Formulasi Tablet CTM Posted on May 13, 2012 by mayaniiii 0 PENDAHULUAN Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperindah tubuh atau bagian tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan disimpan sedemikian rupa dengan memperhatikan sifat bahan obat yang digunakan, sehingga efektivitas optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin. Konsentrasi dan jumlah bahan penolong yang digunakan dalam pembuatannya harus tersatukan dengan bahan aktifnya (Voigt, 1994). Dewasa ini sediaan tablet semakin popular pemakaiannya dan merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Formulasi Tablet CTM
Posted on May 13, 2012 by mayaniiii
0
PENDAHULUAN
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah suatu
bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah
atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperindah tubuh atau bagian tubuh
manusia. Sediaan obat dibuat dan disimpan sedemikian rupa dengan memperhatikan sifat bahan
obat yang digunakan, sehingga efektivitas optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin.
Konsentrasi dan jumlah bahan penolong yang digunakan dalam pembuatannya harus tersatukan
dengan bahan aktifnya (Voigt, 1994).
Dewasa ini sediaan tablet semakin popular pemakaiannya dan merupakan sediaan yang paling
banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan
baik formulasi maupun cara penggunaannya. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya
adalah sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih sederhana, dosisnya tepat, mudah
pengemasannya, sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan yang
lain (Lachman, et al., 1994).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian
besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak
digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan
pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki
bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah
tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).
Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin
slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran
campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995). Butiran granulat yang diperoleh,
partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian
ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat
menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).
a. Granulasi basah
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari
pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan
ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
1994).
b. Granulasi kering
Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung,
obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, et al., 1994). Setelah
penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugg atau dikompresi menjadi tablet yang
besar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika
dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan
tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet
dikempa (Ansel, 1989).
c. Kompresi Langsung
Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin
bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa
memerlukan granulasi(Ansel, 1989). Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk
memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan
struktur kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida) menjadi
suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit bahan kimia yang mempunyai sifat
alir, kohesi, dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat padatan seperti ini (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
Sekarang istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dikempa
langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, disintegran,
dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk
suatu padatan yang kokoh. Tidak ada prosedur praperlakuan granulasi basah atau kering yang
diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Keuntungan metode kempa langsung yaitu :
1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang
diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan
juga lebih sedikit.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.
4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung
menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi partikel halus sehingga tidak melalui proses dari
granul ke partikel halus terlebih dahulu. Modifikasi lanjut dari proses kempa langsung adalah
penggunaan penggerusan pracampur zat aktif keras dengan satu atau lebih pengisi dan
penambahan pengisi dan pengikat lain sebelum campuran akhir dikempa langsung (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
Keuntungan tablet dibandingkan dengan sediaan yang lain:
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang rendah.
2. Ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim.
4.Paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan.
5.Mempunyai sifat stabilitas mikrobiologis yang paling baik (Lachman, et al., 1994).
BAB I
Monografi Dan Perundang-undangan
I.I Monografi
Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 100,5 %
C16H19ClN2.C4H4O4 dihitung terhdap zat yang telah dikeringkan. Klorfeniramin maleat atau
CTM, memiliki nama Kimia : 2-[p-kloro-α-[2 dimetilamino)etil] benzyl piridina maleat dan
memiliki rumus molekul : C16H19ClN2.C4H4O4. Klorfeniramin maleat memiliki berat molekul
sebesar 390,87. Pemerian , berupa serbuk hablur, putih, dan tidak berbau. Larutan mempunyai
pH antara 4 dan 5. Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam kloroform;
sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Ditjen POM, 1995).
I.II Perundang-undangan
CTM atau klofeniramin maleat) adalah obat golongan antihistamin H1 sebagai obat antialergi
dengan reaksi alergi ringan sampai sedang dan obat untuk anafilataksis. CTM adalah obat bebas
terbatas artinya yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada
tanda peringatan (P) boleh dijual bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Gambar logo obat bebas terbatas
Dosis CTM dalam 1 tablet adalah 4 mg sedangkan pada injeksi adalah 10 mg dalam 1 ampul.
Dosis terapetiknya adalah 4 mg dalam 1 tablet dan jika melebihi dosis tersebut maka akan
menimbulkan efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun
dirasa mengganggu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi
karena adanya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM. Efek samping lainnya
sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus,
euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi dan kelainan darah. Jadi aturan pakainya
yang harus diperhatikan. Begitu juga dengan dosisnya, karena sebenarnya satu butir CTM saja
sudah cukup. Dosis yang diperlukan untuk menimbulkan efek kantuk adalah seperempat tablet
CTM. Sehingga perlu diingatkan pada masyarakat bahwa penambahan dosis yang tidak terbatas
malah akan menimbulkan efek toksik bagi tubuh.
BAB II
Analisis Farmakologi
II.I Mekanisme Obat
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu antihistaminika
yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk). Namun, dalam penggunaannya di
masyarakat lebih sering sebagai obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai
obat tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk
rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat.
CTM adalah obat antihistamin yang mempunyai nama dagangnya yaitu CTM dan mengandung
Chlorpheniramini maleas 4 mg, itu artinya nama obat ini bukan merupakan isi kandungan
melainkan hanyalah sebuah nama merek obat tersebut. Histamin merupakan zat yang diproduksi
oleh tubuh yang dapat menyebabkan seseorang bersin, mata berair, gatal-gatal dan reaksi alergi
lainnya. Oleh karena itu CTM merupakan obat yang bisa meredakan gejala-gejala alergi yang
ditimbulkan oleh histamine.
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-
macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan
lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi
IV(FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam
lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.
Menurut Dinamika Obat (ITB,1991),CTM merupakan salah satu antihistaminika H1 (AH1) yang
mampu mengusir histamin secara kompetitif dari reseptornya (reseptor H1) dan dengan demikian
mampu meniadakan kerja histamin. Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1 dapat
menimbulkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot (bronkus, usus,
uterus), kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamine mencapai kulit misal
pada gigitan serangga, maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat pelebaran kapiler atau
terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan pada kapiler. Histamin memegang
peran utama pada proses peradangan dan pada sistem imun. CTM sebagai AH1 menghambat
efek histamine pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos.
Farmakodinamik dari antagonism terhadap Histamin, AH1 menghambat efek histamine pada
pembulih darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos; selain itu, AH1 bermanfaat
mengibati hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai dengan penglepasan histamine
endogen berlebihan. Secara umum, AH1 efektif menghambat kerja histamn pada otot polos usus
dan bronkus. Bronkokonstriksi akibat histamine dapat dihambat oleh AH1. Peninggian
permeabilitas kapiler dan edema akibat histamine, dapat dihambat dengan efektif oleh AH1.
Reaksi anafilaksis dan berbagai reaksi alergi refrakter terhadap pemberian AH1,
karena disini bukan histamine yang berperan tetapi autakoid lain yang dilepaskan. Efektivitas
AH1 melawan reaksi hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat
histamine. Efek perangsangan histamine terhadap sekresi cairan lambung tidak dapat dihambat
oleh AH1. AH1 dapat merangsang maupun menghambat SSP. Efek perangsangan yang kadang-
kadang terlihat dengan dosis AH1 biasanya ialah insomnia, gelisah, dan eksitasi. Dosis AH1
umumnya menyebabkan penghambatan SSP dengan gejala misalnya kantuk, berkurangnya
kewaspadaan, dan waktu reaksi yang lambat. Beberapa obat AH1 juga efektif untuk menghambat
mual dan muntah untuk akibat peradangan labirin atau sebab lain.
Beberapa AH1 bersifat anestetik local dengan intensitas berbeda. Banyak AH1 bersifat mirip
atropine. Efek ini tidak memadai untuk terapi, tetapi efek antikolonergik ini dapat timbul pada
beberapa pasien berupa mulut kering, kesukaran miksi dan impotensi.
II.II Efek Farmakologi
Klorfeniramin adalah derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat dan derajat
toksisitas yang sama. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering kali digunakan dalam obat
batuk. Klorfeniramin maleat merupakan antihistamin jenis antagonis reseptor H-1 yang bekerja
dengan cara memblokir reseptor H-1 dengan menyaingi histamin pada resptornya di otot licin
didnding pembuluh darah dan dengan demikian menghindarkan timbulnya reaksi alergi (Tjay,
2002).
CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan
toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM sehingga
dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh manusia. Namun sebagaimana sebagian besar
obat yang mempunyai efek samping, obat ini juga mempunyai efek samping mengantuk
sehingga tak jarang obat ini sering dijadikan obat tidur. Sebernarnya kurang tepat apabila obat ini
di jadikan obat kantuk, karena oabat ini mempunyai efek resintensi, artinya semakin lama kita
menggunakan CTM berarti semakin kurang efek kantuknya. Efek samping lain dari CTM adalah