Top Banner
1 FRANS SEDA AWARD 2016 “Untuk Tuhan dan Tanah Air” 1. NAMA “FRANS SEDA AWARD” Frans Seda Award adalah sebuah penghargaan yang diselenggarakan karena terinspirasi dari nama, sosok, dan karakter seorang negarawan Indonesia yang bernama Franciscus Xaverius Seda, atau lebih dikenal dengan Frans Seda (1926-2009). Setidaknya terdapat beberapa alasan penting yang perlu dicatat mengapa nama Frans Seda menjadi inspirasi atas penghargaan ini: 1.1. Sosok dan karakter Frans Seda adalah teladan dalam upaya “Menanam, Menumbuhkan dan Mengembangkan Indonesia” “A man for all seasons!”, sebuah julukan yang diberikan seorang wartawan ternama Indonesia kepada Frans Seda dalam salah satu tulisan menyambut ulang tahun tokoh tiga zaman ini yang ke-80 pada tahun 2006 yang lalu. Julukan itu tentu berdasarkan pantauan sang penulis yang kerap melihat jejak keterlibatan Frans Seda dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia. Saat masih muda, beliau sudah bergabung dengan Laskar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI Masyarakat (1945-1950) untuk berjuang melawan Belanda. Di dunia organisasi pemuda, Frans Seda sempat menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya; anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur dan DPR Sementara Daerah Jawa Timur (RI) mewakili Pemuda; anggota Panitia Kongres Pemuda di Surabaya; anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda; serta pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Belanda (1950-1956). Sepulang dari meraih gelar Doctorandus bidang Ekonomi di Tilburg, Belanda, karirnya segera melesat dalam dunia politik, pemerintahan, maupun dalam pengabdiannya kepada Gereja. Keaktifannya di Partai Katolik mengantarkannya pada jabatan Wakil Ketua dan kemudian menjadi Ketua Umum Partai Katolik. Pada tahun 1960, Frans Seda masuk Parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Golongan Katolik. Ketika terjadi gejolak antara Indonesia dan Kerajaan Belanda dalam kaitannya dengan persoalan Irian Barat, beliau amat piawai untuk berdiplomasi. Hal inilah yang membuat Parlemen Belanda yang saat itu dikuasai Partai Katolik Belanda (KVP) menerima Bunker Plan yang berujung pada masuknya Irian Barat ke Republik Indonesia. Selain menjadi Menteri Perkebunan (1964-1966) pada usia 38 tahun dan kemudian menjadi Menteri Pertanian (1966) pada situasi Negara yang memanas, tidak boleh dilupakan pula bahwa beliau menjadi Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik. Prestasi Frans Seda yang layak diapresiasi pada masa ini adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran Pemerintah pada Kementerian Keuangan, serta menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih diterapkan dalam dunia keuangan Indonesia. Inilah yang menurut pendapat Emil Salim, salah satu sahabat
13

FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

Sep 06, 2018

Download

Documents

lenhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

1

FRANS SEDA AWARD 2016

“Untuk Tuhan dan Tanah Air”

1. NAMA “FRANS SEDA AWARD”

Frans Seda Award adalah sebuah penghargaan yang diselenggarakan karena terinspirasi dari nama,

sosok, dan karakter seorang negarawan Indonesia yang bernama Franciscus Xaverius Seda, atau lebih

dikenal dengan Frans Seda (1926-2009). Setidaknya terdapat beberapa alasan penting yang perlu dicatat

mengapa nama Frans Seda menjadi inspirasi atas penghargaan ini:

1.1. Sosok dan karakter Frans Seda adalah teladan dalam upaya “Menanam, Menumbuhkan dan

Mengembangkan Indonesia”

“A man for all seasons!”, sebuah julukan yang diberikan seorang wartawan ternama

Indonesia kepada Frans Seda dalam salah satu tulisan menyambut ulang tahun tokoh tiga

zaman ini yang ke-80 pada tahun 2006 yang lalu. Julukan itu tentu berdasarkan pantauan

sang penulis yang kerap melihat jejak keterlibatan Frans Seda dalam sejarah perjuangan dan

pembangunan bangsa Indonesia.

Saat masih muda, beliau sudah bergabung dengan Laskar KRIS (Kebangkitan Rakyat

Indonesia Sulawesi) dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI Masyarakat

(1945-1950) untuk berjuang melawan Belanda. Di dunia organisasi pemuda, Frans Seda

sempat menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya; anggota Panitia Pembubaran Negara

Jawa Timur dan DPR Sementara Daerah Jawa Timur (RI) mewakili Pemuda; anggota Panitia

Kongres Pemuda di Surabaya; anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda; serta

pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Belanda (1950-1956).

Sepulang dari meraih gelar Doctorandus bidang Ekonomi di Tilburg, Belanda, karirnya segera

melesat dalam dunia politik, pemerintahan, maupun dalam pengabdiannya kepada Gereja.

Keaktifannya di Partai Katolik mengantarkannya pada jabatan Wakil Ketua dan kemudian

menjadi Ketua Umum Partai Katolik. Pada tahun 1960, Frans Seda masuk Parlemen sebagai

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Golongan Katolik. Ketika terjadi gejolak antara

Indonesia dan Kerajaan Belanda dalam kaitannya dengan persoalan Irian Barat, beliau amat

piawai untuk berdiplomasi. Hal inilah yang membuat Parlemen Belanda yang saat itu

dikuasai Partai Katolik Belanda (KVP) menerima Bunker Plan yang berujung pada masuknya

Irian Barat ke Republik Indonesia.

Selain menjadi Menteri Perkebunan (1964-1966) pada usia 38 tahun dan kemudian menjadi

Menteri Pertanian (1966) pada situasi Negara yang memanas, tidak boleh dilupakan pula

bahwa beliau menjadi Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik

Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik. Prestasi Frans Seda yang layak

diapresiasi pada masa ini adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia

ke arah yang lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali

dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran

Pemerintah pada Kementerian Keuangan, serta menerapkan model anggaran penerimaan

dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih diterapkan dalam

dunia keuangan Indonesia. Inilah yang menurut pendapat Emil Salim, salah satu sahabat

Page 2: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

2

dekatnya, adalah tidak berlebihan apabila kita menyebutnya sebagai Pahlawan

Keuangan Indonesia. Banyak hal pula yang dilakukannya ketika menjadi Menteri

Perhubungan, Telekomunikasi, dan Pariwisata (1968-1973), seperti merintis

penerbangan dan pelayaran perintis di berbagai daerah di Indonesia, khususnya

di Indonesia bagian Timur, serta beberapa kawasan wisata unggulan seperti di

Nusa Dua, Bali. Sesudahnya Frans Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di

berbagai bidang, seperti: Duta Besar Republik Indonesia di Brussels untuk Masyarakat

Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luxembourg (1973-1976); anggota Dewan

Pertimbangan Agung Republik Indonesia (1978-1983), hingga menjadi penasihat

Presiden Indonesia, mulai dari Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, sampai

dengan Megawati Soekarnoputri.

Beliau juga seorang pendidik yang ingin mendidik insan-insan Indonesia menjadi

pemikir bukan hanya praktisi tanpa dasar pemikiran. Warisannya yang nyata di dunia

pendidikan adalah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) dan

PPM (Pembinaan dan Pendidikan Manajemen). Unika Atma Jaya didirikannya bersama

rekan-rekannya dari IMKI dan PMKRI pada 1 Juni 1960 dengan modal hanya Rp 500,-

(lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan

pertama Fakultas Ekonomi sekaligus menjadi Rektor yang pertama kali, selanjutnya

sebagai Ketua Umum Yayasan Atma Jaya selama beberapa periode, Ketua

Kehormatan Yayasan Atma Jaya, dan bahkan pada saat Frans Seda meninggal pada

akhir tahun 2009, beliau masih tercatat sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.

Dengan caranya Frans Seda tidak hanya ikut menanam, tetapi juga membantu

menumbuhkan dan mengembangkan keindonesiaan melalui karya dan pergaulannya.

1.2. Sosok dan karakter Frans Seda menjadi simbolisasi dari sintesa “Rumah Kecil” Untuk

“Rumah Indonesia”

Franciscus Xaverius Seda dengan caranya sendiri telah memberikan kontribusi bagi

bangsa dan negara sesuai dengan porsi tanggung jawabnya. Kiprah Frans Seda tampak

sekali digerakkan oleh nilai-nilai yang berorientasi pada Indonesia yang multikultural,

demokratis, adil dan sejahtera.

Sosok Frans Seda menjadi unik karena dirinya menjadi sintesa dari hal yang kontras.

Lahir dari lingkungan sepi di Flores, tapi kemudian berkiprah dalam hingar bingar

panggung tinggi nasional, termasuk empat kali menjadi anggota kabinet.

Sangat beriman, sekaligus nasionalis sejati.

Jangkauan pergaulannya luas, menembus batas dan berbagai sekat sosial. Sebagai

politisi, Frans Seda termasuk andal, bahkan pernah menjadi ketua partai, Partai

Katolik. Tidak kalah besar namanya sebagai tokoh agama, yang dikenal sampai

mancanegara, bahkan sempat menjadi anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan

dan Perdamaian (Iustitia et Pax) di Vatikan. Perhatiannya terhadap dunia

pendidikan sangat besar pula antara lain terlihat pada Unika Atma Jaya dan PPM.

Page 3: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

3

Latar belakang sebagai ahli ekonomi ikut membantu Frans Seda berkarya di bidang

politik, sosial, pendidikan, dan keagamaan. Namun tidak kalah penting integritas diri,

kecerdasan, nurani dan kejujuran yang membuatnya dapat dipercaya sebagai

penganjur humanisme.

Kekuatan dan sosok Frans Seda tidaklah pertama-tama datang dari pendidikan tinggi

yang diperolehnya, tetapi dari watak dan karakternya yang terus memelihara sikap

peduli dan menjaga kejujuran, termasuk selalu berusaha membedakan dengan

jelas antara milik pribadi dengan milik negara.

Pengalaman hidup dari daerah yang miskin dan juga bergaul dengan banyak

orang tertinggal, menjadikan dia sangat peka pada orang kecil. Maka selama

mendirikan Unika Atma Jaya ia dengan gigih memberikan beasiswa kepada mahasiswa

yang miskin agar dapat menikmati kuliah dengan baik selaras dengan prinsipnya,

“Orang boleh tidak kuliah di Atma Jaya karena tidak mampu secara intelektual, tetapi

orang tidak boleh tidak kuliah di Atma Jaya karena tidak mampu secara ekonomi!!”.

Penelitian yang perlu dikembangkan di Unika Atma Jaya juga penelitian yang

menyangkut kebutuhan orang kecil dan miskin. Keberpihakannya pada rakyat kecil

mendorongnya untuk menginisiasi suatu Pusat Etika di Atma Jaya yang diharapkan

dapat menjadi “Suara Hati” bagi Indonesia.

Demi membela nilai kemanusiaan, ia berani melawan arus seperti menerima kelompok

yang ditindas, yang disingkirkan, yang tidak diakui oleh masyarakat zaman itu.

Frans Seda merupakan sintesa dari nilai-nilai kebangsaan Indonesia yang bhineka,

yang kontras dan selaras, yang kemudian menghasilkan sosok warga negara Indonesia

yang utuh. Dia menjadi teladan yang positif karena menonjolkan nilai-nilai positif dan

optimis dari sintesa tersebut.

Perhatiannya kepada dunia pendidikan tidak hanya sebatas wacana, tetapi praktek

dan implementasi yang sering jauh lebih berisiko dan merepotkan. Kemampuannya

menjalani proses dari ilham, kemudian ide, dan akhirnya sampai mewujud

sangat kelihatan. Pendidikan membutuhkan tokoh berkualitas seperti beliau.

Kemampuan menyulap impian menjadi kenyataan inilah, khususnya di bidang

pendidikan, yang membuat sosok dia menjadi inspirasi bagi rakyat yang miskin, tidak

terdidik, dan tertindas.

Kemampuan Frans Seda dalam memperjuangkan hati nuraninya memberi

contoh perjuangan yang beradab (civilized struggle) di tengah perbedaan yang besar di

masyarakat. Dia sadar bukan dari kelompok mayoritas, namun dia memiliki

keberanian yang tulus untuk menyuarakan ketidakadilan secara santun, tetapi tegas.

Demokrasi Indonesia harus memupuk sikap dan perilaku yang beradab ini sebagai

prasyarat menuju kematangan proses sosial-politik yang adil dan beradab.

Frans Seda dengan segala kemampuannya sudah berusaha memberikan karya terbaik

bagi kelompok dan bangsanya, yang membuat dirinya terus dikenang. Kenangan itu

antara lain diwadahkan dalam pemberian “Frans Seda Award” untuk mengapresiasi

Page 4: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

4

orang-orang yang meneruskan perjuangan Frans Seda dalam menanam,

menumbuhkan, dan mengembangkan pendidikan kebangsaan.

1.3. Sosok dan karakter Frans Seda menjadi teladan bagi generasi muda Indonesia dalam

pengabdian “untuk Tuhan dan Tanah Air”

Frans Seda sungguh-sungguh mengamini tekadnya mengabdi Tanah Air sebagai

jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang nyata di berbagai bidang.

Didorong oleh komitmen untuk mengabdikan diri bagi bangsanya, Frans Seda

memainkan peranannya sebagai seorang pemimpin yang memegang teguh karakter

moral dalam mengembangkan kepentingan-kepentingan politik, bisnis, pendidikan,

sosial, dan relasi antara agama. Terutama, Frans Seda menunjukkan komitmennya yang

kuat pada kemanusiaan yang adil beradab terutama bagi orang-orang yang terpinggirkan

dan dalam rangka meningkatkan kapasitas manusia Indonesia, ia mencurahkan

perhatian pada pendidikan anak bangsa sebagai jembatan menuju kesejahteraan.

Pada 31 Desember 2009, Frans Seda meninggal dunia. Beliau pergi pada saat Yayasan

Atma Jaya dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, institusi yang didirikan dan

dibesarkan beliau tengah menyongsong Pesta Emas. Pada upacara penghormatan

terakhir kepada jenazah Frans Seda, Yayasan Atma Jaya dan komunitas akademis

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya mendengarkan dengan penuh perhatian riwayat

hidup Frans Seda. Di akhir penutup riwayat hidupnya terungkap sebuah kalimat inspiratif

sebagai berikut “Kepergiannya pada saat menjelang ulang tahun emas Atma Jaya

membawa pesan yang sangat jelas. Pekerjaan masih banyak. Cita-cita yang mulia

mengabdi Tuhan dan Tanah Air harus diteruskan”.

Terinspirasi oleh semangat Frans Seda untuk membaktikan diri bagi “Tuhan dan Tanah

Air” tersebut, Yayasan Atma Jaya mengambil inisiatif untuk memberikan apresiasi bagi

para pejuang di bidang pendidikan dan kemanusiaan. Yayasan Atma Jaya yakin, dengan

menemukan, mendukung, dan mengapresiasi sebanyak-banyaknya warga negara yang

mendedikasikan dirinya bagi pendidikan bangsa dan membaktikan diri bagi kemanusiaan

dalam bidang apa saja, Atma Jaya sudah mengambil bagian dalam inspirasi, semangat

dan cita-cita Frans Seda.

Berawal dari gagasan, niat, dan tekad tersebut Yayasan Atma Jaya meluncurkan “Frans

Seda Award” pada tanggal 1 Juni 2011. Terungkap secara eksplisit tujuan dari kegiatan

ini, yaitu “agar semakin banyak warga bangsa terinspirasi untuk senantiasa

melaksanakan karya nyata untuk mendedikasikan diri untuk Tuhan dan Tanah Air

sebagaimana layaknya semangat dan cita-cita mulia Frans Seda”.

Page 5: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

5

2. “FRANS SEDA AWARD” 2012

Pada tahun 2011, untuk menindaklanjuti gagasan “Frans Seda Award”, dibentuklah sebuah

panitia dimana Drs. Stefanus Ginting menjadi Ketua Steering Committee dan Dr. Yohanes Temaluru

sebagai Ketua Organizing Committee.

Dalam perjalanannya, Panitia telah menerima lebih dari 100 aplikasi kandidat untuk kedua

kategori “Frans Seda Award”, yakni Pendidikan dan Kemanusiaan. Dengan mempertimbangkan

rekam jejak para kandidat yang telah diterima oleh Panitia, dan juga usia 40 tahun sebagai usia

maksimal kandidat yang menjadi syarat utama, Dewan Juri akhirnya memilih 13 nominator “Frans

Seda Award” 2012. Mereka adalah:

a) Agus Ikhwan Mahmudi (36 tahun, guru teladan dan kepala sekolah di Meukek, Aceh

Selatan),

b) Dameria Tarigan (39 tahun, koordinator program Klinik Berjalan di pulau-pulau

terpencil di Kecamatan Pulau-pulau Batu, Kepulauan Nias Selatan),

c) Karlina (28 tahun, pengajar anak-anak Suku Orang Rimba di pedalaman Jambi),

d) Asma Nadia (40 tahun, penulis perempuan yang sangat produktif dan menginspirasi

berdirinya lebih dari 40 rumah baca di seluruh Indonesia),

e) Leonardo Kamilius (27 tahun, pendiri Koperasi Kasih Indonesia),

f) Elly Anita (31 tahun, mantan korban trafficking & pejuang hak-hak TKI),

g) Anis Hidayah (36 tahun, aktivis & pejuang hak-hak buruh migrant),

h) Abigail Loretta (32 tahun, pengembang program Adopt A School),

i) Prapti Wahyuningsih (34 tahun, penggagas program Sekolah Hijau),

j) Christanti Gomulia (40 tahun, praktisi pendidikan murah berstandar internasional),

k) Hadi Santono (40 tahun, penggagas program beasiswa Anak-anak Terang),

l) Bama Budi Darma (27 tahun, pengajar Bahasa Indonesia di pedalaman Papua),

m) Octovina Reba Bonay (39 tahun, bidan pejalan kaki di kampung-kampung pedalaman

Papua).

Setelah melakukan meninjau setiap nominator satu per satu dan mempertimbangkan berbagai

aspek, Dewan Juri akhirnya memutuskan 2 orang perempuan muda yang tangguh yang layak

menerima “Frans Seda Award” 2012, yaitu:

a) Christanti Gomulia, seorang pemrakrasa pendidikan berstandar internasional berbiaya

lokal asal Garut yang meraih “Frans Seda Award” 2012 untuk kategori Pendidikan, dan

b) Octovina Reba Bonay, seorang bidan pejalan kaki di kampung-kampung pedalaman

Papua yang meraih “Frans Seda Award” 2012 untuk kategori Kemanusiaan.

Pengumuman peraih “Frans Seda Award” dilakukan pada 6 Juni 2012 dan penganugerahan

diberikan pada 29 September 2012 bertepatan dengan perayaan kenangan 1000 hari wafatnya

Frans Seda dan sekaligus sebagai peresmian Frans Seda Foundation yang berpusat di Tilburg,

Belanda. Pada kesempatan itu hadir salah seorang pendiri Frans Seda Foundation yaitu Mr. Dolf

Huijgers.

Page 6: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

6

3. “FRANS SEDA AWARD” 2014

Melanjutkan langkah yang telah dimulai pada tahun sebelumnya, maka untuk menindaklanjuti

penyelenggaraan “Frans Seda Award” sebelumnya, pada 2013 rangkaian penyelenggaraan “Frans

Seda Award” 2014 dimulai.

Dengan berbagai upaya publikasi, diantaranya media visit, publikasi di media dalam berbagai

bentuk (pemasangan iklan, pemuatan artikel berkaitan dengan Frans Seda), penyelenggaraan

Lomba Video Profile Tokoh Muda Indonesia, Panitia telah menerima cukup banyak aplikasi

kandidat untuk kedua kategori “Frans Seda Award”, yakni Pendidikan dan Kemanusiaan. Dengan

pertimbangan yang serupa dengan penyelenggaraan “Frans Seda Award” tahun sebelumnya, yakni

rekam jejak para kandidat yang telah diterima oleh Panitia, dan juga usia 40 tahun sebagai usia

maksimal kandidat yang menjadi syarat utama, Dewan Juri akhirnya memilih 10 nominator “Frans

Seda Award” 2014. Mereka adalah:

a) Hadi Siswoyo, 34 tahun, Pemuda desa putus sekolah (hanya kelas 3 SD) yang punya

kemauan yang kuat untuk mengubah keadaan buruk desanya dan beberapa desa di

sekitarnya yang cukup terpencil dan termarginalkan dari akses dan informasi. Melalui

lembaga ekonomi mikro dan koperasi yang didirikannya sejak 2005 lalu, kini desanya

telah bertransformasi cukup maju dengan indikator rumah permanen dan

kepemilikan kendaraan bermotor roda dua pada setiap keluarga.

b) Masnu’ah, 40 tahun, sosok perempuan yang hidup di kampung nelayan di pesisir

Demak, Jawa Tengah yang gigih memberdayakan perempuan dan mendorong

peningkatan ekonomi keluarga buruh nelayan melalui kelompok Puspita Bahari yang

dibentuk Masnu’ah akhir Desember 2005. Pemberdayaan dimulainya dengan

mengajak para istri nelayan berperan aktif dalam kegiatan usaha. Meskipun harus

jatuh bangun melalui berbagai tantangan, Puspita Bahari yang dirintisnya semakin

menghadirkan kesejahteraan dan kehidupan yang lebih layak bagi keluarga nelayan di

wilayahnya, bahkan menjadi inspirasi pemberdayaan nelayan di kawasan-kawasan

lainnya.

c) Shefti Latiefah, 25 tahun, perintis Save Street Child (SSC) yang merupakan sebuah

organisasi yang berawal dari gerakan di media sosial pada 2011 lalu. Gerakan yang

kemudian bermetamorfosis menjadi sebuah organisasi yang mempersiapkan anak-

anak marjinal yang memiliki akses pendidikan minim supaya dapat menjadi generasi

penerus bangsa, perlahan SSC pun menjadi wadah bagi kaum muda untuk berbagi

melalui penyelenggaraan kelas-kelas belajar gratis yang dijalankan oleh tim pengajar

yang berdedikasi dan memiliki kepekaan dan cinta dalam mendidik dan berteman

dengan adik-adik marjinal.

d) Nazaruddin, pria 29 tahun asal Lubuk Kertang, Langkat Sumatera Utara, yang secara

tiba-tiba dipilih menjadi Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Habieb di usia sangat muda

dalam situasi yang sangat minim. Dengan berbagai keterbatasan itu, ia menghadapi

berbagai tantangan dan risiko yang tidak kecil, hingga akhirnya kini berhasil

melakukan transformasi luar biasa bagi Madrasah Tsanawiyah itu yang kini bernama

Madrasah Tsanawiyah Madinatul Ilmi.

Page 7: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

7

e) Priska Smith July, perempuan 25 tahun yang mendirikan The School of Life (TSOL).

“rumah” bagi puluhan penyandang cacat, orang terlantar, sampai penderita gangguan

jiwa sejak 2006 di Semarang.

f) Habibie Afsyah, pemuda 26 tahun penyandang disabilitas yang mampu mendirikan

Indonesia Disabled Care Community yang hadir untuk memberikan edukasi dan

kampanye kesadaran disabilitas serta prinsip equality bagi para penyandang

disabilitas melalui berbagai program, training, konferensi, workshop. Melalui berbagai

kegiatan pula, IDCC mendorong kepercayaan diri para penyandang disabilitas untuk

berbuat lebih bagi masyarakat dan berpikir positif. Selaras dengan itu pula, IDCC terus

membangun kolaborasi dan partisipasi dari penyandang dan nonpenyandang

disabilitas.

g) Lian Gogali, sosok perempuan 35 tahun asli Poso, Sulawesi Tengah yang mendirikan

Institut Mosintuwu sebagai organisasi yang hadir pasca konflik Poso untuk

memberdayakan perempuan Poso sekaligus menyadarkan akan pentingnya dialog dan

perdamaian antar agama dan keyakinan. Meskipun ia juga merupakan korban konflik

Poso (harta benda dijarah, rumah dibakar, dan anggota keluarga terluka), Lian

memilih untuk meretas jalan damai bagi masyarakat dengan membangun sekolah

perempuan di teras rumahnya dan mengajak 100 perempuan Islam, Hindu dan Kristen

untuk terlibat dalam program perdamaian lintas agama.

h) Alfonsa Raga Horeng, perempuan asli Maumere, Flores 40 tahun yang merupakan

Seniman, Pegiat, Pelestari Tenun Ikat Flores dan Tokoh Pemberdaya Perempuan

Penenun Flores. Ia rela keluar masuk desa di Flores untuk merangkul para perempuan

kembali menenun dan menggunakan pewarna alam. Berkat upaya Alfonsa, kain tenun

ikat khas Flores dikenal hingga mancanegara. Pada Oktober 2003, Alfonsa mendirikan

Sentra Tenun Ikat Lepo Lorun (STILL) yang mendorong para penenun terus berupaya

melestarikan tenun ikat khas Flores. Saat ini, ada 853 penenun yang tergabung dalam

Lepo Lorun dan tersebar di berbagai kabupaten di Nusa Tenggara Timur.

i) Nursyda Syam, perempuan asli Lombok Utara yang berusia 35 tahun yang secara

swadaya memelopori sebuah sekolah alam “Anak Negeri” dan juga sebuah klub

membaca yang ia persembahkan kepada anak-anak perempuan maupun perempuan

dewasa di kampungnya. Tanpa mengharap imbalan apa pun, ia sejauh ini sudah

berhasil mendirikan 6 kelompok klub baca perempuan dan 3 sekolah alam Anak

Negeri di beberapa dusun kecamatan Tanjung. Terakhir ia membuka sekolah di dusun

tetangga yang bernama dusun Lendang Galuh. Jumlah anak yang masuk dalam daftar

sekolah Anak Negeri mencapai sedikitnya 90 anak dari 3 dusun berbeda. Pada saat

sekarang sudah terlihat cita-cita Nursyida terwujud indah karena cepat mewabahnya

minat membaca dan menulis dari kaum perempuan tua-muda di sekitar dusun

kediamannya sejak sekolah alam dan klub baca ia rintis.

j) Martinus Rato Helmon, pemuda 36 tahun asli Mukun, Manggarai Timur adalah sosok

pemuda langka yang kembali ke desa untuk membangun desa melalui Yayasan Kita

Cinta Indonesia (YKCI), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Koperasi Simpan Pinjam

Cinta Indonesia (KSP CI) dan Koperasi Serba Usaha Cinta Indonesia (KSU CI) yang

Page 8: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

8

didirikannya. Ia melakukan terobosan dengan membantu masyarakat melalui

program sertifikat tanah petani pedesaan yang didukung Bank NTT Cabang Borong

dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kab. Manggarai Timur. Dengan terbukanya

akses bagi sertifikasi tanah, maka terbuka pula akses penyaluran kredit UMKM bagi

para pengusaha mikro pedesaan di wilayahnya yang sampai sekarang ini terdapat

sekitar Rp 2,1 Milyar uang Bank NTT yang tersalurkan ke desa berkat kerja keras ini.

Sejak 2003, ia juga merintis Sekolah Menengah Kejuruan Mukun Cinta Indonesia

dengan jurusan awalnya Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (Mix-Farming) yang

terus dikembangkan.

Setelah melakukan meninjau setiap nominator satu per satu dan mempertimbangkan berbagai

aspek, Dewan Juri akhirnya memutuskan 2 tokoh muda yang tangguh yang layak menerima “Frans

Seda Award” 2014, yaitu:

a) Nazaruddin, seorang pelopor pendidikan yang di usia muda mengupayakan adanya

sarana pendidikan di daerahnya, Lubuk Kertang, Langkat, Sumatera Utara dengan

“menghidupkan” Madrasah Tsanawiyah di daerahnya yang dengan berbagai

keterbatasan itu, ia berhasil melakukan transformasi luar biasa bagi Madrasah

Tsanawiyah itu yang kini bernama Madrasah Tsanawiyah Madinatul Ilmi. Tekad, karya,

inspirasi dan mimpi-mimpinya yang luar biasa itulah yang menjadikannya terpilih

menjadi Peraih “Frans Seda Award” 2014 Bidang Pendidikan.

b) Masnuah, pegiat Koperasi Puspita Bahari dan pejuang hak-hak perempuan nelayan di

Morodemak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Keharuman dedikasinya laksana puspa

dan ketegarannya laksana dahsyatnya bahari dalam memberdayakan perempuan

menjadikannya terpilih sebagai peraih “Frans Seda Award” 2014 Bidang Kemanusiaan.

Pengumuman peraih “Frans Seda Award” dilakukan pada 3 Juni 2014, dalam suatu rangkaian

Seminar, sebagai bagian dari circle of dialogue yang membahas pluralisme yang menjadi salah satu

concern “Frans Seda Award”. Penganugerahan diberikan pada 27 September 2014. Pada

kesempatan itu pula diselenggarakan Frans Seda Memorial Lecture dari Dr. Darmin Nasution yang

merupakan kegiatan dari Frans Seda Foundation.

4. MAKSUD DAN TUJUAN

Ketika diluncurkan pada 2011, “Frans Seda Award” dapat dikatakan menjadi pendatang baru

dalam dunia penganugerahan (award) di Indonesia dengan maksud dan tujuan yang khas:

a. Mengenang dan menghargai warisan Frans Seda bagi Atma Jaya, dalam suatu kegiatan konkret

yang memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat Indonesia

b. Menghargai para warga negara yang telah melakukan karya nyata yang berdampak positif bagi

bangsa dan negara

c. Menginspirasi semakin banyak warga bangsa untuk senantiasa melaksanakan karya nyata

dengan mendedikasikan diri “untuk Tuhan dan Tanah Air” sebagaimana layaknya semangat dan

cita-cita mulia Frans Seda.

Page 9: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

9

4. BIDANG PENGHARGAAN DAN KRITERIA

4.1. KRITERIA PENGHARGAAN

“Frans Seda Award” dianugerahkan kepada mereka yang telah berkarya di bidang Kemanusiaan

dan Pendidikan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia berumur maksimal 40 (empat puluh) tahun pada saat dilakukannya

seleksi.

b. Memiliki kegiatan konkrit dan pengabdian yang sekurang-kurangnya sesuai dengan bidang

penghargaan kegiatan “Frans Seda Award”, yakni Bidang Pendidikan dan Bidang Kemanusiaan

yang menginspirasi banyak orang dan memiliki cakupan bagi masyarakat banyak.

c. Pada saat pemberian penghargaan masih menggeluti kegiatan pengabdian dalam bidang

Pendidikan atau Bidang Kemanusiaan.

4.2. BIDANG-BIDANG PENGHARGAAN

4.2.1. Bidang Pendidikan

Memiliki, menghayati dan melakukan dengan sungguh-sungguh Komitmen Nilai Pencerdasan

Kehidupan Bangsa (Pendidikan), misalnya:

Terlibat dalam usaha mencerdaskan anak bangsa baik dalam pendidikan formal, informal

maupun nonformal;

Mengusahakan pendidikan yang terbuka bagi siapapun tanpa diskriminasi;

Membuat program atau proyek pendidikan yang peduli lingkungan, tepat sasaran, dan

berguna untuk bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan global;

Mempengaruhi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan,

dan kesejahteraan sosial.

4.2.2. Bidang Kemanusiaan

A. Memiliki, menghayati dan melakukan dengan sungguh-sungguh Komitmen Nilai Keberpihakan

pada Kaum Miskin dan/atau Rakyat kecil (preferential option for the poor), misalnya:

bekerja dan/atau berkarya dalam pengentasan orang miskin, pemberdayaan orang kecil

dan/atau orang miskin;

mengembangkan pendidikan dengan tekanan pada kelompok anak-anak miskin;

berani membela kepentingan orang kecil, miskin dari tekanan Pemerintah dan/atau

masyarakat yang tidak benar;

memberikan pemikiran kreatif dan sekaligus solusi nyata dalam rangka mengangkat kaum

miskin dan tertindas untuk bangkit menjadi manusia sesuai harkat dan martabatnya.

B. Memiliki, menghayati dan melakukan dengan sungguh-sungguh Komitmen Nilai sebagai Pembela

Nilai Kemanusiaan, misalnya:

Page 10: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

10

jujur dan dapat diteladani;

mengembangkan gerakan anti korupsi;

hidup keluarga dan/atau pribadinya dapat diteladan oleh orang lain karena jujur, nurani

baik, beriman, sosial;

hidupnya wajar, sederhana, dan mencerminkan kepedulian terhadap masalah sosial

ekonomi budaya dan politik;

hidup selaras antara ucapan dan tindakannya;

berani membela Hak Asasi Manusia;

dalam tindakannya tidak pernah ikut dalam penindasan orang lain;

bersikap adil dan turut aktif menegakkan keadilan sosial;

mempunyai sikap yang berani membela orang yang diperlakukan tidak adil oleh masyarakat

dan/atau Negara;

berani mengambil keputusan berisiko demi terwujudnya kemanusiaan yang adil dan

beradab, keadilan, dan kesetaraan warga Indonesia dan bahkan warga dunia.

C. Memiliki, menghayati dan melakukan dengan sungguh-sungguh Komitmen Nilai

Multikulturalisme, misalnya:

bersikap dan mengusahakan multikulturalisme, menerima keberbedaan dalam bangsa

sesuai nilai-nilai Pancasila;

terbuka dan dicintai atau diterima oleh berbagai kelompok masyarakat;

mencintai Tanah Air dan Pancasila;

mempunyai kegiatan yang bertujuan meningkatkan cinta tanah air bagi orang lain dan/atau

generasi muda;

selalu mengutamakan dialog, antikekerasan, dan keterbukaan dalam mengatasi konflik atau

perbedaan;

berusaha menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menunjung tinggi

nilai-nilai kebangsaan dan kebersamaan.

5. BENTUK PENGHARGAAN

Penghargaan “Frans Seda Award” diberikan kepada 2 (dua) orang Warga Negara Indonesia yang

berdasarkan penilaian Dewan Juri telah memenuhi kriteria, sehingga pada masing-masing bidang

akan terdapat 1 (satu) orang pemenang.

Bentuk penghargaan yang akan diberikan adalah:

Medali dan Sertifikat “Frans Seda Award” kepada setiap penerima penghargaan, dan

Uang tunai sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kepada setiap penerima

penghargaan

Pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2016. Penganugerahan

Page 11: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

11

Penghargaan akan dilaksanakan pada tanggal yang akan ditetapkan kemudian.

6. TATA CARA PENCALONAN KANDIDAT

Setiap orang dan/atau kelompok masyarakat dan/atau organisasi dapat mengajukan diri sendiri

atau orang lain untuk menjadi kandidat penerima “Frans Seda Award”. Setiap pengajuan calon

hendaknya melengkapi berbagai dokumen, antara lain:

Daftar Riwayat Hidup

Rincian karya atau kegiatan yang dilakukan yang sesuai dengan kriteria “Frans Seda Award”

dengan beberapa dokumentasi pendukung yang sekurang-kurangnya dapat membuktikan

latar belakang dan riwayat hidup figur yang dicalonkan berikut alamat dan nomor kontak

serta jenis-jenis kegiatan yang saat ini digeluti (yang sesuai dengan kriteria “Frans Seda

Award”)

KTP / SIM yang masih berlaku

Pernyataan Kesanggupan untuk ditinjau oleh Dewan Juri

Seluruh dokumen (hard copy dan/atau soft copy) mohon dapat dikirimkan selambat-lambatnya

pada tanggal 31 Desember 2015 ke alamat berikut:

Dewan Juri “Frans Seda Award” d/a Rektorat Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Gedung Wojtyla lantai 1 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 51 Jakarta Selatan – 12930 Email: [email protected]

7. FASE PELAKSANAAN

Fase-Fase Pelaksanaan “Frans Seda Award”

Fase Sosialisasi kepada Masyarakat

Sosialisasi secara luas kepada masyarakat umum

mengenai kegiatan “Frans Seda Award”, baik melalui

media cetak, elektronik, digital, maupun pengumuman-

pengumuman resmi ke berbagai lembaga dan/atau

institusi di seluruh Indonesia.

Oktober-31 Desember 2015

Page 12: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

12

Fase Pendaftaran dan Pengajuan Calon dari

Masyarakat

Kelompok masyarakat dan/atau organisasi dan/atau

perorangan dapat mengajukan calon penerima

penghargaan kepada Dewan Juri “Frans Seda Award”

dengan dilengkapi dokumen-dokumen pendukung.

Oktober - 31 Desember 2015

Fase Verifikasi Tahap Pertama

Dalam fase ini setiap pendaftaran kandidat penerima

penghargaan yang diberikan kepada Dewan Juri akan

diseleksi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

Dewan Juri. Dewan Juri akan menetapkan 10 kandidat

yang mendapatkan total skor penilaian tertinggi

berdasarkan rekam jejak kandidat untuk menjadi

Nominator “Frans Seda Award” 2016 yang akan masuk

dalam tahap seleksi selanjutnya.

Januari 2016

Fase Penilaian Sementara

Berdasarkan hasil penilaian Dewan Juri pada verifikasi

tahap pertama, maka Dewan Juri akan menetapkan

suatu daftar kandidat dalam jumlah tertentu (short

listed) sebagai yang berhak masuk dalam verifikasi

tahap kedua.

Januari 2016

Fase Verifikasi Tahap Kedua

Pada tahap ini, Dewan Juri akan melakukan tinjauan

lapangan kepada 10 Nominator “Frans Seda Award”

dan melakukan penilaian berdasarkan hasil tinjauan

lapangan tersebut. Berdasarkan penilaian pada tahap

ini, Dewan Juri akan mempertimbangkan peraih “Frans

Seda Award” 2016 untuk tiap kategori.

Januari-April 2016

Fase Akhir dan Pengambilan Keputusan

Dewan Juri akan kembali melakukan seleksi terhadap

kesepuluh kandidat calon penerima penghargaan

berdasarkan data rekam jejak kandidat dan hasil

tinjauan lapangan. Fase penilaian akan berakhir dengan

menetapkan 2 (dua) orang penerima penghargaan

“Frans Seda Award” paling lambat pada 15 Mei 2016.

Mei 2016

Fase Pengumuman Nama Pemenang dan Pengajuan

ke Yayasan Atma Jaya

1 Juni 2016

Page 13: FRANS SEDA AWARD 2016 - Unika Atma Jaya · (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan ... jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang

13

Paling lambat pada tanggal 1 Juni 2016 Dewan Juri akan

mengajukan nama kedua penerima penghargaan

kepada Yayasan Atma Jaya melalui Rektor Universitas

Katolik Indonesia Atma Jaya sekaligus mengumumkan

kedua penerima penghargaan “Frans Seda Award”

kepada masyarakat luas.

Fase Pemberian Penghargaan

Kedua penerima penghargaan “Frans Seda Award”

akan menerima penghargaan “Frans Seda Award”

selambat-lambatnya pada 4 Oktober 2016 dalam suatu

upacara penganugerahan “Frans Seda Award”.

4 Oktober 2016

8. SUSUNAN DEWAN JURI

Sesuai dengan tradisi baik yang telah dimulai dalam penyelenggaraan “Frans Seda Award”

sebelumnya, Dewan Juri “Frans Seda Award” akan terdiri dari tokoh-tokoh yang mewakili 5

(lima) institusi mitra “Frans Seda Award”, yakni Unika Atma Jaya, Asosiasi Perguruan Tinggi

Katolik (APTIK), Kelompok Kompas Gramedia, Universitas Paramadina, dan Nahdlatul Ulama

(NU).