Gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran dalam Pengerjaan Skripsi
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Ujian Sarjana
Pada Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Oleh:
Egon Firman
I1O040029
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : GAMBARAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DALAM PENGERJAAN SKRIPSI
NAMA : EGON FIRMAN
NPM : I10040029
Jatinangor, September, 2011
Mengetahui :
Pembimbing Utama
Dr. Hj. Hendriati Agustiani, M. Si.
NIP : 195908041986032002
ABSTRAK
Mahasiswa, dosen dan staf kependidikan Fakultas Psikologi Unpad melihat sering terjadi penundaan di pengerjaan skripsi. Penundaan itu, sering disebut prokrastinasi. Penelitian ini dibuat untuk melihat keadaan prokrastinasi pada Mahasiswa Psikologi Unpad yang mengerjakan skripsi.
Pengukuran tingkat prokrastinasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Procrastination Assessment for Student Scale (PASS) yang telah disesuaikan. PASS sendiri ditemukan atau dibuat oleh Solomon dan Rothblum pada tahun 1984. PASS yang tadinya mengukur prokrastinasi secara umum disesuaikan sehingga menjadi khusus untuk dalam pengerjaan skripsi.
Jumlah responden yang berhasil peneliti kumpulkan adalah sebanyak 60 responden. Ini tidak sesuai dengan target peneliti ingin melakukan survei dengan mengambil seluruh data yang berjumlah 193 orang. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad yang sudah mengambil mata kuliah skripsi.
Dari 60 orang ditemukan bahwa sebagian besar mahasiswa (73%) melakukan prokrastinasi dengan tingkat menengah.
Dari lima kegiatan yang peneliti rumuskan dan kemudian ditanyakan dalam item-item PASS, sebagian besar responden menyatakan sering menunda di tiga kegiatan. Kegiatan mencari literatur, membaca materi, dan menuangkan hasil yang telah didapat dalam bentuk tulisan. Namun didapat dari data penunjang, jangka waktu yang dibutuhkan untuk menunda bertemu dengan dosen pembimbing, lebih lama daripada tiga kegiatan yang disebutkan sebelumnya.
Dari alat ukur PASS pula ditemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang berkorelasi secara signifikan dengan nilai Prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut ialah (tersusun berdasarkan besarnya korelasi) malas, sukar mengambil keputusan, aversi terhadap tugas, tidak asertif dan sulit menolak permintaan teman.
Sebagian dari hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum, yaitu prokrastinasi disebabkan oleh task aversiveness dan malas. Namun faktor lainnya yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum, fear of failure, tidak muncul sebagai faktor yang berkorelasi dengan nilai Prokrastinasi itu sendiri. Yang berkorelasi secara signifikan namun tidak dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum adalah sukar mengambil keputusan, tidak asertif, dan sulit menolak permintaan teman. Peneliti menduga bahwa alasan-alasan ini tergabung menjadi satu faktor tersendiri yang menyebabkan mahasiswa di Fakultas Psikologi Unpad melakukan prokrastinasi pada pengerjaan skripsi.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian sarjana
pada Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Skripsi ini tidak
akan selesai tanpa dukungan yang begitu besar baik moril maupun materil dari
berbagai pihak. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. H. Hendriati Agustiani, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, serta semua
perhatian dan kepercayaan.
2. Julian Armiwijaya, M. Psi selaku Dosen Pembahas seminar
proposal dan seminar hasil, yang telah meluangkan waktu dan
memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi
penyusunan skripsi ini.
3. Dien Fakhri Iqbal, S. Psi, Psych selaku Dosen Wali yang telah
memberi bimbingan, pengarahan, nasehat dan dorongan serta
kesabaran beliau kepada peneliti sejak peneliti menjadi mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
iv
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
yang telah memberikan pendidikan dan pengetahuan selama
peneliti menjalani perkuliahan.
5. Staf SBA, yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan
administrasi selama perkuliahan dan penyusunan skripsi terutama
dalam hal pembuatan Surat Keputusan (SK) seminar proposal dan
seminar hasil.
6. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2004. Terima kasih atas
kebersamaan, dukungan, dan masukan-masukannya selama ini.
7. Mahasiswa Fakultas Psikologi lainnya baik yang telah menjadi
responden saya dan yang belum sempat menjadi responden saya.
Data-data yang kalian berikan sungguh berarti.
Kepada mereka yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu dengan tanpa
mengurangi rasa hormat, terima kasih atas segala bantuan dan kebaikannya.
Akhir kata, peneliti memanjatkan doa, semoga pihak-pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan kepada peneliti selama melaksanakan hingga
selesainya skripsi ini, mendapat balasan yang lebih baik dari-Nya. Amin.
Jatinangor,
Egon Firman
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................ix
DAFTAR DIAGRAM..............................................................................................x
DAFTAR GRAFIK.................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.......................................................................6
1.4 Kegunaan Penelitian......................................................................................6
1.5 Kerangka Pemikiran......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11
2.1 Prokrastinasi.................................................................................................11
2.1.1 Prokrastinasi menurut pandangan Behaviour......................................12
2.1.2 Prokrastinasi menurut pandangan Cognitive Behaviour......................13
2.1.3 Penelitian Prokrastinasi Solomon dan Rothblum................................14
2.2 Mahasiswa..................................................................................................19
2.2.1 Mahasiswa dilihat dari Perkembangan Psikologis...............................19
2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan mahasiswa menurut Havighurst..............20
vi
2.3 Skripsi..........................................................................................................22
BAB III METODA PENELITIAN.........................................................................23
3.1 Rancangan penelitian...................................................................................23
3.2 Variabel penelitian.......................................................................................23
3.3 Kriteria Unit Survei.....................................................................................24
3.4 Alat Ukur.....................................................................................................24
3.4.1 PASS Bagian pertama..........................................................................25
3.4.2 PASS bagian kedua .............................................................................29
3.4.3 Cara penilaian......................................................................................32
3.4.4 Uji Coba alat Ukur...............................................................................32
3.4.4.1 Reliabilitas alat ukur.....................................................................33
3.4.4.2 Validitas alat ukur.........................................................................33
3.4.4.3 Analisis Item.................................................................................34
3.4.4.4 Perbaikan alat ukur.......................................................................35
3.5 Pengolahan Data..........................................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................39
4.1 Hasil.............................................................................................................39
4.2 Pembahasan.................................................................................................47
4.2.1 Gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa yang mengerjakan skripsi. 47
4.2.2 Variabel antecedent prokrastinasi........................................................50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................54
5.1 Simpulan......................................................................................................54
vii
5.2 Saran............................................................................................................55
5.2.1 Saran Teoretis.......................................................................................55
5.2.2 Saran Praktis........................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................57
LAMPIRAN...........................................................................................................58
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Penurunan alat ukur PASS bagian pertama...........................................28
Tabel 3.2: Penurunan alat ukur bagian 2................................................................30
Tabel 3.3: Reliabilitas Alat Ukur............................................................................33
Tabel 3.4: Hasil perhitungan korelasi.....................................................................34
Tabel 3.5: Korelasi item dengan total.....................................................................35
Tabel 4.1: Tabel Kategorisasi Nilai.......................................................................39
Tabel 4.2: Tabel frekuensi dari frekuensi melakukan prokrastinasi. .....................40
Tabel 4.3: Tabel frekuensi ke-bermasalah-an ....................................................41
Tabel 4.4: Tabel frekuensi jangka waktu yang dibutuhkan dalam penundaan.......42
Tabel 4.5: Variabel antecedent...............................................................................43
Tabel 4.6: Tabel Korelasi variabel antecedent dengan nilai Prokrastinasi.............46
Tabel 4.7: Tabel frekuensi jawaban alasan prokrastinasi.......................................46
ix
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1: Bagan Kerangka Pemikiran.................................................................10
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1:Grafik batang variabel antecedent pada mahasiswa yang memiliki
prokrastinasi dalam kategori rendah dan tinggi.....................................................44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil PASS Bagian 1
Hasil PASS Bagian 2
Hasil Data penunjang
Alat ukur Data penunjang
Alat ukur PASS 1
Alat ukur PASS 2
xii
1BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prokrastinasi adalah tindakan menunda yang tidak diperlukan, sampai
menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri seseorang (Solomon dan Rothblum,
1984). Kata tersebut dibentuk oleh dua kata latin yaitu pro yang bermakna
bergerak atau maju dan crastinus yang bermakna kepunyaan hari esok.
(Burka dan Yuen, 2008) Keduanya menjadi satu sehingga memiliki arti menjadi
pengerjaan pada esok hari.
Prokrastinasi atau penundaan tersebut dapat terjadi pada tiap pekerjaan,
namun banyak peneliti yang meneliti prokrastinasi yang dilakukan pada bidang
akademik khususnya pada tingkatan pendidikan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya simpulan mengenai prokrastinasi yang ditujukan pada mahasiswa
(Ferrari, Johnson dan McCown, 1995; Burka dan Yuen 2008; dan Oktoga 2006).
Beberapa ahli juga menyatakan menunda tugas sampai pada tahap mengalami
kecemasan adalah hal yang wajar terjadi pada mahasiswa (Burka dan Yuen 1983
dalam Solomon, Rothblum dan Murakami 1986). Tentunya prokrastinasi yang
dikemukakan oleh para ahli di atas perlu dibedakan dengan prokrastinasi yang
dilakukan pada pekerjaan lain. Untuk itu prokrastinasi yang dilakukan pada
bidang akademik bisa disebut sebagai Academic Procrastination.
1
2Banyaknya penelitian mengenai prokrastinasi akademik ini mungkin
dikarenakan penundaan tugas-tugas yang dilakukan oleh para mahasiswa sangat
jelas terlihat. Menurut pengamatan peneliti, di Fakultas Psikologi Unpad
penundaan tugas-tugas akademik yang dilakukan pada mahasiswa sudah menjadi
hal wajar yang tidak dianggap sebagai masalah lagi. Tapi, terdapat satu tugas yang
banyak ditunda dan menimbulkan kecemasan pada orang-orang yang
menundanya. Tugas tersebut adalah pengerjaan skripsi.
Tentunya hal ini cukup menarik, karena di fakultas tempat orang yang
mempelajari tingkah laku, prokrastinasi masih saja terjadi. Ini berarti intervensi
kepada mahasiswa yang melakukan prokrastinasi belum saja cukup efektif.
Sehingga ada baiknya apabila dilakukan penelitian di fakultas psikologi, di mana
para mahasiswanya dianggap lebih mengerti tentang ilmu tingkah laku dan lebih
peka terhadap perasaannya.
Dari hasil wawancara dengan seorang dosen Fakultas Psikologi Unpad
pada tahun 2010 bahwa cukup banyak mahasiswa yang lama mengerjakan
skripsi. Akibatnya mereka jadi terlambat untuk lulus tepat waktu, atau bahkan
akhirnya terbengkalai akibat bosan. Bahkan sampai ada yang akhirnya terpaksa
mengundurkan diri sebagai mahasiswa.
Dari lapangan peneliti mendapatkan fakta berupa masih terdapat 20 orang
atau lebih dari 20% mahasiswa angkatan 2004 Fakultas Psikologi Unpad pada
semester ke-12 masih mengerjakan skripsi. Apabila mengikuti waktu studi
seharusnya mereka mulai mengerjakan usulan penelitian pada semester ke-8 atau
3ke-9. Empat semester ini tentunya berada di atas jangka waktu yang diberikan
untuk menyelesaikan skripsi, yaitu maksimal dua semester (Zulrizka Iskandar dan
Hendriati Agustiani, 2005).
Tentunya pengerjaan skripsi yang lama ini merupakan masalah yang cukup
serius. Karena semakin lama seseorang menunda mengerjakan skripsi, maka akan
semakin lama masa studi yang dibutuhkan orang itu untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan. Semakin lama seseorang menempuh jenjang pendidikan di perguruan
tinggi, maka akan semakin banyak pula biaya yang dibutuhkan. Ganjar Kurnia
(Rektor UNPAD) menyatakan dana yang dihimpun dari mahasiswa hanya cukup
untuk menutupi 30% dan total biaya operasional pendidikan di UNPAD.
Sedangkan sisanya sebesar 35% di antaranya dari subsidi pemerintah dan 35%
dan 35% dari kerja sama dengan pihak ketiga. Maka, semakin lama seorang
mahasiswa mengikuti jenjang pendidikan, semakin besar pula subsidi pemerintah.
Dengan semakin besarnya subsidi pemerintah yang dipakai, maka akan semakin
besar pula uang rakyat yang dihamburkan.
Peneliti pun kemudian melakukan wawancara terhadap beberapa
mahasiswa yang melakukan penundaan. Berdasarkan hasil wawancara informal
terhadap empat Mahasiswa Fakultas Psikologi (2010), mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi, semuanya menyatakan bahwa mereka malas untuk
mengerjakan skripsi. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa mereka
sebenarnya dapat mengerjakan dengan baik, namun berbagai alasan dikemukakan
untuk menunda tugasnya. Ketika ditanya lebih lanjut mengapa mereka malas,
4mereka mengajukan beberapa pendapat lain seperti takut dengan dosen
pembimbing, ada hal penting lain yang harus dikerjakan, susah cari teori.
Ada pula yang kehilangan semangat akibat harus me-revisi (memperbaiki) skripsi.
Kemudian mereka memilih untuk tidak bertemu sebelum menghasilkan yang
terbaik. Tapi mereka tidak pernah berhasil untuk menghasilkan yang terbaik dan
pada akhirnya kehabisan tenaga untuk bekerja kembali.
Menurut Solomon & Rothblum (1984) disebabkan oleh dua faktor utama
yaitu fear of failure, aversive of the task. Fear of Failure atau motif menolak
kegagalan adalah suatu kecenderungan rasa bersalah yang dialami karena tidak
dapat menggapai suatu tujuan. Rasa bersalah ini akibat dari harapan yang begitu
tinggi pada standar prestasi atau ekspektasi diri (perfeksionis). Kecemasan yang
tinggi akan timbul akibat dari adanya rasa takut gagal dalam usaha untuk
mencapai standar tersebut. Pada umumnya para kaum psikologi klinis mengklaim
bahwa perfeksionis adalah syarat utama bagi berkembangnya tingkah laku
prokrastinasi (Burka & Yuen; Ellis & Knaus, 1977, dalam Joseph Ferrari, J.
Johnson & W. McCown, 1995).
Faktor tidak menyukai tugas (aversive of the task). Berhubungan dengan
perasaan negatif terhadap tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Hal ini mencakup
adanya perasaan dibebani tugas yang terlalu berlebihan, ketidakpuasan, dan tidak
senang melaksanakan tugas yang diberikan. Rasa tidak suka pada tugas antara lain
karena tidak dirasakan-nya imbalan (reward) secara langsung atau tidak langsung,
nilai penguatan nya (reinforcement) tidak dirasakan memadai. Pada tugas yang
5mudah dan sederhana, prokrastinator tidak merasa tertantang untuk segera
mengerjakan. Imbalan yang diberikan terhadap pelakunya menjadi tidak berarti.
Begitu pula halnya, bila tugas merupakan aktivitas rutin, monoton, dan
membosankan membuat mereka tidak menyukai mengerjakannya. Para
prokrastinator akan lebih memilih melakukan aktivitas yang menyenangkan yang
memberi kepuasan atau penguatan yang berarti.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap seorang alumni fakultas
psikologi Unpad, faktor-faktor tersebut, sebenarnya juga dialami oleh mereka
yang lulus dengan cepat. Dengan kata lain tidak melakukan prokrastinasi
berlebihan. Hal tersebut bahkan menjadi salah satu pendorong bagi dia untuk
melaksanakan tugas dengan efisien dan secepatnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Skripsi dalam akademik merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh
mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad. Namun cukup banyak mahasiswa yang
memiliki kesulitan dalam menyelesaikannya. Ini dapat dibuktikan dari jangka
waktu yang dibutuhkan oleh para mahasiswa lebih lama dari pada seharusnya.
Beberapa staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Psikologi Unpad juga
menyatakan banyak mahasiswa yang lama dalam menyelesaikan skripsi mereka.
Pada wawancara awal, semua mahasiswa yang memerlukan jangka waktu
yang lebih dari dua semester untuk mengerjakan skripsi menyatakan mereka
malas mengerjakan skripsi. Namun kebanyakan ahli tidak meneliti malas secara
6langsung. Namun, peneliti melihat bahwa dalam pengerjaan skripsi tersebut
terjadi prokrastinasi.
Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengadakan pertanyaan penelitian
Bagaimana gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Unpad yang sedang mengerjakan skripsi?
Apa yang menjadi penyebab terjadinya prokrastinasi mengerjakan skripsi
pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini ialah untuk memperoleh data empirik mengenai
prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang
mengerjakan skripsi.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang
mengerjakan skripsi.
1.4 Kegunaan Penelitian
Bagi ilmu psikologi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan
dan sumbangan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan prokrastinasi.
Bagi mahasiswa yang melakukan prokrastinasi, hasil penelitian
diharapkan dapat digunakan untuk lebih mengenal dirinya dan mulai melakukan
intervensi terhadap diri sendiri.
7Bagi pihak universitas maupun fakultas yang terkait, data yang diperoleh
dapat menjadi informasi mengenai intervensi yang tepat bagi mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan skripsi.
1.5 Kerangka Pemikiran
Untuk keperluan penelitian academic procrastination didefinisikan sebagai
sebagai kecenderungan (self-reported) untuk (a) selalu atau hampir selalu
menunda tugas-tugas akademik (b) selalu atau hampir selalu mengalami tingkat
kecemasan yang bermasalah yang diasosiasikan dengan tingkah laku menunda itu.
(Rothblum, Beswick dan Mann, 1984 dalam Rothblum, Solomon dan Murakami,
1986). Dari definisi ini, prokrastinasi tidak dilihat sebagai tingkah laku, tapi
kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil belajar tingkah laku
sebelumnya. Ini berbeda dengan definisi prokrastinasi secara umum yang juga
dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum. Walaupun peneliti menggunakan
definisi ini sebagai definisi operasional, peneliti memilih untuk menempatkan
prokrastinasi itu sendiri sebagai tingkah laku atau response yang disebabkan oleh
adanya stimulus.
Terdapat dua hal yang diambil dari definisi academic procrastination
dalam mencoba mengukur prokrastinasi. Yang pertama ialah kecenderungan selalu
menunda tugas akademik, dan yang kedua ialah kecenderungan untuk selalu
merasa cemas. Kedua hal tersebut dipakai dalam Procrastination Assessment
Scale for Student (PASS) bagian pertama, dalam usaha mengukur tingkat
8Prokrastinasi pada mahasiswa. Kedua hal tersebut diukur pada setiap 6 bidang
akademik yang dirumuskan oleh Solomon dan Rothblum.
Peneliti pun kemudian melakukan observasi secara tidak terstruktur
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pembuatan skripsi. Kegiatan
yang paling sering peneliti lihat ialah membaca dan mentik, dan bertemu dengan
dosen pembimbing. Kegiatan lainnya yang tidak berkaitan langsung dengan
mengurus skripsi namun tetap berkaitan ialah mengurus surat-surat administrasi.
Hasil observasi peneliti digunakan untuk menggantikan 6 bidang akademik
yang dirumuskan oleh Solomon dan Rothblum. Hal ini dilakukan agar alat ukur
ini dapat mengukur hal yang lebih spesifik yaitu prokrastinasi pada pada bidang
skripsi. Kegiatan-kegiatan yang peneliti rumuskan ialah:
1. membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan
dengan skripsi
2. menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.
3. bertemu dengan dosen pembimbing
4. mengurus surat-surat yang dibutuhkan
Kemudian melalui PASS bagian ke dua, Solomon dan Rothblum mencoba
untuk mencari alasan mengapa seorang siswa melakukan prokrastinasi. Untuk itu
Solomon dan Rothblum menurunkan 13 variabel antecedent yang didapat dari
pilot study. Ke 13 variabel tersebut adalah:
1. evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi)
2. perfectionism (perfeksionis)
93. difficulty making decision (sukar membuat keputusan)
4. dependency and help seeking (tidak mandiri dan perlu bantuan)
5. aversiveness of the task and low frustration tolerance (aversi
kepada tugas)
6. lack of self confidence (kurang percaya diri)
7. laziness(malas)
8. lack of assertion (tidak asertif)
9. fear of success(takut berhasil)
10. tendency to feel overwhelmed and poorly manage time (tidak dapat
mengatur waktu dan beban)
11. rebellion against control (sikap pemberontakan)
12. risk taking (suka pada resiko tinggi)
13. peer influence (pengaruh teman sebaya)
Setiap variabel tersebut diturunkan menjadi item-item yang menanyakan
apakah variabel tersebut menjadi penyebab seseorang menunda.
Dari penelitian itu, Solomon dan Rothblum menyatakan bahwa
Prokrastinasi setidaknya disebabkan oleh dua faktor yaitu fear of failure dan task
aversiveness. Ini adalah dua variabel yang berdiri sendiri dan independen satu
dengan yang lainnya. Dua faktor itu didapatkan dari hasil analisis faktor terhadap
13 variabel.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, 13 variabel antecedent
merupakan hasil pilot study. Dalam pilot study ini para mahasiswa psikologi
10
diberikan pertanyaan terbuka mengenai mengapa mereka melakukan
prokrastinasi. Semua jawaban dikumpulkan dan dikelompokkan.
Dalam penelitian ini, jawaban terhadap item-item yang mengukur ke-13
variabel antecedent ditempatkan sebagai proses kognitif dalam menghadapi
stimulus atau faktor-faktor dalam diri yang menjadi penyebab prokrastinasi.
Dengan kata lain variabel-variabel antecedent baik yang berasal dari luar maupun
dari dalam diri individu, tidak dianggap sebagai stimulus. Tetapi lebih proses
kognitif dalam diri individu.
Frekuensi melakukan penundaan
Ke- bermasalah
an dalam penundaan
Prokrastinasi
Fear of Failure1. evaluation anxiety 2. perfectionism 3. lack of self confidence
membaca
menulis
Bertemu dosen pembimbing
mengurus surat-surat
Di ukur melaluiDalam kegiatan
Aversiveness of the task4. aversiveness of the
task and low frustration tolerance
5. laziness
6. difficulty making decision
7. dependency and help seeking
8. lack of assertion 9. fear of success10. tendency to feel
overwhelmed and poorly manage time
11. rebellion against control
12. risk taking 13. peer influence
Sti
mulus
Organisme
Respon
Diagram 1: Bagan Kerangka Pemikiran
2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prokrastinasi
Prokrastinasi merupakan masalah yang kompleks dan dialami oleh
masyarakat baik pada orang kebanyakan maupun dalam lingkungan akademis
(Ferrari, Johnson & McCown, 1995).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Birner (1993) dikenali bahwa
prokrastinator memiliki keraguan dan ketidakpastian dalam menentukan sikap dan
perilaku. Pada umumnya prokrastinator mengalami kepribadian yang kurang
matang dan memiliki kesadaran diri yang tidak merata. Kondisi ini memaksa
prokrastinator untuk mempertahankan diri dari impuls yang mendesak.
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu procratinare,
merupakan gabungan dua kata pro, awalan yang berarti mendorong maju atau
bergerak maju dan kata cratinus yang berarti kepunyaan hari esok, jika
digabungkan artinya menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya
(DeSimone, 1993 dalam Ferrari, Konsonan & McCown, 1995). Orang mesir kuno
mengartikan prokrastinasi ke dalam dua arti, yaitu suatu kebiasaan berguna untuk
menghindari pekerjaan yang tidak penting dan usaha impulsive, juga berarti
kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas
yang penting untuk nafkah hidup, seperti mengerjakan ladang ketika waktu
menanam tiba.
11
12
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
definisi prokrastinasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown & Holzman
(1976 dalam Ferrari dkk, 1995) yang menunjuk pada suatu bentuk kecenderungan
menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Ellis & Knaus (1977
dalam Ferrari dkk, 1995) memandang prokrastinasi berdasarkan gambaran kondisi
yang memulai atau menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas berkaitan dengan
waktu yang terbatas. Prokrastinasi bukan hanya kecenderungan semata-mata,
melainkan sebagai sebuah respons yang jelas ditujukan untuk mengantisipasi
tugas-tugas yang tidak disukai, tidak memadainya penguatan, atau hambatan
kinerja yang didasarkan pada keyakinan yang tidak rasional. Komponen waktu
juga merupakan unsur utama yang membentuk konsep prokrastinasi.
2.1.1 Prokrastinasi menurut pandangan Behaviour
Prokrastinasi dapat dilihat dari sudut pandang Psikoanalisa, Psikodinamika
dan Behaviorisme. Namun, penelitian paling banyak saat ini masih dari
Behaviorisme (Ferrari, Johnson dan McCown, 1995).
Para Behavioris, pada umumnya membahas prokrastinasi dengan
menggunakan teori reinforcement. Pada dasarnya para behavioris melihat
prokrastinasi itu adalah tindakan yang diperoleh dari hasil belajar, yang terus
menerus.
Apabila dihubungkan dengan pengerjaan skripsi penjelasannya akan
menjadi seperti ini. Mahasiswa akan mendapat stimulus berupa tuntutan
13
pengerjaan skripsi. Kemudian mahasiswa, akan bertingkah laku berbeda-beda
sesuai dengan keadaannya saat itu. Pada saat mengerjakan, hal yang pada
umumnya didapatkan oleh mahasiswa adalah ketidak-senangan. Ini sesuai dengan
apa yang ditemukan oleh Solomon dan Rothblum (1984) bahwa faktor
Aversiveness of the task, atau ketidak-sukaan terhadap tugas menjadi salah satu
faktor utama mengapa mahasiswa prokrastinasi. Dan ketika mahasiswa
melakukan kegiatan-kegiatan yang lain yang lebih menyenangkan, mahasiswa
mendapatkan reinforcement positif yang membuat dia melakukan tindakan itu
kembali. Akhirnya apabila seseorang mahasiswa mendapat tuntutan pengerjaan
skripsi, maka mahasiswa akan cenderung untuk mengerjakan hal lain yang lebih
menyenangkan dan mendapat reward setelahnya.
2.1.2 Prokrastinasi menurut pandangan Cognitive Behaviour
Yang pertama kali mempopulerkan penjelasan prokrastinasi menggunakan
cognitive-behavioral adalah Ellis dan Knaus (Ferrari, Johnson dan McCown,
1995). Mereka menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan prokrastinasi
biasanya memiliki ketakutan yang irasional dan self-criticism. Salah satu yang
mendukung hal ini juga berasal dari penelitian Solomon dan Rothblum pada tahun
1994. Mereka menyatakan bahwa fear of failure menjadi salah satu penyebab dari
seseorang melakukan Prokrastinasi. Mahasiswa menghindari mengerjakan tugas
yang mereka anggap tidak dapat diselesaikan dengan baik. Sayangnya tidak ada
usaha untuk mengukur apakah belief pada mahasiswa itu benar.
14
Pernyataan diri atau self-statements, pun menjadi salah satu kognisi yang
sering diasosiasikan dengan prokrastinasi. Greco (1985 dalam Ferrari, Johnson
dan McCown) menyatakan bahwa prokrastinator sering melakukan self-talk yang
negatif, terutama di dalam membuat alasan.
2.1.3 Penelitian Prokrastinasi Solomon dan Rothblum
Solomon dan Rothblum menyatakan prokrastinasi sebagai the act of
needlessly delaying task to the point of experiencing subjective discomfort
(Solomon dan Rothblum, 1984). Definisi ini diterjemahkan oleh peneliti menjadi,
tindakan menunda yang tidak diperlukan sampai menimbulkan rasa tidak nyaman
pada diri subjek. Terdapat dua hal yang dapat peneliti ambil. Yang pertama ialah
delaying task (menunda tugas) dan experiencing subjective discomfort (merasa
tidak nyaman pada diri Subjek). Jadi prokrastinasi menurut Solomon dan
Rothblum prokrastinasi tidak hanya sekedar tingkah laku menunda saja, tapi juga
mencakup pengalaman seseorang dalam merasa tidak nyaman.
Untuk keperluan penelitian, Rothblum menyatakan academic
procrastination sebagai kecenderungan (self-reported) untuk (a) selalu atau
hampir selalu menunda tugas-tugas akademik (b) selalu atau hampir selalu
mengalami tingkat kecemasan yang bermasalah yang diasosiasikan dengan
tingkah laku menunda itu. (Rothblum, Beswick dan Mann, 1984 dalam Rothblum,
Solomon dan Murakami, 1986). Ini tampaknya menjadi Definisi Operasional,
yang diturunkan untuk menjadi alat ukur. Dari sini tampak terlihat bahwa yang
15
menarik bagi Solomon dan Rothblum ialah penundaan tugas yang juga berkaitan
dengan rasa cemas.
Dua hal ini (tindakan menunda dan cemas) diaplikasikan dalam alat ukur
yang juga dibuat oleh mereka yaitu Procrastination Assessment Scale for Student
(PASS) pada tahun 1984. Terdapat tiga tujuan mengapa alat ukur ini dibuat
(Solomon dan Rothblum, 1984). Tujuan dari dibuat alat ukur ini ialah untuk:
1. meng-assess secara umum prokrastinasi akademik yang terjadi pada
mahasiswa,
2. memeriksa alasan mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik.
3. untuk membandingkan prokrastinasi yang dilaporkan oleh subjek (self-
reported) dengan pengukuran prokrastinasi melalui tingkah laku, dan
tes self-reported yang lain (anxiety test, study habit)
PASS terdiri dari dua bagian. Bagian pertama untuk memenuhi tujuan yang
pertama. Maka dibuatlah item yang menanyakan mengenai kecenderungan untuk
sering melakukan penundaan dan kecenderungan untuk mengalami kecemasan
yang diasosiasikan dengan prokrastinasi. Kedua kecenderungan ini dilihat
dalam 6 lingkup akademik yaitu:
1. menulis makalah,
2. belajar untuk ujian,
3. mengerjakan tugas mingguan,
4. melaksanakan tugas administratif,
5. datang dalam pertemuan dan
16
6. melakukan tugas akademik secara umum.
Kemudian di bagian kedua mengenai alasan mengapa seseorang
melakukan prokrastinasi. Ini dibuat untuk memenuhi tujuan ke 2 dari dibentuknya
PASS. Untuk itu Solomon dan Rothblum mengadakan pilot study mengenai alasan
mengapa seseorang melakukan prokrastinasi. Pada pilot study mahasiswa
diberikan pertanyaan terbuka. Hasil jawaban dari mahasiswa kemudian
dikumpulkan dan dikategorikan menjadi 13 variabel yang terdiri dari:
1. kecemasan dievaluasi,
2. kurangnya kepercayaan diri,
3. sulit mengambil keputusan,
4. ketidak-sukaan terhadap tugas dan rendahnya toleransi kepada
frustrasi
5. kurangnya kepercayaan diri,
6. malas,
7. kurangnya rasa setuju,
8. fear of success,
9. kecenderungan untuk merasa hebat dan kurang bisanya mengatur
waktu,
10. pemberontakan terhadap kontrol,
11. mengambil resiko,
12. pengaruh teman sebaya .
17
Alat tes itu di uji cobakan kepada 342 mahasiswa fakultas psikologi yang
belum lulus. Dari 342 data tersebut, 51 subjek tidak dipakai karena terdapat
kesalahan dalam penulisan no Identitas.
Pada penelitian Solomon dan Rothblum, dinyatakan bahwa sebanyak 46%
menunda pada tugas menulis makalah, 27,6% pada belajar untuk ujian, dan 30,1%
pada tugas membaca mingguan. Sedangkan pada responden yang menunda pada
tugas administrasi sebanyak 10,6%. Pada kedatangan sebanyak 23%, dan aktivitas
umum sebanyak 10,2%.
Dan kemudian hasil tersebut dianalisis. Hasil faktor analisis tersebut ialah
faktor terbesar ialah 49.5% yang berkaitan dengan fear of failure atau takut gagal.
Dan faktor kedua ialah task aversiveness dan kemalasan yang bernilai 18%. Selain
dua faktor tersebut, tidak ada faktor lain yang nilainya lebih besar dari 1,50%.
Yang termasuk ke dalam faktor fear of failure ialah:
1. evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi)
2. perfectionism (perfeksionis)
3. lack of self confidence (kurang percaya diri)
Dan yang masuk ke dalam faktor ke task aversiveness ialah:
1. aversiveness of the task (aversi terhadap tugas)
2. laziness (malas)
Dari sini Solomon dan Rothblum menyatakan bahwa Prokrastinasi
setidaknya dibentuk oleh dua hal yaitu fear of failure dan Task Aversiveness. Ini
adalah dua variabel yang berdiri sendiri dan independen satu dengan yang lainnya.
18
Fear of Failure adalah suatu kecenderungan rasa bersalah yang dialami
karena tidak dapat menggapai suatu tujuan. Rasa bersalah ini akibat dari harapan
yang begitu tinggi pada standar prestasi atau ekspektasi diri (perfeksionis).
Kecemasan yang tinggi akan timbul akibat dari adanya rasa takut gagal dalam
usaha untuk mencapai standar tersebut. Pada umumnya para kaum psikologi klinis
mengklaim bahwa perfeksionis adalah syarat utama bagi berkembangnya tingkah
laku prokrastinasi (Burka & Yuen; Ellis & Knaus, 1977, dalam Joseph Ferrari, J.
Johnson & W. McCown, 1995).
Sedangkan aversive of the task berhubungan dengan perasaan negatif
terhadap tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Hal ini mencakup adanya perasaan
dibebani tugas yang terlalu berlebihan, ketidakpuasan, dan tidak senang
melaksanakan tugas yang diberikan. Rasa tidak suka pada tugas antara lain karena
tidak dirasakannya imbalan (reward) secara langsung atau tidak langsung, nilai
penguatan nya (reinforcement) tidak dirasakan memadai. Pada tugas yang mudah
dan sederhana, prokrastinator tidak merasa tertantang untuk segera mengerjakan.
Imbalan yang diberikan terhadap pelakunya menjadi tidak berarti. Begitu pula
halnya, bila tugas merupakan aktivitas rutin, monoton, dan membosankan
membuat mereka tidak menyukai mengerjakannya. Para prokrastinator akan lebih
memilih melakukan aktivitas yang menyenangkan yang memberi kepuasan atau
penguatan yang berarti.
Solomon dan Rothblum juga menemukan terdapat korelasi positif yang
signifikan antara nilai prokrastinasi dengan beberapa faktor klinis seperti depresi,
19
trait anxiety dan pikiran irasional. Nilai prokrastinasi juga berkorelasi negatif
dengan self-esteem. Semua ini menunjukkan bahwa prokrastinasi bukan hanya
masalah kemampuan belajar, tetapi juga di dalamnya termasuk komponen afektif
dan kognitif.
2.2 Mahasiswa
Menurut peraturan pemerintah (PP no. 60 tahun 1999) yang dimaksud
dengan mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan
tinggi tertentu. Apabila dilihat dari KBBI mahasiswa adalah orang yang belajar di
perguruan tinggi (KBBI). Fokus penekanan pada mahasiswa dilihat dari perannya
sebagai peserta didik. Namun tentunya mahasiswa juga manusia yang tidak bisa
dilepaskan dari karakteristik manusia lainnya.
2.2.1 Mahasiswa dilihat dari Perkembangan Psikologis
Pada Fakultas Psikologi Unpad, sebagian besar mahasiswa masuk ke
perguruan tinggi pada umur 17 atau 18 tahun. Kemudian sebagian besar
mengambil skripsi di semester 7 atau 8 atau tahun ketiga dari masa studi.
Sehingga mereka mulai mengambil skripsi pada umur 20 atau 21 tahun.
Adanya batas studi pengerjaan skripsi selama 14 semester (yang mulai
diberlakukan untuk angkatan 2003), menyebabkan mahasiswa tersebut harus
mengundurkan diri apabila skripsi tersebut belum selesai. Apabila dilihat dari
20
umurnya maka batas sebagian besar usia mahasiswa sebelum terpaksa
mengundurkan diri ialah 24 sampai 25 tahun.
Menurut Hurlock (1980) seorang individu yang mempunyai rentang umur
antara 18-40 tahun termasuk dalam periode dewasa awal. Santrock (1999)
mengatakan bahwa masa dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi
secara fisik (physically transition), transisi intelektual (cognition transition) serta
transisi peran sosial (social role transition).
Transisi di atas menyebabkan mahasiswa sebagai individu yang berada
pada tahap dewasa awal harus menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya dan
lingkungan. Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini sebagai periode yang sulit
dan khusus dari rentang hidup seseorang (Marini, 1978, dalam Hurlock, 1980).
Hal ini disebabkan karena sebagian besar remaja mempunyai orang tua, guru,
teman atau orang-orang yang lain yang bersedia menolong mereka mengadakan
penyesuaian diri. Namun sebagai individu yang dewasa, mahasiswa diharapkan
dapat mengadakan penyesuaian diri secara mandiri.
2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan mahasiswa menurut Havighurst
Havighurst menyatakan bahwa setiap manusia melewati 6 tahap
perkembangan yang dipisahkan berdasarkan umur seseorang. Setiap tahap
perkembangan tersebut terdapat tugas-tugas yang harus dipenuhi oleh seorang
manusia. Keenam tahap itu ialah:
Infancy & early childhood (dari lahir sampai 6 tahun)
21
Middle childhood (6 13 tahun)
Adolescence (13 18 tahun)
Early Adulthood (19 30 tahun)
Middle Age (30 60 tahun)
Later maturity (di atas 60 tahun)
Umur mahasiswa yang mengerjakan skripsi (20 sampai dengan 25 tahun)
jatuh pada tahap perkembangan early adulthood atau dewasa awal. Tugas-tugas
perkembangan dari tahap tersebut adalah:
1. mencapai hubungan baru dan lebih dewasa dengan orang lain yang
seusia,
2. mencapai pilihan peran maskulin atau feminim, menerima fisik diri
sendiri dan menggunakan badan secara efektif.
3. mencapai kebebasan emosional baik dari orang tua maupun dari
orang dewasa lainnya,
4. mempersiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga,
5. mengambil atau memakai satu set sistem nilai dan etika untuk
menuntun tingkah laku,
6. menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung-jawab
secara sosial,
7. memilih pekerjaan.
22
Havighurst (1961 dalam Hurlock, 1980) berpendapat bahwa institusi
pendidikan mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu
individu dalam mencapai tugas perkembangannya.
2.3 Skripsi
Skripsi adalah suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil
penelitian yang membahas suatu masalah dalam bidang ilmu tertentu dengan
menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu itu.
Tujuan mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
adalah untuk membuat mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya
ilmiah sesuai dengan bidang ilmu yang ditempuhnya berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa sendiri.
Batas waktu pelaksanaan mata kuliah skripsi adalah 1 (satu) Semester.
Apabila dalam jangka waktu satu Semester mahasiswa belum dapat
menyelesaikan skripsinya maka waktu pelaksanaan mata kuliah skripsi dapat
diperpanjang dalam waktu maksimal satu Semester lagi. Mahasiswa yang
memperpanjang mata kuliah skripsi tersebut akan diberikan nilai K. Perpanjangan
tersebut dapat dilakukan apabila mahasiswa sudah melaksanakan Seminar Usulan
Penelitian yang dibuktikan dengan berita acara dan Daftar Hadir Seminar Hasil
Usulan Penelitian.
3BAB III
METODA PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah rancangan non-
eksperimental dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Pendekatan
penelitian deskripsi adalah teknik yang digunakan untuk menghasilkan deskripsi
atau gambaran dari sebuah situasi, kejadian atau sekumpulan kejadian.
(Christensen 1997)
Adapun metode yang dipakai ialah metode survei. Yaitu studi lapangan
yang digunakan untuk mengambil data dalam sebuah suatu keadaan (Christensen,
1997). Metode survei ini dipilih karena penelitian ini bersifat mencari tahu apa
saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prokrastinasi.
3.2 Variabel penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu prokrastinasi akademik
mengerjakan skripsi. Prokrastinasi sendiri didefinisikan sebagai tindakan menunda
yang tidak diperlukan sampai menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri subjek.
Sedangkan untuk Prokrastinasi Akademik, digunakan definisi operasional yang
dirumuskan oleh Rothblum. Definisi operasional Prokrastinasi Akademik ialah
kecenderungan (self-reported) untuk (a) selalu atau hampir selalu menunda tugas-
tugas akademik (b) selalu atau hampir selalu mengalami tingkat kecemasan yang
23
24
bermasalah yang diasosiasikan dengan tingkah laku menunda itu. (Rothblum,
Beswick dan Mann, 1984 dalam Rothblum, Solomon dan Murakami, 1986).
3.3 Kriteria Unit Survei
Partisipan yang akan menjadi unit Survei adalah mahasiswa yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
1. Mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2004, 2005,
2006 dan 2007.
2. Sedang mengerjakan skripsi. Dikarenakan pengambilan data
dilakukan pada akhir semester (bulan Juni dan Juli), maka
diasumsikan mahasiswa yang baru mengambil skripsi telah
melalui masa mengerjakan skripsi selama 5 bulan. Hal ini
dianggap cukup oleh peneliti untuk melihat seseorang telah
melakukan penundaan atau belum.
3.4 Alat Ukur
Alat ukur yang dipakai adalah PASS yang disesuaikan. Dibuat oleh
Solomon dan Rothblum. Alat ukur ini terdiri dari dua bagian. PASS bagian
pertama dan PASS bagian kedua.
25
3.4.1 PASS Bagian pertama
Pada bagian pertama mereka membuat kegiatan prokrastinasi akademik
dalam 6 bidang yang mungkin dilakukan oleh seorang siswa atau mahasiswa. 6
bidang ini dalam bidang akademik, dirasakan kurang sesuai apabila digunakan
untuk mengukur prokrastinasi pada skripsi.
Dari hasil observasi, peneliti merumuskan empat kegiatan yang dilakukan
dalam mengerjakan skripsi. Ke-empat kegiatan itu disusun dengan syarat
dimungkinkan terjadi prokrastinasi dalam kegiatan tersebut. empat kegiatan itu
ialah:
1. membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan
dengan skripsi
2. menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.
3. bertemu dengan dosen pembimbing
4. mengurus surat-surat yang dibutuhkan
Dalam PASS setiap bidang akademik diturunkan menjadi dua item
pertanyaan sesuai dengan dimensi yang diukur dalam PASS. Dua dimensi tersebut
ialah mengenai frekuensi responden dalam melakukan prokrastinasi di bidang
yang bersangkutan, sedangkan pada dimensi kedua mengenai seberapa
bermasalah penundaan di bidang akademik tersebut. Dimensi kedua ini ditujukan
untuk melihat rasa ke-"bermasalah"-an terhadap penundaan tersebut. Karena
menurut Solomon dan Rothblum, dalam prokrastinasi terdapat anxiety.
26
Peneliti menurunkan kegiatan-kegiatan yang telah diobservasi menjadi
item-item pertanyaan sesuai seperti dalam alat ukur PASS. Kemudian peneliti
menambahkan satu pertanyaan terbuka yang menanyakan tugas lainnya, yang
berupa pertanyaan terbuka. Hal ini ditujukan untuk menjaring kegiatan-kegiatan
yang mungkin terlewat oleh peneliti.
Sebagai data tambahan, peneliti juga menambahkan pertanyaan mengenai
jangka waktu penundaan yang dilalui sebelum mengerjakan kegiatan-kegiatan di
atas. Hal ini dilakukan karena kegiatan prokrastinasi sering dihubungkan dengan
lamanya jangka waktu yang dibutuhkan.
Untuk jawabannya, pada dimensi pertama Subjek akan diminta untuk
memilih antara 5 pilihan skala Likert, yang terbentuk dari tidak pernah
melakukan, sampai dengan selalu melakukan. Pada dimensi kedua jawaban akan
berkisar dari menunjukkan tidak bermasalah sama sekali, sampai dengan sangat
bermasalah. Untuk lebih jelasnya pilihan jawaban dapat dilihat sebagai berikut:
1 = tidak pernah melakukan penundaan pada kegiatan tersebut,
2 = jarang melakukan penundaan pada kegiatan tersebut,
3 = ragu-ragu,
4 = sering melakukan penundaan pada kegiatan tersebut,
5 = selalu melakukan penundaan pada kegiatan tersebut
Sedangkan pada dimensi kedua sebagai berikut:
1 = tidak bermasalah
2 = sedikit bermasalah
27
3 = ragu-ragu,
4 = bermasalah
5 = sangat bermasalah
Penurunan item-item tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1: Penurunan alat ukur PASS bagian pertamaDimensi Kegiatan dalam
pengerjaan skripsiItem-item
Frekuensi membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi
Seberapa sering anda menunda untuk membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi
DO: Frekuensi tingkah laku (menurut persepsi responden) menunda dalam pengerjaan tugas-tugas pembuatan skripsi
Seberapa sering anda menunda untuk menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.
Seberapa sering anda menunda untuk bertemu dengan dosen pembimbing
Seberapa sering anda menunda untuk mengurus surat-surat yang dibutuhkan
menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.
Apakah ada tugas lain yang anda tunda? Sebutkan. Seberapa sering anda menunda hal tersebut.
Ke-bermasalah-an Apakah penundaan dalam membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi menjadi masalah bagi anda?
DO:kecemasan yang diukur melalui persepsi responden terhadap seberapa bermasalah-nya penundaan itu terjadi
Apakah penundaan dalam menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan menjadi masalah bagi anda?
bertemu dengan dosen pembimbing
Apakah penundaan dalam bertemu dengan dosen pembimbing menjadi masalah bagi anda?
Apakah penundaan dalam mengurus surat-surat yang dibutuhkan menjadi masalah bagi anda?
Apakah penundaan dalam tugas lainnya (yang anda sebutkan di atas) menjadi masalah bagi anda?
Lamanya waktu (data penunjang)
mengurus surat-surat yang dibutuhkan
Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi?
DO: Lamanya waktu penundaan yang dilakukan oleh responden
Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.?
Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum bertemu dengan dosen pembimbing?
tugas lainnya Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum mengurus surat-surat yang dibutuhkan?
Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum tugas-tugas lain yang anda sebutkan di atas?
29
3.4.2 PASS bagian kedua
Pada PASS bagian kedua, Solomon dan Rothblum mencari penyebab-
penyebab (antecedent) umum mengapa seseorang melakukan prokrastinasi
akademik. Antecedent itu didapat dari sebuah pilot study terhadap mahasiswa
psikologi yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum. Mereka menggunakan
bentuk pertanyaan open-ended. Kemudian hasil dari jawaban-jawaban tersebut
dikelompokkan menjadi 13 faktor. Dan setiap faktor memiliki 2 pernyataan. Ke 13
faktor tersebut ialah:
1. evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi)
2. perfectionism (perfeksionis)
3. difficulty making decision (sukar membuat keputusan)
4. dependency and help seeking (tidak mandiri dan perlu bantuan)
5. aversiveness of the task and low frustration tolerance (aversi
kepada tugas)
6. lack of self confidence (kurang percaya diri)
7. laziness (malas)
8. lack of assertion (tidak asertif)
9. fear of success (takut berhasil)
10. tendency to feel overwhelmed and poorly manage time (tidak dapat
mengatur waktu dan beban)
11. rebellion against control (sikap pemberontakan)
12. risk taking (suka pada resiko tinggi)
30
13. peer influence (pengaruh teman sebaya)
Dikarenakan dalam penelitian ini tidak diadakan pilot study, maka peneliti
akan membuat beberapa pernyataan terbuka pada bagian awal. Hal ini dilakukan
untuk melihat variabel antecedent yang mungkin khas pada di Fakultas Psikologi
Unpad. Penurunan variabel antecedent itu dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2: Penurunan alat ukur bagian 2Variabel antecedent
Indikator Item
kecemasan dievaluasi
cemas mendapat nilai buruk
Saya khawatir bila saya mendapat nilai yang jelek.
cemas dinilai oleh dosen pembimbing
Saya khawatir bila pekerjaan saya tidak memenuhi harapan atau keinginan Dosen Pembimbing.
perfeksionis ingin mendapatkan hasil yang sempurna
Saya ingin hasil pekerjaan skripsi saya sempurna
cemas apabila tidak dapat memenuhi target
Saya khawatir bila saya tidak dapat memenuhi harapan atau target saya.
sukar membuat keputusan
mengalami kebingungan memilih tema
Saya bingung memilih tema/topik untuk skripsi saya.
kebingungan memilih mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu
Saya sulit untuk memutuskan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam pengerjaan skripsi
tidak mandiri dan perlu bantuan
menunggu bantuan orang lain
Saya menunggu sampai teman-teman mengerjakan skripsi mereka, sehingga mereka dapat membantu saya mengerjakannya.
butuh pendapat atau saran orang lain
Saya butuh pendapat atau saran dari orang lain dalam pengerjaan skripsi saya.
aversi kepada tugas tidak suka dengan skripsi
Saya tidak suka dengan skripsi.
merasa banyak beban apabila mengerjakan skripsi
Saya merasa bila mengerjakan skripsi membutuhkan waktu yang lama dan membosankan.
31
Variabel antecedent
Indikator Item
kurang percaya diri merasa tidak percaya diri
Saya merasa saya tidak percaya diri mengerjakan skripsi tersebut
takut tidak dapat mempertahankan prestasi
Takut tidak dapat mempertahankan prestasi atau hasil yang telah dicapai.
malas malas mengerjakan skripsi
Saya merasa malas mengerjakan skripsi
tidak memiliki motivasi
Saya tidak memiliki dorongan yang besar untuk memulai mengerjakan skripsi
tidak asertif tidak berani meminta pertolongan
Ada hal-hal yang tidak saya mengerti tapi saya tidak berani menanyakannya ke guru.
tidak mau mengerjakan terlebih dahulu
Saya tahu teman-teman juga belum mengerjakan skripsi mereka sehingga saya juga belum mengerjakannya.
takut berhasil cemas apabila berhasil diminta untuk lebih
Bila saya mengerjakan skripsi dengan baik saya takut orang lain akan menuntut hasil yang lebih baik lagi dari saya di masa mendatang.
tidak mau terlihat baik Saya tidak suka apabila saya dilihat pintar atau cepat dalam pengerjaan skripsi
tidak dapat mengatur waktu dan beban
banyak pekerjaan yang belum selesai
Ada banyak hal yang harus saya kerjakan.
merasa waktu yang ada tidak cukup
Saya merasa batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan skripsi tidak cukup.
sikap pemberontakan
tidak suka diberi deadline
Saya menolak untuk mengikuti batas waktu (deadline) yang dibuat oleh orang lain untuk menyelesaikan skripsi.
tidak suka diperintah oleh dosen pembimbing
Saya tidak suka melakukan tugas-tugas yang diperintahkan oleh orang lain.
suka pada resiko tinggi
merasa tertantang bila menghadapi resiko tinggi
Saya menikmati tantangan ketika mengerjakan dekat dengan deadline.
merasa puas bila bisa mengerjakan tugas dengan resiko tinggi
Ada rasa puas bila berhasil menyelesaikan dalam jangka waktu yang sedikit (dikejar batas waktu).
32
Variabel antecedent
Indikator Item
pengaruh teman sebaya
tidak bisa menolak Saat akan mengerjakan saya tidak bisa menolak ajakan teman untuk pergi bermain.
tidak berani menolak Tidak berani menolak apabila teman-teman meminta saya mengerjakan hal lain lebih dahulu.
3.4.3 Cara penilaian
Cara penilaian atau pemberian skor pada PASS bagian satu ialah
menjumlahkan seluruh angka yang dipilih oleh subjek penelitian. Sedangkan
untuk PASS bagian dua, dengan menjumlahkan dua angka per faktor atau variabel
tersebut.
3.4.4 Uji Coba alat Ukur
Proses uji coba (try-out) terhadap alat ukur bertujuan untuk mendapatkan
bukti mengenai kemampuan alat ukur tersebut mengukur yang diharapkan.
Pengujian terhadap alat ukur ini dilakukan kepada beberapa alumni mahasiswa
Fakultas Psikologi Unpad dan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad
yang sudah mengambil skripsi. Didapatkan 31 responden, dan kemudian diajukan
uji reliabilitas dan validitas.
33
3.4.4.1 Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas adalah tingkat keterandalan terhadap suatu hasil pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi, berarti alat ukur tersebut dapat
memberikan gambaran yang konsisten.
Untuk menguji reliabilitas alat ukur, peneliti melihat internal consistency
pada alat ukur. Caranya dengan menghitung Alpha Cronbach dari alat ukur
tersebut. Untuk menghitung Alpha Cronbach dari alat ukur tersebut peneliti
menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 17. Dan didapatkan hasil berikut.
Tabel 3.3: Reliabilitas Alat UkurCronbach's Alpha N of items
.605 8
Hasil perhitungan Cronbach's Alpha ialah 0,605, ini termasuk dalam
kategorisasi sedang yang berkisar 0,5 sampai dengan 0,85 (Sugiyono, 2004).
Dengan kata lain, alat ukur ini dapat diandalkan.
3.4.4.2 Validitas alat ukur
Untuk melihat validitas alat ukur itu peneliti menggunakan Concurrent
Validity yang termasuk dalam Construct Validity. Alat ukur ini dikorelasikan
dengan lama studi.
Lama studi diasumsikan berkorelasi dengan masa pengerjaan skripsi. Dan
lama atau masa pengerjaan skripsi diasumsikan sebagai tanda dari Prokrastinasi.
34
Untuk penghitungan korelasi akan digunakan bantuan dari perangkat lunak SPSS
v17. Hasil dari perhitungan SPSSv17 ialah
Tabel 3.4: Hasil perhitungan korelasiPearson Correlation 0.468*
Sig. (2-tailed) 0.012
Sum of Squares and Cross Product 61.38
Covariance 2.27
N 28
Dikarenakan terdapat beberapa responden tidak didapatkan mengenai lama
masa studi maka tidak dimasukkan dalam perhitungan korelasi ini.
Dari korelasi tersebut maka didapatkan alat ukur ini berkorelasi secara
signifikan dengan masa studi responden (signifikansi 2-tailed di bawah taraf nyata
0,5). Karena alat ukur ini berkorelasi dengan lama masa studi, dapat dikatakan alat
ukur ini valid.
3.4.4.3 Analisis Item
Untuk melihat apakah alat ukur ini terdiri dari item-item yang baik maka
peneliti melakukan analisis item. Untuk analisis item peneliti menggunakan
korelasi dengan analisis item.
Dari hasil analisis item yang ada pada Tabel 3.5 ditemukan bahwa semua
item memiliki korelasi di atas 0,3. Menurut Guilford, item yang memiliki korelasi
item dengan total di atas 0,3 termasuk item yang baik sehingga dapat dipakai.
35
Tabel 3.5: Korelasi item dengan totalitem Item-total correlation
frekuensi prokrastinasi membaca materi 0.65
frekuensi prokrastinasi menulis 0.42
frekuensi prokrastinasi bertemu dengan dosen 0.66
frekuensi prokrastinasi mengurus surat-surat 0.3
ke-bermasalah"-an membaca materi 0.75
ke-bermasalah"-an menulis 0.7
ke-bermasalah"-an bertemu dengan dosen 0.44
ke-bermasalah"-an mengurus surat-surat 0.33
3.4.4.4 Perbaikan alat ukur
Dalam try-out peneliti memberikan pertanyaan terbuka mengenai adakah
tugas lain yang dimungkinkan adanya penundaan. Kegiatan lain dikemukakan
oleh responden ialah kerja, mencari literatur, mencari responden, tugas kuliah,
mentik, dan mengolah data.
Dari data tersebut yang menurut peneliti berhubungan dengan skripsi dan
dilakukan sepanjang pengerjaan skripsi (dari sebelum seminar sampai sidang)
ialah mencari literatur dan mentik. Sedangkan yang lainnya tidak berhubungan
dengan skripsi.
Untuk itu peneliti menambahkan item mengenai mencari literatur. Dan
untuk mentik, peneliti memperbaiki item mengenai menuangkan ide dalam bentuk
tulisan. Karena sebenarnya ini mengacu pada hal yang sama. Sehingga item-
itemnya ialah:
1. Seberapa sering anda menunda untuk mencari literatur, materi atau hal lain
yang berkaitan dengan skripsi?
36
2. Seberapa sering anda menunda untuk membaca atau mempelajari materi
atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi?
3. Seberapa sering anda menunda untuk menuangkan hasil yang telah dibaca
dalam bentuk tulisan? (menunda mengetik atau menulis)
4. Seberapa sering anda menunda untuk bertemu dengan dosen pembimbing?
5. Seberapa sering anda menunda untuk mengurus surat-surat yang
dibutuhkan dalam kegiatan skripsi anda? (SK Pembimbing, atau Surat
peminjaman Ruang)
6. Apakah penundaan dalam mencari literatur atau materi menjadi masalah
bagi anda?
7. Apakah penundaan dalam membaca atau mempelajari materi yang
berkaitan dengan skripsi menjadi masalah bagi anda?
8. Apakah penundaan dalam menuangkan hasil yang telah dibaca dalam
bentuk tulisan menjadi masalah bagi anda?
9. Apakah penundaan dalam bertemu dengan dosen pembimbing menjadi
masalah bagi anda?
10. Apakah penundaan dalam mengurus surat-surat yang dibutuhkan dalam
pengerjaan skripsi menjadi masalah bagi anda?
37
3.5 Pengolahan Data
Untuk PASS bagian pertama, semua data akan diambil bentuk angka dan
kemudian akan dijumlahkan semua. Hal ini sama seperti yang dilakukan Solomon
dan Rothblum dalam alat ukur PASS.
Hasil total itu akan dikategorikan menjadi tiga bagian. Kategorisasi
digunakan untuk membantu pengolahan data secara deskriptif (Sugiyono, 2006).
Skor dinilai berdasarkan standar tertentu, criterion-referenced score, sehingga
hasil dapat dilihat secara mandiri dan dibandingkan dengan standar tertinggi yang
dapat dicapai dengan alat ukur tersebut (Friedenberg, 1995). Langkah-langkah
menentukan kategorisasi (Sudjana, 1992):
1. Menghitung skor total masing-masing responden.
2. Menentukan nilai tertinggi dan terendah.
3. Menentukan selisih nilai tertinggi dan nilai terendah.
4. Hasil selisih kedua nilai tersebut adalah rentang dari tiga kategori.
5. Membuat norma kriteria berdasarkan rentang tersebut untuk
menentukan tinggi rendahnya skor responden.
6. Menentukan tingkat prokrastinasi responden.
Perhitungan kategori :
Nilai tertinggi : skor maksimum x jumlah pernyataan = 5 x 10 = 50
Nilai terendah : skor minimum x jumlah pernyataan = 1 x 10 = 10
Selisih : 50-10=40
Besar rentang : (40 : 3) = 13,33
38
Kategori kompetensi rendah : 10 23,33
Kategori kompetensi sedang : 23,33 36,66
Kategori kompetensi tinggi : 36,66 50
Selain itu akan ditampilkan pula hasil dalam tabel frekuensi per item.
Pada PASS bagian ke dua, terdapat sedikit perbedaan antara penelitian
yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum dengan penelitian ini. Perbedaan
tersebut ada pada pertanyaan yang diajukan. Pada penelitian Solomon dan
Rothblum yang ditanyakan ialah apakah variabel-variabel ini menjadi penyebab
bagi penundaan yang dilakukan. Sedangkan yang ditanyakan oleh peneliti ialah,
apakah hal ini terjadi atau sesuai pada diri responden. Sehingga terdapat
perbedaan dalam cara menganalisis data yang ada.
Apabila pada penelitian Solomon dan Rothblum dilakukan faktor analisis
terhadap ke-13 variabel tersebut, peneliti memilih untuk meng-korelasikan nilai
setiap variabel dengan nilai total Prokrastinasi. Peng-korelasian tersebut
menggunakan SPSS v17.
4BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Peneliti berhasil memperoleh data sebanyak 46 responden dari rencana 193
responden. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit responden yang bersedia
menjawab melalui kuesioner online. Bentuk kuesioner online tampaknya kurang
efektif apabila dijadikan alat pengambil data, namun masih dapat diperhitungkan
sebagai alternatif cara pengambilan data karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih
murah daripada harus mencetak lembar kuesioner.
Tabel 4.1: Tabel Kategorisasi Nilai
Kategori frekuensi ke-bermasalah"-an
prokrastinasi
Rendah 5 (8%) 8 (13%) 5 (8%)
Sedang 50 (83%) 31 (52%) 44 (73%)
Tinggi 5 (8%) 21 (35%) 11 (18%)
Tabel 4.1 berisi jumlah responden yang masuk dalam kategori
prokrastinasi rendah, sedang dan tinggi. Dari tabel Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
44 atau sebesar 73% dari jumlah responden berada dalam kategori prokrastinasi
sedang. Lima orang atau sebanyak 8% dari jumlah responden berada pada
kategori prokrastinasi rendah. Sebelas orang atau 18% dari jumlah responden
berada dalam kategori prokrastinasi tinggi.
39
40
Tabel 4.2: Tabel frekuensi dari frekuensi melakukan prokrastinasi. jenis penundaan mencari
literaturmembaca materi
menulis bertemu dosen pembimbing
mengurus surat-surat
tidak pernah (1) 1 (2%) 2 (3%) 3 (5%) 6 (10%) 21 (35%)
jarang (2) 13 (22%) 9 (15%) 8 (13%) 16 (27%) 19 (32%)
kadang-kadang (3) 19 (32%) 16 (27%) 18 (30%) 16 (27%) 8 (13%)
sering (4) 26 (43%) 33 (55%) 28 (47%) 20 (33%) 10 (17%)
selalu(5) 1 (2%) 0 (0%) 3 (5%) 2 (3%) 2 (3%)
rata-rata 3.22 3.33 3.33 2.93 2.22
Tabel Tabel 4.2 berisi jumlah responden yang dipisahkan berdasarkan
jawaban (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu) dan item yang
ditanyakan (mencari literatur, membaca materi, menulis, bertemu dosen
pembimbing dan mengurus surat). Sedangkan rata-rata berasal dari hasil rata-rata
jawaban seluruh responden di salah satu item.
Untuk mempermudah penulisan, selanjutnya kegiatan-kegiatan (bidang
apabila dalam alat ukur PASS yang asli) akan dituliskan dalam bentuk yang lebih
singkat. Penulisan itu akan menjadi sebagai berikut:
mencari literatur atau materi yang berkaitan dengan skripsi akan
disingkat menjadi mencari literatur
membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan
skripsi akan disingkat menjadi membaca materi
menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan akan disingkat
menjadi menulis
41
bertemu dengan dosen pembimbing akan disingkat menjadi bertemu
dosen pembimbing
dan mengurus surat-surat yang dibutuhkan akan disingkat menjadi
mengurus surat-surat
Tabel 4.3: Tabel frekuensi ke-bermasalah-an jenis penundaan mencari
literaturmembaca materi
menulis bertemu dosen pembimbing
mengurus surat-surat
tidak bermasalah (1)
4 (7%) 2 (3%) 3 (5%) 5 (8%) 8 (13%)
sedikit bermasalah (2)
19 (32%) 11 (18%) 11 (18%) 13 (22%) 17 (28%)
ragu-ragu (3) 3 (5%) 5 (8%) 2 (3%) 6 (10%) 4 (7%)
bermasalah (4) 27 (45%) 35 (58%) 34 (57%) 26 (43%) 25 (42%)
sangat bermasalah (5)
7 (12%) 7 (12%) 10 (17%) 10 (17%) 6 (10%)
rata-rata 3.23 3.57 3.62 3.38 3.07
Tabel 4.3 juga berisi data mengenai jumlah mahasiswa sama seperti pada
tabel ke Tabel 4.2, namun pada item-item yang mengukur kecemasan.
Dari Tabel 4.2 didapatkan fakta lebih dari setengah responden mengaku
sering melakukan prokrastinasi pada kegiatan membaca materi. Dua kegiatan
yang mengikuti lainnya dan kegiatan mencari literatur dan menulis. Hal ini
tampaknya sejalan dengan Tabel 4.3. Lebih dari setengah responden menyatakan
penundaan pada kegiatan membaca materi dan menulis itu menjadi masalah. Ini
diikuti oleh kegiatan mencari literatur yang mencapai angka 45% dan lebih dari
10% responden mengaku penundaan pada tiga kegiatan itu sangat bermasalah.
42
Tabel 4.4: Tabel frekuensi jangka waktu yang dibutuhkan dalam penundaanjenis penundaan
mencari literatur
membaca materi
menulis bertemu dosen pembimbing
mengurus surat-surat
tidak pernah 1 hari
10 (17%) 13 (22%) 19 (32%) 11 (18%) 30 (50%)
1 hari 1 minggu
38 (63%) 38 (63%) 32 (53%) 16 (27%) 15 (25%)
1 minggu 1 bulan
8 (13%) 7 (12%) 6 (10%) 21 (35%) 7 (12%)
lebih dari 1 bulan
2 (3%) 1 (2%) 2 (3%) 5 (8%) 2 (3%)
tidak menjawab
2 (3%) 1 (2%) 1 (2%) 7 (12%) 6 (10%)
Pada tabel Tabel 4.4 berisi jumlah responden yang dipisahkan berdasarkan
kegiatan-kegiatan dan jangka waktu. Terdapat hal yang cukup menarik dapat
dilihat pada tabel ini. Dari tabel Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dapat dilihat, jumlah
mahasiswa yang menyatakan sering melakukan prokrastinasi pada kegiatan
bertemu dosen pembimbing lebih sedikit jika dibandingkan dengan membaca
materi, menulis atau mencari literatur. Akan tetapi apabila dilihat dari jangka
waktunya, penundaan yang dilakukan cenderung lebih lama daripada
prokrastinasi pada kegiatan membaca dan menulis.
43
Tabel 4.5: Variabel antecedentNo Kategori prokrastinasi rendah sedang tinggi semua korelasi
1 kecemasan dievaluasi 7.60 7.93 7.18 7.77 -0.078
2 perfeksionis 8.00 8.05 7.82 8.00 -0.150
3 sukar membuat keputusan 4.60 5.93 7.27 6.07 0.385
4 tidak mandiri dan perlu bantuan 5.80 6.09 6.09 6.07 0.041
5 aversi kepada tugas 4.60 6.57 6.82 6.45 0.348
6 kurang percaya diri 5.80 6.48 7.45 6.60 0.237
7 malas 5.00 6.41 8.00 6.58 0.487
8 tidak asertif 3.80 5.18 5.45 5.12 0.256
9 takut berhasil 4.40 4.66 4.73 4.65 0.038
10 tidak dapat mengatur waktu dan beban 6.40 6.09 6.00 6.25 -0.001
11 sikap pemberontakan 5.40 5.89 6.55 5.97 0.242
12 suka pada resiko tinggi 6.00 6.75 7.09 6.75 0.149
13 pengaruh teman sebaya 4.80 5.75 7.00 5.90 0.296
Tabel 4.5 berisi rata-rata variabel antecedent yang ada pada PASS bagian
2. Nilai rata-rata itu dibagi berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah pada
prokrastinasi. Setiap jawaban dari responden dari kategori yang sama di
kumpulkan dan diambil nilai rata-ratanya.
Dari tabel didapatkan rata-rata tertinggi ada pada perfeksionis. Kemudian
yang kedua tertinggi ialah kecemasan untuk dievaluasi. Namun nilai yang tinggi
pada ini bukan berarti hal tersebut menjadi salah satu kemungkinan penyebab.
Oleh karena itu peneliti membuat grafik 4.1 untuk melihat perbedaan di antara
responden yang termasuk dalam kategorisasi rendah dan tinggi.
44
Grafik 4.1:Grafik batang variabel antecedent pada mahasiswa yang memiliki prokrastinasi dalam kategori rendah dan tinggi
Pada grafik 4.1, responden dikategorikan menjadi dua kelompok. Kategori
tinggi dan kategori sedang. Kemudian dibuat grafik untuk dapat melihat
perbedaan dari dua kelompok tersebut.
Dari grafik 4.1 angka pada garis x adalah variabel-variabel antecedent
yang didapat dari pilot study yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum.
Variabel tersebut ialah:
Sedangkan angka 1 sampai dengan 13 mewakili variabel-variabel sebagai berikut:
1. kecemasan dievaluasi
2. perfeksionis
3. sukar membuat keputusan
4. tidak mandiri dan perlu bantuan
5. aversi kepada tugas
6. kurang percaya diri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 132
3
4
5
6
7
8
9
rendahtinggi
45
7. malas
8. tidak asertif
9. takut berhasil
10. tidak dapat mengatur waktu dan beban
11. sikap pemberontakan
12. suka pada resiko tinggi
13. pengaruh teman sebaya
Kemudian pada Tabel 4.6 ditunjukkan korelasi antara nilai Prokrastinasi
dengan variabel-variabel antecedent. Angka 1 sampai dengan 13 mewakili
variabel-variabel seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat terdapat 5 variabel antecedent yang berkorelasi
secara signifikan dengan nilai prokrastinasi. Kelima variabel itu adalah:
1. malas
2. sukar membuat keputusan
3. aversi terhadap tugas
4. pengaruh teman sebaya
5. tidak asertif
46
Tabel 4.6: Tabel Korelasi variabel antecedent dengan nilai ProkrastinasiVariabel antecedent
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
Covariance
1 -0.078 0.553 -34.400 -0.583
2 -0.150 0.253 -46.000 -0.780
3 0.385 0.002 232.400 3.939
4 0.041 0.753 14.400 0.244
5 0.348 0.006 221.700 3.758
6 0.237 0.068 135.600 2.298
7 0.487 0.000 303.500 5.144
8 0.256 0.048 141.700 2.402
9 0.038 0.776 19.900 0.337
10 -0.001 0.995 -0.400 -0.007
11 0.242 0.063 142.800 2.420
12 0.149 0.255 90.500 1.534
13 0.296 0.022 173.400 2.939
Tabel 4.7: Tabel frekuensi jawaban alasan prokrastinasiNo jawaban yang muncul jumlah persentase
1 malas 21 35%
2 ada pekerjaan lain/sibuk/kuliah 9 15%
3 kekurangan ide / bingung 6 10%
4 Jenuh / bosan 6 10%
5 dosen pembimbing kurang mendukung 5 8%
6 Keasyikan bermain / keinginan untuk bermain 2 3%
Tabel 4.7 menampilkan jawaban dari pertanyaan terbuka mengapa
seseorang melakukan prokrastinasi. Jawaban-jawaban tersebut dikelompokkan
menjadi 6 kelompok. Terdapat jawaban-jawaban yang tidak dimasukkan karena
terlalu beragam. Setelah itu dibuat tabel frekuensi dari kelompok jawaban-
jawaban itu.
47
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa yang mengerjakan
skripsi
Pada penelitian Solomon dan Rothblum didapatkan bahwa tugas yang
paling banyak ditunda ialah tugas menulis makalah (writing a term paper) dan
tugas membaca mingguan (reading weekly assignment). Nilai terbesar selanjutnya
diikuti dengan tugas belajar sebelum ujian. Apabila dianalogikan, maka tugas
menulis makalah dapat dianalogikan dengan menulis dan mentik skripsi.
Sedangkan belajar dan tugas membaca mingguan, dapat dianalogikan dengan
membaca materi yang ada pada alat ukur yang peneliti gunakan. Dapat dilihat
kesamaan antara hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum dan
yang hasil yang peneliti dapatkan.
Untuk kecemasan yang diasosiasikan, terdapat kesamaan antara apa
yang didapatkan dalam penelitian Solomon dan Rothblum. Dua hal yang
diasumsikan mengukur hal yang hampir sama (membaca dan menulis) merupakan
hal yang paling banyak dirasakan sebagai masalah oleh sebagian responden.
Perbedaan ada pada jumlahnya. Pada penelitian Solomon dan Rothblum
banyaknya siswa hanya sekitar 20% sampai 25%. Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, jumlah yang memberi bermasalah ditambah dengan yang
memberi sangat bermasalah, berada di atas angka 50%.
Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
prokrastinasi pada kegiatan membaca materi, menulis dan mencari literatur.
48
Idealnya tiga kegiatan ini merupakan kegiatan mandiri di mana seorang
mahasiswa harus mengatur dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tersebut.
Namun yang terlihat di tiga kegiatan inilah banyak mahasiswa yang sering atau
selalu melakukan prokrastinasi.
Terdapat tiga kesamaan pada tiga kegiatan di atas, yang tidak ada pada dua
kegiatan lainnya. Kesamaan itu ialah pada ketiga kegiatan tersebut, mahasiswa
tidak diharuskan untuk berhadapan dengan orang lain. Berbeda dengan dua
kegiatan lainnya yaitu bertemu dengan dosen pembimbing, dan mengurus surat
yang mengharuskan mahasiswa untuk berhadapan dengan staf administrasi.
Terdapat kemungkinan mahasiswa lebih cenderung untuk sering menunda pada
kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan orang lain.
Hal yang cukup menarik yang dilihat peneliti dapat dilihat dari Tabel 4.4.
Karena walaupun pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 hal yang paling sering dan
menimbulkan masalah ditunda ialah mencari literatur, membaca materi dan
menulis atau. Namun pada Tabel 4.4 tampak bahwa sebagian mahasiswa
menggunakan waktu yang lebih banyak pada kegiatan bertemu dosen
pembimbing.
Karena alat ukur ini bersifat self-reported dan bukan pengamatan secara
langsung maka dapat diasumsikan bahwa kegiatan yang menurut responden sering
ditunda, merupakan kegiatan yang sering dipikir untuk dilakukan. Sehingga dapat
diambil simpulan terdapat kemungkinan kebanyakan responden lebih banyak
memikirkan atau merencanakan kegiatan-kegiatan mencari literatur, membaca dan
49
menulis daripada bertemu dosen pembimbing. Namun, lamanya jangka waktu
yang dibutuhkan untuk mengerjakan skripsi, bisa jadi lebih disebabkan karena
menunda untuk bertemu dosen pembimbing.
Data dari Tabel 4.3 menunjukkan, jumlah mahasiswa yang menganggap
penundaan dalam bertemu dosen itu sebagai masalah lebih sedikit bila
dibandingkan penundaan pada kegiatan membaca dan menulis. Ini berarti
mahasiswa yang memiliki rasa cemas yang diasosiasikan dengan bertemu dosen
pembimbing, lebih sedikit jika dibandingkan mahasiswa yang memiliki rasa
cemas yang diasosiasikan dengan tiga kegiatan mandiri (mencari literatur,
membaca atau pun menulis) di atas.
Hal ini sebenarnya agak berbeda dengan apa yang peneliti amati saat ini.
Hasil pengamatan peneliti ialah, para mahasiswa lebih cemas (bukan lebih
banyak) ketika harus menghadapi dosen pembimbing, jika dibandingkan dengan
harus mencari literatur, membaca atau pun menulis. Ini juga sejalan dengan apa
yang peneliti rasakan, karena apabila penundaan pada tiga kegiatan dapat dengan
mudah untuk berpindah pada kegiatan lain yang dianggap lebih menyenangkan
(pleasure principle) tanpa ada cemas dievaluasi.
Perbedaan tersebut terjadi mungkin dikarenakan item-item yang mengukur
ke-"bermasalah"-an, kurang mengukur kecemasan yang timbul. Namun lebih
mengukur penting atau tidaknya kegiatan tersebut. Ini sesuai dengan penemuan
bahwa dua kata problem dan anxiety tidak berkorelasi (Rothblum, Beswick dan
Mann, 1984)
50
4.2.2 Variabel antecedent prokrastinasi
Dari grafik 4.1 dapat dilihat yang perbedaannya paling jelas ialah pada
variabel antecedent no 5 dan 7. No 5 mewakili variabel antecedent aversi kepada
tugas, sedangkan no 7 mewakili variabel antecedent malas. Perbedaan ini
kemudian diikuti no 5 dan 7. Kemudian untuk menguji ini Dilakukan uji korelasi.
Dari tabel Tabel 4.6 dapat dilihat nilai korelasi yang paling tinggi ada pada
variabel no 7. Dapat dikatakan sebagai variabel antecedent malas. Hal ini juga
tampak jelas pada tabel Tabel 4.7. Sebanyak 35% menyatakan bahwa dirinya
malas untuk mengerjakan skripsi. Malas atau tidak memiliki dorongan yang besar
telah menjadi prediktor utama seseorang melakukan prokrastinasi. Hal ini
tentunya sudah dapat diduga sebelumnya.
Beberapa responden mengartikan malas sebagai memiliki motivasi yang
rendah. Apabila demikian maka, pembelajaran mengenai cara meningkatkan
motivasi harus diberikan kepada mahasiswa yang akan atau sedang mengerjakan
skripsi. Walaupun demikian, belum ada teori mengenai malas. Malas saat ini lebih
dianggap sebagai akibat dari sesuatu. Sehingga untuk membahas malas diperlukan
pertanyaan lebih lanjut. Pada 9 responden yang menjawab malas, didapatkan
pertanyaan lebih lanjut mengenai kenapa malas itu terjadi. Jawaban itu antara lain
ngga mood, memilih pekerjaan yang lebih menyenangkan dan memilih
pekerjaan yang lebih menghasilkan (data dapat dilihat pada lampiran).
Lebih memilih untuk mengerjakan hal lain tampaknya menjadi alasan
yang juga banyak dinyatakan dalam menjawab pertanyaan terbuka. Para
51
responden menyatakan mereka lebih memilih untuk kerja atau kuliah (sesuai
dengan tabel Tabel 4.7). Apabila pada 13 variabel faktor yang dirumuskan oleh
Solomon dan Rothblum, sebenarnya ini ditanyakan pada faktor tidak dapat
mengatur waktu dan beban. Ditanyakan dalam bentuk pernyataan, Ada banyak
hal yang harus saya kerjakan dan Saya merasa waktu yang diberikan untuk
pengerjaan skripsi tidak cukup. Namun pada Tabel 4.6 terlihat bahwa hal ini
tidak berkorelasi secara signifikan. Hal ini terjadi mungkin karena variabel ini
kurang tepat untuk dijadikan satu. Keinginan untuk mengerjakan hal lain yang
lebih memberikan reward seharusnya menjadi satu variabel lain selain 13 faktor
ini.
Nilai korelasi kedua yang tertinggi ialah pada variabel antecedent no 3,
yaitu variabel sukar membuat keputusan. Hal ini cukup menarik bagi peneliti
karena peneliti mengalami hal ini dalam pengerjaan skripsi. Hal ini juga
dikemukakan oleh 10% dari jumlah responden. Kekurangan ide atau bingung
merupakan alasan yang cukup banyak dikemukakan oleh responden ketika
diminta untuk menjawab alasan mereka menunda pengerjaan skripsi.
Dari observasi dan pengalaman peneliti, ke-bingung-an ini dapat
disebabkan oleh dua hal. Yang pertama ialah dikarenakan kurangnya pengertian
mengenai hal yang butuh dibahas, atau terlalu banyaknya pilihan yang dimiliki
oleh mahasiswa. Namun sayangnya, dari hasil pengamatan peneliti, kebingungan
ini lebih sering dilihat sebagai kurangnya pengertian. Beberapa kali peneliti
menemui mahasiswa yang menemui kesulitan untuk memilih diberi ide baru, yang
52
menyebabkan terlalu banyaknya pilihan dan semakin sulit untuk memilih di antara
yang banyak.
Nilai korelasi ketiga tertinggi, ialah aversi kepada skripsi. Nilai korelasi
yang cukup tinggi antara aversi kepada tugas dengan nilai prokrastinasi,
menunjukkan bahwa semakin seseorang, ketidak-sukaan seseorang terhadap
skripsi juga dapat menjadi prediktor seseorang melakukan prokrastinasi. Variabel
aversi kepada tugas ini juga sesuai dengan hasil dari penelitian Solomon dan
Rothblum.
Nilai korelasi yang ke empat ialah, pengaruh teman sebaya. Nampaknya
ketidak-mampuan untuk menolak ajakan atau permintaan teman menjadi prediktor
seseorang melakukan prokrastinasi atau tidak.
Variabel yang kelima yang dianggap cukup signifikan, ialah variabel
ketidak-asertifan seseorang. Ketidak-mampuan bertindak asertif dapat muncul
berupa tingkah laku seperti tidak berani bertanya terhadap dosen ketika tidak
mengerti. Ini tampaknya sejalan dengan variabel no 13 yaitu pengaruh teman
sebaya yang diturunkan menjadi ketidak-mampuan untuk menolak ajakan teman.
Untuk variabel lainnya yang cukup menarik ialah Perfeksionis dan
kecemasan evaluasi. Solomon dan Rothblum menyatakan kedua variabel ini
bersama dengan variabel kurang percaya diri adalah salah satu faktor yang
berpengaruh pada nilai Prokrastinasi seseorang. Pada penelitian ini kedua variabel
ini memiliki rata-rata yang tinggi. Dengan kata lain, sebagian besar responden
menyatakan dirinya ingin hasil kerjanya sempurna dan tidak mengecewakan
53
dosen pembimbing. Hal ini berlaku bagi responden yang termasuk dalam kategori
rendah, sedang, maupun yang masuk dalam kategori tinggi. Namun nilai
kecemasan dievaluasi dan perfeksionis tidak berkorelasi signifikan dengan
prokrastinasi. Peneliti mengambil simpulan bahwa pada mahasiswa Psikologi
yang mengerjakan skripsi, kecemasan dievaluasi dan perfeksionis tidak
menjadi penyebab utama prokrastinasi.
Pada umumnya para kaum psikologi klinis mengklaim bahwa perfeksionis
adalah syarat utama bagi berkembangnya tingkah laku prokrastinasi (Burka &
Yuen; Ellis & Knaus, 1977, dalam Joseph Ferrari, J. Johnson & W. McCown,
1995). Nampaknya hal ini dapat menjadi penjelasan mengapa perfeksionis,
tidak berkorelasi secara signifikan. Perfeksionis hanyalah sebagai syarat untuk
seseorang melakukan prokrastinasi, dan bukan sebagai penyebab utama.
Sedangkan untuk variabe