Top Banner
Laporan Sistem Blok Komunitas III Program Pemberantasan dan Penanggulangan Flu Burung Di susun Oleh : Abdu Rahim Kamil Aldes Sagita Badrina Alfi Dwi Rahmawati Edeng Heri Kiswanto Jamiaturidha Nety Kurnia Novina Indrianingrum Rahayu Ningtyasaputri Riry Farissa Sri Nurbaeti Ulfah Dzakkiyah
72

Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Dec 05, 2014

Download

Documents

didiydiah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Laporan Sistem Blok Komunitas III

Program Pemberantasan dan Penanggulangan

Flu Burung

Di susun Oleh : Abdu Rahim KamilAldes SagitaBadrina AlfiDwi RahmawatiEdengHeri KiswantoJamiaturidhaNety KurniaNovina IndrianingrumRahayu NingtyasaputriRiry FarissaSri NurbaetiUlfah Dzakkiyah

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan KesehatanUniversitas Muhammadyah Jakarta

Page 2: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

201/2013KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin tiada kata yang paling indah dan paling bermakna,

kecuali Puji dan syukur kami kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya yang

telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan kelompok di

Blok Sistem Komunitas III tentang “Program Pemberantasan dan Penanggulangan Flu

Burung” .

Rasa terimakasih juga tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

bersedia membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada Bapak Syamsul

Anwar,Mkep,Sp.Kom sebagai Kordinator Blok Sistem Komunitas III yang telah

membimbing kami dengan sepenuh hati, kepada Orang tua kami yang selalu memberikan

dukungan moril kepada kami, dan kepada teman-teman yang dengan ikhlas memberi support

kepada kami.

Kami menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan untuk memperbaiki

kesalahan kami di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk menambah pengetahuan tentang

“Program Pemberantasan dan Penanggulangan Flu Burung”.

Jakarta, 16 November 2012

Penyusun

Page 3: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit flu burung atau Avian Influenza disebabkan oleh virus Influenza A dari

family Orthomyxoviridae. Virus dibagi dalam subtipe berdasarkan antigen permukaan

Haemaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA) yang dimilikinya. Saat ini, 15 jenis HA telah

dikenali, mulai H1 sampai H15 dan 9 jenis NA, mulai N1 sampai N9. Di antara 15 subtipe

HA, hanya H5 dan H7 yang bersifat ganas pada unggas. Penyakit flu burung mulai merebak

di Indonesia untuk pertama kalinya pada ayam tahun 2003. Departemen Pertanian (Deptan)

secara resmi menginformasikan adanya penyakit flu burung pada bulan januari 2004 dan

menyatakan penyakit disebabkan oleh virus influenza subtipe H5N1. Serangan flu burubg

mencapai puncaknya pada kuartal pertama tahun 2004. Setelah itu, serangan virus mematikan

tampaknya mereda dan pada tahun 2005 kembali mewabah. Virus tidak hanya menyerang

ayam, tetapi juga babi, kalkun, dan manusia. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, Deptan

menetapkan bahwa virus Avian Influenza yang menyerang tidak mengalamin perubahan ,

yaitu subtipe H5N1.

Penyakit flu burung umumnya menyerang unggas muda serta dapat menimbulkan

gejala yang ringan sampai berat dan fatal, yaitu menimbulkan kematian. Namun, kadang-

kadang unggas yang terserang penyakit, terutama unggas liar seperti itik dan burung liar,

tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi dapat menyebarkan pada hewan lain maupun

manusia. Gejala klinis yang terjadi adalah kerontokan bulu, penurunan produksi telur,

pembngkakan di daerah kepala, kelemahan, dan gangguan respirasi. Gejala penyakit flu

burung pada manusia mirip dengan influenza yang biasa terjadi pada manusia, antara lain

seseorang akan mengalami infeksi pada manusia, antara lain seseorang akan mengalami

infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan gejala demam 38oC atau lebih, batuk, pilek,

sakit tenggorokan, badan lemas, pegal linu, nyeri otot, pusing, peradangan selaput mata (mata

memerah), serta kadang-kadang disertai mencret dan muntah. Keadaan ini bisa berlanjut

menjadi gejala sesak nafas yang jarang terjadi pada seseorang dengan flu manusia biasa.

Dugaan penyakit flu burung dapat mengarah pada yang bersangkutan apabila dalam

seminggu terakhir ia mengunjungi peternakan yang sedang terjangkit penyakit flu burung,

Page 4: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

kontak dengan unggas yang dicurigai menderita flu burung, maupun bekerja pada suatu

laboraturium yang sedang memproses spesimen (sampel) manusia atau hewan yang dicurigai

menderita flu burung.

2. Tujuan Penulisan

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentan

Program Pemberantasan dan Penanggulangan Flu Burung, yaitu :

a. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Flu Burung

b. Mahasiswa dapat menjelaskan Penyebab Flu Burung

c. Mahasiswa mampu menjelaskan Cara Penyebaran dan Penularan Flu Burung

d. Mahasiswa mampu menjelaskan Gejala Klinik Flu Burung

e. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengobatan dan Perawatan pada untuk penderita Flu

Burung

f. Mahasiswa mampu menjelaskan Cara Pencegahan Virus Flu Burung

g. Mahasiswa mampu menjelaskan Kebijakan Pemerintah Dalam Menanggulangi Wabah Flu

Burung

Page 5: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu atau avian influenza) adalah suatu

penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas, dalam hal ini

ayam, bebek, burung angsa, kalkun, atau unggas sejenis.

Sebenarnya penyakit flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis). Akan tetapi,

dalam perkembangannya virus penyebab penyakit mengalami perubahan pada struktur

genetisnya (mutasi) yang mengakibatkan virus ini dapat ditularkan kepada manusia. Flu

burung dapat menyerang seluruh bangsa atau benua dan menimbulkan pandemi dalam waktu

2-3 tahun.

Pada unggas ternak atau piaraan, infeksi oleh virus flu burung menyebabkan

timbulnya dua bentuk penyakit, yaitu bentuk yang berpatogenisitas rendah atau “kurang

ganas” (low pathogenic) dan bentuk yang sangat patogen / “ganas” (high pathogenic). Bentuk

penyakit yang berpatogenisitas rendah atau “kurang ganas” dan tidak mematikan sering

disebut dengan Low Pathogenic Avian Influenza Viruses / LPAIV, yang hanya menyebabkan

gejala ringan dan biasanya tidak terdeteksi. Penyakit ini ditularkan dari unggas pembawa

virus virus flu burung ke unggas ternak yang rentan. Sementara itu, bentuk yang “ sangat

ganas/mematikan” dikenal dengan Highly Pathogenic Avian Influenza Viruses / HPAIV

menimbulkan gejala yang sangat hebat, mudah menular dan menyebabkan penyakit pada

organ-organ tubuh unggas. Tingkat kematian mencapai 100 % hanya dalam kurun waktu 48

jam (pada unggas). Contoh virus yang termasuk dalam HPAIV adalah H5N1.

2. Penyebab

Virus merupakan influenza tergolong family orthomyxoviridae. Virus terdiri dari atas

3 tipe antigenic yang berbeda ,yaitu A,B,dan C. virus influenza A terdapat pada unggas ,

manusia ,babi, kuda, dan kadang –kadang mamalia yang lain, minsalnya cerpelai , anjing

laut, dan ikan paus. Namun , sebenarnya horpes alaminya adalah unggas liar. Sebaiknya ,

virus influenza B dan C hanya ditemukan pada manusia . penyakit flu burung yang disebut

pula Avian Influenza disebabkan oleh virus influenza A . virus ini merupakan virus RNA dan

mempunyai aktivitas haemaglutinin (HA), dan Neuramminidase (NA). pembagian subtype

Page 6: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

virus berdasarkan permukaan antigen , permukaan Haemaglutinin (HA ), dan Neuraminidase

(NA ) yang dimilikinya.saat ini, 15 jenis HA telah di kenali , mulai H1 sampai H15 jenis HA

telah dikenali, mulai H1 sampai H15 dan N9. Diantara 15 subtipe HA, hanya H5 dan H7

yang bersifat ganas pada unggas.

Variasi antigenic virus influenza sering ditemukan sering ditemukan melalui drift dan

Shift antigenic. Drift antigenic terjadi kerana adanya perubahan struktur antigenic yang

bersifat minor pada permukaan antigen H dan atau N , sedangan Shift antigenic terjadi karena

adanya perubahan yang bersifat dominan pada struktur antigenic . pengaturan kembali

struktur genetic virus pada unggas dan manusia diperkirakan merupakan suatu penyebab

timbulnya strain baru virus pada manusia yang bersifat pandemic (meluas berbagai Negara).

Dalam hal ini ,virus pada unggas dapat berperan pada perubahan struktur genetic virus

influenza pada manusia dengan menyumbangkan gen pada virus galur manusia.

Penyebab flu burung pada unggas yang sangat ganas dan menular kemanusia pada

wabah akhir akhir ini dinyatakan virus influenza A subtype H5N1, sama seperti yang

ditemukan pada ayam dan manusia pada wabah flu burung di hongkong tahun 1997. Sebelum

terjadinya flu burung dihongkong , dinegara lain pernah pula ditemukan kejadian flu burung.

Table kejadian flu burung di dunia

no Nama atau Negara Tahun Penyebab

1 Spanish Flu 1918-1919 Influenza A H1N1

2 Amerika serikat 1983dan 1986 Influenza A H5N2

3 Asean flu 1957 -1958 Influenza H2N2

4 Hongkong Flu 1968- 1969 Influenza A H3N2

5 Indonesia 1982 Influenza A H4 NN2

6 Hongkong 1998 Influenza A H9N1

7 hongkong 2003 Influenza A H5N1

8 Vietnam 2004 Influenza A H5N1

9 Tailand 2004 Influenza A H5N1

Meskipun diberi nama flu burung (avian Influenza), namun penyakit tidak

hanya menyerang burung mau pun unggas saja .flu burung dapat menyeranga.

Berbagai penyakit unggas termasuk berbagai jenis ayam:brung laut ; burung laut ;

kalkun ; burung burung liar seperti pelican, merak, wallet, Itik , dan sebagnsanya;

Page 7: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

demikan pula burung liar yang kini sudah menjadi burung peliharaan seperti burung

parkit , kakatua, dan beo.

Babi, kuda, macan ikan paus ,cerpelai,dan diduga berbagai jenis mamalia yang lain

diduga dapat pula tertular flu burung.

Unggas yang menderita flu burung dapat mengeluarkan virus berjumlah besar

dalam kotoran (feses) mau pun sekreta yang dikeluarkan nya.virus flu burung mampu

bertahan hidup dalam air samapi 4 hari pada suhu 22 derajat celcius dan lebih dari 30

hari pada 0 derajat celcius . di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit ,

virus dapat bertahan lama ,namun akan mati pada pemanasan 60 derajat celcius selama 30

menit atau 90 derajat celcius selama 1 menit . virus mempunyai masa inkubasi (jarak

antara masuknya virus hingga terlihat gejala pada penderita)yang pendek , yaitu antara

beberapa jam sampai 3 hari, tergantung pada jumlah virus yan masuk , rute kontak , dan

spesies unggas yang terserang.

3. Sifat – sifat Virus Influenza

Virus influenza pada unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4

hari pada suhu 22 oC dan lebih dari 30 hari di suhu 0 oC. Di dalam tinja unggas dan dalam

tubuh unggas sakit dapat hidup lama, tetapi mati pada pemanasan 60 oC selama 30 menit

atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 80 oC selama 1 menit. Virus akan mati dengan

detergen, desinfektan misalanya formalin, cairan yang mengandung iodin 70%.

Salah satu ciri yang penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk

mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat / mendadak maupun lambat

(bertahun-tahun). Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan

yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift. Bila perubahan antigen permukaan yang

terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus

influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang mendasari terjadinya

antigenic shift adalah adanya penysunan kembali dari gen-gen pada H dan N diantara

human dan avian influenza viruses melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu

diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus

baru yang lebih ganas, sehingga keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi

sistemik yang berat karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat

terbentuk.

Page 8: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift adalah

adanya penduduk yang bermukim di dekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena

babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian maupun human virus maka hewan

tersebut dapat berperan sebagai lahan pencampur (mixing vessel) untuk penysunan

kembali gen-gen yang berasal dari kedua virus tersebut, sehingga menyebabkan

terbentuknya subtipe virus yang baru. Akhir-akhir ini diketahui adanya kemungkinan

mekanisme sekunder untuk terjadinya perubahan ini. Bukti-bukti yang ada menunjukkan

bahwa setidak - tidaknya ada beberapa dari 15 subtipe virus influenza yang terdapat pada

populasi burungg di mata manusia dapat berfungsi sebagai lahan pencampur. Bukti yang

nyata akan peristiwa ini adalah terjadinya pandemi pada tahun 1957 oleh subtipe virus

H2N2, dan tahun 1968 oleh pandemi virus H3N2.

4. Penyebaran dan Penularan Flu Burung

Penyebaran virus flu burung (H5N1) melalui unggas yang sedang bermigrasi belum

sepenuhnya dipahami. Hanya saja, unggas air liar, seperti bebek dan angsa yang

merupakan anggota Ordo Anseriformes serta burung camar dan burung laut dari Ordo

Charadriiformes adalah pembawa (Carrier) virus influenza A subtipe H5 dan H7. Virus

yang dibawa oleh unggas ini umumnya bersifat kurang ganas (LPAIV). Unggas air liar ini

jugamenjadi reservoir alami untuk semua virus influenza A.

Gambar Skema patogenesis dan epidemiologi flu burung

Page 9: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Keterangan Gambar : HPAIV - highly pathogenic avian influenza virus ; HPAIV - low

pathogenic avian influenza virus HA – haemagglutinin protein; garis

putus-putus dengan tanda panah menunjukkan pertahanan spesies.

Sementara itu, spesies unggas yang sensitif atau rentan terinfeksi virus H5 atau H7

adalah jenis-jenis unggas ternak, seperti ayam, kalkun,burung puyuh, unggas guinea, dan

burung kuau.

Sebagian pembawa virus flu burung subtipe H5 atau H7, unggas air liar tersebut tidak

menunjukkan tanda-tanda sakit. Hal ini disebabkan virus H5 dan H7 yang terdapat didalam

unggas tersebut bersifat kurang ganas dan berpatogenesitas rendah sehingga disebut LPAIV.

Virus jenis ini hanya menyebabkan penurunan produksi telur, bulu-bulu mengerut, atau berat

badan ayam pedaging tidak naik-naik. Setelah masuk dan bersirkulasi di dalam tunuh unggas

ternak, virus influenza A akan beradaptasi dan bermutasi menjadi bentuk yang ganas , yaitu

HPAIV dalam waktu beberapa bulan saja.Inilah yang harus diperhatikan, yakni mengapa

adanya virus H5 atau H7 pada unggas ternak perlu diwaspadai. Juga, karena virus ini dapat

hidup didalam tubuh manusia dan mamalia, seperti babi,kucing dan kuda.

Bagaimana manusia dapat tertular flu burung

Penyakit flu burung menular dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia, dan

secara terbatas dari manusia ke manusia meskipun belum ada sampai sekarang melalui

kontak langsung dan mungkin kontak tidak langsung dengan air liur, lendir dari hidung, dan

kotoran unggas yang sakit.

Penularan Antar unggas

Penyakit flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 Yang

berasal dari kotoran unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan

pasokan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi flu burung.

Di peternakan unggas, penularan dapat terjadi secara mekanis melalui peralatan kandang,

pakaian, sepatu yang telah terpapar pada vrus flu burung (H5N1) juga pekerja peternakan itu

sendiri. Jalur penularanantarunggas di peternakan, secara berurutan dari yang kurang beresiko

sampai yang paling beresiko adalah melalui:

Pergerakan unggas yang terinfeksi (1%)

Kontak langsung selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan (8,5%)

Page 10: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Lingkungan sekitar (tetangga) dalam radius 1 km (26,2%)

Kereta/lori yang digunakan untuk mengangkut makanan, minuman unggas, dll

(21,3%)

Kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat kerja (9,6%)

Penularan dari unggas ke manusia

Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia bersinggungan langsung

dengan unggas yang terinfeksi flu burung , atau dengan permukaan atau benda-benda yang

terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1.

Sampai saat ni kasus flu burung pada amanusia lebih banyak terjadi di daerah

perdesaan/perkampungan ataupun pinggiran kota yang padat penduduknya. Di daerah-

daerah semacam ini, kebanyakan unggas yang dipelihara dilepas begitu saja atau tidak

dimasukkan dalam kandang, bahkan terkadang menyatu dengan rumah. Banyak pula yang

kandangnya berada di tempat di mana anak-anak biasa bermain. Dengan kondisi seperti ini

sangat mungkin terjadi penularan dari unggas sakit ke manusia, karena di dalam kotoran

unggas yang sakit terkandung banyak sekali virus H5N1.

Yang Beresiko Tinggi Tertular Flu Burung

Pekerja di peternakan ayam

Pemotongan ayam

Orang yang berkontak langsung dengan unggas hidup yang sakit atau

terinfeksi flu burung

Orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung

Lingkungan sekitar dalam radius yang terinfeksi flu burung

Lingkungan sekitar dalam radius 1km dari lokasi terjadinya kematian unggas

akibat flu burung

Apakah virus H5N1 mudah menyebar dari unggas ke manusia ?

Tidak. Virus H5N1 tdak mudah menyebar dari unggas ke manusia ataupun dari

manusia ke manusia. Jumlah kasus infeksi flu burung pada manusia bila dibandingkan

dengan jumlah burung ataupun ayam ternak yang terinfeksi sangatlah kecil. Infeksi pada

manusia berkaitan dengan peluang paparan, khususnya di daerah dimana unggas biasa

dipelihara, seperti dikebun atau halaman rumah. Aktivitas yang termasuk dalam paparan

Page 11: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

resiko adalah bagian dari kegatan pemotongan ayam,pembersihan bulu,penjualan unggas

ternak/telur, dan penyajian makanan yang mengandung ayam/telur.

Penularan Antarmanusia

Sampai saat ini, penularan flu burung (H5N1) dari manusia ke manusia belum

terjadi. Model penularan ini sangat mungkin terjadi meskipun tidak efisien, karena semua

virus influenza mempunyai kemampuan untuk berubah-ubah secara genetis.Penularan

virus influenza A (H5N1) antarmanusia ditandai dengan terinfeksinya orang0orang dalam

satu kelompok, seperti tinggal dalam satu keluarga/rumah melalui kontak yang sangat

dekat, seperti ibu ke anak yang tidak melakukan tindakan pencegahan yang semestinya.

Penularan yang terjadi dalam lingkungan satu kelas atau satu kantor juga disebut

cluster.Para ilmuwan sadar bahwa suatu saat virus H5N1 dapat menyebar dengan

mudahnya dari orang ke orang. Apabila terjadi penyebaran antarmanusia, pandemi flu

burung dapat terjadi.tidak ada yang dapat memperkirakan kapan pandemi akan

muncul.untuk itu para ahli dari seluruh dunia, pemerintah dari lima benua, dan Organisai

Kesehatan Dunia (WHO) mengamati perkembangan H5N1 dengan cermat danmelakukan

berbagai persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Penularan dari Lingkungan ke Manusia

Secara teoritis, model penularan ini dapat terjadi oleh karena ketahanan virus

H5N1 di alam atau lingkungan. Penularan terjadi karena air yang terkontaminasi masuk

kedalam mulut selama berenang (didanau atau sungai) atau melalui penularan langsung

ke mata atau lubang hidung akibat terpapar air yang terkontaminasi oleh kotoran unggas

yang terinfeksi virus H5N1. Kotoran unggas, biasanya kotoran ayam yang digunakan

sebagai pupuk, menjadi salah satu faktor resiko penyebaran flu burung.

Penularan ke Mamalia lain

Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar secara langsung pada beberapa

mamalia yang berbeda, yaitu babi,kkuda,mamalia yang hidup di laut, familia felidae

(singa,harimau,kucing) serta musang. Menurut penelitian yang telah dilakukan, babi tidak

berperan penting pada wabah flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 di Asia.

Berkenaan dengan penularan flu burung, kita harus mewaspadai hal

Page 12: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Pertama, unggas liar seperti itik , angsa , serta pelikan termasuk burung burung migrant

dan burung peliharaan seperti jalak ,merpati, perkutut, nuri, kakaktua . mereka kadang

kadang tidak menunjukan gejala klinis bila terserang penyakit ini ,tetapi dapat

menularkannya pada hewan lain mau pun manusia. Adanya reservoir pada hewan lair

merupakan suatu faktor penting dalam penularan virus flu burung .

Kedua, unggas yang sembuh dari penyakit flu burung bertindak sebagai carier ,

sehingga masih dapat menular penyakit dalam waktu lama sebab tubuhnya masih

mengandung firus flu burung. Artinya ,kita tidak dapat dianjurkan memlihara unggas

yang pernah terserang flu burung ,lebih baik dibunuh , lalu dibakar dan ditimbun dalam

tanah.

Ketiga, bertenak dengan mencampur berbagai hewan tidak dianjurkan sebab dilaporkan

virus yang khusus ditemukan pada unggas dapat berasal dari letupan penyakit pada

mammalia, seperti anjing laut dan ikan paus, dan diperkirakan virus influenza pada babi

dapat ditularkan secara kontak langsung dengan manusia atau babi. Oleh karena itu ,

virus influenza mungkin dapat ditularkan antara speises satu dengan yang lain atau

hewan dan manusia dan sebaliknya. Selanjutnya ,kontak langsung antara itik , babi ,

dan ikan yang dipelihara pada lokasi yang sama dapat menimbulkan strain baru virus

influenza.

Keempat, kita harus selalu melakukan prosedur higienis saat melakukan kontak

langsung maupun tidak langsung dengan penderita maupun yang diduga flu burung,

baik hewan maupun manusia.alasan karena mutasi dan “perkawinan “virus flu burung

mungkin terjadi dan akan menyebabkan virus menular dari manusia kemanusia.

Kelima, lakukan biosekuriti ketat dan diusahakan selalu menjaga kebersihan kandang

dengan melakukan desinfeksi secara teratur pada semua peratatan kandang, dan

sekitarnya.

Mungkin sebagian dari kita sering bertanya Tanya mengapa jika dalam suatu

peternakan terdapat kasus flu burung , maka unggas yang lain termasuk yang sehat dalam

radius 1 km harus mengalami pemusnahan dengan dibunuh , dibakar ,dan dikubur . hal ini

yang sering tidak diketahui oleh masyarakat, sehingga menimbulkan ketakutan masyarakat

untuk mengkonsumsi daging unggas. Mereka mengira flu burung dapat ditularkan dengan

mengkonsumsi unggas,meskipun sudah masak. Pemusnahan dan pembakaran unggas

bukan karena unggas tertular berbahaya untuk dikonsumsi , tetapi untuk memutuskan

rantai penyebaran virus influenza H5N1 yang sangat berbahaya.

Page 13: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Sebenarnya ,mengkonsumsi unggas mau pun telur yang sudah benar benar masak tidak

berbahaya, tetapi yang berbahaya adalah ketika menangani unggas yang masih hidup

maupun unggas mati yang sudah terserang flu burung .jika dalam suatu peternakan ada

unggas yang terserang flu burung , maka diasumsikan bahwa semua unggas yang ada

dalam peternakan sudah terserang flu burung , tetapi belum menunjukan gejala klinis .

unggas makan dan minum pada tempat serta dalam kandang yang sama, sehingga

penularan akan berlangsung bergitu cepat karena kotoran (feses) dan secret unggas

kandang menimbulkan penularan yang sangat cepat , baik melalui kontak langsung

maupun lewat udara yang sudah tercemar virus.

Mengeluarkan unggas dari lokasi peternakan akan menimbulkan resiko yang

sangat tinggi karena akan menimbulkan penyebaran lewat udara saat pemindahannya dan

akan meluas sepanjang alur yang dilewati. Dengan demikian untuk memutuskan rantai

penyebaran virus , maka kita melakukan pemusnahan dan pembakaran . karena virus flu

burung dapat menyebar lewat udara, maka pemusnahan unggas pun dilaksanakan dalam

radius 1 km dari daerah yang terjangkit flu burung karena diasumsikan unggas dalam

radius 1 km dari daerah terjangkit flu burung pun sudah tertular flu burung, meskipun

belum menunjukan gejala klinis .unggas unggas yang dikeluarkan dari peternakan

umumnya adalah unggas sehat. Pemerintah sudah melakukan program pemeriksaan flu

burung dan pemusnahan unggas yang terserang flu burung dengan kompensasi yang sudah

disediakan untuk peternak agar dapat meminimalisasi lolosnya unggas yang terserang flu

burung kepasaran.

Kita tidak perlu khawatir mengkonsumsinya dengan syarat daging unggas

hendaknya dimasak minimal pada suhu 80 derajat celcius selama 1 menit, sedangkan

untuk telur unggas minimal dimasak pada suhu 64 derajat celcius selama 5 menit.

Pemasakan dengan cara yang benar bertujuan mengantisipasi seandainya ada unggas yang

menderita flu burung lolos dipasarkan. Oleh karena itu, dengan memasaknya, kita sudah

meminimalisasi tertular flu burung. Sekali lagi, memakan daging dan telur unggas yang

sudah masak tidak akan menularkan flu burung.

Orang yang berisiko tinggi terkena virus flu burung adalah :

Page 14: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

1. Orang yang bekerja di laboratorium untuk memeriksa specimen (sampel ) hewan yang

diduga menderita penyakit flu burung atau melakukan penelitian tentang flu burung.

2. Pekerja peternakan unggas seperti anak kandang, dokter hewan , mantra hewan ,

maupun petugas kesehatan hewan lain yang sering melakukan kontak dengan unggas

3. Pekerja rumah potong unggas (RPU)terutama yang berhubungan langsung dengan

unggas yang dipotong.

4. Pekerja kebun binatang yang langsung menangani binatang terutama unggas

5. Pemilik unggas dan keluarga atau pegawainya yang bertugas mengurus unggas atau

siapa pun yang tersering melakukan kontak langsung dengan unggas

6. Penjual unggas dan orang yang berkeja dipasar burung

7. Tukang masak yang bertugas mengolah unggas yang masih mentah

8. Orang yang bekerja menangani produk yang dikeluarkan dari peternak seperti orang

yang mengolah kotoran unggas, bulu, dan darah untuk dijadikan pupuk, maupun

pegawai perkebunan pupuk dari produk sisa peternak unggas

9. Orang yang tinggal didekat peternak atau komplek pemukiman padat unggas dengan

system peternakan atau pemeliharaan yang tidak benar, terutama jika dalam situasi

wabah flu burung.

10. Semua orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan unggas

5. Gejala Klinis

Tingkat kesehatan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortilitas) yang ditimbulkan

oleh virus flu burung sangat bervariasi tergantung galur virus yang menyerang , spesies

ungags yang terserang umur, lingkungan (kadar anomiak dan ventilasi), dan adanya

infeksi skunder. sejumlah subtype virus influenza A dapat menimbulkan penyakit parah

pada spesies ungas tertentu , tetapi pada spesies ungas lain tidak menimbulkan penyakit

atau hanya menimbulkan gejala yang sangat ringan. virus influenza A subtype H5N1 lebih

sering menyerang ayam muda dari pada yang lebih tua.

Pada burung liar misalnya itik, angsa, dan burung camar demikian pula berbagai

burung peliharaan seperti jalak, nuri, parkit yang sebenarnya dulupun merupakan burung

liar, virus flu burung umumnya tidak menyebabkan sakit . namun, hewan tersebut sebagai

reservoir yang dapat menularkan virus pada hewan lain atau manusia. Hal inilah yang

mengakibatkan pemberantasan flu burung menjadi makin sulit karena masyarakat yang

memelihara sejumlah ungags tidak menyadari bahwa unggas mereka terserang flu burung.

Dengan demikian, ketika pemerintah melakukan program pemberantasan flu burung

Page 15: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

dengan pemunahan, masyarakat yang memiliki unggas masih dalam keadaan sehat merasa

keberatan dan tidak menyadari bahwa ada di sekitarnya dan melarang unggas miliknya

dimusnahkan.

Tabel Perbedaan bentuk virus flu burung

LPAI HPAIMenyebabkan infeksi subklinis,

berkembang biak dalam saluran

pencernaan dan pernafasan pada

unggas ternak maupun unggas liar.

Merupakan penyakit sistemik pada

berbagai jenis unggas dan beberapa

mamalia

Selain H5 dan H7 dan Mayoritas

Virus LP H5 atau H7 Pasa H5 dan

H7,

Hanya sebagian kecil Virus H5 dan

H7 adalah HPAI, virus HPAI muncul

dari virus LPAI H% atau H7 dengan

struktur protein H yang mengalami

mutasi

Virus flu burung dapat menimbulkan gejala yang bervariasi pada unggas ternak,

seperti ayam dan kalkun, mulai gangguan pernafasan ringan yang bersifat tidak pathogen

sampai penyakit berrsifat fatal yang tidak pathogen. Virus flu burung yang ganas ( Highly

pathogenic Avian Influenza, HPAI) ditandai oleh proses penyaklit yang cepat dan disertai

tingkat kematian tinggi. kejadian penyakit kemungkinan berlangsung sangat cepat dan

unggas maatii mendadak tanpa didahului gejala tertentu, kemudian morbiditas dan

mortalitas mencapai 100%. Gejala yang dapat terjadi pada unggas yang terserang Avian

Fluenza jenis akut adalah :

Terjadi gangguan produksi telur seperti penurunan produuksi telur secara drastic,

sehingga produksi telur terhenti sama sekali. Pada ayam bibit, produksi telur

menurun secara drastic disertai penurunan daya tetas telur.

Mengalami gangguan pernafasan seperti batuk,bersin, dan ngorok.

Jengger kebiruan

Kaki berwarna kemerah-merahan sepert ‘dikerokin’ dan jiika dibuka terdapat

perdarahan.

Lakrimasi atau mengeluarkan leleran dari mata secara berlebihan.

Page 16: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Peradangan pada sinus atau lubang hidung

Pembengkakan di daerah kepala dan muka

Kerontokan bulu

Perdarahan dibawah kulit diikuti kebiruan pada kulit, terutama di daerah kaki,

kepala ddan pial.

Diare

Gangguan syaraf yang ditandai unggas kadang membentur-benturkan kepalanya

serta gangguan keseimbangan seperti berdiri dan berjalan sempoyongan.

Tingkat kematian tinggi sering terjdi kematian mendadak.

Penyakit flu burung karena virus flu burung yang termasuk Low pathogenic Avian

Influenza (bentuk ringan, kurang ganas, LPAI) seperti H4N2 menimbulkan gejala

lebih ringan, antara lain :

Penurunan produksi telur sampai terhenti sama sekali

Gangguan pernafasan

Penurunan nafsu makan

Defresi

Peradangan sinus

Tingkat kematian rendah, namun cenderung meningkat.

Namun, flu burung bentuk ringan jika diikuti infeksi skunder oleh bakteri atau ayam

dalam keadaan stress akibat lingkungan, maka gejala klinis yang di timbulkan dapat lebih

parah. Infeksi sekunder oleh bakteri dilaporkan mempunyai peranan yang penting pada

kejadian flu burung,. hal ini karena bakteri menghasilkan enzim yang mampu memotong

hemaglutinin (H) dri virus influenza sehinga virus dapat melakukan perbanyakan dan

penyebar secara luas di dalam tubuh hewan atau manusia yang terserang.

Gejala flu burung pada manusia mirip dengan influenza yang bisa terjadi pada

manusia, antara lain seseorang akan mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

dengan gejala badan lemas , pegal linu, nyeri otot, pusing, peradangan selaput mata(mata

merah) , kadang-kadang disertai mencret dan muntah. Keadaan diatas bisa lanjut menjadi

gejala sesak nafas yang terjadi pada seseorang yang terserang flu manusia biasa. Dugaan

penyakit flu burung dapat mengarah pada yang bersangkutan apabila dalam seminggu

terakhir mengunjungi peternakan yang sedang terjangkit flu burung , kontak dengan

unggas yang dicurigai menderita flu burung,maupun bekerja pada laboraturium yang

sedang memproses specimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita flu burung.

Page 17: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Namun demikian , seseorang yang menunjukan gejala ISPA hendaknya meningkatkan

kewaspadaan apabila sebelumnya telah mengalami kontak dengan unggas terutama burung

peliharaan seperti nuri, merpati, kakaktua, perkutut, maupun burung-burung liar seperti

itik, angsa dan pelikan karena seringkali virus flu burung bersifat tidak pathogen pada

hewan-hewan tersebut. Oleh karena itu hewan-hewan di atas sangat tampak sehat,

walaupun tubuhnya mengandung Virus influenza H5N1 yang siap tertular pada manusia

maupun hewan lainnya. khusus flu burung pada manusia terbagi menjadi empat macam

kasus, yakni:

1. Kasus Observasi

Mengalami demam 38ºC atau lebih disertai salah satu keadaan berikut:

• Batuk

• Radang Tenggorokan

• Sesak Nafas

Dengan pemeriksaan klinis dan laboraturium masih berlangsung.

2. Kasus Suspek atau Possible

Mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) seperti demam lebih dari 38ºC,

batuk,sakit tenggorokan, pilek,serta dengan salah satu keadaan:

• Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjangkit wabah flu burung.

• Kontak dengan penderita influenza subtype A (H5N1)

• Merupakan petugas laboraturium yang menderita flu burung atau orang atau

hewan yang diduga menderita flu burung A (H5N1).

3. Kasus Probable

Kasus suspek disertai salah satu kejadian berikut :

• Dalam waktu singkat, terjadi pneuomia gagal pernafasan atau meninggal

• Tes laboraturium mengarah ke virus influenza subtype A (H5N1) positif (H1 tes

atau IFA menggunakan antibody monoclonal).

• Tidak ada bukti penyebab lain

4. Kasus Confrim

Merupakan kasus suspek atau probable dan diduga oleh salah satu hasil pemeriksaan

laboraturium:

• Kultur virus influenza subtype A (H5N1) positif

• PCR influenza (H5) positif

• Terjadi peningkatan titer antibody H5 sebesar empat kali.

Page 18: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

6. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis Flu Burung

Teknis Diagnosis

Diagnosis terhadap flu burung dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis

yang terjadi, melihat perubahan patologi anatomi, dan melakukan pemeriksaan

laboraturium. Diagnosis dengan melihat patologi anatomis yaitu dengan pemeriksaan

bangkai untuk melihat perubahan jaringan setelah kematian, baik secara mikroskopis

maupun makrokopis, Namun umumnya pemeriksaan secara patologi anatomis hanya

dilakukan pada hewan bukan pada manusia. Jika bangkai ayam yang terserang flu

burung dilakukan nekrobsi (bedah bangkai) untuk pemeriksaan patologi anatomis.

maka akan menimbulkan penyakit. umur unggas dan kondisi peternakan. lesi yang

dapat terjadi antara lain perdarahan pada kaki (cakar), pembengkakan muka di bawah

paruh, dan adanya cairan kekuning-kuningan yang jernih pada pada jaringan bawah

kulit. peradangan dapat pula terjadi pada trachea, proventikulus (lambung depan),

hati, jantung dan usus.

flu burung sering diikutiinfeksi skunder ( sampingan) oleh bakteri, sehingga

perubahan yang terjadi seringkali desebabkan kombinasi lesi karena bakteri dank

arena virus. Akibatnya adalah flu burung sering keliru dengan penyakit lain, terutama

yang disebabkan oleh bakteri. kombinasi lesi dengan bakteri inilah yang sering

menimbulkan kesalahan diagnosis, tetapi umumnya perdarahan pada kaki disertai

kebiruan pada jengger cukup spesifik untuk flu burung atau tidak, Kita bisa

melakukan Uji dengan PCR atau isolasi virus . unggas yang mati dalam waktu singkat

tidak meninggalkan perunahan pada jaringan karena lesi pada jaringan lesi jaringan

belum sempat terbentuk, sehingga harus dikomfirmasikan dengan pemeriksaan

laboraturium untuk memastikan penyebabnya.

Pada pemeriksaan laboraturium sampel, kita membutuhkan darah (serum),

apus tenggorokan, bilas tenggorokan, maupun kotoran (feses). Uji dilaksanakan saat

ini umumnya adalah:

1. Rapid Test

Page 19: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Alat ini terbentuk kontak plastic kecil yang ddi dalamnya terdapat kertas putih

dengan kode C (control) dan T(test) yang sudah ditetesi antibody virus flu burung

yang berperan mendeteksi antigen virus. jika unggas terkena flu burung, antigen virus

pada unggas terikat dengan antibody yang ada dalam kertas, sehingga akan

memunculkan dua garis vertical pada area C dan T . Tes ini sering diragukan

kebenarannya karena hasilnya sering bertentangan dengan PCR, yaitu uji yang dinilai

sangat akurat untuk mendeteksi adanya virus flu burung. kemudian, uji ini tidak dapat

menunjukan tingkat pathogenesis( kemampuan menyebabkan sakit) virus.

Dari hasil penelitian, sejumlah unggas yang dinyatakan positif flu burung

dengan rapid test ternyata tidak mengandung virus H5N1 penyebeb flu burung ketika

dicek dengan alat pengetes yang lebih sensitive flu burung dengan rapid test

memerlukan virus dalam jumlah banyak untuk menunjukan hasil positif dan tidak bisa

membedakan terserang flu burung karena H5N1 atau subtype lain. kelebihan metode

adalah kecepatan karena kita langsung dapat mengetahui hasilnya. uji yang lebih

sensitive adalah HI test dan PCR, meskipun membutuuhkan waktu yang lebih lama.

meskipun masih diragukan kualitasnya, tetapi rapid test paling sering digunakan di

Indonesia.

2. HI (Hemaglutinasi Inhibisi)

Alat ini untuk melihat antibody terhadap hemaglutinin (H). uji in I lebih

sensitive daripada test dan cukup murah, meskipun membutuhkan waktu lebih

lama( sekitar 3 hari ).

3. AGP ( Agar Gel presiptation )

Alat ini untuk melihat antibody terhadap neuraminidase (N)

4. VN (Virus Netralisasi)

Alat ini untuk mengetahui pembentukan antibody

5. Isolasi Virus

6. PCR (Polimerase Chain Reaction)

Page 20: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Alat ini untuk memastikan adanya virus infkluenza A subtype H5N1. metode

masih jarang digunakan pada hewan. uji ini sebenarnya sensitive dan akurasinya

tinggi, tetapi mungkin karena membutuhkan biaya mahal, sehingga masih jarang

dipergunakan.Pada manusia, selai pemeriksaan laboratoris di atas, ada pula

pemeriksaan laboratoris meliputi:

Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan Hb, hitung jenis leukosit,

hitung total leukosit, trombosit, lanju endap darah, albumin, globulin,

SGPT, SGOT, ureum kreatinin, krear=tinin kinase, serta analisa gas darah.

Pasien pemeriksaan mikrobiologi meliputi Rapid test, ELISA dan

pemeriksaan antigen (HI./IF,FA).

Lebih lanjut, manusia pasien flu burung melakukan pula foto toraks, yaitu

pemotretan pada daerah dada.

Diagnosis Banding

Flu burung sering dikeluarkan dengan infeksi saluran pernafasan yang lain

terutama dengan VVND atau tetelo sehubungan dengan tingkat kematian

mendadak, adanya tortikulis serta perdarahan pada organ dalam. pada awalnya

pemerintah pun mengira penyakitini adalah VVND (tetelo). table berikut

menunjukan perbedaan keduanya :

Perbedaan antara VVND dengan Flu burung

Tanda –tandaPenyakit

VVND Flu Burung Tingginya morbiditas + +

 Tingginya Mortalitas + +

 Perdarahan Organ Dalam + +

 Tortikolis + +

 Kebiruan Pada Jengger - +

 Perdarahan Pada Kaki - +

Dengan melihat gejala klinis dan perubahan paskamati, perbedaan antara

tetelo dan flu burung adalah pada unggas yang menderita flu burung terdapat kebiruan

pada jengger dan disertai warna kaki yang terjadi merah-merah seperti habis

“dikeroki”, lalu setelah dibuka terdapat perdarahan. ketiga gejala merupakan

Page 21: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

perbedaan yang menciri antara flu burung dan tetelo. untuk lebih memastikannya,

kita perlu melakukan isolasi virus maupun uji dengan PCR.

Uji Konfirmasi:

Kultur dan informasi virus H5N1.

Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5.

Uji Serologi:

- Imunofluorescence (IFA) test: ditemukan antigen positif

dengan menggunakan antobodi monoklonal Influenza A H5N1.

- Uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibody spesifik

influenza A/H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan

uji netralisasi.

.

7. Pengobatan dan Perawatan

Perlu ditekankan bahwa belum ada obat yang efektiff untuk penyakit flu burung.

hanya langkah pencegahan yang terbaik untuk penyebaran flu burung, pada hewan,

untuk mencegah penyebaran flu burung, baik pada hewan lain maupun manusia, unggas

atau hewan yang terserang flu burung tidak diobati, tetapi harus dibunuh dan bangkainya

dibakar, lalu dikubur.

Penelitian terhadap obat yang diberikan pada penderita flu burung masih terus

dilakukan. obat antiviral (amantadine, rimantadin, oseltamivir (Tamiflu), dan zanamivir)

sering digunakan pada pasien flu burung tetapi sejumlah virus flu burung yang terbukto

terserang subtype H5N1 di asia tahun 2004 dan 2005 dinyatakan resistensi terhadap

amantadine, saat ini pasien yang terserang flu burung di Indonesia umumnya

mendapatkan obat antiviral Tamiflu, namun ternyata Tamiflu tidak efektif untuk

mengobati flu burung karena hanya berfungsi mencegah perbanyaknya virus tetapi tidak

dapat mematikannya kemudian, obat hanya berfungsi jika flu burung baru terjadi selama

48 jam saat virus flu burung mengalami perbanyakan. penelitian yang dipublikasikan

dijurnal kedokteran New England “ journal of Medicine “ menunjukan pasien yang

diobati Tamiflu, 25% sembuh. selain diberikan Tamiflu, pasien yang diduga menderita

flu burung mendapatkan perawatan suportif untuk menangani kondisi tubuh agar tetap

baik, dengan demikian system kekebalan alamai dapat berfungsi maksimal agar mampu

Page 22: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

bertahan menghadapi penyakit flu burung. tindakan yang dilakukan pada pasien yang

menderita flu burung antara lain :

1. Pasien dirawat dalam ruang isolasi selama kurang lebih 7 hari untuk menghindari

penularan lewat udara. Meskipun sampai saat ini belum ada bukti kuat bahwa flu

burung dapat menular dari manusia ke manusia, tetapi kita tetap harus mewaspadai

penyebaran virus dan kemungkinan virus melakukan mutasi maupun “perkawinan”

dengan virus flu burung subtype lain dan dapat menular antarmanusia.

2. Pemberian oksigen jika terdapat sesak nafas yang mengarah kepada gagal nafas.

3. Pemberian infus dan minum yang banyak.

4. Pengobatan terhadap gejala flu seperti pemberian penurunan panas dan penghilang

pusing, dekongestan, dan antitusif.

5. Amantadin dan rimantadin sebagai penghambat hemaglutinin pada awal infeksi (48

jam pertama) selama 3 sampai 5 hari 5 mg/kg BB perhari dibagi 2 dosis. Jika

penderita mengalami penurunan fungsi hati dan ginjal, maka dosis harus diturunkan.

6. Pemberian oseltamivir pada 48 jam pertama selama 5 hari untuk anak kurang dari 15

kg sebanyak 30 mg 2 kali sehari; berat badan lebih dari 15-23 kg sebanyak 45 mg 2

kali sehari; berat badan lebih dari 23-40 kg 60 mg 2 kali sehari; berat badan lebih dari

40 kg 75 mg 2 kali sehari, sedangkan untuk penderita lebih dari 13 tahun 75 mg 2 kali

sehari.

Pasien penderita flu burung dapat pulang setelah tidak mengalami demam, tidak

batuk, terdapat perbaikan foto toraks, dan pemeriksaan laboratorium yang sebelumnya

tidak normal menjadi normal. Satu minggu setelah pulang, pasien harus melakukan control

ke rumah sakit yang ditunjuk. Penanganan jenazah penderita flu burung harus secara

khusus pula, yaitu ditutup dengan plastic atau bahan lain yang tidak tembus air seperti

kayu atau bahan lain yang tidak mudah tercemar dan tidak boleh disemayamkan lebih dari

4 hari.

8. Pencegahan

Page 23: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Pencegahan flu burung pada manusia disampaikan dalam tip aman di kala wabah

menyerang pada bab terakhir. Sebaliknya, pada hewan pencegahan dapat dilakukan

dengan 3 jalan, yakni dengan peningkatan biosekuriti, pemberian vaksinasi, dan

depopulasi serta stamping out.

Biosekuriti

Biosekuriti adalah cara menangani ternak secara higienis. Cara meliputi semua

tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk mengendalikan wabah dengan

mencegah semua kemungkinan kontak atau penularan dengan peternakan yang

tertular dan penyebaran penyakit. Tindakan meliputi :

- Melakukan pengawasan lalu lintas dan tindakan karentina atau isolasi lokasi

peternakan tertular dan lokasi penampungan unggas yang tertular serta membatasi

secara ketat lalu lintas kontaminan yang meliputi hewan atau unggas, produk

unggas, dan alas kandang.

- Membatasi lalu lintas orang atau pekerja dan kendaraan yang keluar masuk lokasi

peternakan.

- Para pekerja dan semua orang yang ada di lokasi peternakan harus dalam keadaan

kondisi sehat.

- Untuk keamanan petugas maupun unggas, para pekerja dan semua orang yang ada

di lokasi peternakan atau penampungan unggas tertular harus menggunakan

pakaian pelindung, kacamata, masker, sepatu pelindung, dan harus melakukan

tindakan desinfeksi serta sanitasi.

- Mencegah kontak antara unggas denagn burung liar atau burung air, tikus, lalat,

dan hewan lainnya.

Dekontiminasi atau desinfeksi adalah tindakan untuk mensucihamakan secara

tepat dan cermat terhadap pakan, air minum, semua peralatan, pakaian pekerja

kandang, alas kaki, kendaraan, dan bahan lain yang tercemar termasuk bangunan

kandang yang bersentuhan dengan unggas, permukaan jalan menuju peternakan,

kandang, maupun tempat penampungan unggas.

Dalam melakukan dekontaminasi atau desinfeksi, semua peralatan atau bahan-

bahan seperti di atas yang bersentuhan dengan unggas meliputi limbah padat

maupun limbah cair. Apabila pelaksanaannya tidak dapat berjalan secara efektif,

Page 24: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

maka bahan-bahan terkontaminasi atau tercemar harus dimusnahkan dan dikubur di

lokasi peternakan. Lokasi jalan menuju area peternakan tertular atau area sekitar

kandang atau tempat penampungan unggas dan semua kendaraan, tanpa terkecuali

yang keluar masuk lokasi peternakan, harus didesinfeksi. Para pekerja peternakan

dan semua orang yang mengunjungi lokasi peternakan tertular harus menggunakan

pakaian pelindung, masker, pelindung (penutup) rambut, sepatu pelindung, sarung

tangan. Mereka dapat memasuki ke area peternakan setelah melalui tindakan

desinfeksi dan sanitasi. Desinfektan yang dapat dipergunakan misalnya formalin

2,5%; asam parasetat; hidroksiperoksida; iodine; fenol; atau natrium hipoklorit.

Vaksinasi

Vaksinasi merupakan program pengebalan dengan memasukkan virus flu

burung yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Tujuannya adalah merangsang tubuh

membentuk antibody untuk melawan virus flu burung apabila suatu saat menyerang.

Banyak peternak takut melakukan vaksinasi pada unggasnya dengan alasan takut

unggasnya mati. Hal itu kurang benar karena vaksin yang beredar saat ini (2006)

adalah vaksin inaktif yang berasal dari virus flu burung yang sudah dimatikan dan

tingkat keamanannya lebih baik. Vaksin terbaru akan diluncurkan mulai April 2006,

yaitu merupakan vaksin rekombinan inaktif produksi perusahaan farmasi yang

didirikan Institut Pertanian Bogor dan perusahaan Jepang Shigeta. Vaksin dibuat dari

virus H5N1 lokal dengan metode reverse genetic.

Dari segi keamanan, metode memang lebih menjanjikan karena virus yang

digunakan telah dimatikan, sehingga lebih aman bagi unggas maupun vaksinator.

Sampai saat ini, baik pemerintah maupun swasta masih terus melakukan berbagai

penelitian untuk meningkatkan kualitas vaksin agar semakin aman dan efektif.

Pemerintah pun sedang mengusahakan supaya program vaksinasi flu burung bisa

berjalan seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN) agar bisa didapatkan secara gratis

dan menjangkau semua unggas secara nasional untuk menciptakan kesehatan

masyarakat yang lebih baik. Saat ini pun, kita sudah bisa mendapatkan vaksinasi lu

burung secara gratis di sebagian besar wilayah Indonesia yang pernah terjangkit

penyakit flu burung dan semoga akan semakin meluas agar dapat menjangkau semua

unggas di Indonesia.

Page 25: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Vaksin flu burung memang cukup aman untuk hewan sehat, tetapi jika sudah

terlanjur sakit sebaiknya jangan divaksin karena keamanannya tidak bisa dijamin.

Pemilik sebaiknya melakukan program vaksinasi secara rutin dan tidak usah

menunggu ada ayam yang sakit baru divaksin karena antibody untuk melawan flu

burung tidak langsung timbul seketika. Pada umumnya, unggas akan membentuk

antibody 2 minggu setelah divaksin. Jadi, kalau menunggu ada ayam yang sakit, maka

akan terlambat dan mungkin menimbulkan bahaya pada ayam atau unggas sakit yang

divaksin flu burung. Di Negara maju, program vaksinasi flu burung memang sudah

tidak dilakukan karena jika ada unggas yang menderita flu burung, maka mereka

segera melakukan depopulasi maupun stamping out dan berlanjut dengan sanitasi

lingkungan sebelum peternakan baru dimulai serta selalu melakukan biosekuriti

secara ketat dalam beternak.

Di Negara-negara berkembang yang terjangkit wabah flu burung, tindakan

depopulasi dan stamping out secara penuh masih menemui kendala yang besar,

terutama dana karena depopulasi serta stamping out secara penuh memerlukan dana

yang cukup besar, sehingga sebagai jalan tengah beberapa Negara berkembang yang

terjangkit flu burung melakukan kombinasi antara depopulasi, stamping out,

desinfeksi, dan vaksinasi. Kesulitan dilakukannya vaksinasi untuk unggas adalah

pemilik keberatan karena takut unggasnya mati jika divaksinasi dan jumlah unggas

sangat banyak. Kemudian, di Indonesia orang memelihara unggas sering dilepas,

sehingga menyulitkan vaksinasi karena ada yang terlewat. Apalagi kalau pemilik

rumah pergi, maka vaksinasi semakin tidak merata.

Jadi, sebelum memulai vaksinasi, sebaiknya system peternakan di Indonesia

harus diubah, semua unggas harus dikandangkan, dan jangan ada yang berkeliaran,

sehingga vaksinasi akan mudah dilakukan dan hasilnya lebih baik. Untuk

menanggulangi kurangnya kesadaran masyarakat melakukan vaksinasi, pemerintah

perlu melakukan sosialisasi yang lebih intensif pada masyarakat tentang vaksinasi flu

burung.

Depopulasi dan Stamping Out

Tindakan depopulasi dan stamping out merupakan cara mencegah meluasnya

penyakit flu burung dengan memutus rantai penyebaran virus flu burung.

Page 26: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Depopulasi

Pemusnahan selektif (depopulasi) adalah suatu tindakan mengurangi populasi

unggas yang menjadi sumber penularan penyakit. Tindakan ini dilanjutkan dengan

prosedur disposal. Disposal adalah prosedur untuk melakukan pembakaran dan

penguburan terhadap bangkai unggas, telur, kotoran (feses), bulu, alas kandang,

pupuk, dan pakan ternak yang tercemar serta bahan dan peralatan lain yang tercemar,

tetapi tidak dapat didesinfeksi secara efektif.

Stamping Out

Stamping out merupakan tindakan pemusnahan secara menyeluruh, yaitu

memusnahkan seluruh unggas yang sakit maupun sehat pada peternakan tertular dan

semua unggas yang berada dalam radius 1 km dari peternakan tertular.

Wabah Flu Burung pada Unggas dan Implikasinya di Indonesia

Virus flu burung (pada unggas) yang sejak akhir 2003 menyerang di kawasan

Asia Timur dan Asia Selatan, juga menyerang ternak ayam di Indonesia. Sejak

Oktober 2003 sampai Februari 2004, di Indonesia telah dilaporkan sebanyak 4,7 juta

ayam mati tetapi virus tersebut sampai saat ini belum secara efektif menyerang

manusia.

Pada umumnya, virus flu burung tidak langsung menyerang manusia. Tapi

belakangan terbukti beberapa tipe virus dapat menyerang manusia di mana virus

tersebut telah terlebih dahulu bermutasi, menjadi lebih ganas, dan mampu menyerang

manusia. Berikut ini disajikan kembali secara kronologis perlangsungan epidemic

tersebut (laporan Ditjen P2M/PLP Depkes RI, 2005).

Di Asia Tenggara, sampai dengan 6 Februari 2004, didapat 20 orang terserang

flu burung (15 orang di Vietnam dan 5 orang di Thailand). Enam belas di antaranya

meninggal dunia (11 orang di Vietnam dan 5 orang di Thailand) dengan Case Fatality

Rate sebesar 80%. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah

penderita flu burung akan meningkat dan menjadi pandemic, seperti yang terjadi satu

abad yang lalu.

Page 27: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Laporan dari sejumlah daerah, menunjukkan bahwa sejumlah kasus flu burung

terus terjadi. Pada awal tahun, sekitar Januari-April, ada kecenderungan jumlah kasus

lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Jumlah kasus flu burung pada

unggas tahun 2012 yang dilaporkan ke Kementerian Pertanian telah mencapai 50

kasus, yang tersebar di sejumlah daerah di Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI

Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian

Syukur Iwantoro mengatakan, jumlah kasus pada awal tahun ini masih lebih rendah

dibandingkan pada tahun lalu dan tahun 2010. Ia menyebutkan, jika mengambil kasus

pada Januari 2012, hanya terdapat 39 kasus, sementara pada Januari 2010 terdapat

284 kasus dan pada Januari 2011 sebanyak 174 kasus.

Namun, jumlah kematian manusia di Indonesia pada awal tahun ini tergolong

tinggi dibandingkan dengan negara lain. Kematian akibat flu burung (H5N1)

sebanyak tiga orang dan satu orang meninggal akibat flu babi (H1N1). Di Vietnam

dan Kamboja masing-masing hanya satu orang yang meninggal hingga laporan pekan

lalu. Secara keseluruhan, Indonesia masih berada di peringkat teratas dalam jumlah

orang yang meninggal akibat flu burung. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO), 19 Januari lalu, di Indonesia, jumlah orang meninggal akibat flu

burung adalah 152 orang.

Penyebaran penyakit flu burung jelas melintasi batas Negara(pandemi) tapi

walau mewabah di Benua Asia, penyakit ini merupakan penyakit eksotis (penyakit

yang belum pernah ada) di Indonesia. Penyakit yang menjangkiti pekerja atau orang

yang hidup di lingkungan peternakan unggas ini merupakan penyakit mematikan.

Pada tahun 2003 selain di Asia, penyakit tersebut juga telah mewabah di Belanda.

Bisa terlihat sejarahnya, flu burung sudah terjadi sejak tahun 1960-an. Berikut

kilasnya :

1968 : Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah sejak

1968

1997 : Flu burung pertama kali melewati “halangan spesies” dari unggas

ke manusia. Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan

manusia. Pertama kalinya di Hongkong dengan 18 orang dirawat

di Rumah Sakit dan 6 orang di antaranya meninggal dunia,

Page 28: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Tipe yang diketahui

menjangkit manusia adalah virus influenza tipe A subtype H5NI

1999 : Satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang

Hongkong dengan menginfeksi dua orang.

20 Mei 2001 : Untuk mencegah penyebaran flu burung, 40.000 ekor ayam

dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbon

dioksida

7 Februari 2002 : Ratusan ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong.

Pemerintah setempat meminta penjualan dan impor ayam

dihentikan, menyusul merebaknya wabah flu burung. Sejak saai

itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar tutorialnya.

April 2003 : Penyakit flu burung mewabah di Belanda.

15 April 2003 : Kantor kesehatan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, memeriksa

secara ketat semua jenis unggas dan bahan makanan hasil olahan

daging unggas yang berasal dari Belanda. Peraturan itu

diberlakukan hingga Negeri Kincir Angin itu bebas dari penyakit

flu burung, Instruksi itu dikeluarkan oleh Dirjen PEmberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI.

November 2003 : Tujuh juta ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta

ayam di Indonesia mati, 40% diantaranya terkena virus flu

burung dan virus New Castle.

Desember 2003 : Virus ini menunjukkan aksinya di Hongkong dan memakan satu

korban jiwa.

22 Desember 2003 : Virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan (Korsel).

Kasus flu burung pertama di Korsel ini ditemukan di peternakan

itik dekat Eumseong. Korsel yang sedang berusaha mengatasi

penyakit flu burung (bird flu) dengan tingkat penyebaran yang

tinggi, menyutujui langkah-langkah untuk menahan

perkembangan penyakit tersebut dan membatasi dampakny apada

industry peternakan. Virus yang dapat mematikan manusia

tersebut muncul diantara ayam-ayam di kandang peternakan

sekitar 80 km (50 mil) sebelah tenggara Seoul.

Page 29: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

24 Desember 2003 : Pemerintah Korsel memusnahkansekitar 60.000 ekor ayam dan itik

akibat menyebarnya virus H5N1.

Sepanjang 2003 : Ditemukan dua kasus di Hongkong dan satu diantaranya meninggal

dunia. Kedua kasus itu mempuyai riwayat perjalanan dari Cina.

Virus yang ditemukan adalah avian influenza tipe A subtype H5N1.

Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Belanda, termasuk

keluarganya dan satu diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan

adalah avian influenza tipe A subtipe H7N7. Di Hongkong

ditemukan seorang anak terinfeksi virus avian influenza tipe A

subtipe H9N2 tetapi tanpa kematian.

Januari 2004 : Penyakit flu burung mnenyebar sampai Jepang, Korsel, Vietnam, dan

Thailand dengan satu identifikasi yaitu mereka menyebar dari

Kamboja, Hongkong dan Taiwan.

13 Januari 2004 : Flu burung menewaskan jutaan ayam di Korsel, Vietnam, dan Jepang.

Para peternak di Thailand mengatakan, ribuan ayam telah tewas

karena sakit. Tapi sampai sekarang, belum dikonfirmasikan apakah

peristiwa itu disebabkan flu burung. Hongkong dan kamboja telah

melarang impor ayam dari negara-negara yang telah terkena wabah

itu. WHO menegaskan, tidak ada bukti flu burung menyebar dari

orang ke orang, seperti kasus virus SARS. Wabah flu burung

menyebar cepat di Vietnam, ketik asatu juta ayam tewas. Para

peternak Vietnam pun diperintahkan untuk membunuh semua ayam

yang sakit. Sementara itu, para pejabat di jepang mengatakan, 6.000

ayam tewas karena virus flu burung dan ribuan ayam akan dibasmi.

Ribuan ayam juga mati karena virus flu burung di Korsel.

14 Januari 2004 : Penyebaran flu burung juga sudah mencapai Jepang dan merajalela di

kawasan 800 km sebelah barat daya Tokyo. Enam ribu ekor ayam di

kawasan itu mati akibat virus dan 30.000 ekor lainnya terpaksa

dibinasakan pada hari-hari mendatang. Badan Penyakit Hewan

Sedunia (OIE) mengirim tim peneliti ke Asia untuk menyelidiki

penyakit flu burung yang telah menghancurkan industri peternakan

ayam di sejumlah negara Asia. OIE mengatakan, penelitian

dilakukan di Vietnam dimana badan kesehatan dunia atau WHO

menyatakan, wabah flu burung telah menewaskan dua orang anak

Page 30: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

dan seorang dewasa. Cina menyatakan mereka telah bebas dari flu

burung.

15 Januari 2004 : WHO mengatakan. Flu burung yang menyebar di peternakan ayam

di Asia telah menewaskan sedikitnya tiga orang di Vietnam. Tapi

dilaporkan virus itu belum menyebar ke manusia.

16 Januari 2004 : Empat orang tewas di Vietnam dan dikonfirmasikan terkena flu

burung. Kebanyakan ahli meyakini, transmisi penyakit ini berasal

dari burung ke manusia dan bukan dari manusia ke manusia. Jalur

Pantura-Indonesia, khususnya kabupaten Indramayu bisa saja

masuk daerah yang rawan terhadap berjangkitnya virus berbahaya

penyebab flu burung. Hal itu disebabkan wilayah udaranya selama

ini jadi jalur lintas migrasi jutaan burung setiap pergantian musim.

Burung dari Australia atau Eropa, dalam perjalanan migrasinya

yang menepuh ribuan kilometer, mengambil kepulauan Rakit

sebagai tempat peristirahatan atau transit. Pulau Rakit Utara,

Gosong, Rakit Selatan, atau pulau Biawak menjadi tempat

persinggahan burung-burung itu. Di pulau-pulau itu, jutaan ekor

burung-burung bereproduksi, kawin, dan banyak juga yang sampai

menetaskan telurnya.

17 Januari 2004 : Dua juta unggas di Vietnam dimusnahkan akibat terjangkit virus flu

burung.

18 Januari 2004 : WHO mengumumkan empat orang tewas akibat virus flu burung.

Sehingga , jumlah korban akibat virus itu menjadi enam belas orang

salah satunya adalah bocah lima tahun asal Nam Dinh, 60 mil

selatan Hanoi, Vietnam.

20 Januari 2004 : Karena kekhawatiran yang terus meningkat atau kasus ini, WHO

mengerjakan vaksin baru untuk melindungi penduduk dari flu

burung. Delapan belas kota dan provinsi di wilayah selatan dan

utara Vietnam telah terjangkit wabah flu burung. Wabah itu telah

menginfeksi sekitar 2,3 juta unggas dari total 245 hewan unggas

kebanyakan ayam di seluruh negeri itu.

21 Januari 2004 : Tiga orang di Thailand diperiksa untuk mengetahui apakah mereka

terkena virus AI, yang menewaskan sedikitnya lima orang di

Vietnam. Selama berhari-hari Thailand besikeras, penyakit yang

Page 31: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

melanda unggas di negara itu bukan disebabkan virus AI, meski

tetap melakukan pemusnahan unggas. Jepang bergerak cepat dengan

memberlakukan larangan sementara untuk mengimpor ayam dari

Thailand dengan menyebutnya sebagai langkah pencegahan dalam

memastikan keamanan makanan. Berita ini membuat harga saham

perusahaan eksportir ayam di bursa Thailand turun sekitar 7%.

Kementerian Kesehatan Thailand membenarkan bahwa di dalam

wilayahnya terdapat tiga kasus flu burung.

WHO menyatakan khawatir karena virus tersebut bisa bermutasi menjadi bentuk yang

lebih berbahaya saat menyebar.

22 Januari 2004 : Perdana menteri Thailand mengatakan, di wilayah Thailand

kemungkinan besar terdapat penderita flu burung. Di Thailand

ditemukan lagi dua kasus baru flu burung yang tercurigai, kedua

penderita itu sudah dikarantina lembaga bersangkutan di Thailand.

Sejak November 2003, ayam dalam jumlah besar mati di Thailand,

tapi pemerintah Thailand selalu meyangkal berjangkitnya flu burung

di negerinya. Departemen Kesehatan Thailand mengakui sedang

menyelidiki apakah tiga orang diantaranya seorang anak berusia

tujuh tahun dan seorang peternak ayam menderita flu burung.

23 Januari 2004 : Menteri Kesehatan Thailand menginformasikan bahwa dua anak

laki-laki telah didiagnosis terkana virus flu burung H5N1.

Dikatakannya, kedua anak laki-laki itu masing-masing berusia enam

dan tujuh tahun. Kedua anak itu sebelumnya pernah mengadakan

kontak dengan unggas. Dikabarkan, saat ini di Thailand masih

terdapat sedikitnya empat penderita flu burung tercurigai yang

dikarantina dan diobati. Komisi Uni Eropa mengumumkan larangan

impor unggas dar Thailand beserta produk terkait. Lima belas

negara Uni Eropa dan Jepang, menahan pengirimam ayam dari

Thailand. Korsel, Singapura, dan Taiwan juga termasuk negara yang

melarang impor, yang dipastikan akan mengurangi pendapatan

peternak Thailand. Pejabat Kementerian Kehutanan dan Perikanan

Kamboja mengatakan, sebuah perkebunan di luar Phnom Penh telah

terjangkit webah flu burung.

Page 32: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

24 Januari 2004 : PBB memperingatkan, flu burung lebih berbahaya dari SARS,

karena kemampuan virus ini dalam membangkitkan hamper

keseluruhan respon “bunuh diri” dalam sistem imunitas tubuh

manusia. Juru bicara kantor perdana menteri Thailand

mengumumkan, pemerintah Thailand sudah mengundang berbagai

negara yang terserang wabah flu burung dan dalam waktu dekat

berencana menyelenggarakan pertemuan multilateral di Bangkok

mengenai cara mengontrol penyebaran epidemic flu burung tersebut.

Pemerintah Thailand mengundang pejabat-pejabat Vietnam, Jepang,

Korsel, dan Kamboja yang menangani urusan kesehatan, pertanian,

dan luar negeri untuk berkonsultasi mengenai cara menghadapi

krisis flu burung yang terjadi di beberapa negar aAsia itu.

Pertemuan di Bangkok itu dihadiri oleh pakar terkait WHO,

Organisasi Bahan Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, dan pakar dari

negara-negara besar pengimpor daging ayam, termasuk Amerika

dan Uni Eropa.

Jawatan Kesehatan Vietnam mengumumkan, seorang anak laki-laki

berumur tiga belas tahun meninggal dunia akibat terinfeksi flu

burung. Pemerintah Vietnam dalam waktu dekat akan mengirim tim

ke beberapa daerah guna menyelidiki kemungkinan penularan

penyakit flu burung pada manusia.

25 Januari 2004: Departemen Pertanian membenarkan adanya flu burung yang masuk

ke Indonesia. Biro Umum Pengawasan, Pemeriksaan Mutu dan

Karantina Cina, dan Kementerian Pertanian Cina bersama-sama

mengeluarkan pemberitahuan darurat dan meminta berbagai daerah

meningkatkan pencegahan masuknya wabah flu burung dari

Thailand dan Kamboja ke wilayah Cina. Jika ditemukan unggas,

burung, atau produk terkait di kapal atau pesawat terbang yang

melewati atau singgah di Cina, maka barang-barang tersebut harus

disegel. Sampah penghidupan di alat-alat pengangkutan tersebut

harus diproses sampai tidak membahayakan di bawah pengawasan

badan pemeriksaan dan karantina keluar masuk wilayah, serta tidak

boleh dibuang sembarangan. Pihak kesehatan dan karantina

Chungcheongnam-do Korsel mengatakan, flu burung kembali

Page 33: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

berjangkit di sebuah peternakan ayam pada kota tersebut. Tiga ribu

lima ratus ekor ayam di daerah itu telah disembelih dan dikuburkan.

26 Januari 2004 : Pemerintah Indonesia melakukan tes Hemagglutinasi Inhibisi (H) atau

pemeriksaan dengan antiserum pada unggas untuk mengetahui

subtipe virus avian influenza (AI) yang telah menyebabkan

kematian 4,7 juta ekor ayam di Indonesia sejak Agustus 2003. Tes

dilakukan untuk membuktikan apakah virus AI termasuk tipe yang

bisa menular pada manusia atau yang dikenal dengan sebutan flu

burung yang kini sedang mewabah di sejumlah negara Asia.

Pemerintah melalui Departemen Pertanian akan mengimpor 40 juta

dosis vaksin dari Inggris dan Australia untuk membuktikan bahwa

kematian 4,7 juta ekor ayam tersebut dikarenakan terjangkit flu

burung atau tidak. Wabah penyakit flu burung yang sesungguhnya

telah menyerang perunggasan nasional sejak Agustus 2003 lalu dan

kini telah resmi diakui oleh pemerintah. Penyebab wabah penyakit

tersebut adalah virus avian influenza (AI) tipe A dan dinyatakan

pula telah membunuh 4,7 jutya ayam di Indonesia. Empat orang

dinyatakan meninggal dunia akibat wabah flu burung yang melanda

Vietnam. Flu burung juga terdekat di Pakistan. Merebaknya flu

burung, membuat peternak unggas di Bali mengisolasi diri. Ribuan

ayam dipotiong dan dibakar di Pulau Bali, slah satu daerah yang

paling parah dilanda wabah flu burung. Jepang menghentikan impor

unggas dan produk terkait dari Indonesia dikarenakan sudah terjadi

epidemi flu burung di Indonesia. Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB) ternyata sudah mampu

memproduksi vaksin antivirus avian influenza (AI) atau flu burung

sejak 2002.

27 Januari 2004 : Para pejabat kesehatan Kamboja melaporkan dua warganya dinyatakan

positif terjangkit virus flu burung. Namun, tiga orang yang

sebelumnya dilaporkan positif terkena virus flu burung, dinyatakan

bebas dari infeksi virus tersebut.

29 Januari 2004 : Pemerintah Indonesia menetapkan flu burung sebagai bencana darurat

nasional dan meminta persetujuan DPR untuk pengucuran dan

sebesar Rp 212 miliar untuk penanggulangannya. Pemerintah juga

Page 34: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

akan memusnahkan hewan dan unggas lain yang positif terkena

virus avian influenza.

30 Januari 2004 : Dalam dua pecan terkahir di bulan ini, beredar vaksin illegal untuk

burung atau avian influenza di kalangan peternak ayam di

Banyumas, Jawa Tengah. Para peternak terpaksa membeli vaksin

tersebut karena khawatir dengan meluasnya wabah flu burung

sementara vaksin resmi dari pemerintah sulit diperoleh. Jelas

tampak pada Januari 2004, terjadi KLB unggas di beberapa daerah

di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya ternak unggas

terserang flu burung dengan resiko kematian. Walau belum

teriodentifikasi adanya serangan virus dari unggas kepada manusia

tetapi tetap perlu waspada dengan menyelenggarakan suatu

surveilans khusus di daerah yang dilaporkan sedang berjangkit KLB

unggas “flu burung” sampai keadaan kembali normal. Untuk

mengidentifikasi adanya penularan virus flu burung dari unggas ke

manusia, harus didapatkan gambaran epidemologi KLB flu burung

dan harus dibuktikan tidak ada penularan virus flu burung dari

unggas dan harus dibuktikan tidak ada penularan virus flu burung

dari unggas ke manusia di setiap daerah di Indonesia, oleh karena itu

pemerintah melakukan surveilans epidemologi. Daerah di Indonesia

yang sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” itu adalah seluruh

Jawa, Lampung, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan

Kalimantan Barat. Untuk memastikan serangan virus tidak terjadi ke

manusia, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan bekerja

sama dengan US NAMRU-2, menerima spesimen-spesimen untuk

divertifikasi dan dikirimkan ke laboratorium rujukan di Atlanta,

Amerika Serikat (Pedoman Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

yang Berhubungan dengan Flu Burung oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI).

Page 35: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Kebijakan Pemerintah Dalam Menanggulangi Wabah Flu Burung

Melalui keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan teratnggal 4

Februari 2004, pemerintah telah menetapkan strategi untuk melakukan pencegahan,

pengendalian, dan pemberantasan flu burung (Avian Influenza). Sayang sekali, tidak

semua orang mengetahuinya.

Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit flu burung

mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan

jangka panjang program adalah mempertahankan daerah-daerah bebas flu burung dan

melaksanakan pengendalian di daerah tertular, sedangkan tujaun jangka panjangnya

adalah melaksanakan pemberantasan flu burung dengan arah pembebasan kembali

daerah tertular secara bertahap. Daerah bebas ialah daerah propinsi atau pulau yang

tidak pernah tertular atau tidak pernah dilaporkan adanya flu burung atau adanya

batasan alam bagi propinsi atau pulau (kepulauan) yang menjamin daerah itu sulit

terjadi penularan penyakit flu burung.

Daerah terancam ialah daerah yang tidak ada kasus, tetapi berbatasan langsung

sedaratan dan tanpa batasan alam dengan daerah tertular. Kemudian, daerah tertular

ialah daerah yang dijumpai kasus flu burung yang didiagnosis secara klinis, patologi

anatomis (pemeriksaan bangkai dengan atau tanpa mikroskop), epidemiologis

(melihat kejadian penyakitnya), dan dikonfirmasi secara laboratoris (dilakukan

penegasan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium).

Prinsip pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan flu burung yang

dilakukan pemerintah meliputi 5 hal, yakni: mencegah kontak antara hewan yang

peka dengan virus flu burung, menghentikan produksi virus flu burung oleh unggas

tertular, meningkatkan resistansi hewan (pengebalan terhadap hewan peka) dengan

cara vaksinasi, menghilangkan sumber penularan virus, dan meningkatkan kesadaran

masyarakat. Dalam melaksanakan prinsip dasar, pemerintah melakukan 9 tindakan

yang merupakan satu kesatuan satu sama lain, sehingga kesembilannya harus

dilaksanakan secara bersama-sama tanpa terpisah-pisah untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Kegagalan pada satu sisi bisa menimbulkan kegagalan program

pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit flu burung. Berikut adalah

kesembilan tindakan:

Page 36: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Pelaksanaan Biosekuriti Secara Ketat

Biosekuriti adalah cara menangani ternak secara higienis. Tindakan biosekuriti

meliputi:

1. Pengawasan lalu lintas dan tindakan karentina atau isolasi lokasi peternakan tertular

dan lokasi penampungan unggas yang tertular.

a. Membatasi secara ketat lalu lintas kontaminan yang me;iputi hewan atau

unggas, produk unggas, dan alas kandang.

b. Membatasi lalu lintas orang atau pekerja dan kendaraan yang keluar masuk

lokasi peternakan.

c. Para pekerja dan semua yang ada di lokasi peternakan harus dalam keadaan

kondisi sehat.

d. Para pekerja dan semua orang yang ada di lokasi peternakan atau penampungan

unggas tertular harus menggunakan pakaian pelindung, kacamata, masker,

sepatu pelindung, dan harus melakukan tindakan desinfeksi dan sanitasi.

e. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus, dan

hewan lainnya.

2. Dekontaminasi atau desinfeksi

Tindakan Pemusnahan Selektif Unggas (Depopulasi) Di Daerah tertular

Depopulasi atau pemusnahan selektif merupakan tidakan untuk mengurangi

populasi unggas yang menjadi sumber penularan penyakit. Tindakan depopulasi

dilakukan terhadap semua peternakan yang tertular flu burung dan ditetapkan melalui

diagnosis secara klinis dan patologi anatomis oleh dokter hewan. Tindakan dilakukan di

peternakan tertular pada semua unggas hidup yang sakit (tertular) mauoun unggas sehat

yang sekandang dengan menyembelihnya sesuai prosedur pemotongan unggas yang

berlaku. Akibat atas kebijakan adalah adanya dana kompensasi bagi peternak. Tindakan

dilanjutkan dengan prosedur disposal. Disposal adalah prosedur untuk melakukan

pembakaran dan penguburan terhadap bangkai unggas, telur, kotoran (feses), bulu, alas

kandang, pupuk, dan pakan ternak tercemar serta bahan dan peralatan lain yang

tercemar, tetapi tidak dapat didesinfeksi secara efektif.

Page 37: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Lokasi pelaksanaan pembakran atau penguburan harus dalam lokasi peternakan

daerah tertular dengan jarak minimal 20 meter dari kandang terdekat dan jauh dari

penduduk untuk mencegah polusi maupun penyebaran penyakit. Pembakaran

hendaknya dilakukan dalam lubang yang telah dipersiapkan untuk penguburan atau

menggunakan incinerator untuk mencegah polusi. Lubang penguburan sebaiknya

mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter. Unggas yang telah dibakar ditutup dengan

tanah secepat mungkin dan ditaburi kapur serta disinfektan. Apabila tempat

pembakaran dilakukan di luar area peternakan, maka harus terlebih dahulu mendapat

persetujuan dari dinas peternakan setempat.

Pengebalan (Vaksinasi)

Vaksin yang dipergunakan adalah vaksin inaktif produksi dalam negri atau

impor yang strain virusnya homolog dengan subtipe virus isolate lokal (strain H5) dan

telah mendapatkan rekomendasi (nomor registrasi) dari pemerintah. Tindakan vaksinasi

hanya boleh dilakukan di daerah tertular secara masal terhadap seluruh unggas sehat

terancam (100%) dengan cara penyuntikan satu per satu dan apabila perlu, dilakukan

booster (penyuntikan ulang). Dosis vaksin sebagai berikut:

Ayam petelur: umur 4-7 hari sebanyak 0,2 ml di bawah kulit pada pangkal leher;

umur 4-7 minggu sebanyak 0,5 ml di bawah kulit pada pangkal leher; umur 12

minggu sebanyak 0,5 ml di bawah kulit pada pangkal leher atau pada otot dada.

Pelaksanaan vaksinasi, depopulasi, serta stumping out diulang 0,5 ml pada otot

dada setiap 3-4 bulan.

Ayam pedaging: dilaksanakan pada umur 4-7 hari dengan dosis 0,2 ml di bawah

kulit pada pangkal leher.

Program vaksinasi pada unggas lain disesuaikan dengan petunjuk yang tercantum

pada etiket masing-masing produksi vaksin.

Pemberian vaksin yang selama ini dilakukan adalah vaksinator berkeliling

dari rumah ke rumah di kampung-kampung dengan dipandu petugas dari desa

untuk daerah yang memiliki banyak ayam. Sebaliknya, untuk kampung-kampung

yang hanya memiliki sedikit ayam petugas vaksinator menunggu di suatu tempat,

sedangkan petugas dari kampung sebelumnya telah memberikan pengumuman

adanya vaksinasi flu burung (AI). Kemudian, pemilik unggas darang membawa

unggasnya atau jika memiliki banyak unggas, pemilik cukup melaporkan dan

Page 38: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

petugas akan datang ke rumahnya. Vaksinasi AI yang selama ini dilakukan

memiliki banyak kendala antara lain belum adanya kesadaran masyarakat tentang

pentingnya vaksinasi AI, sehingga kadang-kadang pemilik tidak mengizinkan

vaksinasi pada unggas yang bagus, seperti ayam hias dan ayam aduan, karena

malah takut akan mati setelah dilakukan vaksinasi. Selanjutnya, pada sistem yang

kedua di mana petugas menunggu, masyarakat malas datang, sehingga acara

vaksinasi kurang mendapat sambutan baik dari masyarakat.

Kendala lain program adalah keterbatasan petugas dan beberapa peternak

yang kurang memperhatikan instruksi petugas di desanya, sehingga pada waktu

kegiatan vaksinasi dilakukan unggas dilepas dan sulit mengumpulkannya. Untuk

keadaan yang demikian, vaksin ditinggal di tempat peternak dan peternak

memberikannya sendiri sore harinya ketika unggasnya terkumpul. Akibatnya

tingkat keberhasilan vaksinasi menurun karena tidak ada jaminan bahwa peternak

mau menyuntikkan vaksin. Jika diberikan, maka timbul keraguan apakah cara

pemberian dan jumlahnya tepat. Meskipun petugas sudah memandu sebelumnya,

tetapi pemberian vaksin dalam adjuvan minyak tidak mudah, sehingga ketepatan

pemberian vaksin diragukan. Kelemahan lain vaksinasi yang dilakukan selama ini

adalah petugas tidak mengenakan pakaian yang diisyaratkan seperti penggunaan

masker dan sarung tangan. Hal ini menimbulkan resiko yang sangat besar bagi

petugas, lebih lanjut, tampaknya sosialisasi yang dilakukan sangat kurang.

Buktinya adalah sering ada keluhan pemilik unggas bahwa belum ada vaksinasi

gratis di kampungnya.

Pengendalian Lalu Lintas

Pengaturan ketat terhadap pengeluaran dan pemasukan unggas hidup, telur

(tetas dan konsumsi), produk unggas (karkas dan daging unggas serta olahannya),

serta limbah peternakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Dari daerah tertular ke daerah bebas atau terancam DILARANG mengeluarkan

anak unggas umur sehari (DOC) kecuali anak unggas umur sehari bibit induk

(parent stock) dari peternakan pembibitan (breeding farm) yang tidak terjadi kasus

flu burung sekurang-kurangnya 30 hari terakhir.

Page 39: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

2. Dari daerah tertular ke daerah tertular lain diizinkan mengeluarkan anak unggas

umur sehari parent stock dan atau final stock dari peternakan pembibitan yang

tidak terjadi kasus flu burung sekurang-kurangnya 30 hari terakhir. Pengangkutan

DOC di atas hanya dapat dilakukan untuk satu kali tujuan dan setelah sampai di

tempat tujuan, boks pembawanya harus segera dimusnahkan. Pengiriman harus

menyertakan surat keterangan dari dokter hewan pemerintah kota atau kabupaten

asal dengan tembusan direktur kesehatan hewan dan kepala dinas peternakan atau

dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan propinsi. Surat

menerangkan bahwa DOC berasal dari peternakan pembibitan yang tidak tertular

flu burung setidak-tidaknya 30 hari terakhir. Pengiriman harus menyertakan pula

surat keterangan mengenai jenis DOC parent stock atau final stock.

3. Unggas dewasa DILARANG dikeluarkan dari daerah tertular ke daerah bebas atau

terancam, sedangkan dari daerah tertular ke daerah tertular lainnya diizinkan

mengeluarkan unggas dewasa yang telah mendapatkan tindakan vaksinasi,

depopulasi, serta stamping out minimal 21 hari sebelum tanggal pengeluaran.

Kemudian, unggas dewasa tersebut harus berasal dari peternakan yang bebas atau

tidak terjadi kasus flu burung sekurang-kurangnya 30 hari terakhir. Keranjang

(boks) unggas dewasa setelah selesai pengiriman harus segera didesinfeksi di

tempat tujuan.

4. Dari daerah tertulat ke daerah bebas atau terancam maupun ke daerah tertular

lainnya diizinkan mengeluarkan telur konsumsi maupun telur tetas dari peternakan

yang bebas atau tidak terjadi kasus flu burung sekurang-kurangnya 30 hari terakhir.

Kemudian, sebelum dikeluarkan, telur harus didesinfeksi terlebih dahulu. Kotak

atau boks telur harus pula didesinfeksi terlebih dahulu sebelum dikeluarkan. Kotak

telur hanya dapat digunakan untuk satu kali tujuan dan setelah sampai di tempat

tujuan, harus segera dimusnahkan.

5. Dari daerah tertular ke daerah bebas atau terancam maupun daerah tertular lainnya

diizinkan mengeluarkan karkas dan daging unggas yang tidak tertular maupun

tidak terjangkit kasus flu burung setidak-tidaknya 14 hari.

6. Dari daerah tertular ke daerah bebas atau terancam maupun ke daerah tertular

lainnya diizinkan untuk mengeluarkan pakan unggas (poultry feed) sepanjang

pakan berasal dari lokasi industri pakan ternak dan diangkut langsung ke tempat

Page 40: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

tujuan. Apabila di sekitar industri pakan ternak ada peternakan unggas yang

sedang, maka pada jarak radius 1 km sedang tidak terjadi kasus flu burung

sekurang-kurangnya 30 hari terakhir. Sebelum pengeluaran, pakan ternak telah

mengalami prosedur desinfeksi dan sanitasi secara cermat di tempat tujuan serta di

bawah pengawasan dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat.

7. dari daerah tertular ke daerah bebas atau terancam maupun ke daerah tertular

lainnya DILARANG mengeluarkan semua jenis limbah.

8. Pengawasan lalu lintas antar-area secara ketat terhadap unggas hidup dan produk

unggas dilakukan oleh badan karatina pertanian melalui jajarannya di pintu-pintu

pengeluaran dan pemasukan di darat, laut, maupun udara.

9. Pengawasan terhadap pelanggaran maupun pembatasan lalu lintas dilakukan oleh

dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.

Dengan aturan di atas, penyebaran virus flu burung dapat diminimalisasi.

Walaupun demikian, perbaikan di sana-sini masih perlau dilakukan karena

penyelundupan mungkin masih terjadi. Di sinilah peran serta semua pihak diharapkan.

Pemerintah berfungsi membuat aturan beserta pengawasannya, sedangkan setiap

warga masyarakat hendaknya menaati aturan yang sudah ditetapkan untuk

mewujudkan kesehatan kita bersama.

Surveillans Dan Penelusuran

Surveillans dan penelusuran dilakukan pada semua unggas yang rentan

(berisiko tinggi) terhadap penyakit dan sumber penyakit flu burung. Surveillans

bertujuan menetapkan sumber infeksi di daerah yang baru tertular; menetapkan

sumber penyebaran atau perluasan penyakit di daerah tertular; memantau

epidemiologi dan dinamika penyakit untuk mengetahui perkembangan pengendalian

dan pemberantasan penyakit; menetapkan perwilayahan (zoning) daerah bebas,

daerah terancam, dan daerah tertular penyakit; serta mendeteksi tingkat kekebalan

kelompok (herd immunity) setelah vaksinasi. Penelusuran (tracing) dilaksanakan

bersama dengan surveilan. Penelusuran dilakukan untuk menentukan sumber infeksi

Page 41: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

dan menahan secara efektif penyebaran penyakit. Penelusuran dilakukan paling cepat

14 hari sebelum timbulnya gejala penyakit sampai tindakan karantina mulai

diberlakukan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan penelusuran adalah asal

dan jenis unggas, produk daging, telur, bulu, tulang, darah, dan lain-lain. Bahan

perantara seperti semua kendaraan pengangkut pakan, telur, unggas, maupun

pengunjung peternakan, peralatan, dan material terkontaminasi kotoran (feses) harus

diperhatikan pula.. demikian pula, semua orang yang berhubungan dengan unggas

seperti peternak atau petugas kandang, pedagang ternak, technical service, penjual

pakan, pengunjung, dan lain lain. Pelaksanaan surveillans dan penelusuran dilakukan

oleh balai penelitian veteriner Bogor, yaitu Balai Penyelidikan dan Pengujian

Veteriner Regional (BPPVR) masing-masing wilayah dengan mengoptimalkan

sumber daya manusia yang dimiliki serta berkoordinasi dengan instansi terkait.

Peningkatan Kesadaran Masyarakat (Public Awareness)

Program ini merupakan program sosialisasi atau kampanye tentang penyakit

flu burung kepada masyarakat dan peternak mengingat dampak kerugian yang

ditimbulkan akibat flu burung, baik secara ekonomis maupun kesehatan masyarakat.

Tindakan sosialisasi dilakukan melalui media elektronik, media massa, maupun

penyebaran brosur (leaflet), dan pemasangan spanduk agar masyarakat tidak panik.

Kemudian, tindakan dilakukan pula dengan membuat Pusat Krisis (Crisis Centre) dan

adanya jalur khusus (hotline) informasi mengenai flu burung di direktorat kesehatan

hewan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan jakarta, dan masing-masing

daerah propinsi maupun kabupaten atau kota.

Sosialisasi dapat pula diwujudkan sebagai program pendidikan kepada

masyarakat (Educational Programme) melalui seminar dan pelatihan dengan

bekerjasama dengan industri perunggasan dan asosiasi bidang peternakan.

Pengisian Kembali (Restocking) Unggas

Pengisian kembali (restocking) unggas ke dalam kandang dapat dilaksanakan

paling cepat 1 bulan setelah pengosongan kandang dilakukan dan semua tindakan

desinfeksi dan disposal selesai dilaksanakan sesuai prosedur.

Page 42: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Pemusnahan Unggas Secara Menyeluruh (Stamping Out)

Tindakan stamping out merupakan tindakan pemusnahan secara menyeluruh,

yaitu tindakan memusnahkan seluruh unggas yang sakit maupun yang sehat pada

peternakan tertular dan semua unggas yang berada dalam radius 1 km dari peternakan

tertular. Tindakan dapat dilaksanakan apabila timbul kasus flu burung di daerah bebas

atau terancam dan telah didiagnosis secara klinis, patologi anatomis, dan

epidemiologis serta dikonfirmasi secara laboratoris. Tindakan dapat dilaksanakan

apabila dalam kondisi:

• Kejadian penyakit masih dapat dilokalisasi dan tidak berpotensi menyebar secara

cepat ke peternakan atau daerah lain.

• Batasan jumlah unggas yang akan dimusnahkan masih dianggap ekonomis oleh

peternak.

• Peningkatan biosekuriti dan pembatasan lalu lintas secara ketat harus diberlakukan

terhadap peternakan tertular.

• Pelaksanaan surveillans dan penelusuran untuk mengidentifikasi sumber penularan

oleh BPPV Regional di wilayah tersebut.

Apabila stamping out terlambat dilaksanakan dan penyebaran penyakit sudah

semakin luas, maka tindakan tidak dapat dilaksanakan dan diganti dengan tindakan

vaksinasi dan pemusnahan selektif (depopulasi).

Monitoring, Pelaporan, Dan Evaluasi

Kegiatan monitoring bertujuan mengetahui keberhasilan suatu kegiatan dan

dampak serta permasalahan yang timbul saat kegiatan dilaksanakan agar dalam

perkembangan lebih lanjut dapat disempurnakan kekurangannya. Kegiatan

dilaksanakan oleh pusat, daerah, serta laboratorium BPPV Regional selama

pelaksanaan di lapangan masih berlangsung. Pelaporan meliputi laporan situasi

penyakit dan perkembangan pelaksanaan pengendalian dan pemberantasan penyakit,

produsen, serta nama vaksin yang digunakan dan pendistribusiannya. Laporan dimulai

dari petugas lapangan peternakan atau kesehatan hewan kepada dinas peternakan atau

dinas yang melaksanakan fungsi peternakan atau kesehatan hewan di kabupaten atau

kota. Kemudian, kepala dinas yang bersangkutan menindaklanjuti laporan kepada

Page 43: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

bupati atau walikota dengan tembusan kepada kepala dinas peternakan atau dinasyang

melaksanakan fungsi peternakan atau kesehatan hewan propinsi dan Direktur Jenderal

Bina Produksi Peternakan, direktur kesehatan hewan dengan menggunakan format

laporan format yang berlaku. Selanjutnya, kepala dinas peternakan atau dinas yang

melaksanakan fungsi peternakan atau kesehatan hewan propinsi menindaklanjuti

dengan mengevaluasi dan menganalisis laporan yang diterima, berkonsultasi dengan

direktur kesehatan hewan untuk segera menurunkan tim diagnostik, serta melaporkan

kepada direktur kesehatan hewan yang bersangkutan.

Evaluasi pelaksanaan pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan flu

burung bertujuan mengetahui pencapaian target kegiatan, dampak keberhasilan, dan

permasalahan yang timbul di lapangan. Hal-hal yang dievaluasi antara lain

penyediaan dan distribusi sarana seperti vaksin, obat, maupun peralatan. Kemudian,

evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui realisasi pelaksanaan kegiatan seperti

vaksinasi, pengamatan, diagnosis, tindakan yang telah diambil, serta situasi penyakit

(sakit, mati, stamping out, kasus terakhir, dan lain-lain). Evaluasi dilaksanakan pada

akhir kegiatan oleh pemerintah pusat dan daerah di akhir tahun anggaran.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu / avian influenza ) adalah suatu

penyakit menular yang disebabkan oleh virus avian influenza tipe A dan

ditularkan oleh unggas. Wabah penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus

avian influenza tipe H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Korea

Selatan, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, Cina, Indonesia, dan

Page 44: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi

unggas terinfeksi. Dalam hal ini peran Pemerintah sangatlah penting, adapun

Prinsip pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan flu burung yang dilakukan

pemerintah meliputi 5 hal, yakni: mencegah kontak antara hewan yang peka

dengan virus flu burung, menghentikan produksi virus flu burung oleh unggas

tertular, meningkatkan resistansi hewan (pengebalan terhadap hewan peka)

dengan cara vaksinasi, menghilangkan sumber penularan virus, dan

meningkatkan kesadaran masyarakat.

Dalam melaksanakan prinsip dasar, pemerintah melakukan 9 tindakan yang

merupakan satu kesatuan satu sama lain, sehingga kesembilannya harus

dilaksanakan secara bersama-sama tanpa terpisah-pisah untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Kegagalan pada satu sisi bisa menimbulkan kegagalan program

pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit flu burung. Sembilan

tindakan itu , meliputi : Pelaksanaan biosekuriti secara ketat, Tindakan

pemusnahan selektif unggas (Depopulasi) di daerah tertular, Pengebalan

(Vaksinasi), Pengendalian lalu lintas, Surveillans dan penelusuran, peningkatan

kesadaran masyarakat (Public Awareness), Pengisian Kembali (Restocking)

unggas, Pemusnahan unggas secara menyeluruh (Stamping Out), serta

Monitoring, Pelaporan dan Evaluasi.

2. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan

kita tentang Program Pemberantasan dan Penanggulangan Flu Burung. Kami

selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih.

Page 45: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

DAFTAR PUSTAKA

Page 46: Flu Burung Kelompok (Siap Print)

Cucunawangsih. 2006. Flu Burung : Cara Mewaspadai dan Mencegahnya. Jakarta :PT

Bhuana Ilmu Populer.

Nurheti Yuliarti. 2006. Menyikapi Rahasia Penyakit Flu Burung. Yogyakarta : C.V Andi

Offset.

Tamher dan Noorkasiani. 2008. Flu Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis. Jakarta :

Salemba Medika.

http://regional.kompas.com/read/2012/02/13/01433393/Kasus.Flu.Burung.Kembali.Merebak