Top Banner

of 41

Furunkel adalah Infeksi akut dari satu folikel rambut yang biasanya mengalami nekrosis disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Kliegman, a

Oct 16, 2015

Download

Documents

Amy Singleton

Definisi
1. Furunkel adalah Infeksi akut dari satu folikel rambut yang biasanya mengalami nekrosis disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Kliegman, ann M. Arvin ).
2. Furunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu atau lebih folikel rambut. Furunkel juga merupakan infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya (Richard E. Behrman).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

SkenarioBadu, 5-year-old boy, brought by his mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from his right ear. These complaints happened everytime Badu suffered from cough and runny nose. His mother said that Badu was only 3 years old when his right ear excretes fluid for the first time.

Physical examination:General examination: N=88X/m, RR=18X\m, Temp=36,8 CEar, Nose, Throat examination :Otoscopy:Left ear:Auricula: within normal limitEAC: within normal limitTympanic membrane: normalRight earAuricula: within normal limitEAC: liquid (+)`Tymphanic membrane: central peforationRhinoscopy:Anterior: Hyperemic mucosa, secretion (+)OropharynxNormal pharynx, tonsils: T1-T1, hyperemic, detritus (+)

Audiometric Examination:Right ear:Frequency:250500100020004000HzBone conduction: 5 10 5 1010dbAir conduction:45 50 45 4550dbLeft ear:Frequency:250500100020004000HzBone conduction: 5 5 10 55 dBAir conduction: 5 10 10 55 dB

A. Klarifikasi Istilaha. Decreased hearing: Penurunan persepsi pendengaranb. Dicharge: Substansai yang keluarc. Cough: ekspulsi udara yang tiba tiba d. Runny nose: Hidung berair karena ada sekret yang keluare. Excreted Fluid: Cairan yang dikeluarkanf. Otoscopy: pemeriksaan auskultasi telingag. Rhinoscopy: Pemeriksaan lubang hidung dengan speculum, baik melalui nares anterior atau nasofaringh. Oropharynx: Pemeriksaan pada bagian faring yang terletak pada palatum hole dan tepi atau epiglottisi. Auricula: Daun telinga (penangkap suara)j. EAC: Liang telinga luar (External Auditory Canal)k. Central Perforation: perforasi yang terletak di pars tensal. Hyperemic Mucosa: Penampakan mukosa kemerahanm. Detritus: Bahan particular dan disintegrasi jaringann. Tonsil T1-T1: Tonsil normalo. Bone conduction: Konduksi suara melalui tulang tengkorakp. Air conduction: Konduksi udara melalui EAC dan telinga tengahq. Tymphanicmembrane: Partisi tipis MAE dengan telinga dalam

B. Identifikasi Masalah1. Badu, 5-year-old boy, brought by his mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from his right ear2. These complaints happened everytime Badu suffered from cough and runny nose.3. His mother said that Badu was only 3 years old when his right ear excretes fluid for the first time.4. Physical examination:Otoscopy:Right earAuricula: within normal limitEAC: liquid (+)`Tymphanic membrane: central peforationRhinoscopy:Anterior: Hyperemic mucosa, secretion (+)OropharynxNormal pharynx, tonsils: T1-T1, hyperemic, detritus (+)

5. Audiometric Examination:Right ear:Frequency:250500100020004000HzBone conduction: 5 10 5 1010dbAir conduction:45 50 45 4550dbLeft ear:Frequency:250500100020004000HzBone conduction: 5 5 10 55 dBAir conduction: 5 10 10 55 dB

C. Analisis Masalah

1. a. Bagaimana fisiologi pendengaran ?Jawab : Auricula mengarahkan gelombang suara ke meatus acusticus externus canalis auditoris externus membrana tympani bergetar (resonator) Vibrasi malleus incus stapes (kekuatan 1,3 x) menggetarkan fenestra ovale (20x > kuat daripada membrana tympani) menggerakkan perilymphe dalam scala vestibuli membran vestibuler mendorong endolymph dalam skala media mendorong membran basalis ke arah bawah perilymph dalam skala tympani akan bergerak mendorong foramen rotundum ke arah luar Membrana basalis bergetar stereocilia (hair bundles) pada apex sel rambut bergeser satu sama lainKanal ion terbukapenglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel depolarisasi sel rambut melepaskan neurotransmitter ka dalam sinapsis menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris(VIII) nukleus anditoris korteks pendengaran di lobus temporalis.

1. b. Apa saja penyebab penurunan pendengaran ?Jawab : Terpapar suara bising/keras yang terys menerus Menggunakan earphone /headphone Akumulasi wax (lilin) Infeksi telinga Tumor Obat ototoxic Kelainan kongenital

1. c. Bagaimana mekanisme penurunan pendengaran ?Jawab : Secara umum, penyebab menurunnya pendengaran antara lain adalah infeksi virus seperti rubella, campak, bakteri-bakteri saluran pernapasan, meningitis, ensefalitis, perdarahan pada telinga tengah, trauma temporal, serta penggunaan obat-obat ototoksik. Mekanisme menurunnya pendengaran pada kasus ini : perforasi membrane timpani yang menyebabkan hantaran suara menuju telinga tengah menjadi terganggu, sehingga pendengaran berkurang.

1. d. Apa tipe dari penurunan pendengaran pada kasus ini ?Jawab :. Ada tiga jenis tuli:1. Tuli Konduktif, disebabkan oleh kelainan yang terdapat di telinga luar atau telinga tengah.2. Tuli Sensorineural(perspektif) dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan tuli retrokoklea3. Tuli Campur, kombinasi tuli konduktif dan tuli sensori neural.Dalam kasus ini badu menderita tuli konduksi

1. e. Bagaimana patofisiologi dari discharge from the ear ?Jawab : Proses infeksi di telinga tengah menyebabkan terbentuknya cairan di telinga tengah. Cairan ini lama kelamaan akan terakumulasi, dan apabila dibiarkan tanpa penanganan akan menyebabkan rupturnya / perforasi dari membrane timpani. Melalui robekan tersebut cairan dapat mengalir keluar dari telinga.

2. Mengapa keluhan muncul setiap kali batuk dan pilek ?Jawab :Karena batuk dan pilek (ISPA) merupakan salah satu faktor resiko terjadinya otitis media. Ketika batuk pilek, kuman dari nasofaring ataupun tonsil bisa menyebar ke rongga telinga tengah melalui tuba eustachius. Kuman (bakteri maupun virus) menginfeksi telinga tengah, sehingga terjadilah proses peradangan. Proses peradangan ini menyebabkan terbentuknya secret berupa pus yang akan keluar ke rongga telinga dan secret ini juga menggangu penghantaran gelombang suara sehingga terjadi penurunan pendengaran. Infeksi telinga tengah oleh kuman yang berasal dari nasofaring dipengaruh oleh anatomi tuba eustachius. Anak-anak memiliki tuba eustachius yang pendek, lebar, dan horizontal. Hal, inilah yang memudahkan bakteri bermigrasi dari nasofaring ke telinga tengah

3. Bagaimana progresivitas keluhan dari umur 3 tahun hingga saat ini ?Jawab : Pengeluaran discharge selama 2 tahun tanpa disertai pengobatan mengakibatkan penyakit yang diderita badu menjadi lebih berat atau parah.

4. a. Bagaimana interpretasi dan patofisiologi dari keabnormalan pada pemeriksaan fisik ?Jawab : Pemeriksaan Telinga (otoscopy)Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung, sementara telinga tengah seperti membrane timpani di inspeksi dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic.Pemeriksaan morfologi1. Telinga luar auricular dan EAC- inspeksi ( ada deformitas, lesi, cairan, dan simetris atau tidak )Pada kasus : EAC telinga kanan terdapat cairanInterpretasi : adanya secret akibat infeksi- Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak 2. Telinga tengah membrane timpani a. Bentuk : - konkaf (normal)b. warna : normalnya berwarna keabu-abuan dan mengkilapc. Keutuhan : utuh atau telah terjadi perforasiPada kasus : pada telinga kanan membrane timpani perforasi sentral. Interpretasi : membrane timpani telah rupture dibagian pars tensa yang dapat disebabkan karena infeksi tdk segera ditangani.d. mobilitas : menggunakan otoskop sigel, menurun bila terjadi otitis media serosa dan meningkat pada otitis media perforasi

Pemeriksaan hidung (Rhinoscopy)Pada kasus : Anterior hyperemic mucosa, secretion (+)Interpretasi : - hyperemic mucosa proses inflamasi akibat adanya infeksi - nasal secret : adanya infeksi hipersekresi mucus

Pemeriksaan tenggorokan (Oropharynx)Pada kasus : normal pharynx, tonsils :T1-T1, hyperemic, detritusInterpretasi : tonsil- hyperemic terjadinya infeksi- T1-T1 Grade pembesaran : T0 : Tonsil telah diangkatT1 : Tonsil dalam fosa tonsilarisT2 : Tonsil keluar dari salah satu pilarT3 : Tonsi keluar dari kedua pilar- Detritus (+) Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas.

5. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan audiometri ?Jawab : Right ear:Frequency:250500100020004000HzBone conduction: 5 10 5 1010dBAir conduction:45 50 45 4550dB

Bone conduction: 10db+5db+10db+10db/4= 8,75 dBAir conduction:(50dB + 45dB + 45dB + 50dB)/4= 47,5 dB Tuli Sedang47,5dB - 8,75dB =38,75 Tuli KonduktifDerajat ketulian Nilai ambang pendengaran: Normal: -10 dB sampai 26 dB Tuli ringan: 27 dB sampai 40 dB Tuli sedang: 41 dB sampai 55 dB Tuli sedang berat: 56 dB sampai 70 dB Tuli berat: 71 dB sampai 90 dB Tuli total: lebih dari 90 dB. Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.

Normal : AC dan BC sama atau kurang dari 25db,, tidak ada gapTuli sensorineural: AC dan BC lebih dari 25db,, tidak ada gapTuli konduktif: BC normal, AC lebih dari 25,, terdapat gapTuli campur: BC lebih dari 25, dan AC>BC ,, terdapat gap

6. Apa saja diagnosis banding pada kasus ini ?Jawab : OMSK tipe aman/ benignOMSK tipe bahaya/malignant

Perforasi membrane timfaniCentralMarginal, atik

kolesteatomaTidak adaAda

Proses peradanganTerbatas pada mukosa sajaMengenai tulang

Bau dischargeTidak terlalu busukSangat bau, baunya khas

komplikasiJarangSering

7. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini ?Jawab : - Anamnesis (history-taking)Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

- Pemeriksaan otoskopiPemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

- Pemeriksaan audiologiEvaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.

8. Apa saja pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan ?Jawab : Pemeriksaan Radiologi.1. Proyeksi SchullerMemperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen3.2.Proyeksi Mayer atau Owen,Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telahmengenai struktur-struktur.3. Proyeksi StenverMemperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelasmemperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksiini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaranProyeksi Chause IIIMemberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkankerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

BakteriologiBakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie,H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.1. Bakteri spesifikMisalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yanglanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapatterjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi.2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokusaureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalahceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid.Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokusaureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforingenerasi I dan gentamisin

9. Apa diagnosis kerja untuk kasus ini ?Jawab :Diagnosis yang ditegakkan dalam kasus adalah otitis media supuratif akut ( OMSK ) tipe aman ( benign )

10. Apa etiologi, faktor resiko dan epidemiologi dari kasus ini ?Jawab : Sintesis

10. Bagaimana patogenesis kasus ini ?Jawab : Sintesis

11. Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus ini ?Jawab : OMSK tipe benigna / aman1. Bila aktif, berikan cuci telinga berupa solutio H2O2 3 %, 2-3 kali2. Antibiotika selama 7 hari :- Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/ KgBB 4 x sehari atau- Amoksilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/ KgBB 3 x sehari atau- Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari3. Antihistamin apabila ada tanda-tanda alergi4. Nasehatkan agar tidak berenang dan tidak mengorek telinga5. Bila selama 2 bulan tidak kering atau hilang timbul, rujuk ke dokterspesialis THT.

12. Bagaimana prognosis untuk kasus ini ?Jawab : Prognosis dengan pengobatan local dapat bonam. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeki dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga prognosis pada kasus ini adalah dubia et bonam

13. Apa saja komplikasi dari kasus ini ?Jawab :a. Intrakranial - Tromboflebitis sinus lateralis - Abses ekstradural - Abses subdural- Meningitis - Abses Otak - Hidrosefalus otitis

b. Intratemporal atau ekstrakranial - Mastoiditis - Labirintitis - Paralse N VII - Petrositis

14. Apa KDU untuk kasus ini ?Jawab :KDU untuk OMSK adalah 3A

D. Hipotesis

Bayu, laki-laki 5 tahun, mengalami pengeluaran cairan pada telinga kanan dan penurunan pendengaran menengah karena menderita Otitis Media Supuratif Kronik

E. Kerangka Konsep

F. Sintesis

ANATOMI TELINGAA. ANATOMI TELINGA LUAR Auricula Meatus acusticus externus

B. ANATOMI TELINGA TENGAH1. Membran timpani.2. Kavum timpani.3. Prosesus mastoideus.4. Tuba eustachius1. Membran TimpaniMembran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45o dari dataran sagital dan horizontal. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya ( none of ligt).1Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu : 1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga.2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.3. Stratum fibrosum ( lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.

Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1. Pars tensa2. Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :a. Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).b. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang).

2. Kavum TimpaniKavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.Atap kavum timpani.Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama4. Lantai kavum timpaniDibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis4.Dinding medial.Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding posteriorDinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus sigmoid. Dinding anteriorDinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior5. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna1. Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.

Kavum timpani terdiri dari :1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).2. Dua otot.3. Saraf korda timpani.4. Saraf pleksus timpanikus

Tulang-tulang pendengaran terdiri dari :1. Malleus ( hammer / martil).2. Inkus ( anvil/landasan)3. Stapes ( stirrup / pelana)

Otot-otot pada kavum timpani.Terdiri dari : otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius ( muskulus stapedius) Saraf Korda TimpaniMerupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior1. Pleksus TimpanikusBerasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna8. Saraf FasialMeninggalkan fosa kranii posterior dan memasuki tulang temporal melalui meatus akustikus internus bersamaan dengan N. VIII. Saraf fasial terutama terdiri dari dua komponen yang berbeda, yaitu1 :1. Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua (faringeal) yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m. digastrik dan m. stapedius.2. Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor parasimpatetis preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah kecuali parotis.

3. Tuba EustachiusTuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm1.Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu1 :1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu1,9 :1. M. tensor veli palatini2. M. elevator veli palatini3. M. tensor timpani4. M. salpingofaringeusFungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga

4. Prosesus MastoideusRongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.

Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas :1. Prosesus Mastoideus Kompakta ( sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini besar.

Hidung1. Hidung LuarHidung luar berbentuk piramid dengan bagian bagiannya dari atas ke bawah : 1. Pangkal hidung (bridge)2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela 6. Lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh : - Superior : os frontal, os nasal, os maksila- Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel.Perdarahan : 1. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna). 2. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)3. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis) Persarafan : 1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis) 2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior) 2. Kavum NasiDengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media. Batas batas kavum nasi : Posterior : berhubungan dengan nasofaring Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale dan sebagian os vomer Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum. Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela. Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid. Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini. Perdarahan : Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama sama arteri.Persarafan : 1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N. Etmoidalis anterior 2. Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.3. Mukosa Hidung Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.

Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti tabung dengan bagian atas lebih besar dan bagian bawah lebih kecil. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vetebrae cervicalis 6. Faring ini terbagi kepada nasopharynx, oropharynx dan laryngopharynx NasopharynxTerletak di belakang rongga hidung di atas palatum mole. Di antara atap nasopharynx dan dinding posterior terdapat jaringan limfoid yang dinamakan adenoid atau tonsila pharyngeal. Oropharynx Terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum mole sampai ke pinggir epiglottis. Pada dinding lateral oropharynx di dalam fossa tonsilaris terdapat dua massa jaringan limfoid yang dinamakan tonsila palatina. Di dasar oropharynx terdapat jaringan limfoid, tonsila linguae. Laryngopharynx Merupakan bagian pharynx yan di mulai dari lipatan faringoepiglotika ke arah posterior, inferior terhadap esofagus segmen atas.

FISIOLOGI PENDENGARAN

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah, perilimf dala m skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum) terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus temporalis

Penyebab excreted fluid/discharge ketika badu berusia 3 tahun Keluarnya cairan dalam telinga disebut jg sebagai otorrhea. Penyebab otorrhea ini banyak, tergantung dari jenis otorrhea yang terjadi, diantaranya yaitu : Otorrhea purulen: otitis media supuratif akut dan kronis, otitis malignant, dan bisa jg terjadi telinga perenang. Non-purulen otorrhea: terjadi pada telinga perenang, benda asing, kebocoran cairan SSP, otitis eksterna invasif. Otorrhea Berdarah: trauma pada kanal eksternal atau telinga tengah, barotrauma, benda asing. Otitis eksterna juuga dikenal sebagai telinga perenang, kondisi ini terjadi paling sering karena hasil dari penurunan keasaman kanal eksternal. Telinga akan gatal dan menyakitkan. Kanal akan merah dan bengkak. Tergantung pada durasi infeksi, cairan yang keluar bisa jelas atau purulen. Patogen paling umum adalah Streptococcus, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Otitis eksterna invasif. , kondisi ini merupakan entitas yang sangat serius yang biasanya terjadi pada orang yang terkena diabetes, dan / atau immunocompromised pasien. Hal ini disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa yang menyerang jaringan lunak yang berdekatan dengan saluran telinga eksternal dan dengan cepat menyebar ke tulang mastoid dan temporal berakhir di dasar tengkorak. Pasien akan hadir dengan nyeri telinga (otalgia) dan debit untuk beberapa bulan. Pemeriksaan fisik akan mengungkapkan discharge purulen dan edema pada kanal dengan jaringan granulasi jelas dalam dinding posterior. Kelumpuhan saraf kranial parsial VII, IX, X dan XI juga dapat hadir. Demam, meningitis dan abses otak jarang terjadi. Otitis media supuratif infeksi telinga tengah dengan drainase nanah melalui membran timpani perforasi. Pasien awalnya akan mengeluh otalgia berat yang tiba-tiba membaik setelah melihat beberapa debit telinga. Organisme menyinggung adalah sebagai berikut: S. aureus, P. aeruginosa dan basil enterik gram negatif seperti Klebsiella, E. coli, dan Proteus. Lima puluh persen pasien juga akan memiliki organisme anaerob seperti: Prevotella, Fusobacterium, Porphyromonas dan Bacteroides. Perforasi membran timpani perforasi membrane timpani bisa terjadi dengan adanya atau tanpa discharge telinga. Otorrhea tejadi karena infeksi sekunder dari bakteri. Perdarahan dari telinga

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:

1. Anamnesis (history-taking)Penyakit telinga kronis (disebut kronis bila terjadi lebih dari 2 bulan) ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya secret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

2. Pemeriksaan otoskopiPemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.a. Perforasi sentralLokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub totalb. Perforasi marginalTerdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatomc. Perforasi atikTerjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma3. Pemeriksaan audiologiEvaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran. Pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.

4. Pemeriksaan radiologiRadiologi konvensional, foto polos radiologi (rontgen mastoid), posisi Schller berguna untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

1. Uji resistensi kuman dari secret telinga.

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

DEFINISIOMSK atau disebut juga Otitis Media Perforata (OMP) adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan (infeksi) kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran tympani tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorrhoe), purulen yang terus menerus atau hilang timbul dan berlangsung lebih dari 2 bulan, dimana khusus untuk tipe maligna lebih sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatoma.

ETIOLOGIInfeksi kronis telinga tengah cenderung disertai sekret purulen. Proses infeksi ini sering disebabkan oleh infeksi campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini dan berasal dari meatus acusticus externus, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba Eustachius saat infeksi saluran nafas atas.Hasil penelitian di bagian THT FKUI/RSCM ditemukan kuman OMSK dengan kolesteatoma dari operasi radikal mastoidektomi. Di RSCM dari Januari sampai April 1996 didapat kuman aerob yang paling sering ditemukan Proteus mirabilis (58,5%), sedangkan Pseudomonas (31,5%). Sedangkan OMSK tanpa kolesteatoma kuman aerob yang tersering adalah Pseudomonas aeruginosa (22,46%), Staphylococcus (16,33%). Namun secara umum, kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK di Indonesia ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp (Proteus mirabilis) 20% dan Staphylococcus aureus 25%.

Mikroorganisme lain yang juga dapat menyebabkan OMSK adalah Escherichia coli, Aspergillus, Streptococcus haemolyticus, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Klebsiella sp, Bacteroides fragilis, Haemophilus influenzae, Micrococcus catarrhalis, Clostridium perfringens serta beberapa jenis virus. Diantara mikroorganisme tersebut, Pseudomonas aeruginosa yang paling dicurigai menyebabkan destruksi progresif dari telinga tengah dan mastoid.

Faktor RisikoTerjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan sumbing dan Downs syndrom. Berikut ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya OMSK: Sosial ekonomi Genetik Riwayat otitis media sebelumnya Infeksi saluran nafas atas Penyakit autoimun Gangguan fungsi tuba Eustachius Anomali craniofacial, sumbing, atresia choanal, microchepali, cri-du-chat syndrome

EPIDEMIOLOGI Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia. Otitis media kronis merupakan penyakit THT yang paling banyak di negara sedang berkembang. Di negara maju seperti Inggris sekitar 0, 9% dan di Israel hanya 0, 0039%. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggeris kurang dari 1% (Lasminingrum L, 2000).

Menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insidens Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh awam sebagai congek) sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6, 6 juta penderita OMSK. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 Universitas Sumatera Utara prevalensi OMSK adalah 3, 1%-5, 20% populasi.

Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Prevalensi OMSK di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1989 sebesar 15, 21%. Di RS Hasan Sadikin Bandung dilaporkan prevalensi OMSK selama periode 1988 1990 sebesar 15,7% dan pada tahun 1991 dilaporkan prevelensi OMSK sebesar 10,96%. Prevalensi penderita OMSK di RS Dr Sardjito Yogyakarta pada tahun 1997 sebesar 8, 2% (Paparella MM, 2001).

KlasifikasiOMSK dibagi menjadi 2 tipe, yaitu benigna dan maligna.1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

1.1. Penyakit aktifPada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

1.2. Penyakit tidak aktifPada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani : Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia. Otitis media supuratif akut yang berulang.

Pada tipe aman/ mukosa/ benign tidak ditemukan adanya kolesteatoma, hanya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Letak perforasi terutama pada bagian sentral , umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.1,12

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulangPada OMSK tipe maligna/ atikoantral/ ganas/ tidak aman/ tipe tulang ini ditemukan adanya kolesteatoma dan berbahaya. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya di marginal atau atik, kadang kadang dengan perforasi subtotal dengan kolesteatoma. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Kolesteatoma dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

a. Kolesteatoma kongenitalKriteria untuk mendiagnosa kolesteatoma kongenital, menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah :1. Berkembang dibelakang dari membran tympani yang masih utuh.2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kongenital kolesteatoma lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan parese fasialis, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

Gambar Kolesteatoma congenital

b. Kolesteatoma didapat1. Primary acquired cholesteatoma.Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatoma timbul akibat terjadinya proses invaginasi dari membran timpani terutama terjadi pada daerah atik atau pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan fungsi tuba.

Gambar Kolesteatoma pada atik

2. Secondary acquired cholesteatoma.Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal pada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna yangmasuk ke kavum tympani melalui perforasi membran tympani atau kantong retraksi membran tympani pars tensa.

Berdasarkan letak perforasi, terdapat 3 tipe perforasi membran tympani, yaitu:1. Perforasi sentralLokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior. Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa membran tympani. Perforasi ini biasa terjadi pada OMSK tipe benigna.2. Perforasi marginalTerdapat pada pinggir membran tympani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatoma. Dapat ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe maligna.3. Perforasi atikTerjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.Dapat ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe maligna.

Gambar Perforasi atik dengan kolesteatoma.

PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGISuatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang virulen, terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanak-kanak, atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membrane timpani tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi.Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media, OM). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan.

Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa. Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah.

Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana. Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.

Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :1. gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulangb. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total2. perforasi membrane timpani yang menetap3. terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah4. obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid5. terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid6. faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

MANIFESTASI KLINIS- menurunnya pendengaran- sekret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul- umumnya diawali oleh infeksi saluran pernafasan (influenza)

PENATALAKSANAANa. OMSK tipe benigna / aman1. Bila aktif, berikan cuci telinga berupa solutio H2O2 3 %, 2-3 kali2. Antibiotika selama 7 hari :- Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/ KgBB 4 x sehari atau- Amoksilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/ KgBB 3 x sehari atau- Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari3. Antihistamin apabila ada tanda-tanda alergi4. Nasehatkan agar tidak berenang dan tidak mengorek telinga5. Bila selama 2 bulan tidak kering atau hilang timbul, rujuk ke dokterspesialis THT.

b. OMSK tipe maligna / bahaya1. Apabila belum memungkinkan dirujuk ke spesialis THT, dilakukan terapi sbb : Berikan cuci telinga berupa Solutio H2O2 3 % 2-3 kali Antibiotik selama 14 hari : Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau Amoksilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari 2. Apabila terdapat abses retroaurikuler dilalukan insisi dahulu dan segera rujuk ke dokter spesialis THTEdukasi:Beri penjelasan kepada orang tua untuk menjaga higienitas anak terutama pada bagian telinga, serta memberi pengarahan kepada orang tua agar saat anak mandi sebaiknya telinga sang anak diberi penutup agar telinga tidak kontak dengan sabun atau air.

PROGNOSISTipe jinakPrognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.

Tipe ganasPrognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

Pada kasus, prognosis dubia et bonam

KOMPLIKASIa. Intrakranial - Tromboflebitis sinus lateralis - Abses ekstradural - Abses subdural- Meningitis - Abses Otak - Hidrosefalus otitis

b. Intratemporal atau ekstrakranial - Mastoiditis - Labirintitis - Paralse N VII - Petrositis

TULIJenis-jenis tuli:1. Tuli konduksi Terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan/penyakit ditelinga luar dan tengah , sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.Etiologi: Kelainan telinga luarKelainan telinga tengah Atresia liang telinga- Tuba katar Sumbatan oleh serumen- Otitis media Otitis eksterna sirkumkripta- Otosklerosis Osteoma liang telinga- Timpanosklerosis - Hemotimpanum - Dislokasi tlg pendengaran

2. Tuli sensorineural gangguan dengar akibat kerusakansarafpendengaran, meskipun tidak ada gangguan ditelingabagian luar atau tengah.a. Tuli koklea Etiologi:- Aplasia (kongenital)- Labirinitis (bakteri/virus)- Intoksikasi obat (streptomisin,kanamisin,garamisin, neomisin, kina, asetosal) - Tuli mendadak - Trauma akustik - Pajanan bising b. Tuli retrokoklea Etiologi:- Neuroma akustik - Tumor sudut pons serebelum - Mieloma multipel - Cedera otak - Perdarahan otak - Kelainan otak lainnya

3. Tuli campur Tuli kombinasi antara tuli konduksi dan sensorineural, gangguan yang merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Otitis Media Akut. Accessed: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm.

Revai, Krystal et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis Complicating Upper Respiratory Tract Infection: The Effect of Age. PEDIATRICS Vol. 119 No. 6 June 2007, pp. e1408-e1412.

Moses, Scott. 2008. Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com.Djaafar, ZA. 2006. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Telinga Hidung Tenggorokan,cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Snell, Richard S.Anatomi Klinik

41