Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Virus Flu Burung (H5N1) pertama kali dapat menginfeksi manusia pada tahun 1997 di Hongkong yang menyebabkan 18 orang sakit dan 6 orang diantaranya meninggal. Di antara 2003 dan 2004 virus ini menyebabkan outbreak (wabah) pada unggas dimana dalam upaya pencegahannya sekitar 100 juta unggas mati baik dimusnahkan atau mati karena virus ini. Di Indonesia, flu burung telah menyerang peternakan unggas pada pertengahan Agustus 2003. Sampai awal 2007 menurut Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan Departemen Pertanian tercatat 30 provinsi mencakup 233 kabupaten/kota yang dinyatakan tertular flu burung pada unggas. Pada manusia pertama kali terjadi pada bulan Juni 2005 dimana virus flu burung/H5N1 telah menyerang tiga orang dalam satu keluarga dan mengakibatkan kematian ketiganya. Sejak saat itu jumlah penderita flu burung terus bertambah, sampai Maret 2007 jumlah penderita flu burung yang terkonfirmasi sebanyak 89 orang dan 68 orang diantaranya meninggal (berarti Case Fatality Rate nya sekitar 76,4%). Hal ini bisa disebabkan sifat 1
28

Flu Burung Lengkap

Jun 25, 2015

Download

Documents

resna91
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Flu Burung Lengkap

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Virus Flu Burung (H5N1) pertama kali dapat menginfeksi manusia pada tahun 1997 di

Hongkong yang menyebabkan 18 orang sakit dan 6 orang diantaranya meninggal. Di antara

2003 dan 2004 virus ini menyebabkan outbreak (wabah) pada unggas dimana dalam upaya

pencegahannya sekitar 100 juta unggas mati baik dimusnahkan atau mati karena virus ini.

Di Indonesia, flu burung telah menyerang peternakan unggas pada pertengahan Agustus

2003. Sampai awal 2007 menurut Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan

Departemen Pertanian tercatat 30 provinsi mencakup 233 kabupaten/kota yang dinyatakan

tertular flu burung pada unggas.

Pada manusia pertama kali terjadi pada bulan Juni 2005 dimana virus flu burung/H5N1 telah

menyerang tiga orang dalam satu keluarga dan mengakibatkan kematian ketiganya. Sejak saat

itu jumlah penderita flu burung terus bertambah, sampai Maret 2007 jumlah penderita flu

burung yang terkonfirmasi sebanyak 89 orang dan 68 orang diantaranya meninggal (berarti

Case Fatality Rate nya sekitar 76,4%). Hal ini bisa disebabkan sifat karakteristik virus yang

sangat ganas, keterlambatan dalam deteksi dini (belum adanya kit diagnosa cepat yang

mempunyai sensitivitas dan spesifisitas tinggi), keterlambatan rujukan ke rumah sakit dan

satu-satunya obat yang tersedia adalah oseltamivir yang harus diberikan dalam 48 jam

pertama sejak timbul gejala.

Maraknya penyebaran flu burung di berbagai negara khususnya di Indonesia membuat saya

tertarik untuk menulis makalah ini, guna membantu menghambat ledakan penyebaran kasus

flu burung dengan memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai flu burung yang

akan saya sampaikan dalam makalah ini.

1

Page 2: Flu Burung Lengkap

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penulisan makalah ini untuk mendapatkan kemampuan dalam

menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan flu burung.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makala ini adalah agar dapat memahami dan

mengetahui tekhnis pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan yang di perlukan pada

klien dengan flu burung.

C. RUANG LINGKUP PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini saya hanya membahas penyakit secara tinjauan teoritis dan

pemberian asuhan keperawatan pada klien flu burung dengan pendekatan proses

keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan rencana

keperawatan,.

D. METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaa, yaitu membaca

dan mempelajari buku-buku dan melalui internet yang relevan dengan asuhan

keperawatan pada klien dengan flu burung.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makala ini terdiri dari tiga bab, yakni Bab I tentang

pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup

2

Page 3: Flu Burung Lengkap

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan; Bab II tinjauan teoritis yang

terdiri dari konsep dasar medik dan konsep dasar keperawatan , Bab III penutup yang

terdiri dari kesimpulan.

3

Page 4: Flu Burung Lengkap

BAB IITINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah

suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan

ditularkan oleh unggas. Flu Burung adalah penyakit influenza pada unggas, baik

burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang yang lain seperti babi. Data lain

menunjukkan penyakit ini bisa terdapat burung puyuh dan burung onta.Penyakit

ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia.

Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal

dari kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita influenza. Sampai

saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Penyakit ini

terutama menyerang peternak unggas (wikipedia.org/wiki/Flu_burung, 2007)

B. Anatomi Fisiologi

Gambar sistem pernafasaan manusia(Sumber wikipedia.org/wiki/sistem pernafasan)

4

Page 5: Flu Burung Lengkap

1. Hidung

Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-

saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum.

Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput

lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.

2. Faring (tekak)

Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.

Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian

dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.

3. Laring (tenggorok)

Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula

tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas

esopagus.

4. Epiglottis

Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.

Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.

Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis

menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring

5

Page 6: Flu Burung Lengkap

5. Cartilago cricoidea

Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang.

Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut

oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi

dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale

menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I

6. Cartilago arytenoidea

Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago

cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut

piramid yang menonjol kedepan

7. Membrana mukosa

Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel

silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

8. Plica vokalis

Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas

ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam

cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian

belakang.Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di

atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.

9. Otot

Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan

thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan

6

Page 7: Flu Burung Lengkap

memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis

X (vagus).

10.Respirasi

Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara

dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.

11.Fonasi

Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang

dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir,

dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.

12.Trachea atau batang tenggorok

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5

cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan

leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis

(taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian

vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus

(bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan

cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang

melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat

beberapa jaringan otot.

13.Bronchus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira

vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan

dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan

7

Page 8: Flu Burung Lengkap

kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih

lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,

disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing

dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah

menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

14.Paru-Paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan dan

memiliki:

1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula

2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada

3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.

4. dan basis.Terletak pada diafragmaparu-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu

parietal pleura dan visceral pleura.

C. Etiologi

Penyebab flu burung adalah virus influenza, yang termasuk tipe A subtipe

H5, H7 dan H9. Virus H9N2 tidak menyebabkan penyakit berbahaya pada

burung, tidak seperti H5 dan H7. Virus flu burung atau avian influenza ini

awalnya hanya ditemukan pada binatang seperti burung, bebek dan ayam. Namun

sejak 1997, virus ini mulai "terbang" ke manusia ( penyakit zoonosis ). Subtipe

virus yang ditemukan pada akhir tahun 2003 dan awal tahun 2004, baik pada

unggas maupun pada pasien di Vietnam dan Thailand, adalah jenis H5N1. Perlu

diketahui bahwa virus influenza pada umumnya, baik pada manusia atau pada

unggas, adalah dari kelompok famili Orthomyxoviridae. Ada beberapa tipe virus

8

Page 9: Flu Burung Lengkap

influenza pada manusia dan binatang yaitu virus influenza tipe A, B dan C. Virus

influenza tipe A memiliki dua sifat mudah berubah : antigenic shift dan antigenic

drift, dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Pada manusia, virus A dan B

dapat menyebabkan wabah flu yang cukup luas.

D. Patofisiologi

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung

dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di

saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan

virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam

bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut

WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari

manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan

juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-

satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke

manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan

virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan

pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara

langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di

kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan

dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung

menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar

serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme

penularan dari unggas ke manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia,

perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang

9

Page 10: Flu Burung Lengkap

masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain,

tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan

mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.

Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon

"bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu

tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang

memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan.

Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru

melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-

anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia

menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.

E. Tanda dan Gejala

1. Tanda dan Gejala Pada Unggas

Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan

(nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan

virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang timbul seperti

jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam, diare,

dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan berupa batuk dan

bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa penurunan

produksi telur. Gangguan sistem saraf dalam bentuk depresi. Pada beberapa

kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul

gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.

10

Page 11: Flu Burung Lengkap

2. Tanda dan Gejala pada manusia

Gejalanya demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan

sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila keadaan memburuk,

dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat,

rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO2.

F. Pengobatan

Dapat bersifat simtomatik sesuai gejala yang ada; jika batuk dapat diberi

obat batuk dan jika sesak dapat diberi bronkodilator. Pasien juga harus

mendapat terapi suportif, makanan yang baik dan bergizi, jika perlu diinfus dan

istirahat cukup. Secara umum daya tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan.

Selain itu dapat pula diberikan obat anti virus. Ada 2 jenis yang tersedia :

kelompok M2 inhibitors yaitu amantadine dan rimantadine serta kelompok dari

neuraminidase inhibitors yaitu oseltamivir dan zanimivir. Amantadine dan

rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama selama 3 - 5 hari,

dengan dosis 5 mg/kg bb./hari, dibagi 2 dosis. Jika berat badan lebih dari 45 kg

diberikan 100 mg 2 kali sehari. Sedangkan oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kali

sehari selama 1 minggu. Pengalaman tahun 1997 di Hongkong menunjukkan

bahwa amantadine dan rimantadine masih sensitif terhadap H5N1 secara in

vitro, sementara di Vietnam (2004) pernah dilaporkan kedua obat itu sudah

tidak mempan lagi terhadap jenis virus yang ada di sana. Tetapi laporan WHO

Global Influenza Surveillance Network yang melakukan penelitian pada 4 isolat

H5N1 dari manusia dan 33 isolat dari unggas pada bulan Februari 2004

menunjukkan oseltamivir masih sensitif terhadap virus yang ada.

11

Page 12: Flu Burung Lengkap

G. Pencegahan

Kebiasaan pola hidup sehat tetap berperanan penting. Secara umum

pencegahan flu tentunya tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang seimbang

dan bergizi, istirahat teratur dan olahraga teratur. Penanggulangan terbaik saat

ini memang berupa penanganan langsung pada unggas yaitu pemusnahan

unggas atau burung yang terinfeksi flu burung, dan vaksinasi unggas yang sehat.

1. Pencegahan pada manusia

a. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang )

Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

Menggunakan alat pelindung diri ( contoh : masker dan pakaian kerja ).

Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja.

Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus

ditatalaksana dengan baik ( ditanam atau dibakar ) agar tidak menjadi

sumber penularan bagi orang di sekitarnya.

Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.

Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan

desinfektan.

Bersihkan kandang dan alat transportasi yang membawa unggas.

Lalu lintas orang keluar masuk kandang dibatasi.

Imunisasi unggas yang sehat

b. Masyarakat Umum

Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan istirahat

cukup.

12

Page 13: Flu Burung Lengkap

Tidak mengimpor daging ayam dari tempat yang diduga terkena wabah

avian flu

Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :

1. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit di

tubuhnya).

2. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80°C selama 1

menit dan telur sampai dengan suhu ± 64°C selama 5 menit.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PengkajianPengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan

utama, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

1. Identitas /biodata klien

Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku bangsa, nama

orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan.

2. Keluhan utama

Panas tinggi > 380c lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala,

nyeri otot, sakit tenggorokan

3. Riwayat penyakit sekarang

a. Suhu badan meningkat, nafsu mkan berkurang,/tidak ada.

b. Infeksi paru

c. Batuk dan pilek

d. Infeksi selaput mata

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen

b. Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, ada nya nyeri tekan,

infeksi selaput mata.

c. Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mlutnya kurang bersih, mukosa bibir

kering.

13

Page 14: Flu Burung Lengkap

d. Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan laboratorium penting artinya

dalam menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga dapat memberikan

terapi yang tepat pula, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada orang

yang mengalami flu burung, yaitu :

Pemeriksaan labor dilakukan dengan pemeriksaaan darah, hasil : negatif,

jika tidak di temukan virus H5N1. Positif bila di temukan virus H5N1.

B. Diagnosa Dan Intervensi

1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d peningkatan produksi sekret, sekresi

tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.

Intervensi:

a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan

dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran,

krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);

atau tak adanya bunyi napas (asma berat).

b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.

Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada

penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat

dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres

pernapasan, penggunaan otot bantu.

Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses

kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi,

reaksi alergi.

d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur,

duduk pada sandaran tempat tidur

Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan

menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi

14

Page 15: Flu Burung Lengkap

yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan

lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi

dada.

e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang

berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.

f. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.

Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol

dispnea dan menurunkan jebakan udara.

2. Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan gangguan suplai oksigen

(obstruksi jalan napas oleh sekresi).

Intervensi:

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas

bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya

proses penyakit.

b.Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah

untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai

kebutuhan/toleransi individu.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan

latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.

c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar

bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya

hipoksemia.

15

Page 16: Flu Burung Lengkap

d. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.

Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan

pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak

efektif.

e. Palpasi fremitus

Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara

terjebak.

f. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.

Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA

memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang

berhubungan dengan hipoksemia.

g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi

aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.

Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai

toleransi individu.

Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak

mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat

diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,

program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa

menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh dapat dihubungkan dengan dispnea.

Intervensi:

a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.

Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi

16

Page 17: Flu Burung Lengkap

sputum, dan obat.

b. Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster

dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan

pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.

c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali

pakai dan tisu.

Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap

napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan

napas.

d. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan

makan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan

kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen

dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.

f. Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.

Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

g. Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat

badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan

dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.

17

Page 18: Flu Burung Lengkap

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari

kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita influenza. Sampai saat ini

belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Penyakit ini terutama

menyerang peternak unggas (penyakit akibat kerja). Flu burung bisa menular pada

manusia jika manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang

terinfeksi flu burung. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan

pada manusia karena kontak dengan berbagai jenis unggas terinfeksi, atau tidak

langsung.

B. SARAN

Hidup sehat, selalu cuci tangan sebelum makan dan setelah melakukan kontak

langsung dengan ternak agar terhindar dari flu burung.

18