KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN Makalah Disusun untuk memenuhi Tugas Health Alteration III Semester V yang diampu oleh FX. Didit Trihandoko, S. Kep., Ns Oleh kelompok : 1. Diyatmika Atmasari ( 12. 2. Muhammad Bagus Setyawan ( 12.1125 ) 3. Putri Wulandaru ( 12. 4. Tri Widyaningrum ( 12. 5. Zulfikar Zalmi ( 12. 6. M. Fauzy Arithonang ( 12.1127 PRODI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN
Makalah
Disusun untuk memenuhi Tugas Health Alteration III Semester V
yang diampu oleh FX. Didit Trihandoko, S. Kep., Ns
Oleh kelompok :
1. Diyatmika Atmasari ( 12.
2. Muhammad Bagus Setyawan ( 12.1125 )
3. Putri Wulandaru ( 12.
4. Tri Widyaningrum ( 12.
5. Zulfikar Zalmi ( 12.
6. M. Fauzy Arithonang ( 12.1127
PRODI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
PROVINSI JAWA TENGAH
UNGARAN
2014
BAB II
KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN
1. Krisis Addison
A. Definisi
Krisis Addison atau Insufisiensi Adrenal Akut adalah Suatu keadaan gawat
darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan hormon yang
relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala gejalanya non
spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen (Idhiarta, 2009)
Insufisiensi Adrenal Akut merupakan penyakit yang sangat berbahayakarena
memiliki efek glukokortikoid (ketersediaan energi), penurunanmineralkortikoid
(seperti aldosterone), dan peningkatan aktivitas menstimulasi melanosit/
hiperpigmentasi ( Pamela, 2011)
B. Etiologi
Penyebab primer adalah perdarahan kelenjar adrenal bilateral, trombosis
atau nekrosis selama terjadi sepsis atau ketika mendapat antikoagulan. Bila
kehilangan kelenjar adrenal unilateral tidak akan menyebabkan insufisiensi adrenal
(Idhiarta, 2009).
Penyebab sekunder adalah peripartum pituitary infark (Sheehan`s syndrom),
Pituitary apoplexy ( perdarahan pada kelenjar pituitary), trauma kepala dengan
gangguan batang kelenjar pitutari, tetapi biasanya tidak seberat pada keadaan
adrenal insuficiency primer karena sekresi aldosteron tidak dipengaruhi.(Idhiarta,
2009)
C. Patofisiologi
Penyakit Addison merupakan kelainan autoimun yang semua lapisan korteks
adrenalnya dihancurkan oleh inflamasi. Penyebab lainnya meliputi tuberkolusis( yang
dapat menyebabkan penyebaran basil tuberkolusis dari paru melalui darah dan
cairan limfe), kanker payudara, paru, atau saluran cerna (yang mengakibatkan
penyebaran metastatik (Chang, 2010).
insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap
keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan
pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi
korteks adrenal. Oleh sebab itu kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada
pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid (Doengoes, 2000).
D. Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang mendukung suatu diagnosis krisis adrenal adalah sebagai berikut :
1) Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya tidak ada pengaruh dengan
pemberian resusitasi cairan atau vasopresor.
2) Hipotermia atau hipertermia
3) Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah badan,
anoreksia, mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.
4) Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hyperkalemia
dan hipotensi berat yang menetap
5) Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan, nyeri
abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar adrenal.
( (Idhiarta, 2010)
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium Darah
a) Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)
b) Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
c) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
d) Penurunan kadar kortisol serum
e) Kadar kortisol plasma rendah
f) ADH meningkat
g) Analisa gas darah: asidosis metabolic
h) Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena
hemokonsentrasi) jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
2) Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi di adrenal.
3) CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan
dan non malignan dan hemoragik adrenal
4) Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik
abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik
5) Tes stimulating ACTH
Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik
dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut
pendekcepat. Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit
setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan
cortisol dalam darah dan urin.
6) Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes
stimulasi CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak
cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan
cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan.
Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal sekunder mempunyai. Respon
kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai
penyebab ; suatu penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus
sebagai penyebab.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut Pamela dalam Pedoman Keperawatan Emergensi
meliputi :
1) Hipovolemia dan kekurangan natrium diatasi dengan pemberian infus D5 NSS,
hidrokortison juga diberikan melalui IV.
2) Fludrokortison juga diberikan untuk menggantikan mineralkortikoid.
3) Selain itu, Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume
dan garam.
4) Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
5) Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.
6) Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam
atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.
7) Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat
diberikan antibiotik, untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin
atau norepineprin.
Penatalaksanaan Menurut Esther Chang dalam Patofisiologi Aplikasi Pada praktik
keperawatan meliputi :
1) Memantau kadar kalium untuk memantau hyperkalemia.
2) Mempertahankan pencatatan keseimbangan cairan
3) Memantau kadar glukosa darah untuk mendeteksi hipoglikemia dan kadar
natrium dan ureum untuk mendeteksi dehidrasi,
G. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Pengkajian
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari,
tidak mampu beraktivitas atau bekerja.
Tanda : peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang
minimal, Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi, Depresi, gangguan
konsentrasi, Letargi.
b. Sirkulasi.
Tanda : Hipotensi termasuk hipotensi postural. Takikardi, disritmia, suara