Top Banner
Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar) BAB V BAB V RENCANA PENGEMBANGAN LOKASI TPA REGIONAL MAMMINASATA RENCANA PENGEMBANGAN LOKASI TPA REGIONAL MAMMINASATA 5.1 Umum Tempat Pembuangan Akhir sampah merupakan terminal akhir dari proses pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan diproses lebih lanjut untuk pemusnahannya. Dalam pemusnahan ini kita dikenal berbagai metode, antara lain adalah landfill. Landfill adalah merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk residu buangan padat di permukaan tanah. Beberapa metode landfilling versi Indonesia yang dapat diterapkan di lokasi lahan urug adalah metode controlled landfill dan sanitary landfill. Controlled Landfill atau biasa juga disebut lahan urug terkendali merupakan perbaikan/peningkatan dari sistem open dumping. Perbaikan atau peningkatan ini meliputi adanya kegiatan penutupan sampah dengan lapisan tanah, fasilitas drainase serta fasilitas pengumpulan dan pengolahan leachate. Penutupan sampah dengan tanah, yaitu : tanah penutup antara (pada periode-periode tertentu) serta tanah penutup akhir (setelah kapasitas TPA penuh). Metode sanitary landfill dilakukan dengan cara menimbun sampah dan kemudian diratakan, dipadatkan kemudian diberi cover tanah pada atasnya sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan secara berlapis-lapis sesuai dengan perencanaannya. Pelapisan sampah dengan menggunakan tanah dilakukan setiap hari pada akhir operasi. Setiap metode landfilling memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode sanitary landfill merupakan metode terbaik dalam hal penanggulangan dampak negatif terhadap lingkungan dan metode inilah yang digunakan dalam perancangan TPA Regional Mamminasata. Selain kedua metode tersebut ada suatu cara pembuangan lainnya yaitu open dumping. Cara ini sangat tidak dianjurkan karena sangat merugikan terhadap lingkungan sekitarnuya, terutama dalam hal pencemaran. Perbandingan metode-metode tersebut tersaji pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 : Perbandingan Metode Landfill METODE LANDFILLING Kelebihan Kekurangan Open Dumping* 1. Teknis pelaksanaan tidak sulit 2. Pekerja lapangan relatif 1. Pencemaran air tanah yang disebabkan oleh leachate 2. Pencemaran udara akibat gas, Laporan Akhir 5-1
86

FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Jul 31, 2015

Download

Documents

Rizatul Yunus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

BAB VBAB VRENCANA PENGEMBANGAN LOKASI TPA REGIONAL MAMMINASATARENCANA PENGEMBANGAN LOKASI TPA REGIONAL MAMMINASATA

5.1 Umum

Tempat Pembuangan Akhir sampah merupakan terminal akhir dari proses pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan diproses lebih lanjut untuk pemusnahannya. Dalam pemusnahan ini kita dikenal berbagai metode, antara lain adalah landfill. Landfill adalah merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk residu buangan padat di permukaan tanah. Beberapa metode landfilling versi Indonesia yang dapat diterapkan di lokasi lahan urug adalah metode controlled landfill dan sanitary landfill. Controlled Landfill atau biasa juga disebut lahan urug terkendali merupakan perbaikan/peningkatan dari sistem open dumping. Perbaikan atau peningkatan ini meliputi adanya kegiatan penutupan sampah dengan lapisan tanah, fasilitas drainase serta fasilitas pengumpulan dan pengolahan leachate. Penutupan sampah dengan tanah, yaitu : tanah penutup antara (pada periode-periode tertentu) serta tanah penutup akhir (setelah kapasitas TPA penuh). Metode sanitary landfill dilakukan dengan cara menimbun sampah dan kemudian diratakan, dipadatkan kemudian diberi cover tanah pada atasnya sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan secara berlapis-lapis sesuai dengan perencanaannya. Pelapisan sampah dengan menggunakan tanah dilakukan setiap hari pada akhir operasi.

Setiap metode landfilling memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode sanitary landfill merupakan metode terbaik dalam hal penanggulangan dampak negatif terhadap lingkungan dan metode inilah yang digunakan dalam perancangan TPA Regional Mamminasata. Selain kedua metode tersebut ada suatu cara pembuangan lainnya yaitu open dumping. Cara ini sangat tidak dianjurkan karena sangat merugikan terhadap lingkungan sekitarnuya, terutama dalam hal pencemaran. Perbandingan metode-metode tersebut tersaji pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 : Perbandingan Metode LandfillMETODE LANDFILLING

Kelebihan KekuranganOpen Dumping*

1. Teknis pelaksanaan tidak sulit2. Pekerja lapangan relatif sedikit3. Biaya yang diperlukan relatif murah

1. Pencemaran air tanah yang disebabkan oleh leachate

2. Pencemaran udara akibat gas, bau dan debu

3. Resiko kebakaran cukup besar4. Munculnya kabut yang terjadi akibat

asap5. Tumbuhnya berbagai vektor penyakit

seperti tikus, lalat dan nyamuk6. Berkurangnya estetika lingkungan7. Lahan tidak dapat digunakan kembali

untuk jangka waktu yang panjang.Controlled Landfill

1. Dampak terhadap lingkungan dapat diperkecil

2. Lahan dapat dipergunakan kembali setelah pemakaian

3. Estetikas lingkungan cukup baik

1. Operasi lapangan cukup sulit2. Biaya yang dibutuhkan cukup

besar3. Memerlukan pekerja lapangan

yang cukup terdidikSanitary Landfill

Laporan Akhir 5-1

Page 2: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

1. Biaya investasi lebih rendah dibandingkan metode lain

2. Dapat menerima berbagai tipe sampah

3. Fleksibel terhadap fluktuasi kuantitas sampah

4. Lahan dapat digunakan kembali setelah pemakaian.

1. Dengan meningkatnya populasi semakinsulit untuk menentukan lahan

2. Jika operasi tidak sesuai dapat berubah seperti metode open dumping

3. Lahan dapat mengalami penurunan dan memerlukan perawatan yang periodik

4. Gas yang dihasilkan dapat meledak, misal metan, dan berbahaya bilatidak dikelola.

Keterangan : * tidak termasuk suatu metode landfilling

Tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan lokasi pemrosesan akhir limbah. Pengertian TPA bukanlah semata final disposal yang umumnya dilakukan dengan cara pengurugan sampah dalam tanah, walaupun memang sebagian besar penanganan sampah di TPA yang ada adalah dengan pengurugan sampah secara landfilling.

Untuk TPA Regional Mamminasata, metode lahan urug akan tetap merupakan andalan utama karena cara ini relatif luwes dalam menerima sampah, baik dari sudut beban maupun karakteristik sampah yang akan ditangani. Bila skenario penanganan sampah seperti dibahas dalam bab sebelumnya kurang begitu berfungsi, maka cara landfilling akan dapat menanggulanginya.

Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, No. Kegiatan I (Bidang Prasarana Wilayah), maka kegiatan TPA Regional Mamminasata yang direncanakan menerapkan sanitary landfill wajib dilengkapi dengan AMDAL karena mempunyai kapasitas ≥ 10.000 ton atau luasnya ≥ 10 ha.

5.2 Konsep Perencanaan Landfill

Dalam Perencanaan TPA Regional Mamminasata konsep landfill yang akan diterapkan merupakan penerapan metode controlled landfill.

Secara garis besar tahapan pembangunan TPA yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

I. Kegiatan Pra Operasi1. Penyediaan air bersih untuk TPA.2. Pembangunan prasarana penunjang.3. Perbaikan jalan akses dan operasi.4. Pembangunan prasarana drainase.5. Pengendalian air tanah.6. Landscaping dan pekerjaan penyiapan lahan.7. Pembangunan lapisan kedap.8. Pembangunan sistem drainase air tanah.9. Pembangunan saluran pengumpul lindi.10. Pembangunan sistem pengolahan lindi.11. Pembangunan sistem pengelolaan gas.

Laporan Akhir 5-2

Page 3: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

12. Pembangunan bangunan penunjang.13. Pembentukan zone buffer dan pembatasan lokasi (pemagaran).14. Penyediaan tanah penutup.15. Pengoperasian lokasi.

II. Kegiatan OperasiKegiatan pada tahap ini meliputi kegiatan pengoperasian TPA dan pemeliharaannya. Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah:

1. Penimbunan dan penutupan sel sampah.2. Pembangunan sarana pemanfaatan gas.3. Pembangunan sarana pelengkap seperti sarana penelitian dan dst.4. Kegiatan daur ulang.5. Pengoperasian dan pemeliharaan alat berat.

III. Kegiatan Pasca Operasi1. Pembentukan Lansekap.2. Pembangunan sarana akhir gas.3. Penataan lahan pasca operasi.

5.3 Penataan Ruang Lokasi TPA

Lahan di lokasi TPA Regional Mamminasata direncanakan akan terbagi menjadi :1. Lahan efektif, merupakan bagian lahan yang digunakan sebagai lokasi

penimbunan sampah.2. Lahan utilitas, merupakan bagian jalan yang digunakan sebagai lokasi

tanggul badan jalan, jembatan timbang, bangunan kantor, hanggar, bangunan pengolah leachate, bangunan pencucian kendaraan, daerah buffer lingkungan, dan sebagainya.

5.3.1 Lahan Efektif

Lahan efektif landfill sampah kota direncanakan terdiri atas 4 (empat) blok dengan luas keseluruhan seluas ± 36,71 ha (termasuk jalan operasi bagian dalam). Area landfill sampah kota dibagi menjadi 4 (empat) blok, dengan luas masing-masing sebagai berikut:

Blok 1 : 9,12 haBlok 2 : 9,12 haBlok 3 : 9,12 haBlok 4 : 7,58 ha.

Lokasi landfill sampah kota berdampingan dengan landfill limbah B3, tetapi dibatasi oleh buffer tanaman dan pagar, karena keberdaaan landfill limbah B3 harus diproteksi secara khusus. Sedangkan area afektif landfill limbah B3 hanya terdiri atas 1 (satu) blok dengan luas ± 6,66 ha. Landfill limbah B3 terletak di sisi sebelah timur area TPA.

Desain landfill sampah kota direncanakan pada elevasi +19,50 m sampai +22,00 m sebagai dasar landfill. Untuk landfill sampah kota direncanakan terdiri atas 4 lift (ketinggian timbunan 20 m), sedangkan landfill limbah B3 direncanakan dengan elevasi dasar landfill + 20,60 m hanya terdiri atas 3 lift (ketinggian timbunan 15 m). Lahan efektif direncanakan sebesar ± 41,60 hektar atau sekitar ±30 % dari luas total keseluruhan. Luas lahan efektif memang relatif kecil untuk ukuran sebuah TPA, karena untuk TPA Mamminasata ini area TPA dirancang juga sebagai lokasi pabrik

Laporan Akhir 5-3

Page 4: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

pemilahan, daur ulang, pengomposan, atau pabrik pengolahan sampah secara umum. Di samping itu, pada lokasi TPA limbah B3 juga direncanakan area pre-treatment limbah B3. Pada area bagian utara juga dialokasikan area kosong sebagai pengembangan TPA untuk masa yang akan datang. Selain itu ada juga area penelitian tanaman dan area stok cover soil.

Perhitungan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah Mamminasata ini dapat menampung sampah sekitar 5.776.675,02 m3 sampah kota atau diperkirakan dapat melayani Regional Mamminasata sampai dengan jangka waktu ± 20 tahun. Sedangkan kapasitas landfill limbah B3 diperhitungkan dapat menampung sekitar 829.458 m3, tetapi belum dapat dihitung usia pakainya, karena data mengenai timbulan limbah B3 di Regional Mamminasata belum ada. Landfill limbah B3 ini ke depan direncanakan untuk melayani pembuangan akhir limbah B3 dari Kawasan industri di sekitar lokasi TPA yang merupakan rencana kawasan industri, tetapi tidak menutup kemungkinan limbah B3 dari luas kawasan.

Tabel 5.2 : Perhitungan Kapasitas Timbunan Landfill Sampah Kota dan Landfill Limbah B3 TPA Regional Mamminasata

No Blok Landfill Satuan Volume       I. BLOK - I    1 LAPIS -1 T=5 M m3 438.152,15

2 LAPIS -2 T=5 M m3 361.936,13

3 LAPIS -3 T=5 M m3 394.336,13

4 LAPIS -4 T=5 M m3 361.936,13   TOTAL VOLUME BLOK - I m3  1.556.360,53 II. BLOK - II    

1 LAPIS -1 T=5 M m3 438.152,15

2 LAPIS -2 T=5 M m3 361.936,13

3 LAPIS -3 T=5 M m3 394.336,13

4 LAPIS -4 T=5 M m3 361.936,13

  TOTAL VOLUME BLOK-II m3 1.556.360,53 III. BLOK - III    

1 LAPIS -1 T=5 M m3 438.152,15

2 LAPIS -2 T=5 M m3 361.936,13

3 LAPIS -3 T=5 M m3 394.336,13

4 LAPIS -4 T=5 M m3 361.936,13

  TOTAL VOLUME BLOK-III m3 1.556.360,53 IV. BLOK - IV    

1 LAPIS -1 T=5 M m3 289.298,36

2 LAPIS -2 T=5 M m3 264.498,36

3 LAPIS -3 T=5 M m3 289.298,36

4 LAPIS -4 T=5 M m3 264.498,36

  TOTAL VOLUME BLOK-IV m3 1.107.593,44   KAPASITAS LANDFILL SAMPAH m3 5.776.675,02        

V.BLOK SAMPAH B-3 DENGAN KETINGGIAN 5 METER DARI ATAS TANGGUL    

1 LAPIS -1 T=5 M m3 285.786,00

2 LAPIS -2 T=5 M m3 257.886,00

3 LAPIS -3 T=5 M m3 285.786,00

Laporan Akhir 5-4

Page 5: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

No Blok Landfill Satuan Volume

  KAPASITAS LANDFILL LIMBAH B3 B-3 m3 829.458,00

       Sumber : Hasil Analisis dari Gambar Pra-Desain.

5.3.2 Lahan Utilitas

Lahan utilitas direncanakan sebagai berikut :Lahan utilitas direncanakan sebagai berikut :

Area TPA keseluruhan : 160,33 haBuffer area : 25,78 ha (dengan

lebar rata-rata 40 m)

Area N (uji-coba tanaman) : 2,58 haArea A dan B (perkantoran, taman, dan incinerator) : 7,26 haArea C (pemilahan dan pengolahan sampah) : 4,06 haArea D dan E (garasi, pemanfaatan gas, & industri sampah) : 4,84 haArea F (penerimaan dan stabilisasi limbah B3) : 4,21 haArea stok cover soil : 7,45 haArea IPAL landfill sampah kota : 4,48 haArea IPAL landfill limbah B3 : 1,62 haArea pengembangan : 5,76 ha.

Lahan utilitas ini dibagi kembali menjadi lahan utilitas utama dan lahan utilitas penunjang.

5.3.2.1 Lahan Utilitas Utama

Lahan utilitas utama ini menyediakan lokasi untuk pengolahan pendahuluan yang meliputi tempat bagi pengolahan leachate dan biogas.

Pengolahan leachate ditempatkan di titik terendah dari lokasi TPA dengan demilkian pengalirannya dapat dilakukan secara gravitasi. Lokasinya terletak disebelah Timur daerah Tempat Pembuangan Akhir.

5.3.2.2 Lahan Utilitas Penunjang

Lahan utilitas ini direncanakan akan meliputi :1. Zone Bangunan Penunjang, yang terdiri atas :

Pos penjaga Kantor. Garasi. Gudang dan workshop. Bengkel dan tempat cuci mobil. Shelter timbangan (scale house).

2. Jalan .3. Fasilitas drainase.4. Fasilitas pengelolaan gas.5. Pengolahan leachate.6. Prasarana penunjang. 7. Lahan Penunjang cadangan.

Laporan Akhir 5-5

Page 6: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.1 : Site Plan Area A, B, dan N

Area A (Perkantoran & Taman/Buffer Luas 7,28 Ha) :1. Bangunan Kantor Utama (2.118 m2)2. Bangunan Auditorium (416 m2)3. Bangunan Mess Pegawai (606 m2)4. Bangunan Masjid (144 m2)

Area B (Incinerator Luas 0,09 Ha) :1. Rumah Incinerator ( 2x36 m2)

Area N (Uji Coba Tanaman Luas 2,58 Ha):1. Bangunan Penelitian Tanaman (6x150 m2).

Bangunan Lainnya:1. Pos Jaga (24 m2)2. Jembatan Timbang dan Scale House (42 m2)3. Tempat Cuci Truk Sampah (431,2 m2).

Laporan Akhir 5-6

Page 7: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.2 : Site Plan Area C, D, dan E

Area C (Pemilahan dan Pengolahan Sampah Luas 4,06 Ha) :1. Bangunan Pemilahan Sampah (819 m2)2. Bangunan Gudang Stok (2x54 m2)3. Bangunan Daur Ulang (819 m2)4. Bangunan Komposting (819 m2)5. Bangunan Genset (30 m2).

Area D (Bengkel, Garasi, dan Pemanfaatan Gas Luas 1,68 Ha):1. Bangunan Bengkel dan Garasi (2x645,11 m2)2. Bangunan Pemanfaatan Gas (50 m2).

Area E (Industri Luas 3,16 Ha):1. Bangunan Industri Produk Daur Ulang (2x441 m2)2. Bangunan Industri Produk Komposting (2x441 m2).

5.3.3 Zona Buffer Lingkungan

Merupakan pagar hijau pelindung dibuat mengelilingi lokasi TPA. Bentuk dari pagar hijau merupakan pepohonan yang tinggi dan berdaun lebat. Rentang buffer direncanakan mencapai 40 m dari batas lokasi, kecuali di beberapa daerah memiliki rentang yang berbeda karena alasan tertentu.

Fungsi dari pagar hijau adalah : Sebagai daerah resapan yang akan mengurangi aliran air permukaan

ke dalam lahan urug. Menghalangi pandangan langsung ke arah sanitary landfill terhadap

lingkungan pemukiman di sekitarnya. Mengurangi kecepatan angin.

Laporan Akhir 5-7

Page 8: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Meminimasi pengaruh bau dari sanitary landfill terhadap lingkungan pemukiman di sekitarnya. Sebagai pencegahan bau, diperlukan minimal 1000 m2 lahan aktif biologis untuk setiap hektarnya. Dengan demikian pada pemanfaatan lokasi TPA Regional Mamminasata diperlukan 4,3 ha lahan untuk pengurang bau, namun pada perencanaan dialokasikan sekitar 25 ha sebagai buffer area.

Pembatas pada pembagian tata guna lahan sanitary landfill.

Pemagaran Merupakan batas dari lokasi yang menjadi bagian dari zone penyangga.Fungsi :

Menjaga estetika lokasi. Pagar direncanakan tidak memberikan pandangan secara jelas kegiatan di lokasi TPA.

Berfungsi juga sebagai pembatas lokasi TPA. Pada pintu masuk direncanakan terdapat pintu dorong.

Perencanaan penataan ruang tempat pembuangan akhir sampah di TPA Regional Mamminasata dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 : Site Plan TPA Regional Mamminasata

5.4 Penyiapan Lokasi TPA

Laporan Akhir 5-8

Page 9: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyiapan lokasi TPA adalah :1. Penyiapan lokasi lahan aktif.

Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap, dengan memperhitungkan luas lahan yang akan dipakai dalam periode tertentu dan manfaat dari lahan yang akan dibersihkan.

2. Pemasangan liner.3. Pemasangan perpipaan gas.4. Pemasangan saluran lindi.5. Penyiapan tanah penutup.6. Pembangunan sarana penunjang.7. Penyiapan jalan operasi.

5.4.1 Pengupasan dan Pelapisan Site

Jarak yang dipersyaratkan dalam SNI antara dasar TPA dengan muka air tanah adalah 3.0 meter atau lebih, sehingga memungkinkan adanya zone penyangga dari tanah tersebut andaikata lindi dari sampah di atasnya merembes ke bawah. Lapisan tersebut harus mempunyai kelulusan minimum sebesar 10 - 6 cm/detik.

Pekerjaan Persiapan1. Evaluasi terhadap ketinggian titik-titik yang ada dengan rencana.2. Pekerjaan galian dan timbunan/urugan dilakukan untuk mendapatkan elevasi

yang sesuai dengan rencana.3. Dalam pekerjaan galian harus dihindarkan terjadinya genangan dan dilakukan

bersih dari kotoran yang mengganggau seperti akar, tunas pohon, sisa kayu dan bekas bongkaran.

4. Dalam melakukan penggalian diperhatikan bagian yang mudah longsor dan dilakukan tindakan pencegahan terhadapnya.

5. Pengurugan dilakukan pada daerah yang terlalu rendah.6. Tanah urug harus bersih dan memenuhi syarat sebagai tanah urug.7. Urugan tanah dipadatkan sepadat mungkin hingga mencapai 90%. Standar

density test (test kepadatan tanah relatif) dari tanah asli, pemadatan lapis demi lapis setiap Sebelum diurug tanah terlebih dahulu diurug dengan material padat menyerap air seperti batu kapur, dilapis dengan baik agar kadar air dapat berkurang, setelah itu dilakukan pengurugan tanah dan dipadatkan dengan stoom wals.

5.5 Perancangan Pengurugan

5.5.1 Lapisan Dasar Lahan

5.5.1.1 Teori Dasar

Penyiapan lapisan dasar merupakan faktor yang sangat penting dalam penyiapan TPA. Lapisan ini harus mampu menahan pencemaran agar tidak keluar dari lokasi landfilling. Pencegahan ini terutama untuk menghindari kontaminasi terhadap air tanah yang digunakan oleh penduduk sebagai salah satu sumber air bersih.

Dasar sebuah lahan-urug akan terdiri dari :1. Lapisan-lapisan bahan liner untuk mencegah migrasi cemaran keluar lahan-urug.2. Sistem pengumpul lindi.

Laporan Akhir 5-9

Page 10: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

5.5.1.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh tanah yang akan digunakan sebagai lapisan dasar lahan aktif TPA. Kriteria tersebut dituangkan dalam Tabel 5.3. Selain itu Brunner & Keller menetapkan syarat minimal pelapisan dasar TPA sebesar 45 cm.

Tabel 5.3 : Karakteristik Fisik Tanah sebagai Bahan Lapisan Kedap

Parameter Persyaratan Bahan PelapisanKarakteristik Tanah

LokasiJenis tanah MH,ML,CH,CL MemenuhiProsentase butiran halus > 50 % MemenuhiLiquid limit 35 - 60 Tidak MemenuhiIndeks plastisitas vs liquid limit > garis A MemenuhiKoefisien permeabilitas < 4 x 10 -5 (cm/detik) Memenuhi

Sumber : Parametrix, IncKeterangan : Jenis tanah berdasarkan Unified Solid Classification.

5.5.1.3 Perancangan Lapisan Dasar Lahan

Lapisan liner dibentuk dari material dengan permeabilitas dan kelulusan yang rendah. Lapisan dasar lahan direncanakan terdiri dari 3 (tiga) jenis pelapisan yaitu :a). Lapisan kedap, lapisan terbawah yang berfungsi sebagai penahan resapan

leachate ke lapisan tanah di bawahnya. b). Lapisan pasir (sand), lapisan berfungsi sebagai tempat pengaliran leachate

menuju ke saluran pengumpul.c). Lapisan tanah, berfungsi sebagai pelindung lapisan kedap dari pelintasan

kendaraan dan gangguan-gangguan lainnya.

Ada beberapa alternatif yang dapat digunakan dalam pemilihan liner seperti terlihat pada Gambar 5.4. Alternatif terpilih yang digunakan dalam perancangan adalah Alternatif 2.

Gambar 5.4 : Alternatif Sistem Lapisan Dasar dan Tanah Penutup

Laporan Akhir 5-10

Page 11: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Lapisan DrainaseDi dalam pemilihan material ini dipertimbangkan permeabilitas sehingga lindi terkumpul dapat mengalir. Alternatif untuk lapisan drainase adalah dengan atau tanpa penggunaan lapisan geomembran.

Pelapisan direncanakan sedemikian rupa, sehingga memiliki ketebalan 10 cm di atas jalur saluran dengan lebar permukaan lapisan 1 m. Material pasir terdapat di sekitar lokasi sehingga pengadaannya relatif mudah.

Pekerjaan LinerAdapun pengerjaan lapisan dasar dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :1. Evaluasi terhadap ketinggian titik-titik yang ada dengan rencana2. Penggalian atau pengurugan untuk mendapatkan elevasi yang sesuai rencana.3. Pemadatan muka tanah gali-urug4. Dilakukan sampai mencapai elevasi gali-urug dan kemiringan muka gali-urug

yang ditentukan. Uji kepadatan perlu dilakukan untuk mengetahui kepadatan hasil kegiatan perkerasan yang dilakukan

5. Pembuatan lapisan kedap. 6. Pengerjaan pemasangan saluran pengumpul leachate7. Pelapisan pasir.8. Dilakukan di sepanjang garis bagi sampai mencapai elevasi 10 cm di atas elevasi

kedap dan lebar permukaan lapisan 1 meter9. Penutupan lapisan tanah pelindung.10. Digunakan tanah asli dengan ketebalan diatur sehingga elevasi dasar lahan

mencapai elevasi yang siap pakai yang ditentukan.

5.5.2 Tanah Penutup

5.5.2.1 Teori Dasar

Tanah penutup yang baik dapat mencegah atau meminimasi air yang masuk ke dalam lahan urug, terutama berasal dari air hujan. Penetrasi air yang masuk merupakan sumber terbentuknya leachate yang merupakan pencemar bagi lingkungan. Semakin banyak air yang masuk maka semakin banyak pula leachate yang ditimbulkan dan yang harus dikelola.

Dalam penggunaan sistem Sanitary Landfill, alternatif cara pengisian lahan TPA sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia yang terdiri dari Metode Area, Metode Trench, dan Metode Slope (Tchobanoglous).

Metode Area (Area Method) :Metode ini umumnya digunakan untuk lahan yang tidak rata dan luas. Disini timbulan sampah diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan bulldozer. Tanah penutup harian dapat diperoleh dari hasil penggalian bagian dasar atau lining TPA (dengan catatan kualitas tanahnya memenuhi syarat sebagai tanah penutup).

Metode Slope (Ram Method) :Disini sampah disebarkan dan dipadatkan sedemikan sehingga membentuk kemiringan (slope) tertentu. Tanah penutup dapat diperoleh dari hasil penggalian bagian dasar dari slope tersebut (kualitas tanah memenuhi syarat sebagai tanah penutup). Melihat kondisi topografi yang ada maka metode sistem pengelolaan akhir

Laporan Akhir 5-11

Page 12: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

sampah secara landfill untuk Kecamatan Palimanan di TPA Regional Mamminasata adalah Metode Slope.

Metode Trench (Trench Method) :Metode Trench diterapkan untuk tanah yang datar dan luas relatif kecil serta tersedia tanah penutup yang cukup. Sampah dibuang kedalam lubang dan kemudian ditutup dengan tanah penutup pada akhir hari operasi. Tanah penutup diperoleh dari hasil penggalian lubang yang diletakkan di tepi galian lubang dan digunakan setelah parit terisi sampah (dengan catatan kualitas tanah memenuhi syarat sebagai tanah penutup).

5.5.2.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Terdapat tiga jenis penutupan sampah dengan lapisan tanah, yaitu :1. Lapisan Penutup Harian

Dipergunakan pada setiap hari akhir operasi. Lapisan ini mempunyai fungsi untuk kontrol kelembaban sampah, mencegah tersebarnya sampah, mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan binatang/vektor penyakit dan mencegah kebakaran. Ketebalan lapisan adalah 20-30 cm dalam keadaan padat. Dalam sistem controlled landfill tidak dipergunakan.

2. Lapisan Penutup Antara (Intermediate Cover)Selain fungsi-fungsi seperti lapisan harian di atas, lapisan antara ini mempunyai fungsi lain yaitu :a). Sebagai kontrol terhadap pembentukan gas akibat proses dekomposisi

sampah yang memungkinkan pencegahan kebakaran. b). Pelintasan kendaraan di atasnya.Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm - 50 cm dalam keadaan padat. Lapisan ini dilakukan setelah telah terjadi tiga lapis sel harian. Lapisan antara ini dapat dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun.

3. Lapisan Lapisan Akhir (Final Cover)Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi. Ketebalan minimum yang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat. Tanah penutup akhir ini juga akan berfungsi sebagai tempat dari akar tumbuhan penutup. Lapisan penutup tanah akhir terdiri dari : a). Lapisan pendukung, berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup

timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan bukit. Tebal hingga 10 cm dan dapat menggunakan tanah sekitar lokasi.

b). Lapisan kedap, berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau air permukaan lainnya. Terdiri dari tanah lempung atau bentukannya dengan persyaratan yang sama dengan pembentukan lapisan dasar. Memiliki ketebalan lapisan 50 cm.

c). Lapisan penutup, berfungsi untuk menunjang perkembangan tumbuhan penutup bukit. Kualitas tanah penutup yang diharapkan adalah mudah dalam pengerjaan, ikatan partikel cukup baik dan kuat. Untuk bahan yang sesuai adalah campuran antara pasir, lanau dan lempung dengan prosentase perbandingan lanau. lempung, dan pasir yang hampir sama. Tanah ini harus memiliki kapasitas kelembaban (moisture holding capacity) yang tinggi. Tebal lapisan minimal 15 cm. Sebaiknya lapisan ini diberikan tambahan kandungan bahan organik (pupuk). Namun demikian, pada pasca operasi direncanakan penanaman pohon dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus mencapai (1,5 - 2 m) agar kondisi pohon cukup kuat dan pertumbuhan akarnya tidak terganggu oleh gas yang terperangkap dalam lapisan sampah.

Laporan Akhir 5-12

Page 13: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Rekapitulasi Rencana Penutupan :1. Tanah penutup dengan kelulusan maksimum 1 x 10-6 cm/det.2. Tanah penutup final dengan kelulusan maksimum 10-7 cm/det.3. Tebak tanah penutup antara = 0,30 – 0,50 m.4. Tebal tanah penutup final = 0,50 - 0,60 m.5. Rasio tanah penutup = 15 - 20 %.6. Tanah penutup mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih dari 30o

untuk mencegah terjadinya erosi.

5.5.2.3 Perancangan Tanah Penutup

Sumber Tanah Penutup : Selain dari lokasi, tanah penutup diperoleh dari sekeliling lokasi. Tanah ini telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai tanah penutup dengan karakteristikk sama dengan tanah pelapis dasar.

Tebal tanah penutup antara adalah 0,30 m. Tebal tanah penutup akhir adalah 0,50 m. Kemiringan lapisan sampah adalah 15 - 25 % untuk lapisan harian dan

lapisan antara. Lapisan akhir memiliki kemiringan 30 %.

Gambar 5.5 : Tipikal Tanah Penutup Akhir

5.6 Sarana dan Prasarana TPA

Sarana dan prasarana penunjang yang direncanakan untuk TPA ini terdiri dari :1. Zone Bangunan Penunjang

a. Pos penjaga

Laporan Akhir 5-13

Page 14: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Fungsi : Penjagaan gerbang pintu masuk untuk menghidari pembuangan liar.

Lokasi : Terletak di dekat pintu masuk. b. Kantor

Lokasi : Direncanakan terletak di sebelah selatan dekat pintu masuk. Dekatnya bangunan kantor dengan pos penjagaan pintu masuk diharapkan dapat lebih meningkatkan penjagaan.

c. GarasiFungsi : Parkir mobil yang dapat digunakan untuk kepentingan lain bila

mobil tidak ada.d. Rumah Penjaga

Fungsi : Sebagai tempat tinggal penjaga di lokasiLokasi : Tidak terlalu jauh dari bangunan kantor. Diposisikan sehingga

seluruh lahan dapat terpantau.e. Gudang dan workshop

Lokasi : zone bangunan penunjangFungsi : keperluan operasional sehari-hari

f. Bengkel dan tempat cuci mobilg. Shelter timbangan, dari struktur baja, dengan :

Ukuran platform 4 x 9 m2

Kapasitas beban maximum 20 tonKetelitian = 5 kg

2. Jalan Lokasi jalan : diharapkan dapat mencapai sejauh mungkin lahan kerja

3. Fasilitas drainase4. Fasilitas pengelolaan gas

Pengelolaan gas menggunakan perpipaan gas vertikal yang berfungsi mengalirkan gas yang terkumpul dalam satu lajur ke udara bebas. Pipa vertikal direncanakan dengan sistem progessive well dan pada akhir operasi pada pipa gas akhir dipergunakan penutupan gas dengan fleksibel joint.

5. Pengolahan leachateSistem Pengelolaan leachate untuk TPA Regional Mamminasata terdiri dari :

Sistem pengumpul dan penyalur lindiSistem pengolahan lindi

Sistem perpipaan pengumpul lindi juga berfungsi sebagai pengumpul air hujan pada saat lahan belum beroperasi. Saat lahan telah beroperasi, saluran pipa pembuangan ke sungai ditutup dan lindi dialirkan ke instalasi pengolahan lindi.

6. Prasarana penunjanga. Hidran Kebakaran

Fungsi : prasarana pengurang bahaya kebakaranLokasi : terletak di dekat perkantoran.

b. Alat penangkal petirLokasi : terletak di zone bangunan penunjang sebagai daerah yang berada

di lokasi tertinggi.c. Sumur pemompaan air tanah

Fungsi : sebagai sumber penyediaan air bersih lokasi.Lokasi : terletak di zone bangunan penunjang. Air tanah yang harus diambil

merupakan air tanah dalam.d. Reservoir penampungan air

Fungsi : sebagai penampung air untuk kebutuhan airLokasi : di zone bangunan penunjang

e. Sumur pemantauan

Laporan Akhir 5-14

Page 15: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Fungsi : Merupakan sumur untuk pemantauan migrasi gas kualitas air tanah.

Jumlah : 4 atau lebih 3 minimum (Salvato)f. Sarana penerangan

Tersebar di lokasi dan mengelilingi lahang. Rambu-rambu lalu-lintas

Fungsi : pengendalian debu, pembimbing kendaraan transportasi membuang sampah.

h. Papan Nama LokasiLokasi terletak di pintu gerbang untuk papan nama dengan keterangan yang lengkap serta di ujung barat laut sisi pertama dari arah daerah layanan.

7. Lahan Penunjang cadanganLokasi : di daerah buffer.Fungsi : sebagai lokasi penelitian dan pengambangan serta upaya recyling lain.

5.7 Sistem Drainase TPA

5.7.1 Teori Dasar

Berfungsi untuk mencegah aliran air permukaan masuk ke dalam lahan atau keluar lahan efektif. Drainase ini terdiri dari :a. Drainase isolasi lahan kerja.

Direncanakan terdapat disekeliling lokasi TPA. Saluran ini juga terletak dipinggir jalan yang berfungsi untuk menampung limpasan air hujan dari jalan. Beban tampungan terbesar saluran ini berasal dari bagian sebelah barat.

b. Drainase lokalSaluran drainase yang berada di dalam lokal berfungsi untuk mengalirkan air dari permukaan lahan efektif. Limpahan ini memungkinkan bercampur dengan timbunan sampah, karena itu diarahkan menuju pengolahan lindi. Drainase ini akan pula berfungsi untuk menampung lindi yang berasal dari rembesan tanah penutup di sisi timbunan sampah.

c. Drainase aliran air sebelum penimbunan.Mengingat tidak seluruh lahan tersedia disiapkan untuk lahan penimbunan, maka dibutuhkan drainase untuk menyalurkan air permukaan di daerah tersebut. Prinsip dari drainase ini adalah menyalurkan air yang terkumpul di hulu penimbunan agar tidak bercampur dengan sampah. Air permukaan diarahkan menuju saluran ke sungai. Pada saat lahan beroperasi drainase ini akan berfungsi sebagai drainasae lindi.

5.7.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Dalam menentukan arah aliran saluran drainase yang direncanakan terdapat batasan-batasan sebagai berikut :a). Arah pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis ketinggian

yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi.b). Pemanfaatan sungai/ anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang

direncanakan, untuk drainase isolasi lahan kerja dan drainase aliran air sebesar penimbunan.

5.7.3 Perancangan Sistem Drainase

Laporan Akhir 5-15

Page 16: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

UmumLangkah perhitungan perencanaan sistem drainase :1. Analisa hidrologi untuk menentukan banyaknya limpasan air hujan. 2. Perhitungan hidrolika untuk menentukan dimensi saluran.

Analisa HidrologiDasar dari analisis rencana dimensi saluran drainase adalah analisa hidrologi khususnya analisa debit maksimum rencana, yang mana sangat tergantung pada ketersediaan data penunjangnya. Pengukuran debit diturunkan dari data hujan secara teoritis berdasarkan metoda-metoda yang lazim digunakan. Stasiun hujan yang berpengaruh langsung (significant) terhadap lokasi proyek adalah stasiun SEMRE-PATTALASANG (GOWA) (No. 23/BS/DPU/PMA/77) dengan jumlah data pengamatan selama 10 seri data (tahun 1997-2006). Rata-rata hujan harian maksimum yang terjadi sebesar 56.00 mm/hari, sedangkan hujan harian maksimum terbesar yang terjadi adalah sebesar 97.5 mm/hari pada tahun 2001 bulan februari (lihat Tabel 5.4).

Tabel 5.4 : Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Semre – Pattalasang (Gowa)(No. 23/BS/DPU/PMA/77)

Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006R24 (mm)

68 66 96 193 123 183 138 125 110 303

Sumber : BMG SEMRE-PATTALASANG (GOWA)

Analisa Frekuensi Hujan Untuk mendapatkan beban rencana terlebih dulu akan dilakukan analisa frekwensi hujan harian tahunan maksimum. Data hujan harian akan ditransformasikan menjadi intensitas hujan sesuai dengan waktu konsentrasi. Beberapa formula praktis yang telah diuji pemakaiannya di Indonesia (Formula Mononobe, Ishiguro, Talbot, dan lain-lain) dapat digunakan. Analisis statistik data hujan harian maksimum MAKASAR dengan menggunakan distribusi Log Pearson Type III menghasilkan parameter statistik sebagai berikut :Harga rata-rata, Log X = 1.934 mmStandard deviasi, Slog = 0.026Kemencengan (Skewness) glog = -0.297Untuk periode ulang n tahun digunakan Persamaan Log Person Type III sebagai berikut :

Log X = LogX + K . Slog

Dengan menggunakan persamaan diatas besarnya hujan rencana R24 berbagai periode ulang adalah sebagai berikut :Dengan menggunakan data tersebut diatas (table 1) dan distribusi frekwensi Log Person Tipe III, maka besarnya hujan maksimum rencana dengan berbagai periode ulang adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5 : Rencana Hujan Harian MaksimumNo.

Periode Ulang (tahun)

Hujan Max. Rencana (R24)(mm/hari)

1 2 130.972 5 164.783 10 182.644 25 201.725 50 212.99

Laporan Akhir 5-16

Page 17: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Besarnya R24 yang digunakan untuk perencanaan saluran drainase adalah R24 periode ulang 25 tahun yaitu sebesar 66.55 mm.

Lengkung Intensitas Hujan Wilayah MakassarData yang disajikan dalam Tabel 5.5 merupakan curah hujan harian maksimum. Untuk mendapatkan lengkung Intensitas hujan dugunakan Formula Mononobe sebagai berikut :

IR

2424

(24/ t)0,67

dimana :I = intensiatas hujan (mm/jam)R24 = curah hujan harian maksimum untuk suatu periode ulang

t = waktu konsentrasi (jam)

Selanjutnya hasil analisa dan gambar lengkung intensitas hujan untuk berbagai periode ulang hujan disajikan dalam Gambar 5.6.

Laporan Akhir 5-17

Page 18: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Tabel 5.6 : Perhitungan Intensitas Hujan di Pattalasang Kabupaten Gowa dengan Formula Mononobe

Perhitungan Intensitas Hujan (Formula Mononobe) Di Semre - Pattalasang Kab.Gowa

Tr (Periode Ulang)t (jam) t (menit) 2 5 10 25 50

0 00.08 5.00 242.52 305.12 338.206 373.538 394.390.17 10.00 152.42 191.77 212.565 234.771 247.880.25 15.00 116.16 146.15 161.998 178.922 188.910.33 20.00 95.80 120.53 133.598 147.555 155.790.42 25.00 82.50 103.79 115.046 127.065 134.160.50 30.00 73.01 91.86 101.817 112.454 118.730.58 35.00 65.85 82.84 91.826 101.419 107.080.67 40.00 60.21 75.75 83.967 92.739 97.920.75 45.00 55.64 70.01 77.596 85.702 90.490.83 50.00 51.85 65.23 72.307 79.861 84.320.92 55.00 48.64 61.20 67.834 74.921 79.101.00 60.00 45.89 57.73 63.993 70.678 74.621.08 65.00 43.49 54.72 60.651 66.987 70.731.17 70.00 41.38 52.07 57.713 63.742 67.301.25 75.00 39.51 49.72 55.106 60.863 64.261.33 80.00 37.84 47.61 52.774 58.287 61.541.42 85.00 36.34 45.72 50.673 55.967 59.091.50 90.00 34.97 44.00 48.770 53.864 56.871.58 95.00 33.73 42.43 47.034 51.948 54.851.67 100.00 32.59 41.00 45.446 50.193 53.001.75 105.00 31.54 39.68 43.984 48.579 51.291.83 110.00 30.57 38.46 42.634 47.088 49.721.92 115.00 29.67 37.34 41.383 45.706 48.262.00 120.00 28.84 36.29 40.220 44.421 46.902.08 125.00 28.06 35.31 39.135 43.223 45.642.17 130.00 27.33 34.39 38.120 42.102 44.452.25 135.00 26.65 33.53 37.168 41.051 43.342.33 140.00 26.01 32.72 36.273 40.063 42.302.42 145.00 25.41 31.96 35.430 39.132 41.322.50 150.00 24.84 31.25 34.635 38.253 40.392.58 155.00 24.30 30.57 33.882 37.422 39.512.67 160.00 23.78 29.92 33.169 36.634 38.682.75 165.00 23.30 29.31 32.492 35.886 37.892.83 170.00 22.84 28.73 31.849 35.176 37.142.92 175.00 22.40 28.18 31.236 34.499 36.433.00 180.00 21.98 27.65 30.652 33.854 35.743.08 185.00 21.58 27.15 30.094 33.238 35.093.17 190.00 21.20 26.67 29.561 32.650 34.473.25 195.00 20.83 26.21 29.051 32.086 33.883.33 200.00 20.48 25.77 28.563 31.547 33.31

Sumber : Hasil Perhitungan.

Laporan Akhir 5-18

Page 19: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Grafik Intensitas HujanSemre-Pattalasang (Gowa) - Sulawasi Selatan

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200

Waktu Konsentrasi (menit)

Inte

ns

ita

s (

mm

/ja

m)

2

5

10

25

50

Gambar 5.6 : Gambar Lengkung Intensitas Hujan

Analisa Debit Rencana Maksimum

Besarnya debit rencana maksimum (m3/det) dihitung dengan rumus regional :

Q = 0,278 x C x I x A (m3/det)

Maka besarnya debit rencana masimum sesuai dengan periode ulang dan luas areal yang diperkirakan didapat sebagai berikut :

Laporan Akhir 5-19

Page 20: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Tabel 5.7 : Analisa Debit Rencana MaksimumTabel Debit Maxsimum Rencana

Lokasi : Kabupaten Goa Luas : 95 Ha Hj. Max 5 10 25 50Area : TPA Regional Mamminasata (mm/hr) 164.78 182.64 201.72 212.99

Intensitas (mm/jam)Nama Sal Luas C S Lof Lof H tof tof Tr Tr Tr Tr Tr Tr

(Km2) (m) (km) (m) (jam) (menit) 5 Thn 10 Thn 25 Thn 5 Thn 10 Thn 25 Thn

SA-1 8,211.25 0.008211 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.412 0.457 0.504

SA-2 16,422.50 0.016423 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.824 0.913 1.009

SA-3 10,948.33 0.010948 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.549 0.609 0.672

SA-4 16,422.50 0.016423 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.824 0.913 1.009

SA-5 16,422.50 0.016423 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.824 0.913 1.009

SB-1 18,993.75 0.018994 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.953 1.056 1.167

SB-2 10,782.50 0.010783 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.541 0.600 0.662

SB-3 10,782.50 0.010783 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.541 0.600 0.662

SB-4 21,565.00 0.021565 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 1.082 1.199 1.325

SC-1 8,441.67 0.008442 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.424 0.469 0.519

SC-2 8,441.67 0.008442 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.424 0.469 0.519

SC-3 12,662.50 0.012663 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.635 0.704 0.778

SC-4 12,662.50 0.012663 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.635 0.704 0.778

SD-1 8,020.00 0.008020 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.402 0.446 0.493

SD-2 12,030.00 0.012030 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.604 0.669 0.739

SD-3 74,710.00 0.074710 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 3.748 4.155 4.589

SD-4 86,740.00 0.086740 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 4.352 4.824 5.328

SE-1 10,838.50 0.010839 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.544 0.603 0.666

SE-2 10,838.50 0.010839 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.544 0.603 0.666

SE-3 10,838.50 0.010839 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.544 0.603 0.666

SE-4 108,417.00 0.108417 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 5.440 6.029 6.659

SF-1 45,890.38 0.045890 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 2.302 2.552 2.819

SF-2 45,890.38 0.045890 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 2.302 2.552 2.819

SF-3 91,780.75 0.091781 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 4.605 5.104 5.637

SF-4 91,780.75 0.091781 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 4.605 5.104 5.637

SG-1 8,500.00 0.008500 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 0.426 0.473 0.522

SG-2 85,000.00 0.085000 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 4.265 4.727 5.221

SG-3 28,000.00 0.028000 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 1.405 1.557 1.720

SG-4 28,000.00 0.028000 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 1.405 1.557 1.720

SU-1 108,417.00 0.108417 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 5.440 6.029 6.659

SU-2 91,780.75 0.091781 0.6 0.01 10.00 0.010 0.1000 0.085 5.108 300.80 333.41 368.24 4.605 5.104 5.637

Tr (th)

Debit (m3/det)Luas

Tangkapan (m2)

Perencanaan Saluran Drainase Dalam menentukan arah jalur saluran drainase yang direncanakan terdapat batasan-batasan sebagai berikut : Arah Pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis ketinggian

yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi. Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang

direncanakan, untuk drainase lokasi lahan kerja dan drainase aliran air sebesar penimbunan.

a. Intensitas Curah Hujan (I)

Dalam merencanakan drainase air hujan untuk isolasi lahan kerja dipergunakan intensitas hujan dengan periode ulang maksimal 20 tahun dengan persamaan umum

Laporan Akhir 5-20

Page 21: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

595,1398I = ÄÄÄÄÄÄ

tc 0,36094

Dimana tc = waktu konsentrasi (menit)

b. Waktu Konsentrasi (tc)

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air hujan dari titik terjauh menuju titik tertentu yang ditinjau. Waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir pada permukaan tanah melimpah menuju ke saluran terdekat (overland time of flow = to) dan waktu untuk mengalir dalam saluran ke saluran tempat yang ditinjau (td), tc = to + td.

Perhitungan nilai waktu limpasan, to

to = 3,26 (1,1 - C)Lo1/2 /S1/3

dimana :Lo = panjang limpasan terjauhC = koefisien pengaliranS = kemiringan lahan

Disamping itu perlu dihitung waktu pengaliran td (waktu yang dibutuhkan air hujan untuk mengalir). Dalam hal ini td ditentukan oleh karakteristik hidrolis di dalam saluran, dimana rumus pendekatan adalah :

td = L v dimana :

L = Panjang saluranv = Kecepatan rata-rata dalam saluran

Kecepatan (v) dihitung dengan rumus Manning :

v = 1 R2/3 x S 1/2

ndimana :

V = Kecepatan (m/detik)n = Kekasaran saluran (non satuan)R = Jari-jari hidrolis (m)S = Kemiringan (m/m)

c. Koefisien pengaliran (c)

Koefisien pengaliran ini diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah hujan yang jatuh dengan yang mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan dalam permukaan tanah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisiensi dan tampungan hujan pada tanah sehingga mempengaruhi jumlah yang mengalir pada tanah.Pada suatu daerah pengaliran dengan tataguna tanah yang berbeda-beda besarnya koefisiensi pengaliran ditetapkan dengan mengambil harga rata-rata berdasarkan bobot luas daerah seperti pada rumus berikut ini :

Laporan Akhir 5-21

Page 22: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Cr = C1x A1 + C2xA2 + ........ Cn xAn

A

dimana : Cr = Harga rata-rata koefisien pengaliran A = Luas total

d. Kecepatan Aliran

Penentuan kecepatan aliran air di dalam saluran yang direncanakan didasarkan pada kecepatan minimum yang diperoleh agar tetap self cleansing dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan agar konstruksi saluran tetap aman. Untuk kecepatan minimum diambil sebesar 0,75 m/det, sedangkan maksimum 2,5 m/det.

e. Kemiringan Saluran dan Talud Saluran

Kemiringan saluran yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalah kemiringan dasar saluran. Sedangkan talud saluran adalah kemiringan dinding saluran. Kemiringan dasar saluran didasarkan pada pertimbangan kemiringan minimal untuk menghindari terjadi sendimentasi pada dasar saluran, dan kemiringan maksimal untuk menjaga kedalaman bagian hilir saluran agar tidak terlalu dalam.

Perhitungan Debit dan Dimensi Saluran RencanaDengan menggunakan Rumus :

Q = A . (1/n) . (R2/3) . (s)1/2

Dimana :

Q = debit saluran (m3/det)A = luas penampang (m2)n = koefisien kekasaran ManningR = jari-jari hidroliks = kemiringan saluran yang diizinkanb = Lebar salurany = Tinggi muka air rencana

Maka diperoleh debit dan dimensi saluran rencana. Luas areal tangkapan dan dimensi saluran dengan berbagai ukuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini (untuk periode Tr 10 tahun).

Tabel 5.8 : Dimensi Rencana Saluran TPA Regional Mamminasata

Laporan Akhir 5-22

b

y

Free boat 10 cm

Page 23: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Dimensi Rencana SaluranTPA REGIONAL MAMMINASATA

b h Awal Akhir(m) (y + 0.1 m) (m) (m)

SA-1 370.37 0.60 0.90 34.10 33.36 Terbuka U60SA-2 88.89 0.70 1.10 33.90 33.72 Terbuka U70SA-3 88.89 0.60 1.10 33.90 33.72 Terbuka U60SA-4 370.37 0.70 1.30 33.70 32.96 Terbuka U70SA-5 459.26 0.70 1.30 33.70 32.78 Terbuka U70SB-1 459.26 0.70 1.30 33.70 32.78 Terbuka U70SB-2 88.89 0.60 1.10 33.90 33.72 Terbuka U60SB-3 88.89 0.60 1.10 33.90 33.72 Terbuka U60SB-4 459.26 0.80 1.30 33.70 32.78 Terbuka U80SC-1 96.30 0.60 0.90 34.10 33.91 Terbuka U60SC-2 577.78 0.60 0.90 34.10 32.94 Terbuka U60SC-3 96.30 0.70 1.00 34.00 33.81 Terbuka U70SC-4 577.78 0.70 1.00 34.00 32.84 Terbuka U70SD-1 577.78 0.60 0.90 34.10 32.94 Terbuka U60SD-2 88.89 0.70 1.00 34.00 33.82 Terbuka U70SD-3 88.89 1.50 1.70 33.30 33.12 Terbuka U150SD-4 577.78 1.50 1.90 33.10 31.94 Terbuka U150SE-1 148.15 0.70 0.90 34.10 33.80 Terbuka U70SE-2 333.33 0.70 0.90 34.10 33.43 Terbuka U70SE-3 333.33 0.70 0.90 34.10 33.43 Terbuka U70SE-4 148.15 1.50 2.10 32.90 32.60 Terbuka U150SF-1 466.67 1.00 1.30 28.70 26.37 Terbuka U100SF-2 444.44 1.00 1.30 28.70 26.48 Terbuka U100SF-3 444.44 1.20 1.80 28.20 25.98 Terbuka U120SF-4 622.22 1.20 1.90 28.10 24.99 Terbuka U120SG-1 148.00 0.60 0.80 34.20 33.46 Terbuka U60SG-2 148.00 0.30 0.40 34.60 33.86 Terbuka U30SG-3 403.70 0.30 0.40 34.60 32.58 Terbuka U30SG-4 403.70 0.30 0.40 34.60 32.58 Terbuka U30SU-1 111.11 1.50 2.00 33.00 32.78 Terbuka U150SU-2 148.15 1.50 1.90 33.10 32.80 Terbuka U150

Nb : freeboard 10 cm

Jenis Saluran

Tipe SaluranNama

SaluranPanjang

(m)

Dimensi saluran Elevasi saluran

Laporan Akhir 5-23

Page 24: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.7 : Layout Penempatan Saluran Drainase

Gambar 5.8 : Saluran Drainase

5.8 Sistem Pengolahan Leachate TPA

5.8.1 Teori Dasar

Leachate adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi materi sampah. Secara teoritis leachate tidak akan keluar dari timbunan sampah sebelum kapasitas serap air dari sampah terlampaui.

Laporan Akhir 5-24

Page 25: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Kualitas dan kuantitas leachate tergantung dari banyak faktor, antara lain karakteristik dan komposisi sampah, jenis tanah penutup, iklim, kondisi kelembaban dalam timbulan sampah serta waktu penimbunan sampah.

Secara umum leachate mengandung zat organik dan anorganik dengan konsentrasi tinggi, terutama pada timbunan sampah yang masih baru. Oleh karena itu, dalam pengelolaan sebuah TPA yang baik tidak terlepas dari pengelolaan leachatenya.

5.8.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Leachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Jadi banyaknya lindi yang dihasilkan bergantung pada masuknya air dari luar, terutama air hujan.

Sistem Pengelolaan leachate untuk TPA Regional Mamminasata terdiri dari :1. Sistem pengumpul dan penyalur lindi.2. Sistem pengolahan lindi.

Sistem Pengumpul dan Penyalur LindiSistem ini menggunakan pipa PVC sebagai pengumpul dan penyalur lindi. Pipa PVC memiliki kriteria desain sebagai berikut :

Kekuatan tekan pipa 700 kg/cm2

Kekuatan kompresi 400 kg/cm2

Kekuatan lengkung 1000 kg/cm2

Modulus tensil (x104) 2.5 - 3.5 kg/cm2

Batasan lainnya dalam perencanaan meliputi : Dimensi pipa minimum 4 inch Slope antara 0,5 – 1% dan 1,2 – 1,8% Jarak antar pipa 40 m

Sistem Pengolahan LeachatePengadaan sistem pengolahan leachate sangat diperlukan untuk mengurangi beban pencemaran terhadap badan air penerima. Lindi yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu sehingga mencapai standar aman untuk kemudian dibuang ke dalam badan air penerima. Diharapkan setelah dilakukan pengolahan tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap sungai maupun air tanah. Masalah yang dihadapi adalah bahwa debit lindi yang keluar dari timbunan sampah sangat berfluktuasi.

Sistem pengolahan lindi ini direncanakan untuk menurunkan kadar BOD dari leachate sebelum dibuang ke badan air penerima. Rangkaian pengolahan yang direncanakan meliputi :

1. Kolam Stabilisasi 2. Kolam Maturasi3. Lahan Sanitasi

5.8.3 Timbulan Leachate

Ada beberapa metode perkiraan timbulan leachate yang dapat dipergunakan, yaitu :1. Metode Neraca Air.

Laporan Akhir 5-25

Page 26: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Metode ini didasari oleh asumsi bahwa lindi hanya dihasilkan dari curah hujan yang berhasil menyerap masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi). Beberapa sumber lain seperti hasil dikomposisi sampah, infiltrasi muka air tanah dan aliran air permukaan lainnya diabaikan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas perkolasi dalam Metode Neraca Air ini adalah presipitasi, evapotranspirasi, surface run-off, dan soil moisture storage. Karena data yang diperlukan tidak terlalu lengkap maka metode ini tidak dipergunakan.

2. Metode PembebananDiperkenalkan oleh Tchobanoglous. Penggunaan metode ini perlu memperhatikan :1. Berat timbunan sampah2. Produksi gas dari tiap sel sampah3. Kadar air sampah 4. Kelengasan tanahProduksi lindi sangat dipengaruhi jumlah atau beban yang ada di atasnya. Untuk lokasi dimana tidak seluruh lokasi tertimbun sampah dalam jumlah yang sama terjadi variasi beban serta variasi timbulan gas. Keduanya mempengaruhi jumlah lindi yang dihasilkan. Karena untuk TPA Regional Mamminasata ini sampah masuk tidak sama setiap tahunnya dengan luas tutupan lahan yang berbeda pula, maka metode ini menjadi terlalu kompleks sehingga tidak digunakan sebagai dasar perhitungan produksi lindi.

3. Metode Curah Hujan Maksimum.Metode lain untuk proyeksi lindi adalah penggunaan data curah hujan harian maksimum atau bulanan selama beberapa tahun untuk sistem pengumpulan lindi dengan catatan, hujan terkonsentrasi selama 4 (empat) jam. Dan rata-rata intensitas hujan bulanan maksimum untuk dasar perhitungan perancangan sistem pengolahan lindi. Metode ini adalah metode yang dipergunakan dalam menentukan timbulan leachate yang mungkin timbul di TPA Regional Mamminasata.

Pada dasarnya terdapat dua kemungkinan keadaan dari lindi yang timbul, yaitu :1. Timbunan lindi setelah saluran penimbunan sampah selesai.2. Timbunan lindi pada saat selama masa pengoperasian.Timbulan yang dihasilkan selama masa pengoperasian akan lebih besar dibandingkan produksi setelah pengoperasian. Hal ini diakibatkan infiltrasi yang terjadi pada masa pengoperasian lebih besar akibat belum adanya penutup akhir dan tanaman-tanaman di atasnya.

Tinggi produksi lindi (infiltrasi) dalam tahapan pengoperasian adalah : I = (1 - Cro) x P

dengan :I = infiltrasiCro = koefisien run-offP = presipitasi curah hujan maksimum bulanan.Timbulan lindi dihitung dengan persamaan :

QL = A x (1-Cro) x P / 86400 QL = timbunan lindi (L/detik) QL = A . I atau QL = A x (1 - Cro) x PA = luas catchement areaCro = koefisien run-offP = presipitasi/curah hujan.

Laporan Akhir 5-26

Page 27: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

5.8.4 Sistem Pengumpul Leachate

5.8.4.1 Perancangan Pengumpulan Leachate

Perancangan pengumpulan lindi meliputi :1. Pemilihan liner.2. Perencanaan.

Peletakan pengumpul lindiPenyalur lindiPembuangan lindi

3. Lay out dan perancangan

Alternatif sistem pengumpulan lindi :a). Menggunakan pipa berlubang, kemudian diselubungi dengan batuan. Cara ini

banyak dipergunakan dalam konstruksi pipa lindi di beberapa TPA dengan sistem lahan urug.

b). Membuat saluran kemudian saluran tersebut diberi pelapis, dan didalamnya disusun batu kali kosong.

Pada perancangan ini direncanakan pipa pengumpul menggunakan sistem perpipaan. Faktor pemilihan material pipa meliputi :

Tipe lindi Kebutuhan pengaliran Korosi Pengikisan Karakteristik produk Kondisi fisik Instalasi yang dibutuhkan Efektivitas biaya Perlakuan khusus yang dibutuhkan

Perancangan pipa pengumpul lindi TPA Regional Mamminasata menggunakan jenis pipa PVC dengan berbagai pertimbangan yang telah dijabarkan dan berdasarkan kemudahannya dalam penyediaan. Pipa jenis ini memiliki kerentanan terhadap asam dan senyawa organik seperti asam asetat, hydroclorida, benzaldehida, carbon tetraklorida.

Dengan sistem pengumpul lindi, diharapkan sebagian besar air sampah yang mengalir kebawah dapat tertangkap, guna selanjutnya dialirkan ke pengolahan lindi sebelum dibuang ke badan air. Saluran pengumpul lindi direncanakan terdiri dari :a). Saluran pengumpul, merupakan saluran yang mengumpulkan leachate dari

timbunan sampah dan mengalirkannya menuju hilir saluran. Saluran ini dipasang memanjang di setiap garis setiap zone

b). Saluran sekunder, merupakan saluran yang mengalirkan lindi yang terkumpul hingga ke bak kontrol. Merupakan saluran berupa rangkaian pipa pada pertemuan antara pengumpul dan pengalir digunakan strip drainase plastik.

c). Saluran primer, merupakan saluran yang mengaliran lindi dari akhir saluran pengalir di bak kontrol ke lokasi inlet bangunan pengolah lindi di bak pengumpul lindi.

Laporan Akhir 5-27

Page 28: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Sistem perpipaan pengumpul lindi juga berfungsi sebagai pengumpul air hujan pada saat lahan belum beroperasi. Saat lahan telah beroperasi, saluran pipa pembuangan ke sungai ditutup dan lindi dialirkan ke instalasi pengolahan lindi.

Desain

DimensiPengumpul lindi tergantung pada kondisi tersaturasi. Tipikal dimensi pipa adalah 6 - 8 inch (15-20 cm). Penggunaan diameter tersebut memperhatikan kemudahan pembersihan. Pipa 8 inch dipandang lebih baik dalam efisiensi pembersihan. Diameter yang lebih besar memungkinkan berdasarkan aliran maximum dalam pipa. Sedang dari Tchobanoglous 4 inch (10 mm) pipa masih memenuhi untuk drainase genangan lindi yang terbentuk.

SlopeKriteria desain untuk slope pipa pengumpul adalah 1.2 - 1.8 % dan 0.5 – 1 %, namun adanya penyiapan lahan memungkinkan untuk penyesuaian slope dasar. Kontrol diberikan dengan kontrol kecepatan pada pipa.

Perforasi PipaDari hasil pengamatan, flowrate pipa tidak bertambah besar dengan pembesaran dimensi lubang. Konduktivitas hidrolis material sekeliling pipa seperti gravel memperbesar kapasitas pengaliran. Lubang yang terlalu besar dapat menyebabkan tanah dapat masuk ke dalam pipa.

Desain :Perforasi dibatasi hingga 1/4 dari diameter 6" PVC (atau AGS). Kondisi ini sedikit mempengaruhi kekuatan pipa dan perbandingan antara kekuatan (tahan pecah) terhadap daya muat. Dimensi lubang direncanakan 1 - 2 cm dengan kerapatan luas perforasi 150 - 200 cm/m2 dan jarak lubang lebih kurang ± 7,5 cm. Untuk dimensi perforasi irisan berukuran 1 x 3 cm2.

Adanya perforasi ini menyebabkan Q design = Qac x L/(L-Lp) dimana L adalah panjang lingkaran dan Lp adalah panjang perforasi pipa. Dari hasil perhitungan faktor koreksi debit (1,3) tidak berpengaruh pada penentuan dimensi pipa.

Alternatif lain adalah perforasi dengan jarak antar lubang 6 mm (0.25 inci) dan besar lubang 0,25 mm (0,01 inci) perforasi dengan laser yang didasarkan ukuran material sekeliling pipa. Namun dengan pertimbangan sulit dalam teknis pelaksanaan maka alternatif ini tidak dijadikan dasar perancangan.

Jarak Antar PipaSalvato memberikan arahan untuk pemasangan pipa pengumpul setiap rentang 6 m (20 ft) sementara JICA hingga 40 m masih diperbolehkan. Selain itu pada satu jalur pipa diberikan 3 jalur pipa pengumpul.

Jarak antar pipa 15 - 120 m (50 - 400 ft). Pada perancangan ini jarak antar pipa 40 m. Sebenarnya jarak diluar rentang memungkinkan tergantung :

konduktivitas hidrolis lapisan pengumpul. slope dasar.

Material Pendukung Pipa Leachate

Laporan Akhir 5-28

Page 29: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

100 % melalui saringan 1.5 inch dan kurang dari 5 % tertahan saringan 50 US standar

untuk pipa kecil, ukuran material dibatasi max 10 % dari diameter pipa batu pecah atau 3/4 inc saringan no.4 lebih baik (ASCE, WPCF, 1982)

5.8.4.2 Perhitungan Sistem Pengumpul Leachate

Di dalam perhitungan dimensi saluran lindi, besarnya saluran sekunder yang dipergunakan pada tiap-tiap segmen bergantung pada debit yang mengalir pada saluran tersebut. Debit yang mengalir di saluran tergantung dari luas tangkapan hujan untuk saluran tersebut. Sedangkan dimensi untuk pipa utama bergantung dari akumulasi debit aliran saluran sekunder yang bercabang pada pipa utama tersebut.

Desain : Digunakan pengumpul berupa pipa dengan sistem saluran terbuka. Diasumsikan pipa terisi 0,6 dan maksimal 0,8 penuh.

Gambar 5.9 : Penempatan Perpipaan Leachate dan Pipa Gas Vertikal

5.8.5 Sistem Pengolahan Leachate

5.8.5.1 Desain Pengolahan Leachate

Pengolahan lindi yang direncanakan berupa kolam stabilisasi fakultatif. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan tersedianya sinar matahari yang cukup untuk proses

Laporan Akhir 5-29

Page 30: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

fotosintesis, serta dengan biaya pembangunan yang relatif murah dan mudah pengoperasiannya.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air tanah dan air permukaan setelah lindi terkumpul direncanakan pengolahan yang terdiri dari :

Kolam penyeimbang yang merangkap sebagai kolam stabilisasi. Kolam maturasi.

Sistem Pengolahan Lindi ini meliputi komponen-komponen : Pengumpul lindi Pengatur aliran Perpipaan Bangunan pengolahan lindi Fasilitas pembuangan.

Influen dan Efluen :BOD influen diasumsikan sebesar 4000-5000 mg/l, sedangkan efluen untuk dibuang ke badan air sedapat mungkin mendekati Baku Mutu Air Golongan III yaitu 150 mg/l.

Gambar 5.10 : Instalasi Pengolah Leachate

5.8.5.2 Perhitungan Perancangan Sistem Pengolah Lindi

(a) Kolam StabilisasiKolam stabilisasi yang diusulkan adalah dari jenis fakultatif. Dimensi kolam ditetapkan dengan rumus :

V = Q . tdimana :V = volume kolam (m3)Q = debit lindi (m3/hari)T = waktu detensi (hari)

Kriteria desain kolam stabilisasi adalah :Waktu detensi 12 - 33 hariKedalaman kolam 2,5 - 4,0 mEfisiensi pengolahan (60 -80%)

Laporan Akhir 5-30

Page 31: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Asumsi BOD 4000 - 5000 mg/lAsumsi COD 8000 - 10000 mg/l

Asumsi :BOD in (So) = 4000 mg/l atau beban BOD 20000 mg/det (1738) kg/hariWaktu kontak (t) = 20 hariKonstanta laju penyisihan k' diambil = 0,1 hari.

(b) Kolam Aerasi Secara Mekanis Kolam aerasi mekanis yang diusulkan adalah dari jenis fakultatif, dengan pertimbangan :

Tidak dibutuhkan unit pengendap dan pengolah lumpurPower yang dibutuhkan lebih rendah.

Beberapa besaran yang biasa digunakan :Kedalaman 2 - 5 meterWaktu detensi 3 - 12 hariEfisiensi konversi BOD : 75 - 90%

Asumsi :BOD in (So) = 1333 mg/liter atau beban BOD = 6665 mg/det (575,86 kg/hari)Efisiensi diambil 80% sehingga BOD out (S) = 266,6 mg/l (23,03 kg/hari)Konsentrasi solid mikrobial X = 50 mg/l Konstanta laju penyisihan k’ = 0,017 - 0.3 (mg/l.hari)-1; diambil 0,018Dengan demikian waktu kontak = (So-S)/(k’.X.S) = (1333-266,6)/(0,018x50x138,8) = 8,5 hari

(c). Lahan Sanitasi (Kolam Filtrasi-Sorpsi)Guna menyisihkan logam berat yang kurang dapat tersisihkan di pengolahan sebelumnya, maka diusulkan pengolahan tambahan dengan lahan sanitasi. Lahan sanitasi ini dapat memanfaatkan sifat-sifat tanah dalam mengadsorbsi substansi (termasuk sifat-sifat penukar ion), dikombinasikan dengan penyerapan logam berat oleh tanaman tertentu seperti rumput gajah dan sebagainya. sebagai pengolah pelengkap, dan dirancang tidak hanya sebagai lahan sanitasi, tetapi juga sebagai bio-filter.Asumsi yang diambil adalah :Debit lindi yang diperhitungkan = 5 lt/detEfisiensi penyisihan organik paling tidak 50%Kelulusan Filter = 1 x 10-3 cm/detik sampai 1 x 10-4 cm/det, atau mempunyai kecepatan filtrasi = 0,01 l/detik per m2 sampai 0,001 l/det/m2

Susunan lahan sanitasi adalah :- 0,50 meter top soil dengan rumput gajah atau tanaman yang tahan genangan air

limbah- 0,50 meter batu marmer (batu kapur)- 0,50 meter tanah dengan kelulusan 1 x 10-3 cm/detikKonstruksi kolam dapat dibuat dari konstruksi beton atau batu kali. Setelah penggalian, seluruh dasar dan dinding kolam dilapisi beton dengan ketebalan tertentu. Jenis ini memiliki resiko kebocoran kecil, namun memerlukan biaya cukup tinggi.

(d). Resirkulasi LindiDisamping itu, guna mengurangi beban pengolah serta menambah efisiensi, maka diusulkan sistem sirkulasi :

Laporan Akhir 5-31

Page 32: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

- Resirkulasi setelah melalui kolam stabilisasi dan filter (land treatment) guna menambah efisiensi penurunan beban organik.

- Resirkulasi ke dalam timbunan sampah; diusulkan dilakukan dengan cara pemompaan langsung pada masa sampah yang tidak dioperasikan, atau pada susunan kerikil pada pipa biogas.

Untuk resirkulasi digunakan pompa submersible dengan data :Model = pompa submersibleDebit, Q = 30 l/menitH = 50 m kolom airTenaga motor = 0,5 kw (efisiensi 65%).

5.8.6 Arahan Teknis

Ruang Lingkup PekerjaanPekerjaan pemasangan pipa lindi meliputi antara lain :

Pekerjaan pengukuran.Pekerjaan patok ukur.Pekerjaan galian dan urugan tanah untuk pemasangan pipa.Pekerjaan perpipaan drainase lindi.Pengaturan kemiringan dan pengontrolan drainase lindi.Pekerjaan urugan tanah (perataan).Pemadatan.Pemindahan material-material yang tak berguna dan puing-puing.

Saluran pengumpul lindiPengaturan kemiringan-kemiringan saluran pengumpul lindi dilakukan sekaligus dengan pemasangan liner. Sedangkan pengisian kerikil dan ijuk dilakukan pada saat akan dilaksanakan penimbunan lapis pertama.

Detail Perancangan Pekerjaan Pemasangan Pipa PVC Pipa PVC memenuhi syarat-syarat SII dan tekanan nominal 5 kg/cm pada 25

0C Type pipa adalah pipa socket dengan sambungan pipa adalah solvent

cement Lubang-lubang pada pipa seperti ditunjukkan pada gambar. Untuk

memudahkan, diberikan garis pada bagian yang atas sehingga memudahkan dalam pemasangannya.

Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) dilaksanakan dengan bantuan alat penyambung bend/elbow, begitu pula untuk percabangan harus dengan tee atau tee-cross (sesuai kebutuhannya).

Pemasangan, Pemadatan dan Pengurugan Pipa diletakkan di atas pasir dengan posisi sesuai dengan line dan grade

yang telah ditentukan. landasan pasir ini mempunyai tebal 10 cm, dibawah sambungan dibuat alur dengan ukuran 5 x 15 cm, sehingga seluruh badan pipa memperoleh tumpuan yang merata.

Kemudian dilakukan pengurugan kerikil di bawah dan sekitar pipa dan pipa yang memperoleh kedudukan yang kuat serta pipa tidak rusak atau tergeser. Urugan tanah untuk pemasangan pipa dilaksanakan setelah pengurugan kerikil pasir di sekeliling pipa yang dipasang telah selesai.

Laporan Akhir 5-32

Page 33: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Di dalam konstruksinya harus dicegah setiap kemungkinan terkena benturan yang tinggi serta bagian-bagian dari sambungan harus dilindungi dengan baik.

Perhatian khusus terhadap pelaksanaan penyambungan pipa sehingga menjamin kerapatan sambungan. Ketika perubahan gradien terlalu besar diatasi dengan menggunakan elastisitas sambungan pipa.

Pengerjaan Urugan Tanah Dan Pasir Untuk Pemasangan Pipa Tanah urugan yang boleh dipakai adalah tanah yang tidak mengandung

bahan organis dipadatkan lapis demi lapis tiap 20 cm sampai rata dan padat dengan alat penimbris dari besi berat 10 kg.

Urugan pasir dilakukan lapis demi lapis setebal 15 cm dengan penyiraman air, sehingga rata dan padat sampai ketinggian yang dibutuhkan alat-alat penimbris dari besi dengan berat minimum 10 kg.

Urugan kerikil dan pasir dilakukan pada sekeliling pipa, tebal 10 cm kecuali pipa-pipa yang memotong jalan yang harus diurug penuh dengan pasir. Untuk bangunan lainnya disesuaikan dengan gambar pelaksanaan.

Pengendalian Jaminan Kualitas Perkejaan Perpipaan Perhatian terhadap kesesuaian arah dari pipa-pipa yang dipasang dengan

rancangan. Perlunya contoh pembuatan perforasi pipa sebelum implementasi pipa-pipa

tersebut. Tes kemiringan dengan menggunakan air, bila ada air tergenang maka perlu

perbaikan kemiringan pipa. Pekerjaan perpipaan lindi berdasarkan persyaratan-persyaratan yang

tercantum dalam Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1974. Mutu bahan harus baik dan telah diuji oleh lembaga yang berwenang.

Gravel yang mengelilingi PVC harus bersih dari tanah untuk menghindarkan obstruction slot pipa

Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai kedudukan pipa agar betul-betul lurus serta pada peil yang benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada batu-batu (puing-puing) atau benda-benda keras yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.

Pada waktu pemasangan pipa, pasir galian harus dalam keadaan kering tidak boleh ada air sama sekali dan dalam pipa harus diperiksa kembali kebersihannya.

Pemotongan pipa dilaksanakan dengan alat yang sesuai Pengujian-pengujian tekanan : Selama pengujian-pengujian akhir tekanan

pipa, harus diperhatikan bahwa instrumen mempunyai kemampuan untuk menahan tekanan uji tanpa menimbulkan kerusakan pada elemen-elemen, jika tidak instrumen tersebut harus diangkat dan selama pengujian dipasang sumbat pipa.

Sistem perpipaan harus ditekan dengan udara kering dari kompresor atau botol tekanan, hingga minimum 1/2 kali tekanan operasi. Lama pengujian harus 10 menit sementara dilakukan pengamatan alat pengukur uji pada suatu sistem tertutup guna mendeteksi kebocoran.

Pekerjaan Pembuatan Sumur Pengumpul Sumur pengumpul mempunyai konstruksi dari batu-bata dengan campuran 1

pc : 4 psr untuk bagian dinding dan dasarnya, bagaian atas terbuat dari beton bertulang mutu K225.

Sambungan pipa dibuat dengan batu bata menggunakan adukan trasram.

Laporan Akhir 5-33

Page 34: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Dinding tidak terurug tanah diplester dengan campuran 1 pc : 3 psr dan tebalnya 1,50 m.

Pekerjaan Pembuatan Alat Ukur Alat ukur V Notch memiliki konstruksi dari batu bata dengan campuran 1 pc :

4 psr untuk seluruh bagian konstruksi Sambungan pipa dan pasangan batu bata menggunakan adukan trasram Dinding yang tidak terurug tanah harus diplester dengan campuran 1 pc : 3

psr dengan ketebalan 1, 50 cm.

Detail Desain Alat Ukur

Alat ukur Thomson Alat ukur Thomson sebanyak 2 (dua) unit terbuat dari plat baja 3 mm, masing-masing dengan sudut 60° dan 90°. Alat ukur ambang ini dapat dipasang dan dilepas pada bak pengumpul efluen melalui celah yang dibuat pada dinding bak. Di sisi bak juga kemudian dipasang mistar ukur berskala centimeter, dengan titik nol berada tepat pada ambang terendah dari alat ukur tersebut.

Bak Ukur : Bak ukur terbuat dari aluminium tebal 2 mm dan diberi ukuran.

Alat Ukur Cipolety : Alat ukur cipolety terbuat dari besi plat tebal 5 mm Alat Ukur V Notch : Alat ukur V Notch terbuat dari besi plat tebal 5 mm 2. Alat

ukur V Notch dijepit beton tumbuk sebagai dudukan alat ukur.

Pembuatan Pintu AirPintu air terbuat dari besi plat baja tebal 5 mm yang di las pada tangkai pengangkat beruril (as) dari besi staal dia. 16 mm. Rangka pintu air dari besi siku L.30.30.3 yang dijepit pada sisi pasangan batu dan diberi anker dan baut.

Pembuatan Pintu Penguras lumpur Pintu penguras lumpur berfungsi untuk mengeluarkan lumpur dari kolam

stabilisasi apabila endapan lumpur sudah terlalu banyak. Rangka pintu penguras lumpur terbuat dari besi siku L.30.30.3 yang dudukannya

dijepit pada kedua sisi pasangan batu kali dan diberi anker dan baut. pintu penguras lumpur dari besi plat dilas ukuran 400 mm 660 mm x 5 mm, yang

pada tangkai pengangkat (as) beruril dari besi bulat (staal) diameter 16 mm yang diatasnya memakai tangkai pengangkat untuk diputar.

Tutup Manhole Terbuat dari DCI dengan cover dan frame berbentuk segi empat dan memiliki karakteristik sebagai berikut : Tahan karat Kuat dan aman Mempunyai pengaman agar tidak mudah dicuri Mempunyai lubang ventilasi Mudah dioperasikan petugas.

Desain : Bingkai tutup Manhole terbuat dari pipa besi galvanis dia. 2" dan bagian

tengahnya dipasang jeruji dari beton dia. 12 mm dipasang jarak 3 cm.

Laporan Akhir 5-34

Page 35: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Frame dilengkapi dengan gelang polythilane untuk menghindarkan kontak antara metal dengan metal.

Frame mempunyai lubang-lubang untuk pembautan. Untuk menghindari masuknya air kedalam manhole, tutup manhole harus

lebih tinggi 2 cm dari permukaan jalan atau 3 cm dari permukaan tanah.

Pemasangan Pipa Bahan pipa adalah pipa steel dengan standar kualitas kualifikasi AWWA. Sambungan-sambungan pipa dilakukan secara melkanis, yaitu menggunakan

flange diameter yang sesuai.

Pembuatan Kolam SorpsiKolam sorpsi terbuat dari konstruksi beton bertulang. Pada dinding keluar (efluen), digunakan pasangan batu bata secara selang-seling, sehingga dinding tersebut berlubang di seluruh bidangnya guna memungkinkan penyaluran air. Dasar dari bak tanpa pasangan, sehingga memungkinkan air meresap ke dalam tanah.

5.9 Sistem Pengelolaan Gas TPA

5.9.1 Teori Dasar

Dekomposisi sampah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik mengakibatkan produksi gas. Sebagian besar gas yang dihasilkan adalah metan dan karbondioksida dan sisanya berupa hidrogen sulfida. Strategi pengelolaan gas pada perencanaan controlled landfill TPA Regional Mamminasata ini adalah pada usaha untuk melakukan pengamanan lingkungan.

Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan dengan produksi gas ini, diantaranya : Gangguan terhadap tanaman sekitar lokasi. Hali ini disebabkan terdesaknya

oksigen pada zone akar oleh produksi gas landfill. Masalah lainnya adalah peningkatan suhu tanah, efek toxic pada fisiologi tanaman.

Methane merupakan gas yang mudah terbakar dan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemanasan global.

Karbondioksida yang dihasilkan mengganggu saluran pernapasan dan dapat meningkatkan kesadahan.

Masalah yang cukup mengganggu lainnya adalah timbulnya bau. Bau ini disebabkan produksi gas H2S, mercaptane, dan gas organik.

5.9.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Bentuk pengamanan terhadap gas yang timbul dari controlled landfill ini adalah :a. Pengamanan selama pengoperasian.

Bertujuan untuk melepaskan gas yang terperangkap di dalam timbunan ke udara lepas, yaitu dengan pengadaan : Saluran ventilasi vertikal, atau saluran pada dinding-dinding bukit yang

berbatasan langsung dengan udara. Saluran ventilasi horizontal atau saluran pada lapisan tanah penutup harian.

b. Pengamanan setelah pengoperasian (setelah mencapai bentuk bukit akhir).Merupakan saluran ventilasi akhir yang berupa sumuran terbuat dari pipa PVC dan dipasang pada jarak-jarak tertentu. Pada ujung-ujung sumuran bila perlu akan dipasang burner atau pembakar.

Laporan Akhir 5-35

Page 36: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Kriteria desain untuk perpipaan gasJarak antar pipa : - Vertikal 25 m

- Horizontal 30 m

5.9.3 Timbulan Gas

Dalam perancangan penyaluran gas TPA Regional Mamminasata ini digunakan persamaan O. Tabasaran.

Dimana :C = karbon yang dikonversi menjadi gast = waktuk = koefisien reaksiCc = total karbon dikonversi menjadi gas.

Cc = Ct(0,014T+0,28)

Dimana : T = suhu (260C)Ct = karbon dikonversi pada suhu T.

1 kg karbon organik akan menghasilkan 1.868 m3 (kGc) gas. Gas ini terdiri atas gas methane (CH4) dan gas CO2.

Gc = kGc x CcGas yang dihasilkan :

Gt = 13,2 (10-kt) x berat sampah yang masuk

Guna mengalirkan gas yang terbentuk keudara dibutuhkan suatu sistem ventilasi. Sistem ini dapat dilakukan dengan :a). Secara Aktif

Terdiri dari pipa berlubang dalam sumuran berisi kerikil atau pipa berlubang yang diletakkan secara horisontal dalam saluran berisi kerikil. Saluran atau sumuran ini dihubungkan dengan pipa utama ke suatu exhaust blower yang menciptakan keadaan vakum. Pada sistem ini pergerakan gas lebih terkontrol tetapi lebih mahal. Lebih lazim digunakan pada sistem yang mendayagunakan methane.

b). Secara PasifSistem ini mengandalkan pada materi permeabel yang ditempatkan pada jalan aliran gas. Agar efektif pasir harus gradien tekanan alami. Saluran atau sumuran yang permeabel bertindak sebagai daerah dengan tekanan lebih rendah sehingga akan terjadi aliran konveksi. Pengendalian dari sekeliling lahan tidak dapat mengendalikan pergerakan gas ke udara tetapi hanya pergerakan dalam tanah (lateral).

5.9.4 Perancangan Sistem Saluran Gas

Rencana Sistem Penyaluran Gas : Ventilasi vertikal, merupakan ventilasi yang bertujuan untuk membentuk aliran

gas dalam satu sel. Ventilasi horisontal, merupakan ventilasi yang membebaskan gas yang terbentuk

dalam satu lajur ke udara bebas.

Laporan Akhir 5-36

Page 37: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Ventilasi akhir, merupakan ventilasi yang akan didirikan pada saat timbunan akhir sudah terbentuk.

Lapisan impermeabel akan membatasi dan mengisolasi sampah yang ditimbun sehingga dapat membantu pengaliran gas. Lapisan impermeabel yang dapat dipergunakan adalah membran sintesis, lempung, beton dan aspal. Lapisan impermabel yang digunakan dalam perancangan ini adalah lempung. Lempung dapat menjaga nilai saturasi tanah tetap walau kering tidak efektif tetapi justru menciptakan rongga untuk pergerakan gas.

Alternatif Sistem Pengumpulan Gas :

Sistem Perpipaan Gas Horizontal Sistem perpipaan gas horizontal adalah alternatif lain pengumpulan gas. An Hua (1981) telah menunjukkan bahwa aliran gas dalam arah horisontal adalah 37,5 kali lebih besar dibandingkan dengan aliran gas dalam arah vertikal. Sistem pengumpul gas horizontal ini dibangun setelah terbentuk 2 (dua) lapisan atau lebih kemudian diteruskan hingga selesainya timbunan. Pipa-pipa gas tersebut dalam konstruksinya dapat dipasang dan diangkut dengan alat berat backhoe.

Sistem pengumpul horizontal dengan perpipaan lebih diutamakan pada landfill yang luas. Oleh karena itu didalam perancangan ini tidak digunakan sistem pengumpul horisontal.

Sistem Perpipaan Gas VertikalPerpipaan gas terdiri dari pipa vertikal dan horizontal. Pipa gas horizontal dalam hal ini bukan merupakan sistem khusus penangkapan gas tetapi dikaitkan dengan pipa pengumpul lindi. Karenanya, di setiap ujung pipa pengumpul lindi dibuat pipa vertikal untuk menyalurkan gas yang terakumulasi di dalam pipa horisontal.

Bertolak dari kriteria dan rekomendasi perancangan di atas, berikut ini perancangan sistem pengumpulan gas untuk TPA Regional Mamminasata :

Desain Sumur Pengumpul Vertikal Diisi dengan material permeable misalnya : gravel. Ditutup untuk mencegah masuknya udara. Diameter lubang sumur berkisar antara 12 - 36 inchi (300 -900 mm). masing-masing diberi pompa vakum (aliran udara konveksi). Kedalaman pipa pada perancangan ini 100% (mencapai dasar).

Pipa vertikal direncanakan dengan sistem “progessive well” dengan rancangan : Diameter casing = 250 mm Diameter PVC berlubang = 100 mm Jarak antar pipa = 30 m Radius rencana = 15 m atau area layan + 700m2

Perforasi pipa = 8 mm Material pengisi antara casing - pipa PVC : kerikil diameter 5 - 7 cm.

Di dalam perancangan ini pipa vertikal : Mencapai dasar landfill. Dapat dibuang air terkumpul ke dalamnya. Perforasi pipa hingga 4 m dibawah muka tanah.

Laporan Akhir 5-37

Page 38: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Terbuat dari material anti korosi, garam, alkohol, gasoline, amonium, hidroksida, sulfida, nitrida dan asam hidroklorida. Untuk PVC tahan hingga suhu 140 derajat F.

Pada masa akhir operasi, maka pada pipa gas akhir dipergunakan penutupan gas dengan fleksibel joint. Gambar 5.9 akan memperlihatkan penempatan saluran gas vertikal yang digunakan, sedangkan detailnya dapat dilihat pada Gambar 5.11. Untuk perencanaan TPA Regional Mamminasata ini akan dirancang sistem perpipaan untuk pengumpulan gas untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi (Gambar dapat dilihat pada Lampiran Gambar Desain).

5.9.5 Alternatif Pemanfaatan Gas

Prinsip dalam desain pemanfaatan gas adalah :1. Kualitas gas yang dihasilkan dan kualitas gas yang termanfaatkan.2. Kapasitas sistem yang direncanakan.Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik ataupun digunakan dalam pembakaran. Keberadaan gas-gas selain gas methane dalam pemanfaatan tersebut tidak menjadikan masalah yang terlalu besar. Kapasitas sistem yang akan direncanakan akan berdasar kepada : Proyeksi gas yang dapat dihasilkan. Laju produktivitas gas. Estimasi presentasi gas yang dapat dimanfaatkan dan keinginan pemakai.

Dalam perencanaan gas yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar atau akan dibakar. Pengelolaan gas TPA dengan tidak dimanfaatkan kembali pada akhir operasi akan membutuhkan pembangunan pipa beton berlubang-lubang diujung pipa vertikal. Tinggi elevasi pipa adalah 1 m dari elevasi akhir. Pemanfaatan 1 m3 gas bio (50 % methane) ekivalen dengan :- 0,58 liter bensin.- 1,07 liter alkohol.- 0,53 M gas alam.- 2,24 kg kayu bakar.- 5,80 kWH listrik.

Komponen-komponen di dalam sistem pengelolaan gas meliputi : Perpipaan horisontal dan vertikal : pembawa gas. Kompresor : penyedot gas bio. Storage : pengumpul/penyimpan gas bio. Instalasi pemurni gas bio.

Laporan Akhir 5-38

Page 39: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.11 : Pertemuan Pipa Gas dan Drainase Lindi

5.10 Jalan Akses dan Jalan Operasi

Pembangunan TPA dikuti dengan pembangunan jalan yang akan mendukung pengoperasian TPA tersebut. Perencanaan pembangunan jalan meliputi : Jalan masuk. Jalan kerja. Cul-de-sac sementara, berfungsi sebagai jalan penghubung maupun untuk ruas

perletakan jalan kerja. Tipping Area.

5.10.1 Jalan Masuk

Jalan masuk/ jalan penghubung adalah jalan yang menghubungkan likasi TPA dengan dengan jaringan jalan kota (jalan utama). Jalan masuk ini mengikuti jalan yang telah tersedia di lokasi TPA dengan perbaikan-perbaikan guna mencapai kriteria yang telah ditentukan.

Perancangan dilaksanakan berdasarkan batasan desain sebagai berikut : Konstruksi permanen dan mampu menahan beban perlintasan minimal 10 ton

(berat truk berisi sampah). Kecepatan rencana kendaraan yang melintas maksimum 10 km/jam. Merupakan jalan dua arah. Lebar badan jalan minimum 6 m. Kemiringan tanjakan dan turunan < 8%.

5.10.2 Jalan Kerja

Jalan kerja yang terdapat di dalam lahan TPA dan berfungsi sebagai lintasan terdekat yang menghubung sel dengan jalan penghubung. Di setiap akhir, ruas perletakan jalan kerja akan dilengkapi dengan suatu cul-de-sac tipe kepala-martil

Laporan Akhir 5-39

Page 40: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

(hammerhead) dan terdiri dari susunan lempeng jalan kerja yang dilengkapi dengan pasangan con-bloc agar menutup bagian-bagian rongga antara yang terbuka.Perletakan jalan kerja berdasarkan atas : Terletak di garis tepi batas utama subzona terakhir dari suatu fase pelaksanaan. Lebar perletakan 6 m dengan susunan 3 lempeng per meter lari (melintang). Panjang perletakan jalan kerja adalah 250 m.

5.10.3 Tipping Area

Tipping area adalah tempat dimana sampah diturunkan / dibongkar dari truk sampah. Terdapat 2 (dua) jenis lokasi penurunan yang khusus dibuat di dalam sanitary landfill zona ini, yaitu :a. Jalur lahan kerja penurunan.b. Lapak penurunan.Selain itu juga kendaraan pengangkut dapat menurunkan sampahnya dari lokasi lain yang ditentukan, seperti dari atas timbunan sampah yang sudah padat.

Jalur Lahan Kerja Penurunan

Jalur lahan kerja penurunan berada di sisi dalam dari badan jalan penghubung yang menghadap ke lahan efektif. Direncanakan memiliki lebar 5,5 m dari tepi perkerasan jalan penghubung.

Lebar tiap lahan kerja penurunan diambil berdasarkan pertimbangan kemudahan bagi kendaraan pengangkut jenis truk untuk berhenti sejajar as jalan penghubung. Apabila diperlukan terutama untuk operasi penurunan kendaraan dari jenis trailer, maka jalur lahan kerja penurunan akan dilapis terlebih dahulu dengan lempeng-lempeng beton jalan kerja.

Lapak Penurunan

Merupakan lahan yang terletak di sisi ruang perletakan jalan kerja. Lahan ini biasa dinamakan lapak penurunan dan memiliki dimensi 5 m X 8 m.

5.11 Kebutuhan Alat Berat

Peralatan yang akan dipakai untuk menangani volume sampah yang masuk tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 : Peralatan Pendukung Operasional TPAJenis Fungsi Jumlah

Crawler Tractor/Bulldozerwith trash blade

penyebaran sampah dan tanahpemadatan sampah dan tanah

2

Track loader pengangkutan sampah dan tanahpemindahan sampah dan tanahpemadatan sampah dan tanah

2

Laporan Akhir 5-40

Page 41: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Wheel loader pengangkutan sampah dan tanahpemindahan sampah dan tanah

2

Excavator menggali/mengupas tanah 1

Pada TPA Mamminasata diusulkan paling tidak terdapat masing-masing 1 unit track loader dan 1 unit tractor (bulldozer) dengan signifikasi sejenis Caterpillar-953 atau Komatsu D-60-A untuk track loader, dan sejenis Caterpillar D6D atau Komatsu D-60-A untuk bulldozer.

5.12 Rencana Pengomposan di Lahan TPA

Mengacu pada skenario yang diajukan, maka akan terdapat 4 (empat) aktivitas penanganan sampah di TPA Mamminasata, yaitu :a. Pengurugan/penimbunan sampahb. Pengomposan sampah hayati (organik)c.Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik)d. Residu dari (b) dan (c) kemudian diinsinerasi atau ditimbun di TPA.

Pengomposan dan daur-ulang diharapkan ke depan akan merupakan kegiatan utama, khususnya guna menunjang usaha pertanian di kawasan ini. Kegiatan tersebut juga harus siap untuk tidak difungsikan bila ternyata pasar untuk menerima hasil produksinya mengalami hambatan.

Laporan Akhir 5-41

Page 42: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.12 : Skema Umum Langkah Operasional di TPA

Konsep pengomposan dan daur-ulang sampah yang direncanakan secara umum, meliputi :

Sumber Timbulan :Sampah yang akan diolah pada instalasi pengomposan dan daur-ulang sampah di lokasi TPA Regional ini sampah yang berasal dari 4 (empat) wilayah pelayanan kabupaten/kota. Volume sampah yang akan diolah pada awal operasi sekitar 50 truk per hari (± 500 m3/hari atau setara dengan ± 125 ton/hari), dan dapat ditingkatkan sampai kapasitas maksimum instalasi apabila dianggap telah berhasil. Spesifikasi truk sampah yang direkomendasikan sesuai dengan sarana tersedia di kota daerah pelayanan, yaitu Dump Truck atau Armroll Truck atau untuk jarak yang jauh > 20 km

Pencatatan :

Laporan Akhir 5-42

Page 43: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Sampah yang berasal dari sumber timbulan sampah di wilayah pelayanan diangkut oleh operator pengangkutan Kebersihan ke instalasi. Pada tahap ini petugas mencatat nomor polisi kendaraan, volume sampah yang masuk, sumbernya, komposisi dominan sampah, berat sampah yang masuk setelah dilakukan penimbangan, serta waktu datang dan perginya truk pengangkut sampah.

Penimbangan :Setelah pencatatan, truk sampah tersebut menuju ke pos penimbangan untuk mengetahui beban truk sampah masuk. Untuk mendapatkan berat netto sampah yang masuk, maka truk harus ditimbang kembali setelah melakukan penuangan sampah.

Penerimaan sampah :Sarana penerimaan adalah bak penuangan sampah dari truk. Sampah dituangkan pada bak ini dan dipersiapkan dengan baik dan rapi sebelum dilakukan pemilahan (sortasi). Sarana penerimaan ini juga berfungsi sebagai tempat penampungan sampah sementara sebelum diproses lebih lanjut. Dilengkapi dengan perpipaan penangkap air sampah.

Pendorongan :Setelah penuangan, sampah kemudian diratakan, kemudian didorong oleh petugas menuju input conveyor sortasi dengan menggunakan alat-alat pendorong (hand loader) secara manual. Pendorongan ini dilakukan secara bertahap sehingga petugas sortasi bisa melakukan pemilahan dengan baik.

Pemilahan (Sortasi) : Sampah akan berjalan melalui belt conveyor sortasi untuk dipilah lebih lanjut.

Pemilahan sampah yang masih bisa didaurulang dilakukan secara manual oleh petugas pemilah, dan dikumpulkan dalam wadah khusus yang disediakan

Posisi petugas pemilahan akan saling berhadapan dan berada pada posisi selang-seling. Sampah yang masih memiliki nilai ekonomi (layak daur-ulang) akan dipilah berdasarkan jenisnya dan akan didaurulang lebih lanjut apabila tersedia mesin pengolah sedangkan apabila belum tersedia mesin pengolahnya, maka akan disalurkan/dipasarkan kepada pihak lain yang mampu mendaurulangnya.

Sampah B3 juga dipilah dan dikumpulkan secara khusus untuk dilakukan penanganan khusus B3.

Sampah non-hayati yang tidak memiliki nilai ekonomis juga dipilah pada tahap ini. Bagian yang dapat terbakar akan diinsinerasi pada insinerator, sedang bagian yang non-combustibel akan dikumpulkan secara khusus untuk diangkut ke TPA.

Pada instalasi ini akan ditempatkan 2 unit belt conveyor sortasi dengan panjang masing-masing 10 m dan lebar 1 m.

Perlengkapan yang perlu disediakan adalah wadah-wadah untuk menampung hasil sorting berdasarkan jenisnya dan alat untuk mobilisasi wadah-wadah tersebut menuju penampungan sementara.

Estimasi sampah non-hayati yang dipilah dan dapat didaurulang ± 10%, sedangkan sampah organik (hayati) yang dapat diproses menjadi kompos ± 50%. Sampah yang tergolong B3 diperkirakan ± 2%. Sisa pemilahan merupakan sampah yang tergolong reject combustible dan reject non-combustible. Sampah yang tergolong reject combustible diperkirakan dapat dibakar pada insinerator, sedangkan sampah yang merupakan reject non-combustible akan dibawa ke landfill sebagai alternatif terakhir.

Laporan Akhir 5-43

Page 44: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Pencacahan (Crusher) :Sampah organik yang akan diproses lebih lanjut menjadi kompos akan dicacah terlebih dahulu. Sampah organik dari belt conveyor sortasi akan dilanjutkan ke belt conveyor input dengan kemiringan ± 20º sehingga sampah organik (hayati) akan berjalan naik menuju input mesin pencacah sampah (Crusher).

Pengomposan :Pengomposan merupakan alternatif dalam penanganan sampah organik. Metode pengomposan telah banyak diperkenalkan, dan untuk pengomposan pada instalasi pengolahan sampah ini dapat merapkan metode apa saja asal biayanya memenuhi kemampuan pengelolaan. Contoh sistem pengomposan yang diterapkan pada instalasi ini, di antaranya ;a). Pengomposan Konvensional Model Windrow-Indonesia

Pengomposan konvensional menerapkan sistem Windrow model Indonesia. Teknologi ini merupakan teknologi standar yang secara alami dan bertahap mampu melakukan dekomposisi, fermentasi, pematangan, dan pengeringan materi organik yang sudah dihancurkan hingga menjadi kompos yang dapat digunakan. Materi kompos dibiarkan terdekomposisi secara alamiah dan oleh kegiatan bakteri yang menghasilkan panas pada tumpukan kompos. Panas ini selain membunuh patogen juga membantu proses perbaikan dan pengeringan secara perlahan materi organik dengan melepaskan cairan dan gas metana dari materi organik yang terdekomposisi. Proses aerasi juga berlangsung alamiah. Proses windrow membutuhkan 21-30 hari untuk menghasilkan kompos berkualitas baik. Peralatan yang dibutuhkan berupa segitiga bambu memanjang dengan rangka kayu.

b). Pengomposan Dipercepat Pengomposan dipercepat dapat menjadi pilihan utama untuk menggantikan sistem pengomposan konvensional. Pengomposan sistem dipercepat ini dilakukan dengan proses rekayasa sehingga waktu yang dibutuhkan sampai terbentuknya kompos berkualitas dapat dipersingkat. Dengan sistem ini proses pengomposan hanya membutuhkan waktu 7-10 hari. Rekayasa yang dilakukan pada sistem ini, yaitu seperti pengaturan nutrisi, rekayasa pemasukan udara dengan Fan dan ekstraksi bau dengan Exhaust Fan, dan rekayasa pengaturan panas sampah baru dengan sirkulasi air panas menggunakan pemanas air tenaga solar (surya).

Pada perencanaan sistem pengomposan di TPA Regional ini pada tahap awal akan direncanakan sistem pengomposan dengan model windrow, tetapi sangat besar kemungkinan untuk mengembangkan proses pengomposan dipercepat.

Penyaringan :Setelah kompos matang, kemudian dilanjutkan dengan penyaringan dengan menggunakan mesin penyaring (ayakan) dan pada instalasi ini akan dipasang mesin penyaring yaitu dengan diameter wiremesh 4, 5, dan 10 mm dengan prinsip rotary screening. Penyaringan sangat penting untuk dilakukan untuk mendapatkan hasil kompos yang baik, karena berdasarkan penelitian ternyata diameter materi kompos sangat berpengaruh terhadap kualitas kompos itu sendiri.

Daur-ulang Plastik :Daur-ulang non-hayati yang berupa plastik akan dipilah dulu berdasarkan jenisnya kemudian dihancurkan oleh mesin penghancur plastik sampai menjadi bijih-bijih plastik yang siap untuk diolah lebih lanjut. Daur-ulang plastik ini bukan merupakan teknologi utama dalam pengolahan sampah terpadu, karena plastik hasil pemilahan

Laporan Akhir 5-44

Page 45: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

dapat langsung dijual ke lapak atau bandar plastik, tetapi untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan teknologi secara terpadu maka pengolahan sampah plastik juga direncanakan, di samping untuk peningkatan nilai ekonomi (harga jual).

Daur-ulang Kertas :Sampah kering yang berupa kertas, seperti kertas karton, koran, kardus, dan sebagainya dapat didaurulang kembali menjadi kertas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pengolahan kertas merupakan teknologi pelengkap, bukan sebagai teknologi utama dalam pengolahan sampah terpadu ini. Sampah kertas dipilah-pilah berdasarkan jenisnya, kemudian dihancurkan dengan mesin penghancur kertas dan selanjutnya dibentuk menjadi bubur kertas dan dapat dicetak dengan cetakan yang didesain khusus.

Biogas :Biogas adalah gabungan gas metan (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang muncul akibat proses biodegradasi materi organik yang berada dalam kondisi kurang atau tanpa oksigen (O2). Biogas ini dapat dikonversi menjadi sumber energi listrik.

Sanitary landfill :Sanitary landfill merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis, dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan, serta penutupan sampah setiap hari.

Penambangan TPA (landfill mining) :Merupakan upaya untuk mendapatkan kembali bahan bermanfaat dari urugan atau timbunan sampah yang sudah ditutup setelah 5-10 tahun, yaitu bahan berupa kompos atau berupa tanah penutup, dengan cara menggali sarana tersebut dan menyaring sampahnya.

CDM (Clean Development Mechanism) :Ada 3 (tiga) mekanisme dalam Kyoto Protokol yaitu join implementasi (Joint Implementation), Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism) dan Perdagangan karbon (Carbon Trading). Join implementasi dan perdagangan karbon hanya berlaku bagi negara yang ada di ANNEX I atau negara maju. Sedangkan untuk negara berkembang bisa menggunakan mekanisme pembangunan bersih (CDM). Bila suatu negara sudah meratifikasi maka negara tersebut harus mengurangi emisi sesuai target. Indonesia sudah meratifikasi pada bulan Agustus 2004. Dengan meratifikasi protokol Kyoto ini maka Indonesia bisa mengaplikasikan mekanisme pembangunan bersih (CDM). Agar bisa mengimplementasikan Kyoto Protokol Indonesia harus mengatur target yang akan dicapai. Salah satu target mungkin pengurangan emisi pada bidang pengelolaan persampahan di antaranya adalah landfill.

5.13 Usulan Pengelola TPA

Pengelolaan akan berjalan baik apabila disertai dengan organisasi pengelola yang baik. Berkaitan dengan Bagan Organisasi Pengelola Kebersihan di Wilayah Mamminasata, diusulkan adanya Sub Bidang tersendiri yang menangani TPA, yaitu di bawah Bidang Operasi. Dengan demikian, Bidang Operasi dalam bagan organisasi badan pengelola kebersihan di Wilayah Mamminasata membawahi :1. Pengumpulan2. Pengangkutan3. TPA dan pengomposan

Laporan Akhir 5-45

Page 46: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

4. Peralatan dan Perlengkapan.Dalam hal ini, dapat saja terjadi bahwa 1 orang petugas melaksanakan lebih dari 1 penugasan, misalnya analis laboratorium merangkap sebagai pengoperasi pengolah lindi.

Sub Bidang TPA diusulkan terdiri dari:(a) Kepala Sub Bidang TPA dan pengomposan

- orang pertama yang mewakili BP Kebersihan dalam menangani masalah-- masalah yang dijumpai di lapangan - bertanggung jawab kepada Bidang Operasi mengenai kelangsungan operasi

dan kelancaran administrasi dari TPA ini- memimpin koordinasi antara kepala-kepala seksi di bawahnya- jumlah tenaga: - 1 orang kepala

- 1 orang wakil kepala(b) Seksi Umum dan Administrasi

- bertanggungjawab kepada kepala Sub.Bid. TPA mengenai administrasi, keuangan dan kepegawaian

- melakukan koordinasi dengan seksi lain pada Sub. Bid. TPA- mengajukan usulan a- nggaran rutin operasi dan pemeliharaan- melakukan pencatatan dan penyimpanan arsip-arsip :

o jumlah dan jenis peralatan, perlengkapano pemakaian bahan bakar, pelumas, suku cadang dsb.o jumlah sampah masuk, jumlah/jenis kendaraan masuk, asal sampah, hari,

bulan, tahun dsb.o kualitas lindi (monitoring)o surat keluar - masuk

- melakukan pencatatan seluruh kegiatan pegawai: data pribadi, absensi, gaji pegawai dsb.

- menyusun usulan pengembangan sumberdaya manusia- mengoordinasi keamanan di TPA- jumlah tenaga:

o 1 orang kepala seksio 1 orang pencatat sampah masuko 1 orang petugas administrasi umum dan keuangano 2 orang satpamo 1 orang kepala gudang

(c) Seksi Pemeliharaan dan Pengawasan- bertanggung jawab kepada kepala sub bid. TPA mengenai:

o pemeliharaan peralatan mekanis/alat berato pemeliharaan fasilitas insineratoro pemeliharaan fasilitas pengolah lindio pemeliharaan fasilitas pendukung lainnya

- melakukan koordinasi dengan:o sub Bidang Perencanaan dan Evaluasi (bidang Pembinaan dan

Pengendalian)o sub Bidang Pengangkutan (Bidang Operasi) tentang aspek operasional

- melakukan koordinasi dengan seksi lain di sub bid. TPA- melakukan pengawasan pelaksanaan rencana- melakukan pengaluran lapangan, misalnya pembagian sel-sel kerja harian- melakukan persiapan daerah penurunan dan penimbunan

Laporan Akhir 5-46

Page 47: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

- melakukan kegiatan pemantauan lingkungan- melakukan pemeliharaan alat-alat mekanis dan perpipaan- mengusulkan penggantian komponen-komponen peralatan- mengusulkan penggantian bahan-bahan sarana pendukung- jumlah tenaga:

o 1 orang kepala seksio 1 orang pengawas umum lapangano 2 orang petugas bengkel/workshopo 1 orang analis laboratorium air

(d). Seksi Operasi- bertanggung jawab kepada kepala sub Bidang TPA, mengenai pengoperasian:

o peralatan mekanis/alat-alat berato pengolahan lindio pengupasan dan pelapisan TPAo pemasangan pipa gas bioo pengoperasian insineratoro pelaksanaan pengomposan

- melakukan koordinasi dengan seksi lain pada sub bid TPA- memberi laporan mengenai pemakaian dan kondisi prasarana dan sarana yang

ada- mengoperasikan alat-alat berat yang ada- mengoperasikan instalasi pengolah lindi- melakukan pengupasan dan pelapisan dasar sesuai rencana- mengurug dan menimbun sampah- menyiapkan tanah penutup- melaksanakan pemasangan pipa gas bio- mengoperasikan insinerator- mengoperasikan pengomposan- memberi masukan mengenai biaya operasi rutin- jumlah tenaga:

o 1 orang kepala seksio 4 orang pengemudi alat berato 1 orang pengelola instalasi pengolah lindio 4 orang pengoperasian insineratoro 1 orang penanggung jawab pelaksanaan pengomposan

5.14 Dasar Rancang Bangun TPA Limbah B3

Bahwa untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun telah diatur ketentuan mengenai Tata Cara dan Persyaratan Penimbuhan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3.

Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu ditetapkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan tentang Tata Cara dan Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3. Penimbunan hasil pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah tindakan membuang dengan cara penimbunan,

Laporan Akhir 5-47

Page 48: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

dimana penimbunan tersebut dirancang sebagai tahap akhir dari pengelolaan limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya.

Dasar perancangan penimbunan atau landfill atau TPA limbah B3 mengacu lepada peraturan yang telah ditetapkan pemerintah, yang dituangkan dalam Keputusan Kepala BAPEDAL No. 4 Tahun 1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Berbahaya dan Beracun. Dalam sub bab ini akan dibahas lebih lengkap mengenai ketentuan yang diatur dalam KepKa Bapedal No. 4 Tahun 1995 tersebut.

5.14.1 Pendahuluan

Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus dilakukan secara tepat, baik tempat, tata cara maupun persyaratannya. Walaupun limbah B3 yang akan ditimbun tersebut sudah diolah (secara fisika, kimia, biologi) sebelumnya, tetapi limbah B3 tersebut masih dapat berpotensi mencemari lingkungan dari timbulan lindinya. Untuk mencegah pencemaran dari timbulan lindi, maka limbah B3 tersebut harus ditimbun pada lokasi yang memenuhi persyaratan.

Penimbunan hasil dari pengolahan limbah B3 merupakan tahap akhir dari pengelolaan limbah B3 di tempat yang diperuntukkan khusus sebagai tempat penimbunan limbah B 3 dengan design tertentu yang mempunyai sistem pengumpulan dan pemindahan timbulan lindi dan mengolahnya memenuhi kriteria limbah cair yang ditetapkan sebelum dibuang ke lingkungan.

Tujuan dari penimbunan limbah B3 di tempat penimbunan (landfill) adalah untuk menampung dan mengisolasi limbah B3 yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dalam jangka panjang.

Selain itu lokasi bekas (pasca) pengolahan dan penimbunan limbah B3-pun harus ditangani dengan baik untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

5.14.2 Tata Cara dan Persyaratan Penimbunan Limbah B3

5.14.2.1 Pemilihan Lokasi Landfill

Penimbunan limbah B3 harus dilakukan pada lokasi tepat dan benar yang memenuhi persyaratan lingkungan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi adalah : a. Lokasi yang akan dipilih harus merupakan daerah yang bebas dari banjir

seratus tahunan.b. Geologi lingkungan

(1) Daerah dengan litologi batuan dasar adalah batuan sedimen berbutir sangat halus (seperti serpih, batu lempung), batuan beku, atau batuan malihan yang bersifat kedap air (k < 10-9 m/detik), tidak berongga, tidak bercelah dan tidak berkekar intensif.

(2) Tidak merupakan derah berpotensi bencana alam: longsoran, bahaya gunung api, gempa bumi dan patahan aktif.

c. Hidrogeologi

Laporan Akhir 5-48

Page 49: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

(1) Bukan merupakan daerah resapan (recharge) bagi air tanah tidak tertekan yang penting dan air tanah tertekan.

(2) Dihindari lokasi yang di bawahnya terdapat lapisan air tanah (aquifer). Jika dibawah lokasi tersebut terdapat lapisan air tanah maka jarak terdekat lapisan tersebut dengan bagian dasar landfill adalah 4 meter.

d. Hidrologi PermukaanLokasi penimbunan bukan merupakan daerah genangan air, berjarak minimum 500 m dari : aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun, danau, waduk untuk irigasi pertanian dan air bersih.

e. Iklim dan curah hujanDiutamakan lokasi dengan :(1) Curah hujan: kecil, derah kering.(2) Keadaan angin: kecepatan tahunan rendah, berarah dominan ke daerah

tidak berpenduduk atau berpenduduk jarang.f. Lokasi penimbunan harus sesuai dengan rencana tata ruang yang

merupakan tanah kosong yang tidak subur, tanah pertanian yang kurang subur, atau lokasi bekas pertambangan yang telah tidak berpotensi dan sesuai dengan rencana tata ruang baik untuk peruntukan industri atau tempat penimbunan limbah. Selain itu harus memperhatikan flora dan fauna.(1) Flora : merupakan daerah dengan kesuburan rendah, tidak ditanami

tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan bukan daerah/kawasan lindung.(2) Fauna : bukan merupakan derah margasatwa / cagar alam.

5.14.2.2 Persyaratan Rancang Bangun/Desain Landfill Limbah B3

a. Karakteristik Limbah B3 dan Tempat Penimbunannya

Rancang bangun atau desain landfill untuk tempat penimbunan limbah B3 (landfill) dikelola sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah yang akan ditimbun. Untuk itu, pemilahan jenis dan karakteristik limbah B3 mempunyai fungsi dalam penentuan tempat penimbunan limbah B3 tersebut, rancang bangun dan kategori landfill yang dibangun.

Pemilahan jenis dan karakteristik limbah yang dimaksud adalah :1. Untuk limbah B3 dari sumber yang spesifik dalam Tabel 2 Lampiran Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994, yang tercantum pada Tabel 5.10 tempat penimbunannya harus di landfill Kategori I.

2. Untuk limbah B3 dari sumber yang spesifik dalam Tabel 2 Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994, yang tidak termasuk atau tercantum pada Tabel 5.10, tempat penimbunannya (landfill) mengacu pada Tabel 5.11.

3. Untuk limbah B3 dalam Tabel 1 dan Tabel 3 Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994, tempat penimbunannya (landfill) mengacu pada Tabel 5.11.

4. Tempat penimbunan yang dimaksud dalam butir (2) dan (3), yaitu : Untuk limbah B3 yang belum terolah dan yang total kadar maksimum bahan pencemarannya lebih besar dari atau sama dengan nilai kolom A-Tabel 5.11, maka limbah B3 tersebut tempat penimbunannya harus dilandfill Kategori II.

5. Tempat penimbunan yang dimaksud dalam butir (2) dan (3), yaitu : Untuk limbah B3 yang belum terolah dan yang total kadar maksimum bahan pencemarnya lebih kecil dari nilai pada Kolom A – Tabel 5.11, maka limbah B3 tersebut tempat penimbunannya harus di landfill Kategori III.

Laporan Akhir 5-49

Page 50: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

6. Untuk limbah B3 yang belum terolah dan yang total kadar maksimum bahan pencemarnya lebih kecil dari atau sama dengan nilai pada Kolom B – Tabel 5.11, maka limbah B3 tersebut tempat penimbunnya harus di landfill Kategori III.

7. Apabila ada sesuatu atau lebih parameter yang total kadar maksimum bahan pencemarnya melebihi nilai pada Kolom A – Tabel 5.11, maka limbah B3 tersebut tempat penimbunannya harus di landfill kategori I.

8. Apabila ada satu atau lebih parameter yang total kadar maksimum bahan pencemarnya melebihi nilai pada Kolom B – Tabel 5.11, maka limbah B3 tersebut tempat penimbunannya harus di landfill Kategori II.

Tabel 5.10 : Jenis Industri/Kegiatan Limbah B3 dari Sumber yang Spesifik yang Tempat Penimbunannya Harus di Landfill Kategori I

Kode Limbah Jenis Industri Uraian Limbah

D202 Pestisida

- Sludge pengolahan limbah cair

- Tong dan macam-macam alat yang digunakan untuk formulasi

D203 Proses kloro alkali- Sludge pengolahan limbah

cair (proses merkuri)

D204 Adesif (UF, PF, MF, lain-lain)- Buangan produk yang tidak

memenuhi spesifikasi- Katalis

D205Industri polimer (PVC, PVA, lain-lain)

- Monomer yang tidak beraksi- Katalis

D207 Pengawetan kayu - Sludge

D210 Peleburan timbal bekas- Sludge- Debu- Slag

D212 Pabrik tinta- Sludge - Sludge yang mengandung

logam beratD214 Perakitan kendaraan - Sludge

D215Elektrogalvani dan elektroplating

- Sludge

D216 Industri cat - Sludge

D217 Baterai kering

- Sludge - Pasta (Mix)- Buangan produk yang tidk

memenuhi spesifikasi

D218 Aki- Sludge- Debu

D219Perakitan dan komponen elektronik

- Sludge

D224Penyamakan dan pengolahan kulit

- Sludge

D225 Zat warna - Sludge

D228Laboratorium riset dan komersil

- Sisa contoh

Laporan Akhir 5-50

Page 51: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Tabel 5.11 : Total Kadar Maksimum Limbah B3 yang Belum Terolah dan Tempat Penimbunannya

Bahan PencemarTotal Kadar Maksimum

(mg/kg berat kering)Total Kadar Maksimum

(mg/kg berat kering)KOLOM A KOLOM B

Catatan :

Lebih Besar dari atau Sama Dengan – Tempat

Penimbunannya di LandfillKATEGORI I

Lebih Kecil Dari atau Sama Dengan – Tempat

Penimbunannya di LandfillKATEGORI II

Arsenic 300 30Barium - -Cadmium 50 5Chromium 2500 250Cooper 1000 100Cobalt 500 50Lead 3000 300Mercury 20 2Molybdenum 400 40Nickel 1000 100Tin 500 50Selenium 100 10Silver - -Zinc 5000 500Cyanide 500 50Fluoride 4500 450Phenols :

Pentachlorophenol (PCP)2, 4, 5 – trichlorophenol2, 4, 6 – trichlorophenol

10 1

Monocyclic Aromatic Hydrocarbons :BenzeneNitrobenzene

70 7

Monocyclic Aromatic Hydrocarbons:o-cresolm-cresolp-cresoltotal cresol2, 4 dinitrotoluenemethyl ethyl ketonepyridine

200 20

Total Petroleum Hydrocarbons (C6 to C9)TPH (all Cn)

100-

100-

Total Petroleum Hydrocarbons (> C9) 10000 1000Organochlorine Compounds:Carbon tetrachlorideChlorobenzeneChloroform Tetrachloroethylene (PCE)Trichloroethylene (TCE)1, 4 – dichlorobenzene1, 2 – dichloroethane1, 1 – dichloroethylenehexachlorobenzenehexachloroethanehexachloroethenevinylchloride

10 1

Laporan Akhir 5-51

Page 52: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

b. Rancang bangun/Desain Bagi Masing-masing Kategori Landfill

Rancang bangun/desain bagi masing-masing kategori landfill yang digunakan untuk tempat penimbunan limbah B3 Gambar 5.13 adalah :

1. Pelapisan Dasar

a) Kategori I (Secure Landfill Double Liner)

Rancangan bangun minimum untuk kategori I (secure landfill double liner) adalah sebagai berikut :

Sistem pelapisan dasar landfill dari bawah ke atas terdiri dari komponen-komponen berikut :(1) Lapisan Dasar (Subbase)

Sebelum dilakukan konstruksi pelapisan dasar tersebut harus dilakukan pekerjaan penyiapan diantaranya :a) pengupasan tanah yang tidak kohesif.b) perbaikan kondisi tanah (parataan, pemadatan, dan sebagainya).c) pemenuhan konstruksi daya dukung muatan (bearing capacity) yang

diperlukan untuk menopang muatan (landfill dan limbahnya) di atasnya.Lapisan dasar (subbase) berupa tanah lempung yang dipadatkan ulang yang memiliki konduktivitas hidraulik jenuh maksimum 1 x 10 -9 m/detik di atas lapisan tanah setempat.Ketebalan minimum lapisan dasar adalah satu meter. Lapisan setebal satu meter tersebut terdiri dari lapisan-lapisan tipis (15 – 20 cm) dimana setiap lapisan dipadatkan untuk mendapatkan permeabilitas (konduktivitas hidraulik) dan daya dukung yang dibutuhkan untuk menopang lapisan di atasnya, limbah B3 yang ditimbun dan lapisan penutup.

(2) Lapisan Geomembran Kedua (Secondary Geomembrane)Lapisan dasar dilapisi dengan lapisan geomembran kedua berupa lapisan sintetik yang terbuat dari HDPE (High Density Polyethylene) dengan ketebalan minimum 1,5 – 2, 0 mm (60 – 80 mil).Semua lapisan sintetik pada peraturan ini harus dipasang sesuai dengan American Society of Testing Materials (ASTM) D308-786 atau yang setara. Lapisan sintetik ini harus dirancang agar tahan terhadap semua tekanan selama instalasi, operasi dan penutupan landfill.

(3) Lapisan untuk Sistem Pendeteksi Kebocoran (Leak Detection System)Sistem Pendeteksi Kebocoran dipasang di atas lapisan geomembrane kedua terdiri dari geonet HDPE. Geonet HDPE tersebut harus memiliki transmisivitas planar sama dengan ataiu lebih besar dari transmisivitas planar bahan/tanah butiran setebal 30 cm denagn konduktivitas hidraulik jenuh 1 x 10 -4 m/detik. Komponen teratas dari sistem pendeteksi kebocoran ini adalah “non woven geotextile” yang diletakkan pada geonet pada proses pembuatannya.Sistem Pendeteksi Kebocoran harus dirancang sedemikian rupa denga kemiringan tertentu menuju bak pengumpul, sehingga timbulan lindi akan terkumpul. Timbulan lindi tersebut dialirkan dengan menggunakan pompa submersible menuju ke tangki penampung atau pengumpul lindi.

(4) Lapisan Tanah Penghalang (Barrier Soil Liner)Lapisan tanah penghalang berupa tanah liat yang dipadatkan hingga berper-meabilitas 10-9 m/detik dengan ketebalan minimum 30 cm atau “geosynthetic clay liner (GCL)’ dengan tebal minimum 6 mm. GCL berupa bentonit yang diselubungi

Laporan Akhir 5-52

Page 53: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

lapisan geotekstile. Jenis-jenis GCL adalah : Claymax, Bentomat, Bentofix, atau yang sejenis.

(5) Lapisan Geomembrane Pertama (Primary Geomembrane)Lapisan geomembran pertama berupa lapisan sintetik yang terbuat dari HDPE dengan ketebalan minimum 1,5 – 2,0 mm (60 – 80 mil).Lapisan geomembran pertama ini harus dirancang agar tahan terhadap semua tekanan selam proses instalasi, konstruksi,operasi dan penutupan landfill.

(6) Sistem Pengumpul dan Pemindahan Lindi (SPPL)SPPL padadasar landfill terdiri dari sekurang-kurangnya 30 cm bahan/tanah butiran yang memiliki konduktivitas hidraulik minimum 1 x 10 -4 m/detik. Pada dinding landfill digunakan geonet sebagai SPPL-nya. Transmisivitas geonet tersebut dengan atau lebih besar dari transmisivitas planar 30 cm bahan/tanah butiran dengan konduktivitas hidraulik jenuh minimum 1 x 10-4 m/detik.

(7) Lapisan Pelindung (Operation Cover)Sistem pengumpulan lindi dilapisi Lapisan Pelindung Selama Operasi (LPSO) dengan ketebalan minimum 30 cm, dirancang untuk mencegah kerusakan komponen pelapisan dasar landfill selama penempatan limbah di landfill. LPSO berupa tanah setempat atau tanah dari tempat lain yang tidak mengandung material tajam. LPSO dipasang pada dasar landfill selama konstruksi awal. Lapisan pelindung tambahan akan dipasang pada dinding sel selama masa aktif sel landfill.

b) Kategori II (Secure Landfill Single Liner)

Rancangan bangun minimum untuk Kategori II (secure landfill single liner) adalah sebagai berikut :

Sistem pelapisan dasar landfill dari bawah ke atas terdiri dari komponen-komponen berikut :(1) Lapisan Dasar (Subbase)

Sebelum dilakukan konstruksi pelapisan dasar tersebut harus dilakukan pekerjaan penyiapan diantaranya :a. pengupasan tanah yang tidak kohesif.b. perbaikan kondisi tanah (parataan, pemadatan, dan sebagainya).c. pemenuhan konstruksi daya dukung muatan (bearing capacity) yang

diperlukan untuk menopang muatan (landfill dan limbahnya) di atasnya.Lapisan dasar (subbase) berupa tanah lempung yang dipadatkan ulang yang memiliki konduktivitas hidraulik jenuh maksimum 1 x 10 -9 m/detik di atas lapisan tanah setempat.Ketebalan minimum lapisan dasar adalah satu meter. Lapisan setebal satu meter tersebut terdiri dari lapisan-lapisan tipis (15 – 20 cm) dimana setiap lapisan dipadatkan untuk mendapatkan permeabilitas (konduktivitas hidraulik) dan daya dukung yang dibutuhkan untuk menopang lapisan di atasnya, limbah B3 yang ditimbun dan lapisan penutup.

(2) Lapisan untuk Sistem Pendeteksi Kebocoran (Leak Detection System)Sistem Pendeteksi Kebocoran dipasang di atas lapisan geomembrane kedua terdiri dari geonet HDPE. Geonet HDPE tersebut harus memiliki transmisivitas planar sama dengan ataiu lebih besar dari transmisivitas planar bahan/tanah butiran setebal 30 cm denagn konduktivitas hidraulik jenuh 1 x 10 -4 m/detik. Komponen teratas dari sistem pendeteksi kebocoran ini adalah “non woven geotextile” yang diletakkan pada geonet pada proses pembuatannya.

Laporan Akhir 5-53

Page 54: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Sistem Pendeteksi Kebocoran harus dirancang sedemikian rupa dengan kemiringan tertentu menuju bak pengumpul, sehingga timbulan lindi akan terkumpul. Timbulan lindi tersebut dialirkan dengan menggunakan pompa submersible menuju ke tangki penampung atau pengumpul lindi.

(3) Lapisan Geomembrane (Geomembrane)Lapisan dasar dilapisi geomembran berupa lapisan sintetik yang terbuat dari HDPE (high Density Polyethylene) dengan ketebalan minimum 1,5 – 2,0 mm (60 – 80 mil).Semua lapisan sintetik pada peraturan ini harus dipasang sesuai dengan American Sociaty of Testing Materials (ASTM) D308-786 atau yang setara. Lapisan sintetik ini harus dirancang agar tahan terhadap semua tekanan selama instalasi, konstruksi, operasi dan penutup landfill.

(4) Lapisan Tanah Penghalang (Barrier Soil Liner)Lapisan tanah penghalang berupa tanah liat yang dipadatkan hingga berper-meabilitas 10-9 m/detik dengan ketebalan minimum 30 cm atau “geosynthetic clay liner (GCL)’ dengan tebal minimum 6 mm. GCL berupa bentonit yang diselubungi lapisan geotekstile. Jenis-jenis GCL adalah : Claymax, Bentomat, Bentofix, atau yang sejenis.

(5) Sistem Pengumpul dan Pemindahan Lindi (SPPL)SPPL padadasar landfill terdiri dari sekurang-kurangnya 30 cm bahan/tanah butiran yang memiliki konduktivitas hidraulik minimum 1 x 10 -4 m/detik. Pada dinding landfill digunakan geonet sebagai SPPL-nya. Transmisivitas geonet tersebut dengan atau lebih besar dari transmisivitas planar 30 cm bahan/tanah butiran dengan konduktivitas hidraulik jenuh minimum 1 x 10-4 m/detik.Untuk meminimumkan terjadi penyumbatan pada SPPL, harus dipasang geotekstil pada bagian atas SPPL. SPPL harus mempunyai kemiringan sedemikian rupa sehingga timbulan lindi akan terkumpul dan dapat dipindahkan ke tangki penampungan penampung/pengumpul lindi.

(6) Lapisan Pelindung (Operation Cover)Sistem pengumpulan lindi dilapisi Lapisan Pelindung Selama Operasi (LPSO) dengan ketebalan minimum 30 cm, dirancang untuk mencegah kerusakan komponen pelapisan dasar landfill selama penempatan limbah di landfill. LPSO berupa tanah setempat atau tanah dari tempat lain yang tidak mengandung material tajam. LPSO dipasang pada dasar landfill selama konstruksi awal. Lapisan pelindung tambahan akan dipasang pada dinding sel selama masa aktif sel landfill.

c) Kategori III (Landfill Clay Liner)

Rancangan bangun minimum untuk kategori I (secure landfill double liner) adalah sebagai berikut :

Sistem pelapisan dasar landfill dari bawah ke atas terdiri dari komponen-komponen berikut :(1) Lapisan Dasar (Subbase)

Pelapis dasar berupa tanah lempung yang dipadatkan ulang yang memiliki konduktivitas hidraulik jenuh maksimum 1 x 10 -9 m/detik di atas tanah setempat.Ketebalan minimum lapisan dasar adalah satu meter. Lapisan setebal satu meter tersebut terdiri dari lapisan-lapisan tipis (15 – 20 cm) dimana setiap lapisan dipadatkan untuk mendapatkan permeabilitas (konduktivitas hidraulik) dan daya dukung yang dibutuhkan untuk menopang lapisan di atasnya, limbah B3 yang ditimbun dan lapisan penutup.

Laporan Akhir 5-54

Page 55: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

(2) Lapisan untuk Sistem Pendeteksi Kebocoran (Leak Detection System)Sebelum dilakukan konstruksi pelapisan dasar tersebut harus dilakukan pekerjaan penyiapan lahan diantaranya :a. pengupasan tanah yang tidak kohesif.b. perbaikan kondisi tanah (parataan, pemadatan, dan sebagainya).c. pemenuhan konstruksi daya dukung muatan (bearing capacity) yang

diperlukan untuk menopang muatan (landfill dan limbahnya) di atasnya.Sistem Pendeteksi Kebocoran dipasang di atas lapisan tanah setempat terdiri bahan butiran atau geonet HDPE dan “non woven geotextile”. Geonet HDPE tersebut harus memiliki transmisivitas planar sama dengan ataiu lebih besar dari transmisivitas planar bahan/tanah butiran setebal 30 cm denagn konduktivitas hidraulik jenuh 1 x 10-4 m/detik.Sistem Pendeteksi Kebocoran harus dirancang sedemikian rupa sehingga lindi akan terkumpul dan dapat dipindahkan ke tempat penampung atau pengumpul lindi.

(3) Lapisan Tanah Penghalang (Barrier Soil Liner)Lapisan tanah penghalang berupa tanah liat yang dipadatkan hingga berper-meabilitas 10-9 m/detik dengan ketebalan minimum 30 cm atau “geosynthetic clay liner (GCL)’ dengan tebal minimum 6 mm. GCL berupa bentonit yang diselubungi lapisan geotekstile. Jenis-jenis GCL adalah : Claymax, Bentomat, Bentofix, atau yang sejenis.

(4) Sistem Pengumpul dan Pemindahan Lindi (SPPL)SPPL padadasar landfill terdiri dari sekurang-kurangnya 30 cm bahan/tanah butiran yang memiliki konduktivitas hidraulik minimum 1 x 10 -4 m/detik. Pada dinding landfill digunakan geonet sebagai SPPL-nya. Transmisivitas geonet tersebut dengan atau lebih besar dari transmisivitas planar 30 cm bahan/tanah butiran dengan konduktivitas hidraulik jenuh minimum 1 x 10-4 m/detik.Untuk meminimumkan terjadi penyumbatan pada SPPL, harus dipasang geotekstil pada bagian atas SPPL. SPPL harus mempunyai kemiringan sedemikian rupa sehingga timbulan lindi akan terkumpul dan dapat dipindahkan ke tangki penampungan penampung/pengumpul lindi.

(5) Lapisan Pelindung (Operation Cover)Sistem pengumpulan lindi dilapisi Lapisan Pelindung Selama Operasi (LPSO) dengan ketebalan minimum 30 cm, dirancang untuk mencegah kerusakan komponen pelapisan dasar landfill selama penempatan limbah di landfill. LPSO berupa tanah setempat atau tanah dari tempat lain yang tidak mengandung material tajam. LPSO dipasang pada dasar landfill selama konstruksi awal. Lapisan pelindung tambahan akan dipasang pada dinding sel selama masa aktif sel landfill.

2. Pelapisan Penutup Akhir (Final Cover) bagi Landfill Kategori I, II, dan III.

Setelah landfill diisi penuh dengan limbah, landfill harus ditutup dengan pelapis penutup akhir (PPA). PPA tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu :1. meminimumkan perawatan di masa yang akan datang setelah landfill ditutup.2. meminimumkan infiltrasi air permukaan ke dalam landfill.3. mencegah lepasnya unsur-unsur limbah dari landfill.

Pelapis penutup akhir landfill limbah B3 Gambar 5.13, mulai dari bawah ke atas, terdiri dari :a) Tanah Penutup Perantara (Intermediate Soil Cover)

Laporan Akhir 5-55

Page 56: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Tanah penutup perantara (TPP) ditempatkan di atas limbah ketika tahap akhir dari penimbunan limbah di landfill limbah B3 telah dicapai. TPP berupa tanag dengan ketebalan sekurang-kurangnya 15 cm. Lapisan ini harus berfungsi memberikan dasr yang stabil untuk penempatan dan pemadatan lapisan di atasnya.

b) Tanah Tudung Penghalang (Cap Soil Barrier)Tanah tudung penghalang berupa lapisan lempung yang dipadatkan hingga mempunyai permeabilitas maksimum 1 x 10-9 m/detik. Ketebalan minimum tanah penghalang penutup adalah 60 cm.

c) Tudung Geomembran (Cap Geomembrane)Tudung Geomembran berupa HDPE dengan ketebalan minimum 1 mm (40 mil) dan permeabilitas maksimum 1 x 10-9 m/detik. Tudung geomembran ini harus dirancang tahan terhadap semua tekanan selama instalasi, konstruksi lapisan atas, dan saat penutupan landfill.

d) Pelapisan untuk Tudung Drainase (Cap Drainage Layer)Pelapisan untuk Tudung Drainase (PTD) harus dirancang mampu mengumpulkan air permukaan yang meresap kedalam lapisan tumbuhan yang ada diatasnya dan kemudian menyalurkan ke tepian landfill. PTD ini berupa bahan butiran atau geonet HDPE dengan transmisivitas planar minimum sama dengan transmisivitas planar bahan/tanah butiran setebal 30 cm dengan konduktivitas hidraulik minimum 1 x 10-4 m/detik. Untuk memperkecil penyumbatan pada PTD oleh lapisan tanah tumbuhan di atasnya harus dipasang geotekstil di atas PTD.

e) Pelapisan Tanah untuk Tumbuhan (Vegetative Layer)Pelapisan Tanah untuk Tumbuhan (PTT) berupa tanah setemapat atau tanah dari tempat lain dengan sifat sifik perbedaan kembang kerut kecil. Ketebalan PTT minimum 60 cm. PTT harus mampu mendukung tumbuhnya tumbuhan di atasnya;

f) Tumbuhan-tumbuhan (Vegetation)Pelapisan Tanah untuk Tumbuhan (PTT) harus segera ditanami, setelah konstruksi selesai untuk meminimumkan erosi pada PTT atau sistem penutup.Tanaman yang digunakan/ditanam adalah tanaman yang membutuhkan perawatan sederhana, cocok dengan daerah setempat dan tidak mempunyai potensi merusak lapisan dibawahnya (tanaman rerumputan).

5.14.2.3 Persyaratan Konstruksi dan Instalasi Komponen-Komponen Landfill

Pemilik fasilitas landfill wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada 5.14.2.2 :a. Sebelum memulai konstruksi dan instalasi

komponen-komponen landfill, harus membuat dan menyerahkan Rencana Konstruksi dan Instalasi Landfill serta Jaminan Kualitas komponen-komponen landfill yang dibangun memenuhi standar yang telah dipersyaratkan.

b. Pada saat konstruksi dan instalasi komponen-komponen landfill, harus melakukan kegiatan inspeksi, uji kualitas kompnen-komponen landfill, dan melaporkan hasil kegiatan inspeksi dan uji kualitas tersebut kepada Bapedal.

c. Setalah konstruksi dan instalasi landfill selesai dilaksanakan, harus membuat dan menyerahkan laporan hasil kegiatan konstruksi dan instalasi komponen-komponen landfill yang dibangun Bapedal.

d. Mengikut sertakan Bapedal atau pihak ketiga yang ditunjuk Bapedal sebagai pengawas dalam setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi dan instalasi landfill.

Laporan Akhir 5-56

Page 57: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

5.14.2.4 Persyaratan Peralatan dan Perlengkapan Fasilitas Landfill

Pengoperasian fasilitas landfill harus didukung peralatan atau perlengkapan-perlengkapan sebagai berikut :a. kantor administrasi.b. gudang peralatan.c. fasilitas pencucian kendaraan dan perlengkapan.d. tempat parker.e. peralatan dan perlengkapan untuk mengatasi keadaan

darurat.f. peralatan “emergency shower”.g. peralatan penimbunan limbah di lokasi landfill (contoh :

bulldozer).h. perlengkapan PPPK (pertolongan pertama pada kecelakaan).

5.14.2.5 Perlakuan Limbah B3 Sebelum Ditimbun

Perlakuan limbah B3 yang memerlukan pengolahan awal sebelum dilakukan melakukan tahapan sebagai berikut :a. Melakukan uji analisa limbah B3 di laboratorium untuk menentukan

cara pengolahan awal sesuai dan tepat, misalnya : antara lain dengan cara solidifikasi/stabilisasi.

b. Melakukan pengolahan limbah B3 yang sesuai dan tepat berdasarkan hasil analisa butir a di atas hingga memenuhi persyaratan untuk dapat ditimbun di landfill limbah B3.

Untuk limbah B3 yang tidaka memerlukan pengolahan awal tetapi telah memenuhi baku mutu uji TCLP, lolos uji paint filter test dan uji kuat tekan, dpat ditimbun langsung di landfill.

5.14.2.6 Persyaratan Limbah B3 yang Dapat Ditimbun di Landfill

Limbah B3 yang dapat ditimbun di landfill wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :a. Memenuhi baku mutu uji Toxocity Characteristic Leaching Prosedure (TCLP)

Tabel 5.12; lolos uji Paint Filter Test dan uji kuat tekan (compressive strenght).b. Sudah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insinerasi atau pengolahan secara

fisika atau kimia.c. Tidak bersifat :

1) Mudah meledakLimbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar.

2) Mudah terbakarLimbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila bertekanan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabila telah menyala akan terus terbakat hebat dalam waktu lama.

3) ReaktifLimbah yang bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Laporan Akhir 5-57

Page 58: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

4) Menyebabkan infeksiBiasanya limbah Rumah Sakit dimana limbahnya terdiri dari bagian tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.

d. Tidak mengandung zat organik lebih besar dari 10 persen.e. Tidak mengandung PCB.f. Tidak mengandung dioxin.g. Tidak mengandung radioaktif.h. Tidak berbentuk cair atau Lumpur.Pada saat penimbunan limbah B3 di landfill harus dilakukan pencatatan yang memuat informasi (waste tracking form) mengenai asal penghasil limbah B3, karakteristik awal limbah B3, volume, tanggal, dan lokasi (koordinat) penimbunan.

Tabel 5.12 : Baku Mutu Uji Toxocity Characteristic Leaching Prosedure (TCLP)Parameter Konsentrasi dalam Ekstraksi Limbah (mg/L)

Aldrin + Dieldrin 0,07Arsen 5,0Barium 100,0Benzene 0,5Boron 500,0Cadmium 1,0Carbon Tetrachloride 0,5Chlordane 0,03Chlorobenzene 100,0Chloroform 6,0Chromium 5,0Copper 10,0o-Cresol 200,0m-Cresol 200,0p-Cresol 200,0Total Cresol 200,0Cyanida (free) 20,02,4-D 10,01,4-Dichlorobenzene 7,51,2-Dichloroethane 0,51,1-Dichloroethylene 0,72,4-Dinitrotoluene 0,13Endrin 0,02Fluorides 150,0Heptachlor + Heptachlor Epoxide 0,008Hexachlorobenzene 0,13Hexachlorobutadiene 0,5Hexachloroethane 3,0Lead 5,0Lindane 0,4Mercury 0,2Methoxychlor 10,0Methyl Ethyl Ketone 200,0Methyl Parathion 0,7Nitrate + Nitrite 1.000,0Nitrite 100,0Nitrobenzene 2,0Nitrilotriacetic Acid 5,0Pentachlorophenol 100,0Pyridine 5,0

Laporan Akhir 5-58

Page 59: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Parameter Konsentrasi dalam Ekstraksi Limbah (mg/L)Parathio 3,5PCBs 0,3Selenium 1,0Silver 5,0Tetrachloroethylene (PCE) 0,7Toxaphene 0,5Trichloroethylen (TCE) 0,5Trihalomethanes 35,02,4,5-Trichlorophenol 400,02,4,6-Trichlorophenol 2,02,4,5-TP (Silvex) 1,0Vynil Chloride 0,2Zinc 50,0

Khusus untuk unsur lain yang belum tercantum dalam tabel di atas akan diatur kemudian.

5.14.2.7 Persyaratan untuk Sistem Pengumpul Lindi

Lindi yang timbul dari kegiatan penimbunan limbah B3 harus dikelola dengan baik. Sistem pengelolaan lindi harus dirancang dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan di bawah ini :a. Aliran air hujan (run-on dan run-off) di dalam sistem landfill harus dikendalikan.b. Sistem yang digunakan harus dapat memperkecil jumlah air yang masuk ke

dalam landfill. Air yang terkumpul di landfill dan berkontak dengan limbah B3 harus dipindahkan ke tempat penampungan/pengumpulan lindi.

c. Air di luar landfill yang kontak dengan limbah B3 harus dikumpulkan dan dipindahkan ke tempat penampungan/pengumpulan, misalnya air dari pencucian truk pengangkut limbah B3.

d. Timbulan lindi dalam lapisan pengumpulan lindi dan lapisan pendeteksi kebocoran landfill harus dipindahkan ke tempat penampung/pengumpul lindi.

e. Tempat Pengumpul Lindi (Leachate Collection Vessels or Pits).Tempat Pengumpulan Lindi (TPL) jika berupa bak atau kolam harus dirancang beratap dan jika berupa tangki harus dipasang tanggul sekeliling tangki dengan volume 110% volume tangki. Baik tangki maupun kolam tersebut harus dirancang mampu menampung lindi yang timbul selama seminggu. Selain TPL utama harus disediakan TPL cadangan.

f. Pengaliran/pembuangan lindi dari TPL ke parairan bebas dapat dilakukan setelah lindi diuji kualitasnya dan memenuhi baku mutu limbah cair sebagaimana tercantum dalam Tabel Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan PPLI-B3 (Tabel 5.14 BMLCK-PPLI-B3). Jika tidak memenuhi mutu limbah cair maka timbunan lindi harus diolah terlebih dahulu, hingga memenuhi baku mutu limbah cair.

g. Uji kualitas lindi dan laju alir lindi yang dibuang keperairan bebas dicatat dan catatannya disimpan untuk kemudian dilaporkan kepada Bapedal.

h. Wajib melakukan uji kualitas lindi yang berasal dari lapisan sistem kebocoran sebelum dipindahkan ke TPL sebagaimana tercantum pada Tabel 5.13.

i. Untuk mencapai kualitas baku mutu limbah cair tidak diperbolehkan melakukan pengenceran. Selama Bapedal belum menentukan metode pengambilan dan analisa contoh, maka metode pengambilan contoh mengikuti “Standar Methods for the Examination of Water and Waste Water” yang dipublikasikan oleh American Public Health Association dan American Water Works Association. Kemudian untuk metode analisis parameter-parameter sebagaimana tercantum dalam Tabel 5.14 BMLTK-PPLI-B3 digunakan Standar Nasional Indonesia (SNI),

Laporan Akhir 5-59

Page 60: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

sedangkan parameter-parameter yang belum ada SNI-nya maka mengikuti “Standar Methods” di atas.

j. Volume laju lindi yang dibuang harus dibatasi dan disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dan kapasitas pengolahan.

Tabel 5.13 : Parameter Indikator LindiParameter Kisaran pada air tanah

TOC (filtered) *pH *Specific conduntance *Mangan (Mn) *Besi (Fe) *Amonium (NH4 sebagai N) *Klorida (Cl) *Sodium (Na) *

Keterangan :* = ditetapkan berdasrakan kisaran yang ada di luar tanah dangkal dan didalam sesuai

pemantauan rona lingkungan awal setempat sebelum adanya landfill.

5.14.2.8 Persyaratan untuk Sistem Pemantauan Air Tanah dan Air Permukaan

Sarana penimbunan limbah B3 harus dilengkapi dengan sistem pemantauan kualitas air tanah zona jenuh dan tak jenuh serta air permukaan di sekitar lokasi. Sistem pemantauan tersebut harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :a. Jumlah, kedalaman, dan lokasi sumur pantau air tanah harus dipasang sesuai

dengan kondisi hidrogeologi setemapat (jumlah minimum sumur pantau 3 buah, satu sumur pantau up-stream dan 2 sumur pantau down-stream dan harus mendapat persetujuan Bapedal.

b. Contoh air tanah harus diambil dari sumur pantau dan contoh air permukaan dari sungai berada di sekitar landfill, setiap bulan selama 2 tahun pertama beroperasinya kegiatan penimbunan limbah B3 dan setiap 3 bulan untuk tahun-tahun berikutnya. Contoh air tanah tersebut dianalisis sesuai dengan parameter sebagaimana dimaksud pada Tabel 5.12.

c. Hasil uji analisa contoh air tanah dan permukaan harus dicatat dan catatannya disimpan untuk dilaporkan ke Bapedal setiap 3 (tiga) bulan sekali.

Jika satu parameter atau lebih parameter indikator lindi Tabel 5.13, dari contoh air sumur pantau melewati (*) kisaran air tanah alam maksimum yang diizinkan, maka harus dilakukan analisis total parameter sebagaimana dalam Tabel 5.14 BMLCK-PPLI-B3. Kemudian dicari penyebab dilampauinya baku mutu maksimum tersebut dan harus dilakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Langkah-langkah perbaikan yang diambil ditetapkan bersama Bapedal atau oleh Bapedal.

Tabel 5.14 : Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Pengolahan Limbah B3 (BMLCK PPLI B3)

ParameterKonsentrasi Maksimum

Nilai SatuanFisika

Suhu 38 ºCZat padat terlarut 2000 mg/lZat padat tersuspensi 200 mg/l

KimiapH 6 – 9Besi, terlarut (Fe) 5 mg/l

Laporan Akhir 5-60

Page 61: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

ParameterKonsentrasi Maksimum

Nilai SatuanMangan, terlarut (Mn) 2 mg/lBarium, (Ba) 2 mg/lTembaga, (Cu) 2 mg/lSeng, (Zn) 5 mg/lKrom valensi enam, (Cr+6) 0.1 mg/lKrom total, (Cr) 0.5 mg/lKadmium, (Cd) 0.05 mg/lMerkuri, (Hg) 0.002 mg/lTimbal, (Pb) 0.1 mg/lStanum, (Sn) 2 mg/lArsen, (As) 0.1 mg/lSelenium, (Se) 0.05 mg/lNikel, (Ni) 0.2 mg/lKobal, (Co) 0.4 mg/lSianida, (CN) 0.05 mg/lSulfida, (S2) 0.05 mg/lFluorida, (F) 2 mg/lKlorin bebas, (Cl2) 1 mg/lAmoniak bebas, (NH3-N) 1 mg/lNitrat (NO3-N) 20 mg/lNitrit, (NO2-N) 1 mg/lBOD5 50 mg/lCOD 100 mg/lSenyawa aktif biru metilen, (MBAS)

5mg/l

Fenol 0.5 mg/lMinyak dan Lemak 10 mg/lAOX 0.5 mg/lPCBs 0.005 mg/lPCDFs 10 mg/lPCDDs 10 mg/l

Catatan : * Parameter Debit limbah maksimum bagi kegiatan ini disesuaikan dengan kapasitas

pengolahan dan karakteristik dari kegiatan.** Selain parameter tersebut di atas Bapedal dapat menetapkan parameter kunci lainnya bila

dianggap perlu.

Laporan Akhir 5-61

Page 62: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.13 : Rancang Bangun dan Desain Pelapisan Dasar dan Penutup Akhir Tempat Penimbunan Limbah B3 (landfill) Kategori I, Kategori II, dan Kategori III

5.14.3 Persyaratan Lokasi Bekas (Pasca) Pengolahan dan Lokasi Bekas (Pasca) Penimbunan Limbah B3

5.14.3.1 Persyaratan Lokasi Bekas (Pasca) Fasilitas Pengolahan Limbah B3

Fasilitas pengolahan limbah B3 yang sudah tidak dipergunakan/dioperasikan lagi harus :a. Dilakukan penutupan/penguncian terhadap fasilitas yang ada sehingga tidak

dapat dioperasi lagi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.b. Dihindari pengalihan peruntukan lahan menjadi peruntukan perumahan.c. Dilarang memanfaatkan air tanah setempat.d. Jika lokasi akan dipergunakan untuk peruntukan yang lain maka harus dilakukan

pengamanan terhadap bekas fasilitas yang ada.e. Jika lokasi tidak akan dipergunakan untuk peruntukan lain maka harus diberi

tanda. “Berbahaya, yang tidak berkepentingan dilarang masuk” serta dipagar sekelilingnya.

5.14.3.2 Persyaratan Lokasi Bekas (Pasca) Penimbunan Limbah B3

Pemilik fasilitas penimbunan limbah B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :a. Sebelum menutup landfill harus mempersiapkan perencanaan pasca penutupan

yang meliputi :

Laporan Akhir 5-62

Page 63: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

1) Pemeliharaan yang terpadu dan efektif untuk penutup akhir landfill.2) Pemeliharaan dan pemantauan sistem pendeteksi kebocoran dan

pelaporan jika ada migrasi lindi langsung ke pelapis (liner).3) Pemeliharaan dan pengoperasian sistem pengumpul dan

pembuangan lindi serta mencatat setiap limbah yang dibuang.4) Pemeliharaan sistem kontrol drainase.5) Pemeliharaan dan pengoperasian sistem monitor air tanah.6) Penjagaan dan Pemeliharaan patok tanda acuan koordinat

(“benchmarks”).7) Pencegahan terhadap kerusakan atau terkikisnya lapisan penutup

landfill karena adanya limpasan air permukaan (run-on dan run-off).8) Pemeliharaan sistem pencegahan terhadap orang/hewan yang

tidak berkepentingan memasuki daerah bekas penimbunan limbah B3.b. Sesudah dilakukan penutupan landfill maka pemilik fasilitas wajib melaksanakan

hal-hal yang telah direncanakan di atas (butir a). Selain itu juga harus dilakukan pemompaan secara periodik terhadap lindi yang berasal dari sistem pengumpul lindi dan sistem pendeteksi kebocoran. Selanjutnya lindi dianalisis parameter lindi seperti yang terdapat pada tabel : Baku Mutu Limbah Cair dari Kegiatan sekali dalam satu bulan untuk satu tahun pertama dan sekali dalam tiga bulan untuk 10 tahun berikutnya dan minimal sekali dalam 6 bulan untuk 20 tahun berikutnya lagi. Hal tersebut juga harus dilakukan terhadap air tanah sekitar.

c. Hasil dari seluruh pekerjaan pada masa pasca penimbunan limbah B3 dilaporkan kepada Kepala Bapedal 3 bulan sekali atau sesuai permintaan.

5.15 Pra-Rancang Bangun TPA Limbah B3 Regional Mamminasata

Pada pra-rancang TPA limbah B3 yang dialokasikan pada lahan seluas ± 12,44 ha pada TPA Regional Mamminasata. Untuk desain TPA limbah B3 ini mengikuti rancang bangun yang telah diuraikan di atas yang telah mengikuti regulasi yang ada, yakni Keputusan Kepala BAPEDAL No. 4 Tahun 1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Berbahaya dan Beracun. Pra-rancang landfill limbah B3 ini direkomendasikan menerapkan rancang bangun untuk kategori I (secure landfill double liner), karena belum ada data limbah B3 kategori apa yang akan ditimbun pada landfill limbah B3 ini, sehingga didesain untuk kategori yang paling ketat. Sedangkan persyaratan rancang bangun landfill limbah B3 lainnya yang diterapkan pada TPA limbah B3 pada TPA Regional Mamminasata mengikuti persyaratan yang telah diuraikan di atas.

Laporan Akhir 5-63

Page 64: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.14 : Site Plan Area F

Sarana dan prasarana di Area F (Penerimaan dan Stabilisasi Limbah B3 Luas 4,21 Ha), meliputi :

1. Bangunan Kantor (324 m2)2. Bangunan Laboratorium (180 m2)3. Pos Jaga (13,75 m2)4. Bangunan Unit Gawat Darurat (180 m2)5. Reservoar Air (100 m2)6. Bangunan Pengolahan Limbah B3 (819 m2)7. Bengkel dan Garasi (180 m2)8. Gudang Peralatan dan Penyimpanan Drum (2x54 m2)9. Tempat Cuci Truk Sampah B3 (77,5 m2).

Perencanaan sarana dan prasarana lainnya yang terkait dengan pra-desain landfill limbah B3 ini, perhitungannya disatukan dengan pra-desain landfill sampah kota, sehingga tidak dibahas lagi lebih detail pada bagian ini.

Pengadaan sistem pengolahan leachate sangat diperlukan untuk mengurangi beban pencemaran terhadap badan air penerima. Lindi yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu sehingga mencapai standar aman untuk kemudian dibuang ke dalam badan air penerima. Diharapkan setelah dilakukan pengolahan tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap sungai maupun air tanah. Masalah yang

Laporan Akhir 5-64

Page 65: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

dihadapi adalah bahwa debit lindi yang keluar dari timbunan limbah sangat berfluktuasi.

Pengolahan lindi yang direncanakan berupa rangkaian pengolahan terhadap logam berat terlarut dan bahan-bahan organik untuk memenuhi baku mutu air buangan yang ada dalam Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-03/Bapedal/09/1995. Pengolahan lindi tersebut terdiri dari :1. Unit pereduksi untuk mereduksi krom heksavalen menjadi krom trivalen2. Unit pengendapan kimia ( pencampuran bahan alkalis dan pengendapan ) untuk

menghilangkan logam berat dari leachate3. Unit rotating biological contactors (RBC) untuk mengurangi kadar BOD dan kadar

nitrogen dalam leachate4. Unit granular activated carbon untuk mengurangi berbagai senyawa organik dan

halogen dalam leachate.

Sistem pengolahan lindi ini meliputi komponen-komponen : Pengumpul lindi Bak ekualisasi Perpipaan Bangunan pengolahan lindi Fasilitas pembuangan.

Gambar 5.15 : Tipikal Instalasi Pengolah Lindi (IPL) Landfill Limbah B3

Dekomposisi limbah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik mengakibatkan produksi gas. Sebagian besar gas yang dihasilkan adalah metan dan karbondioksida. Strategi pengelolaan gas pada perencanaan landfill limbah B3 Regional Mamminasata ini adalah pada usaha untuk melakukan pengamanan lingkungan. Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan dengan produksi gas ini diantaranya : Gangguan terhadap tanaman sekitar lokasi. Hal ini disebabkan terdesaknya

oksigen pada zone akar oleh produksi gas landfill. Masalah lainnya adalah peningkatan suhu tanah, efek toksik pada fisiologi tanaman.

Methane merupakan gas yang mudah terbakar dan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemanasan global.

Karbondioksida yang dihasilkan mengganggu saluran pernafasan dan dapat meningkatkan kesadahan.

Laporan Akhir 5-65

Page 66: FR Mamminasata Bab5 PengembanganTPA

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA(Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Masalah yang cukup mengganggu lainnya adalah timbulnya bau. Bau ini disebabkan produksi gas H2S, mercaptane dan gas organik.

Prinsip dalam desain pemanfaatan gas adalah :1. Kualitas gas yang dihasilkan dan kualitas gas yang termanfaatkan2. Kapasitas sistem yang direncanakan

Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik ataupun digunakan dalam pembakaran. Keberadaan gas-gas selain gas methane dalam pemanfaatan tersebut tidak menjadikan masalah yang terlalu besar.

Kapasitas sistem yang akan direncanakan akan berdasar kepada : Proyeksi gas yang dapat dihasilkan Laju produktivitas gas Estimasi presentasi gas yang dapat dimanfaatkan dan keinginan pemakaiDalam perancangan landfill limbah B 3 ini jumlah limbah organik yang masuk dibatasi hingga 10% dari kapasitas. Dengan demikian jumlah biogas yang terbentuk akan sangat sedikit bila dibandingkan dengan sanitary landfill.

Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penanganan operasional di suatu landfill limbah B3, selain pelaksanaan tahapan perencanaan dan pengoperasian yang baik, perlu ditunjang juga dengan berbagai kegiatan pasca operasi. Kegiatan pasca operasi ini bertujuan untuk melakukan pemantauan dan pemeliharaan site. Kegiatan pasca operasi meliputi hal-hal sebagai berikut : Inspeksi yang dilaksanakan secara rutin Penanaman dan pemeliharaan tanaman di site Pemeliharaan sarana pemanfaatan dan penelitian landfill limbah B 3 seperti

pengolahan leachate, pengukur curah hujan san lain-lain Pemeliharaan dan kontrol struktur Pembersihan dan pemeliharaan saluran drainase Pemeliharaan dan kontrol gas Pemeliharaan lapisan penutup dan pemantauan penurunan muka tanah Sistem pemantauan lingkungan.

Laporan Akhir 5-66