujian instalasi sistem

proteksi petir dilakukan oleh tenaga yang ahli.

Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Petir

Page 166: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

147

Lampiran 4. Pedoman Wawancara dengan Informan

Pedoman Wawancara Informan Utama

Kode Informan : KI – 1 (Staf SHE)

Nama Informan :

Tanggal wawancara :

Daftar Pertanyaan :

Akses dan Pasokan Air

1. Bagaimana gambaran sumber air yang ada diperusahaan, apakah tersedia

sumur kebakaran atau reservoir air dan sebagainya? Jelaskan!

2. Bagaimana gambaran sarana komunikasi umum yang ada diperusahaan yang

digunakan untuk penyampaian informasi kebakaran? Jelaskan

3. Apakah tersedia jalur akses mobil pemadam kebakaran?

4. Berapa lebar lapis perkerasan pada jalur masuk yang digunakan untuk mobil

pemadam kebakaran? Jelaskan!

5. Bagaimana gambaran penandaan jalur mobil pemadam kebakaran yang ada

diperusahaan? Jelaskan!

Konstruksi Tahan Api

1. Apakah terdapat dinding penghalang api untuk membagi bangunan gedung

untuk mencegah penyebaran api, pintu tahan api?

2. Bagaimana prosedur pemeliharaan konstruksi tahan api dan pintu tahan api?

Jelaskan!

Page 167: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

148

3. Apakah pintu tahan api mempunyai perlengkapan menutup sendiri atau

menutup secara otomatis? Jelaskan!

Detektor Kebakaran

1. Apakah terdapat detektor kebakaran ada di seluruh ruangan?

2. Apakah setiap detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik?

3. Bagaimana prosedur mengenai detektor agar diproteksi terhadap kemungkinan

rusak karena gangguan mekanis? Jelaskan!

4. Bagaimana cara anda mengetahui bahwa detektor yang ada saat ini dapat

berfungsi dengan baik?

5. Bagaimana gambaran jenis detektor yang digunakan, apakah sudah sesuai

dengan peruntukkannya? Jelaskan!

6. Apakah detektor sudah terintegrasi secara otomtatias dengan sarana proteksi

kebakaran lain, misal springkler atau alarm?

7. Bagaimana bentuk prosedur perawatan dan pemeriksaan terhadap detektor?

Alarm Kebakaran

1. Bagaimana gambaran kondisi secara umum saat ini dari alarm kebakaran?

Jelaskan!

2. Bagaimana cara anda mengetahui bahwa alarm kebakaran yang ada saat ini

dapat berfungsi dengan baik?

3. Bagaimana bentuk prosedur perawatan dan pemeriksaan terhadap alarm

kebakaran?

4. Bagaimana gambaran sinyal suara alarm kebakaran? Apakah berbeda dari

sinyal suara yang dipakai untuk penggunaan lain?

Page 168: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

149

Springkler

1. Bagaimana gambaran air yang digunakan untuk springkler? Apakah tidak

mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan korosi, tidak mengandung

serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler? Jelaskan!

2. Apakah setiap sistem springkler otomatis sudah dilengkapi satu jenis sistem

penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas

cukup, dan harus dibawah penguasaan pemilik gedung? Jelaskan!

3. Berapa jarak antara dua kepala springkler satu sama lainnya?

4. Bagaimana gambaran kondisi saat ini dari springkler? Jelaskan!

5. Bagaimana cara anda mengetahui bahwa springkler yang ada saat ini dapat

berfungsi dengan baik? Jelaskan!

6. Bagaimana bentuk prosedur perawatan dan pemeriksaan terhadap springkler?

Jelaskan!

Sistem Pipa Tegak

1. Apakah sambungan pemadam kebakaran sudah pada sisi jalan dari bangunan,

mudah terlihat dan dikenal dari jalan atau terdekat dari titik jalan masuk

peralatan pemadam kebakaran? Jelaskan!

2. Apakah setiap sambungan pemadam kebakaran sudah dirancang dengan suatu

penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm (1 inci) tingginya, di tulis

pada plat yang terbaca : “PIPA TEGAK”? Jelaskan!

3. Apakah penandaan juga sudah menunjukkan tekanan yang dipersyaratkan

pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem?

4. Apakah katup pembuangan dengan pemipaannya dipasang pada titik terendah

dari pipa tegak dan harus diatur untuk dapat membuang air pada tempat yang

disetujui? Jelaskan!

Page 169: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

150

5. Bagaimana gambaran kondisi dari sistem pipa tegak saat ini apakah masih

dapat digunakan? Jelaskan!

6. Bagaimana gambaran prosedur pemeliharaan agar sistem pipa tegak dapat

terus digunakan? Jelaskan!

APAR

1. Apakah label sistem identifikasi bahan berbahaya, label pemeliharaan enam

tahun, label uji hidrostatik, atau label lain ditempatkan pada bagian depan dari

APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR? Jelaskn!

2. Apakah APAR sudah mempunyai label yang ditempelkan untuk memberikan

informasi nama manufaktur atau nama agennya, alamat surat dan nomor

telepon?

3. Apakah APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik?

4. Apakah APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari?

5. Apakah arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk tindakan korektif

yang dilakukan) disimpan?

6. Bagaimana gambaran kondisi seluruh APAR saat ini, apakah sudah berfungsi

dengan baik? Jelaskan!

7. Bagaimana cara anda mengetahui bahwa setiap APAR yang ada dapat

berfungsi dengan baik?

8. Bagaimana bentuk prosedur perawatan dan pemeriksaan terhadap springkler?

9. Bagaimana gambaran dari jenis APAR yang digunakan, apakah sudah sesuai

dengan peruntukkannya? Jelaskan!

Page 170: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

151

Sumber Daya Listrik

1. Bagaimana gambaran dari daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan

sistem daya listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari PLN atau

sumber daya listrik darurat? Jelaskan!

2. Apakah bangunan gedung atau ruangan yang sumber daya listrik utamanya

dari PLN sudah dilengkapi juga dengan generator sebagai sumber daya listrik

darurat?

3. Apakah semua kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik darurat

harus memenuhi kabel dengan Tingkat Ketahanan Api (TKA) selama 1 jam?

4. Bagaimana gambaran kondisi sumber daya listrik saat ini apabila terjadi

kebakaran atau keadaan darurat?

5. Darimana sumber daya listrik cadangan apabila sumber data listrik utama

mati?

6. Bagamana prosedur untuk mengetahui apakah sumber daya listrik cadangan

tersebut dapat berfungsi dengan baik?

7. Bagaimana gambaran mengenai kondisi kabel yang digunakan untuk

menyalurkan sumber daya litrik cadangan ketika terjadi kebakaran? Apakah

terbuat dari unsur yang tahan panas? Jelaskan!

Pusat Pengendali Kebakaran

1. Apakah pintu tidak terhalang oleh orang yang menggunakan jalur evakuasi

dari dalam bangunan?

2. Apakah ruang pengendali kebakaran sudah terdapat indikator kebakaran dan

sakelar kontrol dan indikator visual yang diperlukan untuk semua pompa

kebakaran kipas pengendali asap, dan peralatan pengamanan kebakaran

lainnya yang dipasang di dalam bangunan?

Page 171: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

152

3. Apakah ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan telepon yang

memiliki sambungan langsung?

4. Apakah terdapat buku pandauan untuk operator ruang atau pusat pengendali

kebakaran?

5. Bagaimana kelengkapan yang tersedia di ruang pengendali kebakaran?

Apakah sudah sesuai dengan standar? Jelaskan!

Sistem Proteksi Petir

1. Apakah tersedia sistem proteksi petir dan bagaimana cara kerjanya? Jelaskan!

2. Bagaimana prosedur pelaksanaan dan pemeliharaan terhadap sistem proteksi

petir? Jelaskan!

3. Jenis apa yang digunakan dan bagaimana cara perusahaan mengetahui bahwa

SPP tersebut dapat digunakan? Jelaskan!

Page 172: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

153

Pedoman Wawancara Informan Pendukung

Kode Informan : KI – 2 (Staf Security)

Nama Informan :

Tanggal wawancara :

Daftar Pertanyaan :

Akses dan Pasokan Air

1. Bagaimana gambaran sumber air yang ada diperusahaan, apakah tersedia

sumur kebakaran atau reservoir air dan sebagainya? Jelaskan!

2. Bagaimana gambaran sarana komunikasi umum yang ada diperusahaan yang

digunakan untuk penyampaian informasi kebakaran? Jelaskan

3. Apakah tersedia jalur akses mobil pemadam kebakaran?

4. Berapa lebar lapis perkerasan pada jalur masuk yang digunakan untuk mobil

pemadam kebakaran? Jelaskan!

5. Bagaimana gambaran penandaan jalur mobil pemadam kebakaran yang ada

diperusahaan? Jelaskan!

Alarm Kebakaran

1. Bagaimana gambaran kondisi saat ini dari alarm kebakaran? Jelaskan!

2. Bagaimana cara anda mengetahui bahwa alarm kebakaran yang ada saat ini

dapat berfungsi dengan baik?

3. Bagaimana bentuk prosedur perawatan dan pemeriksaan terhadap alarm

kebakaran?

4. Bagaimana gambaran sinyal suara alarm kebakaran? Apakah berbeda dari

sinyal suara yang dipakai untuk penggunaan lain?

Page 173: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

154

APAR

1. Apakah label sistem identifikasi bahan berbahaya, label pemeliharaan enam

tahun, label uji hidrostatik, atau label lain ditempatkan pada bagian depan dari

APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR? Jelaskn!

2. Apakah APAR sudah mempunyai label yang ditempelkan untuk memberikan

informasi nama manufaktur atau nama agennya, alamat surat dan nomor

telepon?

3. Apakah APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik?

4. Apakah APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari?

5. Apakah arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk tindakan korektif

yang dilakukan) disimpan?

6. Bagaimana gambaran kondisi seluruh APAR saat ini, apakah sudah berfungsi

dengan baik? Jelaskan!

7. Bagaimana cara anda mengetahui bahwa setiap APAR yang ada dapat

berfungsi dengan baik?

8. Bagaimana bentuk prosedur perawatan dan pemeriksaan terhadap springkler?

9. Bagaimana gambaran dari jenis APAR yang digunakan, apakah sudah sesuai

dengan peruntukkannya? Jelaskan!

Sumber Daya Listrik

1. Bagaimana gambaran dari daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan

sistem daya listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari PLN atau

sumber daya listrik darurat? Jelaskan!

2. Apakah bangunan gedung atau ruangan yang sumber daya listrik utamanya

dari PLN sudah dilengkapi juga dengan generator sebagai sumber daya listrik

darurat?

Page 174: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

155

3. Apakah semua kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik darurat

harus memenuhi kabel dengan Tingkat Ketahanan Api (TKA) selama 1 jam?

4. Bagaimana gambaran kondisi sumber daya listrik saat ini apabila terjadi

kebakaran atau keadaan darurat?

5. Darimana sumber daya listrik cadangan apabila sumber data listrik utama

mati? Jelaskan!

6. Bagamana prosedur untuk mengetahui apakah sumber daya listrik cadangan

tersebut dapat berfungsi dengan baik?

7. Bagaimana gambaran mengenai kondisi kabel yang digunakan untuk

menyalurkan sumber daya litrik cadangan ketika terjadi kebakaran? Apakah

terbuat dari unsur yang tahan panas? Jelaskan!

Pusat Pengendali Kebakaran

1. Apakah pintu tidak terhalang oleh orang yang menggunakan jalur evakuasi

dari dalam bangunan? Jelaskan!

2. Apakah ruang pengendali kebakaran sudah terdapat indikator kebakaran dan

sakelar kontrol dan indikator visual yang diperlukan untuk semua pompa

kebakaran kipas pengendali asap, dan peralatan pengamanan kebakaran

lainnya yang dipasang di dalam bangunan? Jelaskan!

3. Apakah ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan telepon yang

memiliki sambungan langsung? Jelaskan!

4. Apakah terdapat buku pandauan untuk operator ruang atau pusat pengendali

kebakaran?

5. Bagaimana kelengkapan yang tersedia di ruang pengendali kebakaran?

Apakah sudah sesuai dengan standar? Jelaskan!

Page 175: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

156

Lampiran 5. Matriks Wawancara

No. Komponen Pertanyaan KI – 1 KI – 2

1 Akses dan

Pasokan Air

untuk

Pemadam

Kebakaran

Bagaimana asal sumber air

untuk pemadam kebakaran?

Bagaimana cara penyimpanan

air untuk pemadam kebakaran?

Bagaimana cara penyaluran air

ke instalasi pemadam

kebakaran?

“...air buat hidran itu sumbernya dari air

PDAM trus diolah masuk ke water

treatment plant, setelah itu disimpen di

reservoir. Untuk memasok air dari

reservoir ke hidran itu kita pake pompa

air khusus yang ada belakang dekat sama

reservoirnya juga...”

Bagaimana cara

menginformasikan seandainya

terjadi kebakaran? Apa saja

alat-alat komunikasi yang

digunakan menginformasikan

terjadi kebakaran?

“...untuk menginformasikan kalo ada

kebakaran itu disini ada speaker ya yang

ada di seluruh area pabrik. Ngasi taunya

lewat ruang security, microphonenya

disana. Juga di tiap-tiap ruang unit kerja

itu ada telepon, jadi bisa saling ngasi tahu

kalo ada kebakaran atau keadaan darurat

gitu...”

“...disini ada microphone yang bisa

digunakan untuk memberitahu kepada

seluruh karyawan kalau ada kejadian

kebakaran atau keadaan darurat yang

lain...”

2 Konstruksi

Tahan Api

Apakah tersedia dinding

penghalang api pada

bangunan?

“...ada itu dua dinding penghalang api

yang misahin ruangan utama unit proses,

unit finishing, sama unit packing...”

Bagaimana prosedur

pemeliharaan konstruksi tahan

api yang ada pada bangunan?

“...kalau pemeliharaan konstruksi sama

pintu tahan api itu nggak ada ya. Kayanya

rusaknya lama itu makanya ngga

dilakukan pemeriksaan. Ya nunggu ada

yang rusak aja atau udah nggak

berfungsi, baru kita akan buatin laporan

buat diajukan. Ya nunggu nggak bisa

berfungsinya aja baru diganti...”

3 Sistem

Detektor

Kebakaran

Apakah tersedia detektor

kebakaran diseluruh ruangan

pada bangunan? Apa saja jenis

detektor yang digunakan?

“...disini itu ada detektor asap, gas, sama

detektor panas. Kalau di ruangan kantor

itu pake detektor asap. Kalau di ruangan

utama unit proses itu pake detektor gas

Page 176: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

157

sama detektor panas. Unit finishing sama

packing cuma pake detektor panas

soalnya ga ada mesin yang pake bahan

bakar gas disana...”

4 Alarm

Kebakaran

Jenis alarm apa yang digunkan

untuk menginformasikan

seandainya terjadi kebakaran?

“...alarm kebakaran pake sirene,

tempatnya nyebar di seluruh area...”

“...kalo alarm kebakaran disini itu pake

sirene...”

Bagaiman bentuk sinyal suara

dari alarm kebakaran

dibandingkan sinyal suara

alarm untuk penggunaan lain?

Apakah berbeda?

“...alarm kebakaran pake sirene,

tempatnya nyebar di seluruh area. Ada

speaker lewat ruang security juga kalo

buat ngasi tahu ada keadaan darurat. Iya

suara sinyal alarmnya beda sama

penggunaan lain, kalo pergantian shift itu

pake bel kalo keadaan darurat pake sirene

sama speaker ...”

“...kalo alarm kebakaran disini itu pake

sirene. Terus juga disini ada mic buat

ngasi tau kalo seumpama ada keadaan

darurat gitu...”

5 Sistem

Sprinkler

Otomatik

Apakah tersedia sprinkler pada

bangunan? Jenis sistem pipa

sprinkler apa yang digunakan?

“...ada sprinkler disemua ruangan. Kalo

jenis sistem pipa buat nyalur air itu disini

pake wet pipe system, atau pipa basah.

Jadi kalo kepala sprinklernya pecah yo

langsung keluar airnya...”

Apakah air yang digunakan

untuk sprinkler sudah aman,

bebas kotoran dan bahan kimia

yang dapat menyebabkan

korosi?

“...air buat springkler ya sama, dari air

PDAM yang dikondisikan jadi udah aman

buat sprinkler...”

“...kalo air buat springkler itu langsung

dari tanki penampungan air yang ada

dibelakang pabrik...”

Bagaimana cara penyaluran air

menuju kepala sprinkler?

“...yo kalo buat nyalurin air itu ada itu

loh pake pompa picu dibelakang. Jadi

pompanya itu jalan ootomatis buat ngasih

tekanan air ke setiap pipa-pipa

sprinklernya...”

“...nyalurin air dari reservoir ke sprinkler

itu pake pompa picu. Kalau pompa

picunya mati, ya kita hidupin manual

pompa utamanya...”

Apakah kepala sprinkler yang

digunakan saat ini tahan

“...iyalah pasti tahan korosi. Itu bagian

luarnya kan di chrome mas...”

Page 177: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

158

korosi?

Apakah kepala sprinkler yang

dipasang sesuai dengan kepala

sprinkler cadangan?

“...iya itu udah sama, sama kepala yang

udah dipasang...”

6 Sistem Pipa

Tegak

Bagaimana prosedur inspeksi

pada sistem pipa tegak?

“...pipa tegak itu diperiksa sama orang

engineering dan kita yang ngawasin aja

tiap 6 bulan. Kalo ada part-part yang

rusak kita ajuin keatasan biar diganti...”

7 APAR Jenis APAR apa saja yang

digunakan pada bangunan ini?

“...ada APAR jenis dry chemical powder,

halon, foam, sama CO2 disini..”

“...APAR yang dipake disini yang saya

tahu itu ada, jenis serbuk bubuk, yang

berbusa, gas halon, sama gas karbon

dioksida...”

Dari pihak mana yang

melakukan inspeksi APAR?

“...APAR diinspeksi sama kita aja..”

Berapa jangka waktu inspeksi

APAR?

“...kalo diinspeksi itu tiap bulan..”

Dimana arsip laporan hasil

inspeksi APAR itu disimpan?

“...arsip ada sama kita..”

Dari pihak mana yang

melakukan pemeliharaan

APAR? Berapa jangka waktu

pemeliharaan APAR?

“...kalo ngganti isinya itu bukan kita, tapi

dari pihak supplier langsung tiap

tahun...”

8 Sumber Daya

Listrik

Dari mana sumber daya listrik

utama yang digunakan untuk

bangunan ini? Bagaimana bila

sumber daya utama mati?

“...sumber listrik disini itu dari PLN, tapi

kalo dari PLN nya mati masih ada

generator cadangan...”

“...sumber listrik dari PLN ya, tapi kalo

mati lampu itu disini masih ada generator

diesel dibelakang...”

9 Pusat

Pengendali

Kebakaran

Apakah pintu ruang pengendali

dapat dikunci?

“...iya bisa...” “...iya dong bisa dikunci...”

Apakah terdapat panel kontrol

untuk instalasi kebakaran di

ruang pengendali kebakaran?

“...ruang pengendali kebakaran itu jadi

satu sama ruang security. Soalnya orang-

orang securitynya itu juga tim inti

pemadam kebakaran di personal wash.

“...iya, ruang security ini emang jadi satu

sama ruang pengendali kebakaran.

Microphone buat ngasi tau kesemua

pekerja kalo ada keadaan darurat, panel

Page 178: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

159

Mereka udah dapet pelatihan khusus

untuk menangani keadaan darurat sama

penanggulangan kebakaran kayak

pengoperasian APAR, hidran dan lain-

lain udah dapet. Jadi orang-orang

security itu udah berkualifikasi...”

kontrol sistem keadaan darurat, indikator

alarm kebakaran, pengoperasian manual

pompa elektrik, itu semuanya udah disini.

Kita yang mengoperasikan...”

Apakah terdapat telepon

sambungan langsung di ruang

pengendali kebakaran?

“...ada, tiap2 unit kerja itu ada teleponnya

masing-masing...”

“...iya ini ada telepon, kalo ada keperluan

apa-apa sama orang didalam kita ga usah

kesana, lewat telepon ini aja...”

10 Sistem

Proteksi Petir

Apakah tersedia sistem

proteksi petir pada bangunan

ini? Bagaimana prosedur

pemeliharaan dari sistem

proteksi petir?

“...penangkal petir disini ada dua,

disebelah utara sama selatan. Kalo

pemeliharaannya itu dilakukan sama

supplier langsung tiap tahunnya,

didampingi sama kita sebagai pengawas

aja...”

Page 179: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

160

Lampiran 6. Dokumentasi Komponen Proteksi Kebakaran

Pintu Darurat di Unit Packing Tulisan “EXIT” yang diberi iluminasi

Tanda Arah Evakuasi Titik Panggil Manual

Page 180: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

161

Pipa Tegak Hidran Halaman

Kartu Inspeksi APAR Detektor Asap

Page 181: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

162

Fire Announciator APAR Dry Chemical di Unit Blending

Fire Pump

Page 182: gambaran tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di pabrik personal wash pt unilever

163

Lampiran 7. Sertifikat Pengesahan Komponen Proteksi Kebakaran