BAB II PEMBAHASAN I SPONDILITIS TUBERCULOSIS 2.1Definisi Spondilitis Spondilitis adalah bagian inflamasi pada vertebra yang kaku akibat oksifikasi ligament yang terutama menyerang sendi pada tulang belakang/vertebra (Brunner & suddart, 2002). 2.2Definisi Spondilitis Tuberkulosa Spondilitis tuberculosis (TB) atau pons disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Spondilitis tuberculosa merupakan infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra. Spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PEMBAHASAN I
SPONDILITIS TUBERCULOSIS
2.1 Definisi Spondilitis
Spondilitis adalah bagian inflamasi pada vertebra yang kaku akibat oksifikasi
ligament yang terutama menyerang sendi pada tulang belakang/vertebra (Brunner &
suddart, 2002).
2.2 Definisi Spondilitis Tuberkulosa
Spondilitis tuberculosis (TB) atau pons disease adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang
belakang. Spondilitis tuberculosa merupakan infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang
mengenai tulang vertebra. Spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan
granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh Mycobacterium tuberculosa.
Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat
lain dalam tubuh.
Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit
neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8-L3 dan paling
jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga
jarang menyerang arkus vertebra (mansjoer, 2000). Tuberkulosis yang muncul pada
tulang belakang merupakan tuberkulosis sekunder yang biasanya berasal dari
tuberkulosis ginjal. Berdasarkan statistik, spondilitis tuberkulosis atau Pott’s disease
paling sering ditemukan pada vertebra torakalis segmen posterior dan vertebra lumbalis
segmen anterior (T8-L3), coxae dan lutut serta paling jarang pada vertebra C1-2.
2.3 Etiologi Spondilitis Tuberkulosa
Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil (basilus).Bakteri yang
paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifat acid-
fastnon-motile. Tuberkulosis yang muncul pada tulang belakang merupakan
tuberkulosis sekunder yang biasanya berasal dari tuberkulosis ginjal. Berdasarkan
statistik, spondilitis tuberkulosis atau Pott’s disease paling sering ditemukan pada
vertebra torakalis segmen posterior dan vertebra lumbalis segmen anterior (T8-L3),
serta paling jarang pada vertebra C1-2. (1,2,3,4). Tuberkulosis yang muncul pada tulang
belakang merupakan tuberkulosis sekunder yang biasanya berasal dari tuberkulosis
ginjal. Tuberkulosis pada vertebra ini sering terlambat dideteksi karena hanya terasa
nyeripunggung/pinggang yang ringan. Pasien baru memeriksakan penyakitnya bila
sudah timbul abses ataupun kifosis.
Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat
lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa typic (2/3 dari tipe
human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh Mycobacterium tuberculosa atypic.
Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan
lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosis traktus
urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis
(Rasjad, 2007).
2.4 Prevalensi Spondilitis Tuberculosa
Penyakit ini banyak mengenai pria, dengan perbandingan pria dan wanita 1,5-2 : 1,
dan dapat menyerang semua umur baik orang dewasa bahkan anak-anak. Penyakit
spondylitis tubercolosis ini paling banyak ditemukan di Asia, Afrika, dan Amerika
(Price, Sylvia, 2002).
2.5 Patofisiologi Spondilitis Tuberculosa
Kuman yg “bangun” kembali dari paru-paru akan menyebar mengikuti aliran darah
ke pembuluh tulang belakang dekat dengan ginjal. Kuman berkembang biak umumnya
di tempat aliran darah yg menyebabkan kuman berkumpul banyak (ujung pembuluh).
Terutama di tulang belakang, di sekitar tulang thorakal (dada) dan lumbal (pinggang)
kuman bersarang. Kemudian kuman tersebut akan menggerogoti badan tulang
belakang, membentuk kantung nanah (abses) yg bisa menyebar sepanjang otot
pinggang sampai bisa mencapai daerah lipat paha.
Dapat pula memacu terjadinya deformitas. Gejala awalnya adalah perkaratan
umumnya disebut pengapuran tulang belakang, sendi-sendi bahu, lutut, panggul.Tulang
rawan ini akan terkikis menipis hingga tak lagi berfungsi. Persendian terasa kaku dan
nyeri, kerusakan pada tulang rawan sendi, pelapis ujung tulang yg berfungsi sebagai
bantalan dan peredam kejut bila dua ruang tulang berbenturan saat sendi
digerakkan.Terbentuknya abses dan badan tulang belakang yg hancur, bisa
menyebabkan tulang belakang jadi kolaps dan miring kearah depan. Kedua hal ini bisa
menyebabkan penekanan syaraf-syaraf sekitar tulang belakang yg mengurus tungkai
bawah, sehingga gejalanya bisa kesemutan, baal-baal, bahkan bisa sampai kelumpuhan.
Badan tulang belakang yg kolaps dan miring ke depan menyebabkan tulang belakang
dapat diraba dan menonjol dibelakang dan nyeri bila tertekan, sering sebut sebagai
gibbus. Bahaya yg terberat adalah kelumpuhan tungkai bawah, karena penekanan
batang syaraf di tulang belakang yg dapatdisertai lumpuhnya syaraf yg mengurus organ
yg lain, seperti saluran kencing dan anus (saluran pembuangan).
Tuberkulosis tulang adalah suatu proses peradangan yang kronik dan destruktif yg
disebabkan basil tuberkulosis yang menyebar secara hematogen dari fokus jauh, dan
hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada waktu
infeksi primer atau pasca primer. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak. Basil
tuberculosis biasanya menyangkut dalam spongiosa tulang. Pada tempat infeksi timbul
osteitis, kaseasi clan likuifaksi dengan pembentukan pus yg kemudian dapat mengalami
kalsifikasi. Berbeda dengan osteomielitis piogenik, maka pembentukan tulang baru
pada tuberkulosis tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Di samping itu,
periostitis dan sekwester hampir tidak ada. Pada tuberkulosis tulang ada kecenderungan
terjadi perusakan tulang rawan sendi ataudiskus intervertebra. Dari pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan reflex fisiologis normal. Ditemukan hipestesia (raba) setinggi VT6.
Tidak ditemukan adanya refleks patologis. Pada pemeriksaan nervi cranialis tidak
ditemukan adanya kelainan.
Patologi spondilitis TB
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara hematogen/limfogen melalui
nodus limfatikus para-aorta dari fokus tuberkulosis di luar tulang belakang yang
sebelumnya sudah ada. Pada anak, sumber infeksi biasanya berasal dari fokus primer di
paru, sedangkan pada orang dewasa berasal dari fokus ekstrapulmoner (usus, ginjal,
tonsil). Dari paru-paru, kuman dapat sampai ke tulang belakang melalui pleksus
venosus paravertebral Batson. Pada anak-anak biasanya infeksi tuberkulosa tulang
belakang berasal dari fokus primer di paru-paru sementara pada orang dewasa
penyebaran terjadi dari fokus ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil). Penyebaran basil
dapat terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar yang memberikan suplai darah ke
dua vertebrae yang berdekatan, yaitu setengah bagian bawah vertebra diatasnya dan
bagian atas vertebra di bawahnya atau melalui pleksus Batsonds yang mengelilingi
columna vertebralis yang menyebabkan banyak vertebra yang terkena. Hal inilah yang
menyebabkan pada kurang lebih 70% kasus, penyakit ini diawali dengan terkenanya
dua vertebra yang berdekatan, sementara pada 20% kasus melibatkan tiga atau lebih
vertebra.
Lesi tuberkulosis pada tulang belakang dimulai dengan inflamasi paradiskus.
Setelah tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema sumsum tulang belakang dan
osteoporosis terjadi pada tulang. Destruksi tulang terjadi akibat lisis jaringan tulang,
sehingga tulang menjadi lunak dan gepeng terjadi akibat gaya gravitasi dan tarikan otot
torakolumbal. Selanjutnya, destruksi tulang diperberat oleh iskemi sekunder akibat
tromboemboli, periarteritis, endarteritis. Karena transmisi beban gravitasi pada vertebra
torakal lebih terletak pada setengah bagian anterior badan vertebra, maka lesi kompresi
lebih banyak ditemukan pada bagian anterior badan vertebra sehingga badan vertebra
bagian anterior menjadi lebih pipih daripada bagian posterior. Resultan dari hal-hal
tersebut mengakibatkan deformitas kifotik. Deformitas kifotik inilah yang sering
disebut sebagai gibbus (bungkuk). Tampak penonjolan bagian posterior tulang
belakang ke arah dorsal akibat angulasi kifotik vertebra. Beratnya kifosis tergantung
pada jumlah vertebra yang terlibat, banyaknya ketinggian dari badan vertebra yang
hilang, dan segmen tulang belakang yang terlibat. Vertebra torakal lebih sering
mengalami deformitas kifotik. Pada vertebra servikal dan lumbal, transmisi beban
lebih terletak pada setengah bagian posterior badan vertebra sehingga bila segmen ini
terinfeksi, maka bentuk lordosis fisiologis dari vertebra servikal dan lumbal perlahan-
lahan akan menghilang dan mulai menjadi kifosis.
Menurut penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, lesi vertebra
torakal terlapor pada 71 persen kasus spondilitis TB, diikuti dengan vertebra lumbal,
dan yang terakhir vertebra servikal. Lima hingga tujuh persen penderita mengalami lesi
di dua hingga empat badan vertebra dengan rata-rata 2.51. Jika pada orang dewasa
spondilitis TB banyak terjadi pada vertebra torakal bagian bawah dan lumbal bagian
atas, khususnya torakal 12 dan lumbal 1, pada anak-anak spondilitis TB lebih banyak
terjadi pada vertebra torakal bagian atas. Cold abscess terbentuk jika infeksi spinal telah
menyebar ke otot psoas (disebut juga abses psoas) atau jaringan ikat sekitar. Cold
abscess dibentuk dari akumulasi produk likuefaksi dan eksudasi reaktif proses infeksi.
Abses ini sebagian besar dibentuk dari leukosit, materi kaseosa, debris tulang, dan
tuberkel basil.
Abses di daerah lumbar akan mencari daerah dengan tekanan terendah hingga
kemudian membentuk traktus sinus/fi stel di kulit hingga di bawah ligamentum inguinal
atau regio gluteal. Adakalanya lesi tuberkulosis terdiri dari lebih dari satu fokus infeksi
vertebra. Hal ini disebut sebagai spondilitis TB non-contiguous, atau “skipping lesion”.
Peristiwa ini dianggap merupakan penyebaran dari lesi secara hematogen melalui
pleksus venosus Batson dari satu fokus infeksi vertebra. Insidens spondilitis TB non-
contiguous dijumpai pada 16 persen kasus spondilitis TB. Defisit neurologis oleh
kompresi ekstradural medula spinalis dan radiks terjadi akibat banyak proses, yaitu: 1)
penyempitan kanalis spinalis oleh abses paravertebral, 2) subluksasio sendi faset