Top Banner
LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG DI PT. TIRTA INVESTAMA PANDAAN Oleh : ARTA NOVITA HARLAN DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PENERAPAN HYGIENE SANITASI DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PADA PT TIRTA INVESTAMA PANDAAN
106

gabungan magang.doc

Nov 22, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG

DI PT. TIRTA INVESTAMA PANDAAN

Oleh :ARTA NOVITA HARLANDEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG

DI PT. TIRTA INVESTAMA PANDAAN

Oleh :ARTA NOVITA HARLANNIM. 101011198DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

PELAKSANAAN MAGANGDI PT. TIRTA INVESTAMA PANDAAN

Disusun oleh :ARTA NOVITA HARLAN

NIM. 101011198

Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh :

Pembimbing Departemen,

Erwin Dyah NawawinetuNIP. 196208071989032002Kepala Bagian SHE

PT. Tirta Investama Pandaan

Ery Setyowati

NIK. 06052Tanggal, Maret 2014

Tanggal, 28 Feruari 2014

Pembimbing Instansi

Hok Wan Hercules Willy Mariyanto

NIK. 01179

Tanggal, Maret 2013MengetahuiKetua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

Mulyono, SKM, M.Kes.

NIP. 19550919198103100KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia, kesehatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan magang di PT. Tirta Investama Pandaan, sehingga penulis dapat menyelesaikannya denga baik.

Laporan magang ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

2. Bapak Mulyono, SKM. M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehata dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

3. Ibu Endang Dwiyanti, Dra., M. Kes selaku koordinator magang Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Ibu Erwin Dyah Nawawinetu selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan laporan ini.

5. Ibu Ery Setyowati selaku Ketua Departemen Safety and Health Environment PT. Tirta Investama Pandaan

6. Bapak Willy Mardiyanto selaku pembimbing instansi yang telah memberikan bimbingan dn membantu penulis dalam mencari informasi penerapan K3 di PT. Tirta Investama Pandaan

7. Bapak Nadhif dan Bapak Gigih selaku staff Human Resources Development yang telah memberikan wawasan mengenai dunia kerja.

8. Bapak Yovi Kurniawan, Ibu Sumin, Bapak Hani Iudiarno dan Ibu Syarotin selaku staff SHE PT. Tirta Investama Pandaan.

9. Ayah, ibu, adik-adik dan keluarga besarku yang tiada henti memberikan doa, dukungan dan curahan kasih saying kepada penulis.

10. Tante Sri Wahyu Kusuma Ningsih yang turut bersusah payah mencarikan tempat magang yang tepat

11. Teman-teman Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010, terutama peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan inijauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan laporan magang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.Surabaya, 7 Maret 2014

Arta Novita Harlan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

iii

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR viiiBAB 1. PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang

1

1.2. Tujuan

4

1.2.1 Tujuan Umum

4

1.2.2 Tujuan Khusus

4

1.3. Manfaat

5BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

72.1. Hygiene dan Sanitasi

72.1.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi

72.1.2. Personal Hygiene

82.1.3. Hygiene Sanitasi pada Perusahaan

9

2.1.4. Kebutuhan Kakus/Jamban dan Toilet pada Perusahaan

102.2. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

12

2.2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau

12

2.2.2. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

13

2.2.3. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau bagi Perusahaan

152.3. Tempat Sampah

162.3.1. Persyaratan Teknik Pemilahan Sampah

16BAB 3. METODE KEGIATAN MAGANG

183.1. Lokasi Magang

18

3.2. Waktu Magang

18

3.3. Teknik Pengumpulan Data

19BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

21

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

21

4.1.1. Gambaran Singkt Perusahaan

214.1.2. Sejarah Perusahaan

214.1.3. Lokasi Perusahaan

224.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan

234.1.5. Sistem Manajemen Perusahaan

244.1.6. Ketenagakerjaan

254.2. Proses Produksi

264.2.1. Proses Pengambilan Air dari Sumber

264.2.2. Proses Pengolahan Air

274.2.3. Proses Pembuatan Kemasan Cup dan Botol

284.2.4. Proses Pencucian Kemasan Botol dan Gallon

294.2.5. Proses Pengisian Air dan Finishing

304.3. Hygiene Sanitasi

304.3.1. Kondisi Kakus/Jamban dan Toilet secara Kualitas

34

4.3.2. Kondisi kakus/Jamban dan Toilet secara Kuantitas

354.3.3. Kebutuhan Kakus/Jamban dan Toilet berdasarkan Rasio Perbandingan Jumlah Karyawan

384.4. Ruang Terbuka Hijau

41

4.5. Kebutuhan Tempat Sampah berdasarkan Proses Produksi dan Lingkungan

45

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

49

5.1. Kesimpulan

495.2. Saran

50DAFTAR PUSTAKA

51

DAFTAR TABELTabel 1. Rasio perbandingan jumlah karyawan pria dan kebutuhan toilet

12

Tabel 2. Rasio perbandingan jumlah karyawan wanita dan kebutuhan toilet

12Tabel 3. Jadwal kegiatan magang

19Tabel 4. Fasilitas toilet yang telah disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan

36

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh bembedaan warna tempat sampah berdasarkan jenis

17Gambar 2. Struktur organisasi PT. Tirta Investama Pandaan

23

Gambar 3. Kondisi toilet yang sebagian dilengkapi dengan kertas tissue

34

Gambar 4. Toilet inspection yang diisi oleh petugas kebersihan setiap membersihkan toilet

35

Gambar 5. Toilet portable di daerah bongkar muat

36

Gambar 6. Urinoir/peturasan di area teknik

37

Gambar 7. Wastafel dalam toilet

37

Gambar 8. Kakus/jamban yang tersedia

37Gambar 9. Mapping toilet PT. Tirta Investama Pandaan

38

Gambar 10. Peta luas lahan dan luas bangunan PT. Tirta Investama Pandaan

43

Gambar 11. Ruang terbuka hijau area WWTP

44

Gambar 12. Ruang terbuka hijau area kantin dan masjid

44

Gambar 13. Pembedaan warna tempat sampah PT. Tirta Investama Pandaan berdasarkan jenis

46Gambar 14. Mapping tempat sampah PT. Tirta Investama Pandaan

47BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 6, disebutkan bahwa Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Lingkungan yang dimaksud pada pasal tersebut mempunyai artian yang luas, dimana salah satu adanya lingkungan kerja.

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan hasil kerja atau produktivitas kerja yang optimal, maka dibutuhkan lingkungan kerja yang optimal pula. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja yang optimal menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405 tahun 2002, pada dasarnya merupakan tanggung jawab dari pimpinan satuan kerja/unit perkantoran.

Lingkungan kerja yang sehat akan berpengaruh pada derajat kesehatan dari pekerja itu sendiri. Apabila pekerja sedang berada pada kondisi kesehatan yang prima, maka pekerjaan yang dapat dilakukan dan dihasilkan oleh pekerja (produktivitas) pun akan optimal pula. Produktivitas kerja yang optimal ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak, yakni pekerja dan pihak perusahaan. Produktivitas kerja yang optimal akan memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi perusahaan (profit), yang mana nantinya akan berdampak pula pada peningkatan kesejahteraaan dari pekerja itu sendiri.

Salah satu wujud dari upaya penyehatan lingkungan kerja dapat dilakukan melalui pelaksanaan hygiene sanitasi dan penyediaan ruang terbuka hijau pada tempat kerja atau perusahaan tersebut. Secara umum, hygiene sanitasi yang baik serta penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai akan berpengaruh pada peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja. Tenaga kerja yang mempunyai kesehatan yang prima akan mampu menghasilkan produk yang membanggakan baik segi dari kualitas maupun kuantitas.

PT. Tirta Investama Pandaan merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan. PT. Tirta Investama Pandaan sebagai perusahaan yang memproduksi produk yang berhubungan langsung dengan kesehatan konsumen, hygiene sanitasi adalah hal penting yang harus dijunjung tinggi. Hygiene sanitasi yang buruk pada perusahaan makanan dan minuman sedikit banyak akan berpengaruh pada kualitas dari produk yang dihasilkan.

Penerapan hygiene sanitasi pada PT. Tirta Investama Pandaan semata-mata bukan menjadi tanggung jawab pihak manajemen perusahaan saja, namun juga menjadi tanggung jawab dari seluruh tenaga kerja pada perusahaan tersebut. Diperlukan kerjasama yang baik antara manajemen perusahaan dan tenaga kerja untuk mewujudkan hygiene sanitasi yang baik pada perusahaan. Guna menciptakan hygiene sanitasi yang baik pada sebuah perusahaan, pihak manajemen berkewajiban untuk menyediakan fasilitas atau sarana hygiene sanitasi, sedangkan tenaga kerja berkewajiban untuk menggunakan dan menjaga fasilitas tersebut dengan baik.

Apabila penerapan hygiene sanitasi sanitasi PT. Tirta Investama Pandaan tidak diterapkan dengan baik, maka tentunya akan berpengaruh pada menurunnya kualitas produk. Salah satu contoh misalnya, apabila akses toilet sulit dijangkau oleh tenaga kerja karena terlalu jauh, maka akan muncul kemungkinan bagi tenaga kerja tersebut untuk buang air kecil di sembarang tempat. Buang air kecil di sembarang tempat tanpa melakukan cuci tangan setelahnya, akan berpengaruh pada kualitas kualitas produk yang dihasilkan, terutama bagi tenaga kerja yang tugasnya berhubungan langsung dengan proses produksi.

Tidak hanya hygiene sanitasi saja yang penting bagi PT. Tirta Investama Pandaan, penyediaan ruang terbuka hijau juga merupakan hal penting yang harus diupayakan. Banyaknya debit air yang diambil setiap harinya oleh PT. Tirta Investama Pandaan, tentunya akan berpengaruh pada persediaan air dalam perut Bumi di masa yang akan datang. Guna kepentingan produksi di masa yang akan datang serta sebagai wujud tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan, maka PT. Tirta Investama Pandaan perlu untuk mengupayakan penanganannya, salah satunya dengan penyediaan ruang terbuka hijau. Selain itu, penyediaan ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai penyedia oksigen serta menambah keteduhan dan kesejukan dari lingkungan kerja itu sendiri.Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, diketahui bahwa penerapan hygiene sanitasi dan penyediaan ruang terbuka hijau penting diterapkan oleh perusahaan. Penerapan hygiene sanitasi dan penyediaan ruang terbuka hijau selain bermanfaat bagi perusahaan, juga bermanfaat bagi tenaga kerja, konsumen atau bahkan lingkungan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Penerapan Hygiene Sanitasi dan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada PT. Tirta Investama Pandaan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi penerapan hygiene sanitasi dan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada PT. Tirta Investama Pandaan.1.2.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran kakus/jamban dan toilet yang tersedia (baik secara kualitas maupun kuantitas) pada PT. Tirta Investama Pandaan

b) Mengeidentifikasi jumlah kakus/jamban dan toilet berdasarkan rasio jumlah karyawan yang seharusnya disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan

c) Mengidentifikasi luas ruang terbuka hijau yang ada dan luas ruang terbuka hijau minimal yang seharusnya disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan berdasarkan rasio perbandingan luas lahan.

d) Mengidentifikasi kebutuhan tempat sampah yang seharusnya disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan berdasarkan karakteristik proses produksi dan lingkungannya.

1.3. Manfaat

a) Bagi Mahasiswa

1. Sebagai sarana memperluas wawasan, pengetahuan dan keterampilan mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

2. Sebagai media pengaplikasian pengetahuan yang telah didapatkan pada bangku perkuliahan dengan melakukan analisis mengenai penerapan hygiene sanitasi dan penyediaan ruang terbuka hijau pada perusahaan.

b) Bagi Perusahaan

1. Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap permasalahan dalam hal penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Perusahaan dapat meminta mahasiswa untuk membantu memenuhi kebutuhan pelaksanaan kerja perusahaan mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Sebagai saran atau masukan mengenai koreksi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan sehingga dapat dijadikan acara perbaikan atau koreksi perusahaan.c) Bagi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNAIR

1. Sebagai tambahan referensi mengenai penerapan hygiene sanitasi dan penyediaan ruang terbuka hijau pada perusahaan air minum dalam kemasan

2. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan K3 pada perusahaan terutama dalam hal hygiene sanitasi dan ruang terbuka hijau

3. Sebagai sarana untuk menjalin serta membina jaringan dan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dengan perusahaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

d) Bagi Pembaca

1. Sebagai tambahan wacana umum bagi pembaca di bidang keselamatan dan kesehatan kerja

2. Sebagai sarana informasi tentang ilmu keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaanBAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hygiene Sanitasi2.1.1. Pengertian Hygiene Sanitasi

Hygiene merupakan ilmu yang mempelajari tentang kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Moeljosoedarmo (2008) mendefinisikan hygiene sebagai usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan. Adapun definisi hygiene menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 11 Tahun 1962, adalah segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan.

Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Mariana (2003) mendefinisikan sanitasi usaha pengawasan terhadap faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi sehingga merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup. Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Adapun beberapa definisi lainnya menitik-beratkan kepada pemutusan rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan. (Wikipedia, 2014)

Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa hygiene dan sanitasi adalah dua hal yang saling melengkapi. Hygiene lebih menitikberatkan pada perilaku atau keaktifan individu itu sendiri untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Adapun sanitasi adalah bagaimana individu tersebut berupaya untuk mengendalikan lingkungannya.2.1.2. Personal Hygiene

Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memeliharan kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Tujuan personal hygiene secara umum adalah untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk melaksanakan personal hygiene yang baik adalah sebagai berikut:

a) Mandi secara teratur

b) Menyikat gigi

c) Berpakaian bersih

d) Membiasakan membersihkan lubang hidung

e) Membuang kotoran pada tempatnya

f) Menjaga kebersihan kulit

g) Menjaga kebersihan tangan agar tidak kotor

h) Tidak meludah sembarangan

i) Menyisir rambut

2.1.3. Hygiene Sanitasi pada PerusahaanHygiene sanitasi dalam perusahaan merupakan hal yang sangat bermanfaat sebab hygiene sanitasi yang baik, maka sebagian besar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat dicegah. Misalnya saja petugas kebersihan, jika hygiene sanitasi petugas kebersihan baik (menggunakan sarung tangan ketika melakukan tugasnya dan mencuci tangan dengan tepat setelah melakukan tugasnya), maka kemungkinan untuk terkena dermatosis pun akan menurun. Kondisi tempat kerja yang jarang dibersihkan, dimana peralatan kerja berserakan di area kerja yang notabene mempunyai tingkat perpindahan yang tinggi, maka akan menyebabkan kemungkinan untuk tergelincir dan menyebabkan kecelakaan kerja lainnya. (Moeljosoedarmo, 2008)

Hygiene sanitasi perusahan mencakup perusahaan itu sendiri secara keseluruhan, yakni bagian dalam dan luar gedung. Lebih rinci, hygiene sanitasi meliputi persediaan air sesuai dengan persyaratan yang diperuntukkan, keadaan kakus yang baik, pembuangan limbah padat dan limbah cair yang tepat, dan lain sebagainya (Sumamur, 2009). Sudrajrat, dkk (1998) menyebutkan bahwa sarana industri yang terpenting adalah air dan listrik. Air industri harus mencakup sumber air bersih untuk minum, sumber air untuk pendingin, toilet, kebersihan serta sumber air untuk penanggulangan kebakaran. Sarana lainnya adalah sistem pembuangan limbah (kotoran, sampah dan limbah industri), uap untuk proses produksi dan lain-lain, sedangkan fasilitas untuk pekerja yang harus disediakan antara lain, WC yang bersih, kamar mandi, tempat ganti pakaian, tempat istirahat, musholla, kantin, klinik, P3K dan lainnya.

2.1.4. Kebutuhan Kakus/Jamban dan Toilet pada Perusahaan

Setiap tempat kerja diharuskan untuk menyediakan kakus yang memenuhi persyaratan kesehatan dimana antara kakus untuk pekerja laki-laki dan perkerja perempuan harus dipisah. Letak kakus harus mudah dijangkau oleh tenaga kerja, dan untuk kakus wanita harus tertutup rapat dan tidak boleh berhubungan langsung dengan kakus pria. Pemisahan tempat antara kakus laki-laki dan kakus perempuan akan untuk menghindari terjadinya tindakan asusila dan semata-mata untuk kenyamanan dari tenaga kerja itu sendiri, terutama tenaga kerja wanita. (Sumamur, 2009)Pada tiap kakus harus senantiasa tersedia air yang cukup dan jika perlu disediakan pula kertas tissue. Kakus harus senantiasa dibersihkan dan harus mendapatkan penerangan yang cukup dan pertukaran udara yang baik. Pintu kakus harus dapat ditutup dengan mudah dan tertutup rapat. Kakus hendaknya terbuat dari bahan yang kuat dengan dinding setinggi minimal 1,5 meter dan lantai yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, misalnya diter atau ditegel marmer (Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964).

Perbandingan jumlah kakus terhadap pekerja menurut Sumamur (2009) adalah sebagai berikut:

a) Untuk 1 sampai 24 pekerja = 1 kakus

b) Untuk 25 sampai 50 pekerja = 2 kakus

c) Untuk 51 sampai 100 pekerja = 3 kakus

Adapun perbandingan jumlah kakus menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 adalah sebagai berikut:

1) Untuk 1 15 pekerja = 1 kakus

2) Untuk 16 30 pekerja = 2 kakus

3) Untuk 31 45 pekerja = 3 kakus

4) Untuk 46 60 pekerja = 4 kakus

5) Untuk 61 80 pekerja = 5 kakus

6) Untuk 81 100 pekerja = 6 kakus,

*) dan selanjutnya untuk tiap 100 pekerja 6 kakus

Kriteria kakus yang bersih dan memenuhi persyaratan kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Tidak boleh berbau

2) Tidak boleh ada kotoran yang terlihat

3) Tidak boleh ada lalat, nyamuk atau serangga lain

4) Harus selalu tersedia air bersih yang cukup untuk dipergunakan

5) Harus dapat dibersihkan dengan mudah

6) Paling sedikit harus dibersihkan 2-3 kali sehari.

7) Pintu kakus harus dapat ditutu dengan mudah

Adapun kebutuhan toilet menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah sebagai berikut:

a) Untuk karyawan pria

Tabel 1. Rasio perbandingan jumlah karyawan pria dan kebutuhan toilet

NoJumlah KaryawanJumlah Kamar MandiJumlah JambanJumlah PeturasanJumlah Wastafel

1.1 251122

2.26 502233

3.51 1003355

Setiap penambahan 40 100 karyawan harus ditambahkan 1 kamar mandi, 1 jamban dan 1 peturasan

b) Untuk karyawan wanita

Tabel 2. Rasio perbandingan jumlah karyawan wanita dan kebutuhan toilet

NoJumlah KaryawanJumlah Kamar MandiJumlah JambanJumlah Wastafel

1.1 20112

2.21 40223

3.41 70335

4.71 100446

5.101 140557

6.141 180668

Setiap penambahan 40 100 karyawan harus ditambahkan 1 kamar mandi, 1 jamban dan 1 peturasan

2.2. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

2.2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam. Adapun ruang terbuka non hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori ruang terbuka hijau, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air. Tujuan dari penyelenggaraan ruang terbuka hijau menurut peraturan yang sama adalah sebagai berikut:

a) Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air

b) Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.c) Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.

2.2.2. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

1. Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota)2. Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara da air secara alami dapat berlangsung lancar3. Sebagai peneduh4. Produsen oksigen5. Penyerap air hujan6. Penyedia habitat satwa penyerap polutan media udara, air dan tanah7. Penahan anginb) Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:1. Fungsi sosial dan budaya

a. Menggambarkan ekspresi budaya lokal

b. Merupakan media komunikasi warga kota

c. Tempat rekreasi

d. Wadah dan objek pendidikan, penelitian dan pelatihan dalam mempelajari alam.2. Fungsi ekonomi

a. Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur-mayur

b. Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

3. Fungsi estetika

a. Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: yakni halaman rumah, lingkungan pemukiman, maupun makro: yakni lansekap kota secara keseluruhan

b. Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota

c. Pembentuk faktor keindahan arsitektural

d. Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun

Adapun manfaat dari ruang terbuka hijau itu sendiri jika dilihat dari fungsinya dibagi atas:

a) Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah)

b) Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sanat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala ini flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).2.2.3 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau bagi Perusahaan

Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Hal ini juga didukung oleh Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau minimum untuk kawasan perkotaan (di Kabupaten Pasuruan) yang termasuk sebagai pusat wilayah pengembangan adalah 30% sedangkan untuk kawasan perkotaan yang tidak termasuk sebagai pusat wilayah pengembangan adalah 40%.2.3. Tempat Sampah2.3.1. Persyaratan Teknis Pemilahan Sampah

Pemilahan sampah dilakukan berdasarkan paling sedikit 5 jenis sampah menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasaraa dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah sebagai berikut:a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun, seperti kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan obat-obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik dan peralatan elektronik rumah tanggab. Sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan/atau bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme, seperti sampah makanan dan serasah

c. Sampah yang dapat digunakan kembali, adalah sampah yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan, seperti kertas kardus, botol minuman, kaleng

d. Sampah yang dapat didaur ulang, adalah sampah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan, seperti sisa kain, plastik, kertas, kaca; dane. Sampah lainnya, yaitu residu.

Adapun standar warna dan pelabelan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasaraa dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yakni sebagai berikut:

a) Tempat sampah warna merah untuk sampah B3

b) Tempat sampah warna hijau untuk sampah organik

c) Tempat sampah warna kuning untuk sampah guna ulang

d) Tempat sampah warna biru untuk sampah daur ulang

e) Tempat sampah warna abu-abu untuk residu

Gambar 1. Contoh pembedaan warna tempat sampah berdasarkan jenisSumber: Lampiran 2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013 BAB 3

METODE KEGIATAN MAGANG

3.1. Lokasi Magang

Kegiatan magang dilakukan pada departemen SHE (Safety and Health Environment) PT. Tirta Investama Pandaan yang terletak di Jalan Surabaya Malang KM 48,5 Desa Karangjati Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan.3.2. Waktu Magang

a) Persiapan Magang

Persiapan magang dilakukan dengan meminta izin terlebih dahulu kepada koordinator magang departemen agar nantinya dibuat surat permohon magang dari pihak fakultas yang ditujukan kepada PT. Tirta Investama Pandaan sebagai instansi/perusahan yang dituju. Surat permohonan magang beserta proposal magang dikirim ke PT. Tirta Investama Pandaan pada tanggal 28 Oktober 2013. PT. Tirta Investama Pandaan menerima permohonan magang secara lisan pada tanggal 20 November 2010 dan pada tanggal 26 November 2014 mengirimkan surat balasan yang berisi penerimaan magang pada tanggal 26 November 2014 melalui fax yang ditujukan kepada Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

b) Kegiatan Magang

Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai tanggal 31 Januari 2014 hingga 3 Maret 2014.

c) Pembuatan Laporan

Pembuatan magang dilakukan selama 3 minggu, yakni 2 minggu sebelum magang berkhir hingga 1 minggu setelah magang (17 Februari 2014 9 Maret 2014)

Tabel 3. Jadwal kegiatan magangKegiatan MagangMinggu ke-

12345

Safety induction dan pengenalan perusahaan

Pelaksanaan magang

Supervisi dosen pembimbing

Pembuatan laporan magang

Seminar hasil laporan magang

Revisi laporan magang

3.3. Teknik Pengumpulan Data

a) Data primer, yakni berupa:

1. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung mengenai penerapan hygiene sanitasi dan ruang terbuka hijau pada PT. Tirta Investama Pandaan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan guna melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Sebagian besar wawancara dilakukan melalui tanya-jawab langsung kepada karyawan departemen SHE (Safety and Health Environment).b) Data sekunder

Data sekunder diperlukan guna untuk melengkapi data yang tidak dapat peroleh melalui observasi dan wawancara, misalnya:

1. Data jumlah pegawai

2. Gambar luasan tanah dan bangunan

c) Kepustakaan

Selain melalui data primer dan data sekunder, pengumpulan data juga dilakukan dengan studi pustaka, membaca referensi buku, perundang-undangan serta laporan ilmiah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya mengenai hygiene sanitasi dan ruang terbuka hijau.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Gambaran Singkat Perusahaan

Nama

: PT. Tirta Investama Pandaan

Tahun Berdiri

: 1983

Alamat: Jln. Surabaya Malang KM 48,5 Desa Karangjati Kecamatan Pandaan Pasuruan

Luas Lahan

: 78.968 m2Status Perusahaan: Penanaman Modal Asing

Jenis Usaha

: Air Minum Dalam Kemasn (AMDK)

Produksi

: - Air mineral kemasan 240 mL

Air mineral kemasan 600 mL

Air mineral kemasan 1500 mL

Gallon isi ulang 19 L

Mizone kemasan 500 mL

Mizone kemasan 1500 mL4.1.2. Sejarah Perusahaan

PT. Tirta Investama Pandaan merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk dagang AQUA. AQUA merupakan sebuah merk air minum dalam kemasan yang sangat melekat di mata masyarakat. AQUA didirikan oleh Tirto Utomo pada tahun 1973. Namun sejak tahun 1998, sebagian saham AQUA telah dimiliki oleh DANONE, perusahaan multinasional.

PT. Tirta Investama berdiri pada tahun 1983 dan mulai melakukan produksi satu tahun setelahnya. Perusahaan ini awalnya bernama PT. Tirta Jaya Utama, namun pada tahun 1985 diubah menjadi PT. Tirta Jayamas Unggul dan pada tahun 2000 diubah kembali menjadi PT. Tirta Investama hingga sekarang.

PT. Tirta Investama Pandaan didirikan karena alasan meningkatnya permintaan masyarakat mengenai air minum dalam kemasan. Produksi awalnya pun cukup sederhana, produk air minum dalam kemasan dilakukan secara manual dengan jumlah karyawan dan luas tempat produksi yang terbatas. Seiring dengan bertambah waktu, pemenuhan permintaan masyarakat akan air minum dalam kemasan kini dilakukan dengan teknologi yang cukup tinggi meski pada beberapa bagian, masih menggunakan tenaga manusia sebagai monitoring dan sebagian kecil pelaksanaannya.

4.1.3. Lokasi Perusahaan

PT. Tirta Investama Pandaan terletak di Jalan Raya Surabaya - Malang KM 48,5 Desa Karangjati Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Total luas lahan secara keseluruhan dengan total area seluas 78.968 m2, dengan luas bangunan sebesar 40.045 m2 dan 39.935 m2 sisanya adalah ruang terbuka. Lokasi perusahaan dapat dikatakan strategis karena terletak pada jalur utama lalu lintas Surabaya Malang di mana merupakan salah satu jalur perlintasan bisnis di Jawa Timur.4.1.4. Struktur Organisasi Perusahan

Secara struktural, PT. Tirta Investama Pandaan dipimpin oleh seorang kepala pabrik yang bertanggungjawab atas segala kegiatan pabrik. Guna memudahkan kontrol atas segala aktivitas pabrik, kepala pabrik membentuk beberapa departemen atau bagian yang diketuai oleh satu orang pada tiap-tiap departemen/bagian. Tiap kepala departemen/kepala bagian bertugas melaporkan segala perkembangan yang ada pada departemennya kepada kepala pabrik. Adapun bagan struktur organisasi PT. Tirta Investama Pandaan adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur organisasi PT. Tirta Investama Pandaan

Berdasarkan bagan struktur organisasi tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa departemen/bagian yang berada di bawah pengawasan kepala pabrik, yakni finance (keuangan), human resources (sumber daya manusia), logistik, SHE (Safety and Health Environment), teknik, performance, sistem administrasi, QA (Quality Assurance), CSR (Corporate Social Responsibility) dan manajer area. Kepala departemen/kepala bagian ini bertanggungjawab kepada kepala pabrik atas departemen/bagian yang dipimpinnya. Khusus bagian finance, terdapat garis putus-putus yang menghubungkan dengan kepala pabrik. Hal ini dikarenakan, bagian finance, tidak hanya bertanggungjawab langsung kepada kepala pabrik, namun juga bertanggungjawab langsung kepada kantor pusat.4.1.5. Sistem Manajemen Perusahaan

Pola manajemen yang digunakan PT. Tirta Investama, Pandaan mengacu pada pola manajemen yang terintegrasi dengan menggunakan sistem DANONE Manufacturing Way (Damaway). Sistem tersebut terdiri beberapa pilar, dan empat pilar di antaranya adalah WCM (World Class Manufacturing), VPM (Visual Productivity Management), team building dan zoning. Pilar zoning terdiri dari point 5R, desain tempat kerja, dan ownership. DANONE Manufacturing Way bertujuan untuk mengoptimalisasikan kinerja dari seluruh sumber daya yang ada sehingga dihasilkan produk dengan kualitas yang baik dan biaya produksi yang sesuai serta berkelanjutan dengan tetap memperhatikan sosial masyarakat dan lingkungan.Guna meningkatkan eksistensi PT. Tirta Investama Pandaan dalam persaingan global, maka ditetapkan sistem manajemen yang merupakan tuntutan dari konsumen, dengan didapatkannya sertifikat tentang : 1. Sistem manajemen mutu ISO 9001: 20002. Sistem manajemen lingkungan ISO 14001: 20043. Proper berada pada zona biru4. ISO 22000 mengenai Food Safety Management System5. GMP/GHP/GSP6. HACCP7. Sertifikasi halal dari MUI4.1.6. Ketenagakerjaan

PT. Tirta Investama Pandaan berdasarkan data karyawan per Januari 2014 mempunyai total tenaga kerja sejumlah 1175, dengan rincian 977 karyawan laki-laki dan 198 karyawan perempuan. Adapun waktu kerja secara umum yang diterapkan oleh PT. Tirta Investama Pandaan adalah 6 hari kerja dalam seminggu dengan rincian sebagai berikut:

a. Senin Jumat: pukul 08.00 16.00

b. Sabtu

: pukul 08.00 13.00

*) Waktu istirahat pukul 12.00 13.00 (khusus hari Jumat waktu istirahat pukul 11.30 13.00)

Waktu kerja tersebut adalah waktu kerja secara umum, khususnya bagi karyawan yang bekerja di bagian kantor. Pengecualian untuk kepala bagian, waktu kerja adalah 5 hari dalam seminggu, mulai hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 17.00 WIB. Adapun jam kerja bagi tenaga kerja di area produksi, umumnya terbagi menjadi 3 shift dengan rincian sebagai berikut:

a) Shift I (malam): pukul 22.00 06.00

b) Shift II (pagi): pukul 06.00 14.00

c) Shift III (siang): pukul 14.00 22.00

4.2. Proses Produksi

4.2.1. Proses Pengambilan Air dari SumberPT. Tirta Investama Pandaan merupakan salah perusahaan yang menghasilkan air minum dalam kemasan dengan merk dagang ternama dan melekat di telinga masyarakat Indonesia. PT. Tirta Investama Pandaan dalam proses produksinya menggunakan sumber mata air Gunung Arjuna sebagai bahan bakunya. Pengambilan bahan baku air ini dilakukan dengan cara pengeboran pada titik/tempat yang dinilai mampu mengeluarkan banyak debit air. Beberapa titik pengeboran ini dapat dipastikan higienitasnya dan terhindar dari segala kontaminan yang ada karena tiap titik pengeboran dipastikan tertutup.

Titik pengeboran yang ada di PT. Tirta Investama Pandaan kini berjumlah 6 titik, namun yang digunakan kini hanya 4 titik pengeboran sumber mata air. Penggunaan 4 titik pengeboran ini terkait dengan batas maksimal pengambilan air oleh perusahaan yang diizinkan pemerintah. PT. Tirta Investama Pandaan jika diperbolehkan untuk membuka (melakukan pengeboran) pada sumber mata air baru, dengan catatan masih dalam debit maksimal yang diizinkan. Apabila sumber mata air yang baru dibuka tersebut pada kenyataannya berpotensi menambah atau melebihi batas pengambilan debit air yang diizinkan, maka PT. Tirta Investama harus menutup titik pengeboran lainnya agar jumlah debit yang diambil sesuai.

Debit air yang diambil melalui sumber mata air tersebut nantinya dialirkan pada tempat penampungan melalui pipa stainless steel atau baja tahan karat. Penggunaan stainless steel atau baja tahan karat dilakukan untuk menjaga agar air tetap steril dan memenuhi persyaratan keamanan pangan. Penyimpanan ini hanya sementara karena selanjutnya air akan mengalami proses pengolahan air.

4.2.2. Proses Pengolahan AirProses pengolahan air yang pertama adalah melalui filtrasi. Proses filtrasi dilakukan sebagai tahap awal penyaringan partikel yang terlarut bersama air pada saat dilakukan pengeboran. Proses filtrasi umumnya dilakukan dengan menggunakan penyaring 40 mikron, atau disesuaikan dengan kualitas air pada saat itu.

Air hasil filtrasi tahap awal ini nantinya dialirkan pada buffer tank masing-masing area produksi melalui pipa stainless steel. Buffer tank merupakan tempat penampungan air sementara sebelum dilakukan proses filtrasi tahap selanjutnya dan ozonisasi. Setelah melalui buffer tank, air dialirkan melalui pipa stainless steel menuju proses filtrasi tahap dua yang mempunyai ukuran penyaring sebesar 1-5 mikron. Ukuran penyaringan ini didesain lebih kecil dari ukuran penyaringan sebelumnya dengan harapan partikel tidak dapat tersaring pada filtrasi tahap awal dapat tersaring pada proses filtrasi tahap ini.

Air hasil dua kali penyaringan pada tahap filtrasi selanjutnya akan dilakukan proses ozonisasi (sterilisasi air). Proses ozonisasi merupakan proses penting dalam produksi air minum dalam kemasan. Proses ozonisasi berfungsi untuk mematikan dan atau menonaktifkan mikroba patogen yang ada di dalam air hasil filtrasi tersebut.4.2.3. Proses Pembuatan Kemasan Cup dan Botola) Proses Pembuatan Kemasan Cup 240 mLProses pembuatan kemasan cup 240 mL dimulai dengan penghisapan bijih resim PP oleh mesin yang kemudian ditampung dalam tangki besar. Bijih PET selanjutnya dipanaskan dengan mesin pemanas agar dapat berubah bentuk menjadi cair sehingga mudah untuk dibentuk menjadi sheet (lembaran). Guna mencetak sheet menjadi cup, bahan harus dimasukkan terlebih dahulu pada mesin pencetak. Cup jadi akan diambil secara manual dan ditaruh dalam plastik besar kemudian disimpan di cup storage sebelum dibawa ke pengisian air.

b) Proses Pembuatan Kemasan Botol 500 mL, 600 mL dan 1500 mLProses awal pembuatan botol kemasan hampis sama dengan pembuatan kemasan cup, yakni bijih PET dihisap oleh mesin kemudian ditampung pada tangki besar. Bijih PET ini selanjutnya akan dipanaskan kemudian dikeringkan sesuai dengan suhu yang diinginkan. Bijih PET yang telah dipanaskan dan dikeringkan kemudian digiling hingga menjadi cairan kental.

Cairan PET selanjutnya akan dicetak menjadi preform dan kemudian didinginkan. Preform yang telah dicetak dan didinginkan, dimasukkan ke dalam hopper (bak penampung). Preform dinaikkan dengan elevator dan kemudian ditampung ke dalam bak yang di dalamnya ada mesin orientor yang berfungsi untuk memastikan agar preform dalam posisi tegak semua. Proses selanjutnya, preform diturunkan dan dimasukkan ke dalam mesin blowing, yang berfungsi untuk memanaskan perform hingga lentur dan kemudian meniupnya hingga menjadi panjang.4.2.4. Proses Pencucian Kemasan Botol dan GallonKemasan botol sebagian besar diproduksi sendiri oleh perusahaan dengan menggunakan mesin produksi yang in-line (pembuatan kemasan hingga pengisan air menggunakan line yang sama). Bagi mesin produksi yang belum in-line (hanya pengisian air) botol yang digunakan dipesan melalui pihak ketiga. Botol hasil pesanan ini sebelum diisi atau digunakan, harus dicuci terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi yang ada selama proses pendistribusian botol dari pihak ketiga ke PT. Tirta Investama Pandaan berlangsung. Botol tersebut dicuci oleh mesin produksi terlebih dahulu, sebelum dilakukan pengisian.

Berbeda dengan kemasan botol dan cup yang bersifat sekali pakai, kemasan gallon merupakan kemasan isi ulang. Guna menjaga higienitas produk, gallon dari konsumen harus dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu. Gallon yang berasal dari konsumen sebelum diisi dengan air, dicuci terlebih dahulu secara manual. Gallon yang masih layak pakai dicuci dengan disikat bagian luar dan dalamnya, sedangkan gallon yang berkerak direndam dengan menggunakan cairan HCl selama 3-4 jam kemudian dibersihkan lagi secara manual. Gallon yang sudah dibersihkan secara manual di-check kembali higienitasnya dengan kebersihan secara kasat mata serta baunya. Gallon yang sudah dinyatakan bersih kemudian dimasukkan ke mesin pencucian otomatis (washer 5 gallon) sebelum selanjutnya diisi air.

4.2.5. Proses Pengisian Air dan FinishingPengisian air hasil olahan ke dalam kemasan (filling) dilakukan secara langsung oleh mesin pengisi (filler). Kemasan disiapkan terlebih dahulu dengan menggunakan mesin otomatis (kecuali pada kemasan gallon dan salah satu mesin pengisian 600 mL, penyediaan kemasan masih dilakukan secara manual). Pemasangan tutup kemasan juga dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin. Apabila pengisian air dan pemasangan tutup kemasan sudah dilakukan, tahap selanjutnya adalah pemasangan label kemasan dan dilanjutkan dengan packaging.Pada proses pengisian air, dilakukan pemantauan secara visual pada tiap kemasan yang dihasilkan. Pemantauan secara visual berguna untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan standar. Apabila ada produk yang tidak sesuai dengan standar, misalnya batas pengisian air yang terlalu sedikit atau terdapat kontaminan pada produk kemasan, maka petugas mengeliminasi produk tersebut. Pengamatan secara visual dilakuan selama dua kali yakni setelah kemasan diisi dan setelah dilakukan labelling (pemberian label).

4.3. Hygiene SanitasiHygiene sanitasi dalam suatu perusahaan merupakan hal penting yang seharusnya dapat diwujudkan bersama-sama baik oleh perusahaan maaupun oleh tenaga kerja itu sendiri. Pihak manajemen perusahaan sebagai pemegang kekuasaan dalam perusahaan sepatutnya harus dapat menyediakan sarana atau fasilitas yang mendukung terwujudnya hygiene sanitasi yang baik pada perusahaan tersebut, misalnya penyediaan kakus/jamban dan toilet. Pada pelaksanaannya fasilitas hygiene sanitasi yang telah disediakan oleh perusahaan tersebut harus mendapat dukungan yang baik dari tenaga kerja itu sendiri, misalnya turut merawat kebersihahan penggunaan kakus/jamban dan toilet. Peran serta kedua pihak ini sangatlah penting bagi hygiene sanitasi perusahaan karena tanpa adanya sarana atau fasilitas dari pihak pihak manajemen, hygiene sanitasi yang baik tidak akan bisa dilakukan, namun sarana atau fasilitas hygiene sanitasi saja tanpa penggunaan yang baik oleh tenaga kerja pun akan tidak ada artinya.

Hygienitas sanitasi pada PT. Tirta Investama Pandaan merupakan hal penting yang harus diwujudkan, terlebih lagi karena PT. Tirta Investama Pandaan merupakan perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan yang notabene membutuhkan hygiene sanitasi yang lebih pada proses produksinya. Pentingnya hygiene sanitasi bagi perusahaan secara umum adalah untuk mewujudkan lingkungan kerja yang sehat. Lingkungan kerja yang sehat ini harapannya dapat mendukung terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja yang baik serta produktivitas yang optimal. Adapun peran tambahan dari hygiene sanitasi bagi perusahaan yang memproduksi produk yang berkaitan langsung dengan kesehatan manusia, misalnya makanan dan minuman, adalah sebagai bentuk dari terwujudnya quality of assurance/quality of control dari produk itu sendiri.

Peran hygiene sanitasi bagi kesehatan dan keselamatan kerja misalnya mencuci tangan setelah buang air pada wastafel yang telah disediakan dalam toilet atau tempat lainnya turut mendukung terciptanya pemeliharaan atau peningkatan derajat kesehatan bagi tenaga kerja, dengan status kesehatan yang baik ini maka konsentrasi dan stamina tenaga kerja pun akan optimal sehingga langkah-langkah untuk bekerja secara aman pun dapat dilakukan dengan baik. Peran hygiene sanitasi pada produktivitas kerja misalnya dengan disediakannya kakus/jamban dan toilet yang letaknnya mudah dijangkau oleh tiap tenaga kerja akan mempersingkat penggunaan waktu untuk buang air sehingga waktu yang untuk bekerja pun akan semakin efisien. Selain itu, jika fasilitas hygiene sanitasi yang disediakan oleh perusahaan baik dan perilaku tenaga kerja untuk mewujudkan hygiene sanitasi juga baik maka akan tercipta lingkungan kerja yang baik pula, dan dengan demikian tenaga kerja kerja pun akan merasa nyaman dalam bekerja dan produktivitas kerja yang diharapkan akan terwujud. Adapun peran hygiene sanitasi bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan misalnya dengan higienitas sanitasi tenaga kerja yang baik saat melakukan proses produksi akan mendukung terwujudnya kualitas produk yang baik pula, kualitas produk yang terjamin ini nantinya akan mendorong terwujudnya loyalitas konsumen yang notabene akan menguntungkan perusahaan.

Pihak manajemen PT. Tirta Investama Pandaan pada dasarnya telah berusaha cukup keras untuk mewujudkan hygiene sanitasi pada perusahaan, tidak hanya sebatas menyediakan fasilitas atau sarana saja, namun juga rutin mengadakan training mengenai hygiene sanitasi. Training mengenai hygiene sanitasi, terutama personal hygiene, rutin dilakukan setiap tahunnya bagi tiap tenaga kerja oleh departemen QA (Quality Assurance) yang bekerja sama dengan bagian training dan recruitment departemen HRD (Human Resources Development). Namun demikian, training mengenai personal hygiene yang rutin dilakukan pada kenyataannya masih belum mampu mengubah pola perilaku kebersihan tiap tenaga kerja, hal ini misalnya terlihat pada saat jam makan siang, sebagian tenaga kerja masih enggan untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan.

Guna mewujudkan lingkungan kerja dengan hygiene sanitasi yang optimal, pihak manajemen PT. Tirta Investama bahkan telah membuat sebuah kebijakan/peraturan agar tenaga kerja tidak membawa makanan di lingkungan kerja. Pihak manajeman perusahaan juga telah menetapkan sanksi tegas bagi tenaga kerja yang diketahui membawa makanan di lingkungan kerja akan diberi SP (surat peringatan). Kebijakan ini dibuat karena makanan yang dibawa tenaga kerja di lingkungan kerja, terutama area produksi akan mengundang hadirnya vektor dan roden. Hadirnya vektor dan roden di tengah area produksi tentunya akan menjadi sumber kontaminan bagi air minum dalam kemasan yang akan diproduksi dan air menurunkan kualitas produk yang dihasilkan.

Diperlukan ketekunan, waktu dan komitmen yang tinggi untuk mampu mewujudkan sebuah perusahaan dengan hygiene sanitasi yang optimal, terutama mengenai perilaku tenaga kerja. Tidak mudah untuk mengubah perilaku tenaga kerja yang tidak terbiasa untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan, oleh karena itu dibutuhkan perhatian dari rekan kerja untuk senantiasa mengingatkan untuk menjaga kebersihan diri (personal hygiene). Diperlukan kepatuhan yang baik dari tenaga kerja untuk menaati peraturan mengenai larangan membawa makanan di lingkungan kerja dan bagi tenaga kerja yang melanggarnya, dibutuhkan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan untuk memberikan sanksi bagi tenaga kerja yang melanggarnya.

4.3.1. Kondisi Kakus/Jamban dan Toilet secara Kualitas

Secara keseluruhan, kondisi toilet di PT. Tirta Investama Pandaan cukup memenuhi persyaratan kesehatan menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 6 Tahun 1964, meski pada beberapa kriteria masih belum memenuhi syarat. Misalnya, beberapa toilet belum dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, seperti misalnya toilet depan (dekat pos satpam 1), toilet area teknik dan toilet dekat area 3, sehingga tidak memenuhi norma kesusilaan. Akses tenaga kerja untuk menuju ke toilet masih belum optimal, misalnya akses tenaga kerja area gallon untuk menuju ke toilet. Adapun kriteria yang telah terpenuhi misalnya, telah tersedia air dalam jumlah yang mencukupi dan pada beberapa toilet juga disediakan pula kertas tissue. Toilet dibersihkan 2-3 kali sehari oleh petugas kebersihan, tidak berbau (kecuali ruang urinoir pada area teknik) dan tidak ada kotoran atau serangga. Penerangan dan pertukaran udara dalam toilet pun sudah baik. Lantai toilet terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, dengan tinggi dinding lebih dari 1,5 meter dan pintu pada masing-masing toilet tertutup rapat dan dapat dibuka ataupun ditutup dengan mudah.

Gambar 3. Kondisi toilet yang sebagian dilengkapi dengan kertas tissue

Gambar 4. Toilet inspection yang diisi oleh petugas kebersihan setiap membersihkan toilet

Guna perbaikan hygiene sanitasi perusahaan ke depan ada baiknya jika perusahaan membedakan seluruh toilet berdasarkan jenis kelamin (dibedakan antara toilet laki-laki dan toilet perempuan). Hal ini untuk kenyamanan tenaga kerja, terutama tenaga kerja wanita, juga bertujuan untuk menjaga norma kesusilaan. Adapun untuk akses tenaga kerja yang sulit untuk menjangkau toilet, maka ada baiknya jika toilet disediakan pada tiap-tiap area.4.3.2. Kondisi Kakus/Jamban dan Toilet secara KuantitasSecara kuantitas, berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai jumlah kakus/jamban dan toilet yang disediakan oleh perusahaan, diperoleh bahwa setidaknya ada 37 ruangan atau toilet yang difungsikan sebagai tempat untuk buang air dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4. Fasilitas toilet yang telah disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan

NoAreaJumlah Kamar Mandi/ToiletJumlah JambanJumlah PeturasanJumlah WastafelDibedakan Berdasarkan Jenis Kelamin

1.Pos satpam 111-1Tidak

2.Poliklinik11-1Tidak

3.Ismaya 122-2Ya

4.Ismaya 222-2Ya

5.Ismaya 311-1Tidak

6.Resepsionis22-1Ya

7.Area 16634Ya

8.Area 25321Tidak

9.Area 322-1Tidak

10.QA11-1Tidak

11.Musholla Shinta22-1Tidak

12.Bawah Kantin Shinta4432Ya

13.Masjid4-2-Ya

14.Kontainer2222Tidak

15.Pos satpam 211-1Tidak

16.Teknik 1-1-Tidak

TOTAL37301321

Gambar 5. Toilet portable di daerah bongkar muat

Gambar 6. Urinoir/peturasan di area teknik dan area 3

Gambar 7. Wastafel dalam toilet

Gambar 8. Kakus/jamban yang tersedia

Adapun secara mapping, sebaran toilet di PT. Tirta Investama Pandaan adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Mapping toilet PT. Tirta Investama Pandaan

4.3.3. Kebutuhan Kakus/Jamban dan Toilet berdasarkan Rasio Perbandingan Jumlah Karyawan

Jumlah tenaga kerja secara keseluruhan yang ada di PT. Tirta Investama Pandaan adalah 1175 dengan proporsi 977 tenaga kerja laki-laki dan 198 tenaga kerja perempuan. Adapun proporsi tenaga kerja berdasarkan shift adalah 375 tenaga kerja pada shift 1, 450 tenaga kerja pada shift siang dan 375 tenaga kerja pada shift malam. Jumlah tenaga kerja berdasarkan shift ini adalah estimasi penulis yang didapatkan melalui perhitungan kasar dengan membagi jumlah tenaga kerja pada setiap bagian sama rata (kecuali bagian office, seluruhnya diasumsikan bekerja pada shift 2). Estimasi ini dilakukan karena penulis tidak mendapatkan data secara pasti mengenai jumlah tenaga kerja berdasarkan shift.

a) Kebutuhan Kakus/Jamban menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 6 Tahun 1964Kebutuhan kakus menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 6 Tahun 1964 adalah sebagai berikut:

a) Untuk 1 15 pekerja = 1 kakus

b) Untuk 16 30 pekerja = 2 kakus

c) Untuk 31 45 pekerja = 3 kakus

d) Untuk 46 60 pekerja = 4 kakus

e) Untuk 61 80 pekerja = 5 kakus

f) Untuk 81 100 pekerja = 6 kakus,

*) dan selanjutnya untuk tiap 100 pekerja 6 kakus

Apabila jumlah maksimal pekerja yang bekerja dalam satu shift adalah 450 pekerja, maka total kakus yang dibutuhkan adalah 30 kakus, dengan demikian PT. Tirta Investama Pandaan telah memenuhi jumlah kebutuhan kakus menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 6 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

b) Kebutuhan Kakus/Jamban menurut Sumamur (2009)

Kebutuhan kakus menurut Sumamur (2009) adalah sebagai berikut:

a) 1 sampai 24 pekerja = 1 kakus

b) 25 sampai 50 pekerja = 2 kakus

c) 51 sampai 100 pekerja = 3 kakus

Apabila jumlah maksimal pekerja yang bekerja dalam satu shift adalah 450 pekerja, maka total kakus yang dibutuhkan adalah 15 kakus, dengan demikian PT. Tirta Investama Pandaan telah memenuhi jumlah kebutuhan kakus menurut Sumamur (2009).c) Kebutuhan Kakus/Jamban dan Toilet menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

Estimasi jumlah tenaga kerja yang dilakukan oleh penulis berdasarkan perhitungan kasar dengan membagi jumlah tenaga kerja pada tiap-tiap jenis kelamin menjadi 3 bagian sama besar adalah sebagai berikut:

1) Shift 1: 312 tenaga kerja laki-laki dan 59 tenaga kerja perempuan

2) Shift 2: 354 tenaga kerja laki-laki dan 80 tenaga kerja perempuan

3) Shift 3: 312 pekerja laki-laki dan 59 pekerja perempuan

Berpedoman pada jumlah tenaga kerja dalam satu shift yang bekerja paling banyak, maka toilet yag dibutuhkan adalah sebagai berikut:

a) Karyawan laki-laki: 6 kamar mandi, 6 jamban, 8 peturasan dan 8 wastafel

b) Karyawan perempuan: 4 kamar mandi, 4 jamban dan 6 wastafel

Adapun jumlah toilet yang dimiliki oleh PT. Tirta Investama Pandaan berdasarkan pembedaan jenis kelamin (antara toilet laki-laki dan toilet perempuan dipisah) adalah sebagai berikut:

a) Karyawan laki-laki: 10 kamar mandi, 8 jamban, 8 peturasan dan 5 wastafelb) Karyawan perempuan: 10 kamar mandi, 8 jamban dan 7 wastafel Dapat diperoleh informasi bahwa kebutuhan toilet berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri secara garis besar telah memenuhi syarat, kecuali jumlah wastafel pada toilet pria (wastafel yang dibutuhkan 8 buah, sedangka wastafel yang tersedia hanya 5 buah).

Secara keseluruhan, PT. Tirta Investama Pandaan telah memenuhi kebutuhan jumlah kakus/jamban dan toilet berdasarkan perbandingan rasio tenaga kerja baik menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 6 Tahun 1964 maupun Sumamur (2009). Adapun menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 toilet laki-laki masih belum memenuhi persyaratan karena jumlah wastafel pada toilet laki-laki kurang memenuhi kebutuhan minimal (wastafel yang dibutuhkan 8 buah, sedangka wastafel yang tersedia hanya 5 buah). Oleh karena itu, ada baiknya jika perusahaan mampu menambah 3 buah wastafel pada toilet laki-laki agar jumlahnya mencukupi kebutuhan.

4.4. Ruang Terbuka Hijau

Penyediaan ruang terbuka hijau juga merupakan hal penting yang harus diupayakan. Banyaknya debit air yang diambil tiap harinya oleh PT. Tirta Investama Pandaan, tentunya akan berpengaruh pada persediaan air dalam perut bumi di masa yang akan datang. Guna kepentingan produksi di masa yang akan datang serta sebagai wujud tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan, maka PT. Tirta Investama Pandaan perlu untuk mengupayakan penanganannya, salah satunya dengan penyediaan ruang terbuka hijau.

Penyediaan ruang terbuka hjau pada mempunyai banyak sekali keuntungan, tidak hanya sebagai daerah resapan air, namun juga sebagai produsen oksigen. Penyediaan ruang terbuka pada sebuah perusahaan menjadikan lingkungan kerja semakin terasa nyaman, sejuk dan teduh. Lingkungan kerja yang semakin kondusif ini harapannya dapat membawa semangat tersendiri bagi tenaga kerja agar semakin produktif dalam bekerja.

Jumlah luas lahan secara keseluruhan yang dimiliki oleh PT. Tirta Investama Pandaan adalah 78.968 m2. Luas lahan yang dijadikan bangunan sebesar 36.712,26 m2 dan 42.255,74 m2 sisanya merupakan ruang terbuka. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, ruang terbuka hijau minimal adalah sebesar 30% dari luas lahan secara keseluruhan. Apabila luas lahan yang dimiliki PT. Tirta Investama Pandaan adalah 78.968 m2, maka ruang terbuka hijau minimal yang harus disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan adalah sebesar 23.690,4 m2. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 maka PT. Tirta Investama Pandaan telah memenuhi syarat minimal (30%) penyediaan ruang terbuka hijau.

Pemerintah Kabupaten Pasuruan juga mendukung perundang-undangan di atasnya mengenai penetapan ruang terbuka hijau minimal. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 pasal 53 telah disebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau kawasan perkota yang termasuk sebagai pusat wilayah pengambangan (salah satunya adalah Kecamatan Pandaan) adalah 30% dengan distribusi 20% untuk publik dan 10% untuk privat. Oleh karena PT. Tirta Investama terletak di Kecamatan Pandaan, maka proporsi ruang terbuka hijau minimal yang harus disediakan oleh perusahaan adalah 23.690,4 m2.

Gambar 10. Peta luas lahan dan luas bangunan PT. Tirta Investama Pandaan

Berdasarkan luas lahan dan luas bangunan PT. Tirta Investama Pandaan dan hasil perhitungan konversi luas yang ada di peta dan luas sesungguhnya diketahui bahwa luas ruang terbuka hijau sudah memenuhi kriteria. Ruang terbuka hijau yang paling adalah daerah hutan lindung perusahaan, yakni seluas 17.838,63 m2. Ruang terbuka hijau terluas kedua adalah area WWTP (Water Wasted Treatment Product), yakni seluas 6.764,06 m2 sedangkan ruang terbuka hijau sisanya berasal dari taman yang tersebar di seluruh area perusahaan.

Gambar 11. Ruang terbuka hijau area WWTP

Gambar 12. Ruang terbuka hijau area kantin dan masjid

Kebutuhan ruang terbuka hijau minimal yang telah disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan telah memenuhi kriteria, baik menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 maupun Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010. Ruang terbuka hijau bagi PT. Tirta Investama Pandaan selain sebagai produsen oksigen, juga berfungsi sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan untuk menambah daerah resapan air. Daerah resapan diperlukan salah satunya untuk mengatasi berkurangnya persediaan air dalam perut Bumi akibat pengambilan debit air oleh PT. Tirta Investama Pandaan tiap tahunnya.

4.5. Kebutuhan Tempat Sampah berdasarkan Proses Produksi dan Lingkungan

PT. Tirta Investama Pandaan sebagai perusahaan penyedia air minum dalam kemasan memahami arti penting dari kebersihan perusahaan. Hal ini tercermin pada penyediaan tempat sampah yang dapat kita temui dengan mudah di sepanjang jalan. Secara umum, PT. Tirta Investama Pandaan menyediaakan 3 jenis tempat sampah, yakni tempat khusus, tempat sampah non B3 dan tempat sampah plastik. Guna memudahkan tenaga kerja kerja untuk membuang sampah berdasarkan jenisnya, tiap-tiap tempat sampah telah dibeli label dan contoh-contoh sampah yang sejenis.

Tempat sampah berdasarkan jenisnya ini banyak disediakan di luar area produksi. Dalam penerapannya, pemilahan sampah berdasarkan jenisnya ini dapat dibilang belum efektif. Masih banyak tenaga kerja yang membuang sampah non B3 ke dalam tempat sampah B3.

Hal ini selain mungkin disebabkan oleh kurangnya minat tenaga kerja untuk membaca jenis label juga disebabkan oleh kurang diseragamkannya pembedaan jenis sampah berdasarkan warna. Tidak semua tempat sampah telah distandarkan oleh perusahaan, misal standar tempah untuk non B3 adalah kuning, tempah sampah B3 abu-abu dan tempat sampah plastik hijau, pada beberapa tempat sampah warna (tong sampah) hijau digunakan untuk sampah non B3. Bahkan ada tempat sampah dengan warna lain (misal biru) yang tidak diberi label jenis tempat sampah.

Standar warna untuk tiap jenis tempat sampah yang ditetapkan oleh PT. Tirta Investama Pandaan ini berbeda dengan standar warna dan pelabelan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasaraa dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yakni sebagai berikut:

a) Tempat sampah warna merah untuk sampah B3 (lampu neon, film, baterai, kaset, disket, racun serangga)

b) Tempat sampah warna hijau untu sampah organik (sisa makanan, tulang,duri, daun kering, daging)

c) Tempat sampah warna kuning untuk sampah guna ulang (botol kaca, plastik, kaleng makanan dan minuman)

d) Tempat sampah warna biru untuk sampah daur ulang (kardus, karton, makanan dan minuman, koran bekas, buku bekas)

e) Tempat sampah warna abu-abu untuk residu (pembalut wanita, popok bayi, kertas puntung rokok, permen karet)

Gambar 13. Pembedaan warna tempat sampah PT. Tirta Investama Pandaan berdasarkan jenis

Secara distribusi, tempat sampah berdasarkan jenisnya sudah cukup tersebar. Satu yang menjadi catatan, sebaran tempat sampah B3 dirasa oleh penulis masih kurang. Berdasarkan karakteristik produksi proses pencucian gallon merupakan proses yang berpotensi untuk menyumbangkan sampah B3 karena pada proses pencucian gallon dibutuhkan zat HCl untuk membersihkan kerak yang menempel pada gallon, oleh karena itu tenaga kerja harus menggunakan sarung tangan. Sarung tangan yang telah digunakan untuk proses pencucian gallon inilah yang merupakan sampah B3. Tempat sampah B3 (misalnya lap majun yang terkena oli saat pitspot, film rontgen, jarum suntik hasil kegiatan poliklinik wadah bahan kimia) juga perlu banyak disediakan di dekat area produksi (sumber atau dekat sampah B3).

Gambar 14. Mapping tempat sampah PT. Tirta Investama PandaanSelain tempat sampah yang digunakan di luar area produksi dan di dalam tiap-tiap ruangan kerja, PT. Tirta Investama juga menyediakan tempat sampah di dalam area produksi. Tempat sampah pada area produksi ini terutama diperuntukkan bagi tenaga kerja yang bertugas sebagai pemantau visual. Pada tiap-tiap pemantau visual, telah disediakan tempat tempah untuk memudahkan petugas pemantau visual dalam membuang produk yang kurang layak produksi.

Gambar 15. Tempat sampah sementara untuk petugas visual

Secara keseluruhan penyediaan tempat sampah oleh PT. Tirta Investama Pandaan telah cukup baik, karena dibedakan antara sampah plastik, sampah B3 dan sampah non-B3. Meskipun demikian demikian, pembedaan warna dan label tempat sampah yang ada di PT. Tirta Investama Pandaan masih belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013, ada baiknya jika pembedaan warna dan label tempat sampah disesuaikan oleh peraturan perundangan. Selain itu, ada baiknya jika pada setiap area produksi, setidaknya disediakan masing-masing satu tempat sampah B3 dan tempat sampah guna ulang, sedangkan pada daerah kantin disediakan tempat sampah organik.BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a) Kakus/jamban dan toilet di PT. Tirta Investama Pandaan secara umum telah memenuhi persyaratan kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 6 Tahun 1964. Kriteria toilet yang dirasa masih kurang adalah pada sebagian toilet tidak dibedakan penggunaannya antara toilet untuk laki-laki dan perempuan. Akses tenaga kerja untuk menjangkau toilet pun masih belum optimal, karena beberapa tenaga kerja pada area produksi tertentu masih cukup sulit untuk menjangkau toilet dikarenakan jarak yang cukup jauh.b) Jumlah kakus/jamban yang seharusnya disediakan telah memenuhi persyaratan menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 6 Tahun 1964 dan Sumamur (2009). Adapun menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 jumlah wastafel untuk toilet laki-laki masih belum memenuhi syarat.c) Luas ruang terbuka hijau yang disediakan oleh PT. Tirta Investama Pandaan telah memenuhi kebutuhan minimal menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 dan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010.d) Kebutuhan tempat sampah yang seharusnya disedian oleh PT. Tirta Investama Pandaan telah dibedakan berdasarkan jenisnya, yakni sampah plastik, sampah B3 dan sampah non-B3. Meskipun demikian demikian, pembedaan warna dan label tempat sampah yang ada di PT. Tirta Investama Pandaan masih belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013.

5.2. Saran

a) Seluruh toilet yang belum dibedakan berdasarkan jenis kelamin (toilet dekat pos satpam 1, toilet poliklinik, toilet ismaya lantai 3, toilet area 2, toilet area 3, toilet QA, toilet dekat musholla Shinta, toilet dekat kontainer, toilet pos satpam 2 dan toilet area teknik) harusnya dibedakan penggunaannya berdasarkan jenis kelamin.

b) Guna memudahkan akses tenaga kerja terhadap toilet maka ada baiknya toilet disediakan pada tiap area kerja.

c) Perlu ditambahkan 3 buah wastafel untuk toilet pria agar memenuhi kriteria toilet dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.

d) Ruang terbuka hijau yang telah disediakan ada baiknya untuk dijaga kelestariannya. Apabila pada suatu ketika perusahaan berniat untuk membangun gedung baru agar tetap memperhatikan jumlah ruang terbuka hijau minimal yang harus disediakan.

e) Pembedaan warna dan label tempat sampah yang ada akan lebih baik jika disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013.

f) Pada setiap area produksi, setidaknya harus disediakan masing-masing satu tempat sampah B3 dan tempat sampah guna ulang, sedangkan pada daerah kantin perlu disediakan tempat sampah organik.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomr 1405/MENKES/SK/XI/2002. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 19 November 2002. Jakarta

Mariana, RR. 2003. Hygiene Sanitasi dan K3 pada Salon Kecantikan.

Moeljosoedarmo, S. 2008. Higiene Industri. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pasuruan Tahun 2009 2029. 12 Juli 2010. Pasuruan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 PRT/M/2013. Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 25 Maret 2013. Jakarta

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 26 Mei 2008. Jakarta

Peraturan Menteri Perburuhan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1964. Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja. 12 September 1964. Jakarta

Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung Seto. Jakarta

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Penataan Ruang. 26 April 2007. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1962. Hygiene untuk Usaha-Usaha Umum. 3 Agustus 1962. JakartaUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Kesehatan. 13 Oktober 2009. Jakarta

Wikipedia. 2014. Sanitasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitasi. 18 Februari 2014 (20:12)

Lembar Catatan Mahasiswa dan Absensi Magang

Nama Mahasiswa: ARTA NOVITA HARLAN

NIM

: 101011198

Tempat Magang: PT. TIRTA INVESTAMA PANDAAN

TanggalKegiatan

Minggu ke-1

31 Januari 2014 Proses perizinan dan administrasi

Pembuatan surat perjanjian PKL/magang

Perkenalan struktur organisasi PT. Tirta Investama Pandaan

Profil PT. Tirta Investama Pandaan

Penjelasan peraturan selama magang di PT. Tirta Investama Pandaan

3 Februari 2014 Pengenalan area pabrik

Pengerjaan 12 safety basic di area 1 meliputi working at high, chemical product, confined space dan explosive product Turut serta dalam weekly meeting departemen SHE

4 Februari 2014Pengerjaan 12 safety basic di area 3 meliputi chemical product, explosive product, fire evacuation dan forklift

5 Februari 2014 Pengerjaan 12 safety basic di area 2, yakni confined space Pengerjaan 12 safety basic di area 1 meliputi fire evacuation dan forklift

6 Februari 2014Input data 12 safety basic area 2

7 Februari 2014 Dokumentasi untuk 12 safety basic yang telah dilakukan

Sharing dan mempelajari pengukuran gizi kerja

Menggambar denah kantin

8 Februari 2014 Pengerjaan 12 safety basic area 1, yakni fire evacuation Turut serta dalam audit internal/cross audit yang meliputi audit behavior, inspeksi dan briefing

Minggu ke-2

10 Februari 2014 Pengerjaan 12 safety basic di area 1, yakni forklift Pengerjaan 12 safety basic di area 2 meliputi working at high, chemical product, explosive product, fire evacuation dan forklift Pengerjaan 12 safety basic di area 3 meliputi working at high dan confined space Pengerjaan 12 safety basic di area 4 meliputi working at high, chemical product, confined space dan fire evacuation

Mempelajari data kecelakaan kerja

Sharing mengenai audit internal/cross audit

11 Februari 2014 Mempelajari action plan temuan terhadap kondisi panel listrik yang tidak sesuai

Sharing kecelakaan kerja dan pencatatannya (LTI dan piramida kecelakaan kerja)

12 Februari 2014 Plant tour area gallon untuk melihat proses produksi

Observasi kondisi hygiene sanitasi toilet

Mempelajari data laporan kunjungan poliklinik

Menggali data keracunan tahun 2013

13 Februari 2014Turut serta dalam investigasi kasus kecelakaan kerja di area 4

14 Februari 2014 Mempelajari 5R

Melakukan pembagian masker kepada pengguna jalan

Pengerjaan 12 safety basic, yakni machine and equipment

15 Februari 2014Pembauatan layout kantin

Minggu ke-3

17 Februari 2014Mengikuti alur pengambilan dan penimbangan makanan di kantin

18 Februari 2014 Mempelajari alur pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Pengerjaan 12 safety basic di area 4 di area teknik, QA dan gudang

Mengikuti alur pengambilan dan penimbangan makanan di kantin

19 Februari 2014 Turut serta dalam safety meeting Mengikuti alur pengambilan dan penimbangan makanan di kantin

Mempelajari mengenai pemeriksaan berkala

Sharing struktur organisasi perusahaan dan tiap area

20 Februari 2014 Sharing terkait kesehatan kerja

Sharing mengenai fire evacuation (APAR dan sprinkler)

Observasi toilet dan tempat pengolahan sampah dan limbah B3

Pengerjaan 12 safety basic di area 4 di area teknik, QA dan gudang

21 Februari 2014 Mengikuti alur pengambilan dan penimbangan makanan di kantin

Sharing terkait kesehatan kerja

22 Februari 2014 Turut serta dalam audit internal/cross audit Sharing mengenai manajemen mutu dan manajemen lingkungan

Minggu ke-4

24 Februari 2014 Turut serta dalam senam pagi

Mengikuti alur pengambilan dan penimbangan makanan di kantin

Mengikuti weekly meeting departemen SHE

Belajar mengenai kesehatan tenaga kerja melalui kunjungan luar poliklinik

25 Februari 2014 Turut serta dalam SIM departemen SHE

Supervisi dosen pembimbing

26 Februari 2014 Turut serta dalam SIM departemen SHE

Belajar mengenai kesehatan tenaga kerja melalui kunjungan luar poliklinik

Penyusunan laporan

27 Februari 2014 Belajar mengenai kesehatan tenaga kerja melalui kunjungan luar poliklinik

Presentasi hasil magang

28 Februari 2014 Inspeksi ke catering perusahaan

Revisi hasil magang

1 Maret 2014 Revisi hasil magang

Mengetahui,

Pembimbing Instansi

Hok Wan Hercules Willy Mardiyanto

NIK. 01179

DAFTAR HADIR PESERTA

PROGRAM SISWA/MAHASISWA PKL

Asal lembaga: UNAIR Surabaya

Mulai TA: 2 Februari 2014

Selesai PKL: 28 Februari 2014

Presensi Bulan : Februari 2014

TA di Bag: SHE

NoTanggalArta Novita HarlanKeterangan

MasukKeluar

JamTTDJamTTD

130 Januari 201414.0016.00Induksi

23 Februari 201408.0016.00

34 Februari 201408.0016.00

45 Februari 201408.0016.00

56 Februari 201408.0016.25

67 Februari 201408.0016.00

78 Februari 201407.4513.30

810 Februari 201407.5016.15

911 Februari 201407.5516.00

1012 Februari 201407.5516.00

1113 Februari 201407.5016.35

1214 Februari 201407.5516.15

1315 Februari 201408.0013.20

1417 Februari 201408.0017.05

1518 Februari 201407.5516.00

1619 Februari 201407.5016.10

1720 Februari 201407.4016.10

1821 Februari 201407.5016.08

1922 Februari 201407.4513.25

2024 Februari 201406.5016.35

2125 Februari 201407.5016.15

2226 Februari 201407.5516.15

2327 Februari 201407.5017.00

2428 Februari 201407.5016.10

251 Maret 201408.00

26

27

28

29

30

Pandaan, 1 Maret 2014

(M. Nadhif)

PENERAPAN HYGIENE SANITASI DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PADA PT TIRTA INVESTAMA PANDAAN

PENERAPAN HYGIENE SANITASI DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PADA PT TIRTA INVESTAMA PANDAAN