Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang -kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan
39

FOME BAB I-IVa

Jan 16, 2016

Download

Documents

fome
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FOME BAB I-IVa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang

sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa

ditolak meskipun kadang -kadang bisa dicegah atau dihindari.

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena

ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama

faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang

satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.

Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain

bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep

sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit

merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan

manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun

sosio budaya1. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus

dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan

sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun

(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas

kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)

Page 2: FOME BAB I-IVa

2

seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan

kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit2.

MASALAH SEHAT DAN SAKIT

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari

berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan

manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.

Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health

well being , merupakan resultante dari 4 faktor3yaitu:

1. Environment atau lingkungan.

2. Behaviour atau perilaku,

Antara yang pertama dan kedua d ihubungkan dengan

ecological balance.

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi,

distribusi penduduk, dan sebagainya.

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor

yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat

kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien

sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa

dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),

bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang

berbeda di kalangan pasien.

Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi

impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu

hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan

tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan

model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila

Page 3: FOME BAB I-IVa

3

unsur- unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan

yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors,

ayurveda dosha, yin dan yang.

Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan

paradigma sehat4. Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir

pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat

Masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara

dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada

peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat

dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma

sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan

dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk

menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera

sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk

mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit.

Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi

biomedik dan sosio kultural5. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan

illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan

penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua

pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi

dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan

illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit

atau perasaan kurang nyaman1.

Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami

illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan

organik maupun fungsional tubuh. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat

dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula di alam kebudayaan lain.

Page 4: FOME BAB I-IVa

4

Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat

hubungannya dengan sistem nilai.

KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian

profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat

erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah

sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari

berbagai aspek6. Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical,

mental and social well -being, and not merely the absence of disease or infirmity.

WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik

jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.

Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin

biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya

dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya

sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan

penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit

merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran

normalnya secara wajar.

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan

dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai

kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat

tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan

Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit

akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak

seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk

angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional

(Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang

berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta

Page 5: FOME BAB I-IVa

5

gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,

wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari dengan gairah.

Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang

menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan

seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang

sehat7. Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit

(illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk

bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang

sihir, tukang tenung).

PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog

seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior)

perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory

model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat,

dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata

para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap

kebenaran absolut dalam proses penyembuhan8.

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan yang dilakukan oleh

individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku

sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan

kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi9.

Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun

secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi

tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif

sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat -sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh

unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas

Page 6: FOME BAB I-IVa

6

kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreter ia medis yang obyektif

berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.

Familly Oriented Medical Education (FOME) merupakan salah satu bentuk

pendidikan mahasiswa kedokteran, sebagai upaya untuk melakukan proses

identifikasi, intervensi dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga. Hal ini

akan menunjang terbentuknya 6 STARS doctor yang oleh Organisasi Kesehatan

Sedunia atau World Health Organization (WHO) digambarkan sebagai profil

dokter masa depan yang mencakup dokter sebagai10 :

1. Pemberi Pelayanan (Care Provider),

2. Komunikator (Communicator),

3. Pengambil Keputusan (Decision Maker),

4. Pemimpin Masyarakat (Community Leader),

5. Manajer (Manager)

6. Peneliti (Researcher)

Melalui kegiatan FOME, mahasiswa akan dilatih untuk dapat mengidentifikasi

masalah kesehatan yang terdapat dalam keluarga yang merupakan unit terkecil

dalam masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat memahami masalah kesehatan

secara luas dan tidak hanya dilihat dari individu, serta juga melihat pengaruh

penyakit terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap penyakit individu.

Selain itu mahasiswa akan mengenal institusi kesehatan seta sistem kesehatan

yang ada di masyarakat.

Pada keluarga binaan kami banyak sekali ditemukan masalah mulai dari masalah

pada karakteristik keluarga, keadaan rumah, fungsi keluarga, lingkungan hidup,

dan yang akan kami angkat untuk tema laporan ini yaitu masalah gaya hidup

kepala keluarga yang merupakan perokok berat. Terpilihnya tema tersebut terkait

dengan tabel prioritas masalah yang kemudian akan dibahas di bab selanjutnya.

Page 7: FOME BAB I-IVa

7

Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi merokok di Indonesia naik dari

tahun ke tahun. Persentase pada penduduk berumur >15 tahun adalah 35,4 persen

aktif merokok (65,3 persen laki-laki dan 5,6 persen wanita), artinya 2 diantara 3

laki-laki adalah perokok aktif. 

Menurut Menkes, kecenderungan peningkatan jumlah perokok tersebut membawa

konsekuensi jangka panjang, karena rokok berdampak terhadap kesehatan.

Dampak kesehatan dari konsumsi rokok telah diketahui sejak dahulu. 

Ada ribuan artikel yang membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan

rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit

sistem saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini

tidak mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan

kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik).

Saat ini semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa

disadari terus menumpuk menjadi zat toksik dan karsinogenik yang bersifat fatal.

Kondisi kesehatan yang buruk di usia dini akan menyebabkan kesehatan yang

buruk pula di saat dewasa. Lebih bahaya lagi 85,4 persen perokok aktif merokok

di dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan

anggota keluarga lainnya tegas Menkes.

Menkes mengatakan, lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah dengan

perokok dan terpapar asap rokok atau sebagai perokok pasif. Menurut data The

Global Youth Tobacco Survey pada tahun 2006, 6 dari 10 pelajar di Indonesia

terpapar asap rokok selama mereka di rumah. Sebesar 37,3 persen pelajar

dilaporkan biasa merokok, dan 3 diantara 10 pelajar pertama kali merokok pada

usia dibawah 10 tahun. Hal ini dikarenakan, anak-anak dan kaum muda semakin

dijejali dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang

sangat gencar.

Page 8: FOME BAB I-IVa

8

Berdasarkan data pada tahun 2005, sebanyak 17,5 juta penduduk dunia meninggal

karena penyakit kardiovaskuler. 7,6 juta karena serangan jantung, 5,7 juta karena

stroke, dan 30% penyumbang total kematian yang ada. Sekitar 80% kematian

terjadi di negara berkembang. Di Indonesia sendiri, penyakit kardiovaskuler telah

menduduki peringkat pertama sebagai penyebab utama kematian umum pada

tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 sebesar

26,3% kematian.1 Penyakit Kardiovaskuler mempunyai banyak sebab, tapi

kebanyakan kasus Penyakit Kardiovakuler berasal dari komplikasi dari

aterosklerosis. Dan salah satu penyebab aterosklerosis yang paling dominan

adalah merokok.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Kegiatan FOME bertujuan agar mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan

resiko kesehatan individu dan keluarga serta menerapkan tindakan promosi dan

pencegahan sesuai pengetahuan yang telah diperoleh untuk mengatasi masalah

tersebut secara professional.

1.2.2 Tujuan khusus

Pada akhir kegiatan FOME mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menunjukan sikap yamg sesuai dengan sosial budaya masyarakat seta

mengembangkan hubungan yang baik dengan keluarga binaan.

2. Menerapkan komunikasi interpersonal dalam usaha mendeteksi masalah serta

intervensi dalam bentuk promosi dan prevensi.

3. Mengidentifikasi masalah kesehatan dalam keluarga serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

4. Menjelaskan sistem pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat di wilayah

tersebut.

Page 9: FOME BAB I-IVa

9

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Bagi keluarga binaan:

1. Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang ada dalam keluarga.

2. Mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta masukan untuk

perencanaan kesehatan keluarga agar bisa hidup lebih sehat.

3. Mengetahui cara penanganan atau pencegahan suatu masalah kesehatan

yang ada dalam keluarga.

b. Bagi mahasiswa:

1. Mampu menerapkan promosi kesehatan individu dan keluarga dengan

mengunakan media penyuluhan yang dibuat sendiri.

2. Mampu menerapkan komunikasi interpersonal dalam usaha mendeteksi

masalah kesehatan keluarga , sikap dan perilaku kesehatan keluarga.

3. Dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada serta

menerapkan tindakan promotif dan preventif sesuai dengan pengetahuan

yang telah diperoleh.

Page 10: FOME BAB I-IVa

10

BAB II

HASIL KEGIATAN

2.1 Identitas Keluarga Binaan

a. Nama kepala keluarga : Bapak J

b. Alamat rumah : Kota Karang, Bandar Lampung

c. Daftar anggota keluarga yg tinggal dalam satu rumah:

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Satu Rumah

N

O

NAM

A

(Inisia

l)

KEDUDU

KAN

DALAM

KELUAR

GA

L/

P

UM

UR

PENDIDIK

AN

PEKERJA

AN

KETERANG

AN

1. Tn. J Kepala

Keluarga

L 45 th SD Nelayan

2. Ny. M Anggota

Keluarga

P 42 th SD Ibu

Rumah

Tangga

3. Tn. K Anggota

Keluarga

L 95 th SR -

4. Ny. S Anggota

Keluarga

P 90 th SR -

5. L Anggota

Keluarga

L 24 STM Staf

Gudang

6. F Anggota

Keluarga

L 19 SMA Staf Hotel

7. S Anggota P 18 SD -

Page 11: FOME BAB I-IVa

11

Keluarga

8. A Anggota

Keluarga

L 16 SMA -

9. SR Anggota

Keluarga

L 11 SD -

10. SH Anggota

Keluarga

P 9 SD -

11. NR Anggota

Keluarga

L 5 Belum

Bersekolah

-

d. Bentuk keluarga : Extended family

e. Siklus kehidupan keluarga : Keluarga dengan anak usia pra sekolah,

keluarga dengan anak usia sekolah,

keluarga dengan anak usia remaja

f. Deskripsi mengenai identitas keluarga:

Berikut adalah gambaran silsilah keluarga Tn. T yang terangkum dalam sebuah

genogram.

Gambar 1 Genogram

= Hipertensi

= Obesitas

Page 12: FOME BAB I-IVa

12

Nama kepala keluarga Tn J, laki-laki umur 45 tahun pendidikan terakhir SD

pekerjaan nelayan sedangkan istri berinisial M, umur 42 tahun pendidikan

terakhir SD pekerjaan ibu seorang rumah tangga kadang-kadang juga membantu

suami menjual ikan. Orang tua dari Tn J tinggal serumah, yaitu Tn K berumur 95

tahun pendidikan terakhir sekolah rakyat sedangkan istri Ny S berumur 90 tahun

pendidikan terakhir juga sekolah rakyat. Tn J mempunyai 7anak. Anak pertama

berinisial L, laki-laki berumur 24 tahun pendidikan terakhir STM, bekerja

sebagai staf gudang. Anak kedua inisial F berumur 19 tahun pendidikan terakhir

SMA, bekerja sebagai staf hotel. Anak ketiga perempuan inisial S umur 18 tahun

pendidikan terakhir SD tidak mau bersekolah karena tidak sanggup mengikuti

kegiatan di sekolah karena memiliki kekurangan mental akibat kejang demam

ketika berumur 2 tahun. Kemudian anak keempat inisial A, laki-laki berumur 16

tahun pendidikan SMA kelas 2. Anak kelima inisial SR laki-laki berumur 11

tahun pendidikan SD kelas 6. Anak keenam inisial SH perempuan umur 9 tahun

pendidikan SD kelas 4. Sedangkan anak terakhir atau anak ketujuh berumur 5

tahun laki-laki inisial NR pendidikan TK.

2.2 Keadaan Rumah

a. Gambar denah bangunan rumah:

Gambar 2 Denah Rumah

Page 13: FOME BAB I-IVa

13

Keterangan:

1. Ruang Tamu

2. Ruang Keluarga

3. Dapur

4. Halaman Depan

5. MCK

: Pintu

: Jendela

: Kamar

: Kompor

b. Jenis lantai : Keramik

c. Jenis atap : Genteng

d Jenis dinding : Bata dengan aci dan cat tembok

e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar

lampu pada siang hari? Ya, kecuali di bagian dapur

f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur : < 20%

Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : > 20%

g. Deskripsi mengenai keadaan rumah :

Rumah memiliki ukuran 12x7 meter, keadaan rumah sudah permanen dengan

tembok bata dilapisi cat. Lantai sudah dikeramik tetapi seluruh lantai kotor

terutama didapur dan kamar mandi. Kondisi rumah terang karena perbandingan

luas jendela dengan lantai cukup, tetapi di bagian belakang rumah (dapur dan

kamar mandi) gelap karena perbandingan lantai dengan jendela sangat kecil. Di

bagian belakang rumah sebenarnya terdapat jendela, namun sayangnya kaca

dilapisi cat minyak yang menghalangi cahaya matahari masuk.

Atap rumah berupa genteng tanpa dilapisi plafon. Kondisi rumah berantakan

banyak barang-barang yang tidak tertata dengan rapih terutama di dapur yang

terlihat seperti gudang. Kondisi kamar mandi sangat miris dengan penerangannya

Page 14: FOME BAB I-IVa

14

sangat minim, lantai yang licin dan berkerak lumut, air yang kering serta tidak

adanya pintu yang membatasi kamar mandi dengan dapur.

Halaman depan rumah menyisakan sedikit ruang terbuka berukuran 7x1,5 meter

yang sayangnya dilapisi oleh semen. Tak ada ruang untuk menanam tanaman.

Samping kiri, depan dan belakang rumah hanya dibatasi oleh jalan dengan lebar 1

meter, sementara di bagian kanan rumah langsung bersinggungan dengan rumah

lain. Bagian belakang rumah biasa dijadikan tempat menjemur pakaian, sehingga

dengan adanya jemuran dan jarak antar rumah hanya 1 meter memberi kesan

kumuh.

2.3 Keadaan Keluarga

2.3.1 Perencanaan Keluarga

Tidak ada perencanaan dalam keluarga ini terlihat dari jumlah anak yang banyak

dan jarak antar anak satu dengan yang lain tidak teratur. Perencanaan ekonomi

juga tidak baik yakni hanya dari hasil bekerja sebagai nelayan yang tak menentu.

Kebutuhan hanya mencapai kebutuhan primer, akan tetapi di rumah terdapat

console game berupa playstation 2. Perencanaan pendidikanlah satu-satunya yang

di perhatikan. Semua anak Tn. J minimal harus menempuh pendidikan 9 tahun

dari hasil wawancara kami.

Pengambilan keputusan perencanaan keluarga didasari hasil keputusan bersama

antara anak dan orang tua. Kesimpulan ini didapatkan dari wawancara Tn. J yang

mengatakan sedemikian. Anak pertama waktu itu hendak melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi. Namun, dikarenakan adik-adiknya masih SMA, SD, bahkan

ada yang belum sekolah, akhirnya diputuskan secara bersama untuk melanjutkan

ke perguruan tinggi, si anak pertama harus bekerja terlebih dahulu.

Kurangnya pengetahuan akan kontrasepsi mempengaruhi perencanaan akan

jumlah anak. Kontrasepsi baru digunakan pada dua tahun belakangan ini.

Awalnya Ny. M menggunakan kontrasepsi pil. Namun berat badannya terus

bertambah sehingga memutuskan untuk menggantinya dengan kontrasepsi suntik.

Page 15: FOME BAB I-IVa

15

Padahal sebenarnya efek samping serupa akan terjadi karena isi dari kedua

kontrasepsi tersebut kurang lebih sama.

2.3.2 Hubungan Anggota Keluarga

2.3.2a Family Map

Gambar 3 Family Map

Keterangan: a. Hubungan baik

b. Hubungan kurang baik

Page 16: FOME BAB I-IVa

16

Setiap anggota keluarga bertemu dan bertegur sapa setiap hari. Semuanya

berhubungan baik satu sama lain. Pengambilan keputusan berdasarkan pendapat

antara Ibu-Ayah-Anak.

2.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

2.4.1 Ekonomi

Kebutuhan ekonomi terpenuhi hanya sampai primer saja.

2.4.2 Pendidikan

Pendidikan terpenuhi hingga pendidikan menengah.

2.4.3 Kesehatan

Dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan, keluarga binaan ini hanya datang ke

pelayanan kesehatan atau dokter untuk kuratif saja.

2.4.4 Spiritual

Orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga seperti menyuruh anggota

keluarganya yang laki-laki untuk pergi ke masjid.

2.4.5 Deskripsi

Dalam keluarga ini untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Tn. J bekerja sebagai

nelayan dan Ny. M ini kadang-kadang juga membantu mendapatkan uang

tambahan dengan memilah ikan teri di pulau pasaran. Selain itu anak pertama dan

anak kedua terkadang juga membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya

dengan bekerja sebagai staf gudang dan staf hotel.

Pendapatan Tn. J sedikitnya satu juta rupiah sedangkan pendapatan anak pertama

minimal 700rb dan juga pendapatan anak kedua minimal 800rb. Sementara upah

Ny. M tak menentu dari 20.000-40.000 rupiah. Dengan penghasilan keluarga yang

seperti ini hanya bisa memenuhi kebutuhan ekonomi sebatas kebutuhan primer.

Page 17: FOME BAB I-IVa

17

Tidak ada yang bisa ditabung karena habis untuk biaya pendidikan anak yang

masih sekolah dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Kebutuhan akan pendidikan sudah terpenuhi dengan adanya perencanaan keluarga

akan pendidikan yang ditargetkan minimal menyentuh jenjang sekolah menengah

sesuai dengan program wajib belajar 9 tahun.

Kebutuhan spiritual terpenuhi dengan orang tua yang mengarahkan anaknya

mengikuti kegiatan ibadah di masjid. Kebutuhan kesehatan hanya sebatas kuratif

saja.

2.5 Gaya Hidup Keluarga

2.5.1 Makanan

Makanan sehari-hari disiapkan dan dihidangkan di rumah meskipun dengan lauk

yang seadanya seperti tahu, tempe, sayur kangkung, sayur tauge, dan terkadang

ikan, sudah memenuhi kriteria gizi seimbang. Kebutuhan kalori juga terpenuhi

dengan makan 3 kali sehari.

2.5.2 Olahraga

Kebiasaan olahraga belum diperhatikan dengan hanya satu anggota keluarga yang

rutin berolahraga yaitu anak kedua sekitar 1-2x dalam seminggu. Olahraga yang

dilakukan adalah bulu tangkis.

2.5.3 Alkohol

Tidak ada dalam keluarga yang memiliki kebiasaan meminum minuman

beralkohol

2.5.3 Merokok

Tn. J selaku kepala keluarga, satu-satunya perokok aktif di rumah. Beliau mulai

merokok sejak SD. Saat ini rokok yang dikomsumsi adalah rokok filter dengan

frekuensi 1-2 bungkus per hari.

Page 18: FOME BAB I-IVa

18

2.6 Lingkungan Hidup Keluarga

2.6.1 Lingkungan Perumahan

Rumah Tn. J merupakan area tempat tinggal permanen yang padat penduduk.

Higiene lingkungan terlihat kumuh, khas lingkungan padat penduduk. Banyak

kandang hewan peliharaan di sekitar rumah Tn. J. Lokasi menjemur yang tepat di

depan jalan selebar 1 meter menambah kesan kumuh area tempat tinggal Tn. J.

Meskipun begitu, area tempat tinggal tersebut sangat aman meskipun tanpa

penjagaan. Resiko paparan zat yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah

debu sebab rumah Tn. J dekat dengan jalan utama. Ditambah lagi jalan utama

yang berdebu dan padat ketika sore hari.

2.6.2 Lingkungan Pekerjaan

Tn. J bekerja di lapangan yaitu sebagai nelayan harian. Sebagai nelayan, resiko

kecelakaan kerja yang mungkin terjadi adalah tenggelam saat melaut dan masalah

ergonomis. Tidak ada paparan zat berbahaya yang mungkin didapat. Paparan

bising didapati dari mesin perahu yang digunakan.

2.6.3 Lingkungan Sosial

Di lingkungan sosialnya Tn. J tidak menjadi anggota perkumpulan apapun.

Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya, Tn. J dihormati sewajarnya.

Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah tidak

tercukupinya kebutuhan hidup keluarga.

2.7 Identifikasi Masalah

1. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan karakteristik

keluarga

(resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul

akibat jumlah anggota keluarga, bentuk keluarga, siklus kehidupan

Page 19: FOME BAB I-IVa

19

keluarga,pendidikan rata-rataanggota keluarga, atau pendidikan KK dan

istri KK).

Resiko penularan penyakit lebih mudah karena jumlah keluarga

tidak sebanding dengan luas rumah

Resiko siklus kehidupan yaitu dengan kepala keluarga yang

bekerja sendiri, ketika usia mulai tua tidak sanggup bekerja lagi

sementara anaknya masih ada yang berusia 5 tahun, kebutuhan

keluarga tidak bisa tercukupi

Pendidikan kepala keluarga yang rendah bisa mempengaruhi

keputusan di dalam keluarga

Bentuk keluarga yang extended family dengan orang tua istri Ny.

M tinggal bersama, mempengaruhi pengambilan keputusan

2. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan keadaan

rumah.

(resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul

akibat lay out ruangan, atau jenis lantai,atau jenis atap, atau jenis dinding,

atau pencahayaan ruangan, atau ventilasi ruangan)

Karena hygiene yang kurang yang akan menyebabkan mudahnya

terpapar mikroba sehingga meningkatkan resiko terkena penyakit

lebih sering.

Pencahayaan kurang juga bisa menyebabkan peningkatan resiko

penyakit menular seperti TB, jamur dan lain-lain.

Akibat sarana MCK yang kotor dan licin akan menyebabkan

peningkatan resiko penyakit diare, tifoid, dan kecelakaan dikamar

mandi.

Akibat barang-barangyang tidak tertata dengan rapid dan banyak

baju yang bergantungan akan menyababkan banyaknya

Page 20: FOME BAB I-IVa

20

perkembangan vektor nyamuk yang juga bisa meningkatkan resiko

kejadian demam berdarah ataupun malaria.

3. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan fungsi keluarga

(Resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul

akibat hubungan anggota keluarga, keadaan kesehatan dan psikologis

keluarga,dsb).

Perencanaan keluarga: tidak ada

Resiko stress pada kepala keluarga akibat akibat menanggung banyaknya

anggota keluarga, sehingga kebutuhan ekonomi tinggi.

4. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan keluarga.

(Resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul

akibat tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga dalam bidang ekonomi,

pendidikan, spiritual atau kesehatan).

Resiko mudahnya menderita penyakit menular akibat kebutuhan

kesehatan yang hanya bersifat kuratif

Resiko pembiayaan kesehatan akibat kebutuhan kesehatan hanya

bersifat kuratif

5. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup

keluarga.

(Resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul

akibat gaya hidup keluarga, diet, olah raga dan perilaku yang mengganggu

kesehatan seperti konsumsi alkohol dan merokok).

Resiko penyakit kardiovaskular akibat merokokok dan kurangnya

olah raga

Page 21: FOME BAB I-IVa

21

Resiko kanker akibat perilaku merokok

Resiko masalah kesehatan lain akibat merokok

Resiko penyakit akibat jarang berolahraga

6. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan

hidup keluarga.

Resiko kesehatan akibat paparan debu

Resiko penularan penyakit akibat lingkungan hidup yang kumuh

Resiko penularan penyakit akibat area perumahan yang padat

penduduk

Resiko gangguan pendengaran akibat bising dari tempat kerjaa

2.7 Prioritas Masalah

1. Perilaku Merokok

2. PHBS

3. Rumah Sehat

4. Bising Kerja

5. Kebutuhan Ekonomi

Page 22: FOME BAB I-IVa

22

BAB III

HASIL dan PEMBAHASAN

Tabel 2. Kriteria USG dalam Memrioritaskan Masalah

NO MASALAH NILAI

KRITERIA

NILAI AKHIR

U S G

1 Perilaku Merokok 5 5 4 100

2 PHBS 4 4 5 80

3 Rumah Sehat 3 4 2 24

4 Ekonomi 3 3 2 18

5 Bising Kerja 2 4 3 24

Keterangan : 1 = Tidak Urgen/Serius/Luas

2 = Kurang Urgen/Serius/Luas

3 = Cukup Urgen/Serius/Luas

4 = Urgen/Serius/Luas

5 = Sangat Urgen/Serius/Luas

Kami mengidentifikasi masalah berdasarkan hasil wawancara dan survey lokasi

area perumahan tempat Tn. J tinggal. Dengan menggunakan metode curah

pendapat, kami mengusung 5 akar resiko permasalahan yang terjadi dan yang

mungkin terjadi di kemudian hari. Masalah tersebut yaitu perilaku merokok,

masalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), rumah sehat, ekonomi, dan

bising kerja. Dari 5 masalah tersebut didapatkan prioritas tertinggi yaitu perilaku

merokok berdasarkan kriteria penilaian USG yang disajikan dalam bentuk tabel.

Perilaku merokok ini yang kemudian akan dibahas lebih lanjut.

Page 23: FOME BAB I-IVa

23

Tabel 3. Prioritas Solusi berdasarkan Kriteria Matriks

NO ALTERNATIF EFEKTIFITAS EFISIEN

SI

PRIORITAS (P)=MIV/CM I V (Cost)

1 Diskusi 4 4 3 1 48

2 Media Intervensi 4 4 2 1 32

3 Kontrol Ketat 3 3 3 1 27

Keterangan : M = 1: kecil 2: sedang 3:cukup besar 4: besar 5: sangat besar

I = 1: Tidak penting 2:kurang penting 3: cukup penting 4:

penting 5: sangat penting

V= 1: tidak sensitif 2: kurang sensitif 3: cukup sensitif 4: sensitif

5: sangat sensitif

C= 1: sangat sedikit 2: sedikit 3: cukup banyak 4: banyak 5:

sangat banyak

Dari tabel kriteria matriks untuk prioritas solusi didapatkan urutan skor tertinggi

yaitu diskusi, media intervensi, dan kontrol ketat. Diskusi disini maksudnya

adalah diskusi alasan merokok, kesulitan-kesulitan dalam berhenti merokok, dan

cara-cara berhenti merokok. Media intervensi disini berisi tentang bahaya

merokok bagi pribadi dan orang sekitar, zat-zat dalam rokok, serta penyakit akibat

rokok. Kontrol ketat disini maksudnya adalah kontrol oleh orang terdekat dengan

mengawasi konsumsi rokok agar berkurang terlebih berhenti langsung. Cara ini

kami nilai kurang baik karena dapat menimbulkan kesan “diatur” terhadap Tn. J

dari mahasiswa. Dan cara kontrol ketat oleh orang terdekat misalnya, keluarga

kami nilai kurang efektif karena keluarga tidak berada bersama Tn. J 1x24 jam.

Perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama faktor internal dan

yang kedua faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor dalam diri sendiri

seperti kurangnya pengetahuan akan bahaya rokok, gaya hidup, kebiasaan buruk,

budaya, psikis dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar

Page 24: FOME BAB I-IVa

24

diri, seperti lingkungan perokok, mudahnya mendapatkan rokok, iklan rokok,

pengetahuan yang kurang akan bahaya rokok di lingkungan keluarga dan

masyarakat. Sebelum melakukan intervensi, pengetahuan Tn. J sangat minim

tentang bahaya merokok.

Dari faktor internal dan eksternal inilah akhirnya kami dalam intervensi yang

melalui diskusi dan media intervensi poster serta leaflet, berupaya merubah faktor

tersebut minimal faktor internal. Melalui diskusi dan media intervensi tersebut

diharapkan minimal adanya perubahan pengetahuan akan bahaya rokok, perokok

aktif dan pasif. Penilaian pengetahuan berdasarkan pertanyaan berikut:

1. Berapa batang sehari anda merokok?2. Dimana tempat biasa anda merokok? Apakah anda merokok dalam

ruangan?3. Apakah anda tahu istilah perokok pasif?4. Apakah anda tahu lebih berbahaya mana antara perokok pasif dengan

aktif?5. Apakah anda tahu kandungan rokok?6. Apakah anda tahu penyakit akibat merokok?7. Apakah anda tahu bahwa merokok itu suatu pemborosan?

Sebagai mahasiswa, kami menyadari, untuk membuat seseorang berhenti merokok

bukanlah hal mudah. Bahkan Program Pemerintah terbilang gagal dalam menekan

angka perokok aktif. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya perokok aktif bahkan

pada anak dibawah 17 tahun.

Dalam diskusi ini kami memberikan pengertian tentang rokok serta bahayanya

dan juga cara-cara untuk berhenti merokok. Ditambah dengan media intervensi

poster dan leaflet yang berisi bahaya merokok, gambar penyakit-penyakit akibat

merokok, serta zat-zat yang terkandung dalam rokok. Pada intinya, kami ingin

meyakinkan Tn. J bahwa merokok sangat berbahaya bukan hanya untuk pribadi

namun juga orang sekitar. Merokok juga termasuk pemborosan yang bisa

menambah beban ekonomi. Akhirnya, di akhir diskusi kami mencoba meyakinkan

Tn. J bahwa berhenti merokok harus didasari oleh keinginan yang kuat dari dalam

diri dan juga bantuan moral dari orang-orang terdekat.

Page 25: FOME BAB I-IVa

25

Evaluasi hasil intervensi dilakukan 2 minggu setelah intervensi. Hasil intervensi

didapatkan pengurangan frekuensi merokok dari 1-2 bungkus perhari menjadi ½-1

bungkus perhari. Hasil intervensi juga menunjukkan peningkatan pengetahuan Tn.

J terhadap bahaya merokok. Hasil diperoleh dari diskusi yang diselingi

pertanyaan tentang bahaya merokok, bahaya perokok aktif dan pasif, dan zat-zat

yang terkandung dalam rokok.

Page 26: FOME BAB I-IVa

26

BAB 1V

KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Masalah dari keluarga Tn. J adalah masalah perilaku merokok, PHBS,

Rumah sehat, dan Ekonomi.

2. Prioritas masalah yang dibahas dan diintervensi adalah perilaku

merokok.

3. Indikator keberhasilan dari intervensi yang digunakan untuk masalah

perilaku merokok adalah minimal pengetahuan bertambah akan bahaya

rokok baik pribadi dan orang sekitar dan maksimal berhenti merokok

4. Hasil intervensi terbilang cukup berhasil sebab adanya pertambahan

pengetahuan dan pengurangan frekuensi merokok

A. Saran

1. Diperlukan tindak lanjut dari masalah merokok ini seperti penyuluhan

besar bahaya merokok

2. Diperlukan peran pembuat kebijakan untuk membuat program baru

untuk menekan angka perokok pasif

3. Perlunya pemerintah setempat untuk turut membantu dalam masalah

perekonomian yang merupakan factor penting yang memperngaruhi

masalah kesehatan keluarga.