Top Banner

of 70

Gambara Prokrastinasi pada Mahasiswa Psikologi Unpad

Oct 13, 2015

Download

Documents

EgonFirman

Penelitian Skripsi tentang malas mengerjakan skripsi. Karena tidak menemukan teori tentang malas, maka digunakan teori prokrastinasi (penundaan tugas) dari Solomon & Rothblum
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

    Universitas Padjadjaran dalam Pengerjaan Skripsi

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Ujian Sarjana

    Pada Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

    Oleh:

    Egon Firman

    I1O040029

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2011

  • LEMBAR PENGESAHAN

    JUDUL : GAMBARAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DALAM PENGERJAAN SKRIPSI

    NAMA : EGON FIRMAN

    NPM : I10040029

    Jatinangor, September, 2011

    Mengetahui :

    Pembimbing Utama

    Dr. Hj. Hendriati Agustiani, M. Si.

    NIP : 195908041986032002

  • ABSTRAK

    Mahasiswa, dosen dan staf kependidikan Fakultas Psikologi Unpad melihat sering terjadi penundaan di pengerjaan skripsi. Penundaan itu, sering disebut prokrastinasi. Penelitian ini dibuat untuk melihat keadaan prokrastinasi pada Mahasiswa Psikologi Unpad yang mengerjakan skripsi.

    Pengukuran tingkat prokrastinasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Procrastination Assessment for Student Scale (PASS) yang telah disesuaikan. PASS sendiri ditemukan atau dibuat oleh Solomon dan Rothblum pada tahun 1984. PASS yang tadinya mengukur prokrastinasi secara umum disesuaikan sehingga menjadi khusus untuk dalam pengerjaan skripsi.

    Jumlah responden yang berhasil peneliti kumpulkan adalah sebanyak 60 responden. Ini tidak sesuai dengan target peneliti ingin melakukan survei dengan mengambil seluruh data yang berjumlah 193 orang. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad yang sudah mengambil mata kuliah skripsi.

    Dari 60 orang ditemukan bahwa sebagian besar mahasiswa (73%) melakukan prokrastinasi dengan tingkat menengah.

    Dari lima kegiatan yang peneliti rumuskan dan kemudian ditanyakan dalam item-item PASS, sebagian besar responden menyatakan sering menunda di tiga kegiatan. Kegiatan mencari literatur, membaca materi, dan menuangkan hasil yang telah didapat dalam bentuk tulisan. Namun didapat dari data penunjang, jangka waktu yang dibutuhkan untuk menunda bertemu dengan dosen pembimbing, lebih lama daripada tiga kegiatan yang disebutkan sebelumnya.

    Dari alat ukur PASS pula ditemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang berkorelasi secara signifikan dengan nilai Prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut ialah (tersusun berdasarkan besarnya korelasi) malas, sukar mengambil keputusan, aversi terhadap tugas, tidak asertif dan sulit menolak permintaan teman.

    Sebagian dari hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum, yaitu prokrastinasi disebabkan oleh task aversiveness dan malas. Namun faktor lainnya yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum, fear of failure, tidak muncul sebagai faktor yang berkorelasi dengan nilai Prokrastinasi itu sendiri. Yang berkorelasi secara signifikan namun tidak dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum adalah sukar mengambil keputusan, tidak asertif, dan sulit menolak permintaan teman. Peneliti menduga bahwa alasan-alasan ini tergabung menjadi satu faktor tersendiri yang menyebabkan mahasiswa di Fakultas Psikologi Unpad melakukan prokrastinasi pada pengerjaan skripsi.

    iii

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat-Nya sehingga peneliti dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian sarjana

    pada Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Skripsi ini tidak

    akan selesai tanpa dukungan yang begitu besar baik moril maupun materil dari

    berbagai pihak. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada:

    1. Dr. H. Hendriati Agustiani, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang

    telah memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, serta semua

    perhatian dan kepercayaan.

    2. Julian Armiwijaya, M. Psi selaku Dosen Pembahas seminar

    proposal dan seminar hasil, yang telah meluangkan waktu dan

    memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi

    penyusunan skripsi ini.

    3. Dien Fakhri Iqbal, S. Psi, Psych selaku Dosen Wali yang telah

    memberi bimbingan, pengarahan, nasehat dan dorongan serta

    kesabaran beliau kepada peneliti sejak peneliti menjadi mahasiswa

    Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

    iv

  • 4. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

    yang telah memberikan pendidikan dan pengetahuan selama

    peneliti menjalani perkuliahan.

    5. Staf SBA, yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan

    administrasi selama perkuliahan dan penyusunan skripsi terutama

    dalam hal pembuatan Surat Keputusan (SK) seminar proposal dan

    seminar hasil.

    6. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2004. Terima kasih atas

    kebersamaan, dukungan, dan masukan-masukannya selama ini.

    7. Mahasiswa Fakultas Psikologi lainnya baik yang telah menjadi

    responden saya dan yang belum sempat menjadi responden saya.

    Data-data yang kalian berikan sungguh berarti.

    Kepada mereka yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu dengan tanpa

    mengurangi rasa hormat, terima kasih atas segala bantuan dan kebaikannya.

    Akhir kata, peneliti memanjatkan doa, semoga pihak-pihak yang telah

    membantu dan memberi dukungan kepada peneliti selama melaksanakan hingga

    selesainya skripsi ini, mendapat balasan yang lebih baik dari-Nya. Amin.

    Jatinangor,

    Egon Firman

    v

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK..............................................................................................................iii

    KATA PENGANTAR..............................................................................................iv

    DAFTAR TABEL....................................................................................................ix

    DAFTAR DIAGRAM..............................................................................................x

    DAFTAR GRAFIK.................................................................................................xi

    DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

    BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

    1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

    1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................5

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.......................................................................6

    1.4 Kegunaan Penelitian......................................................................................6

    1.5 Kerangka Pemikiran......................................................................................7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11

    2.1 Prokrastinasi.................................................................................................11

    2.1.1 Prokrastinasi menurut pandangan Behaviour......................................12

    2.1.2 Prokrastinasi menurut pandangan Cognitive Behaviour......................13

    2.1.3 Penelitian Prokrastinasi Solomon dan Rothblum................................14

    2.2 Mahasiswa..................................................................................................19

    2.2.1 Mahasiswa dilihat dari Perkembangan Psikologis...............................19

    2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan mahasiswa menurut Havighurst..............20

    vi

  • 2.3 Skripsi..........................................................................................................22

    BAB III METODA PENELITIAN.........................................................................23

    3.1 Rancangan penelitian...................................................................................23

    3.2 Variabel penelitian.......................................................................................23

    3.3 Kriteria Unit Survei.....................................................................................24

    3.4 Alat Ukur.....................................................................................................24

    3.4.1 PASS Bagian pertama..........................................................................25

    3.4.2 PASS bagian kedua .............................................................................29

    3.4.3 Cara penilaian......................................................................................32

    3.4.4 Uji Coba alat Ukur...............................................................................32

    3.4.4.1 Reliabilitas alat ukur.....................................................................33

    3.4.4.2 Validitas alat ukur.........................................................................33

    3.4.4.3 Analisis Item.................................................................................34

    3.4.4.4 Perbaikan alat ukur.......................................................................35

    3.5 Pengolahan Data..........................................................................................37

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................39

    4.1 Hasil.............................................................................................................39

    4.2 Pembahasan.................................................................................................47

    4.2.1 Gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa yang mengerjakan skripsi. 47

    4.2.2 Variabel antecedent prokrastinasi........................................................50

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................54

    5.1 Simpulan......................................................................................................54

    vii

  • 5.2 Saran............................................................................................................55

    5.2.1 Saran Teoretis.......................................................................................55

    5.2.2 Saran Praktis........................................................................................56

    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................57

    LAMPIRAN...........................................................................................................58

    viii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1: Penurunan alat ukur PASS bagian pertama...........................................28

    Tabel 3.2: Penurunan alat ukur bagian 2................................................................30

    Tabel 3.3: Reliabilitas Alat Ukur............................................................................33

    Tabel 3.4: Hasil perhitungan korelasi.....................................................................34

    Tabel 3.5: Korelasi item dengan total.....................................................................35

    Tabel 4.1: Tabel Kategorisasi Nilai.......................................................................39

    Tabel 4.2: Tabel frekuensi dari frekuensi melakukan prokrastinasi. .....................40

    Tabel 4.3: Tabel frekuensi ke-bermasalah-an ....................................................41

    Tabel 4.4: Tabel frekuensi jangka waktu yang dibutuhkan dalam penundaan.......42

    Tabel 4.5: Variabel antecedent...............................................................................43

    Tabel 4.6: Tabel Korelasi variabel antecedent dengan nilai Prokrastinasi.............46

    Tabel 4.7: Tabel frekuensi jawaban alasan prokrastinasi.......................................46

    ix

  • DAFTAR DIAGRAM

    Diagram 1: Bagan Kerangka Pemikiran.................................................................10

    x

  • DAFTAR GRAFIK

    Grafik 4.1:Grafik batang variabel antecedent pada mahasiswa yang memiliki

    prokrastinasi dalam kategori rendah dan tinggi.....................................................44

    xi

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Hasil PASS Bagian 1

    Hasil PASS Bagian 2

    Hasil Data penunjang

    Alat ukur Data penunjang

    Alat ukur PASS 1

    Alat ukur PASS 2

    xii

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Prokrastinasi adalah tindakan menunda yang tidak diperlukan, sampai

    menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri seseorang (Solomon dan Rothblum,

    1984). Kata tersebut dibentuk oleh dua kata latin yaitu pro yang bermakna

    bergerak atau maju dan crastinus yang bermakna kepunyaan hari esok.

    (Burka dan Yuen, 2008) Keduanya menjadi satu sehingga memiliki arti menjadi

    pengerjaan pada esok hari.

    Prokrastinasi atau penundaan tersebut dapat terjadi pada tiap pekerjaan,

    namun banyak peneliti yang meneliti prokrastinasi yang dilakukan pada bidang

    akademik khususnya pada tingkatan pendidikan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

    banyaknya simpulan mengenai prokrastinasi yang ditujukan pada mahasiswa

    (Ferrari, Johnson dan McCown, 1995; Burka dan Yuen 2008; dan Oktoga 2006).

    Beberapa ahli juga menyatakan menunda tugas sampai pada tahap mengalami

    kecemasan adalah hal yang wajar terjadi pada mahasiswa (Burka dan Yuen 1983

    dalam Solomon, Rothblum dan Murakami 1986). Tentunya prokrastinasi yang

    dikemukakan oleh para ahli di atas perlu dibedakan dengan prokrastinasi yang

    dilakukan pada pekerjaan lain. Untuk itu prokrastinasi yang dilakukan pada

    bidang akademik bisa disebut sebagai Academic Procrastination.

    1

  • 2Banyaknya penelitian mengenai prokrastinasi akademik ini mungkin

    dikarenakan penundaan tugas-tugas yang dilakukan oleh para mahasiswa sangat

    jelas terlihat. Menurut pengamatan peneliti, di Fakultas Psikologi Unpad

    penundaan tugas-tugas akademik yang dilakukan pada mahasiswa sudah menjadi

    hal wajar yang tidak dianggap sebagai masalah lagi. Tapi, terdapat satu tugas yang

    banyak ditunda dan menimbulkan kecemasan pada orang-orang yang

    menundanya. Tugas tersebut adalah pengerjaan skripsi.

    Tentunya hal ini cukup menarik, karena di fakultas tempat orang yang

    mempelajari tingkah laku, prokrastinasi masih saja terjadi. Ini berarti intervensi

    kepada mahasiswa yang melakukan prokrastinasi belum saja cukup efektif.

    Sehingga ada baiknya apabila dilakukan penelitian di fakultas psikologi, di mana

    para mahasiswanya dianggap lebih mengerti tentang ilmu tingkah laku dan lebih

    peka terhadap perasaannya.

    Dari hasil wawancara dengan seorang dosen Fakultas Psikologi Unpad

    pada tahun 2010 bahwa cukup banyak mahasiswa yang lama mengerjakan

    skripsi. Akibatnya mereka jadi terlambat untuk lulus tepat waktu, atau bahkan

    akhirnya terbengkalai akibat bosan. Bahkan sampai ada yang akhirnya terpaksa

    mengundurkan diri sebagai mahasiswa.

    Dari lapangan peneliti mendapatkan fakta berupa masih terdapat 20 orang

    atau lebih dari 20% mahasiswa angkatan 2004 Fakultas Psikologi Unpad pada

    semester ke-12 masih mengerjakan skripsi. Apabila mengikuti waktu studi

    seharusnya mereka mulai mengerjakan usulan penelitian pada semester ke-8 atau

  • 3ke-9. Empat semester ini tentunya berada di atas jangka waktu yang diberikan

    untuk menyelesaikan skripsi, yaitu maksimal dua semester (Zulrizka Iskandar dan

    Hendriati Agustiani, 2005).

    Tentunya pengerjaan skripsi yang lama ini merupakan masalah yang cukup

    serius. Karena semakin lama seseorang menunda mengerjakan skripsi, maka akan

    semakin lama masa studi yang dibutuhkan orang itu untuk menyelesaikan jenjang

    pendidikan. Semakin lama seseorang menempuh jenjang pendidikan di perguruan

    tinggi, maka akan semakin banyak pula biaya yang dibutuhkan. Ganjar Kurnia

    (Rektor UNPAD) menyatakan dana yang dihimpun dari mahasiswa hanya cukup

    untuk menutupi 30% dan total biaya operasional pendidikan di UNPAD.

    Sedangkan sisanya sebesar 35% di antaranya dari subsidi pemerintah dan 35%

    dan 35% dari kerja sama dengan pihak ketiga. Maka, semakin lama seorang

    mahasiswa mengikuti jenjang pendidikan, semakin besar pula subsidi pemerintah.

    Dengan semakin besarnya subsidi pemerintah yang dipakai, maka akan semakin

    besar pula uang rakyat yang dihamburkan.

    Peneliti pun kemudian melakukan wawancara terhadap beberapa

    mahasiswa yang melakukan penundaan. Berdasarkan hasil wawancara informal

    terhadap empat Mahasiswa Fakultas Psikologi (2010), mahasiswa yang sedang

    mengerjakan skripsi, semuanya menyatakan bahwa mereka malas untuk

    mengerjakan skripsi. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa mereka

    sebenarnya dapat mengerjakan dengan baik, namun berbagai alasan dikemukakan

    untuk menunda tugasnya. Ketika ditanya lebih lanjut mengapa mereka malas,

  • 4mereka mengajukan beberapa pendapat lain seperti takut dengan dosen

    pembimbing, ada hal penting lain yang harus dikerjakan, susah cari teori.

    Ada pula yang kehilangan semangat akibat harus me-revisi (memperbaiki) skripsi.

    Kemudian mereka memilih untuk tidak bertemu sebelum menghasilkan yang

    terbaik. Tapi mereka tidak pernah berhasil untuk menghasilkan yang terbaik dan

    pada akhirnya kehabisan tenaga untuk bekerja kembali.

    Menurut Solomon & Rothblum (1984) disebabkan oleh dua faktor utama

    yaitu fear of failure, aversive of the task. Fear of Failure atau motif menolak

    kegagalan adalah suatu kecenderungan rasa bersalah yang dialami karena tidak

    dapat menggapai suatu tujuan. Rasa bersalah ini akibat dari harapan yang begitu

    tinggi pada standar prestasi atau ekspektasi diri (perfeksionis). Kecemasan yang

    tinggi akan timbul akibat dari adanya rasa takut gagal dalam usaha untuk

    mencapai standar tersebut. Pada umumnya para kaum psikologi klinis mengklaim

    bahwa perfeksionis adalah syarat utama bagi berkembangnya tingkah laku

    prokrastinasi (Burka & Yuen; Ellis & Knaus, 1977, dalam Joseph Ferrari, J.

    Johnson & W. McCown, 1995).

    Faktor tidak menyukai tugas (aversive of the task). Berhubungan dengan

    perasaan negatif terhadap tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Hal ini mencakup

    adanya perasaan dibebani tugas yang terlalu berlebihan, ketidakpuasan, dan tidak

    senang melaksanakan tugas yang diberikan. Rasa tidak suka pada tugas antara lain

    karena tidak dirasakan-nya imbalan (reward) secara langsung atau tidak langsung,

    nilai penguatan nya (reinforcement) tidak dirasakan memadai. Pada tugas yang

  • 5mudah dan sederhana, prokrastinator tidak merasa tertantang untuk segera

    mengerjakan. Imbalan yang diberikan terhadap pelakunya menjadi tidak berarti.

    Begitu pula halnya, bila tugas merupakan aktivitas rutin, monoton, dan

    membosankan membuat mereka tidak menyukai mengerjakannya. Para

    prokrastinator akan lebih memilih melakukan aktivitas yang menyenangkan yang

    memberi kepuasan atau penguatan yang berarti.

    Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap seorang alumni fakultas

    psikologi Unpad, faktor-faktor tersebut, sebenarnya juga dialami oleh mereka

    yang lulus dengan cepat. Dengan kata lain tidak melakukan prokrastinasi

    berlebihan. Hal tersebut bahkan menjadi salah satu pendorong bagi dia untuk

    melaksanakan tugas dengan efisien dan secepatnya.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Skripsi dalam akademik merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh

    mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad. Namun cukup banyak mahasiswa yang

    memiliki kesulitan dalam menyelesaikannya. Ini dapat dibuktikan dari jangka

    waktu yang dibutuhkan oleh para mahasiswa lebih lama dari pada seharusnya.

    Beberapa staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Psikologi Unpad juga

    menyatakan banyak mahasiswa yang lama dalam menyelesaikan skripsi mereka.

    Pada wawancara awal, semua mahasiswa yang memerlukan jangka waktu

    yang lebih dari dua semester untuk mengerjakan skripsi menyatakan mereka

    malas mengerjakan skripsi. Namun kebanyakan ahli tidak meneliti malas secara

  • 6langsung. Namun, peneliti melihat bahwa dalam pengerjaan skripsi tersebut

    terjadi prokrastinasi.

    Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengadakan pertanyaan penelitian

    Bagaimana gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

    Unpad yang sedang mengerjakan skripsi?

    Apa yang menjadi penyebab terjadinya prokrastinasi mengerjakan skripsi

    pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad?

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

    Maksud dari penelitian ini ialah untuk memperoleh data empirik mengenai

    prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang

    mengerjakan skripsi.

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran

    prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang

    mengerjakan skripsi.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Bagi ilmu psikologi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan

    dan sumbangan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan prokrastinasi.

    Bagi mahasiswa yang melakukan prokrastinasi, hasil penelitian

    diharapkan dapat digunakan untuk lebih mengenal dirinya dan mulai melakukan

    intervensi terhadap diri sendiri.

  • 7Bagi pihak universitas maupun fakultas yang terkait, data yang diperoleh

    dapat menjadi informasi mengenai intervensi yang tepat bagi mahasiswa yang

    mengalami kesulitan dalam mengerjakan skripsi.

    1.5 Kerangka Pemikiran

    Untuk keperluan penelitian academic procrastination didefinisikan sebagai

    sebagai kecenderungan (self-reported) untuk (a) selalu atau hampir selalu

    menunda tugas-tugas akademik (b) selalu atau hampir selalu mengalami tingkat

    kecemasan yang bermasalah yang diasosiasikan dengan tingkah laku menunda itu.

    (Rothblum, Beswick dan Mann, 1984 dalam Rothblum, Solomon dan Murakami,

    1986). Dari definisi ini, prokrastinasi tidak dilihat sebagai tingkah laku, tapi

    kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil belajar tingkah laku

    sebelumnya. Ini berbeda dengan definisi prokrastinasi secara umum yang juga

    dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum. Walaupun peneliti menggunakan

    definisi ini sebagai definisi operasional, peneliti memilih untuk menempatkan

    prokrastinasi itu sendiri sebagai tingkah laku atau response yang disebabkan oleh

    adanya stimulus.

    Terdapat dua hal yang diambil dari definisi academic procrastination

    dalam mencoba mengukur prokrastinasi. Yang pertama ialah kecenderungan selalu

    menunda tugas akademik, dan yang kedua ialah kecenderungan untuk selalu

    merasa cemas. Kedua hal tersebut dipakai dalam Procrastination Assessment

    Scale for Student (PASS) bagian pertama, dalam usaha mengukur tingkat

  • 8Prokrastinasi pada mahasiswa. Kedua hal tersebut diukur pada setiap 6 bidang

    akademik yang dirumuskan oleh Solomon dan Rothblum.

    Peneliti pun kemudian melakukan observasi secara tidak terstruktur

    terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pembuatan skripsi. Kegiatan

    yang paling sering peneliti lihat ialah membaca dan mentik, dan bertemu dengan

    dosen pembimbing. Kegiatan lainnya yang tidak berkaitan langsung dengan

    mengurus skripsi namun tetap berkaitan ialah mengurus surat-surat administrasi.

    Hasil observasi peneliti digunakan untuk menggantikan 6 bidang akademik

    yang dirumuskan oleh Solomon dan Rothblum. Hal ini dilakukan agar alat ukur

    ini dapat mengukur hal yang lebih spesifik yaitu prokrastinasi pada pada bidang

    skripsi. Kegiatan-kegiatan yang peneliti rumuskan ialah:

    1. membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan

    dengan skripsi

    2. menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.

    3. bertemu dengan dosen pembimbing

    4. mengurus surat-surat yang dibutuhkan

    Kemudian melalui PASS bagian ke dua, Solomon dan Rothblum mencoba

    untuk mencari alasan mengapa seorang siswa melakukan prokrastinasi. Untuk itu

    Solomon dan Rothblum menurunkan 13 variabel antecedent yang didapat dari

    pilot study. Ke 13 variabel tersebut adalah:

    1. evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi)

    2. perfectionism (perfeksionis)

  • 93. difficulty making decision (sukar membuat keputusan)

    4. dependency and help seeking (tidak mandiri dan perlu bantuan)

    5. aversiveness of the task and low frustration tolerance (aversi

    kepada tugas)

    6. lack of self confidence (kurang percaya diri)

    7. laziness(malas)

    8. lack of assertion (tidak asertif)

    9. fear of success(takut berhasil)

    10. tendency to feel overwhelmed and poorly manage time (tidak dapat

    mengatur waktu dan beban)

    11. rebellion against control (sikap pemberontakan)

    12. risk taking (suka pada resiko tinggi)

    13. peer influence (pengaruh teman sebaya)

    Setiap variabel tersebut diturunkan menjadi item-item yang menanyakan

    apakah variabel tersebut menjadi penyebab seseorang menunda.

    Dari penelitian itu, Solomon dan Rothblum menyatakan bahwa

    Prokrastinasi setidaknya disebabkan oleh dua faktor yaitu fear of failure dan task

    aversiveness. Ini adalah dua variabel yang berdiri sendiri dan independen satu

    dengan yang lainnya. Dua faktor itu didapatkan dari hasil analisis faktor terhadap

    13 variabel.

    Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, 13 variabel antecedent

    merupakan hasil pilot study. Dalam pilot study ini para mahasiswa psikologi

  • 10

    diberikan pertanyaan terbuka mengenai mengapa mereka melakukan

    prokrastinasi. Semua jawaban dikumpulkan dan dikelompokkan.

    Dalam penelitian ini, jawaban terhadap item-item yang mengukur ke-13

    variabel antecedent ditempatkan sebagai proses kognitif dalam menghadapi

    stimulus atau faktor-faktor dalam diri yang menjadi penyebab prokrastinasi.

    Dengan kata lain variabel-variabel antecedent baik yang berasal dari luar maupun

    dari dalam diri individu, tidak dianggap sebagai stimulus. Tetapi lebih proses

    kognitif dalam diri individu.

    Frekuensi melakukan penundaan

    Ke- bermasalah

    an dalam penundaan

    Prokrastinasi

    Fear of Failure1. evaluation anxiety 2. perfectionism 3. lack of self confidence

    membaca

    menulis

    Bertemu dosen pembimbing

    mengurus surat-surat

    Di ukur melaluiDalam kegiatan

    Aversiveness of the task4. aversiveness of the

    task and low frustration tolerance

    5. laziness

    6. difficulty making decision

    7. dependency and help seeking

    8. lack of assertion 9. fear of success10. tendency to feel

    overwhelmed and poorly manage time

    11. rebellion against control

    12. risk taking 13. peer influence

    Sti

    mulus

    Organisme

    Respon

    Diagram 1: Bagan Kerangka Pemikiran

  • 2BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Prokrastinasi

    Prokrastinasi merupakan masalah yang kompleks dan dialami oleh

    masyarakat baik pada orang kebanyakan maupun dalam lingkungan akademis

    (Ferrari, Johnson & McCown, 1995).

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Birner (1993) dikenali bahwa

    prokrastinator memiliki keraguan dan ketidakpastian dalam menentukan sikap dan

    perilaku. Pada umumnya prokrastinator mengalami kepribadian yang kurang

    matang dan memiliki kesadaran diri yang tidak merata. Kondisi ini memaksa

    prokrastinator untuk mempertahankan diri dari impuls yang mendesak.

    Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu procratinare,

    merupakan gabungan dua kata pro, awalan yang berarti mendorong maju atau

    bergerak maju dan kata cratinus yang berarti kepunyaan hari esok, jika

    digabungkan artinya menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya

    (DeSimone, 1993 dalam Ferrari, Konsonan & McCown, 1995). Orang mesir kuno

    mengartikan prokrastinasi ke dalam dua arti, yaitu suatu kebiasaan berguna untuk

    menghindari pekerjaan yang tidak penting dan usaha impulsive, juga berarti

    kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas

    yang penting untuk nafkah hidup, seperti mengerjakan ladang ketika waktu

    menanam tiba.

    11

  • 12

    Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai

    definisi prokrastinasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown & Holzman

    (1976 dalam Ferrari dkk, 1995) yang menunjuk pada suatu bentuk kecenderungan

    menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Ellis & Knaus (1977

    dalam Ferrari dkk, 1995) memandang prokrastinasi berdasarkan gambaran kondisi

    yang memulai atau menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas berkaitan dengan

    waktu yang terbatas. Prokrastinasi bukan hanya kecenderungan semata-mata,

    melainkan sebagai sebuah respons yang jelas ditujukan untuk mengantisipasi

    tugas-tugas yang tidak disukai, tidak memadainya penguatan, atau hambatan

    kinerja yang didasarkan pada keyakinan yang tidak rasional. Komponen waktu

    juga merupakan unsur utama yang membentuk konsep prokrastinasi.

    2.1.1 Prokrastinasi menurut pandangan Behaviour

    Prokrastinasi dapat dilihat dari sudut pandang Psikoanalisa, Psikodinamika

    dan Behaviorisme. Namun, penelitian paling banyak saat ini masih dari

    Behaviorisme (Ferrari, Johnson dan McCown, 1995).

    Para Behavioris, pada umumnya membahas prokrastinasi dengan

    menggunakan teori reinforcement. Pada dasarnya para behavioris melihat

    prokrastinasi itu adalah tindakan yang diperoleh dari hasil belajar, yang terus

    menerus.

    Apabila dihubungkan dengan pengerjaan skripsi penjelasannya akan

    menjadi seperti ini. Mahasiswa akan mendapat stimulus berupa tuntutan

  • 13

    pengerjaan skripsi. Kemudian mahasiswa, akan bertingkah laku berbeda-beda

    sesuai dengan keadaannya saat itu. Pada saat mengerjakan, hal yang pada

    umumnya didapatkan oleh mahasiswa adalah ketidak-senangan. Ini sesuai dengan

    apa yang ditemukan oleh Solomon dan Rothblum (1984) bahwa faktor

    Aversiveness of the task, atau ketidak-sukaan terhadap tugas menjadi salah satu

    faktor utama mengapa mahasiswa prokrastinasi. Dan ketika mahasiswa

    melakukan kegiatan-kegiatan yang lain yang lebih menyenangkan, mahasiswa

    mendapatkan reinforcement positif yang membuat dia melakukan tindakan itu

    kembali. Akhirnya apabila seseorang mahasiswa mendapat tuntutan pengerjaan

    skripsi, maka mahasiswa akan cenderung untuk mengerjakan hal lain yang lebih

    menyenangkan dan mendapat reward setelahnya.

    2.1.2 Prokrastinasi menurut pandangan Cognitive Behaviour

    Yang pertama kali mempopulerkan penjelasan prokrastinasi menggunakan

    cognitive-behavioral adalah Ellis dan Knaus (Ferrari, Johnson dan McCown,

    1995). Mereka menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan prokrastinasi

    biasanya memiliki ketakutan yang irasional dan self-criticism. Salah satu yang

    mendukung hal ini juga berasal dari penelitian Solomon dan Rothblum pada tahun

    1994. Mereka menyatakan bahwa fear of failure menjadi salah satu penyebab dari

    seseorang melakukan Prokrastinasi. Mahasiswa menghindari mengerjakan tugas

    yang mereka anggap tidak dapat diselesaikan dengan baik. Sayangnya tidak ada

    usaha untuk mengukur apakah belief pada mahasiswa itu benar.

  • 14

    Pernyataan diri atau self-statements, pun menjadi salah satu kognisi yang

    sering diasosiasikan dengan prokrastinasi. Greco (1985 dalam Ferrari, Johnson

    dan McCown) menyatakan bahwa prokrastinator sering melakukan self-talk yang

    negatif, terutama di dalam membuat alasan.

    2.1.3 Penelitian Prokrastinasi Solomon dan Rothblum

    Solomon dan Rothblum menyatakan prokrastinasi sebagai the act of

    needlessly delaying task to the point of experiencing subjective discomfort

    (Solomon dan Rothblum, 1984). Definisi ini diterjemahkan oleh peneliti menjadi,

    tindakan menunda yang tidak diperlukan sampai menimbulkan rasa tidak nyaman

    pada diri subjek. Terdapat dua hal yang dapat peneliti ambil. Yang pertama ialah

    delaying task (menunda tugas) dan experiencing subjective discomfort (merasa

    tidak nyaman pada diri Subjek). Jadi prokrastinasi menurut Solomon dan

    Rothblum prokrastinasi tidak hanya sekedar tingkah laku menunda saja, tapi juga

    mencakup pengalaman seseorang dalam merasa tidak nyaman.

    Untuk keperluan penelitian, Rothblum menyatakan academic

    procrastination sebagai kecenderungan (self-reported) untuk (a) selalu atau

    hampir selalu menunda tugas-tugas akademik (b) selalu atau hampir selalu

    mengalami tingkat kecemasan yang bermasalah yang diasosiasikan dengan

    tingkah laku menunda itu. (Rothblum, Beswick dan Mann, 1984 dalam Rothblum,

    Solomon dan Murakami, 1986). Ini tampaknya menjadi Definisi Operasional,

    yang diturunkan untuk menjadi alat ukur. Dari sini tampak terlihat bahwa yang

  • 15

    menarik bagi Solomon dan Rothblum ialah penundaan tugas yang juga berkaitan

    dengan rasa cemas.

    Dua hal ini (tindakan menunda dan cemas) diaplikasikan dalam alat ukur

    yang juga dibuat oleh mereka yaitu Procrastination Assessment Scale for Student

    (PASS) pada tahun 1984. Terdapat tiga tujuan mengapa alat ukur ini dibuat

    (Solomon dan Rothblum, 1984). Tujuan dari dibuat alat ukur ini ialah untuk:

    1. meng-assess secara umum prokrastinasi akademik yang terjadi pada

    mahasiswa,

    2. memeriksa alasan mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik.

    3. untuk membandingkan prokrastinasi yang dilaporkan oleh subjek (self-

    reported) dengan pengukuran prokrastinasi melalui tingkah laku, dan

    tes self-reported yang lain (anxiety test, study habit)

    PASS terdiri dari dua bagian. Bagian pertama untuk memenuhi tujuan yang

    pertama. Maka dibuatlah item yang menanyakan mengenai kecenderungan untuk

    sering melakukan penundaan dan kecenderungan untuk mengalami kecemasan

    yang diasosiasikan dengan prokrastinasi. Kedua kecenderungan ini dilihat

    dalam 6 lingkup akademik yaitu:

    1. menulis makalah,

    2. belajar untuk ujian,

    3. mengerjakan tugas mingguan,

    4. melaksanakan tugas administratif,

    5. datang dalam pertemuan dan

  • 16

    6. melakukan tugas akademik secara umum.

    Kemudian di bagian kedua mengenai alasan mengapa seseorang

    melakukan prokrastinasi. Ini dibuat untuk memenuhi tujuan ke 2 dari dibentuknya

    PASS. Untuk itu Solomon dan Rothblum mengadakan pilot study mengenai alasan

    mengapa seseorang melakukan prokrastinasi. Pada pilot study mahasiswa

    diberikan pertanyaan terbuka. Hasil jawaban dari mahasiswa kemudian

    dikumpulkan dan dikategorikan menjadi 13 variabel yang terdiri dari:

    1. kecemasan dievaluasi,

    2. kurangnya kepercayaan diri,

    3. sulit mengambil keputusan,

    4. ketidak-sukaan terhadap tugas dan rendahnya toleransi kepada

    frustrasi

    5. kurangnya kepercayaan diri,

    6. malas,

    7. kurangnya rasa setuju,

    8. fear of success,

    9. kecenderungan untuk merasa hebat dan kurang bisanya mengatur

    waktu,

    10. pemberontakan terhadap kontrol,

    11. mengambil resiko,

    12. pengaruh teman sebaya .

  • 17

    Alat tes itu di uji cobakan kepada 342 mahasiswa fakultas psikologi yang

    belum lulus. Dari 342 data tersebut, 51 subjek tidak dipakai karena terdapat

    kesalahan dalam penulisan no Identitas.

    Pada penelitian Solomon dan Rothblum, dinyatakan bahwa sebanyak 46%

    menunda pada tugas menulis makalah, 27,6% pada belajar untuk ujian, dan 30,1%

    pada tugas membaca mingguan. Sedangkan pada responden yang menunda pada

    tugas administrasi sebanyak 10,6%. Pada kedatangan sebanyak 23%, dan aktivitas

    umum sebanyak 10,2%.

    Dan kemudian hasil tersebut dianalisis. Hasil faktor analisis tersebut ialah

    faktor terbesar ialah 49.5% yang berkaitan dengan fear of failure atau takut gagal.

    Dan faktor kedua ialah task aversiveness dan kemalasan yang bernilai 18%. Selain

    dua faktor tersebut, tidak ada faktor lain yang nilainya lebih besar dari 1,50%.

    Yang termasuk ke dalam faktor fear of failure ialah:

    1. evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi)

    2. perfectionism (perfeksionis)

    3. lack of self confidence (kurang percaya diri)

    Dan yang masuk ke dalam faktor ke task aversiveness ialah:

    1. aversiveness of the task (aversi terhadap tugas)

    2. laziness (malas)

    Dari sini Solomon dan Rothblum menyatakan bahwa Prokrastinasi

    setidaknya dibentuk oleh dua hal yaitu fear of failure dan Task Aversiveness. Ini

    adalah dua variabel yang berdiri sendiri dan independen satu dengan yang lainnya.

  • 18

    Fear of Failure adalah suatu kecenderungan rasa bersalah yang dialami

    karena tidak dapat menggapai suatu tujuan. Rasa bersalah ini akibat dari harapan

    yang begitu tinggi pada standar prestasi atau ekspektasi diri (perfeksionis).

    Kecemasan yang tinggi akan timbul akibat dari adanya rasa takut gagal dalam

    usaha untuk mencapai standar tersebut. Pada umumnya para kaum psikologi klinis

    mengklaim bahwa perfeksionis adalah syarat utama bagi berkembangnya tingkah

    laku prokrastinasi (Burka & Yuen; Ellis & Knaus, 1977, dalam Joseph Ferrari, J.

    Johnson & W. McCown, 1995).

    Sedangkan aversive of the task berhubungan dengan perasaan negatif

    terhadap tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Hal ini mencakup adanya perasaan

    dibebani tugas yang terlalu berlebihan, ketidakpuasan, dan tidak senang

    melaksanakan tugas yang diberikan. Rasa tidak suka pada tugas antara lain karena

    tidak dirasakannya imbalan (reward) secara langsung atau tidak langsung, nilai

    penguatan nya (reinforcement) tidak dirasakan memadai. Pada tugas yang mudah

    dan sederhana, prokrastinator tidak merasa tertantang untuk segera mengerjakan.

    Imbalan yang diberikan terhadap pelakunya menjadi tidak berarti. Begitu pula

    halnya, bila tugas merupakan aktivitas rutin, monoton, dan membosankan

    membuat mereka tidak menyukai mengerjakannya. Para prokrastinator akan lebih

    memilih melakukan aktivitas yang menyenangkan yang memberi kepuasan atau

    penguatan yang berarti.

    Solomon dan Rothblum juga menemukan terdapat korelasi positif yang

    signifikan antara nilai prokrastinasi dengan beberapa faktor klinis seperti depresi,

  • 19

    trait anxiety dan pikiran irasional. Nilai prokrastinasi juga berkorelasi negatif

    dengan self-esteem. Semua ini menunjukkan bahwa prokrastinasi bukan hanya

    masalah kemampuan belajar, tetapi juga di dalamnya termasuk komponen afektif

    dan kognitif.

    2.2 Mahasiswa

    Menurut peraturan pemerintah (PP no. 60 tahun 1999) yang dimaksud

    dengan mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan

    tinggi tertentu. Apabila dilihat dari KBBI mahasiswa adalah orang yang belajar di

    perguruan tinggi (KBBI). Fokus penekanan pada mahasiswa dilihat dari perannya

    sebagai peserta didik. Namun tentunya mahasiswa juga manusia yang tidak bisa

    dilepaskan dari karakteristik manusia lainnya.

    2.2.1 Mahasiswa dilihat dari Perkembangan Psikologis

    Pada Fakultas Psikologi Unpad, sebagian besar mahasiswa masuk ke

    perguruan tinggi pada umur 17 atau 18 tahun. Kemudian sebagian besar

    mengambil skripsi di semester 7 atau 8 atau tahun ketiga dari masa studi.

    Sehingga mereka mulai mengambil skripsi pada umur 20 atau 21 tahun.

    Adanya batas studi pengerjaan skripsi selama 14 semester (yang mulai

    diberlakukan untuk angkatan 2003), menyebabkan mahasiswa tersebut harus

    mengundurkan diri apabila skripsi tersebut belum selesai. Apabila dilihat dari

  • 20

    umurnya maka batas sebagian besar usia mahasiswa sebelum terpaksa

    mengundurkan diri ialah 24 sampai 25 tahun.

    Menurut Hurlock (1980) seorang individu yang mempunyai rentang umur

    antara 18-40 tahun termasuk dalam periode dewasa awal. Santrock (1999)

    mengatakan bahwa masa dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi

    secara fisik (physically transition), transisi intelektual (cognition transition) serta

    transisi peran sosial (social role transition).

    Transisi di atas menyebabkan mahasiswa sebagai individu yang berada

    pada tahap dewasa awal harus menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya dan

    lingkungan. Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini sebagai periode yang sulit

    dan khusus dari rentang hidup seseorang (Marini, 1978, dalam Hurlock, 1980).

    Hal ini disebabkan karena sebagian besar remaja mempunyai orang tua, guru,

    teman atau orang-orang yang lain yang bersedia menolong mereka mengadakan

    penyesuaian diri. Namun sebagai individu yang dewasa, mahasiswa diharapkan

    dapat mengadakan penyesuaian diri secara mandiri.

    2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan mahasiswa menurut Havighurst

    Havighurst menyatakan bahwa setiap manusia melewati 6 tahap

    perkembangan yang dipisahkan berdasarkan umur seseorang. Setiap tahap

    perkembangan tersebut terdapat tugas-tugas yang harus dipenuhi oleh seorang

    manusia. Keenam tahap itu ialah:

    Infancy & early childhood (dari lahir sampai 6 tahun)

  • 21

    Middle childhood (6 13 tahun)

    Adolescence (13 18 tahun)

    Early Adulthood (19 30 tahun)

    Middle Age (30 60 tahun)

    Later maturity (di atas 60 tahun)

    Umur mahasiswa yang mengerjakan skripsi (20 sampai dengan 25 tahun)

    jatuh pada tahap perkembangan early adulthood atau dewasa awal. Tugas-tugas

    perkembangan dari tahap tersebut adalah:

    1. mencapai hubungan baru dan lebih dewasa dengan orang lain yang

    seusia,

    2. mencapai pilihan peran maskulin atau feminim, menerima fisik diri

    sendiri dan menggunakan badan secara efektif.

    3. mencapai kebebasan emosional baik dari orang tua maupun dari

    orang dewasa lainnya,

    4. mempersiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga,

    5. mengambil atau memakai satu set sistem nilai dan etika untuk

    menuntun tingkah laku,

    6. menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung-jawab

    secara sosial,

    7. memilih pekerjaan.

  • 22

    Havighurst (1961 dalam Hurlock, 1980) berpendapat bahwa institusi

    pendidikan mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu

    individu dalam mencapai tugas perkembangannya.

    2.3 Skripsi

    Skripsi adalah suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil

    penelitian yang membahas suatu masalah dalam bidang ilmu tertentu dengan

    menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu itu.

    Tujuan mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

    adalah untuk membuat mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya

    ilmiah sesuai dengan bidang ilmu yang ditempuhnya berdasarkan penelitian yang

    dilakukan oleh mahasiswa sendiri.

    Batas waktu pelaksanaan mata kuliah skripsi adalah 1 (satu) Semester.

    Apabila dalam jangka waktu satu Semester mahasiswa belum dapat

    menyelesaikan skripsinya maka waktu pelaksanaan mata kuliah skripsi dapat

    diperpanjang dalam waktu maksimal satu Semester lagi. Mahasiswa yang

    memperpanjang mata kuliah skripsi tersebut akan diberikan nilai K. Perpanjangan

    tersebut dapat dilakukan apabila mahasiswa sudah melaksanakan Seminar Usulan

    Penelitian yang dibuktikan dengan berita acara dan Daftar Hadir Seminar Hasil

    Usulan Penelitian.

  • 3BAB III

    METODA PENELITIAN

    3.1 Rancangan penelitian

    Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah rancangan non-

    eksperimental dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Pendekatan

    penelitian deskripsi adalah teknik yang digunakan untuk menghasilkan deskripsi

    atau gambaran dari sebuah situasi, kejadian atau sekumpulan kejadian.

    (Christensen 1997)

    Adapun metode yang dipakai ialah metode survei. Yaitu studi lapangan

    yang digunakan untuk mengambil data dalam sebuah suatu keadaan (Christensen,

    1997). Metode survei ini dipilih karena penelitian ini bersifat mencari tahu apa

    saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prokrastinasi.

    3.2 Variabel penelitian

    Penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu prokrastinasi akademik

    mengerjakan skripsi. Prokrastinasi sendiri didefinisikan sebagai tindakan menunda

    yang tidak diperlukan sampai menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri subjek.

    Sedangkan untuk Prokrastinasi Akademik, digunakan definisi operasional yang

    dirumuskan oleh Rothblum. Definisi operasional Prokrastinasi Akademik ialah

    kecenderungan (self-reported) untuk (a) selalu atau hampir selalu menunda tugas-

    tugas akademik (b) selalu atau hampir selalu mengalami tingkat kecemasan yang

    23

  • 24

    bermasalah yang diasosiasikan dengan tingkah laku menunda itu. (Rothblum,

    Beswick dan Mann, 1984 dalam Rothblum, Solomon dan Murakami, 1986).

    3.3 Kriteria Unit Survei

    Partisipan yang akan menjadi unit Survei adalah mahasiswa yang memiliki

    kriteria sebagai berikut:

    1. Mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2004, 2005,

    2006 dan 2007.

    2. Sedang mengerjakan skripsi. Dikarenakan pengambilan data

    dilakukan pada akhir semester (bulan Juni dan Juli), maka

    diasumsikan mahasiswa yang baru mengambil skripsi telah

    melalui masa mengerjakan skripsi selama 5 bulan. Hal ini

    dianggap cukup oleh peneliti untuk melihat seseorang telah

    melakukan penundaan atau belum.

    3.4 Alat Ukur

    Alat ukur yang dipakai adalah PASS yang disesuaikan. Dibuat oleh

    Solomon dan Rothblum. Alat ukur ini terdiri dari dua bagian. PASS bagian

    pertama dan PASS bagian kedua.

  • 25

    3.4.1 PASS Bagian pertama

    Pada bagian pertama mereka membuat kegiatan prokrastinasi akademik

    dalam 6 bidang yang mungkin dilakukan oleh seorang siswa atau mahasiswa. 6

    bidang ini dalam bidang akademik, dirasakan kurang sesuai apabila digunakan

    untuk mengukur prokrastinasi pada skripsi.

    Dari hasil observasi, peneliti merumuskan empat kegiatan yang dilakukan

    dalam mengerjakan skripsi. Ke-empat kegiatan itu disusun dengan syarat

    dimungkinkan terjadi prokrastinasi dalam kegiatan tersebut. empat kegiatan itu

    ialah:

    1. membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan

    dengan skripsi

    2. menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.

    3. bertemu dengan dosen pembimbing

    4. mengurus surat-surat yang dibutuhkan

    Dalam PASS setiap bidang akademik diturunkan menjadi dua item

    pertanyaan sesuai dengan dimensi yang diukur dalam PASS. Dua dimensi tersebut

    ialah mengenai frekuensi responden dalam melakukan prokrastinasi di bidang

    yang bersangkutan, sedangkan pada dimensi kedua mengenai seberapa

    bermasalah penundaan di bidang akademik tersebut. Dimensi kedua ini ditujukan

    untuk melihat rasa ke-"bermasalah"-an terhadap penundaan tersebut. Karena

    menurut Solomon dan Rothblum, dalam prokrastinasi terdapat anxiety.

  • 26

    Peneliti menurunkan kegiatan-kegiatan yang telah diobservasi menjadi

    item-item pertanyaan sesuai seperti dalam alat ukur PASS. Kemudian peneliti

    menambahkan satu pertanyaan terbuka yang menanyakan tugas lainnya, yang

    berupa pertanyaan terbuka. Hal ini ditujukan untuk menjaring kegiatan-kegiatan

    yang mungkin terlewat oleh peneliti.

    Sebagai data tambahan, peneliti juga menambahkan pertanyaan mengenai

    jangka waktu penundaan yang dilalui sebelum mengerjakan kegiatan-kegiatan di

    atas. Hal ini dilakukan karena kegiatan prokrastinasi sering dihubungkan dengan

    lamanya jangka waktu yang dibutuhkan.

    Untuk jawabannya, pada dimensi pertama Subjek akan diminta untuk

    memilih antara 5 pilihan skala Likert, yang terbentuk dari tidak pernah

    melakukan, sampai dengan selalu melakukan. Pada dimensi kedua jawaban akan

    berkisar dari menunjukkan tidak bermasalah sama sekali, sampai dengan sangat

    bermasalah. Untuk lebih jelasnya pilihan jawaban dapat dilihat sebagai berikut:

    1 = tidak pernah melakukan penundaan pada kegiatan tersebut,

    2 = jarang melakukan penundaan pada kegiatan tersebut,

    3 = ragu-ragu,

    4 = sering melakukan penundaan pada kegiatan tersebut,

    5 = selalu melakukan penundaan pada kegiatan tersebut

    Sedangkan pada dimensi kedua sebagai berikut:

    1 = tidak bermasalah

    2 = sedikit bermasalah

  • 27

    3 = ragu-ragu,

    4 = bermasalah

    5 = sangat bermasalah

    Penurunan item-item tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.

  • Tabel 3.1: Penurunan alat ukur PASS bagian pertamaDimensi Kegiatan dalam

    pengerjaan skripsiItem-item

    Frekuensi membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi

    Seberapa sering anda menunda untuk membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi

    DO: Frekuensi tingkah laku (menurut persepsi responden) menunda dalam pengerjaan tugas-tugas pembuatan skripsi

    Seberapa sering anda menunda untuk menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.

    Seberapa sering anda menunda untuk bertemu dengan dosen pembimbing

    Seberapa sering anda menunda untuk mengurus surat-surat yang dibutuhkan

    menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.

    Apakah ada tugas lain yang anda tunda? Sebutkan. Seberapa sering anda menunda hal tersebut.

    Ke-bermasalah-an Apakah penundaan dalam membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi menjadi masalah bagi anda?

    DO:kecemasan yang diukur melalui persepsi responden terhadap seberapa bermasalah-nya penundaan itu terjadi

    Apakah penundaan dalam menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan menjadi masalah bagi anda?

    bertemu dengan dosen pembimbing

    Apakah penundaan dalam bertemu dengan dosen pembimbing menjadi masalah bagi anda?

    Apakah penundaan dalam mengurus surat-surat yang dibutuhkan menjadi masalah bagi anda?

    Apakah penundaan dalam tugas lainnya (yang anda sebutkan di atas) menjadi masalah bagi anda?

    Lamanya waktu (data penunjang)

    mengurus surat-surat yang dibutuhkan

    Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi?

    DO: Lamanya waktu penundaan yang dilakukan oleh responden

    Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan.?

    Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum bertemu dengan dosen pembimbing?

    tugas lainnya Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum mengurus surat-surat yang dibutuhkan?

    Berapa lama rata-rata penundaan yang anda lakukan sebelum tugas-tugas lain yang anda sebutkan di atas?

  • 29

    3.4.2 PASS bagian kedua

    Pada PASS bagian kedua, Solomon dan Rothblum mencari penyebab-

    penyebab (antecedent) umum mengapa seseorang melakukan prokrastinasi

    akademik. Antecedent itu didapat dari sebuah pilot study terhadap mahasiswa

    psikologi yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum. Mereka menggunakan

    bentuk pertanyaan open-ended. Kemudian hasil dari jawaban-jawaban tersebut

    dikelompokkan menjadi 13 faktor. Dan setiap faktor memiliki 2 pernyataan. Ke 13

    faktor tersebut ialah:

    1. evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi)

    2. perfectionism (perfeksionis)

    3. difficulty making decision (sukar membuat keputusan)

    4. dependency and help seeking (tidak mandiri dan perlu bantuan)

    5. aversiveness of the task and low frustration tolerance (aversi

    kepada tugas)

    6. lack of self confidence (kurang percaya diri)

    7. laziness (malas)

    8. lack of assertion (tidak asertif)

    9. fear of success (takut berhasil)

    10. tendency to feel overwhelmed and poorly manage time (tidak dapat

    mengatur waktu dan beban)

    11. rebellion against control (sikap pemberontakan)

    12. risk taking (suka pada resiko tinggi)

  • 30

    13. peer influence (pengaruh teman sebaya)

    Dikarenakan dalam penelitian ini tidak diadakan pilot study, maka peneliti

    akan membuat beberapa pernyataan terbuka pada bagian awal. Hal ini dilakukan

    untuk melihat variabel antecedent yang mungkin khas pada di Fakultas Psikologi

    Unpad. Penurunan variabel antecedent itu dapat dilihat pada tabel 3.2.

    Tabel 3.2: Penurunan alat ukur bagian 2Variabel antecedent

    Indikator Item

    kecemasan dievaluasi

    cemas mendapat nilai buruk

    Saya khawatir bila saya mendapat nilai yang jelek.

    cemas dinilai oleh dosen pembimbing

    Saya khawatir bila pekerjaan saya tidak memenuhi harapan atau keinginan Dosen Pembimbing.

    perfeksionis ingin mendapatkan hasil yang sempurna

    Saya ingin hasil pekerjaan skripsi saya sempurna

    cemas apabila tidak dapat memenuhi target

    Saya khawatir bila saya tidak dapat memenuhi harapan atau target saya.

    sukar membuat keputusan

    mengalami kebingungan memilih tema

    Saya bingung memilih tema/topik untuk skripsi saya.

    kebingungan memilih mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu

    Saya sulit untuk memutuskan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam pengerjaan skripsi

    tidak mandiri dan perlu bantuan

    menunggu bantuan orang lain

    Saya menunggu sampai teman-teman mengerjakan skripsi mereka, sehingga mereka dapat membantu saya mengerjakannya.

    butuh pendapat atau saran orang lain

    Saya butuh pendapat atau saran dari orang lain dalam pengerjaan skripsi saya.

    aversi kepada tugas tidak suka dengan skripsi

    Saya tidak suka dengan skripsi.

    merasa banyak beban apabila mengerjakan skripsi

    Saya merasa bila mengerjakan skripsi membutuhkan waktu yang lama dan membosankan.

  • 31

    Variabel antecedent

    Indikator Item

    kurang percaya diri merasa tidak percaya diri

    Saya merasa saya tidak percaya diri mengerjakan skripsi tersebut

    takut tidak dapat mempertahankan prestasi

    Takut tidak dapat mempertahankan prestasi atau hasil yang telah dicapai.

    malas malas mengerjakan skripsi

    Saya merasa malas mengerjakan skripsi

    tidak memiliki motivasi

    Saya tidak memiliki dorongan yang besar untuk memulai mengerjakan skripsi

    tidak asertif tidak berani meminta pertolongan

    Ada hal-hal yang tidak saya mengerti tapi saya tidak berani menanyakannya ke guru.

    tidak mau mengerjakan terlebih dahulu

    Saya tahu teman-teman juga belum mengerjakan skripsi mereka sehingga saya juga belum mengerjakannya.

    takut berhasil cemas apabila berhasil diminta untuk lebih

    Bila saya mengerjakan skripsi dengan baik saya takut orang lain akan menuntut hasil yang lebih baik lagi dari saya di masa mendatang.

    tidak mau terlihat baik Saya tidak suka apabila saya dilihat pintar atau cepat dalam pengerjaan skripsi

    tidak dapat mengatur waktu dan beban

    banyak pekerjaan yang belum selesai

    Ada banyak hal yang harus saya kerjakan.

    merasa waktu yang ada tidak cukup

    Saya merasa batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan skripsi tidak cukup.

    sikap pemberontakan

    tidak suka diberi deadline

    Saya menolak untuk mengikuti batas waktu (deadline) yang dibuat oleh orang lain untuk menyelesaikan skripsi.

    tidak suka diperintah oleh dosen pembimbing

    Saya tidak suka melakukan tugas-tugas yang diperintahkan oleh orang lain.

    suka pada resiko tinggi

    merasa tertantang bila menghadapi resiko tinggi

    Saya menikmati tantangan ketika mengerjakan dekat dengan deadline.

    merasa puas bila bisa mengerjakan tugas dengan resiko tinggi

    Ada rasa puas bila berhasil menyelesaikan dalam jangka waktu yang sedikit (dikejar batas waktu).

  • 32

    Variabel antecedent

    Indikator Item

    pengaruh teman sebaya

    tidak bisa menolak Saat akan mengerjakan saya tidak bisa menolak ajakan teman untuk pergi bermain.

    tidak berani menolak Tidak berani menolak apabila teman-teman meminta saya mengerjakan hal lain lebih dahulu.

    3.4.3 Cara penilaian

    Cara penilaian atau pemberian skor pada PASS bagian satu ialah

    menjumlahkan seluruh angka yang dipilih oleh subjek penelitian. Sedangkan

    untuk PASS bagian dua, dengan menjumlahkan dua angka per faktor atau variabel

    tersebut.

    3.4.4 Uji Coba alat Ukur

    Proses uji coba (try-out) terhadap alat ukur bertujuan untuk mendapatkan

    bukti mengenai kemampuan alat ukur tersebut mengukur yang diharapkan.

    Pengujian terhadap alat ukur ini dilakukan kepada beberapa alumni mahasiswa

    Fakultas Psikologi Unpad dan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad

    yang sudah mengambil skripsi. Didapatkan 31 responden, dan kemudian diajukan

    uji reliabilitas dan validitas.

  • 33

    3.4.4.1 Reliabilitas alat ukur

    Reliabilitas adalah tingkat keterandalan terhadap suatu hasil pengukuran.

    Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi, berarti alat ukur tersebut dapat

    memberikan gambaran yang konsisten.

    Untuk menguji reliabilitas alat ukur, peneliti melihat internal consistency

    pada alat ukur. Caranya dengan menghitung Alpha Cronbach dari alat ukur

    tersebut. Untuk menghitung Alpha Cronbach dari alat ukur tersebut peneliti

    menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 17. Dan didapatkan hasil berikut.

    Tabel 3.3: Reliabilitas Alat UkurCronbach's Alpha N of items

    .605 8

    Hasil perhitungan Cronbach's Alpha ialah 0,605, ini termasuk dalam

    kategorisasi sedang yang berkisar 0,5 sampai dengan 0,85 (Sugiyono, 2004).

    Dengan kata lain, alat ukur ini dapat diandalkan.

    3.4.4.2 Validitas alat ukur

    Untuk melihat validitas alat ukur itu peneliti menggunakan Concurrent

    Validity yang termasuk dalam Construct Validity. Alat ukur ini dikorelasikan

    dengan lama studi.

    Lama studi diasumsikan berkorelasi dengan masa pengerjaan skripsi. Dan

    lama atau masa pengerjaan skripsi diasumsikan sebagai tanda dari Prokrastinasi.

  • 34

    Untuk penghitungan korelasi akan digunakan bantuan dari perangkat lunak SPSS

    v17. Hasil dari perhitungan SPSSv17 ialah

    Tabel 3.4: Hasil perhitungan korelasiPearson Correlation 0.468*

    Sig. (2-tailed) 0.012

    Sum of Squares and Cross Product 61.38

    Covariance 2.27

    N 28

    Dikarenakan terdapat beberapa responden tidak didapatkan mengenai lama

    masa studi maka tidak dimasukkan dalam perhitungan korelasi ini.

    Dari korelasi tersebut maka didapatkan alat ukur ini berkorelasi secara

    signifikan dengan masa studi responden (signifikansi 2-tailed di bawah taraf nyata

    0,5). Karena alat ukur ini berkorelasi dengan lama masa studi, dapat dikatakan alat

    ukur ini valid.

    3.4.4.3 Analisis Item

    Untuk melihat apakah alat ukur ini terdiri dari item-item yang baik maka

    peneliti melakukan analisis item. Untuk analisis item peneliti menggunakan

    korelasi dengan analisis item.

    Dari hasil analisis item yang ada pada Tabel 3.5 ditemukan bahwa semua

    item memiliki korelasi di atas 0,3. Menurut Guilford, item yang memiliki korelasi

    item dengan total di atas 0,3 termasuk item yang baik sehingga dapat dipakai.

  • 35

    Tabel 3.5: Korelasi item dengan totalitem Item-total correlation

    frekuensi prokrastinasi membaca materi 0.65

    frekuensi prokrastinasi menulis 0.42

    frekuensi prokrastinasi bertemu dengan dosen 0.66

    frekuensi prokrastinasi mengurus surat-surat 0.3

    ke-bermasalah"-an membaca materi 0.75

    ke-bermasalah"-an menulis 0.7

    ke-bermasalah"-an bertemu dengan dosen 0.44

    ke-bermasalah"-an mengurus surat-surat 0.33

    3.4.4.4 Perbaikan alat ukur

    Dalam try-out peneliti memberikan pertanyaan terbuka mengenai adakah

    tugas lain yang dimungkinkan adanya penundaan. Kegiatan lain dikemukakan

    oleh responden ialah kerja, mencari literatur, mencari responden, tugas kuliah,

    mentik, dan mengolah data.

    Dari data tersebut yang menurut peneliti berhubungan dengan skripsi dan

    dilakukan sepanjang pengerjaan skripsi (dari sebelum seminar sampai sidang)

    ialah mencari literatur dan mentik. Sedangkan yang lainnya tidak berhubungan

    dengan skripsi.

    Untuk itu peneliti menambahkan item mengenai mencari literatur. Dan

    untuk mentik, peneliti memperbaiki item mengenai menuangkan ide dalam bentuk

    tulisan. Karena sebenarnya ini mengacu pada hal yang sama. Sehingga item-

    itemnya ialah:

    1. Seberapa sering anda menunda untuk mencari literatur, materi atau hal lain

    yang berkaitan dengan skripsi?

  • 36

    2. Seberapa sering anda menunda untuk membaca atau mempelajari materi

    atau hal lain yang berkaitan dengan skripsi?

    3. Seberapa sering anda menunda untuk menuangkan hasil yang telah dibaca

    dalam bentuk tulisan? (menunda mengetik atau menulis)

    4. Seberapa sering anda menunda untuk bertemu dengan dosen pembimbing?

    5. Seberapa sering anda menunda untuk mengurus surat-surat yang

    dibutuhkan dalam kegiatan skripsi anda? (SK Pembimbing, atau Surat

    peminjaman Ruang)

    6. Apakah penundaan dalam mencari literatur atau materi menjadi masalah

    bagi anda?

    7. Apakah penundaan dalam membaca atau mempelajari materi yang

    berkaitan dengan skripsi menjadi masalah bagi anda?

    8. Apakah penundaan dalam menuangkan hasil yang telah dibaca dalam

    bentuk tulisan menjadi masalah bagi anda?

    9. Apakah penundaan dalam bertemu dengan dosen pembimbing menjadi

    masalah bagi anda?

    10. Apakah penundaan dalam mengurus surat-surat yang dibutuhkan dalam

    pengerjaan skripsi menjadi masalah bagi anda?

  • 37

    3.5 Pengolahan Data

    Untuk PASS bagian pertama, semua data akan diambil bentuk angka dan

    kemudian akan dijumlahkan semua. Hal ini sama seperti yang dilakukan Solomon

    dan Rothblum dalam alat ukur PASS.

    Hasil total itu akan dikategorikan menjadi tiga bagian. Kategorisasi

    digunakan untuk membantu pengolahan data secara deskriptif (Sugiyono, 2006).

    Skor dinilai berdasarkan standar tertentu, criterion-referenced score, sehingga

    hasil dapat dilihat secara mandiri dan dibandingkan dengan standar tertinggi yang

    dapat dicapai dengan alat ukur tersebut (Friedenberg, 1995). Langkah-langkah

    menentukan kategorisasi (Sudjana, 1992):

    1. Menghitung skor total masing-masing responden.

    2. Menentukan nilai tertinggi dan terendah.

    3. Menentukan selisih nilai tertinggi dan nilai terendah.

    4. Hasil selisih kedua nilai tersebut adalah rentang dari tiga kategori.

    5. Membuat norma kriteria berdasarkan rentang tersebut untuk

    menentukan tinggi rendahnya skor responden.

    6. Menentukan tingkat prokrastinasi responden.

    Perhitungan kategori :

    Nilai tertinggi : skor maksimum x jumlah pernyataan = 5 x 10 = 50

    Nilai terendah : skor minimum x jumlah pernyataan = 1 x 10 = 10

    Selisih : 50-10=40

    Besar rentang : (40 : 3) = 13,33

  • 38

    Kategori kompetensi rendah : 10 23,33

    Kategori kompetensi sedang : 23,33 36,66

    Kategori kompetensi tinggi : 36,66 50

    Selain itu akan ditampilkan pula hasil dalam tabel frekuensi per item.

    Pada PASS bagian ke dua, terdapat sedikit perbedaan antara penelitian

    yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum dengan penelitian ini. Perbedaan

    tersebut ada pada pertanyaan yang diajukan. Pada penelitian Solomon dan

    Rothblum yang ditanyakan ialah apakah variabel-variabel ini menjadi penyebab

    bagi penundaan yang dilakukan. Sedangkan yang ditanyakan oleh peneliti ialah,

    apakah hal ini terjadi atau sesuai pada diri responden. Sehingga terdapat

    perbedaan dalam cara menganalisis data yang ada.

    Apabila pada penelitian Solomon dan Rothblum dilakukan faktor analisis

    terhadap ke-13 variabel tersebut, peneliti memilih untuk meng-korelasikan nilai

    setiap variabel dengan nilai total Prokrastinasi. Peng-korelasian tersebut

    menggunakan SPSS v17.

  • 4BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Peneliti berhasil memperoleh data sebanyak 46 responden dari rencana 193

    responden. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit responden yang bersedia

    menjawab melalui kuesioner online. Bentuk kuesioner online tampaknya kurang

    efektif apabila dijadikan alat pengambil data, namun masih dapat diperhitungkan

    sebagai alternatif cara pengambilan data karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih

    murah daripada harus mencetak lembar kuesioner.

    Tabel 4.1: Tabel Kategorisasi Nilai

    Kategori frekuensi ke-bermasalah"-an

    prokrastinasi

    Rendah 5 (8%) 8 (13%) 5 (8%)

    Sedang 50 (83%) 31 (52%) 44 (73%)

    Tinggi 5 (8%) 21 (35%) 11 (18%)

    Tabel 4.1 berisi jumlah responden yang masuk dalam kategori

    prokrastinasi rendah, sedang dan tinggi. Dari tabel Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa

    44 atau sebesar 73% dari jumlah responden berada dalam kategori prokrastinasi

    sedang. Lima orang atau sebanyak 8% dari jumlah responden berada pada

    kategori prokrastinasi rendah. Sebelas orang atau 18% dari jumlah responden

    berada dalam kategori prokrastinasi tinggi.

    39

  • 40

    Tabel 4.2: Tabel frekuensi dari frekuensi melakukan prokrastinasi. jenis penundaan mencari

    literaturmembaca materi

    menulis bertemu dosen pembimbing

    mengurus surat-surat

    tidak pernah (1) 1 (2%) 2 (3%) 3 (5%) 6 (10%) 21 (35%)

    jarang (2) 13 (22%) 9 (15%) 8 (13%) 16 (27%) 19 (32%)

    kadang-kadang (3) 19 (32%) 16 (27%) 18 (30%) 16 (27%) 8 (13%)

    sering (4) 26 (43%) 33 (55%) 28 (47%) 20 (33%) 10 (17%)

    selalu(5) 1 (2%) 0 (0%) 3 (5%) 2 (3%) 2 (3%)

    rata-rata 3.22 3.33 3.33 2.93 2.22

    Tabel Tabel 4.2 berisi jumlah responden yang dipisahkan berdasarkan

    jawaban (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu) dan item yang

    ditanyakan (mencari literatur, membaca materi, menulis, bertemu dosen

    pembimbing dan mengurus surat). Sedangkan rata-rata berasal dari hasil rata-rata

    jawaban seluruh responden di salah satu item.

    Untuk mempermudah penulisan, selanjutnya kegiatan-kegiatan (bidang

    apabila dalam alat ukur PASS yang asli) akan dituliskan dalam bentuk yang lebih

    singkat. Penulisan itu akan menjadi sebagai berikut:

    mencari literatur atau materi yang berkaitan dengan skripsi akan

    disingkat menjadi mencari literatur

    membaca atau mempelajari materi atau hal lain yang berkaitan dengan

    skripsi akan disingkat menjadi membaca materi

    menuangkan hasil yang telah dibaca dalam bentuk tulisan akan disingkat

    menjadi menulis

  • 41

    bertemu dengan dosen pembimbing akan disingkat menjadi bertemu

    dosen pembimbing

    dan mengurus surat-surat yang dibutuhkan akan disingkat menjadi

    mengurus surat-surat

    Tabel 4.3: Tabel frekuensi ke-bermasalah-an jenis penundaan mencari

    literaturmembaca materi

    menulis bertemu dosen pembimbing

    mengurus surat-surat

    tidak bermasalah (1)

    4 (7%) 2 (3%) 3 (5%) 5 (8%) 8 (13%)

    sedikit bermasalah (2)

    19 (32%) 11 (18%) 11 (18%) 13 (22%) 17 (28%)

    ragu-ragu (3) 3 (5%) 5 (8%) 2 (3%) 6 (10%) 4 (7%)

    bermasalah (4) 27 (45%) 35 (58%) 34 (57%) 26 (43%) 25 (42%)

    sangat bermasalah (5)

    7 (12%) 7 (12%) 10 (17%) 10 (17%) 6 (10%)

    rata-rata 3.23 3.57 3.62 3.38 3.07

    Tabel 4.3 juga berisi data mengenai jumlah mahasiswa sama seperti pada

    tabel ke Tabel 4.2, namun pada item-item yang mengukur kecemasan.

    Dari Tabel 4.2 didapatkan fakta lebih dari setengah responden mengaku

    sering melakukan prokrastinasi pada kegiatan membaca materi. Dua kegiatan

    yang mengikuti lainnya dan kegiatan mencari literatur dan menulis. Hal ini

    tampaknya sejalan dengan Tabel 4.3. Lebih dari setengah responden menyatakan

    penundaan pada kegiatan membaca materi dan menulis itu menjadi masalah. Ini

    diikuti oleh kegiatan mencari literatur yang mencapai angka 45% dan lebih dari

    10% responden mengaku penundaan pada tiga kegiatan itu sangat bermasalah.

  • 42

    Tabel 4.4: Tabel frekuensi jangka waktu yang dibutuhkan dalam penundaanjenis penundaan

    mencari literatur

    membaca materi

    menulis bertemu dosen pembimbing

    mengurus surat-surat

    tidak pernah 1 hari

    10 (17%) 13 (22%) 19 (32%) 11 (18%) 30 (50%)

    1 hari 1 minggu

    38 (63%) 38 (63%) 32 (53%) 16 (27%) 15 (25%)

    1 minggu 1 bulan

    8 (13%) 7 (12%) 6 (10%) 21 (35%) 7 (12%)

    lebih dari 1 bulan

    2 (3%) 1 (2%) 2 (3%) 5 (8%) 2 (3%)

    tidak menjawab

    2 (3%) 1 (2%) 1 (2%) 7 (12%) 6 (10%)

    Pada tabel Tabel 4.4 berisi jumlah responden yang dipisahkan berdasarkan

    kegiatan-kegiatan dan jangka waktu. Terdapat hal yang cukup menarik dapat

    dilihat pada tabel ini. Dari tabel Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dapat dilihat, jumlah

    mahasiswa yang menyatakan sering melakukan prokrastinasi pada kegiatan

    bertemu dosen pembimbing lebih sedikit jika dibandingkan dengan membaca

    materi, menulis atau mencari literatur. Akan tetapi apabila dilihat dari jangka

    waktunya, penundaan yang dilakukan cenderung lebih lama daripada

    prokrastinasi pada kegiatan membaca dan menulis.

  • 43

    Tabel 4.5: Variabel antecedentNo Kategori prokrastinasi rendah sedang tinggi semua korelasi

    1 kecemasan dievaluasi 7.60 7.93 7.18 7.77 -0.078

    2 perfeksionis 8.00 8.05 7.82 8.00 -0.150

    3 sukar membuat keputusan 4.60 5.93 7.27 6.07 0.385

    4 tidak mandiri dan perlu bantuan 5.80 6.09 6.09 6.07 0.041

    5 aversi kepada tugas 4.60 6.57 6.82 6.45 0.348

    6 kurang percaya diri 5.80 6.48 7.45 6.60 0.237

    7 malas 5.00 6.41 8.00 6.58 0.487

    8 tidak asertif 3.80 5.18 5.45 5.12 0.256

    9 takut berhasil 4.40 4.66 4.73 4.65 0.038

    10 tidak dapat mengatur waktu dan beban 6.40 6.09 6.00 6.25 -0.001

    11 sikap pemberontakan 5.40 5.89 6.55 5.97 0.242

    12 suka pada resiko tinggi 6.00 6.75 7.09 6.75 0.149

    13 pengaruh teman sebaya 4.80 5.75 7.00 5.90 0.296

    Tabel 4.5 berisi rata-rata variabel antecedent yang ada pada PASS bagian

    2. Nilai rata-rata itu dibagi berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah pada

    prokrastinasi. Setiap jawaban dari responden dari kategori yang sama di

    kumpulkan dan diambil nilai rata-ratanya.

    Dari tabel didapatkan rata-rata tertinggi ada pada perfeksionis. Kemudian

    yang kedua tertinggi ialah kecemasan untuk dievaluasi. Namun nilai yang tinggi

    pada ini bukan berarti hal tersebut menjadi salah satu kemungkinan penyebab.

    Oleh karena itu peneliti membuat grafik 4.1 untuk melihat perbedaan di antara

    responden yang termasuk dalam kategorisasi rendah dan tinggi.

  • 44

    Grafik 4.1:Grafik batang variabel antecedent pada mahasiswa yang memiliki prokrastinasi dalam kategori rendah dan tinggi

    Pada grafik 4.1, responden dikategorikan menjadi dua kelompok. Kategori

    tinggi dan kategori sedang. Kemudian dibuat grafik untuk dapat melihat

    perbedaan dari dua kelompok tersebut.

    Dari grafik 4.1 angka pada garis x adalah variabel-variabel antecedent

    yang didapat dari pilot study yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum.

    Variabel tersebut ialah:

    Sedangkan angka 1 sampai dengan 13 mewakili variabel-variabel sebagai berikut:

    1. kecemasan dievaluasi

    2. perfeksionis

    3. sukar membuat keputusan

    4. tidak mandiri dan perlu bantuan

    5. aversi kepada tugas

    6. kurang percaya diri

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 132

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    rendahtinggi

  • 45

    7. malas

    8. tidak asertif

    9. takut berhasil

    10. tidak dapat mengatur waktu dan beban

    11. sikap pemberontakan

    12. suka pada resiko tinggi

    13. pengaruh teman sebaya

    Kemudian pada Tabel 4.6 ditunjukkan korelasi antara nilai Prokrastinasi

    dengan variabel-variabel antecedent. Angka 1 sampai dengan 13 mewakili

    variabel-variabel seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

    Dari Tabel 4.6 dapat dilihat terdapat 5 variabel antecedent yang berkorelasi

    secara signifikan dengan nilai prokrastinasi. Kelima variabel itu adalah:

    1. malas

    2. sukar membuat keputusan

    3. aversi terhadap tugas

    4. pengaruh teman sebaya

    5. tidak asertif

  • 46

    Tabel 4.6: Tabel Korelasi variabel antecedent dengan nilai ProkrastinasiVariabel antecedent

    Pearson Correlation

    Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products

    Covariance

    1 -0.078 0.553 -34.400 -0.583

    2 -0.150 0.253 -46.000 -0.780

    3 0.385 0.002 232.400 3.939

    4 0.041 0.753 14.400 0.244

    5 0.348 0.006 221.700 3.758

    6 0.237 0.068 135.600 2.298

    7 0.487 0.000 303.500 5.144

    8 0.256 0.048 141.700 2.402

    9 0.038 0.776 19.900 0.337

    10 -0.001 0.995 -0.400 -0.007

    11 0.242 0.063 142.800 2.420

    12 0.149 0.255 90.500 1.534

    13 0.296 0.022 173.400 2.939

    Tabel 4.7: Tabel frekuensi jawaban alasan prokrastinasiNo jawaban yang muncul jumlah persentase

    1 malas 21 35%

    2 ada pekerjaan lain/sibuk/kuliah 9 15%

    3 kekurangan ide / bingung 6 10%

    4 Jenuh / bosan 6 10%

    5 dosen pembimbing kurang mendukung 5 8%

    6 Keasyikan bermain / keinginan untuk bermain 2 3%

    Tabel 4.7 menampilkan jawaban dari pertanyaan terbuka mengapa

    seseorang melakukan prokrastinasi. Jawaban-jawaban tersebut dikelompokkan

    menjadi 6 kelompok. Terdapat jawaban-jawaban yang tidak dimasukkan karena

    terlalu beragam. Setelah itu dibuat tabel frekuensi dari kelompok jawaban-

    jawaban itu.

  • 47

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Gambaran Prokrastinasi pada Mahasiswa yang mengerjakan

    skripsi

    Pada penelitian Solomon dan Rothblum didapatkan bahwa tugas yang

    paling banyak ditunda ialah tugas menulis makalah (writing a term paper) dan

    tugas membaca mingguan (reading weekly assignment). Nilai terbesar selanjutnya

    diikuti dengan tugas belajar sebelum ujian. Apabila dianalogikan, maka tugas

    menulis makalah dapat dianalogikan dengan menulis dan mentik skripsi.

    Sedangkan belajar dan tugas membaca mingguan, dapat dianalogikan dengan

    membaca materi yang ada pada alat ukur yang peneliti gunakan. Dapat dilihat

    kesamaan antara hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum dan

    yang hasil yang peneliti dapatkan.

    Untuk kecemasan yang diasosiasikan, terdapat kesamaan antara apa

    yang didapatkan dalam penelitian Solomon dan Rothblum. Dua hal yang

    diasumsikan mengukur hal yang hampir sama (membaca dan menulis) merupakan

    hal yang paling banyak dirasakan sebagai masalah oleh sebagian responden.

    Perbedaan ada pada jumlahnya. Pada penelitian Solomon dan Rothblum

    banyaknya siswa hanya sekitar 20% sampai 25%. Sedangkan pada penelitian yang

    dilakukan oleh peneliti, jumlah yang memberi bermasalah ditambah dengan yang

    memberi sangat bermasalah, berada di atas angka 50%.

    Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa

    prokrastinasi pada kegiatan membaca materi, menulis dan mencari literatur.

  • 48

    Idealnya tiga kegiatan ini merupakan kegiatan mandiri di mana seorang

    mahasiswa harus mengatur dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tersebut.

    Namun yang terlihat di tiga kegiatan inilah banyak mahasiswa yang sering atau

    selalu melakukan prokrastinasi.

    Terdapat tiga kesamaan pada tiga kegiatan di atas, yang tidak ada pada dua

    kegiatan lainnya. Kesamaan itu ialah pada ketiga kegiatan tersebut, mahasiswa

    tidak diharuskan untuk berhadapan dengan orang lain. Berbeda dengan dua

    kegiatan lainnya yaitu bertemu dengan dosen pembimbing, dan mengurus surat

    yang mengharuskan mahasiswa untuk berhadapan dengan staf administrasi.

    Terdapat kemungkinan mahasiswa lebih cenderung untuk sering menunda pada

    kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan orang lain.

    Hal yang cukup menarik yang dilihat peneliti dapat dilihat dari Tabel 4.4.

    Karena walaupun pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 hal yang paling sering dan

    menimbulkan masalah ditunda ialah mencari literatur, membaca materi dan

    menulis atau. Namun pada Tabel 4.4 tampak bahwa sebagian mahasiswa

    menggunakan waktu yang lebih banyak pada kegiatan bertemu dosen

    pembimbing.

    Karena alat ukur ini bersifat self-reported dan bukan pengamatan secara

    langsung maka dapat diasumsikan bahwa kegiatan yang menurut responden sering

    ditunda, merupakan kegiatan yang sering dipikir untuk dilakukan. Sehingga dapat

    diambil simpulan terdapat kemungkinan kebanyakan responden lebih banyak

    memikirkan atau merencanakan kegiatan-kegiatan mencari literatur, membaca dan

  • 49

    menulis daripada bertemu dosen pembimbing. Namun, lamanya jangka waktu

    yang dibutuhkan untuk mengerjakan skripsi, bisa jadi lebih disebabkan karena

    menunda untuk bertemu dosen pembimbing.

    Data dari Tabel 4.3 menunjukkan, jumlah mahasiswa yang menganggap

    penundaan dalam bertemu dosen itu sebagai masalah lebih sedikit bila

    dibandingkan penundaan pada kegiatan membaca dan menulis. Ini berarti

    mahasiswa yang memiliki rasa cemas yang diasosiasikan dengan bertemu dosen

    pembimbing, lebih sedikit jika dibandingkan mahasiswa yang memiliki rasa

    cemas yang diasosiasikan dengan tiga kegiatan mandiri (mencari literatur,

    membaca atau pun menulis) di atas.

    Hal ini sebenarnya agak berbeda dengan apa yang peneliti amati saat ini.

    Hasil pengamatan peneliti ialah, para mahasiswa lebih cemas (bukan lebih

    banyak) ketika harus menghadapi dosen pembimbing, jika dibandingkan dengan

    harus mencari literatur, membaca atau pun menulis. Ini juga sejalan dengan apa

    yang peneliti rasakan, karena apabila penundaan pada tiga kegiatan dapat dengan

    mudah untuk berpindah pada kegiatan lain yang dianggap lebih menyenangkan

    (pleasure principle) tanpa ada cemas dievaluasi.

    Perbedaan tersebut terjadi mungkin dikarenakan item-item yang mengukur

    ke-"bermasalah"-an, kurang mengukur kecemasan yang timbul. Namun lebih

    mengukur penting atau tidaknya kegiatan tersebut. Ini sesuai dengan penemuan

    bahwa dua kata problem dan anxiety tidak berkorelasi (Rothblum, Beswick dan

    Mann, 1984)

  • 50

    4.2.2 Variabel antecedent prokrastinasi

    Dari grafik 4.1 dapat dilihat yang perbedaannya paling jelas ialah pada

    variabel antecedent no 5 dan 7. No 5 mewakili variabel antecedent aversi kepada

    tugas, sedangkan no 7 mewakili variabel antecedent malas. Perbedaan ini

    kemudian diikuti no 5 dan 7. Kemudian untuk menguji ini Dilakukan uji korelasi.

    Dari tabel Tabel 4.6 dapat dilihat nilai korelasi yang paling tinggi ada pada

    variabel no 7. Dapat dikatakan sebagai variabel antecedent malas. Hal ini juga

    tampak jelas pada tabel Tabel 4.7. Sebanyak 35% menyatakan bahwa dirinya

    malas untuk mengerjakan skripsi. Malas atau tidak memiliki dorongan yang besar

    telah menjadi prediktor utama seseorang melakukan prokrastinasi. Hal ini

    tentunya sudah dapat diduga sebelumnya.

    Beberapa responden mengartikan malas sebagai memiliki motivasi yang

    rendah. Apabila demikian maka, pembelajaran mengenai cara meningkatkan

    motivasi harus diberikan kepada mahasiswa yang akan atau sedang mengerjakan

    skripsi. Walaupun demikian, belum ada teori mengenai malas. Malas saat ini lebih

    dianggap sebagai akibat dari sesuatu. Sehingga untuk membahas malas diperlukan

    pertanyaan lebih lanjut. Pada 9 responden yang menjawab malas, didapatkan

    pertanyaan lebih lanjut mengenai kenapa malas itu terjadi. Jawaban itu antara lain

    ngga mood, memilih pekerjaan yang lebih menyenangkan dan memilih

    pekerjaan yang lebih menghasilkan (data dapat dilihat pada lampiran).

    Lebih memilih untuk mengerjakan hal lain tampaknya menjadi alasan

    yang juga banyak dinyatakan dalam menjawab pertanyaan terbuka. Para

  • 51

    responden menyatakan mereka lebih memilih untuk kerja atau kuliah (sesuai

    dengan tabel Tabel 4.7). Apabila pada 13 variabel faktor yang dirumuskan oleh

    Solomon dan Rothblum, sebenarnya ini ditanyakan pada faktor tidak dapat

    mengatur waktu dan beban. Ditanyakan dalam bentuk pernyataan, Ada banyak

    hal yang harus saya kerjakan dan Saya merasa waktu yang diberikan untuk

    pengerjaan skripsi tidak cukup. Namun pada Tabel 4.6 terlihat bahwa hal ini

    tidak berkorelasi secara signifikan. Hal ini terjadi mungkin karena variabel ini

    kurang tepat untuk dijadikan satu. Keinginan untuk mengerjakan hal lain yang

    lebih memberikan reward seharusnya menjadi satu variabel lain selain 13 faktor

    ini.

    Nilai korelasi kedua yang tertinggi ialah pada variabel antecedent no 3,

    yaitu variabel sukar membuat keputusan. Hal ini cukup menarik bagi peneliti

    karena peneliti mengalami hal ini dalam pengerjaan skripsi. Hal ini juga

    dikemukakan oleh 10% dari jumlah responden. Kekurangan ide atau bingung

    merupakan alasan yang cukup banyak dikemukakan oleh responden ketika

    diminta untuk menjawab alasan mereka menunda pengerjaan skripsi.

    Dari observasi dan pengalaman peneliti, ke-bingung-an ini dapat

    disebabkan oleh dua hal. Yang pertama ialah dikarenakan kurangnya pengertian

    mengenai hal yang butuh dibahas, atau terlalu banyaknya pilihan yang dimiliki

    oleh mahasiswa. Namun sayangnya, dari hasil pengamatan peneliti, kebingungan

    ini lebih sering dilihat sebagai kurangnya pengertian. Beberapa kali peneliti

    menemui mahasiswa yang menemui kesulitan untuk memilih diberi ide baru, yang

  • 52

    menyebabkan terlalu banyaknya pilihan dan semakin sulit untuk memilih di antara

    yang banyak.

    Nilai korelasi ketiga tertinggi, ialah aversi kepada skripsi. Nilai korelasi

    yang cukup tinggi antara aversi kepada tugas dengan nilai prokrastinasi,

    menunjukkan bahwa semakin seseorang, ketidak-sukaan seseorang terhadap

    skripsi juga dapat menjadi prediktor seseorang melakukan prokrastinasi. Variabel

    aversi kepada tugas ini juga sesuai dengan hasil dari penelitian Solomon dan

    Rothblum.

    Nilai korelasi yang ke empat ialah, pengaruh teman sebaya. Nampaknya

    ketidak-mampuan untuk menolak ajakan atau permintaan teman menjadi prediktor

    seseorang melakukan prokrastinasi atau tidak.

    Variabel yang kelima yang dianggap cukup signifikan, ialah variabel

    ketidak-asertifan seseorang. Ketidak-mampuan bertindak asertif dapat muncul

    berupa tingkah laku seperti tidak berani bertanya terhadap dosen ketika tidak

    mengerti. Ini tampaknya sejalan dengan variabel no 13 yaitu pengaruh teman

    sebaya yang diturunkan menjadi ketidak-mampuan untuk menolak ajakan teman.

    Untuk variabel lainnya yang cukup menarik ialah Perfeksionis dan

    kecemasan evaluasi. Solomon dan Rothblum menyatakan kedua variabel ini

    bersama dengan variabel kurang percaya diri adalah salah satu faktor yang

    berpengaruh pada nilai Prokrastinasi seseorang. Pada penelitian ini kedua variabel

    ini memiliki rata-rata yang tinggi. Dengan kata lain, sebagian besar responden

    menyatakan dirinya ingin hasil kerjanya sempurna dan tidak mengecewakan

  • 53

    dosen pembimbing. Hal ini berlaku bagi responden yang termasuk dalam kategori

    rendah, sedang, maupun yang masuk dalam kategori tinggi. Namun nilai

    kecemasan dievaluasi dan perfeksionis tidak berkorelasi signifikan dengan

    prokrastinasi. Peneliti mengambil simpulan bahwa pada mahasiswa Psikologi

    yang mengerjakan skripsi, kecemasan dievaluasi dan perfeksionis tidak

    menjadi penyebab utama prokrastinasi.

    Pada umumnya para kaum psikologi klinis mengklaim bahwa perfeksionis

    adalah syarat utama bagi berkembangnya tingkah laku prokrastinasi (Burka &

    Yuen; Ellis & Knaus, 1977, dalam Joseph Ferrari, J. Johnson & W. McCown,

    1995). Nampaknya hal ini dapat menjadi penjelasan mengapa perfeksionis,

    tidak berkorelasi secara signifikan. Perfeksionis hanyalah sebagai syarat untuk

    seseorang melakukan prokrastinasi, dan bukan sebagai penyebab utama.

    Sedangkan untuk variabe